KEPEMIMPINAN YANG EFEKTIF dalam gereja (2)
KEPEMIMPINAN YANG EFEKTIF
A.
Pengertian Kepemimpinan
Dari beberapa sumber kepemimpinan didefinisikan berbeda-beda. Misalnya Chung dan
Megginson (1981, 280) mengatakan bahwa :
1. Kepemimpinan adalah suatu alat manajemen. Para manajer melakukan kepemimpinan untuk
mempengaruhi para pegawai guna mencapai tujuan-tujuan organisasi.
2. Kepemimpinan adalah suatu proses mempengaruhi orang-orang lain dengan maksud mencapai
tujuan-tujuan tertentu.
3. Kepemimpinan adalah suatu fenomena sosial yang komplek yang dipengaruhi oleh sejumlah
faktor personal, interpersonal, dan organisasional yang meliputi sifat-sifat personal pemimpin, perilaku
pemimpin, dan faktor-faktor situasional.
Black (dalam Irawati, 2004) mendefinisikan kepemimpinan sebagai kemampuan melakukan
persuasi orang-orang lain untuk bekerjasama di bawah arahannya sebagai suatu tim untuk
menyelesaikan tujuan-tujuan tertentu yang dirancang.
Ada beberapa istilah atau konsep yang perlu digaris-bawahi dari definisi tersebut. Pertama,
kepemimpinan sebagai alat manajemen. Dalam konteks organisasi, kepemimpinan dipandang
sebagai alat yang digunakan oleh para manajer, pemimpin, kepala, ketua, direktur, dan apapun
sebutannya bagi pejabat yang bertanggungjawab mengelola suatu unit kerja atau satuan organisasi.
Alat untuk apa? Dalam hal ini kepemimpinan dimengerti sebagai alat untuk mempengaruhi orangorang lain atau pegawai.
Kedua, kepemimpinan sebagai kemampuan yang dimiliki manajer dan pejabat lain sejenis itu.
Kemampuan apa? Yaitu kemampuan melakukan persuasi atau pendekatan pada orang-orang lain.
Dikaitkan dengan “mempengaruhi”, kiranya persuasi yang dilakukan itu juga dalam rangka untuk
“mempengaruhi” orang-orang lain/pegawai.
Ketiga, kepemimpinan sebagai kegiatan, pekerjaan, proses yang dilakukan oleh manajer
dan pejabat lain yang sejenisnya. Kegiatan, pekerjaan, atau proses apa? Dari definisi tersebut di atas
dapat dikatakan secara jelas bahwa kegiatan, pekerjaan, atau proses itu adalah proses
mempengaruhi orang-orang lain atau kegiatan melakukan persuasi orang-orang lain.
Berkenaan dengan kegiatan kepemimpinan yang intinya adalah proses mempengaruhi atau
melakukan persuasi orang-orang lain tersebut, pada tabel di bawah disebutkan banyak kegiatan yang
dapat dilakukan oleh manajer atau pemimpin dalam rangka memiliki pengaruh dan kekuasaan atas
orang lain (Fleet, 1994), dalam rangka menjamin terciptanya keefektifan/efektivitas organisasi (Hall
dan Quinn, 1991).
Dari definisi kepemimpinan di atas juga jelas dinyatakan tujuan kepemimpinan, yang intinya
adalah untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi. Jadi kepemimpinan adalah alat, kemampuan,
kegiatan melakukan persuasi dan mempengaruhi orang-orang lain (pegawai) yang dimaksudkan
agar mereka melakukan pekerjaan, tugas-tugas untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi.
B. Model-Model Keefektifan Organisasi dam Implikasinya bagi Pemimpin
Hall dan Quinn (1991) menyebutkan lima model keefektifan organisasi yaitu : model sistem
sumber daya, model tujuan, model kepuasan partisipan, model fungsi sosial, dan model kontradiksi.
1.
Menurut model sistem sumber daya, keefektifan organisasi adalah kemampuan untuk
mengeksploitasi dan menggunakan sumber daya lingkungan untuk menjaga kelangsungan fungsi
organisasi (dari Seashore dan Yuchtman, 1967). Pemimpin organisasi mempunyai tanggungjawab
mengeksploitasi dan menggunakan sumber daya lingkungan untuk menjaga kelangsungan fungsi
organisasinya. Pemimpin yang efektif seharusnya bisa menunjukkan kemampuannya untuk itu.
2.
Menurut model tujuan, terdapat dua model tujuan yaitu model sederhana dan komplek. Model
sederhana mendefinisikan keefektifan sebagai tingkat kemampuan organisasi merealisasikan
tujuannya (Etzioni, 1964). Sedangkan model komplek terjadi bilamana organisasi memiliki tujuan
yang banyak, beragam, dan berbeda-beda, bahkan bertentangan. Pemimpin yang efektif, dapat
mencapai tujuan organisasi betapapun kompleknya tujuan. Pemimpin juga dapat menunjukkan
kemampuannya untuk membuat yang komplek menjadi sederhana, dan menentukan tujuan-tujuan
yang bebas konflik.
3.
Menurut model kepuasan partisipan, organisasi yang efektif adalah organisasi yang dapat
memenuhi kebutuhan anggotanya. Oleh karena itu, pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang
mampu mengatur dan mengusahakan sumber daya organisasi sehingga dapat memenuhi kebutuhan
anggotanya.
4.
Menurut model fungsi sosial, organisasi yang efektif adalah organisasi yang dapat melakukan
sesuatu atau lebih hal bagi masyarakat. Tarcot Parsons yang melihat organisasi sebagai sistem
menyatakan bahwa semua sistem sosial harus memecahkan empat masalah dasar yaitu : adaptasi,
pencapaian tujuan, integrasi, dan latensi.
-
Organisasi bertanggungjawab melakukan adaptasi yaitu mengakomodasi tuntutan lingkungan
masyarakat dan alam pada organisasi.
-
Organisasi harus berusaha menentukan tujuan, membatasi tujuan, dan memobilisasi sumber daya
untuk mencapainya.
-
Organisasi harus melakukan integrasi yaitu menetapkan, mengorganisasikan, mengkoordinasikan,
dan menyatukan hubungan-hubungan di antara anggota organisasi sebagai satu entitas.
-
Organisasi harus memperhatikan, memelihara hal latensi atau keberlanjutan pola-pola kultural dan
motivasi sistem organisasi.
Dari kacamata model fungsi sosial ini, pemimpin yang efektif mampu melakukan
tanggungjawab sosial dengan memecahkan permasalahan yang berkenaan dengan keempat
masalah dasar tersebut.
5.
Menurut model kontradiksi yang dikemukakan oleh John Rohrbaugh, organisasi memiliki atau
menghadapi lingkungan, tujuan, anggota dan pilihan waktu yang bersifat plural dan mengandung
potensi konflik. Pemimpin yang efektif mempunyai kemampuan untuk menghadapi dan mengatasi
organisasi yang memiliki unsur-unsur yang plural dan tidak bebas konflik itu. Pluralitas di dalam
organisasi harus dilihat sebagai kekayaan, keindahan, dan oleh karena itu setiap unsur yang ada di
dalam organisasi harus dijaga dan dimanfaatkan untuk kepentingan organisasi. Setiap perbedaan
dan konflik sangat mungkin terjadi, tetapi pemimpin yang efektif harus mampu mengelola perbedaan,
jangan sampai menjadi sumber konflik yang menghancurkan organisasi.
C. Pengertian Kepemimpinan yang Efektif
Melihat kelima model keefektifan organisasi tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa setiap
pemimpin harus melakukan satu atau lebih hal, kegiatan untuk menjaga dan mencapai predikat
pemimpin dan organisasi yang “efektif”. Berdasarkan kelima model tersebut maka dapat dikatakan
bahwa pemimpin dan organisasi yang efektif memiliki ciri-ciri :
-
Mampu mengeksploitasi dan menggunakan sumberdaya lingkungan untuk menjaga kelangsungan
fungsi organisasi.
Mampu mencapai/merealisasikan tujuan organisasi yang mungkin banyak, beragam, berbeda-beda
dan bahkan bertentangan.
-
Mampu memenuhi kebutuhan individu atau kelompok.
-
Mampu melakukan penyesuaian tuntutan lingkungan
-
Mampu merumuskan tujuan dan memobilisasi sumber daya untuk mencapainya
-
Mampu melakukan integrasi (mengorganisir, mengkoordinir, menyatukan) anggota-anggota yang
saling berhubungan
-
Mampu memelihara dan menjaga keberlanjutan pola kultural dan motivasi organisasi
-
Mampu menghadapi lingkungan, tujuan, anggota, pilihan waktu yang bersifat plural dan berpotensi
konflik.
Harmon dan Mayer (1986, 40) mengatakan bahwa dalam konteks organisasi, keefektifan
(efektivitas, effectiveness) mempunyai focus pada dua hal, yaitu mendapatkan suatu pekerjaan
yang dilakukan, dan pelaksanaan pekerjaan tersebut mempunyai dampak yang sesuai bagi sasaran
dan tujuan organisasi. Mendasarkan pada pengertian ini, maka dapat dikatakan bahwa keefektifan
kepemimpinan mempunyai dua aspek yang tidak dapat dipisahkan yaitu pelaksanaan pekerjaan dan
dampaknya pada sasaran atau tujuan organisasi.
Pemimpin suatu organisasi mempunyai tanggungjawab untuk melaksanakan tugas
kepemimpinan dan mencapai sasaran atau tujuan organisasional. Kepemimpinan yang efektif
berkenaan dengan pelaksanaan tugas kepemimpinan dan dampaknya pada sasaran atau tujuan
organisasional. Kepemimpinan yang efektif berarti pemimpin menunjukkan kemampuannya dalam
melaksanakan tugas-tugas kepemimpinan sehingga orang-orang (pengikutnya) mau melaksanakan
pekerjaan yang mempunyai dampak baik pada sasaran dan tujuan organisasi.
Apa saja pekerjaan atau tugas-tugas yang harus dilakukan seorang pemimpin? Dan apa
dampaknya? Fleet (1994) mendaftar 25 langkah tindakan yang memungkinkan setiap pemimpin
memenangkan persaingan dan mencapai keberhasilan dalam pekerjaan dan pergaulan, termasuk
memiliki pengaruh dan kekuasaan atas orang lain, sebagai dampak dari tindakan. 25 langkah
tindakan dan dampak yang dimaksud dapat dilihat dan dicermati pada tabel.
Tabel
Tindakan dan Dampak Kepemimpinan
Untuk Mengukur Keefektifan Kepemimpinan
NO.
TINDAKAN PEMIMPIN
DAMPAK
1.
Menemukan motivator rahasia yang Mendapat kekuasaan dan penguasaan
menggerakkan orang lain : kebutuhan, mutlak atas orang lain; menghemat
harapan, keinginan.
banyak waktu, tenaga, dan uang; bisa
mempengaruhi, mengendalikan dan
mendapat
kekuasaan
penuh
dan
penguasaan mutlak atas setiap orang;
menjadi orang dengan kepribadian yang
menarik dan kuat.
2.
Membuat
orang
menaruh
perhatian dengan cara mengetahui
dengan tepat siapa orang-orang yang
ada di sekeliling, menemukan apa
yang diinginkannya di atas segalagalanya, dan menetapkan secara tepat
bagaimana
bisa
membantunya
mendapatkan apa yang diinginkan.
3.
Miliki kemampuan untuk melakukan Orang lain akan mempercayai Anda,
pekerjaan tertentu dan keyakinan pada mengikuti bimbingan Anda, Anda bisa
diri sendiri (Jadilah orang profesional) membuat segala hal selesai dilakukan,
Anda dikenal sebagai orang yang bisa
melakukan sesuatu (bisa bekerja)
Anda tidak mendapat kesulitan sama
sekali dalam membujuk orang lain
menerima gagasan, usul, dan pandangan
Anda, produk atau jasa Anda; Anda
dipandang memiliki kepribadian yang
menarik, positif, dan menyenangkan
sehingga keyakinan dan kemampuan
Anda sendiri juga meningkat; Anda bisa
membuat orang lain berpikir dan
bertindak yang menyenangkan terhadap
diri Anda; anda akan mendapatkan
kekuasaan dan penguasaan atas orang
lain sehingga mereka selalu melakukan
apa yang Anda inginkan.
NO.
TINDAKAN PEMIMPIN
DAMPAK
4.
Memberikan perintah yang jelas dan
lugas, yang akan mudah dipahami;
mengetahui
standar
pelaksanaan
pekerjaan dan hasilnya; menggunakan
pujian, pengakuan akan upaya orangorang, dan meyakinkan akan nilainya;
menerangkan
bahwa
pekerjaan
dipandang penting; membuat orang
merasakan tenteram dan aman atau
tidak takut kehilangan pekerjaan.
Orang
akan
cepat
menanggapi
perintah. Orang akan bekerja lebih
baik. Menyingkirkan pemborosan,
kebingung-an, dan usaha sia-sia.
5.
Menerapkan manajemen partisipatif
atau peran serta : meminta gagasan
kepada orang lain dan cara terbaik
untuk menyelesaikan pekerjaan.
Membuat orang merasa dirinya
penting, berharga, bangga, sehingga
merasa lebih kuat dan lebih produktif,
lebih kreatif.
6.
Menggunakan teknik penyangga : Bawahan mendukung sepenuhnya,
mau menerima tanggungjawab untuk melakukan pekerjaan dengan baik dan
kesalahan bawahan (bertindak selaku tepat waktu.
penyangga mereka).
7.
Membuat rencana yang
cermat, dan rasional.
8.
Menguasai seni berbicara dan menulis Menguasai orang lain, sehingga
(berbahasa)
mereka akan melakukan keinginan
Anda, mendengarkan perintah Anda,
menghormati Anda
9.
Mengembangkan kemampuan kontrol
“sinar kekuasaan”/batin : mengenali
masalah dengan tepat, membuat
perkiraan situasi, dan ambil tindakan
yang perlu untuk memecahkan
masalah. Mengatasi situasi yang
buruk sekalipun, mengembangkan
sikap dan pembawaan yang positif
dan berwibawa
mantap, Orang/organisasi donor memberikan
bantuan, meloloskan proposal bantuan.
Orang mematuhi perintah Anda, mau
membantu. Anda akan dicari, dijadikan
pemimpin,
penanggungjawab,
pengambil keputusan.
10.
Membentuk
pasukan,
karyawan,
pelanggan yang loyal dengan cara
memenuhi kebutuhan dan keinginan
mereka.
Pasukan, karyawan dan pelanggan
menjadi loyal, hormat, percaya, yakin,
sukarela, bekerjasama, mendukung
Anda.
NO.
TINDAKAN PEMIMPIN
DAMPAK
11.
Menghadapi
perlawanan
dan Orang akan melakukan yang Anda
mengatasi penentangan dengan cara inginkan, mengikuti perintah Anda.
memberi keterangan dan menawarkan
kepada karyawan, pelanggan, dan
pasukan tentang pentingnya pekerjaan
dan keuntungan konkrit tertentu yang
akan memenuhi kebutuhan dan
keinginan mereka.
12.
Menulis surat/memo yang sempurna : Orang melakukan kehendak/tujuan Anda.
gagasan, keinginan, dan tujuan ditulis
secara jelas, menggunakan kata-kata
yang diketahui maksudnya, logis,
obyektif
13.
Mengetahui sasaran/tujuan/keinginan, Anda menjadi penguasa, dipercaya
berusaha dengan mengerahkan segala- melakukan hal-hal yang lebih besar, dan
galanya yang Anda miliki, belajar keinginan Anda dituruti.
untuk rukun, menolak kelancangan
orang tanpa menghancurkan dirinya
dan
diri
Anda,
belajar
mewakilkan atau
membagi
tanggungjawab kepada bawahan.
14.
Mengubah musuh menjadi teman setia
dengan
cara
tidak
melakukan
pergunjingan dan fitnah, tidak
mengkritik atau mengatakan kesalahan
orang lain, dan tidak mengejek orang
lain.
15.
Mengambil inisiatif untuk memimpin Anda bisa mengontrol orang lain.
dan mengontrol.
Anda mendapat banyak sahabat, mampu
mengontrol orang lain, dikagumi,
dihormati, berkembang kemampuan seni
hubungan antar manusia
Meminta nasihat, pandangan, bantuan
orang lain.
Anda mendapatkan pelayanan istimewa,
Mengenal nama, pekerjaan, dan hobi orang lain akan membantu Anda.
orang lain.
Bisa menjalin persahabatan.
Mengontrol sikap dan emosi diri.
Orang lain juga akan mengontrol sikap
dan emosinya terhadap Anda.
16.
Melakukan sesuatu terlebih dahulu. Orang akan minta pengarahan, petunjuk,
Memberi sesuatu terlebih dahulu.
dan akan melakukan sesuatu tanpa
membantah. Anda akan menjadi tuan,
penguasa,
mendapatkan
cinta,
penghormatan. Tercipta suasana damai,
menyenangkan, bahagia, kerjasama,
saling menolong, suka cita.
Selalu memilih bersikap
yang
menyenangkan, percakapan yang
penuh kegembiraan.
NO.
TINDAKAN PEMIMPIN
17.
Memadamkan kemarahan orang lain Mengubah orang lain menjadi teman,
dengan cara mau mendengarkan sahabat,
ramah,
mau
kerjasama,
ceritanya dari awal sampai akhir tanpa cinta, meningkatkan hubungan kerja.
menyela sama sekali; sabar dan tidak
melawan;
menemukan
fakta
permasalahan dan memperbaiki atau
memulihkannya; membuat orang
merasa penting dan menaruh perhatian
padanya; meminta maaf.
18.
Menguasai seni hidup untuk maju : Menghasilkan uang, kekuasaan, prestise,
menunjukkan sebagai individu yang penghargaan, pengakuan, sukses.
menguasai pengetahuan dan cakap
bekerja, mengetahui cara kerja
organisasi luar dalam, menjadi sumber
informasi dan pengetahuan, selalu
tinggal di kantor lebih lama,
berpenampilan sebagai eksekutif,
DAMPAK
bersikap dan bertindak profesional
seperti tidak membesarkan persoalan
kecil, menyatakan rasa keberatan
dengan
tenang
dan
sopan,
mengembangkan kemampuan untuk
menyesuaikan diri, bersikap antusias
terhadap pekerjaan, tidak takut
mengambil risiko yang masuk akal,
tidak menghindari tanggungjawab.
19.
Membaca peta kekuasaan organisasi Mencapai puncak kekuasaan, mendapat
yang kelihatan dan tidak kelihatan; kekuasaan besar atas orang lain,
menonjolkan
kekuasaan
pribadi, mencapai sukses
menonjolkan
isyarat
kekuasaan
(karisma, daya tarik) tanpa suara,
menguasai dan mengontrol orang yang
benar-benar memiliki kekuasaan.
20.
Membantu orang lain memecahkan Mengubah seseorang yang punya
masalahnya
masalah menjadi pekerja yang puas,
ramah, dan Anda dapat menguasai dan
mengontrol mereka.
21.
Melakukan pengorganisasian, departe- Anda bisa menguasai dan mengontrol
menisasi, dan pendelegasian wewe- banyak orang hanya melalui beberapa
nang.
orang, menghemat tenaga, waktu
22.
Mengubah cara berpikir orang (cuci Orang mau melakukan apa yang Anda
otak)
inginkan.
NO.
TINDAKAN PEMIMPIN
23.
Membuat orang lain membuka rahasia Meningkatkan keberhasilan, keefektifan.
suksesnya. Belajar menjadi sukses dari
orang lain yang terlebih dulu sukses.
24.
Aktif dalam organisasi. Aktif dalam Mendapatkan kekuasaan dan imbalan.
lingkaran kekuasaan.
DAMPAK
25.
Datang awal, mau kontak/beramah Menjadi pusat perhatian. Mencapai
tamah dengan elite kekuasaan, kekuasaan, pengaruh, dan kontrol atas
mengajak orang lain pesta.
orang lain.
Sumber : Diolah dari James K. Van Fleet, 1994
D. Faktor-Faktor yang Berkaitan dengan Keefektifan Kepemimpinan
Berdasarkan pandangan Chung dan Megginson(1981, 282), dapat dikatakan bahwa
keefekifan kepemimpinan tergantung pada faktor kesesuaian perilaku pemimpin dengan faktor
situasional. Dan faktor kesesuaian perilaku pemimpin dengan faktor situasional ini terkait dengan
perilaku pemimpin dan faktor situasional. Sedangkan perilaku pemimpin berhubungan
dengan/dipengaruhi oleh sifat-sifat personal pemimpin. Hubungan berbagai faktor tersebut disebut
sebagai model proses kepemimpinan yang integral (An Integrated Leadership Process Model).
1.
Faktor Kesesuaian Perilaku/Gaya Pemimpin
Perilaku berarti cara menjalankan atau berbuat. Dalam kepemimpinan, perilaku berarti cara
pemimpin bertindak mempengaruhi para pengikutnya. Pola perilaku adalah model, cara pimpinan
bertindak mempengaruhi para bawahan, yang dimaksudkan untuk mencapai kepemimpinan yang
efektif.
Di dalam usaha mempengaruhi bawahannya, pimpinan perlu menggunakan pola perilaku
tertentu yang dipandang sesuai dan dapat diterima oleh para bawahannya. Sesuai berarti cocok
dengan situasi yang dihadapi, sehingga perilaku atau tindakannya itu kena benar pada sasaran yang
dimaksudkan yaitu efektifnya kepemimpinan. Jadi dalam usaha mempengaruhi bawahannya,
pimpinan perlu memperhatikan situasi yang dihadapi untuk menentukan pola perilaku di dalam
menjalankan kepemimpinannya, agar kepemimpinannya bisa efektif.
Pimpinan akan berhasil dalam kepemimpinannya jika ia mampu berperilaku secara pantas,
sesuai kondisi situasi yang dihadapi. Misalnya apabila petunjuk dibutuhkan, pimpinan dapat memberi
petunjuk. Jika kebebasan partisipasi dipandang perlu pimpinan dapat memberi kebebasan
(Hunneryager & Heckman, 1967, 301). Perilaku yang sesuai dengan kekuatan atau faktor situasional
akan mendatangkan keefektifan kepemimpinan. Seperti dikatakan oleh Reddin (1970, 135) bahwa
hasil keefektifan manajerial berasal dari suatu kesesuaian gaya dan situasi. Jadi perilaku pimpinan
akan mendatangkan keefektifan kepemimpinan apabila perilaku yang digunakan dalam menjalankan
kepemimpinannya sesuai dengan faktor situasional. Berkaitan dengan pola perilaku partisipatif
misalnya pimpinan berperilaku partisipatif secara efektif apabila situasi bawahan berpengalaman dan
paham mengenai pekerjaan, tugas, dan fungsinya; kelompok menunjukkan saling bergantung, saling
menerima, dan mempunyai keterkaitan tugas dan fungsi; pekerjaan, tugas, dan fungsi organisasi
sedemikian besar dan bervariasi sehingga butuh pendelegasian demi kesuksesannya; dan waktu
untuk menyelesaikan atau melaksanakan pekerjaan yang bersangkutan dengan tugas organisasi
longgar sehingga pimpinan sendiri lebih dapat bersikap fleksibel untuk melaksanakan dan
menyelesaikan pekerjaan.
Pimpinan dalam berperilaku perlu mempunyai kemampuan, kecakapan membaca situasi
yaitu kemampuan untuk melihat baik-buruk situasi, yang kemudian digunakan untuk memilih atau
menentukan pola perilaku yang sesuai/cocok dengan situasi agar terjadi kepemimpinan yang efektif.
Dalam kaitannya dengan tanggungjawab pimpinan dalam tugas kepemimpinannya dapat
dikatakan bahwa pimpinan yang fleksibel dan tanggap terhadap tuntutan situasi, akan lebih mampu
menentukan perilaku, cara bertindak yang sesuai dengan situasi untuk mempengaruhi bawahannya,
sehingga mencapai kepemimpinan yang efektif.
2.
Perilaku/Gaya Pemimpin
Terdapat beberapa pola perilaku pemimpin : perilaku pemimpin direktif, perilaku pemimpin
dukungan, perilaku pemimpin partisipatif, dan perilaku pemimpin berorientasi penyelesaian tugas
(Chung dan Megginson, 1981, 296-299). Setiap pola perilaku cocok dan efektif hanya dalam situasi
tertentu.
Perilaku pemimpin direktif mempunyai ciri-ciri utama yaitu bahwa pemimpin menunjukkan
susunan tugas pekerjaan para bawahan dan membimbing mereka untuk mencapai sasaran. Perilaku
ini menunjukkan dominasi tindakan campur tangan pemimpin yang ketat terhadap pekerjaan dan
pelaksanaan kerja bawahan, sehingga inisiatif para bawahan sendiri terkekang, atau kurang. Perilaku
bawahan telah diarahkan sedemikian rupa dengan ketentuan-ketentuan atau batasan-batasan
tanggungjawab yang jelas. Perilaku pemimpin direktif akan efektif pada situasi seperti bawahan tidak
kompeten, dan tugas dalam situasi tidak terstruktur (tidak teratur).
Perilaku pemimpin dukungan dapat dilihat dari tindakan pemimpin yang mengutamakan
keterbukaan dan menggunakan cara-cara pendekatan yang halus kepada para bawahan dengan
tujuan untuk memelihara suasana yang mendukung pelaksanaan kegiatan mencapai tujuan
organisasi. Pemimpin menunjukkan maksud kepentingan secara pribadi kepada bawahan, ramah,
bersahabat, mudah didekati, memberi sarana konsultasi, memperjuangkan keharmonisan kelompok,
menggunakan hadiah sebagai sarana menambah dukungan, dan mempergunakan hadiah yang
positif lebih daripada sanksi yang negatif. Perilaku dukungan ini efektif dijalankan pada situasi
misalnya para bawahan bersifat terbuka, bermotivasi hubungan interpersonal yang kuat.
Perilaku partisipatif ditunjukkan dari pemimpin yang membagikan tanggungjawab
pelaksanaan pekerjaan dan pemeliharaan fungsi-fungsi kepada para anggota kelompok kerja.
Pemimpin partisipatif mendistribusikan kekuasaan kepada bawahan di dalam proses pembuatan
keputusan dan pelaksanaannya. Jadi pemimpin partisipatif memberikan kesempatan kepada
bawahan untuk berpartisipasi di dalam proses pencapaian tujuan kelompok/organisasi. Perilaku
partisipatif dapat efektif dalam situasi bawahan menunjukkan kompetensi, dan berpendidikan (literer).
Perilaku pemimpin berorientasi penyelesaian tugas menekankan rasa ikatan kelompok
terhadap tujuan atau sasaran tugas organisasi, mengharapkan bawahan melaksanakan pekerjaan
secara maksimal, dan menunjukkan kepercayaan yang tinggi terhadap kemampuan bawahan untuk
memikul tanggungjawab pelaksanaan tugas. Perilaku berorientasi penyelesaian tugas cocok dan
efektif dilakukan pada situasi pekerjaan yang terstruktur/teratur, jelas, dan didukung sarana
prasarana, sistem dan prosedur kerja yang memadai.
3.
Faktor Situasional
Faktor situasional adalah kekuatan lingkungan yang mempengaruhi perilaku pemimpin.
Tannenbaum (dalam Huneryager & Heckman, 1967, 298-300) menyebutkan beberapa kekuatan
lingkungan yang berada di sekitar pemimpin. Kekuatan-kekuatan itu berasal dari organisasi,
kelompok kerja, masalah tugas, dan waktu.
Organisasi mempunyai nilai-nilai dan tradisi yang tidak dapat dielakkan mempengaruhi
perilaku orang-orang yang bekerja di dalamnya. Nilai dan tradisi ini menunjukkan sesuatu yang
diterima dan diberlakukan organisasi, yang dikomunikasikan melalui berbagai cara seperti pada
deskripsi tugas, kebijaksanaan, peraturan, atau pernyataan-pernyataan. Kepada pimpinan misalnya
diberlakukan nilai bahwa pimpinan yang diharapkan ialah seseorang yang dinamis, imajinatif, tegas
dan pasti dalam mengambil keputusan, persuasif, kooperatif, atau mempunyai human relation skill.
Dengan anggapan, bila harapan ini terpenuhi pimpinan dapat berperilaku atau bertindak tertentu
seperti yang diinginkan sehingga dapat diterima, dan efektif kepemimpinannya. Pada bawahan
misalnya dipersyaratkan mempunyai pengalaman tertentu, dan paham mengenai jabatan, pekerjaan
yang bersangkutan dengan tugas dan fungsinya agar mampu melaksanakan tugas dan berpartisipasi
dalam pembuatan keputusan, dan mampu melaksanakan kegiatan sesuai rencana, sehingga
pimpinan pun dapat efektif berperilaku partisipatif, mengikutsertakan bawahan dalam pembuatan
keputusan, dan menyerahkan pengendalian atau kemajuan, kelancaran tugas, fungsi, dan
pelaksanaan pekerjaan.
Kelompok kerja sebagai unsur faktor situasi ikut menentukan perilaku pemimpin. Sebelum
menyerahkan tanggungjawab pengambilan keputusan kepada bawahannya, pimpinan harus
mempertimbangkan bagaimana anggota-anggota bawahan bekerjasama secara efektif sebagai suatu
kelompok. Jika kelompok kerja efektif maka pimpinan efektif menjalankan perilaku partisipatif,
misalnya. Sebab jika antar satuan kerja bawahan saling tergantung, saling menerima, dan ada
keterkaitan tugas untuk terlaksananya pekerjaan yang menjadi tanggungjawabnya, maka partisipasi
atau keikutsertaan bawahan itu menentukan kelancaran proses pencapaian tujuan organisasi.
Didalam situasi ini, pimpinan dapat efektif berperilaku partisipatif.
Masalah, tugas dan fungsi organisasi yang ada juga menentukan seberapa kewenangan
untuk memecahkan atau melaksanakan tugas akan didelegasikan oleh pimpinan kepada
bawahannya. Masalah, tugas, dan fungsi yang besar dan luas, atau terdiri bermacam-macam bidang
menuntut pimpinan agar berperilaku atau bertindak partisipatif supaya pekerjaan dapat terlaksana
dan dapat diselesaikan dengan sukses.
Waktu juga merupakan suatu faktor situasi yang menentukan perilaku pemimpin. Jika
pimpinan butuh untuk mengambil keputusan atau tindakan yang bersifat segera, ia bisa tidak
melibatkan orang-orang lain. Sebaliknya apabila waktu longgar, maka menjadi sangat mungkin bagi
pimpinan untuk mengikutsertakan bawahan dalam proses pengambilan keputusan dan dalam
pelaksanaan/penyelesaian suatu tugas. Pimpinan dapat berperilaku fleksibel menurut kelonggaran
waktu. Pimpinan dapat mengatur waktu untuk menyelesaikan pekerjaan, tugas, fungsi, dan masalah
organisasi.
4.
Sifat-Sifat Personal Pemimpin.
Sifat personal pemimpin adalah kualitas, ciri-ciri atau karakteristik yang secara kodrati dimiliki
seorang pemimpin, yang mempengaruhi segenap pikiran, tindakan, ataupun perilakunya. Sifat
personal pemimpin dapat dilihat dari dimensi-dimensi sikap, motivasi, dan kepribadiannya.
Sikap merupakan suatu cara bereaksi terhadap suatu rangsangan yang timbul dari seseorang
atau dari situasi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sikap pemimpin adalah cara bereaksi
pemimpin terhadap rangsangan yang datang dari orang-orang lain yang dipimpin ataupun dari situasi
lingkungan di mana pemimpin itu berkarya. Diharapkan pemimpin bersikap luwes, suka membantu,
beremosi stabil, mempunyai kerelaan memberikan pengaruhnya pada orang-orang yang dipimpin,
dan berinisiatif, kaya akan ide dan usaha untuk melaksanakan tugas, sehingga bawahan merasa
puas, dan bergairah di dalam melaksanakan pekerjaan. Dalam kaitannya dengan pelaksanaan tugas,
kebesaran pribadi pemimpin terletak pada kedalaman watak manusiawi mereka : imajinasi,
kehendak, ketabahan, keberanian, kecakapan, dan kemauan untuk bekerja dan berhubungan dengan
orang-orang lainnya, termasuk untuk menanggung risiko kegagalan (bandingkan dengan Lowney,
2005, 84).
Fiedler, seperti dikutip Chung dan Megginson, mengatakan bahwa berkenaan dengan
motivasinya, pemimpin dapat dibedakan menjadi dua : pemimpin bermotivasi hubungan(relationmotivated leader), dan pemimpin yang bermotivasi tugas (task-motivated leader). Bisa jadi pemimpin
memiliki satu atau kedua motivasi tersebut sekaligus.
Pemimpin bermotivasi hubungan cenderung menaruh perhatian terhadap pelaksanaan
pekerjaan yang baik dengan cara menekankan pada pemeliharaan hubungan antar pribadi
(interpersonal), karena harga dirinya sangat tergantung pada bagaimana orang lain berhubungan
dengannya. Pemimpin ini sangat peka terhadap kebutuhan-kebutuhan dan perasaan bawahan.
Bahkan apabila terdapat orang-orang yang tidak ingin bekerjasama dengan orang-orang tertentu,
pemimpin masih menaruh respek dan perhatian terhadap mereka. Karena kepekaannya itu maka
pemimpin bermotivasi hubungan menjadi efektif dalam menerapkan perilaku partisipatif.
Sedangkan pemimpin bermotivasi tugas, menaruh perhatian utamanya pada kemampuan
pelaksanaan pekerjaan, sehingga harga dirinya diperoleh dari pencapaian tujuan yang dapat
ditangani. Pemimpin menaruh tekanan sedemikian besar pada penyelesaian tugas, sehingga mereka
cenderung untuk mengambil keputusan atau menilai orang-orang atas dasar apakah mereka itu dapat
atau tidak dapat bekerjasama. Jika orang-orang itu dapat bekerja, pemimpin akan menganggapnya
sebagai orang-orang yang baik. Apabila terdapat sesuatu tidak beres dibawah kontrolnya, pemimpin
akan cepat tanggap dan menaruh perhatian kepada kebutuhan-kebutuhan bawahan. Dan dalam
situasi-situasi yang tidak mendukung, pemimpin bermotivasi tugas dapat menjadi pemimpin direktif.
Pemimpin dapat efektif berperilaku penyelesaian tugas, di dalam situasi yang baik ini.
Tentang kepribadian, Rice (1965) mengatakan bahwa kepribadian seseorang terbentuk sejak
lahir, merupakan warisan keturunan, dan dari pengalaman-pengalaman yang dilalui, terutama yang
terjadi pada masa kanak-kanak dan masa muda yang sulit sekali diubah setelah ia menjadi dewasa.
Kombinasi unsur-unsur keturunan seperti kejiwaan, dorongan, nafsu, naluri dan unsur-unsur yang
berasal dari masyarakat seperti norma-norma dan nilai-nilai kemasyarakatan membentuk keadaan
kejiwaan yang biasa disebut kepribadian itu.
Uris mendefinisikan kepribadian sebagai corak seorang individu dengan suatu
perasaan/emosi tertentu. Dalam studi kepemimpinan dibedakan tiga tipe atau corak kepribadian
pemimpin yaitu kepribadian yang mengutamakan kekuasaan, kepribadian yang mengutamakan
persamaan, dan kepribadian yang mengutamakan kebebasan. Bentuk-bentuk kepribadian itu
memang diperlukan menurut konteks situasi tertentu yang ada di dalam organisasi. Oleh karena itu,
pemimpin harus pandai-pandai memainkan corak perasaan atau emosi (kepribadian)-nya menurut
situasi. Baik pemimpin maupun bawahan, kadang-kadang memerlukan ketegasan dari sumber
kekuasaan. Dan pada dasarnya ingin dihargai sama sebagai sesama. Tetapi juga mendambakan
keleluasaan gerak sehingga tidak terkekang untuk mengembangkan diri dan inisiatifnya, di samping
untuk menyumbangkan kemampuan bagi kemajuan kelompok di dalam melaksanakan tugas.
Hubungan sifat personal pemimpin dengan perilaku pemimpin dapat dikatakan sebagai
berikut : bahwa sifat-sifat personal pemimpin ikut menentukan pola perilakunya. Pemimpin mampu
untuk berperilaku tertentu apabila ia mempunyai sifat-sifat kecenderungan tertentu. Misalnya
pemimpin yang mempunyai sifat motivasi hubungan yang kuat akan mampu secara efektif berperilaku
partisipatif. Sebab pemimpin cenderung mampu menghimpun bawahan di dalam suatu kelompok,
dan menggerakkan mereka untuk ikut serta atau berpartisipasi di dalam usaha mencapai kesuksesan
tugas organisasi.
E. Penutup
Dari paparan dan penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa setiap pemimpin yang efektif
perlu terus berperilaku yang sesuai dengan faktor situasi yang dihadapi, sambil perlu terus mengasah
dan menambah kualitas personalnya, agar mampu berperilaku efektif dalam situasi yang dapat
berubah. Sebagai penutup, berikut kutipan dari Lowney (2005, 11), bahwa untuk berhasil menjadi
pemimpin, orang perlu membentuk menjadi pemimpin yang memiliki (a) kesadaran diri, yaitu
memahami kekuatan, kelemahan, nilai-nilai, dan pandangan hidup; (b) ingenuitas (kecerdikan dan
fleksibilitas) yaitu berinovasi dan beradaptasi dengan yakin untuk merangkul seluruh dunia; (c) cinta
kasih, yaitu membangun kontak dengan orang lain dalam sikap yang positif, penuh cinta kasih; dan
(d) heroisme, yaitu menyemangati diri sendiri dan orang lain dengan ambisi-ambisi heroik, bak
pahlawan yang selalu siap berjuang bahkan mengorbankan diri demi kehidupan orang lain yang lebih
baik.
A.
Pengertian Kepemimpinan
Dari beberapa sumber kepemimpinan didefinisikan berbeda-beda. Misalnya Chung dan
Megginson (1981, 280) mengatakan bahwa :
1. Kepemimpinan adalah suatu alat manajemen. Para manajer melakukan kepemimpinan untuk
mempengaruhi para pegawai guna mencapai tujuan-tujuan organisasi.
2. Kepemimpinan adalah suatu proses mempengaruhi orang-orang lain dengan maksud mencapai
tujuan-tujuan tertentu.
3. Kepemimpinan adalah suatu fenomena sosial yang komplek yang dipengaruhi oleh sejumlah
faktor personal, interpersonal, dan organisasional yang meliputi sifat-sifat personal pemimpin, perilaku
pemimpin, dan faktor-faktor situasional.
Black (dalam Irawati, 2004) mendefinisikan kepemimpinan sebagai kemampuan melakukan
persuasi orang-orang lain untuk bekerjasama di bawah arahannya sebagai suatu tim untuk
menyelesaikan tujuan-tujuan tertentu yang dirancang.
Ada beberapa istilah atau konsep yang perlu digaris-bawahi dari definisi tersebut. Pertama,
kepemimpinan sebagai alat manajemen. Dalam konteks organisasi, kepemimpinan dipandang
sebagai alat yang digunakan oleh para manajer, pemimpin, kepala, ketua, direktur, dan apapun
sebutannya bagi pejabat yang bertanggungjawab mengelola suatu unit kerja atau satuan organisasi.
Alat untuk apa? Dalam hal ini kepemimpinan dimengerti sebagai alat untuk mempengaruhi orangorang lain atau pegawai.
Kedua, kepemimpinan sebagai kemampuan yang dimiliki manajer dan pejabat lain sejenis itu.
Kemampuan apa? Yaitu kemampuan melakukan persuasi atau pendekatan pada orang-orang lain.
Dikaitkan dengan “mempengaruhi”, kiranya persuasi yang dilakukan itu juga dalam rangka untuk
“mempengaruhi” orang-orang lain/pegawai.
Ketiga, kepemimpinan sebagai kegiatan, pekerjaan, proses yang dilakukan oleh manajer
dan pejabat lain yang sejenisnya. Kegiatan, pekerjaan, atau proses apa? Dari definisi tersebut di atas
dapat dikatakan secara jelas bahwa kegiatan, pekerjaan, atau proses itu adalah proses
mempengaruhi orang-orang lain atau kegiatan melakukan persuasi orang-orang lain.
Berkenaan dengan kegiatan kepemimpinan yang intinya adalah proses mempengaruhi atau
melakukan persuasi orang-orang lain tersebut, pada tabel di bawah disebutkan banyak kegiatan yang
dapat dilakukan oleh manajer atau pemimpin dalam rangka memiliki pengaruh dan kekuasaan atas
orang lain (Fleet, 1994), dalam rangka menjamin terciptanya keefektifan/efektivitas organisasi (Hall
dan Quinn, 1991).
Dari definisi kepemimpinan di atas juga jelas dinyatakan tujuan kepemimpinan, yang intinya
adalah untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi. Jadi kepemimpinan adalah alat, kemampuan,
kegiatan melakukan persuasi dan mempengaruhi orang-orang lain (pegawai) yang dimaksudkan
agar mereka melakukan pekerjaan, tugas-tugas untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi.
B. Model-Model Keefektifan Organisasi dam Implikasinya bagi Pemimpin
Hall dan Quinn (1991) menyebutkan lima model keefektifan organisasi yaitu : model sistem
sumber daya, model tujuan, model kepuasan partisipan, model fungsi sosial, dan model kontradiksi.
1.
Menurut model sistem sumber daya, keefektifan organisasi adalah kemampuan untuk
mengeksploitasi dan menggunakan sumber daya lingkungan untuk menjaga kelangsungan fungsi
organisasi (dari Seashore dan Yuchtman, 1967). Pemimpin organisasi mempunyai tanggungjawab
mengeksploitasi dan menggunakan sumber daya lingkungan untuk menjaga kelangsungan fungsi
organisasinya. Pemimpin yang efektif seharusnya bisa menunjukkan kemampuannya untuk itu.
2.
Menurut model tujuan, terdapat dua model tujuan yaitu model sederhana dan komplek. Model
sederhana mendefinisikan keefektifan sebagai tingkat kemampuan organisasi merealisasikan
tujuannya (Etzioni, 1964). Sedangkan model komplek terjadi bilamana organisasi memiliki tujuan
yang banyak, beragam, dan berbeda-beda, bahkan bertentangan. Pemimpin yang efektif, dapat
mencapai tujuan organisasi betapapun kompleknya tujuan. Pemimpin juga dapat menunjukkan
kemampuannya untuk membuat yang komplek menjadi sederhana, dan menentukan tujuan-tujuan
yang bebas konflik.
3.
Menurut model kepuasan partisipan, organisasi yang efektif adalah organisasi yang dapat
memenuhi kebutuhan anggotanya. Oleh karena itu, pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang
mampu mengatur dan mengusahakan sumber daya organisasi sehingga dapat memenuhi kebutuhan
anggotanya.
4.
Menurut model fungsi sosial, organisasi yang efektif adalah organisasi yang dapat melakukan
sesuatu atau lebih hal bagi masyarakat. Tarcot Parsons yang melihat organisasi sebagai sistem
menyatakan bahwa semua sistem sosial harus memecahkan empat masalah dasar yaitu : adaptasi,
pencapaian tujuan, integrasi, dan latensi.
-
Organisasi bertanggungjawab melakukan adaptasi yaitu mengakomodasi tuntutan lingkungan
masyarakat dan alam pada organisasi.
-
Organisasi harus berusaha menentukan tujuan, membatasi tujuan, dan memobilisasi sumber daya
untuk mencapainya.
-
Organisasi harus melakukan integrasi yaitu menetapkan, mengorganisasikan, mengkoordinasikan,
dan menyatukan hubungan-hubungan di antara anggota organisasi sebagai satu entitas.
-
Organisasi harus memperhatikan, memelihara hal latensi atau keberlanjutan pola-pola kultural dan
motivasi sistem organisasi.
Dari kacamata model fungsi sosial ini, pemimpin yang efektif mampu melakukan
tanggungjawab sosial dengan memecahkan permasalahan yang berkenaan dengan keempat
masalah dasar tersebut.
5.
Menurut model kontradiksi yang dikemukakan oleh John Rohrbaugh, organisasi memiliki atau
menghadapi lingkungan, tujuan, anggota dan pilihan waktu yang bersifat plural dan mengandung
potensi konflik. Pemimpin yang efektif mempunyai kemampuan untuk menghadapi dan mengatasi
organisasi yang memiliki unsur-unsur yang plural dan tidak bebas konflik itu. Pluralitas di dalam
organisasi harus dilihat sebagai kekayaan, keindahan, dan oleh karena itu setiap unsur yang ada di
dalam organisasi harus dijaga dan dimanfaatkan untuk kepentingan organisasi. Setiap perbedaan
dan konflik sangat mungkin terjadi, tetapi pemimpin yang efektif harus mampu mengelola perbedaan,
jangan sampai menjadi sumber konflik yang menghancurkan organisasi.
C. Pengertian Kepemimpinan yang Efektif
Melihat kelima model keefektifan organisasi tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa setiap
pemimpin harus melakukan satu atau lebih hal, kegiatan untuk menjaga dan mencapai predikat
pemimpin dan organisasi yang “efektif”. Berdasarkan kelima model tersebut maka dapat dikatakan
bahwa pemimpin dan organisasi yang efektif memiliki ciri-ciri :
-
Mampu mengeksploitasi dan menggunakan sumberdaya lingkungan untuk menjaga kelangsungan
fungsi organisasi.
Mampu mencapai/merealisasikan tujuan organisasi yang mungkin banyak, beragam, berbeda-beda
dan bahkan bertentangan.
-
Mampu memenuhi kebutuhan individu atau kelompok.
-
Mampu melakukan penyesuaian tuntutan lingkungan
-
Mampu merumuskan tujuan dan memobilisasi sumber daya untuk mencapainya
-
Mampu melakukan integrasi (mengorganisir, mengkoordinir, menyatukan) anggota-anggota yang
saling berhubungan
-
Mampu memelihara dan menjaga keberlanjutan pola kultural dan motivasi organisasi
-
Mampu menghadapi lingkungan, tujuan, anggota, pilihan waktu yang bersifat plural dan berpotensi
konflik.
Harmon dan Mayer (1986, 40) mengatakan bahwa dalam konteks organisasi, keefektifan
(efektivitas, effectiveness) mempunyai focus pada dua hal, yaitu mendapatkan suatu pekerjaan
yang dilakukan, dan pelaksanaan pekerjaan tersebut mempunyai dampak yang sesuai bagi sasaran
dan tujuan organisasi. Mendasarkan pada pengertian ini, maka dapat dikatakan bahwa keefektifan
kepemimpinan mempunyai dua aspek yang tidak dapat dipisahkan yaitu pelaksanaan pekerjaan dan
dampaknya pada sasaran atau tujuan organisasi.
Pemimpin suatu organisasi mempunyai tanggungjawab untuk melaksanakan tugas
kepemimpinan dan mencapai sasaran atau tujuan organisasional. Kepemimpinan yang efektif
berkenaan dengan pelaksanaan tugas kepemimpinan dan dampaknya pada sasaran atau tujuan
organisasional. Kepemimpinan yang efektif berarti pemimpin menunjukkan kemampuannya dalam
melaksanakan tugas-tugas kepemimpinan sehingga orang-orang (pengikutnya) mau melaksanakan
pekerjaan yang mempunyai dampak baik pada sasaran dan tujuan organisasi.
Apa saja pekerjaan atau tugas-tugas yang harus dilakukan seorang pemimpin? Dan apa
dampaknya? Fleet (1994) mendaftar 25 langkah tindakan yang memungkinkan setiap pemimpin
memenangkan persaingan dan mencapai keberhasilan dalam pekerjaan dan pergaulan, termasuk
memiliki pengaruh dan kekuasaan atas orang lain, sebagai dampak dari tindakan. 25 langkah
tindakan dan dampak yang dimaksud dapat dilihat dan dicermati pada tabel.
Tabel
Tindakan dan Dampak Kepemimpinan
Untuk Mengukur Keefektifan Kepemimpinan
NO.
TINDAKAN PEMIMPIN
DAMPAK
1.
Menemukan motivator rahasia yang Mendapat kekuasaan dan penguasaan
menggerakkan orang lain : kebutuhan, mutlak atas orang lain; menghemat
harapan, keinginan.
banyak waktu, tenaga, dan uang; bisa
mempengaruhi, mengendalikan dan
mendapat
kekuasaan
penuh
dan
penguasaan mutlak atas setiap orang;
menjadi orang dengan kepribadian yang
menarik dan kuat.
2.
Membuat
orang
menaruh
perhatian dengan cara mengetahui
dengan tepat siapa orang-orang yang
ada di sekeliling, menemukan apa
yang diinginkannya di atas segalagalanya, dan menetapkan secara tepat
bagaimana
bisa
membantunya
mendapatkan apa yang diinginkan.
3.
Miliki kemampuan untuk melakukan Orang lain akan mempercayai Anda,
pekerjaan tertentu dan keyakinan pada mengikuti bimbingan Anda, Anda bisa
diri sendiri (Jadilah orang profesional) membuat segala hal selesai dilakukan,
Anda dikenal sebagai orang yang bisa
melakukan sesuatu (bisa bekerja)
Anda tidak mendapat kesulitan sama
sekali dalam membujuk orang lain
menerima gagasan, usul, dan pandangan
Anda, produk atau jasa Anda; Anda
dipandang memiliki kepribadian yang
menarik, positif, dan menyenangkan
sehingga keyakinan dan kemampuan
Anda sendiri juga meningkat; Anda bisa
membuat orang lain berpikir dan
bertindak yang menyenangkan terhadap
diri Anda; anda akan mendapatkan
kekuasaan dan penguasaan atas orang
lain sehingga mereka selalu melakukan
apa yang Anda inginkan.
NO.
TINDAKAN PEMIMPIN
DAMPAK
4.
Memberikan perintah yang jelas dan
lugas, yang akan mudah dipahami;
mengetahui
standar
pelaksanaan
pekerjaan dan hasilnya; menggunakan
pujian, pengakuan akan upaya orangorang, dan meyakinkan akan nilainya;
menerangkan
bahwa
pekerjaan
dipandang penting; membuat orang
merasakan tenteram dan aman atau
tidak takut kehilangan pekerjaan.
Orang
akan
cepat
menanggapi
perintah. Orang akan bekerja lebih
baik. Menyingkirkan pemborosan,
kebingung-an, dan usaha sia-sia.
5.
Menerapkan manajemen partisipatif
atau peran serta : meminta gagasan
kepada orang lain dan cara terbaik
untuk menyelesaikan pekerjaan.
Membuat orang merasa dirinya
penting, berharga, bangga, sehingga
merasa lebih kuat dan lebih produktif,
lebih kreatif.
6.
Menggunakan teknik penyangga : Bawahan mendukung sepenuhnya,
mau menerima tanggungjawab untuk melakukan pekerjaan dengan baik dan
kesalahan bawahan (bertindak selaku tepat waktu.
penyangga mereka).
7.
Membuat rencana yang
cermat, dan rasional.
8.
Menguasai seni berbicara dan menulis Menguasai orang lain, sehingga
(berbahasa)
mereka akan melakukan keinginan
Anda, mendengarkan perintah Anda,
menghormati Anda
9.
Mengembangkan kemampuan kontrol
“sinar kekuasaan”/batin : mengenali
masalah dengan tepat, membuat
perkiraan situasi, dan ambil tindakan
yang perlu untuk memecahkan
masalah. Mengatasi situasi yang
buruk sekalipun, mengembangkan
sikap dan pembawaan yang positif
dan berwibawa
mantap, Orang/organisasi donor memberikan
bantuan, meloloskan proposal bantuan.
Orang mematuhi perintah Anda, mau
membantu. Anda akan dicari, dijadikan
pemimpin,
penanggungjawab,
pengambil keputusan.
10.
Membentuk
pasukan,
karyawan,
pelanggan yang loyal dengan cara
memenuhi kebutuhan dan keinginan
mereka.
Pasukan, karyawan dan pelanggan
menjadi loyal, hormat, percaya, yakin,
sukarela, bekerjasama, mendukung
Anda.
NO.
TINDAKAN PEMIMPIN
DAMPAK
11.
Menghadapi
perlawanan
dan Orang akan melakukan yang Anda
mengatasi penentangan dengan cara inginkan, mengikuti perintah Anda.
memberi keterangan dan menawarkan
kepada karyawan, pelanggan, dan
pasukan tentang pentingnya pekerjaan
dan keuntungan konkrit tertentu yang
akan memenuhi kebutuhan dan
keinginan mereka.
12.
Menulis surat/memo yang sempurna : Orang melakukan kehendak/tujuan Anda.
gagasan, keinginan, dan tujuan ditulis
secara jelas, menggunakan kata-kata
yang diketahui maksudnya, logis,
obyektif
13.
Mengetahui sasaran/tujuan/keinginan, Anda menjadi penguasa, dipercaya
berusaha dengan mengerahkan segala- melakukan hal-hal yang lebih besar, dan
galanya yang Anda miliki, belajar keinginan Anda dituruti.
untuk rukun, menolak kelancangan
orang tanpa menghancurkan dirinya
dan
diri
Anda,
belajar
mewakilkan atau
membagi
tanggungjawab kepada bawahan.
14.
Mengubah musuh menjadi teman setia
dengan
cara
tidak
melakukan
pergunjingan dan fitnah, tidak
mengkritik atau mengatakan kesalahan
orang lain, dan tidak mengejek orang
lain.
15.
Mengambil inisiatif untuk memimpin Anda bisa mengontrol orang lain.
dan mengontrol.
Anda mendapat banyak sahabat, mampu
mengontrol orang lain, dikagumi,
dihormati, berkembang kemampuan seni
hubungan antar manusia
Meminta nasihat, pandangan, bantuan
orang lain.
Anda mendapatkan pelayanan istimewa,
Mengenal nama, pekerjaan, dan hobi orang lain akan membantu Anda.
orang lain.
Bisa menjalin persahabatan.
Mengontrol sikap dan emosi diri.
Orang lain juga akan mengontrol sikap
dan emosinya terhadap Anda.
16.
Melakukan sesuatu terlebih dahulu. Orang akan minta pengarahan, petunjuk,
Memberi sesuatu terlebih dahulu.
dan akan melakukan sesuatu tanpa
membantah. Anda akan menjadi tuan,
penguasa,
mendapatkan
cinta,
penghormatan. Tercipta suasana damai,
menyenangkan, bahagia, kerjasama,
saling menolong, suka cita.
Selalu memilih bersikap
yang
menyenangkan, percakapan yang
penuh kegembiraan.
NO.
TINDAKAN PEMIMPIN
17.
Memadamkan kemarahan orang lain Mengubah orang lain menjadi teman,
dengan cara mau mendengarkan sahabat,
ramah,
mau
kerjasama,
ceritanya dari awal sampai akhir tanpa cinta, meningkatkan hubungan kerja.
menyela sama sekali; sabar dan tidak
melawan;
menemukan
fakta
permasalahan dan memperbaiki atau
memulihkannya; membuat orang
merasa penting dan menaruh perhatian
padanya; meminta maaf.
18.
Menguasai seni hidup untuk maju : Menghasilkan uang, kekuasaan, prestise,
menunjukkan sebagai individu yang penghargaan, pengakuan, sukses.
menguasai pengetahuan dan cakap
bekerja, mengetahui cara kerja
organisasi luar dalam, menjadi sumber
informasi dan pengetahuan, selalu
tinggal di kantor lebih lama,
berpenampilan sebagai eksekutif,
DAMPAK
bersikap dan bertindak profesional
seperti tidak membesarkan persoalan
kecil, menyatakan rasa keberatan
dengan
tenang
dan
sopan,
mengembangkan kemampuan untuk
menyesuaikan diri, bersikap antusias
terhadap pekerjaan, tidak takut
mengambil risiko yang masuk akal,
tidak menghindari tanggungjawab.
19.
Membaca peta kekuasaan organisasi Mencapai puncak kekuasaan, mendapat
yang kelihatan dan tidak kelihatan; kekuasaan besar atas orang lain,
menonjolkan
kekuasaan
pribadi, mencapai sukses
menonjolkan
isyarat
kekuasaan
(karisma, daya tarik) tanpa suara,
menguasai dan mengontrol orang yang
benar-benar memiliki kekuasaan.
20.
Membantu orang lain memecahkan Mengubah seseorang yang punya
masalahnya
masalah menjadi pekerja yang puas,
ramah, dan Anda dapat menguasai dan
mengontrol mereka.
21.
Melakukan pengorganisasian, departe- Anda bisa menguasai dan mengontrol
menisasi, dan pendelegasian wewe- banyak orang hanya melalui beberapa
nang.
orang, menghemat tenaga, waktu
22.
Mengubah cara berpikir orang (cuci Orang mau melakukan apa yang Anda
otak)
inginkan.
NO.
TINDAKAN PEMIMPIN
23.
Membuat orang lain membuka rahasia Meningkatkan keberhasilan, keefektifan.
suksesnya. Belajar menjadi sukses dari
orang lain yang terlebih dulu sukses.
24.
Aktif dalam organisasi. Aktif dalam Mendapatkan kekuasaan dan imbalan.
lingkaran kekuasaan.
DAMPAK
25.
Datang awal, mau kontak/beramah Menjadi pusat perhatian. Mencapai
tamah dengan elite kekuasaan, kekuasaan, pengaruh, dan kontrol atas
mengajak orang lain pesta.
orang lain.
Sumber : Diolah dari James K. Van Fleet, 1994
D. Faktor-Faktor yang Berkaitan dengan Keefektifan Kepemimpinan
Berdasarkan pandangan Chung dan Megginson(1981, 282), dapat dikatakan bahwa
keefekifan kepemimpinan tergantung pada faktor kesesuaian perilaku pemimpin dengan faktor
situasional. Dan faktor kesesuaian perilaku pemimpin dengan faktor situasional ini terkait dengan
perilaku pemimpin dan faktor situasional. Sedangkan perilaku pemimpin berhubungan
dengan/dipengaruhi oleh sifat-sifat personal pemimpin. Hubungan berbagai faktor tersebut disebut
sebagai model proses kepemimpinan yang integral (An Integrated Leadership Process Model).
1.
Faktor Kesesuaian Perilaku/Gaya Pemimpin
Perilaku berarti cara menjalankan atau berbuat. Dalam kepemimpinan, perilaku berarti cara
pemimpin bertindak mempengaruhi para pengikutnya. Pola perilaku adalah model, cara pimpinan
bertindak mempengaruhi para bawahan, yang dimaksudkan untuk mencapai kepemimpinan yang
efektif.
Di dalam usaha mempengaruhi bawahannya, pimpinan perlu menggunakan pola perilaku
tertentu yang dipandang sesuai dan dapat diterima oleh para bawahannya. Sesuai berarti cocok
dengan situasi yang dihadapi, sehingga perilaku atau tindakannya itu kena benar pada sasaran yang
dimaksudkan yaitu efektifnya kepemimpinan. Jadi dalam usaha mempengaruhi bawahannya,
pimpinan perlu memperhatikan situasi yang dihadapi untuk menentukan pola perilaku di dalam
menjalankan kepemimpinannya, agar kepemimpinannya bisa efektif.
Pimpinan akan berhasil dalam kepemimpinannya jika ia mampu berperilaku secara pantas,
sesuai kondisi situasi yang dihadapi. Misalnya apabila petunjuk dibutuhkan, pimpinan dapat memberi
petunjuk. Jika kebebasan partisipasi dipandang perlu pimpinan dapat memberi kebebasan
(Hunneryager & Heckman, 1967, 301). Perilaku yang sesuai dengan kekuatan atau faktor situasional
akan mendatangkan keefektifan kepemimpinan. Seperti dikatakan oleh Reddin (1970, 135) bahwa
hasil keefektifan manajerial berasal dari suatu kesesuaian gaya dan situasi. Jadi perilaku pimpinan
akan mendatangkan keefektifan kepemimpinan apabila perilaku yang digunakan dalam menjalankan
kepemimpinannya sesuai dengan faktor situasional. Berkaitan dengan pola perilaku partisipatif
misalnya pimpinan berperilaku partisipatif secara efektif apabila situasi bawahan berpengalaman dan
paham mengenai pekerjaan, tugas, dan fungsinya; kelompok menunjukkan saling bergantung, saling
menerima, dan mempunyai keterkaitan tugas dan fungsi; pekerjaan, tugas, dan fungsi organisasi
sedemikian besar dan bervariasi sehingga butuh pendelegasian demi kesuksesannya; dan waktu
untuk menyelesaikan atau melaksanakan pekerjaan yang bersangkutan dengan tugas organisasi
longgar sehingga pimpinan sendiri lebih dapat bersikap fleksibel untuk melaksanakan dan
menyelesaikan pekerjaan.
Pimpinan dalam berperilaku perlu mempunyai kemampuan, kecakapan membaca situasi
yaitu kemampuan untuk melihat baik-buruk situasi, yang kemudian digunakan untuk memilih atau
menentukan pola perilaku yang sesuai/cocok dengan situasi agar terjadi kepemimpinan yang efektif.
Dalam kaitannya dengan tanggungjawab pimpinan dalam tugas kepemimpinannya dapat
dikatakan bahwa pimpinan yang fleksibel dan tanggap terhadap tuntutan situasi, akan lebih mampu
menentukan perilaku, cara bertindak yang sesuai dengan situasi untuk mempengaruhi bawahannya,
sehingga mencapai kepemimpinan yang efektif.
2.
Perilaku/Gaya Pemimpin
Terdapat beberapa pola perilaku pemimpin : perilaku pemimpin direktif, perilaku pemimpin
dukungan, perilaku pemimpin partisipatif, dan perilaku pemimpin berorientasi penyelesaian tugas
(Chung dan Megginson, 1981, 296-299). Setiap pola perilaku cocok dan efektif hanya dalam situasi
tertentu.
Perilaku pemimpin direktif mempunyai ciri-ciri utama yaitu bahwa pemimpin menunjukkan
susunan tugas pekerjaan para bawahan dan membimbing mereka untuk mencapai sasaran. Perilaku
ini menunjukkan dominasi tindakan campur tangan pemimpin yang ketat terhadap pekerjaan dan
pelaksanaan kerja bawahan, sehingga inisiatif para bawahan sendiri terkekang, atau kurang. Perilaku
bawahan telah diarahkan sedemikian rupa dengan ketentuan-ketentuan atau batasan-batasan
tanggungjawab yang jelas. Perilaku pemimpin direktif akan efektif pada situasi seperti bawahan tidak
kompeten, dan tugas dalam situasi tidak terstruktur (tidak teratur).
Perilaku pemimpin dukungan dapat dilihat dari tindakan pemimpin yang mengutamakan
keterbukaan dan menggunakan cara-cara pendekatan yang halus kepada para bawahan dengan
tujuan untuk memelihara suasana yang mendukung pelaksanaan kegiatan mencapai tujuan
organisasi. Pemimpin menunjukkan maksud kepentingan secara pribadi kepada bawahan, ramah,
bersahabat, mudah didekati, memberi sarana konsultasi, memperjuangkan keharmonisan kelompok,
menggunakan hadiah sebagai sarana menambah dukungan, dan mempergunakan hadiah yang
positif lebih daripada sanksi yang negatif. Perilaku dukungan ini efektif dijalankan pada situasi
misalnya para bawahan bersifat terbuka, bermotivasi hubungan interpersonal yang kuat.
Perilaku partisipatif ditunjukkan dari pemimpin yang membagikan tanggungjawab
pelaksanaan pekerjaan dan pemeliharaan fungsi-fungsi kepada para anggota kelompok kerja.
Pemimpin partisipatif mendistribusikan kekuasaan kepada bawahan di dalam proses pembuatan
keputusan dan pelaksanaannya. Jadi pemimpin partisipatif memberikan kesempatan kepada
bawahan untuk berpartisipasi di dalam proses pencapaian tujuan kelompok/organisasi. Perilaku
partisipatif dapat efektif dalam situasi bawahan menunjukkan kompetensi, dan berpendidikan (literer).
Perilaku pemimpin berorientasi penyelesaian tugas menekankan rasa ikatan kelompok
terhadap tujuan atau sasaran tugas organisasi, mengharapkan bawahan melaksanakan pekerjaan
secara maksimal, dan menunjukkan kepercayaan yang tinggi terhadap kemampuan bawahan untuk
memikul tanggungjawab pelaksanaan tugas. Perilaku berorientasi penyelesaian tugas cocok dan
efektif dilakukan pada situasi pekerjaan yang terstruktur/teratur, jelas, dan didukung sarana
prasarana, sistem dan prosedur kerja yang memadai.
3.
Faktor Situasional
Faktor situasional adalah kekuatan lingkungan yang mempengaruhi perilaku pemimpin.
Tannenbaum (dalam Huneryager & Heckman, 1967, 298-300) menyebutkan beberapa kekuatan
lingkungan yang berada di sekitar pemimpin. Kekuatan-kekuatan itu berasal dari organisasi,
kelompok kerja, masalah tugas, dan waktu.
Organisasi mempunyai nilai-nilai dan tradisi yang tidak dapat dielakkan mempengaruhi
perilaku orang-orang yang bekerja di dalamnya. Nilai dan tradisi ini menunjukkan sesuatu yang
diterima dan diberlakukan organisasi, yang dikomunikasikan melalui berbagai cara seperti pada
deskripsi tugas, kebijaksanaan, peraturan, atau pernyataan-pernyataan. Kepada pimpinan misalnya
diberlakukan nilai bahwa pimpinan yang diharapkan ialah seseorang yang dinamis, imajinatif, tegas
dan pasti dalam mengambil keputusan, persuasif, kooperatif, atau mempunyai human relation skill.
Dengan anggapan, bila harapan ini terpenuhi pimpinan dapat berperilaku atau bertindak tertentu
seperti yang diinginkan sehingga dapat diterima, dan efektif kepemimpinannya. Pada bawahan
misalnya dipersyaratkan mempunyai pengalaman tertentu, dan paham mengenai jabatan, pekerjaan
yang bersangkutan dengan tugas dan fungsinya agar mampu melaksanakan tugas dan berpartisipasi
dalam pembuatan keputusan, dan mampu melaksanakan kegiatan sesuai rencana, sehingga
pimpinan pun dapat efektif berperilaku partisipatif, mengikutsertakan bawahan dalam pembuatan
keputusan, dan menyerahkan pengendalian atau kemajuan, kelancaran tugas, fungsi, dan
pelaksanaan pekerjaan.
Kelompok kerja sebagai unsur faktor situasi ikut menentukan perilaku pemimpin. Sebelum
menyerahkan tanggungjawab pengambilan keputusan kepada bawahannya, pimpinan harus
mempertimbangkan bagaimana anggota-anggota bawahan bekerjasama secara efektif sebagai suatu
kelompok. Jika kelompok kerja efektif maka pimpinan efektif menjalankan perilaku partisipatif,
misalnya. Sebab jika antar satuan kerja bawahan saling tergantung, saling menerima, dan ada
keterkaitan tugas untuk terlaksananya pekerjaan yang menjadi tanggungjawabnya, maka partisipasi
atau keikutsertaan bawahan itu menentukan kelancaran proses pencapaian tujuan organisasi.
Didalam situasi ini, pimpinan dapat efektif berperilaku partisipatif.
Masalah, tugas dan fungsi organisasi yang ada juga menentukan seberapa kewenangan
untuk memecahkan atau melaksanakan tugas akan didelegasikan oleh pimpinan kepada
bawahannya. Masalah, tugas, dan fungsi yang besar dan luas, atau terdiri bermacam-macam bidang
menuntut pimpinan agar berperilaku atau bertindak partisipatif supaya pekerjaan dapat terlaksana
dan dapat diselesaikan dengan sukses.
Waktu juga merupakan suatu faktor situasi yang menentukan perilaku pemimpin. Jika
pimpinan butuh untuk mengambil keputusan atau tindakan yang bersifat segera, ia bisa tidak
melibatkan orang-orang lain. Sebaliknya apabila waktu longgar, maka menjadi sangat mungkin bagi
pimpinan untuk mengikutsertakan bawahan dalam proses pengambilan keputusan dan dalam
pelaksanaan/penyelesaian suatu tugas. Pimpinan dapat berperilaku fleksibel menurut kelonggaran
waktu. Pimpinan dapat mengatur waktu untuk menyelesaikan pekerjaan, tugas, fungsi, dan masalah
organisasi.
4.
Sifat-Sifat Personal Pemimpin.
Sifat personal pemimpin adalah kualitas, ciri-ciri atau karakteristik yang secara kodrati dimiliki
seorang pemimpin, yang mempengaruhi segenap pikiran, tindakan, ataupun perilakunya. Sifat
personal pemimpin dapat dilihat dari dimensi-dimensi sikap, motivasi, dan kepribadiannya.
Sikap merupakan suatu cara bereaksi terhadap suatu rangsangan yang timbul dari seseorang
atau dari situasi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sikap pemimpin adalah cara bereaksi
pemimpin terhadap rangsangan yang datang dari orang-orang lain yang dipimpin ataupun dari situasi
lingkungan di mana pemimpin itu berkarya. Diharapkan pemimpin bersikap luwes, suka membantu,
beremosi stabil, mempunyai kerelaan memberikan pengaruhnya pada orang-orang yang dipimpin,
dan berinisiatif, kaya akan ide dan usaha untuk melaksanakan tugas, sehingga bawahan merasa
puas, dan bergairah di dalam melaksanakan pekerjaan. Dalam kaitannya dengan pelaksanaan tugas,
kebesaran pribadi pemimpin terletak pada kedalaman watak manusiawi mereka : imajinasi,
kehendak, ketabahan, keberanian, kecakapan, dan kemauan untuk bekerja dan berhubungan dengan
orang-orang lainnya, termasuk untuk menanggung risiko kegagalan (bandingkan dengan Lowney,
2005, 84).
Fiedler, seperti dikutip Chung dan Megginson, mengatakan bahwa berkenaan dengan
motivasinya, pemimpin dapat dibedakan menjadi dua : pemimpin bermotivasi hubungan(relationmotivated leader), dan pemimpin yang bermotivasi tugas (task-motivated leader). Bisa jadi pemimpin
memiliki satu atau kedua motivasi tersebut sekaligus.
Pemimpin bermotivasi hubungan cenderung menaruh perhatian terhadap pelaksanaan
pekerjaan yang baik dengan cara menekankan pada pemeliharaan hubungan antar pribadi
(interpersonal), karena harga dirinya sangat tergantung pada bagaimana orang lain berhubungan
dengannya. Pemimpin ini sangat peka terhadap kebutuhan-kebutuhan dan perasaan bawahan.
Bahkan apabila terdapat orang-orang yang tidak ingin bekerjasama dengan orang-orang tertentu,
pemimpin masih menaruh respek dan perhatian terhadap mereka. Karena kepekaannya itu maka
pemimpin bermotivasi hubungan menjadi efektif dalam menerapkan perilaku partisipatif.
Sedangkan pemimpin bermotivasi tugas, menaruh perhatian utamanya pada kemampuan
pelaksanaan pekerjaan, sehingga harga dirinya diperoleh dari pencapaian tujuan yang dapat
ditangani. Pemimpin menaruh tekanan sedemikian besar pada penyelesaian tugas, sehingga mereka
cenderung untuk mengambil keputusan atau menilai orang-orang atas dasar apakah mereka itu dapat
atau tidak dapat bekerjasama. Jika orang-orang itu dapat bekerja, pemimpin akan menganggapnya
sebagai orang-orang yang baik. Apabila terdapat sesuatu tidak beres dibawah kontrolnya, pemimpin
akan cepat tanggap dan menaruh perhatian kepada kebutuhan-kebutuhan bawahan. Dan dalam
situasi-situasi yang tidak mendukung, pemimpin bermotivasi tugas dapat menjadi pemimpin direktif.
Pemimpin dapat efektif berperilaku penyelesaian tugas, di dalam situasi yang baik ini.
Tentang kepribadian, Rice (1965) mengatakan bahwa kepribadian seseorang terbentuk sejak
lahir, merupakan warisan keturunan, dan dari pengalaman-pengalaman yang dilalui, terutama yang
terjadi pada masa kanak-kanak dan masa muda yang sulit sekali diubah setelah ia menjadi dewasa.
Kombinasi unsur-unsur keturunan seperti kejiwaan, dorongan, nafsu, naluri dan unsur-unsur yang
berasal dari masyarakat seperti norma-norma dan nilai-nilai kemasyarakatan membentuk keadaan
kejiwaan yang biasa disebut kepribadian itu.
Uris mendefinisikan kepribadian sebagai corak seorang individu dengan suatu
perasaan/emosi tertentu. Dalam studi kepemimpinan dibedakan tiga tipe atau corak kepribadian
pemimpin yaitu kepribadian yang mengutamakan kekuasaan, kepribadian yang mengutamakan
persamaan, dan kepribadian yang mengutamakan kebebasan. Bentuk-bentuk kepribadian itu
memang diperlukan menurut konteks situasi tertentu yang ada di dalam organisasi. Oleh karena itu,
pemimpin harus pandai-pandai memainkan corak perasaan atau emosi (kepribadian)-nya menurut
situasi. Baik pemimpin maupun bawahan, kadang-kadang memerlukan ketegasan dari sumber
kekuasaan. Dan pada dasarnya ingin dihargai sama sebagai sesama. Tetapi juga mendambakan
keleluasaan gerak sehingga tidak terkekang untuk mengembangkan diri dan inisiatifnya, di samping
untuk menyumbangkan kemampuan bagi kemajuan kelompok di dalam melaksanakan tugas.
Hubungan sifat personal pemimpin dengan perilaku pemimpin dapat dikatakan sebagai
berikut : bahwa sifat-sifat personal pemimpin ikut menentukan pola perilakunya. Pemimpin mampu
untuk berperilaku tertentu apabila ia mempunyai sifat-sifat kecenderungan tertentu. Misalnya
pemimpin yang mempunyai sifat motivasi hubungan yang kuat akan mampu secara efektif berperilaku
partisipatif. Sebab pemimpin cenderung mampu menghimpun bawahan di dalam suatu kelompok,
dan menggerakkan mereka untuk ikut serta atau berpartisipasi di dalam usaha mencapai kesuksesan
tugas organisasi.
E. Penutup
Dari paparan dan penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa setiap pemimpin yang efektif
perlu terus berperilaku yang sesuai dengan faktor situasi yang dihadapi, sambil perlu terus mengasah
dan menambah kualitas personalnya, agar mampu berperilaku efektif dalam situasi yang dapat
berubah. Sebagai penutup, berikut kutipan dari Lowney (2005, 11), bahwa untuk berhasil menjadi
pemimpin, orang perlu membentuk menjadi pemimpin yang memiliki (a) kesadaran diri, yaitu
memahami kekuatan, kelemahan, nilai-nilai, dan pandangan hidup; (b) ingenuitas (kecerdikan dan
fleksibilitas) yaitu berinovasi dan beradaptasi dengan yakin untuk merangkul seluruh dunia; (c) cinta
kasih, yaitu membangun kontak dengan orang lain dalam sikap yang positif, penuh cinta kasih; dan
(d) heroisme, yaitu menyemangati diri sendiri dan orang lain dengan ambisi-ambisi heroik, bak
pahlawan yang selalu siap berjuang bahkan mengorbankan diri demi kehidupan orang lain yang lebih
baik.