Peran masyarakat nelayan dalam upaya pengembangan organisasi social keagamaan di Desa Eretan Wetan, Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu

(1)

KABUPATEN INDRAMAYU

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh : Dine Ayu Ertanti NIM. 1110015000063

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2015


(2)

ORGANISASI SOSIAL KEAGAMAAN DI DESA ERETAN WETAN,

KECAMATAN KANDANGHAUR, KABUPATEN INDRAMAYU

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial

Oleh

Dine Ayu Ertanti

NIM: r110015000063

Pembimbing I

alq

Annisa Windarti. M.Sc

NrP. 19820802201101 2 00s

JURUSAN PBNDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2015

Pembimbing II


(3)

Kabupaten Indramayu disusun oleh DINE AYU ERTANTI Nomor induk mahasiswa 1110015000063, diajukan kepada fakultas ilmu tarbiyah dan keguruan UIN syarif

hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam ujian munaqosah pada tanggal

24 marct20l5 dihadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar sarjana Sl (S.Pd) dalam bidang pendidikan IPS.

Jakarta 24Maret20l5

Panitia Ujian Munaqosah

Tanggal Tanda Tangan

Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Progam Studi)

Dr. Iwan Purwanto. M.Pd

NIP: 1 9730 424 20080

I

101 2

Sekretaris (Sekretaris jurusan/Prodi) Drs. H. Syaripulloh. M.Si

NIP: 19670909 200701

I 003

Penguji I

Drs. H. Syarioulloh. M.Si NIP: 19670909 200701 1 003

Penguji II

Sodikin. M.Si

-.t\. ---tt \ --"-t J \

A2-O4-2O/S

=---

€-Mengetahui:

Tarbivah dan K


(4)

Nama NIM Jurusan Alamat

Dine Ayu Ertanti

I 10015000063

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Jln KUD Misayamina blok pang-pang 1, no: 6a Eretan-Wetan, Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu.

MEI\'YATAKAN DENGAI\ SESUNGGUHNYA

Bahwa skripsi

yang

berjudul

Peran

Masyarakat Nelayan

Dalam

Upaya Pengembangan Organisasi Sosial Keagamaan Di Desa Eretan-Wetan, Kecamatan

Kandanghaur, Kabupaten Indramayuadalah benar hasil karya sendiri dibawah bimbingandosen:

Nama Pembimbing Dosen

I

: Annisa Windarti, M.Sc

NIP

:198208A2201101 2005

Nama Pembimbing Dosen

II

: Mochammad Noviadi Nugroho, M.pd

NIP :19761118 201101 1 006

Demikian surat pemyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima

segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya saya sendiri.

Jakarta 2 Februari 2015


(5)

iv

Progam Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah. 2015

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peran masyarakat nelayan dalam upaya pengembangan Pondok Zakat Al-ikhlas di Desa Eretan-Wetan, Indramayu.

Populasi penelitian ini adalah masyarakat nelayan di Desa Eretan-Wetan, kemudian peneliti juga mewawancarai pengurus Pondok Zakat, pengurus KUD Misaya Mina dan terakhir tokoh agama. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah sampel jenuh. Instrumen penelitian yang digunakan adalah wawancara. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi (pengamatan), wawancara, dokumentasi dan catatan lapangan. Pemeriksaan dan pengecekan data dalam menguji credibility dan transferability. Penelitian ini menggunakan teknik triangulasi metode, dengan menyesuaikan studi pendalaman observasi, teknik wawancara, dokumentasi dan catatan lapangan.

Hasil menunjukan bahwa terdapat peranan masyarakat nelayan dalam upaya pengembangan organisasi sosial keagamaan Pondok Zakat Al-ikhlas, peranan yang dilakukan berupa sumbangan uang dan tenaga. Namun, peranan dalam bentuk uang lebih sering dilakukan daripada peranan dalam bentuk tenaga. Meskipun peranan dalam bentuk tenaga masih terbilang rendah, namun sumbangan yang mereka berikan dalam bentuk uang kepada Pondok Zakat sangatlah besar.


(6)

v

Faculty of Tarbiyah and Teaching, State Islamic University (UIN) Syarif Hidayatullah. 2015.

The purpose of this research is to find out how are the roles of fishermen society in the effort of development of Pondok Zakat al-Ikhlas in the Eretan-Wetan

village, Indramayu.

This research is using the fishermen society in Eretan-Wetan village as a population. The researcher is also having interview with the managers of Pondok Zakat, Misaya Mina (the Organizer of KUD), and religious figures. The research is using descriptive method with qualitative approach as its research method. The researcher is using the saturated sample of the sampling technique in its research. Also. Observations, interviews, documentations, and field notes are also used to collect all necessary data. The data examination and checking are used to verify the credibility and transferability of the research. This research is using the triangulation technique method, by adjusting the depth study of observation, interview techniques, documentations and field notes.

The results indicate that there is the role of fishermen society in the development of religious social organization Pondok Zakat Al-Ikhlas, such as donations of money and personnel. However, the donation of money is more often given than the donation of personnel. Even so, their contributions are quite enormous.


(7)

vi

Puji serta syukur saya panjatkan kepada kehadirat Allah SWT dan rasululloh SAW beserta keluarganya. Saya sebagai penulis berucap syukur telah diberi nikmat iman, islam dan kesehatan dalam menyelesaikan skripsi sebagai syarat kelulusan pada semester akhir. Dalam hal ini penulis telah secara maksimal mencurahkan segala pikiran dan daya upaya dalam penyusunan skripsi ini. Penulis telah melakukan penelitian terkait dengan Peran Masyarakat Nelayan Dalam Upaya Pengembangan Sosial Keagamaan Di Desa Eretan Wetan Kecamatan Kandanghaur Kabupaten Indramayu.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik moril maupun materil, maka penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Drs. H. syaripulloh, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Anissa Windarti, M.Sc, selaku dosen pembimbing skripsi I yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan saran dalam pembuatan skripsi ini. 5. M. Noviadi Nugroho, M.Pd, selaku dosen pembimbing skripsi II yang telah

memberikan bimbingan, pengarahan dan saran dalam pembuatan skripsi ini. 6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam


(8)

vii

memberikan izin penulis untuk melakukan penelitian.

8. Ungkapan terimakasih yang teristimewa penulis haturkan kepada bapa dan ibu tercinta yang selalu memberikan kasih sayang, dukungan, materi dan doa yang tiada hentinya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dan penyusunan skripsi dengan baik.

9. Ungkapan terimakasih juga penulis haturkan kepada kaka dan adik tersayang Amaliyah Ertanti dan Muhammad Iqbal Az-zuhri yang telah memberikan semangat, nasehat serta doa terbaik dalam setiap doanya.

10.Agus Prasetyo Bayu Aji yang tak pernah letih dalam menyemangati dan memberikan doa terbaiknya, menampung segala keluh kesah penulis yang dibalasnya dengan segala dukungan, kesabaran dan kasih sayang.

11.Sahabat inanta tercinta, khususnya Rizqa Afifah, Entim Fatimah, dan Maria Ulfah terimakasih atas empat tahun yang begitu berwarna, segala canda, doa dan semangat yang diberikan telah menjadi bagian teristimewa penulis dalam menjalankan proses penyusunan skripsi ini.

12. Maya Rizky yulianti, Rima Setiawati, Usniyah dan Lita jamalia yang selalu menemani penulis dalam setiap warna-warni perkuliyahan, memberikan segenap perhatian dan semangat kepada penulis.

13.Terimakasih juga kepada Ardi Muhammad Arsyad yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan proses penyusunan skripsi dan Putri Anastasya Wulandari yang telah membantu penulis dalam menyusun revisian Abstract

14.Teman-teman seperjuangan Pendidikan IPS khususnya SOS-ANTRO yang telah berjuang bersama dalam susah dan senangnya masa-masa perkuliyahan, mengajarkan segala kasih dan rasa pertemanan sehingga penulis dapat bertahan dan melewati setiap proses dalam perkuliyahan.


(9)

viii

16.Seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, namun semua yang kalian berikan sangat berarti bagi penulis.

Atas bantuan mereka yang sangat berharga, penulis berdo’a semoga allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda sebagai amal shaleh dan ketaatan kepada-Nya, Amin.

Harapan penulis, semoga penyusunan skripsi ini akan dapat membantu mahasiswa dalam penyusunan skripsi disemester akhir dan menjadi acuan pula bagi adik-adik kelas yang hendak pula akan mengerjakan skripsi.

Wassalamualaikum wr.wb

Jakara, 24 maret 2015 Penulis


(10)

ix

LEMBAR PENGESAHAN BIMBINGAN SKRIPSI ... i

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI SIDANG ... ii

LEMBAR PERNYATAAN KARYA ILMIAH ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ...v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi ...5

C. Batasan Masalah ...5

D. Rumusan Masalah ...5

E. Tujuan Penelitian ...5

F. Manfaat Penelitian ...6

BAB II KAJIAN TEORI A. Status dan Peran ...7

1. Status ...7

2. Peran ...8

B. Pengertian Masyarakat ...11


(11)

x

G. Organisasi Keagamaan ...22

H. Pedesaan ...24

1. Desa ...24

2. Masyarakat Pedesaan ...26

3. Hakikat dan Sifat Masyarakat Pedesaan ...26

I. Pengaruh Agama Terhadap Golongan Masyarakat ...28

J. Hasil Penelitian yang Relevan ...29

K. Kerangka Berfikir ...31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ...32

1. Tempat Penelitian ...32

2. Waktu Penelitian ...32

B. Metode dan Desain Penelitian ...34

C. Populas dan Sampel ... 34

D. Prosedur Pengumpulan Data ...35

E. Instrumen Penelitian ... 36

F. Teknik Pengumpulan Data ...37

G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ...40

H. Uji Keabsahan Data ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Desa Eretan-Wetan ...45

1. Sejarah Desa Eretan-Wetan ... 45

2. Kondisi Geografis dan Keadaan Alam ... 46

3. Jumlah Penduduk ...49

4. Budaya dan Karakteristik Masyarakat Eretan-Wetan ...51

B. Sejarah Pondok Zakat Al-ikhlas ...53


(12)

xi

5. Pola Kerja dan Distribusi Pondok Zakat ...65 C. Pola Kehidupan Masyarakat Nelayan Eretan Saat ini ...66 D. Peran Masyarakat Nelayan Dalam Pengembangan Organisasi Pondok Zakat Al-ikhlas

...69 E. Pengaruh Pondok Zakat Terhadap Masyarakat Nelayan ...74 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ...79 B. Saran ...80 DAFTAR PUSTAKA ...81 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(13)

xii


(14)

xiii

Gambar 3.1 Lokasi Penelitian ... 32

Gambar 3.2 Skema Metode Triangulasi ... 44

Gambar 3.3 Skema Sumber Triangulasi ... 44


(15)

xiv

Lampiran 2 Instrumen Wawancara ... 87

Lampiran 3 Pedoman Observasi ... 89

Lampiran 4 Hasil Wawancara ... 90

Lampiran 5 Hasil Observasi ... 102

Lampiran 6 Dokumentasi ... 103 Lampiran 7 Surat Izin Penelitian

Lampiran 8 Lembar Uji Referensi Lampiran 9 Biodata Penulis


(16)

1 A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri atas 17.508 dengan keseluruhan wilayah Indonesia seluas kurang lebih 5 juta km. 62% dari wilayah Indonesia merupakan wilayah perairan dengan sumber daya alam yang begitu melimpah.1 Selain itu, ada juga yang menjelaskan bahwa Indonesia merupakan negara maritime dengan luas lautan mencapai 5,8 juta km2 yang terdiri dari perairan teritorial, perairan laut 12 mil dan perairan ZEE Indonesia. Indonesia juga memiliki 17.504 buah pulau dengan panjang garis pantai 104.000 km.2 Sumber daya di wilayah pesisir, di antaranya ikan, terumbu karang, dan rumput laut. Ikan di dalam batas teritorial diperkirakan mencapai 5,6 juta ton per tahun. Kondisi tersebut merupakan potensi strategis bagi negara yang maju dan kuat dari sektor kelautan.3

Dalam hal ini, orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam oprasi penangkapan ikan atau budidaya binatang air biasannya di sebut dengan Nelayan,4 mereka tinggal di daerah pedesaan yang berdekatan dengan pesisir pantai. Menurut Robert Redfield “pedesaan merupakan peasant society, yaitu suatu tipe masyarakat yang hidup dari pertanian, yang terikat lahir dan batin kepada tanah yang mereka duduki, tetapi juga sebaliknya merasakan diri sebagai bagian dari satu kesatuan kebudayaan atau suatu

1

Rokmin Dahuri dalam Skripsi Nuraini, Kehidupan Sosial Keagamaan Masyarakat Nelayan Mouroami di Pulau Tidung Kepulauan Seribu. Skripsi pada pasca sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, jakarta, 2007, h.1, tidak dipublikasikan

2

Keaneka ragaman hayati. http://kkp.go.id/index.php/arsip/c/9822/KEANEKARAGAMAN-HAYATI-LAUT-INDONESIA-TERBESAR-DI-DUNIA/?category_id. Di akses 12 januari pukul 06.15

3

Rokmin Dahuri dalam Skripsi Nuraini, loc. cit.

4

Syamsir Salam dan Amir Fadhilah, Sosiologi Pedesaan, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 35


(17)

tradisi yang lebih besar”.5 Penduduknya menganggap kehidupan masyarakatnya sendiri hanya bagian bawah dari tradisi yang lebih luas, sedangkan bagian lainnya mereka anggap sebagai suatu masyarakat yang lebih maju yaitu masyarakat kota. Sementara menurut firth “seorang penduduk desa apakah ia petani, nelayan, pengrajin ataupun merangkap ketiga-tigannya akan di sebut peasan”.6

Warga pedesaan biasannya mempunyai hubungan yang erat dan lebih mendalam ketimbang hubungan mereka dengan masyarakat pedesaan lainnya. Sistem kehidupan biasanya berkelompok atas dasar sistem kekeluargaan.7 Ciri-ciri yang menonjol dari masyarakat pedesaan adalah:8

1. Warga memiliki hubungan yang lebih erat

2. Sistem kehidupan biasanya berkelompok atas dasar kekeluargaan 3. Golongan orang tua memegang peranan penting

4. Dari sudut pemerintahan, hubungan antara penguasa dan rakyat bersifat informal

5. Perhatian masyarakat lebih pada keperluan utama kehidupan 6. Kehidupan keagamaan lebih kental

Desa Eretan Wetan adalah salah satu Desa yang terletak di wilayah pesisir pantura, pada zaman dahulu Desa ini bernama Wanakerta yang berarti alas atau hutan yang ramai. Tidak dapat dilacak kapan persisnya perubahan dari nama Wanakerta ini menjadi Eretan. Nama eretan sendiri berasal dari kata eret, aktifitas menarik rakit atau getek dengan tambang yang saat itu merupakan media transportasi satu satunya yang menghubungkan dua desa. Letak eretan secara geografis dari arah utara berbatasan langsung dengan laut

5

Ibid., h. 3

6

Ibid., h. 4

7

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), h. 136

8


(18)

jawa dan berbentuk memanjang sepanjang bibir pantai,9 oleh karenanya secara alamiah mayoritas penduduk eretan terdorong menjadi masyarakat nelayan dan menggantungkan hidupnya dari hasil laut, baik sebagai nelayan tangkap, pengusaha/bakul ikan, buruh pengelola atau jasa lainnya.

Nelayan pada umumnya tidak pernah mempunyai gambaran yang pasti mengenai pendapatan yang akan diperolehnya. Suatu saat pendapatannya besar, tetapi di waktu lainnya bisa tidak ada hasil. Dengan demikian sumber pendapatan nelayan serba tidak pasti, dan penuh resiko. Karena kerasnya kehidupan, mereka berjuang di tengah laut mencari nafkah untuk keluarganya. Akan tetapi mereka terkadang lalai dengan kewajibannya sebagai manusia, yaitu beribadah kepada Allah.10 Desa Eretan-wetan ini walaupun penduduknya sebagian besar adalah nelayan tetapi desa ini pada umumnya berbeda dengan desa-desa nelayan lainnya. Hal ini dapat dilihat dari adannya beberapa lembaga sosial agama yang berdiri di Desa Eretan-wetan, diantaranya adalah POKJA PSA, yaitu kelompok kerja yang bergerak di bidang sosial agama di bawah naungan KUD Misaya Mina Eretan, yang menyisihkan dana dari nelayan dan bakul untuk keperluan sosial agama di desa eretan. Kedua, pondok zakat Al-ikhlas adalah lembaga sosial keagamaan niribala yang bernaung di bawah yayasan Al-Ikhlas Eretan Wetan. Dan yang ketiga adalah pondok Bina Yatama Al-ikhlas, yaitu pondok yang menaungi anak-anak yatim yang ada di desa Eretan Wetan.

Pada dasarnya pelayanan yang di berikan pondok zakat al-khlas eretan-wetan bersifat kemanusiaan, yang di latar belakangi oleh nilai-nilai keagamaan bagi setiap umat islam yang beriman untuk saling menolong terhadap sesama bagi mereka yang membutuhkan. Hal ini juga tercantum dalam firman Allah SWT dalam surat Al Maidah ayat 2 :

9

Tim penyusun, Telaah Historis Pondok zakat Al-Ikhlas Eretan. (Eretan: Al-ikhlas Press, 2009), h. 1

10


(19)

yang artinya :

“Dan saling tolong menolonglah dalam kebaikan dan ketaqwaan dan jangan

saling tolong menolong dalam dosa dan permusuhan (Al Maidah :2)”

Kondisi pondok zakat sekarang ini pun masih berjalan dengan baik, bahkan seiring dengan perkembangan waktu pondok zakat Eretan ini semakin lebih baik. Kemajuan pondok zakat Eretan ini pastinnya tidak luput dari peran masyarakat setempat yang turut dalam membangun pondok zakat ini. Pada umumnya walaupun sebagian besar masyarakat Eretan berprofesi sebagai nelayan tetapi mereka masih memegang erat rasa solidaritas dan nilai-nilai keagamaan, sehingga dasar inilah yang membuat pondok zakat Eretan masih berjalan sampai sekarang ini. Selain peran masyarakat, peran pengelola Pondok zakat pun dinilai penting dalam kemajuan pondok zakat itu sendiri, karena mereka terus memberikan pelayanan-pelayanan terhadap masyarakat Eretan yang kurang mampu dengan baik, yang akhirnya masih terus di percaya oleh masyarakat setempat.

Melihat kondisi yang telah dipaparkan diatas, peneliti akan memperdalam pengetahuan tentang hubungan masyarakat nelayan dengan organisasi keagamaan di Desa Eretan-Wetan, maka penulis tertarik untuk membahasnya dalam sebuah karya ilmiah dengan bentuk sebuah skripsi yang berjudul, “Peran Masyarakat Nelayan Dalam Upaya Pengembangan Organisasi Sosial Keagamaan di Desa Eretan-Wetan Kecamatan


(20)

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah di atas, maka identifikasi masalah pada penelitian masyarakat nelayan ini adalah :

1. Masih rendahnya kegiatan agama pada masyarakat nelayan di eretan wetan dikarenakan beberapa sebab yang mempengaruhinya.

2. Kurangnya sifat sosial dikalangan masyarakat nelayan eretan terhadap lingkungan sekitar di karenakan kegiatan rutinitas yang dilakukan oleh para nelayan.

3. Kurangnya peran masyarakat nelayan terhadap lembaga keagamaan di Desa Eretan Wetan.

C.

Batasan Masalah

Dari identifikasi masalah di atas, peneliti akan membatasi masalah sosial keagamaan pada satu lembaga keagamaan saja yaitu pada organisasi pondok zakat yang berada di bawah naungan Yayasan Al-Ikhlas.

D. Rumusan masalah

Dari batasan masalah di atas, maka penulis memfokuskan penelitiannya terhadap peran masyarakat nelayan pada pengembangan lembaga Pondok zakat. Dengan demikian, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana Peran Masyarakat Nelayan Dalam Upaya Pengembangan Sosial Keagamaan Pada Organisasi Pondok Zakat Al-Ikhlas”

E. Tujuan Penelitian

Penulisan Skripsi ini bertujuan untuk memberikan gambaran kepada masyarakat Desa Eretan dan masyarakat umum mengenai peran masyarakat nelayan dalam mengembangkan organisasi sosial Pondok zakat Al-ikhlas.


(21)

F. Manfaat Penelitian

Penelitian tentang peran masyarakat nelayan dalam upaya pengembangan sosial keagamaan pada organisasi Pondok zakat Al-ikhlas ini diharapkan memiliki manfaat, yaitu:

1. Manfaat Teoritis

a. Menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan tentang kehidupan masyarakat nelayan di desa Eretan-wetan khususnya tentang peran dalam pengembangan sosial keagamaan

b. Dapat dijadikan bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya 2. Manfaat Praktis

a. Manfaat bagi penulis

Karya tulis ilmiah ini akan menjadi rujukan bagi penulis untuk mengetahui segala hal yang berhubungan dengan masyarakat nelayan. b. Manfaat bagi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Sebagai referensi tambahan tentang perang masyarakat nelayan terhadap pengembangan sosial keagamaan sehingga nantinya bisa dijadikan sebagai rujukan untuk diadakannya penelitian yang lebih mendalam tentang hal ini.

c. Manfaat bagi masyarakat

Memberikan gambaran mengenai peran masyarakat nelayan dalam upaya pengembangan organisasi sosial keagamaan di Desa Eretan Wetan.


(22)

7 A. Status dan Peran

1. Status

Kedudukan dapat diartikan sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial. Menurut Soerjono Soekanto “kedudukan sosial artinya adalah tempat seseorang secara umum dalam masyarakatnya sehubungan dengan orang-orang lain, dalam arti lingkungan pergaulannya, prestisenya, dan hak-hak serta kewajiban-kewajibannya”. 11 selain itu Wikipedia menjelaskan bahwa “status sosial adalah tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial, sehubungan dengan kelompok-kelompok lain di dalam kelompok-kelompok yang lebih besar lagi”.12

Secara abstrak, kedudukan berarti tempat seseorang dalam suatu pola tertentu. Dengan demikian, seseorang dikatakan mempunyai beberapa kedudukan dikarenakan seseorang biasannya ikut serta dalam berbagai pola kehidupan. Pengertian tersebut menunjukan tempatnya sehubungan dengan kerangka masyarakat secara menyeluruh.13 Contoh: kedudukan fulan sebagai warga masyarakat merupakan kombinasi dari kedudukannya sebagai karyawan, pengusaha, ketua rukun tetangga, suami nyonya fulanah, ayah dari anak-anak, dan seterusnya.

Hubungan antara individu dengan Kedudukan dapat diibaratkan sebagai hubungan pengemudi motor dengan tempat atau kedudukan si pengemudi dengan mesin motor tersebut. Tempat mengemudi dengan segala alat untuk menjalankan serta mengendalikan motor. Pengemudinya

11

Soekanto, op. cit., h. 210

12

Status social, http://id.wikipedia.org/wiki/Status_sosial. Diakses pada 12 januari 2014 pukul 10.55


(23)

dapat diganti degan orang lain, yang mungkin akan dapat menjalankannya secara lebih baik, atau bahkan secara leih buruk.

Menurut Ralph Linton, dalam kehidupan masyarakat terdapat tiga macam status, yaitu ascribed status, achieved status, dan assigned status. a. Ascribed status merupakan status seseorang yang dicapai degan

sendirinya tanpa memerhatikan perbedaan rohaniah dan kemampuan. Status tersebut bisa diperoleh sejak lahir.contohnya, anak dari keluarga bangsawan dengan sendirinya memperoleh status bangsawannya. b. Achieved status merupaka status yang diperoleh seorang individu

melalui usaha-usaha yang disengaja. Status ini tidak diperoleh atas dasar keturunan, akan tetapi tergantung pada kemampuan individu dalam mencapai tujuannya. Jenis status ini bersifat terbuka bagi siapa saja. Contohnya setiap orang bisa menjadi hakim asalkan memenuhi persyaratan tertentu, seperti lulusan fakultas hukum, memiliki pengalaman kerja dalam bidang hukum, dan lulus ujian sebagai hakim. c. Assigned status merupakan status yang diperoleh dari pemberian pihak lain. Assigned status berkaitan erat dengan achieved status. Artinya, suatu kelompok atau golongan memberikan status yang lebih tinggi kepada seseorang yang berjasa. Status ini diberikan karena orang tersebut telah memperjuangkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan masyarakat. Contoh assigned status adalah gelar pahlawan revolusi, siswa teladan, dan peraih kalpataru.14

2. Peran

Peranan merupakan aspek dinamis kedudukan. Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya, dia menjalankan suatu peranan. Keduanya tak dapat dipisah-pisahkan karena yang satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya. Tak ada peranan tanpa kedudukan atau kedudukan tanpa peranan.15 Contoh, status kepala sekolah SMA XII, dengan status tersebut, seseorang diharapkan berperan memimpin sekolahnya. Peran ini tidak akan melekat pada seseorang jika ia tidak memiliki status kepala sekolah SMA XII. Demikian sebaliknya, dengan status kepala sekolah SMA XII, seseorang memiliki peran untuk

14

Kun Maryati dan Juju Suryawati, Sosiologi Untuk SMA/MA Kelas X. (Jakarta: esis, 2012), h. 66

15


(24)

memimpin sekolah tersebut. Setiap orang mempunyai macam-macam peranan yang berasal dari pola-pola pergaulan hidupnya. Hal itu sekaligus berarti bahwa peranan menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatan-kesempatan apa yang diberikan oleh masyarakat kepadanya. Pentingnya peranan adalah karena ia mengatur perilaku seseorang. Peranan menyebabkan seseorang pada batas-batas tertentu dapat meramalkan perbuatan-perbuatan orang lain. Orang yang bersangkutan akan dapat menyesuaikan perilaku sendiri dengan perilaku orang-orang sekelompoknya. Peranan diatur oleh norma-norma yang berlaku. Misalnya, norma kesopanan menghendaki agar seorang laki-laki bila berjalan dengan seorang wanita, harus di sebelah luar.

Gambar 2.1. Contoh Kompleksitas Status dan Peran Individu Dalam Masyarakat Sumber: Kun Maryati dan Juju Suryawati Sosiologi untuk SMA/MA Kelas X


(25)

Dari bagan tersebut terlihan bahwa sebagai anggota keluarga, kelompok, masyarakat, dan Negara, seorang individu selalu dihadapkan dengan berbgai hubungan. Hubungan-hubungan ini melahirkan hak dan kewajiban tertentu bagi individu tersebut.16

Peranan yang melekat pada diri seseorang harus dibedakan dengan posisi dalam pergaulan kemasyarakatan. Posisi seseorang dalam masyarakat merupakan unsur statis yang menunjukan tempat individu pada organisasi masyarakat. Peranan lebih banyak menunjuk pada fungsi, penyesuaian diri, dan sebagai suatu proses. Jadi, seseorang menduduki suatu posisi dalam masyarakat serta menjalankan suatu peranan. Peranan mungkin mencakup tiga hal, yaitu sebagai berikut.

a. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.

b. Peranan merupakan suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

c. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.

Perlu pula disinggung perihal fasilitas-fasilitas bagi peranan individu (role-facilitis). Masyarakat biasannya memberikan fasilitas-fasilitas pada individu untuk menjalankan peranan. Lembaga-lembaga kemasyarakatan merupakan bagian masyarakat yang banyak menyediakan peluang-peluang untuk pelaksanaan peranan. Setiap peranan bertujuan agar antara individu yang melaksanakan peranan tadi dengan orang-orang disekitarnya yang tersangkut, atau ada hubungannya dengan peranan

16


(26)

tersebut, terdapat hubungan yang diatur oleh nilai-nilai sosial yang diterima dan ditaati kedua belah pihak.17

B. Pengertian Masyarakat

Dalam bahasa inggris di pakai society yang berasal dari kata latin

socius, berarti “kawan”. Istilah masyarakat sendiri berasal dari akar kata Arab syaraka yang berarti “ikut serta, berpartisipasi”.18

Drs. JBAF Mayor Polak menyebut “masyarakat adalah wadah segenap antar hubungan social terdiri atas banyak sekali kolektiva-kolektiva serta kelompok dan tiap-tiap kelompok terdiri atas kelompok-kelompok lebih baik atau sub kelompok”.19 Kemudian pendapat dari Prof. M.M. Djojodiguno tentang “masyarakat adalah suatu kebulatan daripada segala perkembangan dalam hidup bersama antara manusia dengan manusia”.20

Dari kedua penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa masyarakat adalah hubungan antara individu satu dengan individu yang lain yang terdiri atas kelompok-kelompok dan hidup bersama.

Jelasnya masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang telah memiliki tatanan kehidupan, norma-norma, adat istiadat yang sama-sama ditaati dalam lingkungannya. Tatanan kehidupan, norma-norma yang mereka miliki itulah yang menjadi dasar kehidupan sosial dalam lingkungan mereka, sehingga dapat membentuk suatu kelompok manusia yang memiliki ciri-ciri kehidupan yang khas. Dalam lingkungan itu, antara orang tua dan anak, antara ibu dan ayah, antara kake dan cucu, antara sesama kaum laki-laki atau sesama kaum wanita, atau antara kaum laki-laki dan kaum wanita, larut dalam suatu kehidupan yang teratur dan terpadu dalam suatu kelompok manusia, yang disebut masayrakat.21

Selain itu juga ada yang mejelaskan bahwa masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling “bergaul” atau dengan istilah ilmiah, saling

17

Ibid., h.212-214

18

Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (jakarta: Rineka Cipta, 2009), h.115 19 Ahmadi, abu,

Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003),h.96

20

Ibid., h.96

21


(27)

“berinteraksi”. Suatu kesatuan manusia dapat mempunyai peranan agar warganya dapat saling berinteraksi. Negara modern misalnya, merupakan kesatuan manusia dengan berbagai macam prasarana, yang memungkinkan para warganya untuk berinteraksi secara intensif, dan dengan frekuensi yang tinggi. Adanya prasarana untuk berinteraksi menyebabkan warga dari suatu kelompok manusia itu saling berinteraksi. Sebaliknya, bila hanya adannya suatu potensi untuk berinteraksi saja belum berarti bahwa warga dari suatu kesatuan manusia itu benar-benar akan berinteraksi. Suatu suku bangsa, misalnya saja suku bangsa bali, mempunyai potensi untuk berinteraksi, yaitu bahasa bali. Namun adannya potensi itu saja tidak akan menyebabkan bahwa semua orang bali tanpa alasan mengembangkan aktivitas yang menyebabkan suatu interaksi secara intensif di antara semua orang bali tadi.

Hendaknya diperhatikan bahwa tidak semua kesatuan manusia yang bergaul atau berinteraksi itu merupakan masyarakat, karena suatu masyarakat harus mempunyai suatu ikatan lain yang khusus. Sekumpulan orang yang mengerumuni seorang tukang tukang penjual jamu di pinggir jalan tidak dapat di katakan sebagai suatu masyarakat. Meskipun kadang-kadang mereka juga berinteraksi secara terbatas, mereka tidak mempunnyai satu ikatan lain kecuali ikatan berupa perhatian terhadap penjual jamu tadi. Demikian juga sekumpulan manusia yang menonton suatu pertandingan sepak bola, dan sebenarnya semua kupulan manusia penonton apapun juga, tidak di sebut masyarakat. Sebaliknya, untuk sekumpulan manusia itu kita pakai istilah kerumunan.

Ikatan yang membuat suatu kesatuan manusia menjadi suatu masyarakat adalah pola tingkah laku yang khas mengenai semua faktor kehidupannya dalam batas kesatuan itu. Lagipula, pola itu harus bersifat mantap dan kontinu; dengan perkataan lain, pola khusus itu harus sudah menjadi adat istiadat yang khas.


(28)

Selain ikatan adat-istiadat khas yang meliputi sektor kehidupan dan kontinuitas waktu, warga suatu masyarakat harus juga mempunyai ciri lain, yaitu suatu rasa identitas bahwa mereka memang merupakan suatu kesatuan khusus yang berbeda dari kesatuan-kesatuan manusia lainnya.

Dari uraian di atas, maka definisi masyarakat secara khusus dapat dirumuskan sebagai berikut: masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat-istiadat tertentu yang bersifat kontinu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama.

Definisi itu menyerupai suatu definisi yang diajukan oleh J.L Gillin dan J.P. Giliin dalam buku mereka cultural sociology, yang merumuskan bahwa masyarakat atau society adalah “…the largest grouping in which

common customs, tradition, attitudes and feelings of unity are operative”.

Unsur grouping dalam definisi di atas menyerupai unsur “kesatuan hidup”

dalam definisi kita, unsur common customs dan traditions adalah unsur “adat -istiadat” dan “kontinuitas” dalam definisi kita, serta unsur common attitudes and feelings of unitysama dengan unsur “identitas bersama”.22

Pengertian masyarakat (society) jelas berbeda dengan pengertian masyarakat setempat (community) atau komunitas. Pengertian masyarakat

(society) sifatnya lebih umum dan luas, sedangkan pengertian masyarakat setempat (community) lebih terbatas dan juga dibatasi oleh areal kawasannya, serta jumlah warganya. Namun ditinjau dari aktivitas hubungannya, lebih erat pada masyarakat setempat (community) daripada masyarakat (society), dan persatuannya juga lebih erat.

Menurut Soerjono Soekanto, Istilah community dapat diterjemahkan sebagai “masyarakat setempat”, istilah mana menunjuk pada warga-warga sebuah desa, sebuah kota, suku atau suatu bangsa.

Apabila anggota-anggota suatu kelompok, baik kelompok itu besar atau kecil, hidup bersama sedemikian rupa sehingga mereka merasakan bahwa kelompok tersebut dapat memenuhi kepentingan-kepentingan hidup yang

22


(29)

utama, maka kelompok tadi dapat disebut masyarakat setempat. Intinya mereka menjalin hubungan sosial.

Dengan mengambil pokok-pokok uraian di atas, dapat dikatakan bahwa masyarakat setempat menunjuk pada bagian masyarakat yang bertempat tinggal di suatu wilayah dengan batas-batas tertentu di mana faktor utama yang menjadi dasarnya adalah interaksi yang lebih besar di antara anggota-anggotanya, dibandingkan interaksi dengan penduduk di luar batas wilayahnya. Setiap community sentiment memiliki unsur:

1. Seperasaan 2. Sepenanggungan 3. Saling memerlukan

Unsur seperasaan muncul karena anggota komunitas memosisikan dirinya sebagai bagian dari kelompok lain yang lebih besar. Mereka menganggap dirinya sebagai “kami” ketimbang dengan “saya”. Umpamanya “tujuan kami”, “kelompok kami” atau “perasaan kami”.

Unsur sepenanggungan muncul karena setiap anggota masyarakat setempat sadar akan peranannya dalam kelompok. Setiap anggota menjalankan peranannya sesuai dengan posisi kedudukannya masing-masing.

Unsur saling memerlukan muncul karena setiap anggota dari komunitas tidak bisa memenuhi kebutuhannya tanpa bantuan anggota lainnya. Ada saling ketergantungan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan psikologisnya.23

C. Masyarakat Nelayan (fishing communities)

Terdapat beberapa pengertian nelayan diantarannya adalah:

1. Menurut Ensiklopedia Indonesia yang di terbitkan oleh Ichtiar-Hoeve, di jakarta tahun 1989. Pengertian nelayan ialah: “orang yang secara aktif

23

Elly M. Setiadi, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2007, hal 83-86


(30)

melakukan kegiatan menangkap ikan, baik secara langsung (seperti para penebar dan penarik jarring), maupun tidak langsung (seperti juru mudi perahu layar, nakoda kapal ikan bermotor, ahli mesin kapal, juru masak kapal ikan), sebagai mata pencaharian.”

2. Sedangkan menurut buku pedoman teknik pembangunan perumahan nelayan, yang dikeluarkan oleh departemen pekerjaan umum, direktorat jendral cipta karya, direktorat perumahan, pengertian nelayan ialah: “orang yang mata pencahariannya sebagai penangkap ikan (laut, sungai, danau), sebagai pengolahan industry ikan seperti membuat petis, krupuk, dan lain-lain.

3. Menurut buku penyusunan kamus pusat pembinaan dan pengembangan bahasa, kamus besar bahasa Indonesia, yang diterbitkan oleh balai pustaka di jakarta, tahun 1989, pengertian nelayan ialah: “orang yang mata pencaharian utamannya dari usaha menangkap ikan (di laut).24

4. Dalam buku ketentuan kerja pengumpulan dan penyajian data statistik, nelayan di definisikan sebagai orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam oprasi penangkapan ikan atau budidaya binatang air.Hal ini berarti orang yang membuat jaring, istri, anak serta orang tua nelayan yang tidak aktif dalam oprasi penangkapan ikan tidak di masukkan dalam katagori nelayan.

Dari keempat definisi ke atas bahwasannya banyak dari mereka yang mendefinisan nelayan adalah orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam oprasi penangkapan ikan. Dengan demikian orang yang hanya melakukan pekerjaan seperti membuat jaring atau mengangkut alat-alat perlengkapan ke dalam perahu/kapal tidak dikatagorikan sebagai nelayan. Sedangkan ahli mesin dan juru masak yang bekerja di atas kapal penangkap

24

Endah candra, Permukiman Nelayan, Skripsi pada Pascasarjana Universitas Indonesia, jakarta, h. 4-5, tidak dipiblikasikan


(31)

ikan dikatagorikan sebagai nelayan, walaupun mereka tidak aktif secara langsung melakukan penangkapan ikan.

Menurut Alfredo Sfeir Younis dalam pollnac, sektor penangkapan ikan dibedakan menjadi dua, yaitu: pertama, sektor perikanan berskala besar, pada umumnya diorganisasikan dengan cara serupa perusahaan agro industry dinegara-negara maju dan lebih padat modal, memberikan pendapatan lebih tinggi serta kebanyakan untuk ikan kaleng dan ikan beku serta untuk pasaran ekspor. Kedua, sektor perikanan berskala kecil, umumnya terletak di daerah pedesaan dan pesisir dengan cirri khas bertumpang tindih dengan kegiatan lain seperti perternakan, pertanian dan budi daya ikan. Umumnya tidak menggunakan mesin dan ikan yang dihasilkan umumnya untuk konsumsi masyarakat setempat.

Pola hidup nelayan sedikit banyak diliputi oleh ketidakpastian penghasilan, karena aktivitas penangkapan ikan sangat tergantung pada alam. Disamping sifat usahannya pun dianggap sebagai milik bersama. Kedua hal ini yang sering mewarnai ketidakpastian penghasilan mereka, disisi lain factor musim pun sangat berpengaruh.25

Selain itu, citra mengenai nelayan di Indonesia umumnya mengisahkan hal yang sama, yaitu tentang kemiskinan, struktur sosial-budaya yang masih tradisional, struktur nelayan produsen yang kurang menguntungkan, hambatan dari KUD Mina, kurang berperannya TPI (tempat pelelangan ikan), atau juga pola manajemennya yang masih sederhana.26

Berdasarkan pengalamannya nelayan membagi musim menjadi empat musim, yaitu: pertama, diawali musim kapat, yakni antara bulan September-November dimana angin bertiup dari arah barat dan Timur Laut dan laut bergelombang. Kedua, musim keenam, dimana angin bertiup dari arah barat, gelombang besar diiringi hujan dan keruhnya air laut, musim ini berlangsung

25

Syamsir Salam dan Amir Fadhilah, op.cit., h. 35-38

26


(32)

antara bulan desember sampai februari. Ketiga, musim kowulo, antara bulan maret sampai mei, dimana laut tenang, angin bertiup pagi hari dari tenggara dan siang hari dari Timur Laut. Keempat, musim petaruh antara bulan juni sampai Agustus, dengan kondisi angin sama dengan musim sebelumnya, tetapi laut bergelombang kecil. Musim yang di anggap sebagai “Musim Paceklik” adalah pada saat Musim barat (musim keenam) antara bulan Desember sampai Februari. Pada musim ini hampir semua nelayan tidak melakukan operasi penangkapan ikan dikarenakan laut bergelombang besar disertai hujan dan keruhnya air laut.27

D. Kondisi Kehidupan Masyarakat Nelayan Saat ini

Dari definisi masyarakat nelayan yang kita bahas sebelumnya, bahwasannya dalam arti umum masyarakat nelayan adalah masyarakat yang mata pencahariannya menangkap ikan dan hasil-hasil laut lainnya, dengan menggunakan laut sebagai wadah/tempatnya. Kemudian, dilihat dari prilakunnya dilapangan, masyarakat nelayan dapat dibedakan menjadi:

a. Masyarakat nelayan tradisional

Kelompok nelayan ini merupakan mayoritas dari jumlah penduduk yang hidup di daerah pesisir pulau-pulau terpencil, yang jumlahnya lebih dari 40 juta. Sehari hari mereka melaut hanya sekedar mencari makan bagi keluargannya. Siklus kehidupan para nelayan tradisional ini berlangsung turun temurun. Dibeberapa daerah (dipantai selatan, dan utara jawa, riau, Sumatra timur, dan utara, Maluku, dan irian jaya)

27


(33)

b. Masyarakat nelayan modern

Biasa disebut nelayan mesin, nelayan berdasi atau nelayan kaya. Gologan atau kelompok ini merupakan minoritas, tinggal di kota-kota besar dan pusat kota, mendapatkan hasil penangkapan yang sangat besar di laut dengan sarana armada kapal ikannya yang besar dan berteknologi canggih.

Mereka memiliki modal yang cukup untuk membeli beberapa kapal ikan, dengan tenaga kerja direkrut dari para nelayan tradisional. Sebagian besar para nelayan modern menjalin kerjasama dengan pihak asing.28

E. Pengertian Pengembangan dan Pengembangan Organisasi

Pengembangan Organisasi/PO (Organizational Development/OD) pada prinsipnya merupakan suatu proses di mana pengetahuan, konsep-konsep, dan praktek-praktek yang berkaitan dengan (perilaku) organisasi digunakan secara efektif untuk membantu organisasi dalam mencapai tujuannya. Proses ini juga termasuk bagaimana meningkatkan kualitas kinerja organisasi dan sekaligus meningkatkan produktivitas organisasi.

Pengembangan organisasi pada dasarnya berbeda dengan berbagai upaya perubahan organisasi yang dilakukan secara terencana, seperti upaya perubahan dengan melakukan pembelian peralatan baru, atau merancang ulang sebuah desain, ataupun menyusun ulang suatu kurikulum sekolah, atau suatu departemen pada suatu fakultas. Hal ini karena fokus kajian PO itu terletak pada peningkatan kemampuan organisasi untuk dapat mengetahui dan memecahkan berbagai masalah yang dihadapi organisasi itu sendiri.

28

Soebandi slamet, Pemberdayaan Kehidupan Nelayan Guna Meningkatkan Pariwisata Dan Kesejahteraan Masyarakat Dalam Rangka Pembangunan Nasional. skripsi Tanhana Dharmma Mangrva, 2002, h.12-14, tidak dipublikasikan


(34)

Dengan demikian, pengembangan organisasi pada kenyataannya berorientasi pada peningkatan atau kemajuan (kinerja) sistem; di mana organisasi sebagai suatu sistem dengan bagian-bagian yang terdapat di dalamnya, dapat mempengaruhi atau memberi dampak (positif) dalam interaksinya dengan lingkungan yang lebih luas lagi, yaitu lingkungan di luar organisasi.29

Kenneth N. Wexley dan Gary A. Yukl dalam buku mereka yang berjudul organizational behavior and personnel psychology mengemukakan 13 ciri umum pengembangan organisasi sebagai berikut.

1. Pegembangan organisasi mengandung suatu sistem organisasi total. Seperti yang ditunjukan oleh beckhard, hal ini tidak perlu berarti bahwa keseluruhan organisasi harus terlibat. Akan tetapi, pengembangan organisasi dapat dimulai dalam setiap subsistemnya yang secara relative bebas untuk menentukan rencana dan masa depannya sendiri (missal suatu pabrik yang otonom).

2. Pengembangan organisasi memandang organisasi dari sudut ancangan atau pendekatan sistem. Organisasi dipandang sebagai serangkaian bagian komponen utuh yang saling berhubungan. Orang yang melaksanakan praktik menyadari bahwa apabila satu bagian dari sistem total dengan cara apapun berubah, hal ini akan mempunya banyak pengaruh terhdap bagian-bagian dari sistem yang lain.

3. Pengembangan organisasi dibantu oleh manajemen puncak. Manajemen puncak harus menunjukan tanggung jawab dan kesadaran akan usaha pengembangan organisasi yang nyata.

4. Sering digunakan pelayanan seorang perantara perubahan pihak ketiga. Perantara mungkin seorang anggota organisasi, akan tetapi harus bersifat ekstern terhadap subsistem organisasi khusus yang memprakarsai usaha pengembangan organisasi.

5. Pengembangan organisasi merupakan suatu usaha terencana.

6. Pengembangan organisasi dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan dan kesehatan organisasi.

7. Pengembangan organisasi menggunakan pengetahuan ilmu perilaku. Campur tangan pengembangan organisasi didasarkan atas pengetahuan dan tekhnologi yang diperoleh dari berbagai ilmu perilaku: kepemimpinan, komunikasi, motivasi, penentuan tujuan, ilmu pengetahuan, hubungan antar kelompok, perilaku kelompok kecil,

29


(35)

manajemen pertentangan, sikap, struktur organisasi, dan hubungan antar pribadi.

8. Pengembangan organisasi merupakan suatu proses jangka panjang. Sering memerlukan beberapa tahun untuk mengdakan suatu perubahan organisasi yang berarti dan abadi.

9. Pengembangan organisasi merupakan suatu proses yang terus menerus, tanpa berhenti.

10.Pengembangan organisasi terutama memusatkan pada pengubahan sikap, prilaku dan hasil kerja kelompok atau tim organisasi ketimbang pada individu.

11.Pengembangan organisasi terutama bertumpu pada pengalaman seperti bertentangan dengan pengetahuan didatik. Meskipun pengembangan organisasi dapat mengandung pemberian pengetahuan berdasarkan fakta-fakta melalui kuliah atau ceramah dan diskusi kelompok, pengembangan organisasi banyak bertumpu pada anggota-anggota organisasi yang benar-benar mengalami, mengadakan percobaan dengan, dan mencerminkan bentuk-bentuk perilaku yang baru.

12.Pengembangan organisasi menggunakan suatu model campur tangan riset tindakan. Aspek-aspek kunci model mengandung pengumpulan data riset tentang suatu sistem yang terus menerus oleh perantara perubahan, melakukan diagnosis pendahuluan, mengumpanbalikkan dan membicarakan data ini dengan kelompok klien, perencanaan tindakan bersama oleh perantara dank lien, tindakan dan diagnosis ulangan.

13.Pengambangan organisasi menekankan pentingnya penentuan tujuan dan kegiatan perencanaan. Salah satu ciri penting dari progam pengembangan organisasi adalah mengajari individu-individu dan kelompok-kelompok bagaimana menentukan tujuan-tujuan yang dapat diukur dan realistis, dan bagaimana pengubah tujuan-tujuan ini menjadi tindakan.30

F. Pengertian Organisasi

Masyarakat kita merupakan masyarakat yang terdiri dari organisasi-organisasi. Kita dilahirkan di dalam organisasi, dididik melalui organisasi dan hampir semua dari kita melewati masa hidup dengan bekerja untuk kepentingan organisasi. Kita juga memanfaatkan sebagian besar waktu yang senggang untuk kegiatan membeli, bermain maupun berdoa di dalam organisasi. Selain itu sebagian besar umat manusia akan meninggal di dalam

30


(36)

organisasi dan apabila saatnya tiba untuk dimakamkan, maka organisasi yang terbesar yaitu Negara mau tidak mau harus memberikan ijin resmi.

Masyarakat modern dewasa ini lebih mengutamakan rasionalitas efektivitas dan efesiensi sebagai nilai-nilai moral yang tinggi.31 Inti dari teori modernisasi ini adalah usaha pembangunan institusional (perekayasaan struktur sosial melalui pembentukan institusi-institusi baru) dan pembangunan mentalitas manusia (perekayasaan cultural).32 Peradaban modern pada hakekatnya sangat bergantung pada organisasi-organisasi sebagai bentuk pengelompokan sosial yang paling rasional dan efisien. Dengan cara mengkoordinasikan sejumlah besar tindakan manusia. Organisasi mampu menciptakan suatu alat sosial yang ampuh dan dapat diandalkan. Organisasi tersebut menggabungkan sumber daya tenaga manusia yang dimilikinnya dengan sumber daya lainnya, yakni dengan menjalin para pemimpin, kelompok tenaga ahli pekerja mesin maupun bahan mentah menjadi satu. Pada saat yang sama organisasi juga secara terus menerus mengkaji sejauh mana ia telah berfungsi serta selalu berusaha menyesuaikan diri sebagaimana yang diharapkan agar dapat mencapai tujuan. Sebagaimana yang akan kita lihat kemudian, semua menyebabkan organisasi dapat melayani serta memenuhi berbagai kebutuhan suatu masyarakat maupun warganya secara lebih efisien.

Bertambah luasnya ruanglingkup dan meningkatnya rasionalitas organisasi jelas tidak terbentuk tanpa suatu pengorbanan sosial atau manusia. Di antara sekian banyak sarana utama yang digunakan oleh organisasi untuk mencapai tujuannya, sumber daya tenaga manusia adalah yang paling sering digunakan.

31

Amita Etzioni, Organisasi-organisasi Modern, (jakarta: UI Press, 1985 ), h. 1-4

32

Amri marzali, Antropologi dan Pembangunan Indonesia, (jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2005), h. 43


(37)

Dari uraian diatas, maka definisi organisasi adalah unit sosial (atau pengelompokan manusia) yang sengaja dibentuk dan dibentuk kembali dengan penuh pertimbangan dalam rangka mencapai tujuan-tujuan tertentu. Dalam organisasi tersebut mencakup antara lain korporasi, pasukan angkatan bersenjata, sekolah, rumah sakit, dan penjara; sedangkan suku bangsa, kelas, kelompok etnis, kelompok persahabatan dan keluarga tidak masuk kedalam organisasi. Pada umumnya organisasi ditandai oleh ciri-ciri sebagai berikut: 1. Adannya pembagian dalam pekerjaan, kekuasaan dan tanggung jawab

komunikasi yang merupakan bentuk-bentuk pembagian yang tidak dipolakan begitu saja atau disusun menurut cara-cara tradisional, melainkan sengaja direncanakan untuk dapat lebih meningkatkan usaha mewujudkan tujuan tertentu

2. Adannya satu atau beberapa pusat kekuasaan yang berfungsi mengawasi pengendalian usaha-usaha organisasi serta mengarahkan organisasi mencapai tujuannya

3. Penggantian tenaga, dalam hal ini tenaga yang dianggap tidak bekerja sebagaimana diharapkan, dapat diganti oleh tenaga yang lain.33

G. Organisasi Keagamaan

Agama dapat diartikan sebagai salah satu upaya memahami agama dengan cara melihat wujud praktik keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Agama menurut pendekatan antropologis adalah hubungan mekanisme pengorganisasian.

Organisasi keagamaan adalah perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum, yang berfungsi sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam lingkup suatu agama tertentu. Sebagai makhluk yang selalu hidup bersama-sama, manusia

33


(38)

membentuk organisasi sosial untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang tidak dapat mereka capai sendiri.

Konsep organisasi keagamaan yang dipakai adalah adalah suatu pendekatan, kegiatan, atau sistem kehidupan yang irrasional. Organisasi keagamaan yang khusus mengurus upacara dan hubungan dengan Tuhan yang dinamakan tarekat (jalan menuju kebenaran). Kelompok masyarakat yang religius atau agama secara teologis yang telah menjadi antropologis itu, mengembangkan segenap sistem budayanya dari ajaran ajaran tuhan atau wahyunya yang diungkap dalam kitab suci. Roland Robertson, membuat suatu model yang menggambarkan hubungan antara tingkat homogenitas dan heteroginitas agama yang dianut suatu masyarakat dikaitkan dengan organisasi keagamaan, ke dalam empat tipe:

1. Pada masyarakat yang memiliki heteroginitas dalam agama, ada dua tipe: yaitu agama secara organisasi terpisah dari kehidupan ekonomi, politik, dan pendidikan; dan agama yang tidak begitu terorganisir.

2. Pada masyarakat yang memiliki homogenitas agama, juga ada dua tipe: yaitu agama teroganisir dengan baik, dan agama diakui secara resmi sebagai agama negara; dan tidak terorganisir seperti pada masyarakat primitif.

Usaha Organisasi:

1. Di bidang agama, melaksanakan dakawah islamiyah dan meningkatkan rasa persaudaraan yang berpijak pada semangat persatuan.

2. Di bidang pendidikan, menyelenggarakan pendidikan yang sesuai dengan nilai-nilai Islam, untuk membentuk muslim yang bertakwa, berbudi luhur, berpengetahuan luas.

3. Di bidang Sosial Budaya, mengusahakan kesejahteraan rakyat serta kebudayaan yang sesuai dengan nilai keislaman dan kemanusiaan.


(39)

4. Di bidang Ekonomi, mengusahakan pemerataan kesempatan untuk menik-mati hasil pembangunan, dengan mengutamakan berkembangnya ekonomi rakyat. 34

H. Pedesaan

1.

Desa

Secara umum, desa selalu dipandang sebagai daerah yang masih belum maju, belum modern, atau berbagai pencitraan lainnya yang menunjukan keterbelakangan. Demikian pula masyarakatnya. Dalam pergaulan dan percakapan sehari-hari seringkali kita dengar ungkapan-ungkapan yang bernada merendahkan orang desa. Sikap atau pandangan semacam ini dapat menciptakan presepsi dalam diri kita bahwa masyarakat desa kurang berharga untuk menjadi objek studi. Sebaliknya dari kesan dan pandangan semacam itu, desa dan masyarakatnya sangat penting artinya bagi kehidupan manusia. Siapa yang tidak mengakui bahwa orang desalah yang menghasilkan pangan bagi kita semua.35

Memang pada umumnya, pengertian desa sering dikaitkan dengan pertanian, terlepas dari jenis dan tingkat kemajuan sistem pertaniannya. Diantara pakar sosiologi pedesaan, cukup banyak pula yang menyetujui pengertian semacam itu, Namun pada intinnya mereka berpendapat bahwa desa adalah lingkungan yang wargannya memiliki hubungan yang akrab dan informal.

Agar lebih jelas dan lengkap, seorang pakar sosiologi pedesaan dari Amerika Serikat, Paul H. Landis dalam bukunnya rular life in process. Di antara sekian ahli Sosiologi Pedesaan, P. H. Landis ini memilki definisi yang lebih lengkap. Ia mengemukakan tiga definisi mengenai desa, tergantung pada tujuan analisisnya. Untuk tujuan analisis statistic, desa adalah suatu

34

Ilham Nugraha, Agama dan Organisasi Agama, 2012, (http://hanz-one.blogspot.com)

35


(40)

lingkungan yang peduduknya kurang dari 2.500 orang. Untuk tujuan analisi

social-psikologis, desa adalah suatu lingkungan yang penduduknya memiliki hubungan yang saling akrab dan serba informal satu sama lain. Sedangkan untuk tujuan analisis ekonomi, desa didefinisikan sebagai suatu lingkungan yang penduduknya hidup dari pertanian.

Selain dari definisi-definisi di atas, terdapat pendefinisian lainnya yang bias dijadikan pegangan. Definisi ini dikemukakan oleh Koentjaraningrat. Secara garis besarnya, dia membedakan dua komunitas, yakni komunitas besar (kota, Negara bagian, Negara, dan lainnya), Dan komunitas kecil (desa, rukun tetangga, dan lainnya). Batasannya mengenai desa adalah: “komunitsa kecil yang menetap tetap di suatu tempat”. Komunitas disamping menunjukan ikatan sosio-emosional di antara angotanya, juga menunjukan adanya ikatan antara anggota tersebut dengan suatu daerah tertentu. Maka, definisi koentjaraningrat tersebut dapat mencakup desa pertanian maupun non-pertanian (misalnya desa nelayan).36

Sedangkan menurut Paul H. Landis : desa adalah dengan ciri-cirinya sebagai berikut:

a. Mempunyai pergaulan hidup yang saling kenal mengenal antara ribuan jiwa.

b. Ada pertalian perasaan yang sama tentang kesukaan terhadap kebiasaan. c. Cara berusaha (ekonomi) adalah agraris yang paling umum sangat

dipengaruhi alam seperti: iklim, keadaan alam, kekayaan alam, sedangkan pekerjaan yang bukan agraris adalah bersifat sambilan.

2. Masyarakat Pedesaan

Masyarakat pedesaan ditandai dengan pemilikan ikatan perasaan batin yang kuat sesama warga desa, yaitu perasaan setiap warga /anggota

36


(41)

masyarakat yang amat kuat yang hakikatnya, bahwa seseorang merasa merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat dimana ia hidup dicintainnya serta mempunyai perasaan bersedia untuk berkorban setiap waktu demi masyarakatya atau anggota-anggota masyarakat, karena beranggapan sama-sama sebagai anggota masyarakat yang saling mencintai dan menghormati, mempunyai hak tanggung jawab yang sama terhadap keselamatan dan kebahagiaan bersama didalam masyarakat.

Adapun yang menjadi ciri-ciri masyarakat pedesaan antara lain sebagai berikut:

a. Didalam masyarakat pedesaan diantara wargannya mempunyai hubungan yang lebih mendalam dan erat bila dibandingkan dengan masyarakat pedesaan lainnya diluar batas wilayahnya.

b. Sistem kehidupan umumnya berkelompok dengan dasar kekeluargaan. c. Sebagian besar warga masyarakat pedesaan hidup dari pertanian.

Pekerjaan-pekerjaan sambilan yang biasannya sebagai pengisi waktu luang

d. Masyarakat tersebut homogeny, seperti dalam hal mata pencaharian, agama, adat-istiadat dan sebagainya.

3. Hakikat dan Sifat Masyarakat Pedesaan

Seperti dikemukakan oleh para ahli atau sumber bahwa masyarakat Indonesia lebid dari 80% tingal di pedesaan dengan mata pencaharian yang bersifat agraris. Masyarakat pedesaan yang agraris biasannya dipandang antara sepintas kilas dinilai oleh orang-orang kota sebagai masyarakat tantang damai, harmonis yaitu msyarakat yang adem ayem, sehingga oleh orang kita dianggap sebagai tempat untuk melepas lelah dari segala kesibukan, keramaian dan keruwetan atau kekudutan pikir.

Maka tidak jarang orang kota melepas segala kelelahan dan kekusutuan pikiran dengan pergi ke luar kota, karena merupakan tempat


(42)

yang adem ayem dan penuh ketenangan. Tetapi sebetulnya ketenangan masyarakat pedesaan itu hanyalah terbawa oleh sifat masyarakat pedesaan itu, oleh Ferdinand Tonies diistilahkan dengan masyarakat gameinschaft

(paguyuban). Jadi keguyuban masyarakat itulah yang menyebabkan orang-orang kota menilai masyarakat desa itu tenang, harmonis, rukun, dan damai dengan julukan masyarakat yang adem ayem.

Tetapi sebenarnya di dalam masyarakat pedesan kita ini mengenal bermacam-macam gejala, khususnya tentang perbedaan pendapat atau paham yang sebenarnya hal ini merupakan sebab-sebab bahwa di dalam masyarakat pedesaan penuh dengan ketegangan-ketegangan sosial. Dalam hal ini kita sering jumpai gejala-gejala yang sering diistilahkan dengan: 1. Konflik (Pertengkaran)

Pada kenyataannya masyarakat pedesaan penuh dengan masalah dan ketegangan. Karena setiap hari mereka hidup berdekatan dengan tetangganya secara terus-menerus dan hal ini menimbulkan pemicu yang paling banyak penyebab terjadinya peristiwa-peristiwa peledakan dari ketegangan.

2. Kontroversi (Pertentangan)

Pertentangan bisa disebabkan oleh perubahan konsep-konsep kebudayaan (adat istiadat), psikologi atau dalam hubungan guna-guna (black magic). Para ahli hukum adat biasanya meninjau masalah kontroversi dari sudut kebiasaan masyarakat.

3. Kompetisi (Pertandingan)

Sesuai kodratnya masyarakat pedesaan adalah manusia biasa yang memiliki sifat bersaing. Wujud persaingan bisa positif jika tujuannya untuk meningkatkan prestasi atau menciptakan produk atau output

(hasil). Dan bisa berwujud hal negatif jika bersingan hanya berhenti pada sikap iri dan kegiatan yang tidak bermanfaat yang dapat


(43)

menimbulkan fitnah sehingga dapat menciptakan ketegangan pada masyarakat.

I. Pengaruh Agama Terhadap Golongan Masyarakat

Untuk mengetahui pengaruh agama terhadap masyarakat, ada tiga aspek yang perlu dipelajari, yaitu kebudayaan, sistem sosial, dan kepribadian. Ketiga aspek itu merupakan fenomena sosial yang kompleks dan terpadu yang pengaruhnya dapat diamati pada prilaku manusia. Berkaitan dengan hal ini, Nottingham menjelaskan secara umum tentang hubungan agama dengan masyarakat. Golongan-golongan masyarakat itu antara lain :

1. Golongan petani. Pada umumnya, golongan petani termasuk masyarakat yang terbelakang. Lokasinya berada di aerah terisolasi, sistem masyarakatnya masih sederhana, lembaga-lembaga sosialnya pun belum banyak berkembang. Disamping alasan-alasan tersebut, unsur-unsur ketidakpastian, ketidakmampuan, dan kelangkaan, sangat erat dengan kehidupan petani. Mata pencaharian utamanya bergantung pada alam yang tidak bisa dipercepat, diperlambat, atau diperhitungkan secara cermat sesuai dengan keinginan petani. Faktor cuaca, faktor pertumbuhan tanaman, faktor binatang, baik sebagai alat pembantu maupun sebagai hama, faktor subur tidaknya tanah, dan sebagainya merupakan faktor-faktor yang berada diluar jangkauan petani. Oleh sebab itu, mereka mencari kekuatan dan kemampuan diluar dirinya yang dipandang mampu dan dapat mengatasi semua persoalan yang telah atau akan menimpa dirinya. Maka, diadakanlah upacara-upacara atau ritus-ritus yang dianggap sebagai tolak bala atau menghormati dewa. Menyediakan sesajen bagi Dewi Sri, yang dipercaya sebagai pelindung sawah dan lading, pada waktu akan panen menjadi keharusan bagi mereka, agar hasil panenya berlimpah. Dengan pengamatan selintas, pengaruh agama terhadap golongan petani cukup besar. Jiwa keagamaan mereka relatif lebih besar karena kedekatannya dengan alam.

2. Golongan nelayan. Karakter pekerja golongan nelayan hamper sama dengan karakter golongan petani. Mata pencahariannya bergantung pada keramahan alam. Jika musimnya sedang bagus, tidak ada badai, boleh jadi hasil tangkapan ikannya melimpah. Biasannya pada waktu-waktu tertentu ada semacam upacara untuk menghormati penguasa laut yang pada masyarakat Indonesia dikenal sebagai Nyi Roro Kidul. Menurut konsep Nottingham, baik golongan petani atau golongan nelayan termasuk tipe masyarakat terbelakang, yang nilai-nilai sakral sangat memasuki sistem


(44)

nilai masyarakatnya. Maka dalam penyampaian ajaran agama kepada mereka, hendaklah dengan cara yang sederhana dan memakai contoh-contoh yang biasa diambil dari lingkungan alamnya.

3. Golongan pengrajin dan pedagang kecil. Golongan pengrajin dan pedagang kecil hidup dalam situasi yang berbeda dengan golongan petani. Kehidupan golongan ini tidak terlalu berkutat dengan situasi alam dan tidak terlalu bergantung pada hukum alam. Hidup mereka didasarkan atas landasan ekonomi yang memerlukan perhitungan rasional. Mereka tidak menyandarkan diri pada keramahan alam yang tidak bisa dipastikan, tetapi lebih mempercayai perencanaan yang teliti dan pengarahan yang pasti.37

J. Hasil Penelitian yang Relevan

1. Pada skripsi yang berjudul Tingkat Partisipasi Masyarakat Petani, Nelayan, dan Buruh dalam Pembangunan (studi tentang partisipasi masyarakat petani, nelayan dan buruh dalam pembangunan sarana umum di Desa Lontar Kecamatan Tirtayasa Kabupaten Serang Propinsi Banten) yang di tulis oleh Dindin Abidin, menurutnya tingkat partisipasi ketiga kelompok masyarakat tersebut secara umum dalam katagori sedang, hal ini terlihat dari olahan data secara statistik dimana angka menunjukan 64,7% berada pada katagori sedang, pada katagori tinggi hanya 11,7% dan 23,7% berada pada katagori rendah.38 Dari skripsi ini terlihat bahwa persamaannya adalah sama-sama membicarakan mengenai partisipasi atau peran yang dilakukan khususnya oleh masyarakat nelayan. Perbedaanya adalah skripsi ini membahas mengenai peran masyaraka tani, nelayan dan buruh dalam pembangunan sarana umum, sedangkan skripsi saya membahas tentang peran masyarakat nelayan dalam mengembangkan organisasi keagamaan.

37

Kahmad Dadang, Sosiologi Agama, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2006) h. 131-133 38

Dindin Abidin, Tingkat Partisipasi Masyarakat Petani, Nelayan, dan Buruh dalam Pembangunan. Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, jakarta, 2003, h.vi, tidak dipublikasikan


(45)

2. Pada skripsi yang berjudul Peran Lembaga Keagamaan Dalam Penanggulangan Kemiskinan Studi Kasus Pada Yayasan Pusat Kesejahteraan Sosial YPKS-PGI yang di tulis oleh Anglyane E. Pinontoan, menurutnya peran lembaga sosial keagamaan dalam penanggulangan kemiskinan sangat penting sehingga eksistensinnya perlu dipertahankan. Untuk itu diperlukan partisipasi masyarakat dalam memberikan dukungan dan bantuan kepada organisasi sosial tersebut. Umumnya mereka yang berpartisipasi dan terlibat di dalamnya adalah orang-orang Kristen yang merasa terpanggil dalam pelayanan, baik mereka para pengurus, direktur maupun staf lembaga YPKS. Partisipasi dikalangan mereka muncul karena adannya persaan solider, untuk membantu anggota masyarakat yang tidak mampu (miskin) yang dilatarbelakangi oleh nilai-nilai luhur keagamaan untuk mengasihi sesame manusia.39 Persamaan pada skripsi ini adalah sama-sama membahas mengenai lembaga keagamaan. Perbedaanya adalah lembaga keagamaan yang di ambil pada pembahasan saya adalah lembaga keagamaan islam, sedangkan pada skripsi ini adalah lembaga keagamaan Kristen.

3. Pada skripsi yang berjudul Kehidupan Sosial Keagamaan Masyarakat Nelayan Mouroami di Pulau Tidung Kepulauan Seribu yang di tulis oleh Nuraini, menurutnya kehidupan masyarakat nelayan Mouroami mempunyai pengaruh agama yang kuat bagi kehidupan mereka. Bagi nelayan mouroami yang mengatakan agama mempunyai pengaruh itu dikarenakan mereka mempunyai dasar keagamaan yang kuat pada masa kecil hingga sekarang, baik itu mereka peroleh dari keluarga, lingkungan sekolah atau dari teman-temannya, bagi mereka agama sangat berperan

39

Anglyane E.Pinontoan, Peran Lembaga Sosial Keagamaan dalam Penanggulangan Kemiskinan Studi Kasus Pada Yayasan Pusat Kesejahteraan Sosial YPKS-PGI. Skripsi Universitas Indonesia , Depok, 1992, h.vii


(46)

dalam memotivasi diri untuk berusaha tetap berperilaku baik.40 Pada persamaan skripsi ini yaitu sama-sama melibatkan unsur keagamaan. Perbedaanya, skripsi ini lebih mendalami pembahasan mengenai agamanya sedangkan pada pembahasan saya agama hanya ditulis secara garis besarnya saja.

K. Kerangka Berfikir

Pada umumnya banyak yang berfikir bahwa masyarakat nelayan adalah masyarakat yang mengesampingkan nilai-nilai keagamaan, tetapi pada masyarakat eretan wetan yang sebagian besarnya berprofesi sebagai nelayan, di desannya mereka memiliki berbagai organisasi keagamaan seperti pondok zakat. Dari pengamatan tersebut pastinya ada keterlibatan antara masyarakat nelayan dengan organisasi pondok zakat, sehingga peneliti berkeinginan untuk melihat bagaimanakah peran masyarakat nelayan dalam pengembangan organisasi pondok zakat di desannya. Hasilnya, diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi bahwa tidak semua masyarakat nelayan mengesampingkan nilai-nilai keagamaannya.

40

Nuraini, Kehidupan Sosial Keagamaan Masyarakat Nelayan Mouroami di Pulau Tidung Kepulauan Seribu. Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, jakarta, 2007, h. 61


(47)

32 A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Sumber : https://www.google.com/maps/vt/data Gambar 3.1

Tempat penelitian ini akan dilakukan di Desa Eretan-Wetan, Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu. Adapun alasan peneliti dalam memilih Desa Eretan Wetan sebagai tempat peneliatian berkenaan dengan letak geografis desa yang secara geografis dari arah utara berbatasan langsung dengan laut jawa dan berbentuk memanjang sepanjang bibir pantai.

2. Waktu penelitian

penelitian ini dilakukan dengan proses yang bertahap, dimulai dari tahap perencanaan, persiapan penelitian, kemudian dilanjutkan dengan


(48)

pengumpulan data lapangan sebagai kegiatan inti dari penelitian ini dan berakhir pada laporan penelitian. Agar penelitian ini dapat berjalan sesuai dengan target yang telah direncanakan, maka peneliti membuat time schedule sebagai berikut:

No Kegiatan BULAN

AGUS OKT NOV DES JAN FEB MAR

1 Penyusunan   

2 Observasi 

3

Menentukan dan

menyusun instrument penelitian

 

4 Pengumpulan

data 

5

Analisis data dan

pengolahan data

6 Penyusunan

laporan 

7 Bimbingan

akhir skripsi 


(49)

B. Metode dan Desain Penelitian

Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Menurut Nana Syaodih Sukmadinata dalam bukunya metode penelitian pendidikan “Penelitian kualitatif dirancang dan dilaksanakan berdasarkan asumsi bahwa fenomena ilmu pengetahuan harus difahami dari prespektif fenomena tersebut bukan dari prespektif peneliti.”41

Oleh karena itu penelitian dilakukan secara alami dan dengan konteks langsung menggunakan subjek yang menghasilkan fenomena ilmu pengetahuan. Peneliti memfokuskan masalahnya terhadap penemuan yang ada di lapangan, sedangkan teori akan dibangun berdasarkan temuan yang data di lapangan.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Menurut sugiyono dalam bukunya yang berjudul metodologi penelitian dijelaskan bahwa “Populasi adalah wilayah kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. 42 tidak semua populasi adalah orang, populasi juga bisa berupa obyek dan benda-benda alam yang lain. Selain itu menurut sugiyono “populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristk/ sifat yang dimiliki subyek atau obyek itu”.43

Adapaun populasi yang diteliti oleh peneliti adalah masyarakat nelayan yang tinggal di Desa Eretan-Wetan.

Sugiyono menambahkan “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.”44 Kemudian selain sugiyono, Suharsimi Arikunto mengatakan bahwa “sampel adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil populasi yang diteliti). Sampel penelitian adalah

41

Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 3

42 Sugiyono h.117 43

Ibid h.117

44


(50)

sebagian populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi”.45 Dari ke dua pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa sampel adalah bagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dalam penelitian. Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah purposive sampling dimana sampel ini mengambil sumber data yang sesuai dengan ahlinya. Misalnya pada penelitian ini peneliti akan meneliti tentang peran masyarakat nelayan dalam mengembangkan organisasi pondok zakat, sehingga sumber datannya adalah orang yang bekerja sebagai nelayan atau tidak lain adalah masyarakat nelayan dan anggota Pondok zakat. Selain itu

purposive sampling adalah sampel yang paling cocok digunakan untuk penelitian kualitatif.

Pada penelitian ini, populasi masyarakat nelayan di Desa Eretan-Wetan berjumlah 2.034 jiwa kemudian sampel masyarakat nelayan yang kita ambil sebanyak 2 orang dan anggota pondok zakat yang berjumlah 11 anggota kemudian sampel yang kita ambil sebanyak 3 orang.

D. Prosedur Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini jenis data yang dikumpulkan yaitu data primer dan

sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari sumber data utama. Data primer disebut juga sebagai data asli atau data baru yang memiliki sifat up to date.46 Untuk mendapatkan data primer, peneliti harus mengumpulkannya secara langsung. Teknik yang dapat digunakan peneliti untuk mengumpulkan data primer antara

45

Pengertian sampel, http://konawe-online.blogspot.com/2012/07/definisi-populasi-dan-sampel-menurut.html diakses pada 9 januari 2015 jam 7.25

46

Pengolahan dan analisis data hasil penelitian, http://file.upi.edu/Direktori/DUAL-MODES/PENELITIAN_PENDIDIKAN/BBM_8.pdf. Diakses pada 12 januari 2014 pukul 19.44


(51)

lain observasi, wawancara, dan penyebaran kuesioner. Selain itu, pengertian data primer menurut Umi Narimawati dalam bukunya Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif bahwa “Data primer ialah data yang berasal dari sumber asli atau pertama”.47 Maksud dari sumber asli atau pertama adalah data yang hanya bisa di dapat dari narasumber atau responden yaitu orang yang kita jadikan objek penelitian sebagai sarana untuk mendapatkan informasi. Selain data primer peneliti juga menggunakan data skunder, menurut sugiono“sumber data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data”.48 Data sekunder ini merupakan data yang sifatnya mendukung keperluan data primer seperti buku-buku dab literatur.

E.

Instrument penelitian

Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Instrumen pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data.49 Dapat dijelaskan bahwa Instrumen penelitian berguna sebagai alat bantu dalam menggunakan metode pengumpulan data yang merupakan sarana yang dapat diwujudkan dalam benda, misalnya angket, perangkat tes, pedoman wawancara, pedoman observasi, skala dan sebaginya.

47

Objek dan metode penelitian, http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/449/jbptunikompp-gdl-megimaulan-22401-4-babiii.pdf. Di akses pada 10 januari, pukul 14.30

48

Ibid

49

Instrument penelitian, https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/09/24/teknik-pengumpulan-data-dan-instrumen-penelitian. Diakses pada 12 januari 2014 pukul 14.20


(52)

Tabel 3.1

Pedoman Wawancara Penelitian Peran Masyarakat Nelayan Dalam Upaya Pengembangan Organisasi Sosial Keagamaan

No Indikator Sub Indikator No Butir Soal Jumlah 1 Pengetahuan Mengetahui seputar

Pondok zakat

4 4

2 Karakteristik kegiatan seputar pekerjaan nelayan

3 3

3 Kebudayaan Nadranan 1 1

Jumlah 8

Dalam melakukan wawancara peneliti menggunakan metode wawancara terbuka. Wawancara ini adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis, wawancara ini hanya berupa garis-garis besar permasalahannya saja.

F. Teknik Pengumpulan Data

Pertama dalam pengumpulan data peneliti melakukan studi kepustakaan/studi dokumentasi, selain itu peneliti juga mengumpulkan data melalui hasil dari pengamatan (observasi) dan hasil wawancara.

1. Studi pustaka/ Studi Dokumentasi

“Studi kepustakaan merupakan langkah yang sangat penting dalam penelitian. Pada waktu mengidentifikasi masalah, diperlukan studi kepustakaan berkenaan dengan hasil-hasil penelitian terdahulu serta dokumen-dokumen berkenaan dengan informasi tentang pendidikan”.50

50


(1)

?

-'-*t--"'

tl'q

(

sg6l

'.ssord

I{l

:uuB{el)

' ut a p o1,ag t s D s t LrDB J o - I s D s t u D&-t O,

ruorzlEulruy

ZC

*\

G00z

'dnorg

ulpehi EpuueJdeuecue) :eue{el), Drsauoplq

t t D tut8 tt D q ut a

d

u D p t 3 o I o d o.r 1

tty

;

rlezrerrruruv

Ig

W

--+Z-

tl'q

(

9g6l

'sserd

In

:euB{el)

' ut ap o14 t sD s t uD8.to- r so s t uo?t

g,ruorzlgellury

0t

h

--^d/

( 'u,{relepsogefurua1

Jd

: Sunpue

g)'

t s o s t u oZ.t g u o 3 u o q ruaB u a

4,le

[qao4

OZ

---€

(pr ce' 1n',tr,tt.^a// : dllq) ' rsostuoB"tg un7uoqutaBuad' rypao g,o[o1e6

6Z

n

ru'Ll'

zooz'e,trSuelAleuruueqcBuEqueJrsdrDls

'leuorsuN ueunSuEqued e4SuuguelBCte>lpru{seIAIuuero}qu

leso)

uu(I Blesr,rlJudue ItB{SurueI^BunDuuFB Iolrlue dnprqeyuue,(u preqrue 6 'leruelsrpuuqeog

8Z

+h

8t-gt'q

(SOOZ'€uu{sf qeyynle.{uprlgrru,(g 11yn

uerlrlouede8eqrual :eue>Ief)' uoosapa4rsolotsos 'qellqped

rrruv

uup ruBIeS

lsue.(g

L7

6ZZ'q (qSOt 'rdr1 :esu1e1) ,Treuro51 11ry plll f ' n t s a u o p u J 1 o :pu o [s o 1,,g,]ef uprq uBuLraH

9Z

14

rl

W

NIn

8€-98'I{ '(8002 'upu1u1 tlsllnls.{uprH uerlrleue4 e8equo-I

:euele[)

,uonsapa4Jrr€FS

tSo1otsog 'qellqpeJ

rnuv

uep tu?leS

rrsuefg

9Z


(2)

----n--"-

t

I

I'q

(e t oz 'leqeJIV

: Sunpue g)' unlrp ryua duD u tpua dap o1a 14' ouo(r?ng

6E

118urqurrqua6 Jerud

l

Surqrurque6

JBrud rsuereJeu

oN

III

gvg

__--€

I 9' Ll' LOOZ'euu1e ['ege1e1

qe1 lnlef upr pguu.( g

5gg

eue frese csu dupedlsdlrls

'nquesuenslnda;lSunprlnelnd rp rruuorn

o14ue,(eya5pe>1ere,(sul4lueeuuBeeylersoguudnprqey 'rurernlq

8g

--€

ll^'rt'266I

'1odeg

' urseuopul selrsJolrulleue [resucsedepedrsdrrr15

'ueurlsruelluuB

uu lnSSueuedruu I?puuurueBue;Eyerso g eBequeluere4

'ueoluour4'Eeuefpuy

LT

I^'q'€002'ege>1e['epe>1u1

qe1 1n1e,(epr

lguef

g

g1n

euu l:esecsedepedlsdlq S 'ueun8uequed tuelepqrunguep 'ue,(e1e51'rue1e41e1e:e,(sel4irsedrsrued

1e13ur1 'ulplq11u1pq6l

9E

*--/f

S'€-€'t'q

(tOOZ'e1nqre1

sellsJelrun'uguleQ'unosapad tSolotsos'olp-reqea

9t

---'-{-t--

IZ'q0002

'u4nqre1

sulrsJelrun'egu1e [)' un o s a p a d rB o 1 o t s o s'o fp"ruqea

bt

--{-(uroc'lods8olq'auo-zuuLll I :dqq)' Z I OZ 'eure8y rsesrue8rguep uueEy'equ-r8n1queq11


(3)

0t'rl

Iqnd'Fenuuf

0L epedses{e rC

JPdTInEq-rJ6tZZ

@'uurlrleuadapoteruuup>1e

lqg

9n

-'y/-/

OE''I

ynlnd'genuuf 91 upedsesle

rg

3T-dTqeq-t-mrZZ

@'uurlrlsue

depoleuruuple

lq6

SV

TI:

y;'61

lqnd rl0Z

lrenuetTl

epedseslulq Jp

vv

O'8

htrBg/N\DICICNAd

NVIIIIANSd/SECIOW

'uerlryauedlrseq elup srsrleueuepueqelo8ue4

O OOZ'e,ft elepsogu feueA

;4

:Sunpue

g)'

uutlp lp ua duDqry a ua d ap op lU 'uleurpuuqngqrpoe,(g euu51

EN

9(,' L utel

gl0Z rrenuei6 epedses >lBrpFulq' lrunuaur- IeorrrBs ZV

-uep-rselnooo-rsruuep/ L0 I zl 0z /IuJoc'lodstsolq'eulIuo

:SmAmryfdllq'

leduu sue rse8ue 4

w

8I

I'q Gtoz

'leqeJIV

: Sunpuu g)' u Dl t p t p u a d u D u q a u a d a p o 7 a

yg'

ouo(t8ng

w

tl

I'q

(e I0Z'leqe3lY

: Sunpue g)' u Dlt p ry uad u D u t I a ua d apol a 1tg' ouot{r8ng


(4)

---aZ'-"

ut Dl sJ s Dl t s.ta N ufi uDt1,tn8 ax uDpq Dfi q.tD

I

t 1 LLt I J s D 1 I t t

4 D

I

t s d t fil

S Lt D s t

I t ru a d u D ru o p a d

(

urtsn,( ued

IUII

99

---//'

gE:60 1n1nd

rl0Z

rrpnuut67 upudsse$lerp

'ueBuedelueluie3 n9

---'V-/

t0z'q

(€t0z

'BleqeJIV

:Sunpuu

g)'

u Dl t p t p u a d u D !

I

p u a d a po7a.;lg,ouof r8n g

ES

aZ"'

OI'6I

1ru1nd

rl

0a upnuut 7 1 upedses{elq lrutqlSETrdsilG

'tse,uesqouergeBua6

Z9

lH

,^l

W

---€

€02'q

(€t0z

'BleqeJIV

: Sunpue g

)'

u Dl r p t p u a d u D t t t p tt a d a p o 1 a yg, ouo,fi?ng

IS

th

*----rlz'

L6I'qGtOe

'eloqeJIV

: Sunpuu g

)'

u DI t p t p Lt a d u D t I q a Lt a d a p o 1 a 14, ouo fir8ng

09

7

W

---t--/

:Sunpue

g)'

s6r-v6r'q

(E I 0z'eleqeJ1y

u nt1 t p r p u a 4 LtD u q a u a d a p o 7 a yg, ouo(r?ng

6'

L LZ' Ll (qOOZ'etuelupsoge

leueg

14

:Sunpuu

A)'

untlplp ua d uD u t p u a dap o p

l{

'eluurpeurlngqrpoe,( g uuelq 8n

gZ'tI

In{nd VIOZ \renuet 71 epedses{elq

'uurlrleued luerurulsul LT


(5)

SI

-tl'tl

(6002 'ssar4 selWU-lV :uelerg) 'uDprgsDllpll

-lV 1ot1n7 lopuodst.totslHqDDpJ'unsndued

urrl

e

I'q (tl0Z'uelerE

w:4.ez

lopuod

:uelerg)'n.itoytaq

ilunl

nutlntunuDlala'urursu3

Zl-6

GOOZ'sser4 seppll-lV

:uelerg)'uDpqsDrulJ

-

lv

t Dl DZ lo p uo d s t.t ol s t H tl D Dl aJ'unsn (ued

ur1

g-n'qGrcZ

'uelerE

wlez

Iopuod

:uelarg)'

oltn1taq

tLuD[ ttuDltttunuDp.ta'unuse3

n- Z' y G I OT,'uulerg

NleZ

{opuod

:uelerg)' n,Lr o :1t a q iluD

I

n ruI t U u tl Lt D 1 a -t a'ururse3

I'rI (6002'sse-r4 selWII-lV :uelerg)'uwa"tgsDltplJ

-lV tDtDZ lopuodst.tolslHqDDpJ'unsnfued

ur1

rsueJaJeu

ELT'q,Grc(, 'UIEqSJIV

: Sunpue

g)'

tt o :1 t p t p u a 4 u D t I

ry au a da p o 7 a

q'

ouo(t8ng

LLt'qGtOZ

'BraqBJIV

: Sunpue

g)'

u n y p ry u a 4 u D t 1 t p ua d a p o 1a

q'

ouo(tflng

LLt'qGrcZ

'.eteqeJlv

:Sunpue

g)'

u ny r p r p u a 4 u D u q a u a d a p o 7 a

q'

ouo Kr?ng

(,1'q ( SOO Z :eue1e1)' D t-t DI D

f

q o


(6)

IOI IOZ 900

z

r0r

r0z

2080286t 'drN

W

w

l

Surqrurque4 113urqurqrue6

tl0z

raquresecl

I

'?uB{Bf

---w'

-8 E'q ( I 66 I'uue,(upnqa)uppue{rprpue4uerueyede

g

:uye>1u1), (t ttru t1 o,urryr s ut do"r

4,

tB u o,tttt iu n g ua I n dnq ny.1 u n

I

o

7 a 1g I o:7 n to

I

s rrytg u o drry ! q a

X

'4>1p 'osoluesF{png

69

----{//'

lZ' Ll,' Z0OZ'1odeq'ursouopul

setrsrelrui.1lsdlr{S

.

ersglnfuuluse4rdep

eq8ue141ue 1uqe,(e 1e grelere.(seyrtr rseldepyf elerl S..

'uuurerpng 89

(&

?

----Y/2--' 111'q G I0T,

.uulerg

le11ez {opuod

: uularg)' o {-r o:p a q t ru Dl n w4 t t I u tl u o p t a .unuse

3

L9

t_

t\

tl

--'--Z'/

lz'q

-lV GO1Z'sse;4 SBITHI-lV :uularg) .uDptESDlq2J

lo1o7 lopuodst.totslHqDDpJ .unsnfuad

ur1

99

\y,

I

,r

--{-''

g

I-tl'r{

(VtOZ.uelerg w11ezlopuod