Chapter II Pengaruh Corporate Social Terhadap Nilai Perusahaan dengan sebagai Variabel Moderasi Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Landasan Teori
2.1.1

Teori Stakeholders

Konsep tanggung jawab sosial perusahaan telah mulai dikenal sejak awal
1970an, yang secara umum dikenal dengan stakeholder theory artinya sebagai
kumpulan kebijakan dan praktik yang berhubungan dengan stakeholder, nilainilai, pemenuhan ketentuan hukum, penghargaan masyarakat dan lingkungan,
serta komitmen dunia usaha untuk berkontribusi dalam pembangunan secara
berkelanjutan.
Stakeholder theory dimulai dengan asumsi bahwa nilai (value) secara
eksplisit dan tak dipungkiri merupakan bagian dari kegiatan usaha. Teori
stakeholder adalah kumpulan konsep yang berkaitan dengan cara-cara yang
digunakan perusahaan untuk memanage stakeholdernya. Cara-cara yang
dilakukan perusahaan untuk memanage stakeholdernya tergantung pada strategi
yang diadopsi perusahaan.
Chariri dan Ghazali (2007: 32) mengatakan bahwa perusahaan bukanlah

entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri namun harus
memberikan manfaat bagi stakeholders-nya (shareholders, kreditor, konsumen,
supplier, pemerintah, masyarakat, analis dan pihak lain).
Sekarang ini perusahaan besar biasanya harus memperhatikan berbagai
kepentingan khususnya kepentingan masyarakat secara umum. Stakeholders

10

dalam konsep ini teori ini yang menjadi pusat perhatian adalah keseluruhan pihak
atau kontestan yang memiliki kepentingan baik langsung maupun tidak langsung
dengan perusahaan (Harahap, 2012; 77).
2.1.2

Corporate Social Responsibility
Tanggung jawab sosial perusahaan ( Corporate Social Responsibility )

adalah kewajiban manajemen untuk membuat keputusan dan melakukan tindakan
yang akan meningkatkan kesejahteraan dan kepentingan masyarakat serta
perusahaan (Daft, 2012:182).
Pertanggungjawaban sosial atau Corporate Social Responsibility (CSR)

adalah mekanisme bagi suatu perusahaan untuk secara sukarela mengintegrasikan
perhatian terhadap lingkungan dan sosial kedalam operasinya dan interaksinya
dengan stakeholders, yang melebihi tanggungjawab perusahaan di bidang hukum.
Menurut The World BusinessCouncil for Sustainable Development
(WBCSD) (Kusumadilaga, 2010:14) dinyatakan bahwa
Corporate Social Responsibilty atau tanggung jawab sosial perusahaan
didefinisikan sebagai komitmen bisnis untuk memberikan kontribusi bagi
pembangunan ekonomi berkelanjutan, melalui kerja sama dengan para
karyawan serta perwakilan mereka, keluarga mereka, komunitas setempat
maupun masyarakat umum untuk meningkatkan kualitas kehidupan
dengan cara yang bermanfaat baik bagi bisnis sendiri maupun untuk
pembangunan.
Sekitar 50 tahun yang lalu,Bowen berpendapat bahwa para pelaku bisnis
memiliki kewajiban untuk mengupayakan suatu kebijakan serta membuat
keputusan atau melaksanakan berbagai tindakan yang sesuai dengan tujuan dan
nilai-nilai masyarakat. Kewajiban atau tanggung jawab sosial dari perusahaan

11

bersandar kepada keselarasan dengan tujuan (objectives) dan nilai-nilai (value)

dari suatu masyarakat. Kedua hal tersebut yakni keselarasan dengan tujuan dan
nilai-nilai masyarakat merupakan dua premis dasar tanggung jawab sosial
(Solihin,2008:1).
Premis pertama, perusahaan bisa mewujud dalam suatu masyarakat karena
adanya dukungan dari masyarakat. Oleh sebab itu, perilaku perusahaan dan cara
yang digunakan perusahaan saat menjalankan bisnis harus berada dalam bingkai
pedoman yang ditetapkan masyarakat. Premis kedua, yang mendasari tanggung
jawab sosial adalah bahwa pelaku bisnis bertindak sebagai agen moral dalam
suatu masyarakat. Oleh sebab itu, agar terjadi keselarasan antara nilai yang
dimiliki perusahaan dengan nilai yang dimiliki oleh masyarakat, perusahaan harus
berperilaku sesuai dengan nilai-nilai masyarakat (Solihin,2008:2)
Robbins dan Coulter (Solihin,2008:5) menggambarkan perkembangan
CSR dalam sebuah kontinum adopsi pelaksanaan CSR perusahaan kepada
berbagai konstituen. Kontinum tersebut juga menunjukkan bahwa jika cakupan
semakin luas CSR maka semakin besar pula CSR yang harus dilakukan.
Pada tahap awal, CSR lebih tertuju kepada pemilik perusahaan (pemegang
saham/owners) dan manajer. Pada tahap ini pemimpin perusahaan akan
mengedepankan kepentingan para pemegang saham melalui berbagai upaya untuk
menggunakan sumber daya perusahaan seefisien mungkin dan melakukan
maksimalisasi laba.


12

Pada tahap kedua, perusahaan mulai mengembangkan CSRnya kepada
para pekerja. Pada tahap ini, manajer perusahaan tidak hanya memerhatikan
memaksimalisasi laba, tetapi mereka mulai memberikan perhatian yang besar
kepada sumber daya manusia.
Pada tahap ketiga, perusahaan mengembangkan CSR kepada para
konstituen dalam suatu lingkungan yang spesifik dimana konstituen tersebut
biasanya merupakan masyarakat setempat yang terkena dampak secara langsung
oleh operasional perusahaan di daerah tempat mereka tinggal.
Pada tahap keempat, perusahaan tidak hanya mengembangkan CSR
kepada masyarakat setempat, melainkan mencakup pula pada masyarakat luas.
Para manajer memandang bisnis mereka sebagai bagian dari entitas publik dan
mereka merasa bertanggung jawab untuk melakukan berbagai kebijakan kepada
publik.
Konsep CSR akan lebih mudah dipahami, dengan menanyakan kepada
siapa sebenarnya pengelola perusahaan (manajer) bertanggung jawab.
Menurut Friedman (Solihin, 2009:6) tanggung jawab sosial perusahaan
adalah menjalankan bisnis sesuai dengan keinginan pemilik perusahaan

(owners), biasanya dalam bentuk menghasilkan uang sebanyak mungkin
dengan senantiasa mengindahkan aturan dasar yang digariskan dalam
suatu masyarakat sebagaimana diatur oleh hukum dan perundangundangan.Dengan demikian, tujuan utama dari suatu perusahaan korporasi
adalah memaksimalisasi laba atau nilai pemegang saham.
Meskipun pengertiannya lugas, CSR dapat menjadi sebuah konsep yang
sulit dipahami karena orang-orang yang berbeda memiliki keyakinan yang
berbeda mengenai tindakan apa yang bisa meningkatkan kesejahteraan rakyat.

13

Konsep Corporate Social Responsibility melibatkan tanggung jawab
kemitraan antara pemerintah, lembaga sumberdaya masyarakat, serta komunitas
setempat (lokal). Kemitraan ini merupakan tanggung jawab bersama secara sosial
antara stakeholders.
Pertanggung jawaban sosial perusahaan diungkapkan di dalam laporan
yang disebut Sustainibility Reporting. Sustainibility Reporting adalah pelaporan
mengenai kebijakan ekonomi, lingkungan dan sosial, pengaruh dan kinerja
organisasi dan produknya di dalam konteks pembangunan berkelanjutan (Nurlela
dan Islahuddin, 2008: 7).
2.1.3


Pengungkapan Corporate Social Responsibility
Alasan utama mengapa suatu pengungkapan diperlukan adalah agar pihak

investor dapat melakukan suatu informed decision dalam pengambilan keputusan
investasi. Berkaitan dengan keputusan investasi, investor memerlukan tambahan
informasi non keuangan. Kebutuhan itu didorong oleh adanya perubahan
manajerial yang menyebabkan terjadinya perluasan kebutuhan investor akan
informasi baru yang mampu menginformasikan hal-hal yang bersifat kualitatif
yang berkaitan dengan perusahaan. Informasi kualitatif dipandang memiliki nilai
informasi yang mampu menjelaskan fenomena yang terjadi, dan tindakan apa
yang akan diambil oleh manajemen terhadap fenomena tersebut. Informasi
kualitatif ini dapat diungkapkan dalam laporan tahunan (annual report)
perusahaan.

14

Hendriksen

(1991:203)


mendefinisikan

pengungkapan

(disclosure)

sebagai penyajian sejumlah informasi yang dibutuhkan untuk pengoperasian
secara optimal pasar modal yang efisien. Pengungkapan ada yang bersifat wajib
(mandatory disclosure) yaitu pengungkapan informasi wajib dilakukan oleh
perusahaan yang didasarkan pada peraturan atau standar tertentu, dan ada yang
bersifat sukarela (voluntary disclosure) yang merupakan pengungkapan informasi
melebihi persyaratan minimum dari peraturan yang berlaku.
Setiap unit/pelaku ekonomi selain berusaha untuk kepentingan pemegang
saham dan mengkonsentrasikan diri pada pencapaian laba juga mempunyai
tanggung jawab sosial, dan hal itu perlu diungkapkan dalam laporan tahunan,
sebagaimana dinyatakan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
No.1 (Revisi 1998) Paragraf kesembilan:Perusahaan dapat pula menyajikan
laporan tambahan seperti laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai
tambah (value added statement), khususnya bagi industri dimana faktor-faktor

lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi industri yang menganggap
pegawai sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting.
Pengungkapan sosial yang dilakukan oleh perusahaan umumnya bersifat
voluntary (sukarela), unaudited (belum diaudit), dan unregulated (tidak
dipengaruhi oleh peraturan tertentu). Glouterdalam Nurlela dan Islahuddin
(2008:8) menyebutkan tema-tema yang termasuk dalam wacana Akuntansi
Pertanggungjawaban Sosial adalah:

15

1.

2.

3.

4.

Kemasyarakatan
Tema ini mencakup aktivitas kemasyarakatan yang diikuti oleh

perusahaan, misalnya aktivitas yang terkait dengan kesehatan,
pendidikan dan seni serta pengungkapan aktivitas kemasyarakatan
lainnya.
Ketenagakerjaan
Tema ini meliputi dampak aktivitas perusahaan pada orang-orang
dalam perusahaan tersebut.
Aktivitas tersebut meliputi :
rekruitmen, program pelatihan, gaji dan tuntutan, mutasi dan
promosi dan lainnya.
Produk dan Konsumen
Tema ini melibatkan aspek kualitatif suatu produk atau jasa, antara
lain keguanaan durability, pelayanan, kepuasan pelanggan,
kejujuran dalam iklan, kejelasan/kelengkapan isi pada kemasan,
dan lainnya.
Lingkungan Hidup
Tema ini meliputi aspek lingkungan dari proses produksi, yang
meliputi pengendalian polusi dalam menjalankan operasi bisnis,
pencegahan dan perbaikan kerusakan lingkungan akibat
pemrosesan sumber daya alam dan konversi sumber daya alam.


Martin Freedman dalamKusumadilaga (2010) mengatakan bahwa ada tiga
pendekatan dalam pelaporan kinerja sosial, yaitu :
1. Pemeriksaan Sosial (Social Audit)
Pemeriksaan sosial mengukur dan melaporkan dampak
ekonomi, sosial dan lingkungan dari program-program yang
berorientasi sosial dari operasioperasi yang dilakukan
perusahaan. Pemeriksaan sosial dilakukan dengan membuat
suatu daftar aktivitas-aktivitas perusahaan yang memiliki
konsekuensi sosial, lalu auditor sosial akan mencoba
mengestimasi dan mengukur dampak-dampak
yang
ditimbulkan oleh aktivitas-aktivitas tersebut.
2. Laporan Sosial (Social Report)
Berbagai alternatif format laporan untuk menyajikan laporan
sosial telah diajukan oleh para akademis dan praktisioner.
Pendekatan-pendekatan yang dapat dipakai oleh perusahaan
untuk melaporkan aktivitas-aktivitas pertanggungjawaban
sosialnya ini dirangkum oleh Dilley dan Weygandt menjadi
empat kelompok sebagai berikut:
a. Inventory Approach, Perusahaan mengkompilasikan dan

mengungkapkan sebuah daftar yang komprehensif dari
aktivitas-aktivitas sosial perusahaan. Daftar ini harus
memuat semua aktivitas sosial perusahaan baik yang
bersifat positif maupun negatif.

16

b. Cost Approach, Perusahaan membuat daftar aktivitasaktivitas sosial perusahaan dan mengungkapkan jumlah
pengeluaran pada masing-masing aktivitas tersebut.
c. Program Management Approach, Perusahaan tidak hanya
mengungkapkan aktivitas-aktivitas pertanggungjawaban
sosial tetapi juga tujuan dari aktivitas tersebut serta hasil
yang telah dicapai oleh perusahaan sesuai dengan tujuan
yang telah ditetapkan itu.
d. Cost Benefit Approach, Perusahaan mengungkapkan
aktivitas yang memiliki dampak sosial serta biaya dan
manfaat dari aktivitas tersebut. Kesulitan dalam
penggunaan pendekatan ini adalah adanya kesulitan dalam
mengukur biaya dan manfaat sosial yang diakibatkan oleh
perusahaan terhadapmasyarakat.
3. Pengungkapan Sosial dalam Laporan Tahunan (Disclosure In
AnnualReport)
Pengungkapan sosial adalah pengungkapan informasi tentang
aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan lingkungan
sosial perusahaan. Pengungkapan sosial dapat dilakukan
melalui berbagai media antara lain laporan tahunan, laporan
interim/laporan sementara, prospektus, pengumuman kepada
bursa efek atau melalui media masa. Perusahaan cenderung
untuk mengungkapkan informasi yang berkaitan dengan
aktivitasnya dan dampak yang ditimbulkan oleh perusahaan
tersebut.
Darwin (2004) dalam Kusumadilaga (2010:20) mengatakan bahwa
Corporate Social Responsibility terbagi menjadi 3 kategori yaitu kinerja ekonomi,
kinerja

lingkungan

dan

kinerja

sosial.Sedangkan

dalam

penelitian

ini

mengidentifikasi hal-hal yang berkaitan dengan pelaporan sosial perusahaan
berdasarkan standar GRI (Global Reporting Initiative).Global Reporting Initiative
(GRI) adalah sebuah jaringan berbasis organisasi yang telah mempelopori
perkembangan

dunia,

paling

banyak

menggunakan

kerangka

laporan

keberlanjutan dan berkomitmen untuk terus-menerus melakukan perbaikan dan
penerapan di seluruh dunia (www.globalreporting.org). Daftar pengungkapan
sosial yang berdasarkan standar GRI juga pernah digunakan oleh Dahli dan

17

Siregar (2008) dan Kusumadilaga (2010) dengan menggunakan 6 indikator
pengungkapan yaitu : ekonomi, lingkungan, tenaga kerja, hak asasi manusia,
sosial dan produk. Indikator-indikator yang terdapat di dalam GRI yang
digunakan dalam penelitian yaitu :
1. Indikator Kinerja Ekonomi (economic performance
indicator)
2. Indikator Kinerja Lingkungan (environment performance
indicator)
3. Indikator Kinerja Tenaga Kerja (labor practices
performance indicator)
4. Indikator Kinerja Hak Asasi Manusia (human rights
performanceindicator)
5. Indikator Kinerja Sosial (social performance indicator)
6. Indikator Kinerja Produk (product responsibility
performance indicator).
2.1.4

Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan adalah kinerja perusahaan yang dicerminkan oleh harga

saham yang dibentuk oleh permintaan dan penawaran dipasar modal yang
merefleksikan penilaian masyarakat terhadap kinerja perusahaan (Harmono,
2009:233).
Nilai perusahaan dapat diukur melalui nilai harga saham di pasar,
berdasarkan terbentuknya harga saham perusahaan di pasar, yang merupakan
refleksi penilaian oleh publik terhadap kinerja perusahaan secara riil. Dikatakan
secara riil karena terbentuknya harga di pasar merupakan bertemunya titik-titik
kestabilan kekuatan permintaan dan titik-titik kestabilan kekuatan penawaran
harga yang secara riil terjadi transaksi jual beli surat berharga di pasar modal
antara para penjual (emiten) dan para investor, atau sering disebut sebagai

18

ekuilibrium pasar. Oleh karena itu, dalam teori keuangan pasar modal harga
saham di pasar disebut konsep nilai perusahaan (Harmono, 2009:50).
Samuel (2000) dalam Nurlela dan Islahuddin (2008:7) menjelaskan bahwa
enterprise value (EV) atau dikenal juga sebagai firm value (nilai perusahaan)
merupakan konsep penting bagi investor, karena merupakan indikator bagi pasar
menilai perusahaan secara keseluruhan. Sedangkan Wahyudi (2005) dalam
Nurlela dan Islahuddin (2008:7) menyebutkan bahwa nilai perusahaan merupakan
harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli andai perusahaan tersebut dijual.
Wiyanto (2002) dalam Novianti (2012:19) menyatakan bahwa salah satu
hal yang dipertimbangkan oleh investor dalam melakukan investasi adalah nilai
perusahaan dimana investor tersebut menanamkan modal. Fokus utama dalam
penciptaan nilai adalah pada semua kesempatan dalam hal manajer ingin
memanfaatkan secara penuh dalam semua kesempatan yang ada untuk menilai
saham atau ekuitas.
Djohanputra (2004) dalam Novianti (2012:19) mengatakan nilai
perusahaan adalah didasarkan atas kesehatan arus kas operasinya. Nilai
perusahaan berarti nilai jual perusahaan atau nilai tambah bagi pemegang saham.
Dengan memaksimalkan nilai perusahaan berarti bagaimana manajemen perlu
memproyeksi arus kas perusahaan agar selalu sehat dari waktu ke waktu.
Dalam penilaian perusahaan terkandung unsur proyeksi, asuransi,
perkiraan, dan judgment. Ada beberapa konsep dasar penilaian yaitu : nilai
ditentukan untuk suatu waktu atau periode tertentu; nilai harus ditentukan pada
harga yang wajar; penilaian tidak dipengaruhi oleh kelompok pembeli tertentu.

19

Secara umum banyak metode dan teknik yang telah dikembangkan dalam
penilaian perusahaan, di antaranya adalah :
a) pendekatan laba antara lain metode rasio tingkat laba atau price earning
ratio, metode kapitalisasi proyeksi laba.
b) pendekatan arus kas antara lain metode diskonto arus kas.
c) pendekatan dividen antara lain metode pertumbuhan dividen.
d) pendekatan aktiva antara lain metode penilaian aktiva.
e) pendekatan harga saham.
f) pendekataneconomic value added.
Pada dasarnya tujuan manajemen keuangan adalah memaksimumkan nilai
perusahaan. Akan tetapi di balik tujuan tersebut masih terdapat konflik antara
pemilik perusahaan dengan penyedia dana sebagai kreditur. Jika perusahaan
berjalan lancar, maka nilai saham perusahaan akan meningkat, sedangkan nilai
hutang perusahaan dalam bentuk obligasi tidak terpengaruh sama sekali. Jadi
dapat disimpulkan bahwa nilai dari saham kepemilikan bisa merupakan indeks
yang tepat untuk mengukur tingkat efektifitas perusahaan.
Berdasarkan alasan itulah, maka tujuan manajemen keuangan dinyatakan
dalam bentuk maksimalisasi nilai saham kepemilikan perusahaan, atau
memaksimalisasikan harga saham.Tujuan memaksimumkan harga saham tidak
berarti bahwa para manajer harus berupaya mencari kenaikan nilai saham dengan
mengorbankan para pemegang obligasi.Nilai perusahaan dapat dilihat melalui
nilai pasar atau nilai buku perusahaan dari ekuitasnya.Ia menambahkan dalam
neraca keuangan, ekuitas menggambarkan total modal perusahaan. Selain itu, nilai
pasar bisa menjadi ukuran nilai perusahaan.Penilaian terhadap perusahaan tidak
hanya mengacu pada nilai nominal.Kondisi perusahaan mengalami banyak
perubahan setiap waktu secara signifikan sebelum krisis nilai perusahaan dan

20

nominalnya cukup tinggi.Tapi setelah krisis kondisi perusahaan merosot
sementara nilai nominalnya tetap.
Suatu perusahaan dikatakan mempunyai nilai yang baik jika kinerja
perusahaan juga baik.Nilai perusahaan dapat tercermin dari harga sahamnya.Jika
nilai sahamnya tinggi bisa dikatakan nilai perusahaannya juga baik.Karena tujuan
utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan
kemakmuran pemilik atau para pemegang saham.
2.1.5

Profitabilitas
Profitabilitasadalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan suatu

keuntungan dan menyokong pertumbuhan baik untuk jangka pendek maupun
jangka panjang (Khasmir,2010 :196). Profitabilitas perseroan biasanya dilihat dari
laporan laba rugiperseroan (income statement) yang menunjukkan laporan hasil
kinerja perseroan.
Laba sering kali menjadi salah satu ukuran kinerja perusahaan.Dimana
ketika perusahaan memiliki laba yang tinggi berarti kinerja perusahaannya baik,
dan begitu juga sebaliknya.Setiap perusahaan selalu menginginkan profitabilitas
yang tinggi untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan.
Perusahaan akan mengukur kemampuanperusahaan dalam menghasilkan
keuntungan (profitabilitas) baik dari tingkat penjualan, asset, modal maupun
saham tertentu. Dalam rasio Profitabilitas ini dapat dikatakan sampai sejauh mana
keefektifan dari keseluruhan manajemen dalam menciptakan keuntungan bagi
perusahaan. Profitabilitas merupakan hasildari sejumlah besar kebijakan dan
keputusan manajemen dalam menggunakan sumber dana perusahaan.

21

Hubungan antara profitabilitas

perusahaan dengan pengungkapan

tanggung jawab sosial perusahaan telah menjadi postulat (anggapan dasar) untuk
mencerminkan pandangan bahwa reaksi sosial memerlukan gaya manajerial.
Sehingga semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar
pengungkapan informasi sosial (Kusumadilaga, 2010:24).
Fahmi (2012:68) menyatakan bahwa rasio profitabilitas digunakan untuk
mengukur efektivitas manajemen secara keseluruhan yang ditujukan oleh besar
kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh dalam hubungannya dengan
penjualan maupun investasi. Semakin baik rasio profitabilitas maka semakin baik
menggambarkan kemampuan tingginya perolehan keuntungan perusahaan.
Profitabilitas menggambarkan kinerja fundamental perusahaan ditinjau
dari tingkat efisiensi dan efektivitas operasi perusahaan dalam memperoleh laba.
Konsep profitabilitas ini dalam teori keuangan sering digunakan sebagai indikator
kinerja fundamental perusahaan mewakili kinerja manajemen. Sesuai dengan
perkembangan model penelitian bidang manajemen keuangan, umumnya dimensi
profitabilitas memiliki hubungan kausalitas terhadap nilai perusahaan. Sedangkan
nilai perusahaan secara konsep dapat dijelaskan oleh nilai yang ditentukan oleh
harga saham yang diperjualbelikan di pasar modal. Hubungan kausalitas ini
menunjukkan bahwa apabila kinerja manajemen keuangan perusahaan yang
diukur menggunakan dimensi-dimensi profitabilitas dalam kondisi baik, maka
akan memberikan dampak positif terhadap keputusan investor di pasar modal
untuk menanamkan modalnya dalam bentuk penyertaan modal, demikian halnya

22

juga akan berdampak pada keputusan kreditor dalam kaitannya dengan pendanaan
perusahaan melalui utang (Harmono, 2009:110).
Perusahaan akan mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba melalui pengelolaan aktiva yang dimilikinya. Sebuah perusahaan yang
mempunyai profitabilitas tinggi menunjukkan bahwa perusahaan tersebut mampu
mengelola sumber daya yang dimilikinya secara efektif dan efisien sehingga
mampu menghasilkan laba yang tinggi.Sebaliknya, sebuah perusahaan memiliki
profitabilitas rendah menunjukkan bahwa perusahaan tersebut tidak mampu
mengelola sumber daya yang dimilikinya dengan baik, sehingga tidak mampu
menghasilkan laba yang tinggi.
Secara konsep dapat disimpulkan bahwa kinerja fundamental perusahaan
yang diproksikan melalui dimensi profitabilitas perusahaan memiliki hubungan
kausalitas terhadap nilai perusahaan melalui indikator harga saham dan struktur
modal perusahaan berkenaan dengan besarnya komposisi utang perusahaan
(Harmono, 2009:111).
Ada beberapa rasio yang biasa digunakan dalam mengukur besarnya
profitabilitas.Return On Assets (ROA) merupakan rasio yang terpenting dari rasio
profitabilitas yang ada. Dalam penelitian ini profitabilitas perusahaan diukur
menggunakan Return On Assets (ROA) dengan rumus sebagai berikut:

ROA

=

����������

����������

23

2.2

Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap

nilai perusahaan telah banyak diteliti oleh penelitian-penelitian sebelumnya dan
menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Penelitian terdahulu ini akan dijadikan
bahan acuan agar dapat membandingkan penelitian ini dengan penelitian
terdahulu. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian terdahulu.Rincian
mengenai penelitian-penelitian terdahulu dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

NO

1

2

Penulis
dan
Tahun
Nurlela
dan
Islahuddin
(2008)

Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Judul Penelitan
Variabel
penelitian

Pengaruh
Corporate Social
Responsibility
Terhadap Nilai
Perusahaan dengan
Kepemilikan
Manajerial Sebagai
Variabel
Moderating (Studi
Empiris pada
Perusahaan yang
Terdaftar di Bursa
Efek Jakarta)
Kusumadil Pengaruh
aga
Corporate Social
(2010)
ResponsibilityTerha
dap Nilai
Perusahaan dengan
Profitabilitas
sebagai Variabel
Moderating (Studi
Empiris pada
Perusahaan
Manufaktur yang
Terdaftar di BEI)

Hasil Penelitian

Variabel
Independen:
CSR
Variabel
Moderating:
Kepemilikan
Manajemen
Variabel
Dependen:
Nilai
Perusahaan

Menunjukkan bahwa
(1) CSR berpengaruh
simultan terhadap
persentase
kepemilikan
manajemen (2) hanya
persentase
kepemilikan
manajemen yang
berpengaruh
signifikan terhadap
nilai perusahaan

Variabel
Independen:
CSR
Variabel
Moderating:
Profitabilitas
Variabel
Dependen:
Nilai
Perusahaan

Menunjukkan bahwa
pengungkapan CSR
berpengaruh
signifikan terhadap
nilai perusahaan.
Profitabilitas sebagai
variabel moderating
tidak dapat
mempengaruhi
hubungan
pengungkapan CSR
dan nilai perusahaan.

24

3

Pratiwi S
(2013)

Mekanisme
Good Corporate
Governance
(GCG), Kinerja
Keuangan,
Corporate Social
Responsibility
(CSR), dan Ukuran
Perusahaan
Terhadap Nilai
Perusahaan
Perbankan yang
Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia

Variabel
Independen:
GCG, Kinerja
Keuangan,
CSR, Ukuran
perusahaan
Variabel
Dependen:
Nilai
Perusahaan

Menunjukkan
bahwa:(1) secara
simultan kepemilikan
institusional,
komisaris
independen, ROA,
ROE, CSR, dan
ukuran perusahaan
tidak berpengaruh
signifikan terhadap
Tobins Q. (2) secara
parsial variabel
kepemilikan
institusional,
komisaris
independen, ROA,
ROE, CSR, dan
ukuran perusahaan
tidak berpengaruh
signifikan Tobins Q.

4

Agustine
(2014)

Variabel
Independen:
CSR
Variabel
Moderating:
Persentase
Kemelikan
Manajemen,
Profitabilitas
Variabel
Dependen:
Nilai
perusahaan

Menunjukkan bahwa
CSR tidak
berpengaruh
signifikan terhadap
nilai perusahaan.
Persentase
Kepemilikan
Manajemen dan
Profitabilitas secara
parsial berpengaruh
signifikan terhadap
nilai perusahaan

5

Anggraeni
(2014)

Pengaruh
Corporate Social
ResponsibilityTerha
dap Nilai
Perusahaan dengan
Persentase
Kepemilikan
Manajamen dan
Profitabilitas
sebagai Variabel
Moderating ( Studi
Empiris pada
Perusahaan go
public yang
Terdaftar di BEI)
Pengaruh
Corporate Social
Responsibility
(CSR) terhadap
nilai perusahaan
dengan
profitabilitas
sebagai variabel
moderasi pada

Independen:
CSR
Variabel
Moderating:
Profitabilitas
Variabel
Dependen:
Nilai
Perusahaan

Menunjukkan bahwa
Corporate Social
Responsibiility
(CSR) tidak
berpengaruh
signifikan terhadap
nilai perusahaan
dikarenakan masih
rendahnya

25

perusahaan
perbankan yang
terdaftar di
Indonesia Stock
Exchange (IDX)
periode 2009-2012

pengungkapan yang
dilakukan oleh
perusahaan
perbankan,sedangkan
profitabilitas
berpengaruh positif
terhadap nilai
perusahaan.

Sumber: Diolah oleh peneliti.
2.3

Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual penelitian ini adalah sebagai berikut:
Profitabilitas
(�� )

Nilai Perusahaan

Corporate Social
Responsibility (�� )

(�)

Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
Nurlela dan Islahuddin (2008) dalam penelitiannya menyatakan bahwa dengan
adanya praktik CSR yang baik diharapkan nilai perusahaan akan dinilai dengan
baik oleh investor.Berdasarkan gambar 2.1 maka dapat dijelaskan bahwa
Corporate Social Responsibility dapat mempengaruhi nilai perusahaan.Corporate
Social Responsibility merupakan informasi yang diungkapkan dalam laporan
tahunan mengenai pertanggungjawaban perusahaan tentang kepeduliannya
terhadap masyarakat dan lingkungan sekitarnya.Pelaksanaan CSR dapat
meningkatkan

nilai

perusahaan

dilihat

dari

harga

saham

dan

laba

26

perusahaan.Profitabilitas sebagai variabel moderasi juga dapat mempengaruhi
hubungan antara Corporate Social Responsibility dengan nilai perusahaan.
2.4

Hipotesis Penelitian
Berdasarkan dari kerangka konseptual, maka dapat dirumuskan hipotesis

penelitian ini sebagai berikut:
1.

Corporate Social Responsibility berpengaruhterhadap nilaiperusahaan.

2.

Profitabilitas

memoderasi

hubungan

antara

Corporate

Social

Responsibility dengan nilai perusahaan.

27

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45