Meningkatkan Hasil Belajar dengan Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir

Jurnal THEOREMS (The Original Research of Mathematics)

Vol. 2 No. 2, Januari 2018 hal. 42-49

Meningkatkan Hasil Belajar dengan Strategi Pembelajaran
Peningkatan Kemampuan Berpikir
Zaenal Arifin,
Dosen Program Studi Pendidikan Matematika, Universitas Majalengka
email [email protected]
Abstrak—Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengetahui hasil belajar
ranah kognitif siswa aspek pengetahuan antara sebelum dan sesudah
menggunakan SPPKB pada mata pelajaran Matematika, 2)
mengetahui hasil belajar ranah kognitif siswa aspek pemahaman
antara sebelum dan sesudah menggunakan SPPKB pada mata
pelajaran Matematika. SPPKB menekankan kepada keterlibatan dan
keaktifan siswa secara penuh dalam pembelajaran. SPPKB memiliki
enam tahap: 1) tahap orientasi, 2) tahap pelacakan, 3) tahap
konfrontasi, 4) tahap inkuiri, 5) tahap akomodasi, 6) tahap transfer.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode kuasi eksperimen. Metode ini merupakan pengembangan dari
metode eksperimen yang sebenarnya. Sedangkan desain yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Time Series Design.
Berdasarkan hasil penelitian, penerapan SPPKB dapat meningkatkan
kemampuan kognitif siswa aspek pengetahuan secara signifikan pada
mata pelajaran Matematika dibandingkan sebelum penerapan SPPKB.
Hal ini disebabkan karena SPPKB menuntut siswa untuk aktif dalam
pembelajaran, sehingga pengetahuan yang diperoleh dapat diserap
dengan baik. Penerapan SPPKB dalam pembelajaran, juga
meningkatkan kemampuan kognitif siswa aspek pemahaman siswa
secara signifikan pada mata pelajaran Matematika.
Kata Kunci: Hasil Belajar, Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan
Berpikir.

42
Copyright ©2018, Jurnal THEOREMS (The Original Research of Mathematics)
p-ISSN: 2528-102X, e-ISSN: 2541-4321

Jurnal THEOREMS (The Original Research of Mathematics)

1. PENDAHULUAN
Kemajuan suatu bangsa sangat

ditentukan oleh kualitas sumber daya
manusia dimana kualitas sumber daya
manusia tersebut bergantung pada
kualitas
pendidikan.
Pendidikan
memegang peranan yang sangat
penting dalam pengembangan semua
potensi, kecakapan, serta karakteristik
sumber daya manusia kearah positif,
baik bagi dirinya maupun bagi
lingkungannya.
Pelaksanaan
pendidikan
tidak
terlepas dari proses belajar mengajar
dikelas. Proses belajar mengajar
merupakan kegiatan yang dilakukan
oleh guru dan siswa secara bersamasama untuk mencapai tujuan yang
diharapkan. Namun fakta yang terlihat

dilapangan pada mata pelajaran
matematika khususnya, pembelajaran
masih bersifat konvensional, dimana
siswa tampak pasif dan menerima
pengetahuan sesuai dengan yang
diberikan guru. Proses belajar mengajar
yang dilakukan disekolah masih
terpusat pada guru (teacher centered).
Pada
waktu
guru
memberikan
kesempatan untuk menjawab atau
bertanya, siswa bingung apa yang akan
dijawab ataupun bertanya, siswa
bingung apa yang akan dijawab dan
ditanyakan. Hal ini merupakan indikasi
bahwa
kemampuan
berpikir,

pemahaman konsep matematika masih
tergolong
rendah.
Sehingga
mengakibatkan
hasil
belajar
matematika masih rendah.
Kesulitan
belajar
merupakan
ketidak mampuan siswa menguasai
pengetahuan yang telah ditetapkan.
Siswa dikatakan mengalami kesulitan
belajar jika selalu memperoleh hasil
yang rendah dalam belajar dan lambat
melakukan tugas belajar. Hal ini sejalan
dengan
apa
yang

diktakan
Abdurrahman (1999) bahwa: ”para
guru umumnya memandang semua

Vol. 2 No. 2, Januari 2018 hal. 42-49

siswa memperoleh hasil belajar ynag
rendah disebut sebagai siswa yang
berkesulitan belajar”. Ini adalah tugas
guru untuk membantu siswa dalam
megatasi kesulitan belajar siswa agar
hasil belajar dapat meningkat seperti
yang diharapkan guru.
Penyempurnaan kurikulum harus
selalu dilakukn pemerintah untuk
meningkatkan
mutu
pendidikan.
Diantara hasil terbaru penyempurnaan
tersebut adalah Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP). Salah satu
kelebihan dari kurikulum terbaru ini
adalah dinyatakan pecahan masalah
(problem solving), penalaran (reasoning),
komunikasi
(communication),
dan
menghargai
kegunaan
matematka
sebagai
tujuan
pembelajaran
matematika SD, SMP, SMA, dan SMK.
Dari hasil observasi yang dilakukan
penulis di sekolah tersebut, ada
beberapa faktor yang menyebabkan
hasil belajar siswa rendah, dapat
ditinjau dari pihak pengajar (guru)
siswa dan prasarana. Ditinjau dari

pihak pengajar, guru masih didominasi
oleh metode ceramah. Kebanyakan
guru hanya menerangkan (bercerita) di
depan kelas lalu siswa hanya
mendengar
dan
siswa
tidak
dihadapkan langsung pada bendabenda. ditinjau dari pihak siswa, bahwa
siswa sering belajar dengan cara
menghapal
tanpa
membentuk
pengertian dari materi matematika
yang
dipelajari
sehingga
sulit
menghubungkan materi matematika
yang telah dipelajari dengan peristiwaperistiwa

yang
terjadi
dalam
kehidupan sehari - hari, akibat terjadi
belajar
hafalan
tanpa
mampu
menerangkan konsep matematika.
Menurut salah satu guru bidang
studI matematika MA Islamic Center
Cirebon, dari hasil wawancara (12 Mei
2016) mengatakan bahwa : ”pada
umumnya
kesulitan
dalam
mempelajari matematika ketika soal
43

Copyright ©2018, Jurnal THEOREMS (The Original Research of Mathematics)

p-ISSN: 2528-102X, e-ISSN: 2541-4321

Jurnal THEOREMS (The Original Research of Mathematics)

yang diberikan tidak sama dengan
contoh, ini kurangnya pemahaman
siswa dalam pemahaman konsep
sehingga kemampuan berpikir tidak
telalu maksimal dan dampaknya daya
fikir siswa menjadi rendah”. Dalam
mempelajari bilangan pecahan soal
yang disajikan dapat bervariasi,
misalnya dalam bentuk soal cerita.
Untuk menyelesaikannya tentulah
menggunakan pikiran. Siswa juga
masih kesulitan dalam mengoperasikan
bilangan pecahan baik dalam pecahan
biasa
maupun
dalam

pecahan
campuran, menyamakan penyebut, dan
mengurangi pecahan.
Dari observasi yang telah dilakukan
maka observasi memberikan beberapa
tes yang berhubungan dengan materi
bilangan pecahan dalam bentuk soal
uraian. Hasil yang diperoleh dari tes
tersebut sangatlah diluar harapan. Dari
36 siswa hanya 12 siswa (30%) yang
memahami masalah, 10 siswa (25%)
yang dapat merencanakan masalah, 6
siswa
(12,5%)
yang
dapat
menyelesaikan masalah dan 8 siswa
(22,2
%)
yang dapat

menarik
kesimpulan.
Hal ini menunjukkan bahwa
kemampuan
pemecahan
masalah
matematika siswa masih rendah
padahal salah satu tujuan dari
pembelajaran matematika saat ini
adalah
meliputi
kemampuan
memahami masalah, merencanakan
masalah, melaksanakan masalah dan
memeriksa
kembali
hasil
yang
diperoleh.
Cara
belajar
aktif
merupakan cara belajar yang dituntut
dari siswa agar mereka dapat
meningkatkan prestasi belajarnya. Oleh
karena itu, guru dituntut untuk
mendorong siswa belajar secara aktif
dan dapat meningkatkan hasil belajar
dalam matematika. Seperti yang
dikemukakan oleh Slameto (2003 : 31):
Rendahnya hasil belajar yang
diperoleh siswa bisa disebabkan oleh

Vol. 2 No. 2, Januari 2018 hal. 42-49

adanya faktor intern dan ekstern
belajar. Faktor intern meliputi sikap
terhadap belajar, motivasi belajar,
konsentrasi belajar, mengolah bahan
belajar, menyimpan perolehan hasil
belajar, rasa percaya diri siswa, citacita siswa dan lain-lain sebagainya.
Faktor ekstern meliputi guru sebagai
pembina siswa belajar, prasarana dan
sarana pemebelajaran, lingkungan
sosial siswa disekolah, dan kurikulum
sekolah (Mudjiono & Dimyanti, 2009:
236-253).
Pemilihan model yang tepat sesuai
untuk setiap konsep membuat tujuan
proses hasil belajar mengajar sudah
ditentuan tercapai dengan baik. Strategi
Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir merupakan sebuah model
pembelajaran berlangsung. Siswa diberi
lebih banyak aktif pada saat proses
berlangsung. Siswa diberi berbagai
macam pertanyaan untuk memecahkan
sebuah masalah, sehingga siswa lebih
banyak mengemukakan pendapatnya
dan pada akhirnya dapat menjawab
sendiri pertanyaan yang diajukan
(Sanjaya 2006:23).
Adapun
keunggulan
Strategi
Pembelajaran
Peningkatan
Kemampuan Berpikir (SPPKB) adalah
sebagai berikut:
1. SPPKB menempatkan peserta didik
sebagai subjek belajar, artinya
peserta didik berperan aktif dalam
setiap proses pembelajaran dengan
cara menggali pengalamannya
sendiri.
2. Dalam
SPPKB,
pembelajaran
dikaitkan dengan kehidupan nyata
melalui penggalian pengalaman
setiap siswa.
3. Dalam SPPKB perilaku dibangun
atas kesadaran diri.
4. Dalam
SPPKB,
kemampuan
didasarkan
atas
penggalian
pengalaman
5. Tujuan
akhir
dari
proses
pembelajaran
melalui
SPPKB
44

Copyright ©2018, Jurnal THEOREMS (The Original Research of Mathematics)
p-ISSN: 2528-102X, e-ISSN: 2541-4321

Jurnal THEOREMS (The Original Research of Mathematics)

adalah
kemampuan
berpikir
melalui proses menghubungkan
antara
pengalaman
dengan
kenyataan.
6. Dalam SPPKB, tindakan atau
perilaku dibangun atas kesadaran
diri sendiri, misalnya individu
tidak melakukan perilaku tertentu
karena ia menyadari bahwa
perilaku itu merugikan dan tidak
bermanfaat.
7. Dalam SPPKB, pengetahuan yang
dimiliki setiap individu selalu
berkembang
sesuai
dengan
pengalaman yang dialaminya, oleh
sebab itu setiap peserta didik bisa
terjadi
perbedaaan
dalam
memaknai hakikat pengetahuan
yang dialaminya.
8. Tujuan yang ingin dicapai oleh
SPPKB adalah kemampuan siswa
dalam proses berpikir untuk
memperoleh pengetahuan, maka
kriteria keberhasilan ditentukan
oleh proses dan hasil belajar.
Berdasarkan penjelasan diatas maka
Strategi
Peningkatan
Pembelajarn
Kemampuan berpikir (SPPKB) bukan
hanya sekedar model pembelajaran
yang diarahkan agar peserta didik
dapat mengingat dan memahami
berbagai data, fakta atau konsep, akan
tetapi bagaimana data, fakta, dan
konsep tersebut dapat menghadapi dan
memecahkan suatu persoalan. Sasaran
akhir model ini adalah kemampuan
siswa yang akan dicapai melalui
kriteria keberhasilan yang ditentukan
oleh proses dan hasil belajar.
Salah satu pembenahan dalam
proses
belajar
mengajar
dapat
dilakukan adalah pemilihan model
pembelajaran
yang tepat dalam
penyampaian setiap konsep sehingga
siswa secara mudah menerima atau
menerapkannya dalam kehidupan
sehari – hari. Pemilihan strategi yang
tepat atau sesuai untuk setiap konsep
membuat tujuan proses hasil belajar

Vol. 2 No. 2, Januari 2018 hal. 42-49

mengajar yang sudah ditentukan
tercapai dengan baik.
Strategi Pembelajaran Peningkatan
Kemampuaan Berpikir merupakan
strategi model pembelajaran yang
bertumpu pada proses perbaikan dan
peningkatan
kemampuan
berpikir
siswa. Menurut Peter Reason 1981
(dalam Sanjaya 2006: 230), berpikir
(thinking)
adalah
proses
mental
seseorang yang lebih dari sekedar
mengingat
(remembering)
dan
memaham (comprehending). Sedangkan
menurut Reason (dalam Sanjaya 2007:
231) mengingat dan memahami lebih
bersifat pasif dari kegiatan berpikir
(thinking).
2. KAJIAN LITERATUR DAN
HIPOTESIS
SPPKB
menekankan
kepada
keterlibatan dan
keaktifan siswa
secara penuh dalam pembelajaran.
SPPKB memiliki enam tahap. Sanjaya
(2009 : 232) menjelaskan setiap
tahapnya sebagai berikut:
a. Tahap Orientasi
Pada tahap ini guru mengkondisikan siswa pada posisi siap untuk
melakukan
pembelajaran.
tahap
orientasi dilakukan dengan, pertama,
penjelasan tujuan yang harus dicapai
baik tujuan yang berhubungan dengan
penguasaan materi pelajaran yang
harus dicapai, maupun tujuan yang
berhubungan
dengan
proses
pembelajaran
atau
kemampuan
berpikir yang harus dimiliki siswa.
Kedua, penjelasan proses pembelajaran
yang harus dilakukan siswa dalam
setiap tahapan proses pembelajaran.
b. Tahap Pelacakan
Tahap pelacakan adalah tahapan
penajajkan
untuk
memahami
pengalaman dan kemampuan dasar
siswa sesuai dengan tema atau pokok
persoalan yang akan dibicarakan.
Melalui
tahapan
inilah
guru
mengembangkan dialog dan tanya
45

Copyright ©2018, Jurnal THEOREMS (The Original Research of Mathematics)
p-ISSN: 2528-102X, e-ISSN: 2541-4321

Jurnal THEOREMS (The Original Research of Mathematics)

jawab untuk mengungkap pengalaman
apa saja yang telah dimiliki siswa
yang dianggap relevan dengan tema
yang akan dikaji. Dengan berbekal
pemahaman itulah selanjutnya guru
menentukan bagaimana ia harus
mengembangkan dialog dan tanya
jawab
pada
tahapan-tahapan
selanjutnya.
c. Tahap Konfrontasi
Tahap konfrontasi adalah tahapan
penyajian persoalan yang harus
dipecahkan sesuai dengan tingkat
kemampuan dan pengalaman siswa.
Untuk
merangsang
peningkatan
kemampuan siswa pada tahap ini
guru dapat memberikan persoalanpersoalan
yang
dilematis
yang
memerlukan jawaban atau jalan keluar.
Persoalan yang diberikan sesuai
dengan tema atau topik itu tentu saja
persoalan
yang
sesuai
dengan
kemampuan dasar atau pengalaman
siswa seperti yang diperoleh pada
tahap kedua.
d. Tahap Inkuiri
Tahap inkuiri adalah tahapan
terpenting dalam SPPKB. Pada tahap
inilah
siswa
belajar
yang
sesungguhnya.
Melalui
tahapan
inkuiri,
siswa
diajak
untuk
memecahkan persoalan yang dihadapi.
Oleh sebab itu, pada tahapan ini guru
harus
memberikan
ruang
dan
kesempatan kepada siswa untuk
mengembangkan
gagasan
dalam
upaya pemecahan persoalan.
e. Tahap Akomodasi
Tahap akomodasi adalah tahapan
pembentukan
pengetahuan
beru
melalui proses penyimpulan. Pada
tahap ini siswa dituntut untuk dapat
menemukan kata-kata kunci sesuai
dengan topik atau tema pembelajaran.
pada tahap ini melalui dialog guru
membimbing
agar
siswa
dapat
menyimpulkan apa yang mereka
temukan dan mereka pahami sekitar
topik yang diperasalahkan.

Vol. 2 No. 2, Januari 2018 hal. 42-49

f.

Tahap Transfer
Tahap transfer adalah tahapan
penyajian masalah baru yang sepadan
dengan masalah yang disajikan. Tahap
transfer dimaksudkan sebagai tahapan
agar siswa mampu mentransfer
kemampuan berpikir setiap siswa
untuk memecahkan masalah-masalah
baru. Pada tahap ini guru dapat
memberikan tugas-tugas yang sesuai
dengan topik pembahasan.
Berdasarkan tahapan-tahapan yang
telah dijelaskan, maka ada beberapa
hal yang harus diperhatikan agar
SPPKB
dapat
berhasil
dengan
sempurna khususnya bagi guru. Hal
tersebut dikemukakan Sanjaya (2009 :
234) sebagai berikut:
a. SPPKB
adalah
model
pembelajaran yang bersifat
demokratis, oleh sebab itu guru
harus mampu menciptakan
suasana yang terbuka dan
saling menghargai, sehingga
setiap
siswa
dapat
mengembangkan kemampuannya dalam
menyampaikan
pengalaman
dan
gagasan.
Dalam SPPKB guru harus
menempatkan siswa sebagai
subjek belajar bukan sebagai
objek. Oleh sebab itu, inisiatif
pembelajaran harus muncul
dari siswa sebagai subjek
belajar.
b. SPPKB dibangun dalam susana
tanya jawab, oleh sebab itu
guru dituntut untuk dapat
mengembangkan kemampuan
bertanya, misalnya kemampuan bertanya untuk melacak,
kemampuan bertanya untuk
memancing, bertanya induktifdeduktif, dan mengembangkan
pertanyaan
terbuka
dan
tertutup. Hindari peran guru
sebagai sumber belajar yang
memberikan informasi tentang
materi pelajaran.
46

Copyright ©2018, Jurnal THEOREMS (The Original Research of Mathematics)
p-ISSN: 2528-102X, e-ISSN: 2541-4321

Jurnal THEOREMS (The Original Research of Mathematics)

c.

SPPKB juga merupakan model
pembelajaran
yang
dikembangkan dalam suasana
dialogis, karena itu guru harus
mampu
merangsang
dan
membangkitkan
keberanian
siswa
untuk
menjawab
pertanyaan,
menjelaskan,
membuktikan
dengan
memberikan data dan fakta
serta
keberanian
untuk
mengeluarkan ide dan gagasan
serta menyusun kesimpulan
dan mencari hubungan antar
aspek yang dipermasalahkan.

3. METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode
kuasi
eksperimen.
Metode
ini
merupakan
pengembangan
dari
metode eksperimen yang sebenarnya.
Hal ini sejalan dengan pernyataan
Sugiyono (2009 : 114) bahwa “bentuk
quasi experimental design merupakan
pengembangan dari true experimental
design yang sulit dilaksanakan”. Oleh
karena itu, untuk mengatasi kesulitan
dalam menentukan kelompok kontrol
dalam
penelitian,
maka
dikembangkanlah
metode
kuasi
eksperimen
ini.
Metode
kuasi
eksperimen ciri utamanya adalah tidak
dilakukannya penugasan random,
melainkan
dengan
menggunakan
kelompok yang sudah ada.

Desain yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Time Series
Design. Desain ini tidak menggunakan
kelompok kontrol. Desain ini hanya
menggunakan satu kelompok. Seperti
yang dikemukakan oleh Sugiyono
(2009 : 115) bahwa “time series design
hanya menggunakan satu kelompok
saja, sehingga tidak memerlukan
kelompok kontrol”.

Vol. 2 No. 2, Januari 2018 hal. 42-49

4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan
hasil
pengujian
hipotesis dari rumusan masalah
pertama menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan hasil belajar siswa ranah
kognitif siswa aspek pengetahuan
antara
sebelum
dan
sesudah
menggunakan SPPKB pada mata
pelajaran Matematika.
Pada aspek pengetahuan SPPKB
memiliki pengaruh yang cukup kuat
dalam meningkatkan hasil belajar
siswa. Hal ini dapat terlihat dari skor
hasil belajar siswa sebelum dan
sesudah diberikan perlakuan dengan
SPPKB. Ini disebabkan karena dalam
SPPKB materi pelajaran tidak disajikan
begitu saja kepada siswa, tetapi siswa
dibimbing terlebih dahulu untuk
menemukan sendiri konsep yang harus
dikuasai melalui proses pembelajaran
yang dilakukan guru secara dialogis
dengan memanfaatkan pengalaman
siswa.
Dengan demikian, pengetahuan
yang diperoleh dapat lebih lama
diingat oleh siswa. sehingga pada saat
diberikan tes oleh guru, siswa dapat
menjawab dengan baik dan benar.
Selain
itu,
dalam
SPPKB
pengetahuan yang dimiliki siswa selalu
berkembang
sesuai
dengan
pengalaman
yang
dimilikinya.
Sehingga
siswa
tidak
hanya
memperoleh pengetahuan dari proses
pembelajaran saja, tetapi bisa juga di
luar pembelajaran. dengan demikian
siswa
dapat
mengasah
pengetahuannya
dan
gampang
mengingat
pengetahuan
yang
diperoleh nya.
Berdasarkan hasil observasi yang
dilakukan selama proses pembelajaran
berlangsung, siswa terlihat lebih aktif
dalam dalam pembelajaran. Hal ini
terbukti dengan banyaknya siswa yang
bertanya,
ketika
siswa
belum
memahami
permasalahan
yang
diajukan. Selain itu, siswa juga sealu
47

Copyright ©2018, Jurnal THEOREMS (The Original Research of Mathematics)
p-ISSN: 2528-102X, e-ISSN: 2541-4321

Jurnal THEOREMS (The Original Research of Mathematics)

menjawab setiap pertanyaan yang
diajukan oleh guru. Dengan aktif nya
siswa dalam proses pembelajran, maka
pengetahuan yang diperoleh siswa
dapat diserap dengan baik. sehingga
pengetahuan tersebut lebih lama
diingat oleh siswa dibandingkan
dengan jika siswa hanya menerima apa
yang disampaikan oleh guru.
Meningkatkannya hasil belajar
siswa
ranah
kognitif
aspek
pengetahuan, tentunya juga didukung
oleh
faktor
lingkungan
kelas.
Berdasarkan hasil observasi selama
proses pembelajaran, dapat dilihat
bahwa ketika ada seorang temannya
yang berusaha untuk menjawab
pertanyaan yang diajukan oleh guru,
maka siswa yang lain pun tergerak
untuk berusaha menjawab pertanyaan
yang diajukan. Sehingga siswa saling
memebangun
pengetahuan
nya
sendiri berdasarkan permasalahanpermasalahan yang disampaikan oleh
guru.
Berdasarkan
hasil
pengujian
hipotesis dari rumusan masalah kedua
menunjukkan
bahwa
terdapat
perbedaan hasil belajar siswa ranah
kognitif siswa aspek pemahaman
antara
sebelum
dan
sesudah
menggunakan SPPKB pada mata
pelajaran Matematika.
Pada aspek pemahaman SPPKB
memiliki pengaruh yang cukup kuat
dalam meningkatkan hasil belajar
siswa. Hal ini dapat terlihat dari skor
hasil belajar siswa sebelum dan
sesudah diberikan perlakuan dengan
SPPKB. Ini dapat disebabkan karena
SPPKB berbeda dengan pembelajaran
yang biasa diterapkan oleh guru.
Biasanya guru menempatkan peserta
didik sebagai objek, sedangkan dalam
SPPKB guru menempatkan peserta
didik sebagai objek, sedangkan dalam
SPPKB guru menempatkan peserta
didik sebagai subjek. Artinya peserta
didik lebih aktif dalam pemebelajaran

Vol. 2 No. 2, Januari 2018 hal. 42-49

dengan menggali
pengalamannya
sendiri. Dengan demikian siswa bisa
lebih paham terhadap pokok bahasan
yang disajikan dalam pembelajaran
Berdasarkan observasi yang telah
dilakukan, maka dapat diketahui
bahwa pada saat guru menyuruh siswa
untuk
menarik
kesimpulan
berdasarkan
permasalahan
yang
diajukan,
maka
siswa
dapat
menyimpulkannya
dengan
baik
dengan bahasa mereka sendiri. Ini
berarti bahwa siswa dapat memahami
dan mengerti tentang permasalahanpermasalahan
yang
dipaparkan
selama proses pembelajaran.
Penerapan Strategi Pembelajaran
Peningkatan Kemampuan Berpikir
dapat menjadi salah satu alternatif bagi
guru dalam melaksanakan proses
pembelajaran. Sehingga guru tidak
terpaku pada satu model maupun satu
metode saja. Sehingga siswa pun tidak
jenuh dalam mengikuti pembelajaran.
Penelitian ini membuktikan bahwa
SPPKB dapat meningkatan hasil
belajar siswa pada mata pelajaran
Matematika.
5. KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil penelitian,
penerapan
SPPKB
dapat
meningkatkan kemampuan kognitif
siswa aspek pengetahuan secara
signifikan
pada
mata
pelajaran
Matematika dibandingkan sebelum
penerapan SPPKB. Hal ini disebabkan
karena SPPKB menuntut siswa untuk
aktif dalam pembelajaran, sehingga
pengetahuan yang diperoleh dapat
diserap dengan baik. Penerapan
SPPKB dalam pembelajaran, juga
meningkatkan kemampuan kognitif
siswa aspek pemahaman siswa secara
signifikan
pada
mata
pelajaran
Matematika.

48
Copyright ©2018, Jurnal THEOREMS (The Original Research of Mathematics)
p-ISSN: 2528-102X, e-ISSN: 2541-4321

Jurnal THEOREMS (The Original Research of Mathematics)

6. REFERENSI
Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar-dasar
Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi).
Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik
(Edisi Revisi VI). Jakarta: Bumi
Aksara.
Djalal, Fasli dan Dedi Supriadi (eds).
2001. Reformasi Pendidikan dalam
Konteks
Otonomi
Daerah.
Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.
Isjoni, dkk. 2007. Pembelajaran Visioner
Perpaduan
Indonesia-Malaysia.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mulyasa. 2006. Menjadi Guru Profesional:
Menciptakan Pembelajaran Kreatif
dan Menyenangkan. Bandung:
Rineka Cipta.
Rifa’i RC, Achmad dan Catharina Tri
Anni. 2009. Psikologi Pendidikan.
Semarang: UNNES PRESS.
Rusman.
2011.
Model-Model
Pembelajaran
(Mengembangkan
Profesionalisme Guru). Jakarta : PT
Raja Grafindo Persada.
Sadiman,
Arif.
2006.
Media
Pendidikan
Pengertian
Pengembangan dan Pemanfaatan.
Jakarta: P.T. Raja Grafindo
Persada.
Sanjaya,
Wina.
2008.”Strategi
Pembelajaran
Berorientasi
Standar
Proses Pendidikan”.
Jakarta: KENCANA.
Siti Irene A.D., 2011. Desentralisasi dan
Partisipasi
Masyarakat
dalam
Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Sudjana, Nana dan Ahmad Rifai. 2009.
M edia
P engajaran.
Bandung:
Sinar Baru Algensindo.
Sanjaya,
Wina.
2006.
Strategi
Pembelajaran Berorientasi Stsndar
Proses Pendidikan.
Bandung:
Kencana Prenada Media Group.
Sardiman, A. M, 2001. Interaksi dan
Motivasi
Belajar
Mengajar.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Vol. 2 No. 2, Januari 2018 hal. 42-49

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian
Pendidikan
(Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D).
Bandung: ALFABETA.
Seels, Barbara B. dan Rita C. Richey.
1994. Teknologi Pembelajaran”.
Jakarta: Unit -Percetakan UNJ.
Zaini Hasan dan Salladin. 1996.
Pengantar Ilmu Sosial. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Jakarta: Jalan Pintu

49
Copyright ©2018, Jurnal THEOREMS (The Original Research of Mathematics)
p-ISSN: 2528-102X, e-ISSN: 2541-4321