ANALISIS KASUS BANK CENTURY DAN KRISIS M (1)

MAKALAH INDIVIDU
“ANALISIS KASUS BANK CENTURY DAN KRISIS MONETER”
Dosen Pengampu
Dwi Wahyuni, S.Pd MM
Tugas Mata Kuliah
Ekonomi Moneter

Oleh :
Erlinda Nur Mahfiroh (132781)

Program Pendidikan Ekonomi 2013 B
Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Persatuan Guru Republik Indonesia
Jombang
2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktunya sebagai salah satu persyaratan dalam mengikuti mata kuliah
“Ekonomi Moneter”.

Dalam penyusunan laporan ini penulis mengalami banyak hambatan dan
kesulitan, namun berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak baik moril
maupun materil, akhirnya laporan ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah terlibat mulai dari awal sampai
terselesaikannya laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritikan dan saran dari pembaca yang bersifat
membangun dalam rangka penyempurnaan laporan ini. Semoga laporan penelitian
ini bermanfaat bagi kita semua khususnya Mahasiswa Ekonomi.

Jombang, 12 November 2015

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
A. Kasus 1
Di negara Indonesia keberadaan kasus bank Century tidak dapat

dipungkiri telah menjadi perhatia masyarakat luas. Kasus bank Century
telah membuka mata publik tentang seluk beluk perbankan di Indonesia.
Kasus ini menjadi perhatian luas karena telah menelan uang negara dengan
jumlah yang besar untuk menyelamatkan bank Century dari keterpurukan.
Kasus bank Century menjadi menarik karena dalam kasus ini
menggambarkan peran bank indonesia sebagai bank Central memainkan
perannya dalam menyelamatkan stabilitas perbankan di Indonesia. Dalam
hal ini bank Indonesia membantu likuiditas bank Century dengan
memberikan pinjaman jangka pendek pada tanggal 14 November 2008
dengan syarat pemegang saham mayoritas bank Century harus menepati
Letter Of Commitme. Disamping itu bank Indonesia juga yang memiliki
kewenangan memutuskan bank Century sebagai bank gagal sehingga perlu
diberi dana talangan.
B. Kasus 2
Krisis moneter yang pada mulanya terjadi di Thailand menular ke
Malaysia, Philipine, Korea dan Indonesia. Pasar saham dan kurs uang
tersungkur jatuh secara dahsyat. Bank sentral terpaksa turun tangan
dengan mencetak uang baru melakukan transaksi forward dan menaikkan
tingkat bunga yang tidak terduga. Volatilitas krisis menimbulkan badai
yang kuat menuju kehancuran dan mengakibatkan goncanya sistem

perbankan yang rapuh. Padahal lembaga perbankan merupakan tulang
punggung perusahaan manufacturing yang selama ini mengandalkan
bunga rendah. Selama tahun pertama krisis kurs mata uang di lima negara
terdepresiasi 35 sampai 80 persen bankan Indonesia mencapai 400 persen.
Hal ini menuyebabkan menciuytnya nilai kekayaan dari negara tersebut
khususnya Indonesia. Nilai reupiah yang pada mulanya setara dengan Rp

2.445, meningkat secara tajam menjadi Rp 17.000. Dalam masa yang
panjang nilai rupiah ini bertenger diatas Rp 10.000. Kondisi ini membuat
lembaga perbankan terpaksa menaikkan suku bunga secara tajam pula,
yaitu mencapai 70 persen.
1.2 Rumusan Masalah
A. Kasus 1
Siapakah yang bertanggung jawab atas bank Century, dan apa yang
sebaiknya dilakukan pemerintah maupun pihak-pihak terkait ?
B. Kasus 2
Apa dampak yang ditimbulkan dari krisis moneter terhadap semua
sektor di Indonesia, serta dampak secara makro terhadap perekonomian di
Indonesia?


BAB II
PEMBAHASAN
A. Kasus 1
Sebagai Negara berkembang, banyak perubahan yang terjadi di semua
sektor terutama yang berkaitan dengan ekonomi. Dalam hal ekonomi,
seringkali terjadi kendala-kendala yang bisa dikatakan dapat menghambat
kelancaran roda pembangunan. Untuk mengembangkan dunia usaha dan

memperlancar roda pembangunan diperlukan suatu modal atau dana.
Dalam memperoleh dana tidaklah mudah karena diperlukan syarat-syarat
yang telah ditentukan khususnya oleh kalangan Perbankan. Perbankan
dapat memberikan dana berupa kredit pinjaman dengan pengembalian
yang

sudah

ditentukan

besarannya


maupunjangka

waktu

pengembaliannya. Pinjaman kredit perbankan dapat diperoleh dari Bankbank Pemerintah maupun dari Bank-bank swasta. Namun pada
kenyataannya seringkali ditemui apa yang telah menjadi kesepakatan atau
perjanjian tidak dapat dipenuhi salah satu pihak sehingga terjadi apa yang
dinamakan Kredit Macet. Kredit macetadalah suatu keadaan dimana
seseorang nasabah atau badan hukum tidak mampu membayar kredit yang
telah ditentukan.
Kredit macet atau terjadinya terhentinya kredit macet adalah akibat
pihak nasabah tidak dapat membayar lunas hutang kreditnya, untuk lebih
jelas lagi arti kredit macet adalah suatu keadaan dimana pihak nasabah
tidak mampu membayar lunas kredit bank tepat pada waktunya. Operasi
suatu bank sangat tergantung dari keberhasilan pengolahan portofolio
kreditnya, atau dengan kata lain kualitas dari suatu asset terutama
kreditnya akan menentukan sampai sejauhmana sebuah lembaga
perbankan mampu berkembang, bertahan, atau sebaliknya akan runtuh.
Dalam pemberian kredit suatu bank kepada nasabahnya sangatlah
ditentukan oleh prasyarat dan kondisi kedua belah pihak, terutama dari

pihak bank yang pastinya mempunyai syarat dan ketentuan tersendiri yang
harus dipenuhi oleh nasabah calon peminjam kredit. Pihak bank haruslah
selektif dalam memberikan kredit kepada nasabah dengan memperhatikan
syarat dan ketentuan antara lain; jangka waktu pengembalian, jaminan
apabila nasabah tidak dapat melunasi kredit, serta usaha apa yang akan
dilakukan nasabah dalam menggunakan uang pinjaman kredit dari bank
tersebut.
Hiruk pikuk seputar kasus Bank Century, yang kini telah berganti
nama menjadi Bank Mutiara, menyita perhatian banyak elemen

masyarakat. Tema besar kasus tersebut adalah korupsi. Lakon para
legislator/Dewan Perwakilan Rakyat/DPR (baca: Panitia Khusus/Pansus
Hak Angket Bank Century) dalam upaya pembongkaran kasus Bank
Century, disimak secara luas oleh masyarakat melalui pemberitaan
berbagai media massa, baik cetak maupun elektronik. Bahkan masyarakat
sendiri dapat melihat jalannya persidangan Pansus Hak Angket Bank
Century melalui program Breaking News yang disiarkan secara langsung
(Live Streaming) oleh beberapa televisi swasta. Pemerintah (DepKeu) dan
Bank Indonesia (BI) yang sementara ini dituduh sebagai pihak-pihak yang
paling bertanggungjawab atas pengucuran dana talangan (bailout) kepada

Bank Century—yang dinilai telah merugikan negara sekitar Rp6,76
Trilyun—melakukan pembelaan diri, seolah tidak ada yang keliru dengan
mekanisme dan keputusan yang telah diambilnya.
Kasus bank Century menjadi menarik karena dalam kasus ini
menggambarkan peran bank indonesia sebagai bank Central memainkan
perannya dalam menyelamatkan stabilitas perbankan di Indonesia. Dalam
hal ini bank Indonesia membantu likuiditas bank Century dengan
memberikan pinjaman jangka pendek pada tanggal 14 November 2008
dengan syarat pemegang saham mayoritas bank Century harus menepati
Letter Of Commitme. Disamping itu bank Indonesia juga yang memiliki
kewenangan memutuskan bank Century sebagai bank gagal sehingga perlu
diberi dana talangan.
Menurut saya dalam menghadapi kasus bank Century perlunya
kerjasama dengan baik antara pemerintah, DPR-RI dan Bank Indonesia.
Pemerintah harus bertanggung jawab kepada nasabah Bank Century agar
uangnya bisa dicairkan.Kemudian siapa pun pihak pihak yang terbukti
bersalah dalam proses penyelidikan dan penyidikan kasus Bank Century,
harus segera diproses, diadili, dan dijatuhi hukuman yang sepantasnya.
Jika pihak tersebut masih aktif bekerja di pemerintahan, sebaiknya segera
dinon-aktifkan.


Dan BPK sebagai lembaga yang independen dalam tugasnya harus
didukung, khususnya dalam menelusuri aliran dana PSPJ dan PMS di
Bank Century, dan mengumumkan kepada publik pihak-pihak yang
terbukti menerima aliran dana tersebut, lalu audit infestasi BPK harus
dilakukan dengan tuntas dan dibantu oleh Polri, kejaksaan, Pemerintah
Bank Indonesia.KPK dan PPATK harus didorong untuk menuntaskan
kasus ini. Keterlibatan polisi di dalam kasus ini harus ditolak karena
mengandung konflik kepentingan. Keterlibatannya sudah sepantasnya
ditolak, mengingat kasus BLBI yang nyatanya kandas di tengah jalan
ketika ada di tangan polisi, jaksa, dan hakim. Dan seharusnya juga ada
trasparansi public dalam menyelesaikan kasus Bank century sehingga
tidak terjadi korupsi.
B. Kasus 2
Indonesia pernah mengalami krisis ekonomi yang berdampak buruk
pada Negara dan rakyatnya. Krisis ini terjadi dari awal 1998. Sejak era
orde baru mulai terlihat kondisi Indonesia terus mengalami kemerosotan,
terutama dalam bidang ekonomi. Tingginya krisis ekonomi ini
diindikasikan dengan laju inflasi yang cukup tinggi. Sebagai dampak atas
inflasi, terjadi penurunan tabungan, berkurangnya investasi, semakin

banyak modal yang dilarikan ke luar negeri, serta terhambatnya
pertumbuhan ekonomi.
KRISIS moneter Indonesia berawal dari kebijakan Pemerintah
Thailand di bulan Juli 1997 untuk mengembangkan mata uang Thailand
Bath terhadap Dollar US. Selama itu mata uang Bath dan Dollar US
dikaitkan satu sama lain dengan suatu kurs yang tetap. Devaluasi
mendadak dari Bath ini menimbulkan tekanan terhadap mata-mata uang
Negara ASEAN dan menjalarlah tekanan devaluasi di wilayah ini.Sebagai
konsekuensi dari krisis moneter ini, Bank Indonesia pada tanggal 14
Agustus 1997 terpaksa membebaskan nilai tukar rupiah terhadap valuta
asing, khususnya dollar AS, dan membiarkannya berfluktuasi secara bebas
(free floating) menggantikan sistim managed floating yang dianut

pemerintah sejak devaluasi Oktober 1978. Dengan demikian Bank
Indonesia tidak lagi melakukan intervensi di pasar valuta asing untuk
menopang nilai tukar rupiah, sehingga nilai tukar ditentukan oleh kekuatan
pasar semata. Nilai tukar rupiah kemudian merosot dengan cepat dan tajam
dari rata-rata Rp 2.450 per dollar AS Juni 1997 menjadi Rp 13.513 akhir
Januari 1998, namun kemudian berhasil menguat kembali menjadi sekitar
Rp 8.000 awal Mei 1999.

Tetapi yang utama karena utang swasta luar negeri yang telah
mencapai jumlah yang besar. Yang jebol bukanlah sektor rupiah dalam
negeri, melainkan sektor luar negeri, khususnya nilai tukar dollar AS yang
mengalami overshooting yang sangat jauh dari nilai nyatanya. Krisis yang
berkepanjangan ini adalah krisis merosotnya nilai tukar rupiah yang sangat
tajam, akibat dari serbuan yang mendadak dan secara bertubi-tubi terhadap
dollar AS (spekulasi) dan jatuh temponya utang swasta luar negeri dalam
jumlah besar. Seandainya tidak ada serbuan terhadap dollar AS ini,
meskipun terdapat banyak distorsi pada tingkat ekonomi mikro, ekonomi
Indonesia tidak akan mengalami krisis. Krisis ini diperparah lagi dengan
akumulasi dari berbagai faktor penyebab lainnya yang datangnya saling
bersusulan.
Dampak dari krisis.
Semua permasalahan dalam krisis ekonomi berputar-putar sekitar kurs
nilai tukar valas, khususnya dollar AS, yang melambung tinggi jika
dihadapkan denganpendapatan masyarakat dalam rupiah yang
tetap, bahkan dalam beberapa hal turun ditambah PHK, padahal
harga dari banyak barang naik cukup tinggi, kecuali sebagiansektor
pertanian dan ekspor. Imbas dari kemerosotan nilai tukar rupiah yang
tajam secaraumum sudah kita ketahui: kesulitan menutup APBN, harga

telur/ayam naik, utang luar negeri dalam rupiah melonjak harga BBM/tarif
listrik, tarif angkutan naik, perusahaan tutup atau mengurangi produksinya
karena tidak bisa menjual barangnya dan beban utangnyya yang tinggi,

toko sepi, PHK dimana-mana, investasi menurun karena impor barang
modal menjadi mahal, biaya sekolah di luar negeri melonjak.
Meningkatnya jumlah penduduk yang miskin tidak terlepas dari
jatuhnya nilai mata uang rupiah yang tajam, yang menyebabkan terjadinya
kesenjangan antara penghasilan yang berkurang akibat PHK atau naik
sedikit dengan pengeluaran yang meningkat tajam karena tingkat inflasi
yang tinggi. Disaat krisis itu terjadi banyak pejabat yang melakukan
korupsi. Sehingga mengurangi pendapatan para pekerja yang lain. Banyak
perusahaan yang meminjam uang pada perusahaan Negara asing dengan
tingkat bunga yang lumayan tinggi, hal itu menambah beban utang
Negara. Pada sisi lain merosotnya nilai tukar rupiah juga membawa
dampak positif. Secara umum impor barang menurun tajam. Sebaliknya
arus masuk turis asing akan lebih besar, daya saing produk dalam negeri
dengan tingkat kandungan impor rendah meningkat sehingga bisa
menahan impor dan merangsang ekspor khususnya yang berbasis
pertanian.
Dampak dari krisis moneter lebih banyak yang negative dibandingkan
dampak positifnya. Itu di karenakan krisis ini mengganggu kesejahteraan
masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
http://storage.jakstik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/bempvol1no4ma
r.pdf di akses pada tanggal 12 November 2015.
https://www.academia.edu/8776523/MAKALAH_KREDIT_BERMASAL
AH di akses pada tanggal 12 November 2015.
https://www.academia.edu/5221392/KRISIS_MONETER_INDONESIA_
SEBAB_DAMPAK_PERAN_IMF_DAN_SARAN_ di akses pada tanggal
12 November 2015.