NILAI EDUKASI DAN KEARIFAN LOKAL DOLANAN ANAK JAWA SEBAGAI PEMBENTUK KARAKTER ANAK
Tema: 6 Rekayasa sosial dan pengembangan perdesaan
NILAI EDUKASI DAN KEARIFAN LOKAL DOLANAN ANAK JAWA
SEBAGAI PEMBENTUK KARAKTER ANAK
Oleh
1
2
3 Daryanto , Farida Nuryantiningsih , Wiekandini Dyah Pandanwangi 1 2, 3 Prodi D3 Bahasa Mandarin , Prodi S1 Sastra Indonesia
Universitas Jenderal Soedirman
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui: Apa sajakah jenis dolanan anak di Jawa dan bagaimanakah cara memainkannya? Nilai edukasi dan kearifan lokal apa sajakah yang terkandung dalam setiap dolanan anak di Jawa? Hasil penelitian diketahui bahwa ada enam jenis permainan rakyat atau dolanan anak Jawa yang sering dimainkan oleh anak-anak di daerah pedesaan. Keenam dolanan tersebut yaitu: Jago-jagoan; Cara bermain peserta dibagi dua kelompok, masing-masing kelompok dipimpin oleh seorang ketua. Kemudian masing-masing ketua kelompok memilih salah satu anggotanya untuk dijadikan jago. Jago yang sudah ditetapkan kemudian diselimuti dengan kain, lalu dituntun dibawa ke tengah arena (halaman) untuk berkokok secara bergantian. Jika salah satunya dapat diterka, maka kelompok itu diminta untuk menggendong. Poces: permainan ini memerlukan keterampilan menembak kelereng lawan menggunakan kelereng.Strategi menembak dilakukan dengan menggerakkan kelereng menggunakan jari tangan ke arah posisi kelereng lawan yang ada di dalam garis/ gambar segitiga. Umbul; Cara bermain setiap peserta memilih gaco dan tidak boleh sama dengan temannya. Kemudian gaco semua pemain dilempar ke atas (diumbul). Gaco yang jatuh telentang diumbulkan lagi, sedangkan gaco yang tengkurap tidak boleh melanjutkan permainan. Terakhir bagi pemain yang gaconya telentang dia yang menang. Cemeh: Cara bermain bandar mengocok gambar wayang kemudian membagi kepada pemasang sejumlah dua gambar wayang. Jika jumlah angka yang dimiliki oleh pemasang lebih besar daripada yang dimiliki oleh bandar, maka bandar harus membayar sejumlah gambar yang dipasang oleh pemasang. Jika bandar memperoleh angka 9, maka secara otomatis seluruh pemasang kalah. Sebaliknya jika angka 9 diperoleh oleh pemasang, maka bandar harus membayar dua kali lipat sejumlah gambar yang dipasang oleh pemasang. Sigug; Cara bermain dengan menggunakan telapak kaki gaco diarahkan ke batu di garis A dengan cara menggeser sebanyak tiga kali sampai batu di garis roboh atau bergeser. Sebagai hukuman pemain yang kalah harus menggendong lawannya. Sunda Mandah; Cara bermain pemain harus berjalan loncat dengan satu kaki (engklek) mulai petak kedua dan seterusnya, dengan mengambil gaco yang ada di petak. Setelah gaco diambil, kemudian gaco dilempar ke petak kedua. kemudian engklek lagi seperti awal, sampai gaco sudah melewati semua petak. Pemain dinyatakan gugur jika kaki menginjak garis atau gaconya mengenai garis. Dari semua permainan di atas ada nilai edukasi yang sangat positif dan perlu dilestarikan. Nila tersebut yaitu: Nilai kebersamaan; Nilai Kejujuran; Nilai Ekonomis; Nilai Sosial dan Nilai Kecerdasan.
ABSTRACT
The purpose of this study is to find out: What are some types of children's dolanan in Java and how to play them? What is the value of education and what local wisdom is contained in every child dolanan in Java?From the results of the research, it is known that there are six types of children's games or Javanese children dolanan that are often played by children in rural areas. The six dolanan are:Jago-jagoan; How to play is the participants divided into two groups, each group is led by a chairman. Then each group leader chooses one of its members to become a champion. The prescribed champion is then covered with cloth, then led to the middle of the arena (yard) for crowing in turn. If one of them can be guessed, then the group is asked to hold.Poces; In this game required the skill of shooting the marbles versus using marbles. The shooting strategy is done by moving the marbles using the fingers towards the position of the opposing marbles in the line / drawing triangle.Umbul: How to play each participant choose gaco and should not be the same as his friend. Then gaco all the players thrown up (collapsed). Gaco who fell back supposedly diumbulkan again, while the prone gaco should not continue the game. Finally for players who gaconya supine he who wins. Cemeh; How to play the city shuffle the wayang image then split to the installer a number of two wayang pictures. If the number of numbers owned by the installer is greater than that owned by the dealer, then the dealer must pay the number of images installed by the installer. If the dealer gets the number 9, then automatically the entire installer loses. Conversely, if the number 9 is obtained by the installer, then the dealer must pay double the amount of the image installed by the installer.Sigug; How to play with the sole of the foot gaco directed to the rock in the A line by shifting three times until the rock on the line collapsed or shifted. As punishment the losing player must hold his opponent. Sunda Mandah; How to play a player must walk jumping with one leg (kick) starting second plot and so on, by taking the gaco in the plot. After gaco is taken, then gaco is thrown into the second plot. Then again as the beginning, until gaco has passed all the plots. The player is dead if the foot stepped on the line or gaconya about the line.Of all the games above there is a very positive educational value and need to be preserved. The value are: Value of togetherness; Honesty Value; Economic Value; Social Value and Value of Intelligence.
PENDAHULUAN
Dolanan anak adalah bentuk kegiatan permainan dan atau olahraga yang berkembang dari suatu kebiasaan masyarakat tertentu. Pada perkembangan selanjutnya dolanan anak sering dijadikan sebagai jenis permainan yang memiliki ciri kedaerahan asli serta disesuaikan dengan tradisi budaya setempat. Kegiatannya dilakukan baik secara rutin maupun sekali-kali dengan maksud untuk mencari hiburan dan mengisi waktu luang setelah terlepas dari aktivitas rutin seperti bekerja mencari nafkah, sekolah, dsb.
Dalam pelaksanaannya dolanan anak dapat memasukkan unsur-unsur permainan rakyat dan permainan anak ke dalamnya. Bahkan mungkin juga dengan memasukkan kegiatan yang mengandung unsur seni seperti yang lazim disebut sebagai seni tradisional (Nugroho, 2012). Dolanan anak merupakan kekayaan budaya bangsa yang mempunyai nilai-nilai luhur untuk dapat diwariskan kepada anak-anak sebagai generasi penerus. Permainan anak tradisional memberikan manfaat untuk perkembangan anak (Iswinarti, 2005), merupakan kekayaan budaya bangsa (Sedyawati, 1999), dan refleksi budaya dan tumbuh kembang anak (Krisdyatmiko, 1999).
Menurut Ariani (2011) dolanan anak pada umumnya akan mengajarkan anak-anak untuk bisa bersosialisasi dan bergaul dengan teman-teman sebayanya karena dolanan anak pada umumnya dilakukan di suatu ruangan terbuka yang cukup luas, dan melibatkan banyak orang untuk memainkannya. Dolanan anak juga dapat digunakan sebagai terapi terhadap anak. Saat bermain, anak-anak akan melepaskan emosinya. Mereka berteriak, tertawa, dan bergerak.
Pada umumnya, dolanan anak mendorong para pemainnya untuk bergerak, seperti melompat, berlari, menari, berputar, dan gerakan lainnya. Selain itu, dolanan anak juga dapat membantu mengembangkan kecerdasan natural anak. Banyak alat permainan yang dibuat/digunakan dari tumbuhan, tanah, genting, batu, atau pasir yang dapat mendekatkan anak pada alam sekitar. Dolanan anak yang sering dimainkan oleh anak-anak di daerah Jawa juga mengandung nilai-nilai filosofis yang sesuai dengan ajaran filosofis Jawa.
Akan tetapi, saat ini dolanan anak mulai banyak ditinggalkan oleh anak-anak. Salah satu faktor yang menjadi penyebab adalah tayangan acara televisi yang menarik dan tidak membutuhkan tenaga untuk menikmatinya serta kecanggihan teknologi ( gadget ) yang banyak menyuguhkan permainan digital ( games online) bagi anak-anak. Padahal, permainan digital tersebut tidak selalu berdampak positif bagi anak, malah banyak dampak negatif yang ditimbulkannya. Hal ini dapat dilihat dari berbagai fenomena di tanah air, misalnya anak-anak yang bermain games online cenderung mengalami kecanduan, akibatnya banyak waktu yang dihabiskan untuk bermain games daripada belajar.
Selain itu, maraknya anak-anak sekolah baik SD maupun SMP yang bolos karena pergi ke warnet untuk bermain games. Yang lebih memprihatinkan lagi games bermuatan kekerasan yang berpadu dengan pornografi lebih banyak diminati oleh anak-anak. Hal inilah yang menyebabkan timbulnya berbagai kasus seperti: siswa SD membacok temannya di Depok, anak umur 9, 10, dan 11 tahun mencabuli anak umur 6 dan 4 tahun di Padang, dan kasus yang terjadi baru-baru ini beberapa anak nekat merampok karena butuh uang untuk bermain games online . com) .
Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk kembali melestarikan/merevitalisasi dolanan anak ini untuk menggali nilai-nilai edukasi dan kearifan lokal yang terkandung dalam dolanan anak khususnya dolanan anak Jawa. Hal ini karena dolanan anak ini banyak sekali manfaatnya terhadap perkembangan anak, misalnya dapat mestimulasi anak dalam mengembangkan kerjasama, membantu anak menyesuaikan diri, saling berinteraksi secara positif, dapat mengkondisikan anak dalam mengontrol diri, mengembangkan sikap empati terhadap teman, menaati aturan, serta menghargai orang lain.
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu: Apa sajakah dolanan anak di Jawa dan bagaimanakah memainkannya? Nilai-nilai edukasi dan kearifan lokal apa sajakah yang terkandung dalam setiap dolanan anak di Jawa?
Penelitian ini bertujuan untuk: Mendeskripsikan apa sajakah jenis dolanan anak di Jawa dan bagaimanakah cara memainkannya? Menganalisis nilai edukasi dan kearifan lokal apa sajakah yang terkandung dalam setiap dolanan anak di Jawa?
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan holistik.Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2007:4) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Oleh sebab itu, penelitian ini akan menjelaskan, menguraikan, dan mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada di lapangan sesuai dengan tujuan penelitian. Pendekatan holistik atau pendekatan budaya diperlukan dalam penelitian ini karena dalam dolanan anak terkandung unsur-unsur budaya yang diamanatkan oleh pendukungnya.Unsur-unsur budaya lisan tersebut harus berimbang dalam kajiannya (Danandjaja, 2002:70).
Rancangan penelitian yang akan digunakan adalah survai atau terjun langsung ke lokasi penelitian. Dalam hal ini, peneliti akan terjun langsung ke lokasi penelitian yaitu wilayah kabupaten Banyumas dan Yogyakarta. Materi penelitian ini adalah dolanan anak yang dimiliki oleh masyarakat Jawa. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan holistik. Bogdan dan Tayor (dalam Moleong, 2007:4) mendeskripsikan penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Oleh sebab itu penelitian ini akan menjelaskan, menguraikan, dan mendeskripsikan fenomena yang ada di lapangan sesuai dengan tujuan penelitian. Pendekatan holistik diperlukan dalam penelitian ini karena dalam dolanan anak /permainan rakyat mengandung unsur-unsur budaya yang diamanatkan oleh pendukungnya.
Objek penelitian ini adalah dolanan anak/permainan tradisional yang dimainkan oleh masyarakat Jawa. Sedangkan subjeknya yaitu narasumber yang pernah memainkan jenis dolanan anak atau permainan rakyat. Fokus penelitian ini adalah nilai edukasi dan kearifan lokal apa sajakah yang terkandung dalam setiap dolanan anak di Jawa?
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara mendalam ( indepth interview ) dan pengamatan ( observation ) (Adler dan Adler dalam Endraswara, 2006:208). Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri (human instrument). Sebagai human
instrument, memungkinkan peneliti memodifikasi pertanyaan sesuai dengan kondisi informan
(Endraswara, 2006:209) Pemilihan informan didasarkan pada kriteria yang diberikan oleh Spradley (dalam
Endraswara, 2006:207), yaitu informan yang penduduk asli dan mengetahui budaya asli setempat, informan yang terlibat langsung dalam tindakan budaya atau pemerhati dolanan anak Jawa di wilayah Banyumas, seperti Purwokerto dan sekitarnya, dan di daerah Yoyakarta, serta informan yang memiliki banyak waktu luang dan mudah untuk diwawancarai. Dalam penelitian ini, dipilih 10 orang informan yang sesuai dengan kriteria, 5 informan penduduk asli purwokerto dan
5informan penduduk asli Yogyakarta yang mengetahui tentang dolanan anak Jawa. Informan di sini tidak hanya mengetahui tetapi juga pernah memainkan dolanan tersebut.
Data-data penelitian yang telah dikumpulkan kemudian diolah dalam empat tahap. Pertama, data akan direduksi. Data yang tidak relevan dengan permasalahan akan dikurangi sehingga yang akan ditemukan hanyalah data-data yang mendukung permasalahan. Kedua, klasifikasi data. Data hasil reduksi kemudian diklasifikasikan berdasarkan kategorisasi dolanan anak Jawa.
Data-data tersebut kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik analisis domain. Teknik ini merupakan suatu upaya untuk menemukan istilah-istilah lokal, simbol, deskripsi tentang definisi, dan fungsi dolanan anak Jawa dalam kehidupan masyarakat Jawa. Tiap anggota ranah yang dituju terus digali untuk dicari makna terdalamnya (Endraswara, 2006:215-216). Peneliti berusaha untuk meneliti sampai bagian yang terdalam tentang nilai edukasi dan kearifan lokal dolanan anak Jawa sebagai pembentuk karakter anak. Penelitian ini memerlukan waktu penelitian selama 6 (enam) bulan. Lokasi penelitian yang dipilih Purwokerto, Dukuhwaluh dan Sumbang.
PEMBAHASAN
Jenis permainan rakyat atau dolanan anak pada umumnya tidak membutuhkan biaya banyak, hanya memerlukan tempat / halaman rumah serta media lain yang mudah diperoleh di sekitar tempat tinggal. Memang ada dolanan anak yang membutuhkan biaya tetapi tidak mahal. Contohnya poces dengan kelereng dan umbul menggunakan kartu. Adapun jenis permainan rakyat atau dolanan anak Jawa yaitu:
Jago-jagoan
Permainan ini dilakukan olah anak-anak laki-laki pada saat terang bulan di halaman rumah. Sarana yang dibutuhkan untu permainan ini yaitu rumah dan halaman. Cara bermain: Peserta dibagi dua kelompok, masing-masing kelompok dipimpin oleh seorang ketua. Setiap kelompok bersembunyi di samping rumah yang dijadikan sebagai sarana permainan. Kemudian masing-masing ketua kelompok memilih salah satu anggotanya untuk dijadikan jago. Jago yang sudah ditetapkan kemudian diselimuti dengan kain, lalu dituntun dibawa ke tengah arena/halaman rumah. Setelah kedua jago bertemu di tengah arena, maka masing-masing ketua kelompok untuk menerka siapakah yang menjadi jago, dengan cara meminta jago lawan berkokok secara bergantian. Jika salah satunya dapat diterka, maka kelompok itu diminta untuk menggendong.
Poces
Cara bermain: membuat gambar segitiga atau segi empat di permukaan tanah. Kemudian gambar tadi diisi kelerang dari semua pemain. Jumlah kelereng sesuai kesepakatan. Masing-masing peserta melempar “gaco”nya ke arah gambar yang ada kelerengnya. Setiap peserta supaya mengeluarkan kelereng dalam gambar. Dimulai dari peserta yang lemparan gaconya terdekat. Jika pemain dapat mengeluarkan kelereng, dia berhak mematikan gaco temannya. Dilanjutkan pemain berikutnya. Jika pemain dalam mengeluarkan kelereng mengenai gaco temannya yang sudah mendapat kelerang, maka kelereng yang diperoleh menjadi miliknya dan seterusnya. Permainan ini memerlukan keterampilan menembak kelereng lawan menggunakan kelereng. Strategi menembak dilakukan dengan menggerakkan kelereng menggunakan jari tangan ke arah posisi kelereng lawan yang ada di dalam garis/gambar segitiga.
Umbul
Permainan ini biasa dilakukan anak laki-laki, menggunakan kartu gambar wayang. Sarana diperlukan yaitu halaman rumah dan kartu gambar wayang. Cara bermain: setiap peserta memilih gaco yang berbeda dengan temannya. Kemudian gaco semua pemain dilempar ke atas/diumbul. Gaco yang jatuh telentang diumbulkan lagi, sedangkan gaco yang tengkurap tidak boleh melanjutkan permainan. Terakhir bagi pemain yang gaconya telentang dia yang menang. Pemain yang kalah membayar sejumlah kartu sesuai yang disepakati.
Cemeh
Permainan ini menggunakan kartu gambar wayang. Dalam permainan ini ada yang berperan sebagai bandar dan lainnya sebagai pemasang. Sarana: kartu gambar wayang dan halaman rumah. Teknik permainan: Bandar mengocok gambar wayang kemudian membagi kepada pemasang sejumlah dua gambar wayang. Jika jumlah angka yang dimiliki oleh pemasang lebih besar daripada yang dimiliki oleh bandar, maka bandar harus membayar sejumlah gambar yang dipasang oleh pemasang. Pengertian angka ini yaitu angka yang tertera pada kartu. Jika bandar memperoleh angka 9, maka secara otomatis seluruh pemasang kalah. Sebaliknya jika angka 9 diperoleh oleh pemasang, maka bandar harus membayar dua kali lipat sejumlah gambar yang dipasang oleh pemasang.
Sigug
Sigug atau gandon yaitu permainan teknik merobohkan batu di atas permukaan tanah dengan cara menggeser pecahan genteng atau batu pipih menggunakan kaki. Syarat untuk bermain sigug harus oleh 2 atau 3 orang. Semakin banyak peserta semakin ramai permainan ini. Sarana yang diperlukan yaitu halaman rumah, batu kali dan pecahan genteng atau batu yang pipih sebagai gaco. Cara bermain: Buat dua garis (A dan B) sepajang 2 m di atas permukaan tanah. Garis A digunakan untuk menaruh / memasang batu masing-masing pemain (1, 2 dan 3). Ukuran batu lebih kurang tinggi 15 cm dan garis tengah 10 cm. Biasanya ada kesepakatan untuk menentukan besar kecilnya batu yang akan digunakan. Cara bermain: Pemain x, y dan z melempar gaco ke arah batu yang terletak di garis A. siapa yang gaconya terletak jauh dari batu di garis A, merekalah yang main dahulu. Pemain dengan menggunakan telapak kaki gaco diarahkan ke batu di garis A dengan cara menggeser sebanyak tiga kali sampai batu di garis roboh atau bergeser. Menggeser dengan telapak kaki inilah yang disebut sigug. Jika dalam sigugan sebanyak 3 kali tidak mengenai sasaran, maka pemain dinyatakan kalah. Sebagai hukuman pemain yang kalah harus menggendong lawan mainnya. Lama/panjangnya menggendong sesuai kesepakatan.
Sunda Mandah
Sunda Mandah yaitu permainan keterampilan melompat dengan satu kaki di dalam kotak pada gambar tangga. Sarana yang diperlukan untuk permainan ini yaitu halaman rumah dan pecahan genteng. Cara bermain: Permainan ini dilakukan pada siang / malam hari. Jumlah pemain dua atau lebih lelaki atau perempuan. Semua gaco pemain ditaruh di petak x. pemain mengadakan undian dengan untuk menentukan urutan bermain. Pemain harus berjalan
hong ping pah atau pingsut
loncat dengan satu kaki kiri diangkat (engklek) mulai petak ke-2 menuju petak y. kemudian kembali ke petak x untuk mengambil gaco dari petak ke-2 dengan posisi kaki kiri tetap diangkat. Setelah gaco diambil, kemudian gaco dilempar ke petak 2, kemudian engklek lagi seperti awal, sampai gaco sudah melewati semua petak. Pemain dinyatakan gugur jika kaki menginjak garis atau gaconya mengenai garis. Jika ada pemain yang gugur dilanjutkan pemain lain.
Nilai edukasi dan kearifan lokal yang terkandung dalam setiap dolanan anak Di dalam permainan anak ada beberapa nilai edukasi yang sangat positif dan perlu dilestarikan.
Nila tersebut yaitu:
1. Nilai kebersamaan
Ini dapat ditemukan pada penggunaan sarana halaman rumah dan kegiatan dolanan. Fungsi halaman rumah dapat digunakan untuk melaksanakan kegiatan permainan oleh banyak anak, sehingga para pemain dapat secara nyaman beraktivitas. Jadi ketersediaan halaman rumah sangat dibutuhkan untuk terlaksanya kegiatan permainan rakyat/dolanan anak. Selain itu nilai kebersamaan dapat ditemukan pada syarat pelaksanaan permainan. Artinya untuk dapat melaksanakan dolanan anak perlu dilakukan oleh beberapa orang bersama-sama, tidak bisa dilakukan sendiri.
2. Nilai Kejujuran
Nilai ini dapat ditemukan pada semua jenis permainan selama proses pelaksanaan bermain. Artinya agar permainan dapat berjalan lancar, maka ada peraturan yang harus ditepati oleh semua pemain. Yaitu tidak boleh ada yang berbuat curang.
3. Nilai Ekonomis
Artinya untuk melaksanakan permainan rakyat tidak membutuhkan biaya karena sarana yang digunakan dapat diperoleh di lingkungan sekitar. Ini dapat ditemukan pada permaianan sigug. Karena sarana yang diperlukan batu dan pecahan genteng, ini tidak perlu membeli, tinggal mencari di lingkungan sekitar.
4. Nilai Sosial
Ini dapat ditemukan pada penggunaan halaman rumah untuk sarana pelaksanaan kegiatan permainan. Artinya untuk memanfaatkan halaman rumah tidak perlu menyewa, karena pemilik halaman rumah akan memberikan ijin untuk menggunakan tanpa meminta bayaran.
5. Nilai Kecerdasan
Ini ini dapat diperoleh dalam semua permainan. Hal ini berkaitan dengan strategi untuk menyelesaikan permainan dengan lancar atau baik sehingga memperoleh kemenangan. Untuk mencapai kemenangan, pemain harus menggunakan akal maupun pikirannya sehingga tujuannya mendapat kemenangan dapat terwujud.
KESIMPULAN
Ada 6 jenis permainan rakyat atau dolanan anak Jawa yang sering dimainkan oleh anak-anak di daerah pedesaan. Keenam dolanan tersebut yaitu:
Jago-jagoan;
Cara bermain: Peserta dibagi dua kelompok, masing-masing kelompok dipimpin oleh seorang ketua. Setiap kelompok bersembunyi di samping rumah yang dijadikan sebagai sarana permainan. Kemudian masing-masing ketua kelompok memilih salah satu anggotanya untuk dijadikan jago. Jago yang sudah ditetapkan kemudian diselimuti dengan kain, lalu dituntun dibawa ke tengah arena (halaman) untuk berkokok secara bergantian. Jika salah satunya dapat diterka, maka kelompok itu diminta untuk menggendong.
Poces;
Cara bermain: diperlukan keterampilan menembak kelereng lawan menggunakan kelereng. Strategi menembak dilakukan dengan menggerakkan kelereng menggunakan jari tangan ke arah posisi kelereng lawan yang ada di dalam garis/gambar segitiga.
Umbul;
Cara bermain: setiap peserta memilih gaco dan tidak boleh sama dengan temannya. Kemudian gaco semua pemain dilempar ke atas (diumbul). Gaco yang jatuh telentang diumbulkan lagi, sedangkan gaco yang tengkurap tidak boleh melanjutkan permainan. Terakhir bagi pemain yang gaconya telentang dia yang menang. Pemain yang kalah membayar sejumlah gambar sesuai yang disepakati.
Cemeh;
Cara bermain: Bandar mengocok gambar wayang kemudian membagi kepada pemasang sejumlah dua lembar gambar wayang. Jika jumlah angka yang dimiliki oleh pemasang lebih besar daripada yang dimiliki oleh bandar, maka bandar harus membayar sejumlah gambar yang dipasang oleh pemasang. Angka adalah yang tertera pada kartu.
Sigug;
Cara bermain dengan menggunakan telapak kaki gaco diarahkan ke batu yang ada di garis, dengan cara menggeser sebanyak tiga kali sampai batu di garis roboh atau bergeser. Jika dalam menggeser / sigugan sebanyak 3 kali tidak mengenai sasaran, maka pemain dinyatakan kalah. Sebagai hukuman pemain yang kalah harus menggendong lawan mainnya. Lama/panjangnya menggendong sesuai kesepakatan.
Sunda Mandah;
Jumlah pemain dua atau lebih lelaki atau perempuan. Pemain harus berjalan loncat dengan satu kaki kiri diangkat (engklek) mulai petak ke-2 dan seterusnya, untuk mengambil gaco dari petak-2 tersebut dengan posisi kaki kiri tetap diangkat. Setelah gaco diambil, kemudian gaco dilempar ke petak 2. Kemudian engklek lagi seperti awal, sampai gaco sudah melewati semua petak. Pemain dinyatakan gugur jika kaki menginjak garis atau gaconya mengenai garis. Jika ada pemain yang gugur dilanjutkan pemain lain.
Nilai edukasi dan kearifan lokal yang terkandung dalam setiap dolanan anak
Permainan anak mengandung nilai edukasi yang sangat positif dan perlu dilestarikan. Nilai tersebut yaitu: kebersamaan; Kejujuran; Ekonomis; Sosial dan Kecerdasan.
DAFTAR PUSTAKA Ahimsha-Putra, Heddy Sri. 1999.
Dolanan anak di Jawa dan Tantangan dalam Era Kesejagadan
dalam Prosiding Dolanan Anak Refleksi Budaya dan Wahana Tumbuh Kembang
Anak , halaman 9-18. Yogyakarta: Plan Internasiona Indonesia- LPM Sosiatri Fisipol UGM.
Jurnal Sosial Andriani, Tuti. 2012. “Dolanan anak Dalam Membentuk Karakter Anak Usia Dini”. Budaya Vol. 9 No. 1 Januari
- – Juli 2012 Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
Ariani, Iva. “Makna Filosofis dalam Dolanan anak Anak di Jawa” dalam Lafinus Newsletter edisi 2, Juli 2011. Endaswara, Suwardi. 2010. Folklor Jawa Macam, Bentuk, dan Nilainya . Penaku. Jakarta: Herawati, Enis Niken. 2105.
“Nilai-Nilai Karakter yang terkandung dalam Dolanan Anak pada Festival Dolanan Anak Se- Dalam jurnal IMAJI Vol. 13, No. 1, Februari DIY 2013”. 2015: 13 – 27 FBS Universitas Negeri Yogyakarta.
Iswinarti. 2005. Identifikasi dolanan anak Indonesia. Fakultas Psikologi Laporan hasil survey.
UMM. Malang. Krisdyatmiko, 1999.
Plan Permainan anak: Refleksi budaya dan wahana tumbuh kembang anak. International Indonesia-Yogyakarta dan LPM Sosiatri Fisipol UGM. Yogyakarta.
Nugroho, Widyo. 2012. “Nilai-Nilai Karakter dalam Dolanan anak “Gobak Sodor” untuk
Anak Sekolah dasar”. yamaro-dikdas.blogspot.com
Sedyawati, E. 1999. Permainan Anak-anak sebagai Aspek Budaya. Permainan anak:
Refleksi budaya dan wahana tumbuhkembang anak Plan International
Indonesia-Yogyakarta dan LPM Sosiatri Fisipol UGM. . Yogyakarta.
Sujarno, dkk. 2011. Pemanfaatan Permainan Tradisional Dalam Pembentukan KarakterAnak.BPNB Yogyakarta. Yogyakarta.
Sukirman, dkk.,.2004, Dolanan anak Jawa . Kepel Press. Yogyakarta.
Tribunnews.com . 6 September 2012. “Selamatkan Anak Indonesia dari Racun Games om. Diakses tanggal 10 November 2016.
Online”. Artikel.