TENTANG PINJAM MEMINJAM YANG ASLI

TENTANG PINJAM-MEMINJAM

OLEH
KELOMPOK

MUH.
KHAERUDDIN
3

LUCKY ARSELIA
P.

JUSNIDAR

KARINA TAMRIN
 MUTIA ANANDA ALWI

1

DAFTAR ISI
BAB 1.....................................................................................................................................2

PENDAHULUAN..................................................................................................................2
A. LATAR BELAKANG................................................................................................2
B. RUMUSAN MASALAH...........................................................................................2
BAB 2
PEMBAHASAN.....................................................................................................................2
A.
B.
C.
D.

PINJAM MEMIMJAM..............................................................................................2
SEWA MENYEWA....................................................................................................3
GADAI......................................................................................................................4
METODE PEMBELAJARAN DALAM SEKOLAH................................................5
1. MODEL PEMBELAJARAN...............................................................................5
2. METODE PEMBELAJARAN............................................................................5

BAB 3.....................................................................................................................................6
PENUTUP..............................................................................................................................6
A. KESIMPULAN..........................................................................................................6

1. DEFINISI PINJAM MEMINJAM.......................................................................6
2. DEFINISI SEWA MENYEWA............................................................................6
3. DEFINISI GADAI...............................................................................................6
4. MATERI PENGAJARAN PINJAM MEMINJAM..............................................7
SEWA MENYEWA, DAN GADAI.....................................................................7
B. SARAN......................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................7

KATA PENGANTAR
2

Alahamdulillah kami panjatkan puji syukur dengan berkat rahmat
Allah SWT, yang telah memudahkan kami dalam menyelesaikan tugas
makalah ini dengan baik. Shalawat dan salam semoga di limpahkan
kepada nabi Muhammad SAW, Rasulullah terakhir yang di utus dengan
membawa syari’ah yang mudah, penuh rahmat, dan membawa kselamatan
dalam kehidupan dunia dan akhirat
Makalah berjudul Pinjam Meminjam dalam Islam ini di susun untuk
memenuhi tugas kami. Kami telah berusaha semaksimal mungkin sesuai
sesuai dengan fitrahnya, manusia di ciptakan Allah sebagai makhluk yang

tak luput dari kesalahn dan keikhlafan, maka dalam makalah yang kami
susun inibelum mencapai tahapan kesempurnaan.
\
Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut
membantu dalam proses penyelesaian makalah ini, khususnya Ibu
HARLINANG S.Ag yang telah memberikan tugas makalah ini. Mudahmudahan makalah ini dapat memberikan manfaat untuk kita semua dalam
kehidupan sehari-hari.

MARUGE, 25 OKTOBER 2017

BAB I
PENDAHULUAN
3

A. Latar Belakang
Fiqih Muamalah merupakan segenap peraturan hukum Islam mengenai perilaku
manusia di dunia yang berkaitan dengan harta. Fiqih muamalah mencakup masalah transaksi
komersial seperti pinjam meminjam, sewa menyewa dan gadai. Jadi fiqih muamalah berarti
serangakaian aturan hukum Islam yang mengatur pola akad atau transaksi antar manusia yang
berkaitan dengan harta. Aturan yang mengikat dan mengatur para pihak yang melaksanakan

muamalah tertentu.
Sebagaimana kita ketahui bahwa pada saat ini aktivitas ekonomi sebagai salah satu
aspek terpenting dalam kehidupan manusia berkembang cukup dinamis dan begitu cepat.[1]
Namun, realitas sekarang konsep muamalah sedikit banyak telah bercampur aduk
dengan konsep yang diadopsi dari luar Islam. Tidak bisa dipungkiri ada pihak yang dalam
menjalankan tujuannya mencari keuntungan semata. Adapun dalam Gadai, sebagian orang
masih ragu terhadap hukum pemanfataan barang gadai, karena dalam hukum gadai
dikhawatirkan terdapat penyalahgunaan dalam pemanfaatan barang gadai.
Di sinilah bertapa pentingnya pembahasan tentang Pinjam-meminjam, Sewamenyewa, dan Gadai untuk diketahui umat islam. Agar nantinya pelaksanaan kegiatan
tersebut sesuai dengan syariat Islam.
Untuk itu, pemakalah akan membahas tentang pinjam meminjam, sewa menyewa dan
gadai serta pengajarannya di MTs MA.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hakekat pinjam meminjam ?
2. Bagaimana hakekat sewa menyewa ?
3. Bagaimana hakekat gadai ?
4. Bagaimana pengajarannya ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pinjam Meminjam (‘Ariyah)

1. Pengertian Pinjam Meminjam
Pinjam meminjam ialah membolehkan kepada orang lain mengambil manfaat sesuatu
yang halal untuk mengambil manfaatnya dengan tidak merusak zatnya, dan dikembalikan
setelah diambil manfaatnya dalam keadaan tetap tidak rusdak zatnya. Pinjam meminjam itu
boleh, baik dengan secara mutlak artinya tidak dibatasi dengan waktu, atau dibatasi oleh
waktu.[2]
Pinjam meminjam adalah akad berupa suatu benda halal dari seseorang kepada orang lain
tanpa ada imbalan dengan tidak mengurangi atau merusak benda itu dan dikembalikannya
setelah diambil manfaatnya.[3]
2. Dasar Hukum Pinjam Meminjam
Islam sangat menganjurkan untuk saling membantu dalam kebaikan. Diantaranya dengan
saling meminjam sesuatu yang bermanfaat dan sangat diperlukan. Ketentuan tersebut
ditegaskan dalam QS. Al-Maidah ayat 2
Artinya :
...Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran...[4]
Pinjam meminjam wajib dikembalikan kepada yang meminjamkan sesuai sabda Nabi
SAW
“Dari Abi Umama Ra. Dari Nabi SAW. Ia berkata pinjaman itu wajib dikembalikan dan
orang yang menjamin dialah yang berhutang, dan hutang itu wajib dibayar.” (HR. Turmudzi

dan Abu Dawud)[5]
3. Hukum Pinjam Meminjam
4

a. Meminjamkan sesuatu hukumnya sunnat malah tekadang menjadi wajib dan kadang-kadang
haram meminjamkannya
b. Orang yang meminjamkan sewaktu-waktu boleh meminta kembali barang yang
dipinjamkanya
c. Sesudah yang meminjam mengetahui, bahwa yang meminjamkan sudah memutuskan
akadnya, dia tidak boleh memakai barang yang dipinjamnya
d. Pinjam-meminjam sudah tidak berlaku (batal) dengan matinya atau gilanya salah seorang dari
peminjam atau yang meminjamkannya.[6]
4. Syarat Pinjam Meminjam
a. Syarat orang yang meminjam dan yang meminjamkan ialah baligh, berakal dan
melakukannya dengan kemauannya.
b. Manfaat barang yang dipinjamkan harus merupakan milik orang yang meminjamkan. Oleh
karena itu orang yang meminjam sesuatu barang tidak boleh meminjamkan barang itu kepada
orang lain.
c. Orang yang meminjam suatu barang hanya dibolehkan mengambil manfaatnya menurut apa
yang diijinkan oleh orang yang memnjamkan.

d. Mengembalikan barang pinjaman jika dibutuhkan biaya maka biayanya atas tanggungan
peminjam.
e. Pinjaman yang dibatasi waktunya setelah habis waktunya, si peminjam wajib segera
mengembalikannya. Pengambilan manfaat setelah lewat batas waktu yang ditentukan adalah
diluar ikatan pinjam meminjam. Hilang atau rusaknya barang dipinjamkan penuh atas
tanggungan yang meminjamkan.
5. Hikmah Pinjam Meminjam
Hikmahnya dapat mencukupi keperluan seseorang terhadap manfaat sesuatu barang yang
tidak ia miliki.[7]
B. Sewa Menyewa (Al-Ijarah)
1. Pengertian Sewa Menyewa
Menurut bahasa, ijarah berarti “upah” atau “ganti” atau “imbalan”. Dalam arti
luas, ijarah bermakan suatu akad yang berisi penukaran manfaat dengan suatu jalan
memberikan imbalan dalam jumlah tertentuu. Hal ini sama artinya dengan menjual manfaat
sesuatu dengan jalan memberikan imbalan dalam jumllah tertentu. Dengan istilah lain dapat
pula disebutkan bahwa ijarah adalah salah satu akad yang berisi pengambilan manfaat
sesuatu dengan jalan penggantian.[8]
Menurut pengertian hukum Islam sewa-menyewa (Ijarah) adalah suatu jenis akad untuk
mengambil manfaat dengan jalan penggantian. Sedangkan menurut Fatwa Dewan Syariah
Nasional, Ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang atau jasa

dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa/upah, tanpa diikuti dengan pemindahan
kepamilikan barang itu sendiri.[9]
2. Dasar Hukum Sewa Menyewa
Ulama bersepakat bahwa ijarah diperbolehkan. Ulama memperbolehkan ijarah
berdasarkan legitimasi dari al-Qur’an, As-Sunnah, dan ijma’. Legitimasi dari Al-Qur’an
tercantum dalam Q.S Al-Baqarah:233
Artinya:
“Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka tidak ada dosa bagimu
apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. bertakwalah kamu kepada Allah
dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.”
Sementara legalitas dari As-Sunnah, salah satunya berasal dari hadits riwayat dari
Abdullah bin Umar, yang artinya:
5

“Dari Abdullah bin Umar berkata, Rasulullah SAW bersabda: berikanlah upah orang
yang bekerja sebelum keringatnya kering.”
Selain legalitas dari Al-Qur’an dan As-Sunnah, ijarah diperbolehkan berdasarkan
kesepakatan ulama atau ijma’. Ijarah juga dilaksanakan berdasarkan Qiyas. Ijarah
diqiyasakan dengan jual beli, dimana keduanya sama-sama ada unsur jual beli, hanya saja
yang menjadi obyek jual beli adalah manfaat barang.[10]

3. Rukun dan Syarat Sewa Menyewa
Menurut golongan Syafi’iyah, Malikiah, dan Hanabilah bahwa rukun ijarah terdiri atas
muajjir (pihak yang memberikan ijarah), musta’jir (orang yang membayar ijarah), al-ma’qud
‘alaih, dan sighat.
Adapun syarat pelaksanaan ijarah menurut Golongan Syafi’iyah dan Hanabilah
menambahkan bahwa orang yang melakukan akad mestilah orang yang sudah dewasa dan
tidak cukup hanya mumayiz saja.[11] Akad ijarah dapat terlaksana bila ada keppemilikan dan
penguasaan, karena tidak sah akad ijarah terhadap barang milik atau sedang dalam
penguasaan orang lain.[12]
C. Gadai (Al-Rahn)
1. Pengertian Gadai
Menurut bahasa, gadai adalah (al-rahn) yaitu penetapan dan penahanan. Menurut istilah
syara’ adalah akad yang objeknya menahan harga terhadap sesuatu hak yang mungkin
diperoleh bayaran sempurna darinya.[13] Jaminan dalam fiqih mu’amalat diistilahkan dengan
rahn. Artinya barang sebagai jaminan untuk menguatkan kepercayaan dalam hal utangpiutang. Tujuan utama akad rahn yakni menguatkan kepercayaan. Akad ini bersifat mengikat,
baik yang berutang maupun yang mengutangi. Selanjutnya, barang yang akan dijadikan
jaminan dapat dijual kalau ternyata utang tidak jadi dibayar.[14]
2. Dasar Hukum Gadai
Sebagai referensi atau landasan hukum pinjam-meminjam dengan jaminan adalah firman
Allah dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 283:

Artinya:
“Apabila kamu dalam perjalanan dan tidak ada orang yang menulisakn utang, maka
hendaklah rungguhan yang diterima ketika itu”(Q.S. al-Baqarah :283)
Dan juga sabda Rasulullah saw
“Rasulullah SAW merungguhkan baju besi kepada seorang Yahudi di Madinah ketika
beliau mengutangkan gandum dari seorang Yahudi”.

3.
a.
b.
c.
d.
e.
4.

Dari hadits diatas dapat dipahami bahwa agama Islam tidak membeda-bedakan antara
orang muslim dengan orang non muslim dalam bidang muamalah, maka seorang muslim
tetap wajib membayar utangnya sekalipun kepada non muslim.[15]
Rukun dan Syarat Gadai
Gadai atau pinjaman dengan jaminan suatu benda memiliki beberapa rukun antara lain:

Ijab Qabul
Sayarat harat yang digadaikan ialah benda yang sah dijual
Orang yang menggdaikan dan yang menerima gadaian irtu akil baligh, dan tidak dilarang
mempergunkan hartanya dan dilakukannya dengan kemauannya,
Tidak boleh merugikan orang yang menggadai
Tidak merugikan orang yang menerima gadai[16]
Hikmah Barang yang Dirungguhkan
6

Yang memegang atau menerima rungguhan boleh mengambil manfaat barang yang
dirungguhkan dengan sekedar ganti ruginya untuk menjaga barang itu. Adapun yang punya
barang tetap berhak mengambil manfaat barang yang dirungguhkan, malahan semua
kepunyaan manfaat tetap kepunyaan dia, juga kerusakan barang atas tanggungannya ia
berhak mengambil manfaat barang yang dirungguhkan itu walaupun tidak seizing orang yang
menrima rungguhan tetapi usahanya untuk menghilangkan miliknya dari barang itu atau
mengurangi harga barang itu tidak dibolehkan kecuali dengan seizing yang menerima
rungguhan. Dalam hal ini perlu dipahami sabda Nabi:
“Rungguhan tidak menutup yang punyanya dari manfaat barang itu. Faedahnya kepunyaan
dia dan dia wajib bayar dendanya”
(Riwayat Syafi’i dan Daruquthin).[17]
D. Pengajaran Materi Pinjam Meminjam, Sewa Menyewa dan Gadai Mts-MA
1. Model Pembelajaran
Model yang digunakan dalam pembelajaran materi fiqih Pinjam-meminjam, Sewamenyewa, dan Gadai menggunakan model pembelajaran bermain peran. Model
ini, pertama, dibuat berdasarkan asumsi bahwa sangatlah mungkin menciptakan analogi
otentik kedalam situasi permasalahan kehidupan nyata. Kedua,bahwa bermain peran dapat
mendorong siswa mengekspresikan perasaannya dan bahkan melepaskan. Ketiga, bahwa
proses psikologis melibatkan sikap, nilai, dan keyakinan serta mengarahkan pada kesadaran
melalui keterlibatan spontan yang disertai analisis.
Bermain peran sebagai suatu model pembelajaran bertujuan untuk membantu siswa
menemukan makna diri (jati diri) di dunia sosial dan memecahkan masalah dengan bantuan
kelompok.
Keberhasilan model pembelajaran melalui bermain peran tergantung pada kualitas
permainan peran yang diikuti dengan analisis terhadapnya. Disamping itu tergantung pula
pada persepsi siswa tetang peran yang dimainkan terhadap situasi yang nyata.
Langkah pertama, pemanasan. Guru berupaya memperkenalkan siswa pada permasalahan
yang mereka sadari sebagai suatu hal yang bagi semua orang perlu mempelajarai dan
menguasainya. Bagian berikutnya dari proses pemanasan adalah menggambarkan
permasalahan dengan jelas disertai contoh.
Langkah kedua, memilih pemain (partisipan). Siswa dan guru membahas karakter dari
setiap pemain dan menentukan siapa yang akan memainkannya.
Langkah ketiga, menata panggung. Dalam hal ini guru mendiskusikan dengan siswa
bagaimana peran itu akan dimainkan. Yang paling sederhana adalah hanya membahas
skenario yang menggambarkan urutan permainan peran.
Langkah keempat, guru menunjuk beberapa siswa sebagai pengamat. Guru sebaiknya
memberikan tugas peran terhadap mereka agar terlibat aktif dalam permainan peran tersebut.
Langkah kelima, permainan peran dimulai. Selanjutnya guru mengevaluasi dan mengajak
siswa berbagi pengalaman tentang permainan peran yang telah dilakukan dan dilanjutkan
dengan membuat kesimpulan.[18]
2. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran yang digunakan adalah :
a. Metode Ceramah
Metode ceramah adalah cara belajar atau mengajar yang menekankan pemberitahuan satu
arah dari pengajar kepada pelajar (pelajar aktif, pelajar pasif).[19] Pada ilmu fiqih,metode ini
paling cocok dalam menyampaikan hal-hal yang bersifat uraian. Sebagai contoh pengertian
Pinjam Meminjam, Sewa Menyewa, Gadai, dan Syarat-syaratnya.
7

b. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah suatu proses belajar mengajar yang menempuh cara adanya
kegiatan tanya jawab antara guru dan siswa.[20]
c. Metode Simulasi
Simulasi berasal dari kata simulate yang artinya berpura-pura atau berbuat seakan-akan.
Metode simulasi merupakan bentuk metode praktik yang sifatnya untuk mengembangakan
ketrampilan peserta belajar (ketrampilan mental maupun fisik atau teknis).[21]

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Definisi Pinjam Meminjam
a. Pinjam meminjam adalah akad berupa suatu benda halal dari seseorang kepada orang lain
tanpa ada imbalan dengan tidak mengurangi atau merusak benda itu dan dikembalikannya
setelah diambil manfaatnya.
b. Dasar hukum Pinjam meminjam terdapat pada QS. Al-Maidah ayat 2, dan Hadis Rasulullah
SAW.
c. Hukum pinjam meminjam awalnya sunnah, tetapi bisa menjadi wajib dan kadang-kadang
bisa menjadi haram.
d. Syarat pinjam meminjam, orang yang meminjamkan, peminjam, barang yang dipinjamkan,
dan akad.
e. Hikmah pinjam meminjam, hikmahnya dapat mencukupi keperluan seseorang terhadap
manfaat sesuatu barang yang tidak ia miliki.
2. Definisi Sewa menyewa
a. Menurut pengertian hukum Islam sewa-menyewa (Ijarah) adalah suatu jenis akad untuk
mengambil manfaat dengan jalan penggantian.
b. Dasar hukum sewa menyewa terdapat dalam QS. Al-Baqarah : 233, As-sunnah, ijma’, dan
Qiyas.
c. Rukun dan Syarat sewa menyewa, muajjir (pihak yang memberikan ijarah),musta’jir (orang
yang membayar ijarah), al-ma’qud alaih, dan sighat.
3. Definisi Gadai
a. Menurut istilah syara’ adalah akad yang objeknya menahan harga terhadap sesuatu hak yang
mungkin diperoleh bayaran sempurna darinya.
b. Dasar hukum, QS Al-Baqarah : 283, dan Hadis Rasulullah SAW.
c. Rukun dan Syarat Gadai, ijab qabul, benda gadaian, orang yang menggadaikan dan
menerima gadai.
d. Hikmah Gadai adalah yang memegang atau menerima rungguhan boleh mengambil manfaat
barang yang dirungguhkan dengan sekedar ganti ruginya untuk menjaga barang itu.
4. Pengajaran Materi Pinjam Meminjam, Sewa Menyewa, Dan Gadai Mts-MA
a. Model Pembelajaran, Model yang digunakan dalam pembelajaran materi fiqih Pinjammeminjam, Sewa-menyewa, dan Gadai menggunakan model pembelajaran bermain peran.
b. Metode Pembelajaran yang digunakan adalah Metode Ceramah, Tanya Jawab, dan Simulasi.
B. Saran
8

Demikianlah makalah ini penulis sampaiakan. Semoga bermanfaat bagi para
pembacanya. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini banyak kekurangan,
untuk itu penulis mohon kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Falah. Materi Fiqih MTs-MA STAIN Kudus, Kudus, 2009
Chairuman Pasaribu, Hukum Perjanjian Dalam Islam, Sinar Grafika, Jakarta, 1994
Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran, Bumi Aksara, Gorontalo, 2007
Helmi Karim, Fiqh Muamalah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1997
Imam Musthofa, Fiqih Muamalah Kotemporer, KAUKABA, Yogjakarta, 2014
Isriani Hardini dan Dewi Puspitasari, Strategi Pembelajaran Terpadu, Familia, Yogyakarta, 2007
Khabib Bashori, Muamalat, Pustaka Insan Madani, Yogjakarta, 2007
Moh Rifa’i, Ilmu Islam Fiqih Lengkap, PT Karya Toha Putra , Semarang, 1978
Musthofa Diib Al-Bugha, Fiqih Islam Lengkap, Media Zikir, Solo, 2010
Sudarsono, Pokok-Pokok Hukum Islam, PT Rineka Cipta, Jakarta, 1993

9