Meningkatan Kesadaran Membayar Pajak terhadap

Nama : Muhammad Iqbal
NIM : 133112340350012

Meningkatkan Kesadaran Membayar Pajak
Kesadaran dan kepedulian sukarela Wajib Pajak sangat sulit untuk diwujudkan
seandainya dalam definisi ‘pajak’ tidak ada frase “yang dapat dipaksakan” dan “yang
bersifat memaksa.” Dari frase ini menunjukkan membayar pajak bukan semata-mata
perbuatan sukarela atau karena suatu kesadaran, melainkan lebih kearah pemaksaan secara
sepihak. Frase ini memberikan pemahaman dan pengertian bahwa masyarakat dituntut untuk
melaksanakan kewajiban kenegaraan dengan membayar pajak secara sukarela dan penuh
kesadaran tanpa ada pemaksaan sebagai perwujutan semangat gotong-royong dan solidaritas
nasional dalam membangun perekonomian nasional kearah yang lebih baik.
Hingga saat ini kesadaran masyarakat akan membayar pajak belum mencapai tingkat
sebagaimana yang diharapkan. Pada umumnya masyarakat masih kurang percaya pada
keberadaan pajak karena merasa sama dengan iuran yang diwajibkan, bersifat memberatkan,
dan pembayarannya sering mengalami banyak kesulitan, ketidak pahaman masyarakat
tentang apa dan bagaimana dalam mengurus pajak yang ribet dan tata cara menghitung dan
melaporkannya. Namun masih ada upaya yang dapat dilakukan sehingga masyarakat sadar
sepenuhnya untuk membayar pajak dan bukan sesuatu yang mustahil terjadi. Ketika
masyarakat memiliki kesadaran membayar pajak maka membayar pajak akan dilakukan
secara sukarela tanpa ada keterpaksaan dari pihak terkait. Dengan digalakannya kesadaran

akan pajak ini diharapkan Indonesia akan menuju kesejahteraan yang selama ini diharapkan.
Slogan “LUNASI PAJAKNYA AWASI PENGGUNAANNYA” tidak hanya suara semata
yang nyaring di media namun bisa benar-benar terwujudkan dan terlaksana dimana pajak
menjadi pendapatan utama negara yang diperuntukkan serta dikelola dengan transparan bagi
kepentingan masyarakatnya sendiri.
Salah satu ciri negara maju adalah jika kesadaran masyarakat membayar pajak tinggi,
mendekati 100 persen. Sebagai contoh seandainya dari 50 juta yang belum bayar pajak,
melainkan yang lainnya sudah membayar pajak yang merupakan kewajibannya, tentu
Indonesia akan lebih maju dari sekarang. Berbagai pendekatan dapat dilakukan untuk

mengetahui tingkat kesadaran dan kepedulian Wajib pajak. Sebagai Indikasi tingginya tingkat
kesadaran dan kepedulian Wajib Pajak antara lain:
1. Penerimaan pajak terpenuhi sesuai target yang ditetapkan pemerintah.
2. Tingkat kepatuhan penyampaian SPT Tahunan terus meningkat.
3. Tax Ratio mengalami peningkatan.
4. Jumlah Wajib Pajak baru yang terus bertambah.
5. Jumlah tunggakan atau tagihan wajib pajak mengalami penurunan.
6. Pelanggaran terhadap pemenuhan kewajiban perpajakan hampir tidak ada.
Semenjak kebijakan pemerintah memberi kemudahan dalam pembayaran pajak pada
tahun 2008 lalu, maka jumlah wajib pajak semakin meningkat dan penerimaan negara dari

sektor pajak turut terdongkrak. Nampak jelas, bahwa sebenarnya begitu tinggi kemauan
masyarakat untuk membayar pajak. Hal ini dikarenakan proses pendaftaran dan penyampaian
pajak yang dipermudah, serta pemanfaatannya yang semakin nyata.
Pada masa lalu, masyarakat hanya tahu membayar pajak, tapi tidak mengetahui
kemana aliran dana tersebut, tampak ditutup-tutupi sehingga cenderung tidak transparan
dalam penggunaannya, dan dalam pembayarannya pun sering mengalami kendala-kendala di
karenakan ketidak pahaman masyarakat tentang apa dan bagaimana pendaftaran serta
pembayaran pajak. Namun ada sedikit yang mengganjal pada akhir -akhir ini yaitu
terungkapnya kasus perihal upah pemungut pajak yang begitu besar masuk ke kantong orang
pribadi. Hal ini tentu sangat melukai perasaan masyarakat yang sudah taat dalam bembayar
pajak. Menyikapi perkembangan kewajiban pajak akhir-akhir ini, ada beberapa hal yang perlu
menjadi perhatian pemerintah agar kesadaran membayar pajak dapat menjadi lebih tinggi lagi
antara lain:
1.

Perlu sosialisasikan secara detail kepada seluruh masyarakat.
Sosialisasi mengenai objek yang kena pajak dan batasan pembiayaan yang dikenakan pajak
dan berapa besaran pajak yang harus di bayarkan oleh wajib pajak. Semuanya harus
disosialisasikan secara jelas dan detail kepada seluruh masyarakt agar tidak terjadi
penyelewengan pajak


2.

Perlakuan serupa terhadap semua badan yang melakukan usaha

Banya badan yang belum memiliki NPWP dan tentu saja belum membayar pajak. Bisa terjadi
pada Koperasi-koperasi kecil yang ada dipedesaan yang belum mempunyai NPWP dan
tentunya tidak membayar pajak. Tentu ini menimbulkan kecemburuan, dan bahkan ada
penyesalan bagi yang telah mempunyai NPWP karena harus bayar pajak meski SHU
Koperasinya sangat kecil, sedangkan Koperasi lain yang diatasnya tidak bayar pajak.
3.

Menyediakan software gratis bidang pembukuan
Hal ini diperlukan karena ketidak taatan pajak juga bersumber dari ketidak pahaman orang
pribadi atau badan usaha dalam melakukan pembukuan, sehingga mereka tidak mampu
menghitung pajaknya sendiri. Misalkan Koperasi, masih banyak yang tidak mengerti
menyusun pembukuan dari mulai pengelompokan yang mana yang disebut aktiva dan
passiva. Bagaimana menyusun Isi buku Kas ke Neraca maupun Rugi Laba. Maka alangkah
baiknya jika pemerintah mengupayakan Software di mana dengan meginput data uang masuk
dan keluar, maka akan bisa langsung ke laporan keuangan dapat tersaji secara langsung.


4.

Diperlukan realisasi yang lebih nyata
Realisasi yang lebih nyata perlu dilakukan pada waktu pemanfaatan pajak dari rakyat,
sehingga rakyat tidak ragu lagi dalam membayar pajak. Hal ini sangat jelas terlihat dimana
kota daerah pinggiran kurang mendapat perhatian dari pemerintah, dibandingkan kota-kota
besar yang ada di pusat pemerintahan. Padahal kedua-duanya sama-sama membayar pajak
tetapi tidak mendapat fasilitas pembangunan infrastruktur yang sama. Masyarkat di daerah
pinggiran ini hanya dapat pasrah, dan bertanya-tanya, kemana pajak kami??
Keterbukaan dan transparansi sangat diperlukan dalam pengelolaan pajak sehingga
kesadaran masyarakat akan lebih meningkat untuk membayar pajak. Dengan membaca artikel
diatas marilah kita menjadi Wajib Pajak Yang Taat Membayar Pajak.