Pendidikan Pada Masa Politik Etis di Hin

TUGAS MAKALAH
DINAMIKA PENDIDIKAN DI HINDIA BELANDA PADA
ZAMAN POLITIK ETIS

Mata Kuliah Sejarah Pergerakan Nasional
Dosen Pengampu : Umi Yuliati, S.S., M.Hum.

Oleh:
Farkhan Ramadhana
(C0513015)

JURUSAN ILMU SEJARAH
FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2014

A. Peranan Politik Etis

Politik Etis atau Politik Balas Budi adalah suatu pemikiran yang menyatakan bahwa
pemerintah kolonial memegang tanggung jawab moral bagi kesejahteraan pribumi. Pemikiran

ini merupakan kritik terhadap politik tanam paksa (Wikipedia)
Politik etis dalah suatu haluan politik baru yang berlaku di tanah jajahan Hindi
Belanda sesudah tahun 1901, yakni setelah ratu belanda melontarkan suatu pernyataan bahwa
“Negeri Belanda mempunyai suatu kewajiban untuk mengusahakan kemakmuran serta
perkembangan sosial dan otonomi penduduk pribumi” tujaun politik colonial baru ini adalah
memperhatikan kemajuan dan perkembangan penduduk serta memeperhatikan pengolahan
tanah. Dengan demikian secara teoretis “system eksploitasi diganti dengan system pengajaran
yang maju”. Orientasi baru itu dikenal dengan namabermacam-macam seperti Ethis (etika),
Politik kemakmuran atau politik asosiasi (Ensiklopedia Nasional Indonesia).
Politik kolonial baru itu bukanlah hadiah dari Ratu Belanda tetapi hasil pergolakan
politik (dari kaum etis dan kaum asosiasi yang terjadi pada masa itu di negeri
Belanda)pergolakan politik itu Nampak dalam petengahan abad ke-19 berupa perlawanan
terhadap penerapan politik colonial konservatif di Hindia belanda. Politik konservatif yang
bertujuan menerapkan eksploitasi tanah jajahan bagi Negara induk yang secara konsekuen
diterapkan Indonesia itu berupa system tanam paksa atau Culturstelsel.
Munculnya kaum Etis yang di pelopori oleh Pieter Brooshooft (wartawan Koran De
Locomotief) danC.Th. van Deventer (politikus) ternyata membuka mata pemerintah kolonial
untuk lebih memperhatikan nasib para pribumi yang terbelakang.
Pada 17 September 1901, Ratu Wilhelmina yang baru naik tahta menegaskan dalam
pidato pembukaan Parlemen Belanda, bahwa pemerintah Belanda mempunyai panggilan

moral dan hutang budi (een eerschuld) terhadap bangsa pribumi di Hindia Belanda. Ratu
Wilhelmina menuangkan panggilan moral tadi ke dalam kebijakan politik etis, yang
terangkum dalam program Trias Politika yang meliputi:
·

Irigasi (pengairan), membangun dan memperbaiki pengairan-pengairan dan bendungan
untuk keperluan pertanian
·
Emigrasi yakni mengajak penduduk untuk transmigrasi

·

Memperluas dalam bidang pengajaran dan pendidikan (edukasi).
Banyak pihak menghubungkan kebijakan baru politik Belanda ini dengan pemikiran

dan tulisan-tulsian Van Deventer yang diterbitkan beberapa waktu sebelumnya, sehingga Van
Deventer kemudian dikenal sebagai pencetus politik etis ini.
Kebijakan pertama dan kedua disalahgunakan oleh Pemerintah Belanda dengan
membangun irigasi untuk perkebunan-perkebunan Belanda dan emigrasi dilakukan dengan
memindahkan penduduk ke daerah perkebunan Belanda untuk dijadikan pekerja rodi. Hanya

pendidikan yang berarti bagi bangsa Indonesia.
Pengaruh politik etis dalam bidang pengajaran dan pendidikan sangat berperan
sekali dalam pengembangan dan perluasan dunia pendidikan dan pengajaran di Hindia
Belanda. Salah seorang dari kelompok etis yang sangat berjasa dalam bidang ini adalah
Mr. J.H. Abendanon (1852-1925) yang Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan selama
lima tahun (1900-1905). Sejak tahun 1900 inilah berdiri sekolah-sekolah, baik untuk
kaum priyayimaupun rakyat biasa yang hampir merata di daerah-daerah.
Sementara itu, dalam masyarakat telah terjadi semacam pertukaran mental antara
orang-orang Belanda dan orang-orang pribumi. Kalangan pendukung politik etis merasa
prihatin terhadap pribumi yang mendapatkan diskriminasi sosial-budaya. Untuk mencapai
tujuan tersebut, mereka berusaha menyadarkan kaum pribumi agar melepaskan diri dari
belenggu feodal dan mengembangkan diri menurut model Barat, yang mencakup proses
emansipasi dan menuntut pendidikan ke arah swadaya (Wikipedia).

B. Pendidikan pada Masa Politik Etis
Berkaitan dengan “arah etis” (etische koers) yang menjadi landasan idiil dari
langkah-langkah dalam pendidikan di Hindia-Belanda, maka pemerintah mendasarkan
kebijakanya pada pokok-pokok pikran sebagai berikut:

·


Pendidikan dan pengetahuan Barat diterapkan sebanyak mungkin bagi golongan penduduk
bumiputera, untuk itu bahasa Belanda diharapkan menjadi bahasa pengantar di Sekolah-

·

sekolah.
Pemberian pendidikan rendah bagi golongan bumiputera disesuaikan dengan kebutuhan
mereka.
Atas dasar itu maka corak dan system pendidikan dan persekolahan di HindiaBelanda pada abad ke-20 dapat ditempuh melalui dua jalur tersebut. Disatu pihak melalui
jalur pertama diharapkan dapat terpenuhi kebutuhan ajan unsur dari lapisan atas serta tenaga
terdidik bermutu didik bagi keperluan industry dan ekonomi, dan dilain pihak terpenuhi
kebutuhan tenaga menengah dan rendah yang berpendidikan (Ary H, Gunawan, 20).
Secara tegas tujuan pendidikan selama periode colonial memang tidak pernah
dinyatakan, tetapi dari uraian-urain di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan pendidikan
antara lain adalah untuk memenuhi keperluan tenaga buruh kasar untuk kepentingan kaum
modal Belanda, disamping ada sebagian yang dilatih dan dididik untuk menjadi tenaga
administrasi, tenaga teknik, tenaga pertanian, dan lain-lain yang diangkat sebagi pekerjapekerja kelas dua dan atau kelas tiga.
Menuriut penelitian komisi pendidikan yang dibentuk oleh pemerintah HindiaBelanda pada tahun 1918-1928 (“Hollands Onderwijs Commisie”) menunjukan bahwa, 2%
orang-orang yang mendapat pendidikan barat berdikari dan lebih dari 83% menjadi pekerja

bayaran, serta selebihnya menjadi pengangguran. Diantara yang 83% itu, 45% menjadi
pegawai negeri (ambtenaar). Pada umumnya gaji pegawai negeri dan para pekerja, jauh lebih
rendah dibandingkan dengan gaji-gaji orang barat mengenai pekerjaan yang sama.
Pada masa ini keadaan social Belanda keadaan social sengaja dipelihara agar terbagi
dalam golongan-golongan atau masyarakat yang hidup terkotak-kotak. Pembagian golongan
social didasarkan pada keturunan, bangsa dan status.
a.

·
·
·
·

Pembagian penduduk menurut hukum pada tahun 1848
Golongan Eropa
Golongan yang dipersamakan dengan golongan Eropa
Golongan Bumiputera
Golongan yang dipersamakan dengan Bumiputera

b. Pembagian pada tahun 1920

·
·
·
·
·
·

Golongan Eropa
Golongan Bumiputera
Pembagian penduduk menurut keturunan atau status social.
Golongan bangsawan (Aristokrat) dan pemimpin adat.
Pemimpin agama (ulama)
Rakyat biasa/jelata
Sekolah-Sekolah Yang Muncul Pacsa Politik Etis

A. Sekolah-Sekolah yang Didirikan Belanda
1. Sekolah Bumi Putera (Inlandsch School) dengan basah pengantar belajarnya adalah
bahasa daerah dan lama studi selama 5 tahun.
2. ELS (Eurospeesch Lagere School) atau disebut juga HIS (Hollandsch Inlandch School)
sekolah dasar dengan lama studi sekitar 7 tahun. Sekolah ini menggunakan sistim dan metode

seperti sekola di negeri Belanda.
3. HBS (Hogere Burger School) yang merupakan sekolah lanjutan tinggi pertama untuk
warga negara pribumi dengan lama belajar 5 tahun.
4. AMS (Algemeen Metddelbare School) mirip HBS, namun setingkat SLTA/SMA.
5. Sekolah Desa (Volksch School) dengan bahasa pengantar belajar bahasa daerah sekitar
dan lama belajar 3 tahun.
6. Sekolah lanjutan untuk sekolah desa (Vevolksch School) belajar dengan bahasa daerah
dengan basaha pengantarnya adalah bahasa daerah dan masa belajranya 2 tahun.
7. Sekolah Peralihan (Schakel School) yaitu sekolah lanjautan untuk sekolah desa dengan
lam belajar 5 tahun dan berbahasa belanda dalam kegiatan belajar mengajar.
8. MULO adalah sekolah lanjutan tinggkat pertama , singkatan dari Meer Uitgebreid Lager
Onderwijs dengan tingkatan yang sama dengan SMP/SLTP pada saat itu jika dibandingkan
pada masa kini.
9. Stovia (School Tot Van Inlndsche Artsen) yang sering disebut juga Sekolah Dokter Jawa
sebagai lanjutan MULO dengan masa belajar selama 7 tahun.
*) Pada tahun 1893 timbullah differensiasi pengajaran bumi putera. Hal ini disebabkan :
1. Hasil sekolah-sekolah bumi putra kurang memuaskan pemerintah colonial. Hal ini
terutama sekali desebabkan karena isi rencana pelaksanaannya terlalu padat.

2. Dikalangan pemerintah mulai timbul perhatian pada rakyat jelata. Mereka insyaf

bahwa yang harus mendapat pengjaran itu bukan hanya lapisan atas saja.
3. Adanya kenyataan bahwa masyarakat Indonesia mempunyai kedua kebutuhan
dilapangan pendidikan yaitu lapisan atas dan lapisa bawah.
Untuk mengatur dasar-dasar baru bagi pengajaran bumi putra, keluarlah indisch
staatsblad 1893 nomor 125 yang membagi sekolah bumi putra menjadi dua bagian:
a)

Sekolah-sekolah kelas I untuk anak-anak priyai dan kaum terkemuka.

b)

Sekolah-sekolah kelas II untuk rakyat jelata.

Perbedaan sekolah kelas I dan kelas II antara lain:
Kelas I
Tujuan: memenuhi kebutuhan pegawai pemerintah, perdagangan dan perusahaan.
Lama bersekolah: 5 tahun
Mata pelajarannya: membaca, menulis, berhitung, ilmu bumi, sejarah, pengetahuan alam,
menggambar, dan ilmu ukur.
Guru-guru: keluaran Kweekschool

Bahasa pengantar: Bahasa Daerah/Melayu
Kelas II
Tujuan: Memenuhi kebutuhan pengajaran di kalangan rakyat umum
Lama bersekolah: 3 tahun
Mata paelajaran: Membaca, menulis dan berhitung.
Guru-guru: persyaratannya longgar
Bahasa pengantar: Bahasa Daerah/Melayu
Pada tahun 1914 sekolah kelas I diubah mejadi HIS (Hollands Inlandse School) dengan
bahasa pengantar bahasa Belanda sedangkan sekolah kelas II tetap atau disebut juga sekolah
vervolg (sekolah sambungan) dan merupakan sekolah lanjutan dari sekolah desa yang mulai
didirikan sejak tahun 1907.
Sistem persekolahan pada zaman pemerintahan Hindia Belanda
Secara umum sistem pendidikan khususnya system persekolahan didasarkan kepada
golongan penduduk menurut keturunan atau lapisan (kelas) social yang ada dan menurut
golongan kebangsaan yang berlaku waktu itu.
1. Pendidikan Rendah (Lager Onderwijs)

Pada hakikatnya pendidikan dasar untuk tingkatan sekolah dasar mempergunakan system
pokok yaitu:
a)


Sekolah rendah dengan bahasa pengantar bahasa Belanda.
a) Sekolah rendah Eropa, yaitu ELS (Europese Lagere school), yaitu sekolah rendah untuk
anak-anak keturunan Eropa atau anak-anak turunan Timur asing atau Bumi putra dari tokohtokoh terkemuka. Lamanya sekolah tujuh tahun 1818.
b) Sekolah Cina Belanda, yaitu HCS (Hollands Chinese school), suatu sekolah rendah untuk
anak-anak keturunan tmur asing, khususnya keturunan Cina. Pertama didirikan pada tahun
1908 lama sekolah tujuh tahun.
c) Sekolah Bumi putra Belanda HIS (Hollands inlandse school), yaitu sekolah rendah untuk
golongan penduduk Indonesia asli. Pada umumnya disediakan untuk anak-anak golongan
bangsawan, tokoh-tokoh terkemuka atau pegawai negeri. Lamanya sekolah tujuh tahun dan
pertama didirikan pada tahun 1914.

b) Sekolah rendah dengan bahasa pengantar bahasa daerah
a)Sekolah Bumi Putra kelas II (Tweede klasee). Sekolah ini disediakan untuk golonagan bumi
putra. Lamaya sekolah tujuh tahun, pertama didirikan tahun 1892.
b) Sekolah Desa (Volksschool). Disediakan bagi anak-anak golongan bumi putra. Lamanya
sekolah tiga tahun yang pertama kali didirikan pada tahun 1907.
c) Sekolah Lanjutan (Vorvolgschool). Lamanya dua tahun merupakn kelanjutan dari sekolah
desa, juga diperuntukan bagi anak-anak golongan bumi putra. Pertama kali didirikan pada
tahun 1914.

d) Sekolah Peralihan (Schakelschool) : Merupakan sekolah peralihan dari sekolah desa (tiga
tahun) kesekolah dasar dengan bahasa pengantar bahasa Belanda. Lama belajarnya lima
tahun dan diperuntukan bagi anak-anak golongan bumi putra. Disamping sekolah dasar
tersebut diatas masih terdapat sekolah khusus untuk orang Ambon seperti Ambonsche
Burgerschool yang pada tahun 1922 dijadikan HIS. Untuk anak dari golongan bangsawan
disediakan sekolah dasar khusus yang disebut sekolah Raja (Hoofdensschool). Sekolah ini
mula-mula didirikan di Tondano pada tahun 1865 dan 1872, tetapi kemudian diintegrasi ke
ELS atau HIS.
2.

Pendidikan lanjutan = Pendidikan Menengah

a)

MULO (Meer Uit gebreid lager school), sekolah tersebut adalah kelanjutan dari sekolah
dasar yang berbasa pengantar bahasa Belanda. Lama belajarnya tiga sampai empat tahun.

Yang pertama didirikan pada tahun 1914 dan diperuntukan bagi golongan bumi putra dan
timur asing. Sejak zaman jepang hingga sampai sekarang bernama SMP. Sebenarnya sejak
tahun 1903 telah didirikan kursus MULO untuk anak-anak Belanda, lamanya dua tahun.
b)

AMS (Algemene Middelbare School) adalah sekolah menengah umum kelanjutan dari
MULO berbahasa belanda dan diperuntukan golongan bumi putra dan Timur asing. Lama
belajarnya tiga tahun dan yang petama didirikan tahun 1915. AMS ini terdiri dari dua jurusan
(afdeling= bagian), Bagian A (pengetahuan kebudayaan) dan Bagian B (pengetahuan alam )
pada zaman jepang disebut sekolah menengah tinggi, dan sejak kemerdekaan disebut SMA.

c)

HBS (Hoobere Burger School) atau sekolah warga Negara tinggi adalah sekolah menengeh
kelanjutan dari ELS yang disediakan untuk golongan Eropa, bangsawan golongan bumi putra
atau tokoh-tokoh terkemuka. Bahasa pengantarnya adalah bahasa belanda dan berorentasi ke
Eropa Barat, khususnyairikan pada belanda. Lama sekolahnya tiga tahun dan lima tahun.
Didirikan pada tahun 1860

d)

Pendidikan Kejuruan (vokonderwijs )
Sebagai pelaksanaan politik etika pemerintah belanda banyak mencurahkan perhatian pada
pendidikan kejuruan. Jenis sekolah kejuruan yang ada adalah sebagai berikut:
1. Sekolah pertukangan (Amachts leergang) yaitu sekolah berbahasa daerah dan
menerima sekolah lulusan bumi putra kelas III (lima tahun) atau sekolah lanjutan
(vervolgschool). Sekolah ini didirikan bertujuan untuk mendidik tukang-tukang.
didirikan pada tahun 1881
2. Sekolah pertukangan (Ambachtsschool) adalah sekolah pertukangan berbahasa
pengantar Belanda dan lamanya sekolah tiga tahun menerima lulusan HIS, HCS atau
schakel. Bertujuan untuk mendidik dan mencetak mandor jurusanya antara lain montir
mobil, mesin, listrik, kayu dan piñata batu
3. Sekolah teknik (Technish Onderwijs) adalah kelanjutan dari Ambachtsschool,
berbahasa Belanda, lamanya sekolah 3 tahun. Sekolah tersebut bertujuan untuk
mendidik tenaga-tenaga Indonesia untuk menjadi pengawas, semacam tenaga teknik
menengah dibawah insinyur.
4. Pendidikan Dagang (Handels Onderwijs). Tujuannya untuk memenuhi kebutuhan
perusahaan Eropa yang berkembang dengan pesat.

5. Pendidikan pertanian (landbouw Onderwijs) pada tahun 1903 didirikan sekolah
pertaian Yang menerima lulusan sekolah dasra yang berbahasa penganatar belanda.
Pada tahun 1911 mulai didirikan sekolah pertanian (cultuurschool) yang terdiri dari
dua jurusan, pertanian dan kehutanan. Lama belajaranya sekitar 3-4 tahun, dan
bertujuan untuk menghasilkan pengawas-pengawas pertanian dan kehutanan. Pada
rtahun 1911 didirikan pula sekolah pertanian menengah atas (Middelbare
Landbouwschool) yang menerima lulusan MULO atau HBS yang lamanya belajar 3
tahun.
6. Pendidikan kejuruan kewanitaan (Meisjes Vakonderwijs).
7. Pendidikan ini merupakan kejuruan yang termuda. Kemudian sekolah yang sejenis
yang didirikn oleh swasta dinamakan Sekolah Rumah Tangga (Huishoudschool).
Lama belajarnya tiga tahun.
8. Pendidikan keguruan (Kweekschool). Lembaga keguruan ini adalah lembaga yang
tertua dan sudah ada sejak permulaan abad ke-19. Sekolah guru negeri yang pertama
didirikan

pada

tahun

1852

di Surakarta.

Sebelum itu

pemerintah

telah

menyelenggarakan kursus-kursus guru yang diberi nama Normal Cursus yang
dipersiapkan untuk menghasilkan guru-guru sekolah desa. Pada abad ke-20 terdapat
tiga macam pendidikan guru, yaitu:
1. Normalschool,sekolah guru dengan masa pendidikan empat tahun dan
menerima lulusan sekolah dasar lima tahun, berbahasa pengantar bahasa
dearah.
2. Kweekschool, sekolah guru empat tahun yang menerima lulusan berbahasa
belanda.
3. Hollandschool Indlandschool kweekschool, sekolah guru 6 tahun berbahasa
pengantar Belada dan bertujuan menghasilkan guru HIS-HCS.
4. Pendidikan Tinggi (Hooger Onderwijs)
Karena terdesak oleh tenaga ahli, maka didirikanlah:
a) Sekolah Tehnik Tinggi (Technische Hoge School).

Sekolah Tehnik Tinggi ini yang diberi nama THS didirikan atas usaha yayasan pada tahun
1920 di Bandung. THS adalah sekolah Tinggi yang pertama di Indonesia, lama belajarnya
lima tahun. Sekolah ini kemudian menjelma menjadi ITB.
b) Sekolah Hakim Tinggi (Rechskundige Hoge school).
RHS didirikan pada tahun 1924 di Jakarta. Lama belajarnya 5 tahun, yang tama AMS dapat
diterima di RHS. Tamatan ini dijadikan jaksa atau hakim pada pengadilan.
c) Pendidiakan tinggi kedokteran.
Lembaga ini di Indonesia di mulai dari sekolah dasar lima tahun. Bahasa pengantarnya
bahasa melayu . pada tahun 1902 sekolah dokter jawa diubah menjadi STOVIA (School Tot
Opleiding Voor Indische Artsen) yang menerima lulusan ELS, dan berbahasa pengantar
Belanda. Lama belajarnya 7 tahun. Kemudian syarat penerimaannya ditingkatkan menjadi
lulusan MULO. Pada tahun 1913 disamping STOVIA di Jakarta didirikan sekolah tinggi
kedokteran (Geneeskundige Hogeschool) Yang lama belajaranya 6 tahun dan menerima
lulusan AMS dan HBSa
B.

Sekolah-Sekolah yang Didirikan Oleh Tokoh-Tokoh Pendidikan Indonesia

1.

Taman siswa adalah nama sekolah yang didirikan oleh Ki Hadjar Dewantara pada tanggal
3 Juli tahun 1922 di Yogyakarta (Taman berarti tempat bermain atau tempat belajar,
dan Siswa berarti murid).Pada waktu pertama kali didirikan, sekolah Taman Siswa ini diberi
nama "National Onderwijs Institut Taman Siswa".

2.

Sakola Istri adalah sekolah yang didrikan oleh dewi sartika pada tanggal 16 january 1904,
merupakan sekolah perempuan pertama se-Hindia Belanda (Indonesia). Murid pertamanya
berjumlah 20 orang. Tenaga pengajarnya terdiri dari 3 orang, yaitu : Dewi Sartika, Nyi
Poerwa, dan Nyi Oewid

3.

Muhammadiyah
didirikan di Kampung Kauman Yogyakarta, pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330H atau bertepatan
dengan 18 Nopember 1912 oleh seorang yang bernamaMuhammad Darwis, kemudian dikena
l dengan KH Ahmad Dahlan. Disamping memberikan kegiatan kepada laki-laki, pengajian
kepada ibu-ibu dan anak-anak, beliau juga mendirikan sekolah-sekolah. Tahun 1913 sampai
tahun 1918 beliau telah mendirikan Sekolah Dasar sejumlah 5 buah, tahun 1919 mendirikan
Hooge School Muhammadiyah ialah sekolah lanjutan. Tahun 1921 diganti namanya menjadi
Kweek School Muhammadiyah, tahun 1923, dipecah menjadi dua, laki-laki sendiri

perempuan sendiri, dan akhirnya pada tahun 1930 namanya dirubah menjadi Mu`allimin dan
Mu`allimat.

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45