45623482 Perbedaan Kedisiplinan Belajar Mahasiswa Laki Laki Dan Perempuan PGSD Berasrama Berdasarkan Indeks Prestasi Semester IV

Indeks Prestasi Semester IV

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Metodelogi Penelitian

Dosen Pengampu: Drs. H. Fansuri, M.Pd

Disusun Oleh:

NAMA

: Ahmad Syadzali

NIM

: A1E307915

KELAS

: VI B

PROGRAM STUDI S1 PGSD TERINTEGRASI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU 2010

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan proposal penelitian yang berjudul : “Perbedaan Kedisiplinan Belajar Mahasiswa Laki-laki dan Perempuan PGSD Berasrama Berdasarkan Indeks Prestasi Semester IV.”

Dalam penyelesaian proposal ini banyak sekali bantuan dan bimbingan baik moril maupun meteriil yang diberikan kepada penulis, sehingga dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasi yang sebesar-besarnya serta penghargaan yang tak terhingga kepada:

1. Bapak Drs. H. Fansuri, M.Pd. selaku dosen pembimbing mata kuliah metodelogi penelitian. 2. Kedua orang tua yang telah ikut serta membantu baik dukungan dan doanya. 3. Rekan-rekan Mahasiswa S1 PGSD Berasrama. 4. Semua pihak yang juga ikut membantu kelancaran dalam penelitian ini hingga selesai.

Penulis sadar bahwa keterbatasan pengetahuan dan bahan yang dimiliki, baik tata bahasa, penyajian data serta teknik penulisan, sehingga terdapat kekeliruan ataupun kekurangan dalam proposal penelitian ini, oleh karena itu kritik dan saran sangat diperlukan untuk perbaikan dan kepentingan penelitian lebih lanjut.

Akhirnya penulis berharap semoga proposal penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Amin.

Banjarbaru, Juni 2010

Ahmad Syadzali

ABSTRAK

Ahmad Syadzali, 2010. Perbedaan Kedisiplinan Belajar Mahasiswa Laki-laki dan Perempuan PGSD Berasrama Berdasarkan Indeks Prestasi Semester IV. Proposal. Program Studi S1 PGSD Berasrama Banjarbaru.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan kedisplinan belajar mahasiswa laki-laki dan perempuan PGSD Berasrama berdasarkan indeks prestasi semester IV.

Sesuai dengan permasalahan dalam penelitian ini menggunakan teknik deskriptif komporatif terhadap dua kelompok atau variabel, yaitu kedisiplinan belajar untuk laki-laki dan perempuan.

Populasi penelitian sebanyak 60 orang mahasiswa yang terdiri dari 20 orang laki-laki dan 20 orang perempuan. Karena populasinya hanya sedikit maka peneliti tidak mengambil sampel akan tetapi seluruh populasi dijadikan sampel dalam penelitian ini.

Hipotesis (Ha) diuji menggunakan teknik uji t. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa gambaran kedisplinan belajar beradsarkan indeks prestasi semester IV untuk laki-laki tergolong predikat cukup baik sedangkan untuk perempuan juga tergolong cukup baik. Hasil pengujian diperoleh Fo lebih kecil dari pada Ft pada taraf signifikansi 5% dan 1 %. Dengan demikian hipotesis alternatif (Ha) yang berbunyi ada perbedaan kedisiplinan belajar mahasiswa laki- laki dan perempuan PGSD Berasrama berdasarka indeks prestasi semester IV di tolak. Dengan kata lain tidak terdapat perbedaan yang signifikan kedisiplinan belajar mahasiswa laki-laki dan perempuan PGSD Berasrama berdasarka indeks prestasi semester IV.

Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa perbedaan indeks prestasi mahasiswa laki-laki dan perempuan semester IV tidak menentukan atau mempengaruhi kedisiplinan belajar, oleh karena itu dimungkinkan ada faktor lain sehingga mahasiswa PGSD Berasrama memiliki kemampuan belajar yang berbeda.

Dengan tidak adanya Perbedaan Kedisiplinan Belajar Mahasiswa Laki-laki dan Perempuan PGSD Berasrama Berdasarkan Indeks Prestasi Semester IV, hendaknya tetap memberlakukan disiplin dalam belajar oleh mahasiswa.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Upaya peningkatan mutu pendidikan ini dapat diatasi dengan belajar, karena belajar merupakan salah satu proses perkembangan hidup manusia. Belajar ini hendaknya dilakukan sepanjang hayat, hal ini berarti bahwa setiap manusia Indonesia diharapkan supaya selalu berkembang sepanjang hidup dan di lain pihak masyarakat dan pemerintah diharapkan agar dapat menciptakan situasi yang menantang untuk belajar. Prinsif ini berarti, masa sekolah bukanlah satu-satunya masa bagi setiap orang untuk belajar, melainkan hanya sebagian dari waktu belajar yang akan berlangsung seumur hidup. Konsep pendidikan seumur hidup merumuskan suatu asas bahwa pendidikan adalah suatu proses yang terus-menerus (kontinu) dari bayi sampai meninggal dunia.

Pendidikan pertama yang di dapat oleh setiap manusia adalah kelurga karena pada keluarga inilah fondasi terhadap penanaman nilai-nilai kehidupan yang diterapkan oleh orang tua melalui pemberian contoh-contoh keteladanan dan kebiasaan-kebiasaan yang baik salah satunya disiplin dalam belajar. Penerapan kedisiplinan dalam belajar yang dilakukan oleh orang tua terhadap anaknya sangat dipengaruhi oleh pola asuh yang diterapkan dalam keluarga tersebut. Pola asuh yang kita ketahui yaitu kepemimpinan yang otoriter (menguasai) dan kepemimpinan demokratis (ikut berperan serta dalam memutuskan). Dari kedua tipe ini, kepemimpinan demokratislah yang harusnya dilakukan oleh para orang tua karena pada tipe ini orang tua berperan sebagai pembimbing lebih terlihat yang memberikan pengarahan, petunjuk atau bantuan kepada anak.

Penerapan disiplin dalam belajar dapat terbentuk apabila kegiatan itu rutin dilakukan terus menerus dan pada waktu yang sama setiap harinya. Disiplin belajar ini juga harus didukung oleh situasi dan kondisi yang mendukung anak untuk belajar sehingga anak tetap terfokus. Misalnya, orang Penerapan disiplin dalam belajar dapat terbentuk apabila kegiatan itu rutin dilakukan terus menerus dan pada waktu yang sama setiap harinya. Disiplin belajar ini juga harus didukung oleh situasi dan kondisi yang mendukung anak untuk belajar sehingga anak tetap terfokus. Misalnya, orang

Usaha penerapan waktu belajar ini mudah dilakukan pada saat anak masih berusia SD sampai dengan SMP, tetapi pada usia SMA mungkin hal ini agak sulit dilakukan oleh orang tua. Namun, demikian apabila penerapan displin belajar ini dilakukan sejak kecil maka pada diri anak akan terbentuk kebiasaan yang tidak mudah ditinggalkan karena akan menjadi suatu kebutuhan.

Kedisiplinan dalam belajar sangat diperlukan pengawasan dari orang tua selaku pembimbing. Anak yang hidup jauh dari pengawasan orang tua tentu akan merasa bebas dari rutinitas seperti belajar apabila faktor lingkungan berhasil merubahnya. Faktor lingkungan juga menjadi hal utama menentukan keberhasilan anak dalam belajar. Kedisiplinan belajar ini pada akhirnya akan menentukan prestasi belajar anak itu sendiri. Prestasi belajar yang dicapai seseorang merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam maupun dari luar diri individu. Faktor internal meliputi jasmaniah, psikologis termasuk kebiasaan, minat dan kebutuhan, kematangan fisik dan psikis serta lingkungan. Prestasi belajar ini tidak memandang pada perbedaan jenis kelamin, hingga saat ini belum ada petunjuk yang menguatkan tentang adanya perbedaan skil, sikap, minat dan pola-pola tingkah laku lainnya sebagai akibat dari perbedaan jenis kelamin. Ada bukti bahwa perbedaan tingkah laku antara laki-laki dan perempuan merupakan hasil dari perbedaan tradisi kehidupan, dan bukan semata-mata karena perbedaan jenis kelamin. Seandainya variabel sosial diabaikan, orang dapat mengatakan bahwa laki-laki lebih cakap dari perempuan. Fakta menunjukkan, bahwa tidak ada perbedaan yang berarti antara laki-laki dan perempuan dalam hal intelegensi.

Upaya perbaikan terhadap kualitas pendidikan salah satunya yaitu keberadaan calon guru yang selalu belajar dan berinovasi. Melalui program hibah kompetisi pemerintah berusaha meningkatkan kualitas guru yang profesional dimana dalam program ini para calon guru di tempatkan dalam suatu asrama. Tujuan dari tinggal di asrama ini agar mahasiswa dapat belajar

secara efektif dan efesien, karena dekatnya dengan sumber belajar serta adanya lingkungan yang mendukung untuk mahasiswa belajar. Oleh karena itu, program ini bertujuan agar mahasiswa setiap hari harus belajar dan mengembangkan diri demi tercapainya tujuan yang diharapkan yaitu seorang guru yang profesional. Kehidupan berasrama tentunya berbeda dengan kehidupan dirumah karena adanya penyatuan perbedaan dari berbagai macam aspek seperti budaya,bahasa dan kebiasaan. Kehidupan yang seperti ini tentu memerlukan suatu ketangguhan agar kebiasaan yang baik yang telah diperoleh dalam pendidikan keluarga tidak luntur akibat adanya penyatuan tersebut.Kehidupan berasrama lebih kompleks dengan berbagai aspek kehidupan didalamnya, seperti keamanan, kesehatan, kebersihan, kebersamaan, keagamaan, kedisiplinan dan sebagainya. Salah satu aspek yang penting yaitu kedisiplinan dalam segala hal termasuk belajar yang menjadi tugas pokok mahasiswa selaku calon guru. Dalam kehidupan sehari-hari di asrama tampak terlihat ada perbedaan kedisiplinan belajar antar mahsiswa, baik itu sesama laki-laki atau sesama perempuan bahkan antar keduanya. Keadaan yang seperti ini tentu akan berdampak terhadap prestasi yang diperoleh mahasiswa itu sendiri. Hal ini terbukti ada satu blok yang tingkat kedisiplinan belajarnya cukup tinggi dibandingkan dengan blok lain terutama bila dibandingkan dengan laki-laki.

Berdasarkan latar belakang dan kenyataan di lapangan tersebut, maka

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yangg berjudul “Perbedaan Tingkat Kedisiplinan Belajar Mahasiswa PGSD Asrama Banjarbaru Berdasarkan Indeks Prestasi ”.

B. Identifikasi Masalah

Kompleksnya kehidupan asrama dengan berbagai aspeknya tentu akan menimbulkan masalah dari tiap aspek tersebut. Adapun masalah yang dihadapi dalam kehidupan berasrama ini, antara lain:

1. Masalah keamanan Suatu tempat tinggal (asrama) tentu tidak lepas dari masalah keamanan, rasa aman akan memberikan kenyamanan untuk beraktivitas 1. Masalah keamanan Suatu tempat tinggal (asrama) tentu tidak lepas dari masalah keamanan, rasa aman akan memberikan kenyamanan untuk beraktivitas

2. Masalah kesehatan Kesehatan merupakan suatu modal dasar bagi manusia untuk beraktivitas karena pada kondisi sehat seseorang dapat melakukan segala hal termasuk proses berpikir yaitu belajar. Masalah kesehatan ini sangat berdampak dari pola hidup penghuni asrama tersebut. Asrama PGSD Banjarbaru sejak awal semester 6 sudah ada 6 orang mahasiswa(i) Berasrama yang jatuh sakit, dengan rincian 4 orang terkena typus, 1 orang terkena demam berdarah (DB), dan 1 orang terkena gejala typus.

3. Masalah kejujuran Banyaknya penghuni asrama dengan berbagai watak dan karakter, dapat menjadi sebuah masalah. Kejujuran ini bisa terhadap waktu maupun terhadap keuangan,misalnya Koperasi PGSD yang mengalami kemacetan dalam keuangan.

4. Masalah Kebersihan Hampir disetiap asrama, masalah kebersihan menjadi masalah utama asrama. Namun, di asrama PGSD Banjarbaru ini, masalah kebersihan dapat terkendali. Hal ini karena adanya program kebersihan yang dibuat oleh pengelola Asrama PGSD Banjarbaru, yang mencakup seluruh aspek kebersihan, mulai dari kebersihan diri sendiri, kamar, blok, asrama, dan bahkan lingkungan kampus PGSD Banjarbaru.

5. Masalah kedisiplinan Kedisiplinan merupakan suatu modal besar untuk sukses karena adanya keteraturan dalam beraktivitas. Kedisiplinan ini banyak macam dan ragam seperti disiplin diri dalam hal belajar, bekerja serta beribadah.

Bentuk disiplin yang lain yaitu menaati peraturan yang ada dan berlaku di dalam asrama PGSD. Namun, karena adanya perbedaan karakter mahasiswa sehingga adanya saja yang melanggar aturan tersebut.

6. Masalah sarana dan prasarana Secara keseluruhan, sarana dan prasarana yang dimiliki Asrama PGSD Banjarbaru cukup lengkap. Namun, perawatan sarana dan prasarana tersebut dirasa masih kurang. Hal ini karena ada beberapa fasilitas asrama yang sudah tidak berfungsi dengan baik/rusak, seperti mesin pemotong rumput, mesin genset, beberapa komputer, dan sebagainya.

7. Masalah kesadaran Masalah kesadaran adalah maslah yang paling kompleks dan sulit untuk dipecahkan. Karena kesadaran ini tergantung dari watak dan karakter masing-masing individu. Namun, di Asrama PGSD Banjarbaru ini tingkat kesadaran penghuninya sudah cukup baik. Hal ini karena dorongan dan bimbingan dari Pengelola Asrama PGSD Banjarbaru. Meski terkadang masih ada ketidaksadaran yang terjadi.

Masalah kedisplinan terutama disiplin dalam belajar yang peneliti angkat sebagai judul penelitian ini berkaitan dengan masalah lain seperti masalah kesehatan,kejujuran dan masalah kesadaran. Kedisiplinan ini erat sekali dengan masalah kesehatan,karena kesehatan sebagai modal dasar untuk belajar,kejujuran yang ditekankan oleh peneliti adalah jujur terhadap waktu dan kesadaran akan mengubah dunia pendidikan ke arah yang lebih baik serta kesadaran untuk maju dan berkembang melalui belajar.

C. Batasan Masalah

Latar belakang diatas mengemukakan bahwa kedisplinan belajar itu dimulai dari pendidikan keluarga,pola asuh orang tua, kehidupan berasrama karena cakupannya cukup luas maka peneliti memberi batasan masalah sebagai berikut:

1. Faktor yang mempengaruhi disiplin belajar, meliputi aspek: 1. Faktor yang mempengaruhi disiplin belajar, meliputi aspek:

b. Eksternal

2. Penyebab perbedaan kedisiplinan belajar antara laki-laki dan perempuan

3. Akibat perbedaan kedisiplinan terhadap prestasi belajar

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas maka peneliti merumuskan masalah:

1. Apakah ada perbedaan kedisiplinan antara mahasiswa laki-laki dan perempuan di asrama PGSD Banjarbaru?

2. Apakah faktor penyebab perbedaan kedisiplinan belajar antara mahasiswa laki-laki dan perempuan di asrama PGSD Banjarbaru?

3. Apakah ada akibat dari perbedaan kediplinan belajar antara laki-laki dan perempuan terhadap prestasi belajar?

E. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui tingkat kedisiplinan belajar antara mahasiswa laki- laki dan perempuan di PGSD Berasrama.

2. Untuk mengetahui faktor – faktor penyebab perbedaan kedisiplinan belajar antara mahasiswa laki-laki dan perempuan di asrama PGSD Banjarbaru.

3. Untuk mengetahui akibat dari perbedaan kedisiplinan belajar antara mahasiswa laki-laki dan perempuan terhadap prestasi belajar.

F. Kegunaan Hasil Penelitian

a. Bagi Peneliti

1. Menambah pengetahuan tentang cara dan waktu belajar yang baik.

2. Sebagai bahan informasi untuk memperbaiki diri dalam hal belajar.

b. Bagi Asrama

1. Sebagai bahan informasi dalam rangka menetapkan kebijakan dan peraturan untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

2. Untuk meningkatkan budaya belajar setiap hari.

c. Bagi Lembaga

1. Sebagai bahan sumbangan pemikiran untuk menetapkan perencanaan dan kebijakan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan melalui kedisiplinan dalam belajar.

2. Sebagai bahan informasi agar lembaga dapat meningkatkan kedisiplinan dalam belajar.

BAB II KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teori

Belajar merupakan suatu kegiatan menghafal sejumlah fakta-fakta. Sejalan dengan pendapat ini, maka seorang yang telah belajar akan ditandai dengan banyaknya fakta-fakta yang dapat dihafalkan. Pendapat lain, mengatakan, bahwa belajar adalah sama saja dengan latihan sehingga hasil belajar akan nampak dalam keterampilan-keterampilan tertentu. Sebagai hasil latihan, untuk banyak memperoleh kemajuan, seseorang harus dilatih dalamberbagai aspek tingkah laku sehingga diperoleh suatu pola tingkah laku yang otomatis. Pandangan seseorang tentang belajar akan mempengaruhi tindakan-tindakannya yang berhubungan dengan belajar dan setiap orang mempunyai pandangan yang berbeda tentang belajar.

Menurut James O. Whittaker belajar didefinisikan sebagai proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan dan pengalaman. Dengan demikian perubahan-perubahan tingkah laku akibat pertumbuhan fisik atau kematangan, kelelahan, penyakit, atau pengaruh obat-obatan adalah tidak termasuk sebagai belajar.

Belajar merupakan proses dari perkembangan hidup manusia. Dengan belajar, manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua aktivitas dan prestasi hidup tidak lain adalah hasil dari belajar. Kita pun hidup menurut hidup dan bekerja menurut apa yang kita pelajari. Belajar itu bukan sekedar pengalaman. Belajar adalah suatu proses dan bukan suatu hasil. Karena itu, belajar berlangsung secara aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan utnuk mencapai suatu tujuan.

Belajar memerlukan suatu kedisiplinan artinya belajar itu terus menerus dilakukan pada waktu-waktu yang telah ditentukan baik saat di sekolah maupun di rumah. Pada saat di sekolah memang sudah ada jadwal yang jelas dan terperinci yang harus dilaksanakan oleh seorang siswa sehingga siswa datang ke sekolah sudah siap menerima ilmu pengetahuan Belajar memerlukan suatu kedisiplinan artinya belajar itu terus menerus dilakukan pada waktu-waktu yang telah ditentukan baik saat di sekolah maupun di rumah. Pada saat di sekolah memang sudah ada jadwal yang jelas dan terperinci yang harus dilaksanakan oleh seorang siswa sehingga siswa datang ke sekolah sudah siap menerima ilmu pengetahuan

Seorang ahli dalam administrasi pendidikan mengatakan bahwa “disiplin ada tiga hal yaitu disiplin tradisional, modern dan liberal” (Piet A.

Sahertin, 1994:127), berikut ini penjelasan mengenai jenis-jenis disiplin:

a. Disiplin tradisional adalah disiplin yang bersifat menekan, menghukum, mengawasi, memaksa dan akibatnya merusak penilaian yang terdidik (anak).

b. Disiplin modern, pendidikan hanya menciptakan suatu yang memungkinkan agar si terdidik dapat mengatur dirinya. Jadi situasi yang akrab, hangat, bebas dari rasa takut sehingga si terdidik mengembangkan kemampuan kemampuan dirinya.

c. Disiplin liberal merupakan disiplin yang diberikan sehingga anak merasa memiliki kebebasan tanpa batas. Menurut Ahmadi (1991), aspek-aspek kedisiplinan belajar antara lain:

a. Kemampuan pembawaan. Anak yang mempunyai pembawaan yang baik akan lebih mudah dan cepat berhasil di dalam belajarnya bila dibandingkan dengan anak yang mempunyai pembawaan yang kurang baik. Namun dalam hal ini tidak berarti pembawaan merupakan satu- satunya faktor yang menentukan.

b. Kondisi fisik individu yang belajar. Apabila kondisi fisik tidak normal atau cacat fisik maka dengan sendirinya akan mempengaruhi anakdalam proses kedisiplinan belajarnya.

c. Kondisi psikis. Kondisi psikis atau kejiwaan sangat menentukan hasil belajar. Jadi kalau psikisnya terganggu otomatis akan mempengaruhi kedisiplinan belajar anak.

d. Kemampuan belajar. Seseorang apabila akan belajar harus memiliki kemampuan untuk mempelajari sesuatu yang diinginkan.

e. Sikap terhadap guru dan mata pelajaran. Sikap terhadap guru juga merupakan faktor yang sangat mempengaruhi kedisiplinan belajar. Oleh karena itu apabila seseorang ingin berhasil dalam belajar maka dia harus mempunyai sikap senang kepada guru dan mata pelajaran yang akan dipelajari.

Kedisiplinan siswa dalam belajar yang akan digunakan sebagai acuan adalah kemampuan siswa untuk melakukan aktivitas belajarnya tanpa harus bergantung pada orang lain. Rubino (dalam Rudiyanto, 2006) mengemukakan setidaknya terdapat tiga aspek dalam kedisiplinan belajar:

a. Adanya sikap mental anak terhadap pelajaran yang diajarkan guru, sikapmental tersebut meliputi antara lain: anak mempunyai rasa percaya diri dan keuletan dalam setiap belajarnya

b. Adanya cara –cara belajar yang digunakan oleh anak demi meraih prestasi belajar yang baik. Dalam hal ini harus mengarah pada pedoman-pedoman umum untuk belajar dengan baik yang meliputi : keteraturan dalam belajar, konsentrasi dalam belajar, penggunaan waktu dalam belajar.

c. Adanya sikap mandiri yang dimiliki oleh anak meliputi antara lain: tidak suka bergantung pada orang lain kecuali bila benar-benar memerlukan, segala sesuatunya dipikirkan masak-masak, individu kreatif dalam melakukan sesuatu,selalu mencari jalan keluar yang paling mudah, efektif dan efisien, dalam setiap usahanya tidak mudah putus asa dan mampu mengendalikan emosinya dan mempunyai rasa percaya diri yang tinggi, tidak mudah terpengaruh dari luar.

Menurut Syah (1995) kedisiplinan belajar dapat dipengaruhi beberapa faktor antara lain :

a. Lingkungan. Faktor lingkungan dapat berasal dari keluarga, sekolah, masyarakat dan kelompok teman sebaya. Faktor yang berasal dari keluarga misalnya, situasi rumah yang kurang mendukung meliputi kekacauan dalam rumah tangga, kurangnya perhatian orang tua. Faktor yang berasal dari sekolah yaitu pendidikan dan bimbingan dari sekolah, a. Lingkungan. Faktor lingkungan dapat berasal dari keluarga, sekolah, masyarakat dan kelompok teman sebaya. Faktor yang berasal dari keluarga misalnya, situasi rumah yang kurang mendukung meliputi kekacauan dalam rumah tangga, kurangnya perhatian orang tua. Faktor yang berasal dari sekolah yaitu pendidikan dan bimbingan dari sekolah,

b. Suasana emosional rumah. Suasana emosional rumah dipengaruhi oleh sikap orang tua dan jenis disiplin yang digunakan orang tua yang mempunyai hubungan yang baik dengan anaknya dan menggunakan disiplin yang demokratis mendorong sikap yang positif pada anak dibandingkan dengan mereka yang mempunyai “anak mas”, yang merasa

bosan dengan pekerjaan, yang mengajar secara membosankan dan yang terlalu bersifat otoriter atau permisif dalam pengendalian situasi di rumah.

c. Sikap terhadap pelajaran. Anak dibesarkan oleh orang tua yang berpendapat bahwa masa kanak-kanak harus bahagia dan bebas, biasanya mengembangkan sikap negatif terhadap setiap kegiatan yang menyerupai kegiatan. Selama sekolah masih bermain-main saja, mereka menyukainya, tetapi dengan kenaikan kelas, lebih banyak upaya yang dituntut untuk membuat pekerjaan rumah, ini menimbulkan rasa tidak suka akan sekolah.

d. Hubungan orang tua dan anak. Kedisiplinan belajar dapat dipengaruhi oleh sikapnya terhadap orang tua. Kedisplinan belajar bermanfaat untuk membuat anak terlatih dan terkontrol dalam belajar. Dengan pola disiplin dapat menyadarkan anak bahwa dengan bebasnya si anak harus mengubah dan mengendalikan segi yang tidak baik dari kebiasaan belajar, menanamkan disiplin belajar pada anak memerlukan gambaran misal orang tua menceritakan tata tertib rumah dan bukan gambaran yang samar-samar yang diperbolehkan dan yang dilarang.

Cara menanamkan kedisplinan belajar pada anak:

a. Cara otoriter Pada cara ini orang tua menetukan aturan-aturan dan batasan yang mutlak yang harus di taati anak-anak harus patuh dan tunduk dan tidak ada pilihan lain. Cara otoriter ini ditambah dengan sikap yang keras menghukum mengancam akan menjadikan anak patuh di hadapan orang tua dan guru tetapi di belakangannya ia akan memperlihatkan reaksi misal : menantang atau melawan karena anak merasa dipaksa, maka menantang dan melawan bisa ditampilkan dalam tingkah laku yang melanggar norma dan menimbulkan persoalan pada dirinya maupun lingkungan. Cara otoriter bisa diterapkan pada permulaan usaha menanamkan disiplin.

b. Cara bebas Pada cara bebas ini pengawasan menjadi longgar anak telah terbiasa mengatur dan menentukan sendiri apa yang dianggapnya betul, pada umumnya keadaan ini terdapat pada keluarga – keluarga yang kedua-duanya bekerja terlalu sibuk pada kegiatan sehingga tidak ada waktu untuk mendidik anak dalam arti sebaik-baiknya. Orang tua telah mempercayakan masalah pendidikan anak kepada guru. Yang bisa mengasuh, orang tua hanya bert indak sebagai “polisi” yang mengawasi, menegur dan mungkin memarahi. Orang tua tidak bisa bergaul dengan anak, hubungan tidak akrab dan merasa bahwa anak tahu sendiri , maka perkembangan kepribadianya menjadi tidak terarah.

c. Cara demokratis Memperhatikan dan menghargai kebebasan anak namun kebebasan yang tidak mutlak dengan bimbingan yang penuh pengertian antara anak dan orang tuanya. Cara demokratis pada anak akan tumbuh rasa tanggung jawab untuk memperlihatkan sesuatu tingkah laku dan memupuk kepercayaan dirinya dan anak mampu berbuat sesuai aturan dan kebebasan yang ada pada dirinya untuk memperoleh kepuasaan dan menyesuaikan dirinya dan kalau tingkah c. Cara demokratis Memperhatikan dan menghargai kebebasan anak namun kebebasan yang tidak mutlak dengan bimbingan yang penuh pengertian antara anak dan orang tuanya. Cara demokratis pada anak akan tumbuh rasa tanggung jawab untuk memperlihatkan sesuatu tingkah laku dan memupuk kepercayaan dirinya dan anak mampu berbuat sesuai aturan dan kebebasan yang ada pada dirinya untuk memperoleh kepuasaan dan menyesuaikan dirinya dan kalau tingkah

Belajar yang teratur akan membuat sistem kerja otak bekerja dengan baik dan teratur sehingga kerja otak tidak dipaksakan seperti kebiasaan pada anak saat ini yaitu harus menghabiskan materi dalam semalaman. Masuknya ilmu pengetahuan yang teratur dan sedikit demi sedikit akan memberikan dampak yang baik pula terhadap kesehatan si pembelajar itu sendiri. Selain itu, ilmu pengetahuan yang di proses sedikit demi sedikit setiap hari pada waktu yang ditentukan akan membuat si pembelajar itu mudah mengingat dan terproses dengan lama dalam sistem kerja otak.

Kedisiplinan proses belajar pada saat di rumah di pengaruhi oleh dua faktor yaitu dari dalam anak itu sendiri (internal) dan faktor luar (eksternal). Faktor internal itu sendiri meliputi jasmaniah baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh seperti penglihatan, struktur tubuh, potensial kecakapan, sikap, kebiasaan, minat dan kebutuhan. Semua komponen yang bersifat internal ini akan mempengaruhi anak dalam disiplin belajar, misalnya anak yang menyadari bahwa belajar merupakan suatu kebutuhan yang harus di penuhi setiap hari dalam rangka mempersiapkan diri untuk menghadapi masa depan maka anak tersebut akan belajar setiap hari sesuai jam yang sudah ditentukan baik oleh diri sendiri maupun dari orang tua. Minat dan motivasi juga menjadi faktor penentu anak dalam disiplin belajar karena adanya suatu keinginan yang datang dari dalam diri anak itu untuk belajar serat ditambah dengan motivasi yang kuat maka akhirnya akan terwujud disiplin belajar itu sendiri.

Faktor eksternal dalam hal ini keluarga juga memberikan pengaruh yang besar terhadap kedisiplinan anak dalam belajar faktor itu meliputi pola didikan orang tua, hubungan orang tua dan anak serta contoh/bimbingan dari orang tua. Misalnya, orang tua memberikan waktu belajar pada anaknya baik itu laki-laki maupun perempuan dari hari senin sampai hari jum’at setiap malam dari pukul 20.00 sampai pukul 21.00 dan Faktor eksternal dalam hal ini keluarga juga memberikan pengaruh yang besar terhadap kedisiplinan anak dalam belajar faktor itu meliputi pola didikan orang tua, hubungan orang tua dan anak serta contoh/bimbingan dari orang tua. Misalnya, orang tua memberikan waktu belajar pada anaknya baik itu laki-laki maupun perempuan dari hari senin sampai hari jum’at setiap malam dari pukul 20.00 sampai pukul 21.00 dan

Perbedaan struktur otak yang dimiliki oleh anak laki-laki dan perempuan sangat berperan besar tehadap pengaruh belajar dan kerja otak, meskipun sebetulnya perbadaan itu tidak berlaku secara mutlak pada semua kasus. Demikian dikatakan oleh Michael Gurian dalam bukunya yang berjudul Girls Learn Differently: A Guide for Teacher dan Parent. Dia menjelaskan berdasarkan pengamatan dari positron emmision tomography (PET) dan magnetic resonanse imaging (MRI) yang menguasai struktur otak dengan sangat detail, maka di dapat otak laki-laki dan perempuan memiliki sistem yang berbeda satu sama lain. Gurian menyimpulkan dari hasil penelitiannya bahwa anak perempuan lebih cakap dalam hal membaca dan menulis, hal itu bisa dibuktikan pada anak perempuan sejak mereka balita dan sepanjang usianya dewasa. Membaca dan menulis tidak menyulitkan bagi seorang anak perempuan. Mereka bisa duduk tenang lebih lama, mendengar dan mengenali nada suara serta berbicara dalam hati. Disisi lain, dengan volume darah yang mengalir ke otak perempuan lebih banyak 15 persen dari otaak laki-laki hal itu sangat mendorong otak mereka dengan mudah melalui proses-proses stimulus, membaca dan menulis yang melibatkan tekstur, nada suara serta aktivitas kejiwaannya dengan baik.

Penyebab perbedaan lainnya yaitu pola asuh antara anak laki-laki dan perempuan itu sendiri yang berbeda sehingga menyebabkan perbedaan kedisiplinan. Disiplin dalam hal kedisiplinan, anak laki-laki ternyata lebih sulit menurut bila dibandingkan dengan anak perempuan. Salah satu penyebab perbedaannya adalah karena sejak lahir perkembngan indra pendenganran anak laki-laki tidak sebaik anak perempuan. Anak perempuan lebih sensitif dalam mendengar frekuensi suara, selin itu pusat bahasa di otak anak perempuan berkembang lebih cepat dibanding laki-laki. Sebaliknya anak laki-laki cenderung lebih impulsif dan kurang suka diperintah. Anak laki-laki juga banyak memilki masalah misalnya Penyebab perbedaan lainnya yaitu pola asuh antara anak laki-laki dan perempuan itu sendiri yang berbeda sehingga menyebabkan perbedaan kedisiplinan. Disiplin dalam hal kedisiplinan, anak laki-laki ternyata lebih sulit menurut bila dibandingkan dengan anak perempuan. Salah satu penyebab perbedaannya adalah karena sejak lahir perkembngan indra pendenganran anak laki-laki tidak sebaik anak perempuan. Anak perempuan lebih sensitif dalam mendengar frekuensi suara, selin itu pusat bahasa di otak anak perempuan berkembang lebih cepat dibanding laki-laki. Sebaliknya anak laki-laki cenderung lebih impulsif dan kurang suka diperintah. Anak laki-laki juga banyak memilki masalah misalnya

Orientasi anak perempuan lebih kepada orang sedangkan anak laki- laki pada tindakan. Karena perempuan lebih suka memperhatiakn raut muka, mereka pun lebih pintar membaca bahasa dan ekspresi serta intonasi. Kemampuan bahasa anak laki-laki lebih lambat mereka juga kesulitan menghubungkan kata-kata dengan perasaan. Pada anak perempuan lebih rajin bila dibandingkan dengan anak laki-laki hal ini bisa terlihat dari kebiasaan-kebiasaan yang mereka timbulkan setiap hari dari pergaulan. Kedisiplinan belajar antara laki-laki dan perempuan sebernarnya tidak ada perbedaan, yang menimbulkan perbedaan selama ini yaitu ada dan tidaknya kemauan anak itu sendiri untuk belajar. Jadi, kedisplinan itu timbul apabila adanya kemauan dan motivasi yang besar dari dalam diri sendiri.

Poewanto (1986:28) memberikan pengertian prestasi belajar yaitu “hasil yang dicapai seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport”. Selanjunya Winkel (1996: 162) mengatakan

bahwa prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya sedangkan menurut S. Nasution (1996) prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni kognitif, afektif dan psikomotor sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan apabila jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut. Berdasarkan pengertian diatas dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar merupakan tingkat kemampuan seseorang yang dimiliki dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Peran orang tua sangat berperan dalam menentukan keberhasilan belajar anak karena anak menganggap bahwa sosok orang tua yang ideal buat mereka karena bagi mereka orang tua adalah yang memberikan kasih sayang, mendidik, mengarahkan dan membimbing mereka menjadi anak yang lebih baik dan bermanfaat.

Penanaman sikap disiplin, menerima apa adanya memberikan motivasi berprestasi serta aspek spritual kepada anak diakui merupakam dasar pembentukan anak berprestasi.

Prestasi belajar di sekolah sangat dipengaruhi oleh kemampuan umum kita yang diukur oleh IQ, IQ yang tinggi dapat meramalkan kesuksesan prestasi belajar. Namun demikian pada beberapa kasus, IQ yang tinggi ternyata tidak menjamin kesuksuksesan seseorang dalam belajar dan hidup bermasyarakat.

IQ bukanlah satu-satunya faktor penentu kesuksesan prestasi belajar seseorang. Faktor-faktor lain yang turut andil mempengaruhi perkembangan prestasi belajar. Sehubungan dengan hal tersebut, pada kegiatan Seminar Sehari tentang , diperoleh kesimpulan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah antara lain sebagai berikut: 1) pengaruh pendidikan dan pembelajaran unggul; 2) perkembangan dan pengukuran otak; dan 3) kecerdasan (intelegensi) emosional ( http://ditptksd.go.id , 2008).

Sementara itu, Sunarto (2009) mendeskripsikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar dan mengklasifikasikannya menjadi dua bagian, yaitu: 1) faktor-faktor intern; dan 2) faktor-faktor ekstern.

Faktor-faktor intern, yakni faktor-faktor yang berasal dari dalam diri seseorang yang dapat mempengaruhi prestasi belajarnya. Di antara faktor-faktor intern yang dapat mempengaruhi prestasi belajar seseorang adalah antara lain: 1) kecerdasan/intelegensi; 2) bakat; 3) minat; 4) motivasi. Adapun faktor-faktor ekstern, yaitu faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar seseorang yang sifatnya berasal dari luar diri seseorang tersebut. Yang termasuk faktor-faktor ini adalah antara lain: 1) keadaan lingkungan keluarga; 2) keadaan lingkungan sekolah; dan 3) keadaan lingkungan masyarakat (Sunarto, 2009).

Berdasarkan uraian-uraian di atas dapat disimpulkan aspek-aspek kedisiplinan belajar yaitu: fisiologis, psikologis, kognitif, adanya sikap mental anak terhadap pelajaran yang diajarkan, adanya cara –cara belajar Berdasarkan uraian-uraian di atas dapat disimpulkan aspek-aspek kedisiplinan belajar yaitu: fisiologis, psikologis, kognitif, adanya sikap mental anak terhadap pelajaran yang diajarkan, adanya cara –cara belajar

B. Kerangka Berfikir

Berdasarkan uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa “jika perbedaan kedisiplinan belajar antara mahasiswa laki-laki dan perempuan di asrama PGSD Banjarbaru cukup signifikan disebabkan pengaruh pola asuh orang tua maka presta si belajar akan berbeda pula”

Kedisplinan belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor internal(dari dalam diri mahasiswa itu sendiri seperti minat dan motivasi) dan eksternal(seperti perbedaan pola asuh orang tua terhadap anak laki-laki dan perempuan). Kedua faktor ini saling bersinergi untuk membangun kedisplinan belajar terhadap diri mahasiswa PGSD Banjarbaru.

Penyebab perbedaan belajar ini tergantung dari kebiasaan yang tumbuh sejak usia sekolah sampai dewasa yang di terapkan oleh orang tua saat di rumah dan oleh guru saat mereka berada di sekolah. Kebiasaan ini bisa berubah apabila faktor lingkungan lebih dominan. Perbedaan ini juga terjadi akibat adanya perbedaan cara merawat anak laki-laki dan perempuan serta bentuk sistem otak.

C. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir yang telah diuraikan, maka hipotesis penelitian ini dapat dinyatakan sebagai berikut:

“ Terdapat perbedaan kedisiplinan belajar yang cukup signifikan antara mahasiswa PGSD Berasrama Banjarbaru berdasarkan indeks prestasi ”

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian adalah semua kegiatan pencarian, penyelidikan, dan percobaan secara alamiah dalam suatu bidang tertentu, untuk mendapatkan fakta-fakta atau prinsip-prinsip baru yang bertujuan untuk mendapatkan pengertian baru dan menaikkan tingkat ilmu serta teknologi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kedisplinan belajar mahasiswa PGSD Berasrama dan bagaimana akibatnya terhadap prestasi belajar yang dicapai oleh mahasiswa tersebut.

survey yaitu pengamatan/penyelidikan yang kritis untuk mendapatkan keterangan yang terang baik terhadap suatu persoalan tertentu dan di dalam suatu daerah tertentu. Pendapat lain tentang pengertian metode survey yaitu metode penelitian yang bertujuan untuk mencapai generalisasi, dengan jalan membuat perbandingan kuntitatif dari data yang dikumpulkan dengan prosedur tanya jawab yang uniform. Dalam penelitian ini menggunakan pedekatan komparatif yang membandingkan satu variabel bebas dan satu variabel terika. Selain itu juga peneliti menggunakan metode dokumenter dalam hal ini adalah kartu/daftar indeks prestasi mahasiswa semester empat.

B. Populasi dan Sampel

Populasi adalah semua subjek yang akan diteliti atau mereka / suatu yang akan diambil data-datanya untuk mendukung fenomena yaang akan diteliti.

Wahyu (1996) menyatakan populasi adalah merupakan seluruh jumlah orang atau penduduk di suatu daerah atau sekelompok orang, benda atau hal yang menjadi sumber pengambilan sampel yang memenuhi syarat-syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

Menurut Suharsimi Arikunto (1998) mengatakan istilah populasi dan sampel dalam penelitian adalah mempunyai pengertian yang berbeda akan Menurut Suharsimi Arikunto (1998) mengatakan istilah populasi dan sampel dalam penelitian adalah mempunyai pengertian yang berbeda akan

Sampel adalah sebagian atau keseluruhan dari subjek penelitian yang akan diteliti. Jadi ruang lingkup sampel dapat berupa sebagian ataupun keseluruhan dari populasi.

Sampel adalah “bagian dari populasi atau jumlah penduduk yang jumlahnya kurang dari populasi”(Hadi Sutrisno, 1884:221). Dapat juga di sebut sebagai:”.... kelompok representatif dari populasi yang akan berperan sebagai responden”(Ambo Enry Abdullah,1984:101)

Menurut Kartini Kartono (1985:134) bahwa subjek-subjek yang dipilih menjadi anggota sampel itu mempunyai sifat yang dimiliki oleh populasi darimana sampel itu ditarik maka struktur sampel itu sedemikian rupa, sehingga harga rata-rata hitung sampai sama dengan harga rata-rata harga populasinya.

Berdasarkan pendapat di atas maka penelitian ini menggunakan penelitian populasi, dengan objek mahasiswa laki-laki dan perempuan S 1 PGSD Berasrama Banjarbaru yang berjumlah 60 orang.

Adapun jumlah mahasiswa dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel. 3.1

KEADAAN POPULASI PENELITIAN No.

Blok

Jumlah

Jenis kelamin

1. Blok A

20 orang

Perempuan

2. Blok B

20 orang

Perempuan

3. Blok D

20 orang

Laki-laki

C. Instrumen Penelitian

Penelitian bertujuan untuk mengukur suatu gejala akan menggunakan instrumen penelitian. Jumlah instrumen yang akan digunakan tergantung pada variabel yang akan diteliti. Dalam penelitian ini instrumen terdiri dari: (1) mengidentifikasi variabel (2) mengklasifikasikan variabel (3) pemberian definisi variabel (4) pengembangan instrumen penelitian dan pengukuran.

1. Mengidentifikasi variabel Istilah variabel dapat diartikan bermacam-macam. Dalam tulisan ini variabel diartikan sebagai segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian atau faktor yang berperan dalam peristiwa yang akan diteliti. Variabel yang diteliti terdiri dari 1 variabel terikat (dependen) dan 1 variabel bebas (independen), yaitu:

a. Variabel terikat

: kedisplinan belajar

b. Variabel bebas

: prestasi belajar

2. Mengklasifikasikan variabel Variabel-variabel yang telah diidentifikasi perlu diklasifikasikan sesuai dengan jenis dan peranannya dalam penelitian. Klasifikasi ini sangat perlu untuk menentukan alat pengambil data apa yang akan digunakan dan metode analisis mana yang sesuai untuk diterapkan. Berkaitan dengan proses kuntifikasi, data biasa di golongkan menjadi empat jenis, yaitu (a) data nominal (b) data ordinal (c) data interval (d) ratio, begitu juga dengan variabel maka dapat dibedakan dengan cara yang sama.

Pada penelitian ini variabel yang menjadi variabel terikat kedisiplinan belajar, variabel bebasnya prestasi belajar (laki-laki dan perempuan).

3. Pemberian definisi variabel Untuk menghindari kemungkinan penafsiran yang berbeda maka setiap variabel dirumuskan secara konseptual maupun operasional, berdasarkan sintesis yang diperoleh dari kerangka teoritik.

Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat hal yang dapat diamati (diobservasi). Konsep dapat diamati atau diobservasi ini penting, karena hal yang dapat diamati itu membuka kemungkinan bagi orang alain selain peneliti untuk melakukan hal yang serupa, sehingga apa yang dilakukan oleh peneliti terbuka untuk diuji kembali oleh orang lain.

Beberapa batasan operasional adalah:

1. Kedisiplinan belajar (Laki-laki dan perempuan)

Kedisiplinan belajar adalah belajar itu terus menerus dilakukan pada waktu-waktu yang telah ditentukan baik saat di sekolah maupun di rumah. Kedisplinan belajar ini dipengaruhi beberapa aspek, meliputi:

Kemampuan pembawaan , terlihat dari tidak suka bergantung pada orang lain, kreatif dalam melakukan sesuatu,selalu mencari jalan keluar

yang paling mudah, efektif dan efisien, dalam setiap usahanya tidak mudah putus asa dan mampu mengendalikan emosinya dan mempunyai rasa percaya diri yang tinggi, tidak mudah terpengaruh dari luar. Kondisi fisik individu yang belajar . Terlihat dari kondisi fisik yang dimiliki seorang anak seperti normal dan tidak normal (mempunyai kelainan secara fisik misal penglihatan). Kondisi psikis. terlihat dari kesiapan anak dalam belajar dan ketidaksiapan belajar, anak mempunyai rasa percaya diri dan keuletan dalam setiap belajarnya. Kemampuan belajar. Seseorang apabila akan belajar harus memiliki kemampuan untuk mempelajari sesuatu yang diinginkan dan setiap orang berbeda ini terlihat dari keteraturan dalam belajar, konsentrasi dalam belajar, penggunaan waktu dalam belajar. Sikap terhadap guru/orang tua dan mata pelajaran. Terlihat dari sikap senang kepada guru/orang tua dan mata pelajaran yang akan dipelajari, menjadi termotivasi dan menjauhi guru/orang tua dan mata pelajaran. Kedisiplinan belajar dapat dipengaruhi beberapa faktor antara lain : Lingkungan. Terlihat dari situasi rumah, cara guru melakukan pendekatan dengan anak didiknya, masyarakat kurang mendukung munculnya kedisiplinan, intensitas pergaulan memberikan pengaruh negatif. Suasana emosional rumah. Terlihat dari sikap orang tua dan jenis disiplin yang digunakan orang tua. Hubungan orang tua dan anak. Terlihat dari cara orang tua mendukung, tentram, menunjukkan kasih sayang.Kedisiplinan belajar dapat dipengaruhi oleh sikapnya terhadap orang tua.

2. Prestasi Belajar Prestasi belajar adalah tingkat kemampuan seseorang yang dimiliki dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Disini yang digunakan adalah kartu/daftar indeks prestasi kumulatif.

4. Pengembangan instrumen penelitian dan pengembangan Sebagai suatu metode penelitian ilmiah yang berkembang, penelitian ini menggunakan unsur-unsur konsep, preposisi, teori, variabel, hipotesa dan definisi operasional. Maka variabel-variabel yang tercakup dalam desain penelitian dengan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok dan dokumenter.

Kegiatan pengumpulan data dilakukan terhadap mahasiswa laki- laki dan perempuan di asrama PGSD Banjarbaru yang dijadikan subjek penelitian. Untuk menyamakan persepsi dan penafsiran maka sebelumnya dilakukan penjelasan terhadap kuesioner serta penilaiannya. Kuesioner yang digunakan untuk mengungkapkan variabel kedisiplinan belajar (laki- laki dan perempuan) yang diisi langsung oleh responden dalam hal ini mahasiswa laki-laki dan perempuan PGSD Banjarbaru , dan prestasi belajar dilakukan oleh peneliti dengan mengumpulkan data berupa dokumen.

Penyusunan dan pengembangan instrumen disusun berdasarkan konsep dan teori yang telah dikemukakan.

a. Pengukuran Variabel Kedisiplinan Belajar Untuk mengungkapkan kedisiplinan belajar dalam penelitian ini digunakan kuesioner, dengan pertanyaan yang dilengkapi jawaban menggunakan skala Likert dan terdiri dari 4 alternatif jawaban. Instrumen dikembangkan dari landasan teori dengan indikator yang meliputi : kemampuan pembawaan , kondisi fisik individu yang belajar , kondisi psikis, kemampuan belajar, sikap terhadap guru/orang tua dan mata pelajaran, lingkungan, suasana emosional rumah, hubungan orang tua dan anak.

Tabel 3.2

Indikator Instrumen Kedisiplinan Belajar ASPEK

NO. YANG

INDIKATOR

ITEM DIAMATI

Kedisiplinan 1. Kemampuan Pembawaan

Belajar

a. Tidak bergantung pada orang lain

b.

Kreatif dalam melakukan sesuatu 1

c. Selalu mencari jalan keluar

d. Efektif dan efisien

e. Tidak mudah putus asa dan mampu 6,7

mengendalikan emosi

f. Mempunyai kepercayaan diri

g. Tidak mudah terpengaruh dari luar

2. Kondisi Fisik Individu Yang Belajar

a. Normal

b. Ada mempunyai kelainan secara fisik

3. Kondisi Psikis

a. Mempunyai kesiapan

b. Mempunyai percaya diri yang baik

c. Keuletan dalam belajar 14

4. Kemampuan Belajar

a. Mempunyai kemampuan untuk mempelajari

b. Mempunyai keteraturan

c. Konsentrasi dalam belajar

d. Penggunaan waktu belajar yang efektif

5. Sikap Terhadap Guru/Orang Tua dan Mata Pelajaran

a. Senang terhadap pemateri

b. Terbuka untuk menerima

c. Menjadikan guru dan orang tua sebagai

contoh

6. Lingkungan

a. Situasi rumah

22

b. Cara menggunakan pendekatan

23

24

c. Dukungan masyarakat

25

d. Intensitas pergaulan

7. Suasana Emosional Rumah

a. Sikap orang tua

26

27

b. Jenis disiplin

c. Harmonis dan teratur 28,29

8. Hubungan Orang Tua dan Anak

a. Orang tua yang mendukung

30

31

b. Menunjukkan kasih sayang

c. Tentram dan kekeluargaan 32,33

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN

A. Prosedur Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini dilakuakn dengan memulai persipan- persiapan yang berhubungan dengan mengangkat permasalahan dan menentukan objek yang akan diteliti dengan melaksanakan prosedur penelitian sebagai berikut:

1. Prosedur pertama adalah mengajukan judul peneliitian yang akan di teliti.

2. Prosedur kedua adalah mencari bahan yang mendukung terhadap penelitian ini.

3. Prosedur ketiga adalah mengolah bahan untuk mendukung penelitian

4. Prosedur keempat adalah membuat alat pengumpul data seperti angket dan dokumen.

B. Pengumpulan Data Penelitian

Pengumpulan data ini dilakukan dengan cara menyebarkan suatu alat instrumen penelitian berupa angket yang harus dijawab oleh mahasiswa perempuan di PGSD Berasrama Banjarbaru dan dokumen. Adapun data yang diperlukan adalah tentang tingkat kedisiplinan belajar mahasiswa di asrama yang berjumlah 60 orang serta rekap hasil studi mahasiswas semester IV.

C. Pengolahan Data

Data penelitian yang telah terkumpul yaitu hasil angket untuk mengetahui tingkat kedisiplinan mahasiswa PGSD Berasrama dan indeks prestasi semester IV yang kemudian hasil angket dikelompokkan menjadi 2 yaitu berdasarkan jenis kelamin, kelompok 1 untuk mahasiswa perempuan dan kelompok 2 mahasiswa laki-laki sedangkan untuk indeks prestasi juga dilakukan hal yang demikian.

D. Analisis Data