Penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Pondok Pesantren Nurul Islam Jember

Seminar Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Dana BOPTN Tahun 2016, ISBN : 978-602-14917-3-7

Penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di
Pondok Pesantren Nurul Islam Jember
Novita Nuraini#1, Rossalina Adi Wijayanti #2
#

Jurusan Kesehatan, Politeknik Negeri Jember
Jln Mastrip Kotak Pos 164 Jember
1dr.novitanuraini@gmail.com
2rossa.wijayanti@gmail.com

Abstract
Angka prevalensi scabies di pondok pesantren masih cukup tinggi. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa pencegahan
penyakit skabies lebih penting dari pengobatan. Pencegahan penyakit skabies ini lebih efektif jika dilakukan melalui pendidikan.
Pendidikan pencegahan penyakit memberikan informasi pengetahuan yang muaranya mengubah sikap dan perilaku menjadi lebih
higienis sehingga mampu mencegah berbagai macam penyakit, termasuk scabies. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dapat
merupakan suatu solusi yang harus diterapkan di lingkungan Pondok. Di Kabupaten Jember, terdapat Pondok Pesantren Nurul
Islam dimana banyak santri ynag mengeluh gatal (kudisan). Penanganan penyakit kulit ini hendaknya harus komprehensif, yaitu
ditunjang perbaikan pengetahuan, pengobatan yang lengkap serta adopsi PHBS dalam kegiatan sehari-hari yang didukung sarana
perlengkapan pribadi yang tidak digunakan bergantian. Kegiatan pengabdian bertujuan memberikan pengetahuan, pengobatan

serta dukungan sarana penunjang kegiatan PHBS. Tahapan pelaksanaan pengabdian meliputi ceramah, diskusi, simulasi,
pemberian sarana dalam kegiatan PHBS dan diakhiri pembentukan komitmen para santri untuk menerapkan PHBS di lingkungan
pondok pesantren nurul islam. Kegiatan pengabdian telah dilaksanan dengan baik. Setiap pihak sangat antusias baik para santri
maupun pengurus pondok. Luaran kegiatan pengabdian berupa Pengetahuan dan pemahaman tentang PHBS, Keterampilan siswa
dalam membuat poster kreatif dan mencuci tangan dengan benar, Sarana PHBS berupa peralatan mandi dan gosok gigi, obatobatan untuk penyakit scabies. Media peningkatan pengetahuan PHBS berupa X-banner, poster dan Banner. Kegiatan PHBS perlu
di pertahankan karena memberikan manfaat kepada santri berupa peningkatan derajat kesehatan serta meningkatkan
produktivitas belajar dan berkarya.
Keywords— Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, Skabies

I. PENDAHULUAN
Scabies masih menjadi masalah di beberapa Negara.
Kline et al. (2013) menyebutkan skabies merupakan salah
satu penyakit kulit yang terabaikan. Heukelbach et al. (2005)
menyatakan penyakit Scabies sering diabaikan oleh individu
yang terkena dampaknya dan tidak memotivasi individu
tersebut mendatangi pusat perawatan kesehatan yang
berdekatan dengan tempat tinggal. Alasan mengapa skabies
sering diabaikan karena tidak mengancam jiwa sehingga
prioritas penanganannya rendah, namun sebenarnya scabies
kronis dan berat dapat menimbulkan komplikasi yang

berbahaya. Scabies menimbulkan ketidaknyamanan karena
menimbulkan lesi yang sangat gatal. Akibatnya, penderita
sering menggaruk dan mengakibatkan infeksi sekunder
terutama oleh bakteri Group A Streptococci (GAS) serta
Staphylococcus aureus (Golant, et al. 2012). Komplikasi
akibat infestasi sekunder GAS dan S.aureus sering terdapat
pada anak-anak di Negara berkembang (Golant, et al. 2012;
Gilmore SJ. 2011).
Insiden dan prevalensi skabies masih sangat tinggi di
Indonesia terutama pada lingkungan masyarakat pesantren.

Hal ini diperkuat dengan penelitian Ma’rufi et al. (2005)
bahwa prevalensi Scabies pada pondok pesantren di
Kabupaten Lamongan 64,2%. Kuspriyanto (2005) juga
menyebutkan di Pasuruan prevalensi Scabies di pondok
pesantren adalah 70%. Selanjutnya Sungkar (1997)
menyatakan bahwa Scabies di suatu pesantren yang padat
penghuninya dan higienenya buruk prevalensi penderita
skabies dapat mencapai 78,7%, tetapi pada kelompok
higienenya baik prevalensinya hanya 3,8%. Tahun 2003,

prevalensi skabies di 12 pondok pesantren di Kabupaten
Lamongan mencapai 48,8%13 dan di Pesantren AnNajach
Magelang pada tahun 2008 prevalensi skabies adalah 43%
(Saad, 2008). Selanjutnya Badri (2007) juga mengungkapkan
bahwa Scabies merupakan penyakit yang lazim di pondok
pesantren dan sejauh ini belum ada kepedulian untuk
menumbuhkembangkan upaya higiene perseorangan, dalam
membuat pesan-pesan kesehatan dalam mencegah skabies.
Tingkat pendidikan yang rendah (paling tinggi hanya
sampai sekolah dasar) cenderung lebih tinggi prelevansi
skabiesnya secara signifikan dibandingan dengan orang
dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi (Ciftci 2006).

159

Seminar Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Dana BOPTN Tahun 2016, ISBN : 978-602-14917-3-7

Pendidikan memegang peranan penting dalam mencegah
tingginya prevalensi Scabies, misalnya mengedukasi anakanak tentang pengetahuan pencegahan Scabies. Contohnya
himbaun untuk melarang anak untuk berbagi barang pribadi

seperti baju, handuk, selimut yang menjadi agen penularan
Scabies melalui kontak dari kulit ke kulit (Zayyid 2010).
Semakin rendah tingkat pendidikan sesorang maka tingkat
pengetahuan tentang personal higienis juga semakin rendah.
Akibatnya menjadi kurang peduli tentang pentingnya
personal higienis dan perannya dalam higiene rendah
terhadap penyebaran penyakit. Perlu program kesehatan
umum untuk mendidik populasi mengerti aspek pencegahan
penyakit (Raza et al. 2009).
Di Kabupaten Jember, terdapat Pondok Pesantren Nurul
Islam dimana banyak santri ynag mengeluh kudisan. Besar
kemungkinan termasuk gejala scabies. Beberapa hasil
penelitian menunjukkan bahwa pencegahan penyakit skabies
lebih penting dari pengobatan, sehingga menjadi tantangan
bagi dunia pendidikan untuk mencari sebuah solusi untuk
pencegahan penyakit yang lebih efektif. Tingkat pendidikan
merupakan salah satu faktor yang berkontribusi terhadap
peningkatan prevalensi skabies sehingga diperlukan
pendidikan agar populasi mengerti aspek pencegahan
penyakit (Raza et al. 2009). Pencegahan penyakit skabies ini

lebih efektif jika dilakukan melalui pendidikan. Pendidikan
pencegahan penyakit memberikan informasi pengetahuan
yang muaranya mengubah sikap dan perilaku menjadi lebih
higienis sehingga mampu mencegah berbagai macam
penyakit, termasuk scabies.
Berdasarkan pemikiran tersebut maka tim pengabdian
pada masyarakat bermaksud mengadakan kegiatan
Penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Pondok
Pesantren Nurul Islam Jember. Melalui kegiatan ini
diharapkan para santri dapat mempraktekkan perilaku hidup
bersih dan sehat bagi diri sendiri dan lingkungan pesantren.
III. TAGET DAN LUARAN
A. Target
1) Santri Pondok Pesantren Nurul Islam Jember memahami
pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat santri.
2) Santri Pondok Pesantren Nurul Islam Jember memahami
penyakit yang diakibatkan oleh perilaku hidup tidak
bersih dan sehat.
3) Santri Pondok Pesantren Nurul Islam Jember memahami
tentang tanda tanda penyakit scabies.

4) Santri Pondok Pesantren Nurul Islam Jember bisa
mempraktekkan cara mencuci tangan yang benar
5) Santri Pondok Pesantren Nurul Islam Jember dapat
membuat poster kreatif berisi himbauan tentang perilaku
hidup bersih dan sehat.
B. Luaran
1) Pengetahuan dan pemahaman santri Pondok Pesantren
Nurul Islam Jember Jember tentang pentingnya perilaku
hidup bersih dan sehat

2) Santri bisa melakukan cara mencuci tangan dengan benar
dan selalu mempraktekkannya.
3) Poster kreatif berisi himbauan tentang perilaku hidup
bersih dan sehat.
4) Sarana mendukung perilaku hidup bersih dan sehat
berupa handuk yang kadang rawan untuk saling berbagi
antara santri.
5) Budaya berperilaku hidup bersih dan sehat dalam
kehidupan sehari hari.
III. METODE PELAKSANAAN

Kegiatan pengabdian ini akan dilakukan dalam beberapa
tahapan yang merupakan solusi permasalah yang dihadapi
mitra.
A. Ceramah
Penyuluhan tentang prinsip hidup bersih dan sehat
terutama untuk mencegah penyakit scabies kepada santri
Pondok Pesantren Nurul Islam Jember.
B. Diskusi
Kesempatan tanya jawab bertujuan untuk memberikan
kesempatan kepada santri Pondok Pesantren Nurul Islam
Jember agar lebih dapat memahami hal-hal yang terlewatkan
selama penyuluhan.
C. Simulasi
Peragaan cara mencuci tangan dengan benar sebagai salah
satu wujud perilaku hidup bersih dan sehat. Sehingga santri
setidaknya bisa melakukan dengan baik.
D. Bimbing
Membimbing santri untuk membuat poster kreatif. Poster
kreatif berisi prinsip hidup bersih dan sehat di pondok serta
himbaun untuk tidak berbagi barang pribadi yang menjadi

agen penularan Scabies melalui kontak kulit. Poster ditempel
di tempat berkumpulnya para santri agar mudah dibaca dan
dipahami.
E. Komitmen
Adanya komitmen kelompok santri untuk selalu
berperilaku hidup bersih dan sehat dalam kegiatan sehari hari.
IV. KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI
Tim pelaksana pengabdian merupakan staf pengajar di
Progam Studi D IV Rekam Medik Jurusan Kesehatan
Politeknik Negeri Jember. Baik ketua maupun anggota tim
pelaksana pengabdian telah menyandang gelar S2 dengan
bidang ilmu yang linier dengan gelar kesarjanaannya
dibidang yang serumpun yaitu Kedokteran/Managemen
Administrasi
Rumah
Sakit
dan
Kesehatan
Masyarakat/Kebijakan Kesehatan. Jenjang pendidikan dan
kompetensi yang dimiliki tim pelaksana pengabdian

merupakan modal penting untuk melaksanakan kegiatan
pengabdian masyarakat di Pondok Pesantren Nurul Islam
Jember.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
Kegiatan pengabdian masyarakat yang berjudul
“Penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Pondok

160

Seminar Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Dana BOPTN Tahun 2016, ISBN : 978-602-14917-3-7

Pesantren Nurul Islam Jember” telah selesai dilaksanakan
pada tanggal 17 Oktober 2016 dengan dihadiri wakil dari
pengurus yayasan Nurul Islam, 20 orang guru pendamping
serta 176 santri laki-laki dan 97 santri perempuan. Tahapan
aktivitas yang telah dilakukan selama kegiatan pengabdian
adalah sebagai berikut.
1) Melaksanakan koordinasi awal dengan mitra:
Kegiatan ini telah dilaksanakan pada tanggal 30 Agustus
2016. Koordinasi meliputi pengumpulan data serta observasi

oleh tim pengabdian ke lokasi pondok pesantren nurul islam.
Tim pengabdian menemui dan melakukan wawancara kepada
pihak pengurus yayasan, para guru pendamping pondok,
pengurus pos kesehatan pondok, serta beberapa santri terkait
permasalahan kesehatan yang dihadapi santri. Wawancara
yang dilakukan menghasilkan informasi mengenai
banyaknya jumlah santri yang menderita penyakit kulit
(gudik). Tim pengabdian kemudian melakukan observasi ke
kamar-kamar santri, kamar mandi, tempat wudhu, serta
mengamati kegiatan sehari-hari yang dilakukan santri.
Berdasarkan hasil temuan tim pengabdian, pencegahan dan
penularan scabies di pondok pesantren nurul islam dapat
dihindari salah satunya melalui teradopsinya PHBS di dalam
kegiatan sehari-hari santri.
Pada tahapan kegiatan ini, tidak ditemukan kendala yang
berarti dikarenkan mitra sangat kooperatif dalam
memberikan informasi yang dibutuhkan serta memberikan
keleluasaan untuk melakukan observasi menyeluruh.
2) Melakukan survei bahan dan pembelian obat-obatan:
Kegiatan ini meliputi survey ke lokasi untuk pembelian obatobatan serta perlengakapan untuk pemeriksaan kesehatan

kulit santri Perlengkapan yang dibutuhkan berupa obat salep
untuk penyakit scabies serta obat minum untuk mengurangi
gatal, handscoon, tube tempat pemberian salep. Survey ke
percetakan untuk pembuatan poster dan melakukan
pembelian alat tulis untuk kelengkapan pembuatan poster
kreatif. Melakukan pembelian peralatan mandi sebagai
sarana PHBS untuk penyelenggaraan mandi sehat yang
dibagikan kepada para santri.
Kendala yang dihadapi pada tahap ini adalah mencari
jenis dan sediaan obat yang sesuai dengan kebutuhan santri,
namun kendala ini tersolusikan dengan pemberian salep
dengan tube dan label.
3) Melaksanakan Koordinasi pelaksanaan kegiatan
pengabdian dengan mitra: Kegiatan ini dilakukan demi
kelancaran kegiatan pengabdian, meliputi survey lokasi
penyuluhan seta perlengkapannya, Survey lokasi kegiatan
pembuatan poster kreatif serta perlengkapannya, survey
lokasi pemeriksan dan pengobatan santri, susunan acara, serta
keperluan surat menyurat dan penentuan waktu kegiatan.
Kendala yang dihadapi pada tahap ini adalah mengingat
cukup banyaknya santri yang terlibat maka tim pengabdian
dan pengurus yayasan perlu menyusun suatu alur kegiatan
yang sesuai sehingga pelaksanaan penyuluhan berjalan

kondusif disaat kegiatan pemeriksaan juga berlangsung
dengan.
4) Melaksanakan kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan
kesehatan: Kegiatan ini dilaksanakan paa Tanggal 17
Oktober 2016, dimulai pukul 08.00 dengan dihadiri seorang
wakil dari yayasan nurul islam, 20 guru pendamping santri
serta 273 santri. Kegiatan pemberian materi dilakukan kurang
lebih 90 menit dengan sarana powerpoint menggunakan
inovasi pemberian lagu-lagu menarik yang berkaitan dengan
PHBS dengan tujuan mudah dicerna dan diingat oleh peserta.
Kegiatan pemberian informasi dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Tim Pengabdian Memberikan Materi Penyuluhan

Gambar 2. Menunjukkan suasana kegiatan pengabdian.
Kegiatan pemberian materi dapat berjalan dengan baik,
dibuktikan dengan antusiasme para santri saat sesi diskusi
dimana para santri melakukan Tanya jawab dan mempelajari
kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan PHBS. Selama ini
santri masih banyak menggunakan alat mandi yang
bergantian dengan sesame santri sehingga memudhkan
penularan penyakit scabies. Hal tersebut tidak disarankan
karena penularan penyakit kulit salah satunya melalui kontak
alat pribadi melalui kulit. Melalui sarana mandi sehat yang
dibagikan kepada para santri diharapkan para santri bisa
menggunakan alat pribadinya masing-masing tanpa harus
bergantian. Penyuluhan diakhiri dengan dilakukannya
simulasi cuci tangan yang baik dan benar dipimpin tim
pengabdian dan diikuti oleh seluruh peserta penyuluhan,
sehingga diharapkan untuk berikutnya seluruh santri dapat
berkomitmen untuk selalu menerapkan cara mencuci tangan
yang benar dalam kegiatan sehari-hari.
Kegiatan pemeriksaan dan pengobatan penyakit kulit
dilakukan oleh satu orang dokter dari tim pengabdian dengan
dibantu beberapa tenaga kesehatan dari pondok pesantren
untuk screening penyakit scabies. Perlengkapan yang
digunakan saat pemeriksan yaitu senter, handscoon, dan kasa
steril. Kegiatan pemeriksaan tersaji pada Gambar 2.

161

Seminar Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Dana BOPTN Tahun 2016, ISBN : 978-602-14917-3-7

Gambar 2. Tim Pengabdian Melakukan Pemeriksaan dan Pengobatan
Penyakit Kulit

Gambar 2. Menyajikan kegiatan pemeriksaan
dan
pengobatan penyakit kulit. Hasil pemeriksaan santri
didapatkan 28 santri menderita scabies dengan tanda infeksi,
76 santri menderita scabies tanpa tanda infeksi, serta 21 santri
menderita penyakit kulit lainnya. Selain melakukan
pemeriksaan dan pengobatan, juga diberikan edukasi kepada
santriterkait penyakit kulit yang dideritanya,
Kegiatan pembuatan poster kreatif diikuti oleh 9 orang
santri yang melakukan inovasi merancang poster bertemakan
PHBS pondok pesantren menggunakan alat tulis yang telah
disediakan tim pengabdian. Kegiatan ini melalui proses
pembimbingan oleh tim pengabdian dimana tujuannya para
santri bisa berkreasi secara ilmiah dan bermanfaat. Hasil
pembuatan poster kemudian dicetak dan diberikan kembali
kepada pihak pondok pesantren.
Kendala yang dialami saat pelaksanakan kegiatan
pengabdian adalah dengan begitu banyaknya santri yang
menderita penyakit kulit tim kesehatan cukup memerlukan
waktu yang panjang, namun pelaksanaan bisa berjalan
kondusif dengan bantan para guru pendamping santri.
5) Melaksanaan kegiatan pemasangan poster PHBS dan
penyerahan obat scabies: Kegiatan penyerahan dan
pemasangan poster karya para santri yang telah dicetak oleh
tim pengabdian kepada pihak pondok pesantren. Pemasangan
dilakukan di lokasi-lokasi kamar mandi, kamar tidur serta
tempat wudhu dimana para santri sering berada sehingga
harapannya akan menjadi sarana yang sifatnya affirmative
kepada para santri.
Kegiatatan penyerahan obat scabies dilakukan kepada
pihak pengurus pos kesehatan pesantren nurul islam, dimana
bertujuan agar pengobatan yang dilakukan bisa berkelanjutan
hingga tuntas.
6) Melakukan Pemaparan hasil kegiatan serta evaluasi
PHBS di lingkungan Pondok: Kegiatan ini dilakukan dengan
mempresentasikan hasil-hasil dari penyuluhan, pemeriksaan
kulit, serta pembuatan poster kretif kepada pihak pondok
pesantren. Kegiatan ini dihadiri oleh wakil dari yayasan, guru
pengurus, serta tim pengabdian. Harapannya adalah pihak
pondok pesantren mengetahui bagaimana kondisi kesehatan
kulit santrinya serta bagaimana cara yang harus diterapkan
untukmeningkatkan derajat kesehatan santri. Hasil dari

pemaparan ini adalah pihak pondok pesantren sangat terbuka
dan menginginkan kegiatan lanjutan berupa pendampingan
kepada pihak guru pengurus terkait pemberantasan penyakit
scabies di pondok sehingga ujung tombak monitoring dan
evaluasi akan berkelanjutan kepada para santri.
Luaran yang sudah diperoleh pada pelaksanaan kegiatan
Pengabdian kepada Masyarakat Penyuluhan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat di Pondok Pesantren Nurul Islam Jember
adalah sebagai berikut :
1) Poster Kreatif PHBS: Berupa 8 poster bertema PHBS
pondok yang dipasang di beberapa lokasi yang sering
dilewati oleh santri
2) Sarana pendukung kegiatan mandi sehat: Berupa
sarana pribadi yang dibagikan kepada para santri sehingga
mereka tidak menggunakan alat pribadi secara bergantian
3) Obat-obatan penyakit kulit: Berupa salep dan obat
minum untuk menunjang pengobatan penyakit scabies
melalui pos kesehatan pesantren
VI. KESIMPULAN
Kegiatan pengabdian ini telah menghasilkan poster
kreatif oleh santri terkait PHBS dan telah dilakukan
pemasangan di area pondok, memberikan sarana mandi sehat
utuk para santri serta memberikan obat-obatan scabies yang
telah diterima oleh pengurus pos kesehatan pesantren. Saran
yang dapat diberikan yaitu:
1) Perlu dilakukan monitoring terhadap keberlanjutan
kegiatan yang berlandaskan PHBS di lingkungan pondok
pesantren nurul islam
2) Perlu dilakukan kegiatan monitoring kejadian penyakit
scabies serta proses pengobatan yang paripurna sehingga
dapat terjadi pencegahan penularan
UCAPAN TERIMA KASIH
Tim pengabdian kepada masyarakat dengan judul
Penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Pondok
Pesantren Nurul Islam Jember mengucapkan terima kasih
kepada Pondok Pesantren Nurul Islam Jember dan Politenik
Negeri Jember atas dukungan pendanaan sehingga kegiatan
ini dapat terlaksana dengan baik. Kegiatan pengabdian ini
menjadi salah satu bentuk pemberdayaan masyarakat di
sekitar Politeknik Negeri Jember untuk dapat mengatasi
masalah yang sedang dihadapi. Serta bagi Politeknik Negeri
Jember sebagai sarana pembuktian untuk dapat
memanfaatkan ilmu pengetahuan secara benar demi
kesejahteraan bersama. Kegiatan Program Pengabdian
kepada Masyarakat ini dilaksanakan di pondok pesantren
nurul islam dalam upaya pencegahan dan pemberantasan
masalah kesehatan.

[1]

DAFTAR PUSTAKA
Azizah I.N. & Setiyowati W. (2011). Hubungan tingkat pengetahuan
ibu pemulung tentang personal hygiene dengan kejadian skabies pada
balita di tempat pembuangan akhir kota semarang. Dinamika
Kebidanan 1, 1-5.

162

Seminar Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Dana BOPTN Tahun 2016, ISBN : 978-602-14917-3-7

[2]
[3]

[4]

[5]
[6]
[7]

[8]
[9]

[10]

[11]

[12]

[13]

[14]
[15]

[16]
[17]

Badri M. 2007. Hygiene perseorangan santri pondok pesantren wali
songo ngabar ponorogo. Media Litbang Kesehatan 17, 1-7.
Ciftci IK, Karaca S, Dogru O, Cetinkaya Z, & Kulac K. (2006).
Prevalence of pediculosis and skabies in preschool nursery children
of Afyon, Turkey. Korean Journal of Parasitology 44, 95-98
Depkes RI, 2007). Pedoman penyelenggaraan dan pembinaan pos
kesehatan
pesantren.
2007.
Diunduh
dari:
http://perpustakaan.depkes.go.id.
Gilmore SJ. Control strategies for endemic childhood scabies. PloS
One. 2011;6:e15990.
Golant AK, Levitt JO. Scabies: a review of diagnosis and
management based on mite biology. Pediatr Rev.2012;33:e1-e12.
Heukelbach J, Wilcke T, Winter B & Feldmeier. (2005).
Epidemiology and morbidity of scabies and pediculosis capitis in
resource-poor communities in Brazil. British Journal of Dermatology
153: 150–156.
Johnstone P, Strong M. Scabies. BMJ. 2008;8:1707.
Kline K., James S. McCarthy, Pearson M, Loukas A., & Hotez P.
(2013). Neglected tropical diseases of oceania: review of their
prevalence, distribution, and opportunities for control. Plosneglected
tropical diseases, 7, 17-55.
Kuspriyanto (2005). Pengaruh sanitasi dan higiene perorangan
terhadap penyakit kulit. Tesis tidak diterbitkan. Surabaya: PPs
Universitas Airlangga.
Raza N,. Qadir S. N. R., Agna H. (2009). Risk faktor for scabies
among male soldier in Pakistan: casecontrol study. Eastern
Mediterranean Health Journal 15, 1-6
Roodsari MR, Malekzad F, Ardakani ME, Alai BA, Ghoraishian M.
Prevalence of scabies and pediculosis in Ghezel Hesar Prison, Iran.
IDTMRC. [diakses 24 Maret 2012]. Diunduh dari:
http://www.jpad.org.pk/Oct
Dec%202006/3.Original%20
article%20Prevalence%20of%20scabies%20and%20pediculosis%20
in%20Ghezel%20Hesar%20 prison,%20Iran.pdf.
Saad. Pengaruh faktor higiene perorangan terhadap kejadian skabies
di Pesantran An-Najach Magelang. Semarang: Universitas
Diponegoro; 2008.
Shelley FW, Currie BJ. Problems in diagnosing scabies, a global
disease in human and animal populations. CMR. 2007;268-79.
Steer AC, Jenney AWJ, Kado J, Batzloff MR, Vincent SL,
Waqatakirewa L, et al. High burden of impetigo and scabies in a
tropical country. PLoS Negl Trop Dis. 2009;3:e467.
Sungkar S. (1997). Skabies. Majalah Kedokteran Indonesia 47 (01) :
33-42
Zayyid M., Saadah M.S., Adil R., Rohela A.R., & Jamaiah, I. (2010).
Prevalence of skabies and head lice among children in a welfare home
in Pulau Pinang, Malaysia. Tropical Biomedicine 27, 442–446.

163

Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24