ilmu kesehatan masyarakat (1). docx

MAKALAH PERANAN KESEHATAN MASYARAKAT DALAM PENCEGAHAN
PENYAKIT, KECACATAN DAN KEMATIAN
Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas Pengantar Ilmu Kesehatan Masyarakat

Disusun Oleh :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

ARIFAH NUR AINI
BURHANUDIN KEMAL FAUZIE
EVA TRI WULANDARI
LAILA ALFI DAROJAT
LENA APRIH TYASTUTI
MIFTAHUL UMAM ASEGAF
RISTIANA DEWI HAPSARI

YOSEPHINA PRIMA CANDRA DEVI

(1751700158)
(1751700156)
(1751700006)
(1751700165)
(1751700037)
(1751700157)
(1751700029)
(1751700008)

UNIVERSITAS VETERAN BANGUN NUSANTARA SUKOHARJO
PRODI KESEHATAN MASYARAKAT (Non Reguler)
2017

1

DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL........................................................................................


1

DAFTAR ISI.....................................................................................................

2

BAB I

PENDAHULUAN .........................................................................

3

A. Latar Belakang .........................................................................

3

B. Perumusan Masalah .................................................................

4


C. Tujuan ......................................................................................

4

PEMBAHASAN ............................................................................

5

BAB II

A. Faktor Risiko dan Pendekatan Intervensi Untuk Penanggulangan
Penyakit Tidak Menular .............................................................
.....................................................................................................5
1. Pengertian

...........................................................................5

2. Faktor Risiko ...........................................................................5
3. Intervensi


........................................................................... 7

B. Penyakit Menular dan Prinsip Penanggulangannya ..................... 9
1.

Pengertian .............................................................................. 9

2.

Penyebab Penyakit Menular .................................................. 10

3.

Pencegahan ........................................................................... 11

C. Kesehatan Lingkungan dan Keselamatan Kerja ........................... 12

BAB III


1.

Kesehatan Lingkungan .......................................................... 12

2.

Kesehatan kerja ...................................................................... 19

PENUTUP........................................................................................... 26
A. Kesinpulan..................................................................................... 26
B. Saran.............................................................................................. 26

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 27

2

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Masalah kesehatan merupakan masalah yang sangat penting yang di hadapi
oleh masyarakat kita saat ini. Semakin maju teknologi di bidang kedokteran,
semakin banyak juga macam penyakit yang

diderita oleh masyarakat. Hal ini

tentu saja di pengaruhi oleh faktor tingkah laku manusia itu sendiri.
Menurut American Medical Assosiation (Ikatan Dokter Amerika 1948), Ilmu
kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni memelihara, melindungi dan
meningkatkan kesehatan masyarakat melalui usaha-usaha pengorganisasian
masyarakat mencakup pula usaha-usaha masyarakat dalam pengadaan pelayanan
kesehatan pencegahan dan pemberantasan penyakit.
Bidang-bidang atau obyek-obyek kajian dari Ilmu Kesehatan Masyarakat itu
ternyata amat luas sekali, sehingga wajar bila penanganannya memerlukan
keterpaduan dari berbagai disiplin ilmu, keterpaduan biaya, keterpaduan tenaga,
keterpaduan pikiran dan lain-lainnya. Mengenai hal tersebut di atas Hanlon
menyebutkan bahwa secara garis besar Ilmu Kesehatan Masyarakat itu berkaitan
dengan 2 (dua) hal, yaitu:
1.
Permasalahan lingkungan

2.
Permasalahan pelayanan kesehatan
Permasalahan pelayanan kesehatan dalam hal ini juga mencakup masalah
kegiatan-kegiatan yang dirancang untuk mencegah penyakit, kecacatan atau
kematian dini. Peningkatan kesehatan (promotif) dan juga pencegahan penyakit
( preventif) merupakan salah satu kajian dari Ilmu Kesehatan Masyarakat dimana
kegiatan riil ini untuk mencegah terjadinya berbagai masalah kesehatan, khususnya
yang diakibatkan oleh lingkungan yang kurang sehat (penyakit berbasis
lingkungan).

B. RUMUSAN MASALAH

3

1. Bagaimana Faktor Risiko dan pendekatan intervensi untuk penanggulangan
penyakit tidak menular?
2. Bagaimana prinsip penanggulangan penyakit menular?
3. Pengertian Kesehatan Lingkungan dan Keselamatan Kerja?
C. TUJUAN
Tujuan penulisan makalah ini selain untuk memenuhi salah satu tugas kuliah dan

kelompok dalam mata kuliah pengantar ilmu kesehatan masyarakat. Dan juga kami
sebagai penulis ingin memberikan informasi kepada rekan-rekan yang lain tentang
Pencegahan penyakit, kecacatan, dan kematian.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Faktor Resiko Dan Pendekatan Intervensi Untuk Penanggulangan Penyakit
Tidak Menular
1.
Pengertian
Penyakit Tidak Menular (PTM) dikenal juga sebagai penyakit kronis, tidak
ditularkan dari orang ke orang. Perkembangan PTM umumnya lambat dan

4

membutuhkan durasi yang panjang. PTM merupakan masalah yang tengah
berkembang menjadi masalah kesehatan masyarakat. Berdasarkan profil WHO
mengenai PTM di Asia Tenggara, ada lima PTM dengan angka kesakitan dan
kematian yang tinggi, yaitu penyakit kardiovaskuler, kanker, penyakit

pernafasan kronis, diabetes mellitus, dan cedera.
PTM sering dikaitkan dengan berbagai faktor risiko seperti pencemaran
lingkungan, akibat penggunaan berbagai bahan kimia toksik yang dipadukan
dengan perilaku life style yang menyebabkan masyarakat tertentu terpajan pada
kondisi lingkungan yang “tidak alamiah”. Secara genetika, hubungan interaktif
antara manusia dengan lingkungannya dapat menimbulkan perubahan-perubahan
struktur genetik yang menyusun hidup.
2.

Faktor Risiko
PTM muncul dari kombinasi faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi
dan faktor risiko yang dapat dimodifikasi. Faktor risiko yang tidak dapat
dimodifikasi oleh individu adalah usia, jenis kelamin, dan genetika. Sedangkan
faktor yang dapat dimodifikasi adalah faktor yang dapat diubah melalui
kesadaran individu itu sendiri dan intervensi sosial. Faktor – faktor yang dapat
dimodifikasi tersebut adalah:
b. Merokok
Efek berbahaya dari merokok terhadap kematian yang disebabkan
oleh kanker, penyakit kardiovaskuler, dan penyakit pernafasan kronis
telah lama diketahui. Selain itu, paparan asap rokok pada perokok

pasif seperti ibu hamil, anak – anak, dan orang dewasa yang tidak
hamil di rumah maupun di tempat umum menyebabkan hasil kelahiran
yang merugikan, penyakit pernafasan pada masa kanak – kanak, dan
penyakit lainnya seperti yang diderita oleh perokok aktif.
c. Konsumsi Alkohol
Alkohol merupakan zat psikoaktif dengan memproduksi
substansi yang membuat ketergantungan pengkonsumsinya. Dampak
alkohol ditentukan oleh volume alkohol yang dikonsumsi, pola
minum, dan kualitas alkohol yang dikonsumsi.
Konsumsi alkohol sangat umum di seluruh dunia meskipun
membawa risiko yang merugikan bagi kesehatan dan konsekuensi
sosial terkait efek memabukkan, bersifat beracun, dan ketergantungan.

5

Alkohol merupakan faktor resiko utama untuk beban penyakit di
negara berkembang berkaitan dengan berbagai penyakit dan cedera,
termasuk kecelakaan lalu lintas, kekerasan, dan bunuh diri, selain itu
konsumsi alkohol yang berlebih tidak hanya menyebabkan risiko
cedera secara substansial, tetapi juga memperburuk penyakit

kardiovaskular dan hati.
d. Pola Makan yang Buruk
Konsumsi cukup buah dan sayur mengurangi risiko penyakit
kardiovaskular, kanker perut, dan kanker kolorektal. Konsumsi
makanan tinggi kalori seperti makanan olahan yang tinggi lemak dan
gula cenderung menyebabkan obesitas dibandingkan makanan rendah
kalori seperti buah dan sayuran.
Jumlah garam yang dikonsumsi merupakan faktor penentu
penting dari tingkat tekanan darah dan risiko kardiovaskular secara
keseluruhan. Selain itu konsumsi makanan tinggi lemak jenuh dan
trans fatty acid berkaitan juga dengan jantung.
e. Kurangnya Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik yang tidak memadai merupakan satu dari sepuluh
faktor risiko utama kematian global. Aktivitas fisik yang teratur
mengurangi risiko penyakit jantung iskemik, diabetes, dan kanker.
Selain itu aktivitas yang cukup mengurangi risiko stroke, hipertensi,
dan depresi. Aktivitas fisik merupakan penentu utama dari
pengeluaran energi dan dengan demikian penting untuk keseimbangan
energi dan kontrol berat badan.
Empat perilaku umum yang sudah disebutkan diatas (merokok, konsumsi
alkohol, pola makan yang buruk, dan kurangnya aktivitas fisik) menyebabkan
gangguan metabolik berupa peningkatan tekanan darah, kelebihan berat
badan/obesitas, tingginya kadar glukosa darah, dan peningkatan kolesterol yang
berpengaruh terhadap kejadian PTM.
3. Intervensi
Untuk mengurangi dampak dari PTM pada individu dan masyarakat
diperlukan pendekatan komperhensif dari semua sektor, termasuk kesehatan,
keuangan, pendidikan, perranian, perencanaan, dan lain-lain. Berbagai PTM

6

dapat dicegah dengan mengatasi faktor risiko yang terkait, ditargetkan dengan
kebijakan kesehatan formal dan informal dari inisiatif pemerintah.
WHO dalam mengatasi dan mengendalikan PTM mendukung negaranegara anggota untuk mengembangkan dan melaksanakan kebijakan yang
komperhensif dan terpadu. Komponen program pengendalian dan pencegahan
PTM tersebut adalah :
a. Pencegahan pengendalian penyakit kardiovaskular
Solusi untuk penyakit kardiovaskular adalah dengan diit makanan
sehat dan meningkatkan aktivitas fisik dan menghentikan merokok,
serta mengetahui kemungkinan risiko.
b. Pencegahan dan pengendalian kanker
Strategi kunci untuk pencegahan

kanker

adalah

dengan

mengontrol merokok, promosi makanan sehat dan aktivitas fisik yang
cukup, proteksi terhadap agen infeksi seperti dengan melakukan
vaksinasi, mencegah konsumsi alkohol yang berlebihan, dan
mengurangi paparan terhadap radiasi dan agen karsinogeniklain, serta
proteksi diri.
c. Pencegahan dan pengendalian penyakit pernafasan kronis
Fokus pencegahan pada penyakit pernafasan kronis adalah
pencegahan

merokok,

deteksi

berhubungan

dengan

paparan,

dini

penyakit

pengaturan

paru-paru
diit

dan

yang
nutrisi,

memperhatikan kualitas udara yang dihirup, dan memperhatikan
kualitas pernafasan pada fase awal kehidupan.
d. Kontrol diabetes mellitus
Untuk membantu mencegah diabetes mellitus tipe 2 dan
komplikasinya, dilakukan dengan cara mencapai dan mempertahankan
berat badan yang ideal, melakukan aktivitas fisik yang cukup, deteksi
dini, pengobatan, dan menghentikan merokok. Pengendalian diabetes
dilakukan dengan memberikan insulin, mengontrol tekanan darah,
merawat kaki apabila sudah terjadi komplikasi, skrining dan
pengobatan retinopati, mengontrol kadar lipid darah.
Pengetahuan tentang faktor risiko dan perilaku individu merupakan faktor
penting dalam pola pengendalian faktor risiko untuk kasus PTM. WHO
mengusulkan beberapa intervensi untuk mencegah dan mengontrol PTM dengan
cara; peningkatan pajak tembakau dan alkohol, ruang publik dan tempat kerja harus
bebas dari asap rokok, memberi informasi kesehatan dan peringatan, larangan iklan
7

rokok dan promosi ataupun sponsorship, akses terbatas untuk alkohol, melarang
iklan alkohol, mengurangi asupan garam dalam makanan, penggantian lemak jenuh
dengan lemak tak jenuh ganda, dan menyadarkan publik melalui media massa
tentang diit dan aktivitas fisik. Prinsip upaya pencegahan penyakit lebih baik dari
mengobati tetapi juga berlaku untuk PTM. Pencegahan PTM dapat dibagi menjadi
4 Tingkat yaitu:
a. Pencegahan primordial dimaksudkan untuk memberikan kondisi pada
masyarakat yang memungkinkan penyakit tidak mendapat dukungan
dasar dari kebiasaan, gaya hidup dan faktor resiko lainnya. Upaya ini
sangat komplek, tidak hanya merupakan upaya dari kesehatan tapi
multimitra.
b. Pencegahan tingkat pertama, meliputi :
1) Promosi kesmas, misal : kampanye kesadaran masyarakat,
promosi kesehatan, pendidikan kesmas.
2) Pencegahan khusus, misal : pencegahan ketrpaparan, pemberian
kemoprevntif
c. Pencegahan tingkat kedua, meliputi :
1) Diagnosis dini, misal dengan melakukan screening
Screening
atau
penyaringan
adalah
usaha

untuk

mendeteksi/mencari penderita penyakit tertentu tanpa gejala dalam
masyarakat

atau

kelompok

tertentu

melalui

suatu

test/pemeriksaan, yang secara singkat dan sederhana dapat
memisahakan mereka yang kemungkinan besar menderita, yang
selanjutnya didiagnosa dan dilanjutkan dengan pengobatan.
Screening ini sangat erat kaitannya dengan faktor resiko dari PTM
2) Pengobatan, kemoterapi atau tindakan bedah
d. Pencegahan tingkat ketiga, yaitu rehabilitasi, misal perawatan rumah
jompo, perawatan rumah sakit.
B. Penyakit Menular dan Prinsip Penanggulangannya
1. Pengertian
Penyakit Menular adalah penyakit yang disebabkan oleh agen infeksi
atau toksisnya yang berasal dari sumber penularan atau reservoir, yang
ditransmisikan kepada host yang rentan. Cara penularan penyakit adalah sebagai
berikut:
a. Masuk melalui saluran pernafasan

8

Bibit penyakit dapat masuk kedalam tubuh seseorang melalui saluran
pernafasan. Seorang penderita mengeluarkan air ludah atau getah
hidung, atau udara yang mengandung bibit penyakit. Apabila titik –
titik ludah atau getah hidung atau udara yang mengandung bibit
penyakit tersebut terhirup oleh orang lain yang kebetulan karena
tubuhnya sedang lemah maka orang tersebut akan sakit karena
tertulari penyakit tersebut.
b. Masuk melalui saluran pencernaan
Bibit penyakit dapat masuk kedalam tubuh seseorang melalui saluran
pencernaan. Bibit penyakit masuk melalui rongga mulut melalui
makanan atau minuman yang di konsumsi. Hal ini akan terjadi apabila
seseorang memakan makanan atau minuman yang tidak bersih atau
makan menggunakan peralatan yang tidak bersih atau makan terttulari
penyakit yang disebabkan oleh bibit penyakit

yang masuk tubuh

melalui rongga mulut saluran pencernaan.
c. Masuk melalui kulit
Penyakit yang dapat masuk melalui kulit mengakibatkan penyakit
pada kulit dan penyakit bukan pada kulit, penyakit pada kulit dapat
ditularkan melalui sentuhan langsung antara penderita dengan orang
lain. Dapat pula melalui hubungan tidak langsung, yaitu calon
penderita menggunakan peralatan yang telah digunakan oleh
penderita. Sedangkan Penyakit bukan penyakit kulit yang di tularkan
melalui kulit adalah penyakit yang menyerang tubuh melalui
pembuluh darah setelah kulit calon penderita di sengat atau digigit
serangga. Cara penularannya adalah serangga menyengat atau
menggigit penderita, kemudian menggigit bukan penderita maka
melalui alat senggat atau alat penggigitnya bibit penyakit akan masuk
ke tubuh calon penderita melalui kulit lalu pembuluh darah.
2. Penyebab Penyakit Menular
Berikut ini beberapa makhluk hidup penyebab penyakit (Ichsan, Yuliati,
Rejeki,1993).
a. Serangga
Selain sebagai perantara untuk penyebaran penyakit, serangga dapat
pula menyebabkan timbulnya suatu penyakit. Contoh serangga

9

sebagai perantara penyebaran penyakit adalah nyamuk, ( penyakit
malaria, demam berdarah), dan lalat ( penyakit pencernaan), selain itu
serangga juga sebagai penyebab penyakit Sarcoptes csab iei ( penyakit
kulit scabies).
b. Cacing
Berbagai macam cacing dapat menyebabkan pada manusia. Banyak di
temukan di masyarakat adalah penyakit yang penyebabnya seperti,
cacing tambang, cacing gelang, cacing kremi, cacing pita.
c. Protozoa
Protozoa merupakan salah satu jenis bibit penyakit yang dapat
menyerang manusia. Malaria merupakan salah satu contoh penyakit
yang di sebabkan oleh suatu jenis protozoa.
d. Bakteri
Banyak penyakit menular yang di sebabkan oleh bakteri. Kita tentu
sudah mengetahui tentang penyakit TBC, kolera, difteri, dan lainnya.
Penyakit tersebut di sebabkan oleh bakteri yang menginfeksi tubuh.
e. Virus
Virus merupakan salah satu mikroorganisme penyebab penyakit. Tentu
kita mengetahui tentang penyakit polio, campak, demamberdarah
hepatitis, dan juga rabies, semua penyakit-penyakit tersebut
disebabkan oleh virus.
f. Jamur
Ada beberapa jenis jamur yang menyerang kulit dan menyebabkan
seseorang menderita penyakit kulit. Penyakit yang di kenal dan
banyak diderita orang adalah panu, dan kadas (ringworm).
3.

Pencegahan
Program pencegahan penyakit menular adalah program yang mencegah
agar penyakit menular tidak terjadi penyebaran di masyarakat yang dilakukan
antara lain dengan memberikan kekebalan pada host melalui kegiatan
penyuluhan kesehatan dan immunisasi. Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2003),
pencegahan dan penanggulangan penyakit menular dapat dilakukan dengan 3
pendekatan atau cara yaitu :
a. Eliminasi Reservoir (Sumber Penyakit)
Eliminasi reservoir manusia sebagai sumber penyebaran penyakit
dapat dilakukan dengan :
1) Mengisolasi penderita (pasien) yaitu menempatkan pasien
ditempat yang khusus untuk menguragi kontak dengan orang lain.
10

2) Karantina,

adalah

membatasi

ruang

gerak

penderita

dan

menempatkannya bersama-sama penderita lain yang sejenis pada
tempat yang khusus didesain untuk itu. Biasanya dalam waktu
yang lama, misalnya karantina untuk penderita kusta.
b. Memutus Mata Rantai Penularan
Meningkatkan sanitasi lingkungan dan hygiene perorangan adalah
merupakan usaha yang penting untuk memutuskan hubungan atau
mata rantai penularan penyakit menular.
c. Melindungi Orang-Orang (Kelompok) yang Rentan
Bayi dan anak balita adalah kelompok yang rentan terhadap penyakit
menular. Kelompok usia yang rentan ini perlu lingkungan khusus
(specific protection) dengan imunisasi, baik imunisasi aktif maupun
imunisasi pasif. Obat-obat prophylacsis tertentu juga dapat mencegah
penyakit malaria, meningitis, dan disentri baksilus.
Pada anak usia muda gizi yang kurang akan menyebabkan kerentanan
pada anak tersebut. Oleh karena itu, meningkatkan gizi anak adalah
juga merupakan usaha pencegahan penyakit infeksi pada anak.
C. Kesehatan Lingkungan dan Keselamatan Kerja
1.

Kesehatan Lingkungan
Kesehatan lingkungan adalah ilmu dan seni untuk mencegah
pengganggu, menanggulangi kerusakan dan meningkatkan / memulihkan fungsi
lingkungan melalui pengelolaan unsur-unsur atau faktor-faktor lingkungan yang
berisiko terhadap kesehatan manusia dengan cara identifikasi, analisis,
intervensi/rekayasa

lingkungan,

sehingga

tersedianya

lingkungan

yang

menjamin bagi derajat kesehatan manusia secara optimal. (Tri Cahyono, 2000)
Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan
a. Perumahan
Syarat – syarat rumah yang sehat:
1) Bahan bangunan : lantai, dinding, atap genteng, kayu untuk tiang.
2) Ventilasi : menjaga aliran udara tetap segar dan menjaga
keseimbangan O2 yang diperlukan penghuni rumah.
a) Ventilasi alamiah : dimana aliran udara didalam ruangan
tersebut terjadi secara alamiah melalui jendela, pintu, lubang
angin, dan sebagainya.

11

b) Ventilasi buatan : yaitu dengan mempergunakan alat – alat
khusus untuk mengalirkan udara tersebut. Misalnya kipas
angin, dan mesin penghisap udara.
3) Cahaya : rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup,
tidak kurang dan tidak terlalu banyak. Jika cahaya kurang akan
menjadi media yang baik untuk berkembang bibit penyakit. Jika
terlalu banyak dapat merusak mata.
a) Cahaya alamiah : yakni matahari. Cahaya ini sangat penting,
karena dapat membunuh bakteri-bakteri patogen didalam
rumah, misalnya TBC. Oleh karena itu, rumah yang sehat
harus mempunyai jalan masuk cahaya ( jendela ) luas
sekurang-kurangnya 15 % sampai 20 % dari luas lantai yang
terdapat didalam ruangan rumah.
b) Cahaya buatan : yaitu menggunakan sumber cahaya yang
bukan alamiah, seperti lampu minyak, listrik, api dan lain
sebagainya.
4) Luas bangunan rumah : luas lantai bangunan rumah sehat harus
cukup untuk penghuni didalamnya, artinya luas lantai bangunan
tersebut harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya. Hal ini
harus disesuaikan dengan kadar O2 dalam bangunan rumah
tersebut. Luas bangunan yang optimum adalah 2,5 – 3 m2 untuk
tiap orang.
Fasilitas – fasilitas didalam rumah sehat :
Rumah yang sehat harus mempunyai fasilitas – fasilitas sebagai
berikut:
1) penyediaan air bersih yang cukup
2) pembuangan tinja
3) pembuangan air limbah ( air bekas )
4) pembuangan sampah
5) fasilitas dapur
6) ruang berkumpul keluarga
7) gudang
8) kandang
b. Penyediaan air bersih
Syarat air minum yang sehat :
1) Syarat fisik
: bening, tidak berasa, suhu di bawah udara di
luarnya.

12

2) Syarat bakteriologis : bebas dari segala bakteri, terutama bakteri
patogen.

Cara

untuk

mengetahui

apakah

air

minum

terkontaminasi oleh bakteri patogen adalah dengan memeriksa
sampel ( contoh ) air tersebut. Dan bila dari pemeriksaan 100 cc
air tersebut sudah memenuhi syarat kesehatan.
3) Syarat kimia :
 Flour ( 1 – 1,5 mg/l )
 Chlor ( 250 mg/l )
 Arsen ( 0,05 mg/l )
 Tembaga ( 1 mg/l )
 Besi ( 0,3 mg/l )
 Zat organik ( 10 mg/l )
 pH ( 6,5 – 9,0 mg/l )
c. Pembuangan kotoran manusia (tinja)
Persyaratan dalam membuat jamban yang sehat, sebagai berikut :
1) tidak mengotori permukaan tanah disekeliling jamban tersebut
2) tidak mengotori air permukaan disekitarnya
3) tidak mengotori air tanah disekitarnya dan tidak menimbulkan
bau
4) tidak dapat terjangkau oleh serangga terutama lalat dan kecoa
5) sederhana desain, mudah digunakan, dipelihara, dan murah
6) dapat ditterima oleh pemakainya
Hal-hal yang perlu diperhatikan agar persyaratan di atas terpenuhi,
adalah:
1) Sebaiknya jamban tertutup, terlindung dari panas dan hujan,
serangga, terlindung dari pandangan orang
2) Bangunan jamban mempunyai lantai yang kuat, tempat berpijak
yang kuat
3) Bangunan

jamban

ditempatkan

pada

lokasi

yang

tidak

mengganggu pandangan, dan tidak menimbulkan bau
4) Disediakan alat pembersih, seperti air atau kertas pembersih
d. Pembuangan sampah, sampah mempunyai prinsip sebagai berikut :
1) adanya sesuatu benda atau bahan padat
2) adanya hubungan langsung / tidak langsung dengan kegiatan
manusia. Benda atau bahan tersebut tidak dapat dipakai lagi.
Cara pengolahan sampah adalah sebagai berikut :
1) pengumpulan dan pengangkutan sampah
2) pemusnahan dan pengelolaan sampah – sampah di tanah, di bakar,
dijadikan pupuk.

13

Tujuan Kesehatan Lingkungan
a. Tujuan Umum
Kesehatan lingkungan diselenggarakan untuk mewujudkan kualitas
lingkungan sehat
b. Tujuan Khusus
1) Tercapainya keselarasan hubungan antara manusia dengan
lingkungan hidup sebagai tujuan pembangunan
2) Terkendalinya pemanfaatan sumber daya secara bijaksana
3) Terlaksananya pembangunan berwawasan lingkungan hidup untuk
kepentingan generasi sekarang dan mendatang
4) Terlindungnya Negara dari kegiatan Negara lain yang berkaitan
merusak lingkungan sehat
Dampak Lingkungan Tidak Sehat
a. Timbulnya berbagai penyakit
b. Menurunnya kualitas kesehatan masyarakat
c. Merusak estetika kota
d. Dalam jangka panjang dapat mempengaruhi arus investor ke daerah
e. Polusi adanya sampah menyebabkan meningkatnya berbagai penyakit
infeksi saluran pencernaan, kolera, tifus, disentri dan lainnya.
Pembuangan sampah ke sungai akan mengakibatkan terhambatnya
proses air tanah di musim hujan tiba, sungai yang tercemari sampah
akan menyebabkan banjir
f. Terjadinya ketidakseimbangan alam
Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan lingkungan
a. Lingkungan Sehat
Lingkungan yang memiliki potensi dan daya dukung untuk
menciptakan masyarakat yang terbebas dari segala macam penyakit,
faktor-faktor yang mempengaruhinya :
1) Faktor Fisik
Berupa biotik dan abiotik, dimana faktor tersebut sangat berperan
penting bagi masyarakat dalam memperhatikan dimana tempat
tinggal mereka akan di bangun. Jika suatu rumah dibangun di
pedesaan sudah tentu disesuaikan dengan kondisi di pedesaan itu.
Misalnya keadaan air yang bersih terhindar dari pencemaran akan
membawa dampak yang baik bagi kesehatan masyarakat di
pedesaan itu
2) Faktor Sosial

14

Berupa tingkah laku, kepandaian, adat istiadat, dimana faktor
tersebut berperan dalam hubungan masyarakat dan lingkungannya.
Misalnya masyarakat yang tinggal dikawasan yang rawan gempa,
maka rumah yang mereka bangun dikawasan tersebut harus dibuat
dengan bahan-bahan yang ringan namun kokoh. Disamping itu
masyarakat juga berupaya untuk menciptakan lingkungan yang
sehat dengan usaha-usaha tertentu. Misalnya masyarakat membuat
bak penampungan sampah.
3) Faktor Ekonomi
Berupa pekerjaan, pendapatan, kemiskinan dimana pada umumnya
apabila dilingkungan tersebut diduduki sebagian besar orang yang
tidak mampu maka secara tidak langsung mempengaruhi terhadap
kesehatan lingkungan tempat tinggalnya. Misalnya didaerahdaerah pemukiman kumuh, karena kondisi keuangan mereka tidak
memungkinkan untuk menciptakan lingkungan yang sehat baik.
b. Lingkungan Tidak Sehat
Faktor-faktor yang mempengaruhinya:
1) Faktor Fisik
Di lingkungan yang tidak sehat akan menimbulkan berbagai
macam bibit penyakit. Misalnya sumber air di suatu kawasan
tertentu yang tercemar oleh bahan-bahan kimia, maka masyarakat
yang menggunakan air tersebut untuk kehidupan sehari-hari,
mereka akan terserang penyakit dari pencemaran air tersebut.
2) Faktor Sosial
Apabila kondisi social disuatu masyarakat tidak diperhatikan maka
akan menimbulkan tatanan tempat tinggal yang tidak memenuhi
syarat lingkungan sehat dan masyarakatnya akan terserang
penyakit, misalnya seseorang yang tidak sehat dan dia ingin pergi
berobat, akan tetapi ia tidak sanggup karena jarak yang terlampau
jauh untuk mencapai tempat berobat tersebut.
3) Faktor Ekonomi
Masyarakat tidak mampu pada umumnya tidak melihat kualitas
dari

suatu

makanan

yang

mereka

konsumsi,

sehingga

mempengaruhi kesehatan mereka. Misalnya seseorang membelli
makanan dipinggir jalan yang kondisi lingkungannya tidak sehat
dan harganya yang murah.
15

Pengaruh Lingkungan Yang Tidak Sehat Terhadap Individu, Keluarga, dan
Masyarakat
a. Pengaruh terhadap individu :
Apabila lingkungan bersih berpengaruh terhadap individu
khususnya

pada

kualitas

kerja(produktivitas)individu

tersebut.

Sedangkan individu yang berada pada lingkungan yang tidak sehat
akan berada pada produktivitas kerja yang cendrung menurun.
Udara, air, makanan, sandang, papan dan seluruh kebutuhannya
diambil dari lingkungan. Akan tetapi, berpengaruh terhadap individu
baik positif maupun negatif. Makanan sedikit atau berlebihan maka
kelainan nutrisi dan minuman yang mengandung racun.
Lingkungan sehat, gizi yang cukup yang ekonomis dapat
menghindari seseorang dari penyakit.Lingkungan sebagai alat untuk
pergaulan dan tempat lahir budaya. Sarana penyesuaian diri.
b. Pengaruh terhadap keluarga :
Keluarga yang sehat biasanya berasal dari lingkungan rumah
yang sehat, maka kesehatan keluarga dapat meningkat. Rumah yang
cukup bersih dapat memberikan kenyamanan bagi penghuninya.
Rumah yang ventilasinya cukup, dapat menghindarkan keluarga dari
resiko terjadinya penyakit/gangguan saluran pernafasan.
Persentase kepemilikan rumah sehat yang cenderung meningkat
mengindikasikan bahwa telah terjadi perubahan prilaku yang bisa
memperbaiki tingkat kesehatan lingkungan. Karena bagi mayoritas
masyarakat kita, rumah adalah tidak hanya tempat istirahat melainkan
tempat berkumpul anggota keluarga, tetangga bahkan keluarga yang
jauh. Dengan demikian dalam sebuah rumah yang tidak sehat bisa
menjadi tempat saling menularnya penyakit. Menjadi indikasi negatif
terhadap upaya meningkatkan kesehatan lingkungan.
c. Pengaruh terhadap masyarakat :
Timbulnya penyakit terhadap masyarakat yang tidak sehat bahkan
epidemik. Tindakan masyarakat membuang limbah sembarangan
sehingga berakibat terhadap kesehatan dan kelangsungan hidup.
Timbulnya bencana akibat perbuatan tangan jahil masyarakat yang
tidak terkontrol. Lingkungan sehat akan membuat masyarakatnya
terhindar dari penyakit.

16

Upaya Penanggulangan Kesehatan Lingkungan
a. Upaya pengelolaan lingkungan hidup
Yang meliputi ekosistem daratan, kawasan pesisir dan ekosistem laut.
b. Upaya pengelolaan lingkungan buatan
Yang meliputi pengendalian pencemaran yang berkaitan dengan
perlindungan air, tanah, udara dan pengelolaan limbah.
c. Upaya pengelolaan lingkungan sosial
Meliputi pembangunan kualitas hidup penduduk, pembangunan
kualitas lingkungan sosial.
d. Upaya pengembangan modal sosial
Meliputi kearifan lingkungan, etika lingkungan dan pembangunan
jiwa sosial yang tinggi.
2. Kesehatan Kerja
Definisi Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja adalah aplikasi kesehatan masyarakat di dalam suatu
tempat kerja, perusahan, pabrik, kantor dan sebagainya. Dan yang menjadi
pasien dari kesehatan kerja ialah masyarakat pekerja dan masyarakat sekitar
perusahaan tersebut.
Kesehatan kerja adalah upaya penyerasian antara kapasitas kerja dan
lingkungan kerja

agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa

membahayakan dirinya sendiri maupun maupun masyarakat di sekelilingnya,
agar diperoleh produktivitas kerja yang optimal. (Menurut UU No.23 tahun
1992 pasal 23)
Kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan/kedokteran
beserta prakteknya yang bertujuan agar pekerja/masyarakat pekerja memperoleh
derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik atau mental maupun social
dengan usaha-usaha preventif dan kuratif terhadap penyakit-penyakit atau
gangguan-gangguan yang disebabkan factor-faktor pekerjaan dan lingkungan
kerja serta terhadap penyakit-penyakit umum.
Ruang Lingkup Kesehatan Kerja
Menurut Rachman. 1990, ruang lingkup kesehatan kerja sebagai berikut:
a. Kesehatan dan keselamatan kerja diterapkan di semua tempat kerja
yang didalamnya melibatkan aspek manusia sebagai tenaga kerja,
bahaya akibat kerja dan usaha yang dikerjakan.
b. Aspek perlindungan meliputi:
1) Tenaga kerja dari semua jenis dan jenjang keahlian.
2) Peralatan dan bahan yang digunakan.
3) Faktor-faktor lingkungan fisik, biologi, kimiawi, dan social.
4) Proses produksi.

17

5) Karakteristik dan sifat pekerjaan
6) Teknologi dan metodelogi kerja
c. Penerapan hyperkes dilaksanakan secara holistic sejak perencanaan
hingga perolehan hasil dari kegiatan industry barang maupun jasa.
d. Semua pihak yang terlibat dalam proses industry perusahaan ikut
bertanggung jawab atas keberhasilan usaha hyperkes
Tujuan Kesehatan Kerja
a. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja masyarakat
pekerja di semua lapangan kerja setinggi-tingginya baik fisik, mental
maupun kesejahteraan sosialnya
b. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada masyarakat pekerja
yang diakibatkan oleh keadaan/kondisi lingkungan kerjanya
c. Memberikan pekerjaan dan perlindungan bagi pekerja di dalam
pekerjaannya dari kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh faktorfaktor yang membahayakan kesehatan
d. Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan pekerjaan
yang sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis kerjanya.
Determinan Kesehatan Kerja
a. Beban kerja
Setiap pekerjaan apapun jenisnya, memerlukan kekuatan otot atau
pemikiran, yang merupakan beban bagi yang melakukan. Beban dapat
berupa fisik,beban mental, ataupun sosial. Oleh sebab itu, penempatan
seorang pekerja seharusnya sesuai dengan beban optimum yang
sanggup dilakukan kesehatan kerja berusaha mengurangi/mengatur
beban kerja para karyawan dengan cara merencanakan/mendesain
suatu alat yang dapat mengurangi beban kerja para karyawan.
b. Beban tambahan
Terkadang pekerja juga harus memiliki beban tambahan yang berupa
kondisi/lingkungan yang tidak menguntungkan bagi para

pekerja.

Disebut beban tambahan karena lingkungan tersebut menggannggu
pekerjaan dan harus di atasi oleh pekerja yang bersangkutan. Lima
faktor beban tambahan yaitu
1) Faktor fisik
: penerangan,suhu,kelembapan,kebisingan
lain-lain
2) Faktor kimia
asap,gas,debu

dan

: bahan-bahan kimia yang mengganggu seperti
dan lain-lain

18

3) Faktor biologi : binatang atau tumbuhan yang mengganggu
pandangan
4) Faktor fisiologis: peralatan kerja yang tidak sesuai dengan ukuran
tubuh pekerja
5) Faktor sosial psikologis: suasana kerja yang tidak harmonis
misalnya adanya gosip, cemburu dan lain-lain.
c. Kemampuan kerja
Kemampuan seseorang dalam melakukan pekerjaan berbeda dengan
seseorang yang lain. Perbedaan ini disebabkan karena kapasitas orang
tersebut berbeda. Kapasitas adalah kemampuan yang dibawa dari lahir
oleh seseorang yang terbatas. Kapasitas dipengaruhi oleh berbagai
faktor, antara lain gizi, genetik, dan lingkungan. Kemampuan
seseorang

dalam

bekerja

juga

dipengaruhi

oleh

pendidikan,

pengalaman, kesehatan, kebugaran, gizi, jenis kelamin, dan ukuran
tubuh.
Penanggulangan Kesehatan Kerja
a. Penaggulangan lingkungan kerja
Biasanya dilakukan dengan cara melihat dan mengenal
b. Evaluasi lingkungan kerja
merupakan tahap penilaian karakteristik dan besarnya potensi-potensi
bahaya yang mungkin timbul.sehingga bisa untuk menentukan
prioritas dalam mengatasi permasalahan
.
c. Pengendalian lingkungan kerja
Dimaksudkan untuk mengurangi atau menghilangkan resiko terhadap
zat/bahan yang berbahaya di lingkungan kerja.
Keselamatan kerja atau Occupational Safety, dalam istilah sehari hari
sering disebut dengan safety saja, secara filosofi diartikan sebagai suatu pemikiran
dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun
rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya serta hasil
budaya dan karyanya. Dari segi keilmuan diartikan sebagai suatu pengetahuan dan
penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan
penyakit akibat kerja.
Pengertian Kecelakaan Kerja (accident) adalah suatu kejadian atau
peristiwa yang tidak diinginkan yang merugikan terhadap manusia, merusak harta
benda atau kerugian terhadap proses. Pengertian Hampir Celaka, yang dalam istilah
19

safety disebut dengan insiden (incident), ada juga yang menyebutkan dengan istilah
“near-miss” atau “near-accident”, adalah suatu kejadian atau peristiwa yang tidak
diinginkan dimana dengan keadaan yang sedikit berbeda akan mengakibatkan
bahaya terhadap manusia, merusak harta benda atau kerugian terhadap proses.
Penyebab Kecelakaan Kerja :
a. Perilaku pekerja itu sendiri(faktor manusia), yang tidak memnuhi
keselamatan.
b. Kondisi-kondisi lingkungan pekerjaan yang tidak aman.
Klasifikasi Kecelakaan Kerja (ILO)
a. Menurut Jenis Pekerjaan
1) Terjatuh
2) Tertimpa
3) Tertumbuk
4) Terjepit
5) Gerakan- gerakan melebihi kemampuan
6) Pengaruh suhu tinggi
7) Terkena arus listrik
8) Kontak bahan-bahan berbahaya dan radiasi
b. Menurut Penyebab
1) Mesin
2) Alat angkut
3) Peralatan
4) Bahan-bahan, zat-zat, dan radiasi
5) Lingkungan kerja, dan lain-lain
c. Menurut Sifat Luka
1) Patah tulang
2) Diskolasi
3) Regang Otot
4) Memar/Luka dalam
5) Amputansi
6) Luka permukaan
7) Gegar dan remuk
8) Luka bakar
9) Keracunan
10) Pengaruh radiasi
d. Menurut Letak Kelainan
1) Kepala
2) Leher
3) Badan
4) Anggota atas
5) Anggota bawah
6) Banyak tempat, dan lain-lain.1
Penyakit yang ditimbulkan akibat lingkungan kerja, lingkungan kerja ini dibedakan
menjadi dua, yaitu :

20

a. Lingkungan Fisik : Pencahayaan, kebisingan, kegaduhan kondisi
bangunan.
b. Lingkungan sosial : Hubungan kerja yang tidak harmonis.
Lingkungan kerja berikut ini merupakan tambahan kerja yang dapat mengganggu
pekerjaan bahkan menimbulkan penyakit.
a. Kebisingan
1) Kerusakan pada indra pendengar sampai pada ketulian
2) Mengganggu komunikasi
3) Mengakibatkan gangguan konsentrasi kerja
b. Penerangan atau pencahayaan
1) Kelelahan mata yang akan berakibat berkurangnya daya dan
efesiensi kerja.
2) Kelemahan mental
3) Kerusakan alat penglihatan (mata)
4) Keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala di sekitar mata
5) Meningkatnya kecelakaan kerja
c. Bau-bauan
Bau-bauan merupakan jenis pencemaran udara, yang tidak hanya
mengganggu penciuman tetapi juga dari segi hygiene pada umumnya.
Pengelolaan Limbah di Lingkungan Kerja
Sampah / limbah adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan. Yang
dimaksud dengan limbah bahan berbahaya dan beracun adalah sisa suatu usaha dan
atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yang karena
sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun
tidak langsung dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup, dan atau
dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, dan kelangsungan hidup
manusia serta makhluk hidup lainnya.
Pengelolaan limbah adalah rangkaian kegiatan yang mencakup reduksi
(meminimalisasi), penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan,
pengolahan, dan penimbunan limbah bahan berbahaya dan beracun.Penanganan
limbah secara umum dapat dilakukan dengan:
a. penyimpanan dalam gudang.
Syarat umum gudang penyimpanan:
1) Gudang/ruangan penyimpanan harus memiliki sistim ventilasi yang
baik
2) Penerangan yang cukup dan stop kontak harus diluar gedung
3) Gudang harus mempunyai penangkal petir
4) Bagian luar tempat penyimpanan harus diberi tanda (simbol)

21

5) Lantai bangunan yang kedap air
6) Penyimpan harus satu jenis atau yang saling cocok
7) Antara bagian penyimpanan dibuat tanggul/dinding pemisah
8) Masing-masing memiliki bak penampung tumpahan
9) Wadah/tempat penyimpanan tidak boleh bocor
10) Lama penyimpanan paling lama 90 hari
b. Pendaur ulangan
c. Pembakaran (Insinerator)
d. Pemadatan (Solidifikasi) dan Pemantapan ikatan (Stabilisasi)
umumnya dalam penanganan limbah cair dan lumpur :
1) menjadikan kontaminan yang terkandung menjadi tidak aktif,
2) mengurangi kandungan air.
e. Penimbunan/penanaman (Landfill). Penanganan secara penimbunan
dilakukan terhadap limbah padat & residu dari proses solidifikasi, sisa
dari proses daur ulang, sisa pengolahan fisik-kimia, katalis, lumpur
(sludge) dan berbagai limbah yang tidak dapat diolah atau diproses
lagi. Konstruksi lokasi penimbunan limbah harus dibangun dengan
kedalaman beberapa meter dan dipadatkan dengan lapisan lempung
atau lapisan sintesis untuk menahan rembesan.

BAB III
PENUTUP

22

A. KESIMPULAN
Penyakit tidak menular merupakan penyakit kronis yang tidak ditularkan
dariorang ke orang. Penyakit tidak menular erat kaitannya dengan faktor linkungan,
khususnya faktor perilaku. Terdapat 4 faktor utama yang paling berpengaruh pada
penyakit tidak menular, yaitu (1) merokok ; (2) konsumsi alkohol berlebihan; (3)
pola makan yang buruk; dan (4) kurangnya aktivitas fisik. Empat faktor perilaku
tersebut berpengaruh terhadap empat faktor metabolik kunci penyakit tidak
menular, yaitu tekanan darah, kelebihan berat badan, kadar glukosatinggi, dan
kadar kolestrol yang meningkat.
Penyakit Menular adalah penyakit yang disebabkan oleh agen infeksi atau
toksisnya yang berasal dari sumber penularan atau reservoir, yang ditransmisikan
kepada host yang rentan. Pencegahan agar penyakit menular tidak terjadi
penyebaran di masyarakat yang dilakukan antara lain dengan memberikan
kekebalan pada host melalui kegiatan penyuluhan kesehatan dan immunisasi.
Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah kondisi atau keadaan yang
optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang
optimum. Kesehatan kerja merupakan pencegahan kecelakaan akibat kerja. Ciri
pokok kesehatan kerja adanya upaya preventif dan promotif, upaya preventif
berpedoman agar perusahaan tersebut dapat mencegah timbul penyakit akibat oleh
limbah atau produk perusahaan tersebut. Sedangkan upaya promotif berpedoman
dengan meningkatnya kesehatan pekerja, akan meningkatkan produktivitas kerja.
Dengan adanya kesehatan lingkungan yang baik dapat mempengaruhi kesehatan
kerja menjadi baik pula.
B. KRITIK / SARAN
Sebagai penulis kami menyadari masih banyak kekurangan dalam pembuatan
makalah ini, sebagai penulis kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca demi sempurna nya makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Gadis Dentist Berkerudung.2012.Makalah Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan
Kerja.Diakses

tanggal

26

September

2017,

http://meshcdrg.blogspot.co.id/2012/12/makalah-kesehatan-lingkungandan.html?m=1

23

Tenisia.2016.Makalah Penyakit Menular.Diakses tanggal 26 September 2017,
http://tenisiatawalujan.blogspot.co.id/2016/11/makalah-penyakitmenular.html
Ratna Wahyu.2013.Makalah Kesehatan Penyakit dan Pencegahannya.Diakses
tanggal

26

September

2017,

https://ratnawahyu36.wordpress.com/2013/12/22/makalah-kesehatanpenyakit-dan-pencegahannya/
Prasko
Tujuhbelas.2013.Pencegahan
Menular.Diakses

tanggal

dan

Penanggulangan

26

Penyakit

September

2017,

http://prasko17.blogspot.co.id/2013/03/pencegahan-dan-penanggulanganpenyakit.html
Jevuska.2010. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular (PTM) – Penyebab, Contoh &
Pencegahan.Diakses

tanggal

26

September

2017,

https://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=9&cad=rja&uact=8&ved=0ahUK
Ewjr2Orpx8TWAhUDa7wKHfc6ArMQFgheMAg&url=https%3A%2F
%2Fwww.jevuska.com%2F2010%2F06%2F20%2Fepidemiologi-penyakittidak-menular-ptm
Nida

%2F&usg=AFQjCNHnsjRxvPkqVISX75QcFM5uGxNTEw
Nabilah
Nur.2016.Faktor
Risiko
Perilaku
Penyakit

Tidak

Menular.majority.volume5.nomor2(online). Diakses tanggal 26 September
2017, jukeunila.com

24