Peran Partai Politik dalam Pembangunan B

Peran Partai Politik dalam
Pembangunan Bangsa : Kebangkitan
Nasional Hingga Reformasi
Noftarecha Putra
17718251007
ABSTRACT
The paper that has been written down entitled as “Peran Partai Politik dalam
Pembangunan Bangsa : Kebangkitan Nasional hingga Reformasi ” Some issues
that will be improved are the development of political parties since the National
Movement till now Reformation era. A method that was adopted by author is a
history research which has systematically steps in collecting sources linked to the
events besides considering critics to evaluate some facts and create a writing to
discover all truths. Political parties in Indonesia had been passing so many era,
start with national movement, liberal democracy, guided democracy, the new
order and reformation. Political parties taking their own role on every era with
their challenge and how they take their responsibility to educate the people with
politic and how the parties involved in every policy determination.
Keywords: Political Party, Policy, People, Development
A. Pendahuluan
Negara demokrasi biasanya dibangun melalui sistem kepartaian. 1 Partai
politik adalah alat yang paling ampuh bagi manusia untuk mencapai tujuan-tujuan

politiknya. Pembuatan keputusan negara hanya mungkin dilakukan secara teratur
melalui

pengorganisasian

secara

melembaga

berdasarkan

tujuan-tujuan

kenegaraan, yaitu oleh partai politik. Partai politik berfungsi sebagai struktur
antara rakyat (civil society) dengan negara (state). Oleh karenanya, dapat
dikatakan bahwa demokrasi tidak dapat berjalan tanpa adanya partai politik.2 Carl

1

2


Harold J. Laski, dalam Muchammad Ali Safa’at, Pembubaran Partai Politik, (Jakarta:
Rajagrafindo Persada, 2011), hlm. 3.
Jimly Asshiddiqie, dalam Muchamad Ali Safa’at, Pembubaran Partai Politik, (Jakarta:
Rajagrafindo Persada, 2011), hlm. Ix.

1

J. Fredrich3 mendefinisikan partai politik sebagai sebuah kelompok manusia yang
terorganisir secara stabil dengan tujuan merebut atau mempertahankan
penguasaan terhadap pemerintahan bagi pimpinan partainya, dan berdasarkan
penguasaan ini memberikan kepada anggota partainya kemanfaatan yang bersifat
idiil serta materiil.
Partai politik menjalankan peran penghubung yang strategis antara proses
kenegaraan dengan warga negara. Bahkan Schattscheider4mengatakan bahwa
political parties created democracy (partai politik yang membentuk demokrasi),

dan bukan sebaliknya. Kepartaian yang terjadi di Indonesia, sudah mulai tumbuh
dan berkembang sejak masa kolonial Belanda, untuk hal yang menarik untuk
disimak dalam buku ini, dimulai dari kepartaian ini dari sejak masa penjajahan

Belanda. Kita akan mundur ke belakang (flash back) guna mengetahui
perkembangan partai-partai politik pada masa penjajahan. Partai-partai politik
pada masa penjajahan merupakan embrio bagi tumbuh dan berkembangnya partaipartai politik pada saat ini.
Partai politik umumnya dianggap sebagai manifestasi dari suatu sistem
politik yang sudah modern atau yang sedang dalam proses memodernisasikan diri.
Di negara-negara yang menganut faham demokrasi, gagasan mengenai partisipasi
rakyat mempunyai dasar ideologis, bahwa rakyat berhak turut menentukan siapasiapa yang akan menjadi pemimpin bangsa yang nantinya akan menentukan
kebijaksanaan umum (public policy). Partisipasi politik rakyat ini didasari pada
pandangan bahwa rakyat perlu dibimbing dan dibina untuk mencapai stabilitas
yang langgeng dan untuk mencapai tujuan itu, partai politik merupakan alat yang
baik.5
B. Perkembangan Partai Politik di Indonesia

3

Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta, Gramedia Pustaka Utama: 2008), hlm.
404.
4
Jimly Asshiddiqie, Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Reformasi , (Jakarta:
Bhuana Ilmu Populer, 2008). hlm. 710.

5
A. Rahman HI, Sistem Politik Indonesia, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2007), hlm. 101.

2

Menurut catatan sejarah, sistem kepartaian di Indonesia mulai muncul
pada dekade awal abad ini dibawah pengaruh Politik Etis kolonial Belanda,
lahirnya kelompok cendekiawan baru Indonesia dan membanjirnya pemikiran
baru islam serta gagasan-gagasan baru Eropa. Dalam suatu perubahan cepat pada
tahun 1910 an dan 1920 an, gerakan golongan islam, kaum komunis, dan
Nasionalis timbul tenggelam akibat permusuhan mereka terhadap Belanda dan
permusuhan yang terjadi antara mereka sendiri.6
Indische partij merupakan partai politik pertama di Indonesia yang

menjadi

pelopor timbulnya

organisasi-organisasi


politik di

zaman pra

kemerdekaan, baik organisasi politik yang bersifat ilegal maupun legal.7
Mengingat ekstrimnya pemikiran partai ini kala itu, Indische Partij hanya bertahan
8 bulan saja, hal itu disebabkan karena ketiga pemimpin mereka masing-masing
dibuang ke Kupang, Banda dan Bangka, dan kemudian diasingkan ke Nederland.
Setelah beberapa tahun diasingkan, Ki Hajar Dewantara dan Dr. Setyabudi
kembali ke Indonesia untuk mendirikan partai politik yang dinamakan sebagai
National Indische Partij (NIP) pada tahun 1919 yang kemudian secara langsung
mempelopori lahirnya beberapa partai politik lain yakni Indische Social
Democratische Verening (ISDV), Partai Nasional Indonesia, Partai Indonesia dan
Partai Indonesia Raya.8
Partai-partai politik yang ada sebelum kemerdekaan tersebut, tidak
semuanya mendapatkan status badan hukum dari kolonial Belanda. Bahkan,
partai-partai tersebut tidak dapat beraktivitas secara damai dan lancar di zaman
penjajahan Belanda. Maka dari itu, partai yang bergerak atau menentang tegas
pemerintahan belanda akan dilarang, dimana pemimpinnya akan ditangkap,
dipenjarakan atau diasingkan. Pada masa kependudukan Jepang, eksistensi partai

politik sebagai suatu organisasi tidak diakui, namun tokoh-tokoh politik masih
berperan penting dalam proses mencapai kemerdekaan. Hal tersebut dapat dilihat,
6

Ichlasul Amal, Teori-teori Mutakhir;Partai Politik, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1996), hlm. 132.
Poerwanta, Partai Politik di Indonesia , (Jakarta: Rineka Cipta, 1994), hlm. 35.
8
Slamet Muljana, Kesadaran Nasional: Dari Kolonialisme Sampai Kemerdekaan , (Yogyakarta:
LKIS, 2008), hlm. 97.
7

3

pada saat terbentuknya BPUPK dan PPKI oleh pemerintahan Jepang, yang
keanggotaannya di isi oleh tokoh-tokoh nasional yang sebelumnya merupakan
pimpinan partai politik. Partai-partai politik yang ada sebelum kemerdekaan pada
umumnya bersifat iedeologis serta memiliki fungsi dan program utama untuk
mewujudkan kemerdekaan Indonesia. Partai-partai tersebut menjalankan fungsi
mengagresikan dan mengartikulasikan aspirasi dan ideologi masyarakat untuk
mencapai kemerdekaan, serta menjalakan fungsi rekruitmen politik yang

memunculkan tokoh nasional dan wakil rakyat yang menjadi anggota Volksraad.9
Perjalanan partai politik di Indonesia tidak dapat dipungkiri mengalami
pasang surut dari masa ke masa. Dalam konteks Indonesia, pada awalnya partai
politik

didirikan

sebagai

alat

perjuangan

melawan

penjajahan

dan

memperjuangkan kemerdekaan. Partai politik di Indonesia baru mulai tumbuh

subur ketika Indonesia mendapatkan kemerdekaannya. Maklumat Wakil Presiden
Republik Indonesia No. X yang dikeluarkan oleh Moh. Hatta pada tanggal 3
November 1945 dan merupakan usulan dari Komite Nasional Indonesia Pusat
(KNIP) menjadi tonggak sejarah mengenai mulai berkembangnya partai politik di
Indonesia. Isi dari maklumat ini adalah untuk memberikan kesempatan seluasluasnya kepada rakyat Indonesia membentuk partai politik.

C. Peran Partai Politik dalam Ketatanegaraan Indonesia
Demokrasi modern tidak bisa lepas dari peran partai politik sebagai bentuk
organisasi politik yang menjembatani antara pemerintah dan masyarakat. Partai
politik memastikan keterlibatan masyarakat dan akomodasi aspirasi dan
kepentingan masyarakat luas dalam kebijakan yang nantinya akan kembali ke
masyarakat untuk kemaslahatan bersama. Peran signifikan partai politik tidak
lepas dari sejarah demokrasi modern yang menekankan pada perwakilan. Partai
politik mendapat mandate kosntitusional untuk mengajukan calon-calon wakil

9

M. Rusli Karim. Perjalanan Partai Politik di Indonesia: Sebuah Potret Pasang Surut. (Jakarta:
Rajawali Pers, 1993), hlm. 48.


4

rakyat baik di legislatif maupun eksekutif. Dibandingkan dengan kelompok
kepentingan dan kelompok masyarakat sipil, partai politik memiliki peran sentral
yang mencakup dua dimensi.10
Kedua dimensi ini adalah: pertama , partai politik mengagregasikan
kepentingan dan aspirasi masyarakat lalu mentransformasikannya menjadi agenda
yang akan membentuk platform dalam Pemilu. Platform ini harus bisa menarik
minat dan kepercayaan orang banyak agar partai mendapat kursi banyak di
parlemen untuk mempengaruhi pembuatan kebijakan. Kedua, partai politik
merupakan satu-satunya pihak yang dapat menterjemahkan kepentingan dan nilainilai masyarakat ke dalam legislasi dan kebijakan publik yang mengikat. Partai
politik berperan atau tidaknya sangat bergantung pada bagaimana menjalankan
fungsi fungsi partai politik baik sebagai : (1) Sarana Komunikasi Politik; (2)
Sarana Sosialisasi Politik; (3) Sarana Recruitment Politik; dan (4) Sarana Pengatur
Konflik.
Peran partai politik dewasa ini sangatlah penting dalam sistem politik di
Indonesia karena menjadi poros penting dalam proses demokrasi. Partai politik
tidak hanya menjadi saluran partisipasi politik warga negara, tetapi juga untuk
mengintegrasikan para individu dan kelompok dalam masyarakat ke dalam sistem
politik. Partai politik tidak hanya berperan dalam mempersiapkan para kader

calon pemimpin bangsa untuk dicalonkan melalui pemilihan umum (pemilu)
untuk menduduki berbagai jabatan dalam lembaga legislatif atau eksekutif, tetapi
juga memperjuangkan kebijakan publik berdasarkan aspirasi dan kepentingan
masyarakat. Untuk itu partai politik memerlukan sumber daya agar dapat bertahan
dan mengoperasikan struktur dasar partai untuk merepresentasi rakyat,
mengembangkan kapasitas bersaing dalam pemilu, dan berkontribusi secara
kreatif dalam perdebatan kebijakan publik.11

10

Thomas Meyer, Peran Partai Politik dalam Sebuah Demokrasi: Sembilan Tesis. (Jakarta:
Friederich-Ebert-Stiftung, 2012), hlm.12.
11
Ramlan Subakti dan Didik Supriyanto, Pengendalian Keuangan Partai Politik, (Kemitraan bagi
Pembaruan Tata Pemerintahan: Jakarta, 2011). hlm. 3.

5

Adapun peranan partai politik dalam ketatanegaraan Indonesia dari masa
ke masa dapat dijabarkan sebagai berikut:

1.

Masa Penjajahan
Pertumbuhan Partai Politik di Indonesia telah mengalami pasang surut.

Kehidupan Partai Politik baru dapat di lacak kembali mulai tahun 1908. Pada
tahap awal, organisasi yang tumbuh pada waktu itu seperti Budi Oetomo belum
bisa dikatakan sebagaimana pengertian Partai Politik secara modern. Boedi
Oetomo tidak diperuntukkan untuk merebut kedudukan dalam negara (public
office) di dalam persaingan melalui Pemilihan Umum. Juga tidak dalam arti

organisasi yang berusaha mengendalikan proses politik. Boedi Oetomo dalam
tahun-tahun itu tidak lebih dari suatu gerakan kultural, untuk meningkatkan
kesadaran orang-orang Jawa. Walaupun pada waktu itu Budi Oetomo belum
bertujuan ke politik murni, tetapi keberadaan Boedi Oetomo sudah diakui para
peneliti dan pakar sejarah Indonesia sebagai perintis organisasi modern.
Partai dalam arti modern sebagai suatu organisasi massa yang berusaha
untuk mempengaruhi proses politik, merombak kebijaksanaan dan mendidik para
pemimpin dan mengejar penambahan anggota, baru lahir sejak didirikan Sarekat
Islam pada tahun 1912. Sejak itulah partai dianggap menjadi wahana yang bisa
dipakai untuk mencapai tujuan-tujuan nasionalis. Selang beberapa bulan, lahir
sebuah partai yang di dirikan Douwes Dekker yaitu Indesce Partij, yang
dilatarbelakangi oleh adanya diskriminasi antara kaum Indo peranakan dan
Belanda baik dalam gaji maupun perlakuan lainnya menyebabkan timbulnya
pergolakan jiwa di kalangan kaum Indo. Lalu bertekad mendirikan perkumpulan
yang radikal yang berusaha meleburkan diri dengan masyarakat pribumi.
Terutama adanya ancaman yang sama yaitu penindasan kolonial. Dua partai inilah
yang bisa dikatakan sebagai cikal bakal semua Partai Politik dalam arti yang
sebenarnya yang kemudian berkembang di Indonesia.12

12

M. Rusli Karim. Perjalanan Partai Politik di Indonesia: Sebuah Potret Pasang Surut . (Jakarta:
Rajawali Pers, 1993), hlm. 18-19

6

Pada masa pendudukan Jepang semua Partai Politik dibubarkan. Namun,
pada masa pendudukan Jepang juga membawa perubahan penting. Pada masa
Jepang-lah didirikan organisai-organisasi massa yang jauh menyentuh akar-akar
di masyarakat. Jepang mempelopori berdirinya organisasi massa bernama Pusat
Tenaga Rakyat (Poetera). Namun nasib organisasi ini pada akhirnya juga ikut
dibubarkan oleh Jepang karena dianggap telah melakukan kegiatan yang bertujuan
untuk mempengaruhi proses politik. Praktis sampai diproklamirkan kemerdekaan,
masyarakat Indonesia tidak mengenal partai-partai politik.
Secara umum, partai politik pada masa ini berfungsi dan berperan tampil
sebagai wadah perjuangan yang menggelorakan semangat nasionalisme. Selain
itu, peran partai politik pada masa penjajahan sebagian besar masih sebatas
sebagai sebagai penengah, dan perumus ide yang hanya berfungsi sebagai sarana
sosialisasi politik dan komunikasi politik.13
2.

Awal Kemerdekaan
Setelah Proklamasi Kemerdekaa, keberadaan partai politik semakin marak

dengan lahirnya banyak partai politik sesuai maksud “Maklumat Pemerintah No.
X, 3 November 1945” yang menyatakan bahwa pemerintah menyukai lahirnya
partai-partai politik agar segala aliran paham yang ada dalam masyarakat dapat
dipimpin ke jalan yang teratur. Meskipun demikian, ternyata fungsi dan peranan
partai politik mengalami dinamika atau pasang surut sesuai perkembangan sistem
politik lndonesia. Pada masa ini, partai politik tumbuh di Indonesia ibarat
tumbuhnya jamur di musim hujan, dengan berbagai haluan ideologi politik yang
berbeda satu sama lain. Adapun peran partai politik masa ini adalah adalah
sebagai sarana perjuangan mempertahankan dan mengisi kemerdekaan melalui
cara-cara yang bersifat politis.
3.

13

Masa Orde Lama

A.Gau Kadir. Dinamika partai politik di indonesia. Jurnal Sosiohumaniora . Vol. 16 No. 2 Juli
2014. hlm.134-135.

7

Pada periode sistem politik Demokrasi Parlementer, partai politik
menunjukkan fungsi dan peranan yang kuat. Partai politik dan parlemen (DPR)
merupakan kerangka pokok mekanisme sistem politik. Stabilitas politik dan
pemerintahan sangat tergantung pada “dukungan” partai-partai politik dalam
parlemen. Sistem politik ini diterapkan dalam sistem multi partai. Betapa sulit
membangun pola-pola kerja sama (koalisi) antar partai-partai politik dalam
membentuk kabinet. Tidak ada satupun kabinet yang dapat menyelesaikan masa
tugasnya. Jatuh bangunnya kabinet, menunjukkan tidak stabilnya politik dan
pemerintahan pada masa itu. Itulah sebabnya, pada periode Demokrasi Terpimpin
muncul kebijaksanaan untuk menyederhanakan partai politik dengan mengurangi
jumlah partai politik melalui penetapan Presiden No. 7/1959 yang menetapkan
syarat-syarat yang harus dipenuhi suatu partai politik untuk diakui oleh
pemerintah. Di sini Maklumat Pemerintah 3 Nopember 1945 yang menganjurkan
pendirian partai-partai politik tersebut dicabut.14
Dengan dikeluarkannya maklumat pemerintah pada tanggal 3 November
1945 yang menganjurkan dibentuknya Parpol, sejak saat itu berdirilah puluhan
partai. Maklumat ini ditandatangani oleh Wakil Presiden Mohammad Hatta. Atas
usul Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat yang meminta diberikannya
kesempatan pada rakyat yang seluas-luasnya untuk mendirikan Partai Politik.
Partai Politik hasil dari Maklumat Pemerintah 3 November 1945 berjumlah 29
buah, dikelompokkan dalam 4 kelompok partai berdasarkan ketuhanan,
kebangsaan, Marxisme, dan kelompok partai lain-lain yang termasuk partai lainlain adalah Partai Demokrat Tionghoa Indonesia dan Partai Indo Nasional.
Ketika Indonesia menganut demokrasi liberal, kabinetnya bersifat
parlementer. Dalam demokrasi parlementer, demokrasi liberal atau demokrasi
Eropa Barat, kebebasan individu terjamin. Begitu juga lembaga tinggi. Dalam
sistem politik menurut UUDS 1950 peranan partai-partai besar sekali. Antara
partai politik dan DPR saling terdapat ketergantungan, karena anggota DPR
14

Direktorat Politik dan Komunikasi. Laporan Akhir; Tinjauan Peran Partai Politik dalam
Demokrasi di Indonesia . (Kementerian PPN/BAPPENAS, 2016).

8

umumnya adalah orang-orang partai. Dalam tahun-tahun pertama sesudah
pengakuan kedaulatan, orang berpendapat bahwa partai merupakan tangga
ketenaran atau kenaikan kedudukan seseorang. Pemimpin-pemimpin partai akan
besar pengaruhnya terhadap pemerintahan baik di pusat maupun di daerah-daerah
dan menduduki jabatan tinggi dalam pemerintahan meskipun pendidikannya
rendah. Partai politik pada zaman liberal diwarnai suasana penuh ketegangan
politik, saling curiga mencurigai antara partai politik yang satu dengan partai
politik lainnya. Hal ini mengakibatkan hubungan antar politisi tidak harmonis
karena hanya mementingkan kepentingan (Parpol) sendiri.
Pada keadaan seperti itulah Partai Politik tumbuh dan berkembang selama
revolusi fisik dan mencapai puncaknya pada tahun 1955 ketika diselenggarakan
Pemilihan Umum pertama yang diikuti oleh 36 Partai Politik, meski yang
mendapatkan kursi di parlemen hanya 27 partai. Pergolakan-pergolakan dalam
Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Konstituante hasil Pemilihan Umum telah
menyudutkan

posisi

Partai

Politik.

Hampir

semua

tokoh,

golongan

mempermasalahkan keberadaan Partai Politik. Kekalutan dan kegoncangan di
dalam sidang konstituante inilah yang pada akhirnya memaksa Bung Karno
membubarkan partai-partai politik.15
Pada tanggal 5 Juli 1960 Presiden Sukarno mengeluarkan Peraturan
Presiden No.13 tahun 1960 tentang pengakuan, pengawasan, dan pembubaran
partai-partai. Pada tanggal 14 April 1961 Presiden Sukarno mengeluarkan
Keputusan Presiden no. 128 tahun 1961 tentang partai yang lulus seleksi, yaitu
PNI, NU, PKI, partai Katolik, Pertindo, Partai Murba, PSII, Arudji, dan IPKI. Dan
2 partai yang menyusul yaitu Parkindo dan partai Islam Perti. Jadi pada waktu itu,
parpol yang boleh bergerak hanya 10 partai saja, karena parpol yang lain dianggap
tidak memenuhi definisi tentang partai atau dibubarkan karena tergolong partai
Gurem. Tetapi jumlah partai yang tinggal 10 buah itu berkurang satu pada tahun
1964. Presiden Sukarno atas desakan PKI dan antek-anteknya, membubarkan
Partai Murba dengan alasan Partai Murba merongrong jalannya revolusi dengan
15

A.Gau Kadir. Op. cit.. hlm.134-135.

9

cara membantu kegiatan terlarang seperti BPS (Badan Pendukung Sukarnoisme)
dan Menikebu (Manifesto Kebudayaan).
Peranan partai politik pada masa ini sudah menjadi sarana penyalur
aspirasi rakyat, namun kurang maksimal karena situasi politik yang panas dan
tidak kondusif. Dimana setiap partai hanya mementingkan kepentingan partai
sendiri tanpa memikirkan kepentingan yang lebih luas yaitu kepentingan bangsa.
4.

Masa Orde Baru
Perkembangan partai politik setelah meletus G. 30 S/PKI, adalah dengan

dibubarkannya PKI dan dinyatakan sebagai organisasi terlarang di Indonesia.
Menyusul setelah itu Pertindo juga menyatakan bubar. Dengan demikian partai
politik yang tersisa hanya 7 buah. Tetapi jumlah itu bertambah dua dengan
direhabilitasinya Murba dan terbentuknya Partai Muslimin Indonesia. Golongan
Karya yang berdiri pada tahun 1964, semakin jelas sosoknya sebagai kekuatan
sosial politik baru.16 Dalam masa Orde Baru dengan belajar dari pengalaman Orde
Lama lebih berusaha menekankan pelaksanaan Pancasila secara murni dan
konsekuen. Kristalisasi Suara Parpol yang terdengar dalam MPR sesudah pemilu
1971 menghendaki jumlah partai diperkecil dan dirombak sehingga partai tidak
berorientasi pada ideologi politik, tetapi pada politik pembangunan. Itu karena
banyaknya Partai Politik dianggap tidak menjamin adanya stabilitas politik dan
dianggap mengganggu program pembangunan. Usaha pemerintah ini baru
terealisasi pada tahun 1973, partai yang diperbolehkan tumbuh hanya berjumlah
tiga yaitu Partai Persatuan Pembangunan (PPP), GOLKAR dan Partai Demokrasi
Indonesia (PDI).17
Pada era ini, fungsi dan peranan partai politik melemah. Hal ini antara lain
disebabkan diterapkannya “sistem massa mengambang (floating mass), dimana
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1975 menyatakan bahwa partai politik tidak
dibolehkan membentuk kepengurusan di kecamatan dan desa. Hal ini tidak
16

M. Rusli Karim. Perjalanan Partai Politik di Indonesia: Sebuah Potret Pasang Surut. (Jakarta:
Rajawali Pers, 1993), hlm. 153-154.
17
Ibid.

10

memungkinkan partai politik melakukan kegiatan politik di pedesaan, dimana
sebagian besar rakyat Indonesia bermukim. Tetapi Golkar bisa melalui jalur
birokrasi pedesaan, sehingga ia mampu menampilkan fungsi dan peranan yang
dominan.18

5.

Masa Reformasi sampai Saat Ini
Memasuki era reformasi, dimana arus demokratisasi deras, maka tuntutan

pembentukan partai politik baru juga berkembang. Menyikapi tuntutan-tuntutan
tersebut, Maka UndangUndang No. 2 tahun 1999 tentang partai politik
memberikan peluang bagi seluruh warga negara Republik Indonesia untuk
membentuk partai politik. Hal ini dipandang sejalan dengan pasal 28 UUD 1945
tentang kebebasan berserikat dan berkumpul. Tumbuhnya partai-partai politik
baru, maka pada pemilu legislatif tahun 1999 tampil 48 partai politik yang
bersaing, pemilu legislatif tahun 2004 tampil 24 partai politik. Jumlah partai
politik peserta pemilu turun 50% dari pemilu sebelumnya. Tetapi sayangnya pada
pemilu legislatif tahun 2009 naik lagi menjadi 38 partai politik peserta pemilu
yang bersaing dan pemilu legislatif 2014 tampil 12 partai politik. Nampaknya
sistem multi partai memungkinkan jumlah partai politik tidak stabil, dimana partai
politik baru bisa saja muncul dari adanya tuntutan perubahan dalam masyarakat.
Hal ini memungkinkan proses politik berjalan kurang efisien dan efektif.19
Setelah reformasi, pertumbuhan Partai Politik didasari atas kepentingan
yang sama masing-masing anggotanya. Boleh jadi, Era Reformasi yang
melahirkan sistem multi-partai ini sebagai titik awal pertumbuhan partai yang
didasari kepentingan dan orientasi politik yang sama di antara anggotanya.
Kondisi yang demikian ini perlu dipertahankan, karena Partai Politik adalah alat
demokrasi untuk mengantarkan rakyat menyampaikan artikulasi kepentingannya.
18

A.Gau Kadir. Dinamika partai politik di indonesia. Jurnal Sosiohumaniora . Vol. 16 No. 2 Juli
2014. hlm.134-135.

19

Ibid.

11

Tidak ada demokrasi sejati tanpa Partai Politik. Meski keberadaan Partai Politik
saat ini dianggap kurang baik, bukan berarti dalam sistem ketatanegaraan kita
menghilangkan peran dan eksistensi Partai Politik. Keadaan Partai Politik seperti
sekarang ini hanyalah bagian dari proses demokrasi.20
Dalam kondisi kepartaian yang seperti ini, Pemilihan Umum 2004 digelar
dengan bersandar kepada Undang-undang No. 31 Tahun 2002 tentang Partai
Politik. Dalam perjalanannya, undang-undang ini di anggap belum mampu
mengantarkan sistem kepartaian dan demokrasi perwakilan yang efektif dan
fungsional. Undang-undang ini juga belum mampu melahirkan Partai Politik yang
stabil dan akuntabel. Masyarakat juga masih belum percaya pada keberadaan
Partai Politik, padahal fungsi Partai Politik salah satunya adalah sebagai alat
artikulasi kepentingan rakyat. Untuk menciptakan Partai Politik yang efektif dan
fungsional diperlukan adanya kepercayaan yang penuh dari rakyat. Tanpa
dukungan dan kepercayaan rakyat, Partai Politik akan terus dianggap sebagai
pembawa ketidakstabilan politik sehingga kurang berkah bagi kehidupan rakyat.
Untuk menciptakan sistem politik yang memungkinkan rakyat menaruh
kepercayaaan, diperlukan sebuah peraturan perundang-undangan yang mampu
menjadi landasan bagi tumbuhnya Partai Politik yang efektif dan fungsional.
Dengan kata lain, diperlukan perubahan terhadap peraturan perundang-undangan
yang mengatur sistem Politik Indonesia yakni Undang-undang No. 31 Tahun 2002
tentang Partai Politik, Undang-undang No. 12 Tahun 2003 tentang Pemilihan
Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD, Undang-undang No. 23 tahun 2003
tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden, dan Undang-undang No.
22 Tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, DPD dan DPRD.
Boleh dikatakan bahwa setelah era reformasi ini peran partai sebagai
penyalur aspirasi rakyat bisa dimaksimalkan, dapat dilihat dari partai-partai yang
tumbuh dan berkembang dengan bebas tanpa intervensi dari pihak manapun.
Walaupun begitu masih banyak yang harus dibenahi partai politik kita,
20

Direktorat Politik dan Komunikasi. Laporan Akhir; Tinjauan Peran Partai Politik dalam
Demokrasi di Indonesia . (Kementerian PPN/BAPPENAS, 2016).

12

diantaranya adalah masih banyaknya korupsi, kolusi dan nepotisme di dalam
organisasi partai politik saat ini.21

D. Penutup
Partai

politik

merupakan

sekelompok

anggota

masyarakat

yang

terorganisir secara teratur berdasarkan ideologi atau program dimana ada
keinginan para pimpinannya untuk merebut kekuasaan negara terutama eksekutif
melalui yang terbaik. Cara konstitusional danada seleksi kepemimpinan secara
teratur dan berkala. Jadi secara teori dan apapun namanya suatu organisasi politik
atau masyarakat apabila memenuhi kriteria tersebut dapat dikategorikan sebagai
partai politik. Partai politik berperan atau tidaknya sangat bergantung pada
bagaimana menjalankan fungsi fungsi partai politik baik sebagai : (1) Sarana
Komunikasi Politik; (2) Sarana Sosialisasi Politik; (3) Sarana Recruitment Politik;
dan (4) Sarana Pengatur Konflik. Pasca reformasi di Indonesia, peranan partai
politik masih dapat dikategorikan sangat rendah karena tidak dapat menjalankan
fungsinya dengan baik sebagai pilar demokrasi. Beberapa faktor yang
menyebabkan gagalnya partai politik di Indonesia dalam menjalankan fungsinya
karena : (1) Sistem kepartaian di Indonesia; (2) Budaya elitisme; dan (3)
Pragmatisme partai politik itu sendiri.
References
Asshiddiqie, Jimly. 2008. Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia Pasca
Reformasi. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.

Budiardjo, Miriam. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
21

Direktorat Politik dan Komunikasi. Laporan Akhir; Tinjauan Peran Partai Politik dalam
Demokrasi di Indonesia . (Kementerian PPN/BAPPENAS, 2016).

13

Cipto, Bambang. 1996. Prosepek dan Tantangan Partai Politik. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar.
Haramain, A Malik dan M.F Nurhuda. 2000. Mengawal Transisi: Refleksi Atas
Pemantauan Pemilu 1999. Jakarta:kerjasama dengan UNDP dan

JAMPPI.
Kantaprawira, Rusadi. 1999. Sistem Politik Indonesia : Suatu Model Pengantar .
Bandung: Sinar Baru.
Karim, M. Rusli. 1993. Perjalanan Partai Politik di Indonesia: Sebuah Potret
Pasang Surut. Jakarta: Rajawali Pers.

Meyer, Thomas. 2012. Peran Partai Politik dalam Sebuah Demokrasi: Sembilan
Tesis. Jakarta: Friederich-Ebert-Stiftung

Muljana, Slamet. 2008. Kesadaran Nasional: Dari Kolonialisme Sampai
Kemerdekaan. Yogyakarta: LKIS.

Poerwanta. 1994. Partai Politik di Indonesia . Jakarta: Rineka Cipta.
Rahman H.I, A,. 2007. Sistem Politik Indonesia. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Safa’at,

Muchammad

Ali.

2011.

Pembubaran

Partai

Politik.

Jakarta:

Rajagrafindo Persada
Subakti, Ramlan dan Didik Supriyanto. 2011. Pengendalian Keuangan Partai
Politik. Jakarta: Kemitraan bagi Pembaruan Tata Pemerintahan.

A.Gau Kadir. Dinamika partai politik di indonesia. Jurnal Sosiohumaniora . Vol.
16 No. 2 Juli 2014.
Romli Mubarok. Peranan Partai Politik Sebagai Pilar Demokrasi Pasca Reformasi
di Indonesia. Jurnal Hukum dan Dinamika Masyarakat. Vol.10 No.1
Oktober 2012.
Widayat. Pembubaran Partai Politik dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia.
Jurnal Hukum Vol. XXVI, No. 2, Agustus 2011.

14