Pengaruh Keputusan Keuangan terhadap Kin

PENGARUH KEPUTUSAN KEUANGAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN
( Studi Empiris pada Perusahaan Sektor Property, Real Estate, and Building
Construction yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2012)
Eko Sudarmakiyanto
Manajemen, ekosmax@gmail.com

Hery Prasetya
herianov@gmail.com

Pandji Anoraga

ABSTRACT

The optimal financial performance is the firm’s aim can be obtained by implementing financial
management functions, in which a financial decision affects the others, which eventually affects the
corporate value. This study aims to examine and analyze the effect of investment decisions,
financing decisions and dividend policy of each proxied by price earning ratio (PER), debt to
equity ratio (DER), and dividend payout ratio (DPR) on financial performance measured by
Economic Value Added (EVA). The samples in this study are 88 observations of 26 property, real
estate, dan building construction sector firms listed at Indonesian Stock Exchange (IDX) in 2008 –
2012 obtained by purposive sampling method. The analytical method used is multiple linear

regression. Adjusted R2 of the model for this study is 10.9%. The results reveal that financing
decisions significantly positive impact on financial performance. However, investment decisions
and dividend policy have no significant results.
Keywords : investment decisions, financing decisions, dividend policy, financial performance,
price earning ratio, debt to equity ratio, dividend payout ratio, economic value added

1. Pendahuluan
Perubahan dalam dunia bisnis yang
semakin pesat serta persaingan yang begitu
ketat menuntut perusahaan menerapkan
strategi-strategi jitu dalam rangka mencapai
tujuannya. Adanya tanggungjawab terhadap
seluruh stakeholders, menyebabkan orientasi
perusahaan bukan sekedar memaksimalkan
laba
(profit
oriented)
melainkan
memaksimalkan nilai (value oriented)
(Sartono, 2010).

Sementara, untuk mencapai tujuan
tersebut,
perusahaan
harus
dapat
menunjukkan kinerja yang baik sesuai
dengan harapan dari pemegang saham. Salah
satu indikator kinerja perusahaan adalah
kesehatan keuangan. Apabila kondisi

keuangannya baik maka diprediksikan
perusahaan tersebut akan mampu membiayai
kebutuhan akan modal dan kewajibannya
serta kesinambungan dalam memberikan
keuntungan bagi pemegang sahamnya di
masa yang akan datang (Ahmad dan Oetomo,
2007).
Kinerja keuangan sebagai penilaian
kondisi dan prestasi keuangan pada masa lalu
dan prospek untuk masa depan biasanya

diukur dengan rasio-rasio keuangan. Namun,
rasio keuangan memiliki kelemahan tidak
mencerminkan hasil yang akurat karena data
yang digunakan merupakan data akuntansi
yang dihasilkan dari nilai buku sehingga
tidak mencerminkan nilai pasar perusahaan
(Sakir, 2009)

Keterbatasan
pengukuran
kinerja
keuangan menggunakan rasio-rasio keuangan
mendorong penggunaan ukuran kinerja yang
lebih menekankan pada value (Value Based
Management/VBM). Sehingga, sekitar tahun
1990-an berkembang suatu pendekatan baru
dalam
mengukur
kinerja
keuangan

perusahaan yang diperkenalkan oleh Joel
Stern dan G. Bernett Stewart III, analis
keuangan di kantor konsultan Stern Stewart
& Co. Management Services dengan istilah
Economic Value Added (EVA). Menurut
Young dan O’Byrne (β001) EVA memiliki
keunggulan antara lain menyebabkan
perhatian
manajemen
terfokus
pada
kepentingan pemegang saham dengan
memilih investasi yang memaksimumkan
tingkat pengembalian dan meminimumkan
tingkat biaya modal, sehingga nilai
perusahaan
dapat
dimaksimumkan.
Perusahaan lebih memperhatikan kebijakan
struktur modalnya, karena EVA secara

eksplisit memperhitungkan biaya modal atas
ekuitas.
Semakin baik kinerja perusahaan akan
tercermin dari besarnya nilai EVA. Nilai
EVA yang positif berarti manajemen
perusahaan telah berhasil memaksimumkan
nilai perusahaan dan kinerja perusahaan
mengalami peningkatan. Kinerja perusahaan
yang meningkat akan sejalan dengan
peningkatan laba perusahaan. Semakin besar
laba perusahaan, dividen yang akan
dibagikan kepada pemegang saham juga
cenderung meningkat. Hal ini akan menarik
minat para investor untuk menanamkan
modal pada perusahaan yang memiliki nilai
EVA positif sehingga harga saham
perusahaan akan meningkat (Ervinta dan
Zaroni, 2013).
Kinerja perusahaan yang optimal
merupakan tujuan perusahaan yang dapat

dicapai
melalui
pelaksanaan
fungsi
manajemen keuangan, dimana satu keputusan
keuangan yang diambil akan mempengaruhi
keputusan keuangan yang lainnya dan
berdampak pada nilai perusahaan (Soejono,
2010). Manajemen keuangan menyangkut
penyelesaian atas keputusan penting yang
diambil perusahaan, antara lain keputusan
investasi,
keputusan pendanaan,
dan
kebijakan dividen. Suatu kombinasi yang
optimal
atas
ketiganya
akan
memaksimumkan nilai perusahaan yang


selanjutnya akan meningkatkan kemakmuran
kekayaan pemegang saham (Jubaedah dan
Argo, 2012).
Keputusan
investasi
merupakan
keputusan yang penting bagi perusahaan
yaitu menyangkut pengalokasian sejumlah
dana pada sejumlah aset selama periode
tertentu dengan harapan memperoleh
pengembalian di masa mendatang (expected
return). Investasi mengestimasi tingkat
pengembalian dengan resiko yang mungkin
timbul, sehingga perlu mempertimbangkan
sumber dana serta jenis investasi yang akan
dilakukan.
Untuk melakukan investasi, maka
diperlukan
sejumlah

dana,
sehingga
keputusan pendanaan menjadi bagian tak
terpisahkan dari perusahaan. Keputusan
pendanaan Keputusan pendanaan perusahaan
menyangkut keputusan tentang bentuk dan
komposisi
pendanaan
yang
akan
dipergunakan oleh perusahaan (Husnan,
1996).
Keputusan
pendanaan
mempertimbangkan penentuan sumber dana,
apakah berasal dari internal atau eksternal
perusahaan sehingga erat kaitannya dengan
struktur modal. Setiap penggunaan dana akan
memunculkan resiko berupa biaya modal
(cost of capital). Struktur modal yang

optimum memiliki proporsi hutang jangka
panjang dan modal sendiri yang seimbang
(Trade-off) dengan biaya modal rata-rata
minimal.
Keputusan
yang
juga
perlu
dipertimbangkan
perusahaan
adalah
mengenai distribusi laba bersih yaitu
kebijakan
dividen.
Kebijakan
ini
mempertimbangkan laba yang diperoleh
perusahaan akan dibagikan kepada pemegang
saham sebagai dividen atau akan ditahan
dalam bentuk laba ditahan (retained earning)

guna pembiayaan investasi di masa
mendatang.
Perusahaan sektor property, real
estate, and building construction yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia merupakan
sektor dengan tingkat pendanaan dan nilai
investasi yang tinggi. Investasi pada sektor
ini cenderung tinggi dan jangka panjang
sehingga membutuhkan dana yang besar,
sehingga disamping memiliki expected return
yang tinggi juga melekat resiko yang tinggi
pula. Hasil penelitian REI bersama
Universitas Indonesia, sektor perumahan

SUBSEKTOR PROPERTY &
REAL ESTATE

2008

2009


H1 : Keputusan investasi berpengaruh positif
terhadap kinerja keuangan
H2 : Keputusan pendanaan berpengaruh
positif terhadap kinerja keuangan
H3 : Kebijakan dividen berpengaruh positif
terhadap kinerja keuangan

356.087

226.257

157.122

119.899

ANGKA DALAM JUTAAN RUPIAH

83.560

660.769

350.625

230.431

126.458

89.813

berkontribusi
sekitar
26%-28%
bagi
pertumbuhan ekonomi Indonesia tiap
tahunnya (Laoli, 2013).
Perkembangan rata-rata laba bersih
perusahaan sektor property, real estate, and
building construction terus mengalami
peningkatan dari tahun 2008 -2012 yang
dapat dilihat pada grafik di bawah ini :

SUBSEKTOR BUILDING
CONSTRUCTION

2010

2011

2012

Gambar 1: Grafik Perkembangan Laba Bersih

Keputusan investasi perusahaan sektor
property, real estate, and building
construction yang dikonfirmasi dengan price
earning ratio (PER) menunjukkan angka
yang tinggi, apresiasi pasa berupa harga
saham rata-rata 14,30 kali dari laba bersih
perlembar sahamnya. Sementara, komposisi
struktur modalnya didominasi dana eksternal
yang ditunjukkan nilai debt to equity ratio
(DER) lebih dari 100%, dimana rata-rata
jumlah proporsi kewajibannya 1,58 kali dari
proporsi ekuitasnya. Distribusi laba bersih
kepada pemegang saham yang ditunjukkan
dividen payout ratio (DPR) juga tergolong
tinggi rata-rata membagi dividen sebesar
27% dari laba bersinya.
Adanya hubungan interdepedensi
dalam keputusan keuangan, maka studi ini
dimaksudkan memprediksi kinerja keuangan
perusahaan sektor property, real estate, and
building construction menggunakan variabel
keputusan keuangan mempertimbangkan
keputusan investasi, keputusan pendanaan,
dan kebijakan dividen yang merupakan
fungsi manajemen keuangan.
Tujuan dilakukan studi ini adalah
untuk memperoleh bukti empiris dari
permasalahan berikut 1) pengaruh keputusan
investasi terhadap kinerja keuangan, 2)
pengaruh keputusan pendanaan terhadap
kinerja keuangan, 3) pengaruh kebijakan
dividen terhadap kinerja keuangan.
Berdasarkan tujuan tersebut, maka
hipotesis yang perlu dibuktikan secara
empiris yaitu :

2. Metode Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh perusahaan pada sektor property, real
estate, dan building construction yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Sementara, sampel yang diperoleh sebanyak
88 data observasi, yaitu 26 perusahaan dari
jumlah populasi yang dipilih dengan teknik
purposive sampling.
Variabel dependen dalam penelitian ini
yaitu kinerja keuangan, sementara variabel
independen yaitu keputusan keuangan yang
terdiri dari keputusan investasi, keputusan
pendanaan, dan kebijakan dividen.
Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan merupakan keseluruhan
hasil kerja manajemen dalam mengelola
berbagai sumber daya yang dimiliki
perusahaan yang dapat dinilai atau di
kuantifikasi dengan nilai satuan uang
(Darminto, 2007). Kinerja keuangan dalam
penelitian ini diproksi melalui Economic
Value Added (EVA). EVA merupakan tolak
ukur kinerja keuangan dengan mengukur
perbedaan antara pengembalian atas modal
perusahaan dengan biaya modal (Young dan
O’Byrne,
β001).
Sementara
untuk
memperoleh nilai EVA, dalam penelitian
Dwitayanti dikutip Rosy (2009) dapat
dilakukan
dengan
beberapa
tahap
perhitungan, antara lain :
1) Menghitung NOPAT (Net Operating
Profit After Tax)
Menurut pendekatan keuangan, NOPAT
didapat dari laba bersih setelah pajak
ditambah dengan beban bunga, sehingga
rumus NOPAT :
NOPAT = EAT+Beban Bunga

(1)

Keterangan:
EAT : Earning After Tax, merupakan
pendapatan bersih perusahaan setelah
dikurangi beban pajak.

2) Menghitung Invested Capital (IC)
Invested capital adalah jumlah seluruh
pembiayaan perusahaan, terlepas dari
kewajiban jangka pendek, pasiva yang
tidak mengandung bunga (non interestbearing liabilities), seperti hutang, upah
yang akan jatuh tempo (accrued wages),
dan pajak yang akan jatuh tempo (accrued
taxes). Invested capital dapat dihitung
dengan rumus:
Invested Capital = Total Kewajiban +
Ekuitas – Kewajiban Jangka Pendek

(2)

3) Menghitung Weighted Average Cost of
Capital (WACC)
WACC adalah jumlah biaya dari masingmasing komponen modal, misalnya
pinjaman jangka pendek dan panjang
(cost of debt) serta setoran modal saham
(cost of equity) yang diberikan bobot
sesuai dengan proporsinya dalam struktur
modal perusahaan. Rumus WACC yaitu :
(3)

WACC=[ (D × rd)(1-Tax)+(E × re)]

Dimana :





















ℎ�



=
%

×

=

ℎ�

×

×

%

(4)

(5)

%

=

=

×
×

(6)
=
%

%

(7)

(8)

4) Menghitung Capital Charges
Capital Charges / Capital Cost adalah
aliran kas yang dibutuhkan untuk
mengganti para investor atas resiko usaha
dari modal yang ditanamkan. Dengan
kata lain capital charges merupakan biaya
modal yang dibebankan atas modal yang
ditanamkan di perusahaan.
Capital charges dapat diperoleh dengan
rumus :


=



×

(9)

5) Menghitung
(EVA)
�=

Economic

�� −

Value


Added
(10)

Keputusan Investasi
Keputusan investasi didefinisikan sebagai
kombinasi antara aktiva yang dimiliki (assets
in place) dan pilihan investasi dimasa yang
akan datang dengan net present value positif.
Keputusan Investasi diproksi melalui
Investment Opportunity Set (IOS). Investment
Opportunity Set
(IOS) tidak dapat
diobservasi secara langsung (laten), sehingga
dalam perhitungannya menggunakan proksi
(Hasnawati, 2005). Proksi IOS yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Price
Earning Ratio (PER). PER merupakan
indikator untuk mengukur seberapa jauh
investor bersedia membayar saham untuk
setiap rupiah pendapatan yang dihasilkan
perusahaan yang merupakan rasio antara
harga pasar per lembar saham dengan laba
per lembar saham. PER merupakan
perbandingan antara harga per lembar saham
atau closing price dengan laba perlembar
saham atau earning per share (EPS) sehingga
rumusnya sebagai berikut (Ang, 1997) :
�=








(11)

Keputusan Pendanaan
Menurut
Husnan
(1996)
keputusan
pendanaan
perusahaan
menyangkut
keputusan tentang bentuk dan komposisi
pendanaan yang akan dipergunakan oleh
perusahaan. Keputusan pendanaan dalam
penelitian ini dikonfirmasikan melalui Debt
to Equity Ratio (DER). DER menunjukkan
perbandingan antara pembiayaan dan
pendanaan melalui hutang dengan pendanaan
melalui ekuitas (Brigham dan Houston, 2009)
sehingga rumusnya :
�=





(12)

Kebijakan Dividen
Kebijakan dividen adalah keputusan tentang
seberapa banyak laba saat ini akan
dibayarkan sebagai dividen atau ditahan
untuk
diinvestasikan
kembali
dalam
perusahaan (Brigham dan Houston, 2009).
Kebijakan deviden dalam penelitian ini
dinkonfirmasikan melalui Dividend Payout
Ratio (DPR). DPR merupakan perbandingan

antara besarnya dividen yang dibagikan
kepada pemegang saham dan laba per lembar
saham atau earning per share (EPS)
perusahaan pada periode tertentu. Dividen
payout ratio (DPR) ini dapat dihitung dengan
rumus (Ang, 1997) :
�=





Data yang diperoleh dalam penelitian
ini dianalisis dengan menggunakan software
aplikasi Microsoft Office Excel 2013 dan
IBM Statistical Package for Social Science
(SPSS) 19 for Windows. Analisis yang
digunakan adalah sebagai berikut :
Analisis Deskriptif
Statistik deskriptif biasanya digunakan untuk
menggambarkan profil data sampel sebelum
memanfaatkan teknik analisis statistik yang
berfungsi untuk menguji hipotesis.
Analisis Regresi Linier Berganda
Model persamaan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :

+ 1X1+ 2X2+ 3X3+ε

3. Hasil dan Pembahasan
Analisis Deskriptif
Tabel 1. Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics

(13)

Data yang digunakan adalah data
sekunder berupa laporan keuangan tahunan
perusahaan (annual report) dan publikasi
yang diterbitkan oleh IDX (Indonesia Stock
Exchange) dari tahun 2008 – 2012.
Kemudian, data dikumpulkan dengan metode
studi pustaka dan dokumentasi.

γ=

2. Uji Kesesuaian Model (Uji Statistik F)
3. Uji Parameter Model (Uji Statistik t)

(14)

Keterangan :
= Economic Value Added (EVA)
α
= Konstanta
=
Koefisien regresi
1-4
X1
= Price Earning Ratio (PER)
X2
= Debt to Equity Ratio (DER)
X3
= Dividend Payout Ratio (DPR)
ε
= Kesalahan pengganggu
a) Uji Asumsi Klasik
Serangkaian uji agar persamaan regresi yang
terbentuk dapat memenuhi persyaratan
BLUE ini, yaitu :
1. Uji Normalitas
2. Uji Multikolonieritas
3. Uji Heteroskedastisitas
b) Uji Goodness of Fit
Secara statistik, setidaknya ini dapat diukur
dari nilai berikut :
1. Koefisien Determinasi

N

Minimum

PER

88

,6076

Maximum
46,7367

14,300439

Mean

Std. Deviation
8,2463607

DER

88

,0655

7,7454

1,579094

1,4006406

DPR

88

,0367

1,2148

,272742

,1517766

EVA

88 3784864426 461217983825 136209937928,27

120945917698,594

Valid N
(listwise)

88

sumber : data sekunder diolah, 2014

Berdasarkan tabel 1. dapat diketahui
bahwa semua variabel baik PER, DER, DPR,
maupun EVA memiliki rata-rata yang lebih
tinggi dari pada standar deviasinya, artinya
data menyebar dan nilai variabel tersebut
dalam sektor property, real estate, and
building construction dapat dikatakan tinggi.
Analisis Regresi Linier Berganda
Tabel 2. Ringkasan Regresi Linier Berganda
Variabel
Independen

Koefisien
Unstandar

1 Konstanta

Koefisien
Standar

24.332

t hitung

T Sig.

69.556

.000

PER

.013

.089

.855

.395

DER

.314

.373

3.555

.001

.384

.049

.483

.630

DPR
N
Adjusted R
Square
F hitung
F sig.

88
0,109
4,535
0,005a

t tabel
F tabel

sumber : data sekunder diolah, 2014

Satuan ukuran dalam penelitian ini
tidak sama (rasio kali dan rasio rupiah)
sehingga berdasarkan Ghozali (2011)
interpretasi persamaan regresi menggunakan
standardized beta untuk mengeliminasi
perbedaan unit ukuran. Berdasarkan tabel 2.
tersebut dapat diketahui bahwa hasil
estimasi model persamaan regresi linier
berganda adalah sebagai berikut :
LnEVA= ,

PER+ ,

DER+ ,

DPR+ε (15)

Berdasarkan
nilai
standardized
coefficients beta yang ditunjukkan pada
output SPSS, nilai beta terbesar dari 3 (tiga)
variabel independen adalah DER, artinya
DER memiliki pengaruh dominan terhadap
LnEVA.

a) Uji Asumsi Klasik
Tabel 3. Ringkasan Hasil Uji Asumsi Klasik
Variabel
Independen

Uji Multikolonieritas
(Matrik Korelasi)

DPR

PER

DER

Uji Multikolonieritas
(Tolerance dan VIF)
Tolerance

VIF

Konstanta

Uji Heteroskedastisitas
(Uji Glejser)

t

Sig.

5.822

.000

PER

1,000

-,104

-,137

.939

1.065

.119

.906

DER

-,104 1,000

,237

.931

1.074

-1.274

.206

DPR
-,137 ,237 1,000
.976
Uji Normalitas (Kolmogorov-Smirnov)
Kolmogorov-Smirnov Z
.807
Asymp. Sig. (2-tailed)
.533

1.025

-1.973

.052

sumber : data sekunder diolah, 2014

Berdasarkan uji normalitas secara
statistik pada tabel 3. besarnya nilai
Asymp.Sig (2-tailed) adalah 0,533 lebih
besar dari 0,05. Selain itu, nilai KolmogorovSmirnov (K-S) sebesar 0,807 tidak signifikan
pada 0,05 maka dapat dikatakan bahwa uji
normalitas terpenuhi.
2. Uji Multikolonieritas
Berdasarkan tabel 3. nilai tolerance >

0,1 dan VIF < 10 untuk masing-masing
variabel independen, sehingga dapat
disimpulkan tidak terjadi multikolonieritas.
3. Uji Heteroskedastisitas
Berdasarkan uji secara statistik pada
tabel 3. hasil uji glejser menujukkan bahwa
semua variabel bebas masing-masing
mempunyai nilai probabilitas signifikansi di
atas 0.05. Jadi tidak terdapat variabel
independen yang signifikan secara statistik
mempengaruhi nilai absolut residualnya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa model
regresi bebas heteroskedastisitas
b) Uji Goodness of Fit
1. Koefisien Determinasi
Berdasarkan tabel 2. nilai Adjusted R
Square sebesar 0,109 atau 10,9% artinya
variabel dependen yang diukur dengan
Economic Value Added (EVA) dapat
dijelaskan oleh variabel independen yaitu
keputusan investasi, keputusan pendanaan,
dan kebijakan dividen hanya sebesar 10,9%
sedangkan sisanya 89.1% dipengaruhi oleh
variabel lain yang tidak dimasukkan dalam
model penelitian ini.
2. Uji Kesesuaian Model (Uji Statistik F)
Berdasarkan tabel 2. dapat diketahui
bahwa nilai probabilitas (sig.) jauh lebih
kecil dibawah taraf signifikansi (0,005 F tabel (4,535>2,713),

sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel
keputusan investasi, keputusan pendanaan,
dan kebijakan dividen mempunyai pengaruh
secara simultan terhadap variabel kinerja
keuangan. Hal ini berarti variabel tersebut
layak atau sesuai dijadikan sebagai pengukur
kinerja keuangan dan dapat dilakukan
pengujian secara parsial.
3. Uji Parameter Model (Uji Statistik t)
Berdasarkan tabel 2. hasil uji statistik t
nilai probabilitas signifikansi keputusan
investasi yang diukur dengan Price Earning
Ratio (PER) lebih besar dari taraf signifikansi
yaitu 0,γ96>0,05 dengan nilai
sebesar
0,013 menujukkan nilai yang positif dan t
hitung < t tabel yaitu 0,8550,05 dengan
nilai sebesar 0,γ14 menujukkan nilai yang
positif dan t hitung > t tabel yaitu
3,555>1,989. Jadi, dapat disimpulkan
keputusan pendanaan berpengaruh positif
terhadap kinerja keuangan dan hipotesis 2
diterima.
Nilai
probabilitas
signifikansi
kebijakan dividen yang diukur dengan
Dividend Payout Ratio (DPR) lebih besar
dari taraf signifikansi yaitu 0,630>0,05
dengan nilai
sebesar 0,γ84 menujukkan
nilai yang positif dan t hitung < t tabel yaitu
0,483