BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Investasi - Analisis Pengaruh Harga Minyak Dunia, Nilai Tukar, Inflasi, dan Suku Bunga SBI Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Investasi

  Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber dana yang dilakukan pada saat ini dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa yang akan datang (Tandelilin, 200:3). Harapan keuntungan di masa yang akan datang merupakan kompensasi atas waktu dan resiko yang terkait dengan keuntungan yang diharapkan. Dalam konteks investasi harapan keuntungan ini sering disebut atau imbal hasil (Tandelilin, 2001:3). Menurut Sunariyah (2003:4)

  return

  Investasi adalah suatu penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang.

  Di samping untuk memperoleh keuntungan di masa yang akan datang, ada beberapa tujuan lain dari sebuah investasi (Tandelilin, 2001:5), yaitu:

  1. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa yang akan datang 2.

  Mengurangi tekanan inflasi Dengan melakukan investasi dalam pemilikan perusahaan atau obyek lain, seseorang dapat menghindarkan diri dari risiko penurunan nilai kekayaan atau hak miliknya akibat adanya pengaruh inflasi.

  3. Dorongan untuk menghemat pajak Beberapa negara di dunia banyak melakukan kebijakan yang bersifat mendorong tumbuhnya investasi masyarakat melalui pemberian fasilitas

  8 perpajakan kepada masyarakat yang melakukan investasi pada bidang usaha tertentu.

  Menurut Sunariyah (2004:4) investasi dalam arti luas terdiri dari dua bagian utama yaitu:

1. Investasi dalam bentuk aktiva rill (real asset), berupa aktiva berwujud seperti emas, perak, intan, barang-barang seni dan real estate.

  2. Investasi dalam bentuk surat-surat berharga (financial asset) berupa surat- surat berharga yang pada dasarnya merupakan klaim atas aktiva rill yang di kuasai oleh entitas. Pemilihan aktiva financial dalam rangka investasi pada sebuah entitas dapat dilakukan dengan dua cara: a.

  Investasi langsung (direct investment) Investasi langsung dapat diartikan sebagai suatu pemilikan surat-surat berharga secara langsung dalam suatu entitas yang secara resmi telah go public dengan harapan akan mendapatkan keuntungan berupa penghasilan dividen dan capital gains .

  b.

  Investasi tidak langsung (indirect investment) Investasi tidak langsung terjadi bilamana surat-surat berharga yang dimiliki diperdagangkan kembali oleh perusahaan investasi (investment company) yang berfungsi sebagai perantara.

  Proses investasi merupakan proses keputusan yang berkesinambungan. Proses keputusan investasi terdiri dari 5 tahap keputusan yang berjalan terus- menerus sampai tercapai keputusan yang terbaik. Tahap-tahap keputusan investasi tersebut (Tandelilin, 2001:8) adalah sebagai berikut:

1. Penentuan tujuan investasi 2.

  Penentuan kebijakan investasi 3. Pemilihan strategi portofolio 4. Pemilihan aset 5. Pengukuran dan evaluasi kinerja portofolio

2.1.2 Saham

  Ada banyak bentuk investasi yang dapat dilakukan oleh investor, salah satu diantaranya adalah saham. Saham adalah surat berharga yang diterbitkan oleh perusahaan (emiten) yang menyatakan bahwa investor yang memiliki surat berharga tersebut mempunyai hak kepemilikan atas asset-aset perusahaan (Tandelilin, 2001:18). Menurut Samsul (2006:45), saham adalah tanda bukti memiliki perusahaan di mana pemiliknya disebut juga sebagai pemegang saham (shareholder atau stockholder). Bukti bahwa seseorang atau suatu pihak dapat dianggap sebagai pemegang saham adalah apabila mereka sudah tercatat sebagai pemegang saham dalam buku yang disebut Daftar Pemegang Saham (DPS).

  Secara umum ada beberapa jenis saham yang diperdagangkan di pasar modal, antara lain:

1. Saham Atas Tunjuk (Bearer Stock)

  Setiap pemegang saham atas tunjuk dianggap sebagai pemilik dan memiliki hak untuk menjual saham tersebut, memperoleh bayaran atas deviden dan menghadiri Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

  2. Saham Atas Nama (Registered Stock) Jenis saham ini nama dari pemilik saham terdapat di sertifikat saham dan tercatat dalam daftar pemegang saham (DPS) perusahaan. Pemegang saham jenis ini memperoleh hak untuk menjual saham, memperoleh deviden, dan mengakhiri Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

  3. Saham Biasa (Common Stock) Saham biasa adalah saham yang tidak memiliki saham istimewa, pemegang saham ini memiliki hak prioritas yang lebih rendah dibandingkan pemegang saham preferen terutama pada saat pembagian deviden dan liquidasi perusahaan.

  4. Saham Preferen (Preferren Stock) Pemegang saham preferen memiliki hak prioritas dalam pembagian deviden dan pembagian kekayaan pada saat perusahaan dilikuidasi dibandingkan dengan pemegang saham biasa. Selain itu pemegang saham preferen berhak mengajukan usul pengajuan calon anggota dewan komisaris dan direksi.

2.1.3 Risiko Investasi

  Dalam berinvestasi seseorang dihadapkan pada suatu risiko yang dinamakan risiko investasi, sehingga dalam melakukan investasi seseorang harus selalu mempertimbangkan tingkat risiko. Risiko merupakan kemungkinan perbedaan antara return aktual dengan return yang diharapkan. Semakin besar perbedaannya, berarti semakin besar risiko investasi tersebut (Tandelilin,2001:46). Pengertian lain dari Risiko yang dikemukakan oleh Gitman

  (2003:214), sebagai berikut:

  “Risk is the change of financial loss or more

formally, the variability of return associated with a given asset”. Artinya bahwa

  risiko pada dasarnya adalah perubahan dari kerugian financial atau bisa di definisikan sebagai variasi dari pengembalian asset.

  Berdasarkan definisi di atas maka dapat disimpulakan bahwa risiko adalah kemungkinan dari investasi yang di lakukan oleh investor mengalami kegagalan dalam memenuhi tingkat pengembalian yang diharapkan investor.

  Adapun jenis-jenis risiko yang mungkin dihadapi oleh para investor dalam melakukan kegiatan investasi dikemukakan oleh Reilly (2003:15), diantaranya:

  1. Bussiness Risk

  Kemungkinan kerugian yang di derita perusahaan karena keuntungan yang diperoleh lebih kecil dari keuntungan yang diharapkan. Business Risk ini berkaitan dengan cakupan usaha perusahaan.

  2. Financial Risk

  Risiko yang ditimbulkan dari cara perusahaan membiayai kegiatannya misalnya: penggunaan utang dalam membiayai asset perusahaan.

  3. Liquidity Risk

  Adanya ketidakpastian yang timbul pada saat sekuritas berada di pasar sekunder.

  4. Exchange Risk

  Risiko ini berkaitan dengan fluktuasi nilai tukar mata uang domestic dengan nilai mata uang negaranya.

  5. Country Risk

  Risiko ini berkaitan dengan kestabilan politik serta kondisi lingkungan perekonomian di suatu Negara.

  Tandelilin (2001:50), menyebutkan beberapa sumber risiko yang dapat mempengaruhi besarnya risiko atas surat investasi, antara lain adalah:

  1. Risiko Suku Bunga 2.

  Risiko Pasar 3. Risiko Inflasi 4. Risiko Bisnis 5. Risiko Financial 6. Risiko Likuiditas 7. Risiko Nilai Tukar Mata Uang 8. Risiko Negara

  Adapun risiko yang harus dihadapi dalam setiap keputusan investasi mengharuskan investor untuk berhati-hati dan melakukan analisa serta pertimbangan yang matang. Pengetahuan dan pemahaman yang cukup akan membantu investor dalam mempertimbangkan suatu alternatif investasi. Karena itu seorang investor atau pelaku investasi yang akan berinvestasi dalam sekuritas saham sebaiknya memiliki pemahaman mengenai pasar modal, bagaimana proses berinvestasi pada sekuritas serta karakteristik saham itu sendiri.

  Menurut Tandelilin (2001:50), ada beberapa sumber risiko yang bisa mempengaruhi besarnya risiko suatu investasi. Sumber

  • – sumber tersebut antara lain :

  1. Risiko sistematis Risiko sistematis merupakan risiko yang berkaitan dengan perubahan yang terjadi di pasar secara keseluruhan. Perubahan pasar tersebut akan mempengaruhi variabilitas return suatu investasi.

  2. Risiko tidak sistematis Risiko tidak sistematis adalah risiko yang tidak terkait dengan perubahan pasar secara keseluruhan.

2.1.4 Return Investasi

  Konsep risiko tidak terlepas kaitannya dengan return, karena investor selalu mengharapkan tingkat return yang sesuai atas setiap risiko investasi yang dihadapinya. Return adalah harapan keuntungan di masa datang atas investasi yang dilakukan oleh investor. Tujuan investor dalam berinvestasi adalah memaksimalkan return. Return merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor berinvestasi dan juga merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya (Tandelilin, 2001:47).

  Menurut Jogiyanto (2010:205) return dibedakan menjadi 2 yaitu : a. Return Realisasi (realized return) realisasi merupakan return yang telah terjadi. Return realisasi dihitung

  Return

  berdasarkan data historis. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan. b.

  Return ekspektasi (expected return) Merupakan return saham perusahaan yang diharapkanakan diperoleh oleh investor di masa mendatang. Berbeda dengan return realisasi yang sifatnya sudah terjadi, sedangkan return ekspektasi sifatnya belum terjadi.Return realisasi dibutuhkan dalam menilai Return ekspektasi.

  Return saham dalam konteks manajemen investasi merupakan imbalan yang

  diperoleh dari investasi yang merupakan imbalan atas keberanian Investor menanggung resiko atas investasi yang dilakukan. Menurut Tandelilin (2001:48)

  return saham terdiri dari : 1.

   Yield, yaitu cash flow yang dibayarkan secara periodik kepada pemegang

  saham (dalam bentuk deviden), 2.

   Capital gain (loss), yaitu selisih antara harga saham pada saat pembelian dengan harga saham pada saat penjualan.

2.1.5 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

  Menurut Jogiyanto (2000 : 147), Indeks Harga Saham Gabungan merupakan angka indeks harga saham yang sudah disusun dan dihitung sehingga menghasilkan trend, dan dapat digunakan untuk membandingkan kejadian yang berupa perubahan harga saham dari waktu ke waktu. Indeks harga saham individual sering sekali dipakai sebagai ukuran investor untuk menentukan perkembangan suatu perusahaan yang terrefleksi dari indeks harga sahamnya.

  Sedangkan indeks harga saham gabungan sering sekali dipakai sebagai indikator untuk mengukur situasi umum perdagangan efek (Lubis, 2006 : 157)

  Sebuah indeks diharapkan memiliki 5 fungsi yaitu: 1. Sebagai indikator trend pasar 2. Sebagai indikator tingkat keuntungan 3.

  Sebagai tolak ukur kinerja suatu portofolio 4. Menfasilitasi pembentukan portofolio dengan strategi pasif 5. Menfasilitasi berkembangnya produk derivatif.

  Sunariyah (2003:127) mengemukakan bahwa ada dua metode perhitungan Indeks Harga Saham Gabungan yaitu : 1.

  Metode rata-rata (Average Method) Merupakan metode dimana harga pasar saham-saham yang masuk dalam indeks tersebut dijumlah kemudian dibagi dengan suatu faktor pembagi.

  ∑P s

  IHSG = ∑P base

  Dimana :

  IHSG = Indeks Harga Saham Gabungan = Harga pasar saham

  P

  s

  = Harga dasar saham P

  base

  2. Metode rata-rata tertimbang (Weighted Average Method) Merupakan suatu metode yang menambahkan bobot dalam perhitungan indeks disamping harga pasar saham-saham yang tercatat dan harga dasar saham.

  Pembobotan yang dilakukan dalam perhitungan indeks pada umumnya adalah jumlah saham yang dikeluarkan.

  Ada dua metode untuk menghitung metode rata-rata tertimbang :

  1) Paasche

  Metode ini memperbandingkan kapitalisasi pasar seluruh saham dengan nilai dasar seluruh saham yang tergantung dalam sebuah indeks. Dalam hal ini makin besar kapitalisasi suatu saham, maka akan menimbulkan pengaruh yang sangat besar jika terjadi perubahan harga pada saham yang bersangkutan.

  X S ) ∑(P s s

  IHSG = ∑(P x S ) base s

  Dimana : P s = Harga saham sekarang S = Jumlah saham yang beredar

  s

  P base = Harga dasar saham 2)

  Laspreyes Rumus ini menggunakan jumlah saham yang dikeluarkan pada hari dasar dan tidak berubah selamanya walaupun ada pengeluaran saham baru.

  X S ) ∑(P s o

  Indeks =

  ∑(P x S base o)

  Dimana : P s = Harga saham sekarang S o = Jumlah saham awal P base = Harga dasar saham

  Adapun jenis indeks dapat dikelompokkan menjadi 5 (Lubis, 2006 : 158), yaitu :

1. Indeks Individual (Individual Index) 2.

  Indeks Harga Saham Sektoral (Sectoral Index)

3. Indeks LQ 45 (LQ45 Index) 4.

  Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) atau (composite share price index) 5. Indeks Syariah atau JII (Jakarta Islamic Index)

  Indeks harga saham gabungan dapat diperoleh dengan menggunakan rumus :

  H t

  IHSG =

  100 H

  Keterangan :

  IHSG = Indeks Harga Saham Gabungan H t = Harga pada waktu yang berlaku H = Harga pada waktu dasar

2.1.6 Harga Minyak Dunia

  Minyak mentah atau crude oil merupakan salah satu energi utama yang sangat dibutuhkan. Hasil dari pengolahan minyak mentah dapat menjadi energi untuk melakukan kegiatan produksi. Sebagian besar industri menggunakan minyak dalam mejalankan kegiatannya, Bahkan, dalam kehidupan sehari-hari minyak mentah tidak lepas dari kegiatan kita, seperti bensin yang digunakan untuk kebutuhan transportasi.

  Harga minyak dunia ditentukan dari permintaan dan penawaran dari negara- negara eksportir (produsen) dan negara-negara importir (konsumen). Besarnya kebutuhan terhadap minyak tentunya akan mempengaruhi harga minyak yang berlaku. Dalam skala besar permintaan dari banyak negara untuk memenuhi kebutuhan minyak domestiknya akan menciptakan agregat permintaan yang akan mempengaruhi harga minyak dunia.

  Selain pengaruh dari permintaan negara-negara pengonsumsi minyak, harga minyak juga dipengaruhi oleh ketersediaan pasokan yang ditawarkan oleh negara- negara penghasil minyak. Cadangan minyak dunia hanya dimiliki oleh beberapa negara seperti Saudi Arabia, Irak, Iran dan beberapa negara lain. Diantara persediaan tersebut lebih dari 25% dimiliki oleh Saudi Arabia. Banyak negara yang masih bergantung pada negara lain dalam pemenuhan suplai minyak tersebut. Oleh karena itu, sangat mungkin bagi negara penghasil minyak dunia untuk mendominasi harga minyak di pasar. Sehingga dibutuhkan suatu mekanisme untuk menentukan harga minyak di pasar dunia agar kebijakan yang diambil menguntungkan semua pihak. Selain permintaan dan penawaran, harga minyak juga dipengaruhi oleh keadaan geopolitik negara-negara yang menjadi pemasok utama minyak dunia.

  Jenis minyak mentah yang di perdagangkan di dunia seperti, West Texas

Intermediate (WTI) , Brent Bland, OPEC Basket price dan Russian Export Blend.

  Harga minyak mentah dunia diukur dengan harga spot pasar minyak dunia, umumnya harga minyak yang digunakan menjadi harga standar dunia adalah West

  Texas Intermediate (WTI). West Texas Intermediate (WTI) merupakan minyak

  mentah yang memiliki kualitas tinggi. Minyak mentah tersebut berjenis light-

  sweet dan memiliki kadar belerang yang rendah. Minyak jenis ini sangat cocok

  untuk dijadikan bahan bakar energi, karena tingginya kualitas minyak mentah

  West Texas Intermediate dijadikan harga standar minyak dunia. Harga minyak West Texas Intermediate pada umumnya lebih tinggi lima sampai enam dollar per

  barrel dibandingkan dengan harga minyak OPEC dan lebih tinggi satu hingga dua dollar per barel dibanding harga minyak Brent Bland (useconomy.about.com). Hal inilah yang menjadi alasan harga minyak WTI menjadi ukuran standar bagi perdagangan minyak.

  Dalam penelitian ini satuan ukuran minyak mentah yang digunakan adalah barrel. Sedangkan mata uang yang digunakan sebagai alat tukar adalah dollar Amerika Serikat. Salah satu pemilihan dollar AS sebagai alat tukar minyak adalah karena mata uang dollar AS dikenal hampir diseluruh dunia.

2.1.7 Nilai Tukar Rupiah

  Nilai tukar (kurs) adalah nilai yang menunjukkan jumlah nilai mata uang dalam negeri yang diperlukan untuk mendapatkan satu unit mata uang asing (Sukirno, 2010:397). Nilai Tukar rupiah atau disebut juga kurs rupiah adalah perbandingan nilai atau harga mata uang rupiah dengan mata uang lain.

  Perdagangan antar negara dimana masing-masing negara mempunyai alat tukarnya sendiri mengharuskan adanya angka perbandingan nilai suatu mata uang dengan mata uang lainnya, yang disebut kurs valuta asing (Salvatore, 2008 : 67).

  Menurut Mankiw (2000 : 115) kurs dibedakan menjadi dua, yaitu : 1. Kurs nominal (nominal exchange rate) adalah harga relatif dari mata uang dan negara. Sebagai contoh, jika kurs antara dollar AS dan yen Jepang adalah

  ¥120/US$. Maka anda bisa menukar 1 dollar untuk 120 yen di pasar uang. Orang Jepang yang ingin memiliki dollar akan membayar 120 yen untuk setiap dollar yang dibelinya. Orang Amerika yang ingin memiliki yen akan mendapatkan 120 yen untuk setiap dollar yang ia bayar. Ketika orang-orang mengacu pada “kurs” di antara kedua negara, mereka biasanya mengartikan sebagai kurs nominal.

  2. Kurs Rill (real exchange rate) adalah harga relatif dari barang-barang di antara dua negara. Kurs riil menyatakan tingkat dimana kita bisa memperdagangkan barang-barang dari suatu negara untuk barang-barang dari negara lain. Kurs riil sering disebut term of trade.

  Menurut Kuncoro (2001: 26-31), ada beberapa sistem nilai tukar mata uang yang berlaku di perekonomian internasional, yaitu:

  1. Sistem nilai tukar mengambang (floating exchange rate) Kurs ini ditentukan oleh mekanisme pasar dengan atau tanpa upaya stabilisasi oleh otoritas moneter. Di dalam sistem nilai tukar mengambang dikenal dua macam kurs mengambang, yaitu :

  a. Mengambang bebas (murni) Dimana nilai tukar mata uang ditentukan sepenuhnya oleh mekanisme pasar tanpa ada campur tangan pemerintah. Sistem ini sering disebut clean floating exchange rate, di dalam sistem ini cadangan devisa tidak diperlukan karena otoritas moneter tidak berupaya untuk menetapkan atau memanipulasi kurs.

  b. Mengambang terkendali (managed or dirty floating exchange rate) Dimana otoritas moneter berperan aktif dalam menstabilkan nilai tukar pada tingkat tertentu. Oleh karena itu, cadangan devisa biasanya dibutuhkan karena otoritas moneter perlu membeli atau menjual valas untuk mempengaruhi pergerakan kurs.

  2. Sistem nilai tukar tertambat (peged exchange rate) Dalam sistem ini, suatu negara mengkaitkan nilai mata uangnya dengan suatu mata uang negara lain atau sekelompok mata uang, yang biasanya merupakan mata uang negara partner dagang yang utama

  “menambatkan“ ke suatu mata uang berarti nilai mata uang tersebut bergerak mengikuti mata uang yang menjadi tambatannya. Jadi sebenarnya mata uang yang ditambatkan tidak mengalami fluktuasi tetapi hanya berfluktuasi terhadap mata uang lain mengikuti mata uang yang menjadi tambatannya.

  3. Sistem nilai tukar tertambat merangkak (crawling pegs) Dalam sistem ini, suatu negara melakukan sedikit perubahan dalam nilai mata uangnya secara periodik dengan tujuan untuk bergerak menuju nilai tertentu pada rentang waktu tertentu. Keuntungan utama sistem ini adalah suatu negara dapat mengatur penyesuaian kursnya dalam periode yang lebih lama dibanding sistem nilai tukar tertambat. Oleh karena itu, sistem ini dapat menghindari kejutan- kejutan terhadap perekonomian akibat revaluasi atau devaluasi yang tiba-tiba dan tajam.

  4. Sistem sekeranjang mata uang (basket of currencies) Banyak negara terutama negara sedang berkembang menetapkan nilai mata uangnya berdasarkan sekeranjang mata uang. Keuntungan dari sistem ini adalah menawarkan stabilitas mata uang suatu negara karena pergerakan mata uang disebar dalam sekeranjang mata uang. Seleksi mata uang yang dimasukkan dalam “keranjang“ umumnya ditentukan oleh peranannya dalam membiayai perdagangan negara tertentu. Mata uang yang berlainan diberi bobot yang berbeda tergantung peran relatifnya terhadap negara tersebut. Jadi sekeranjang mata uang bagi suatu negara dapat terdiri dari beberapa mata uang yang berbeda dengan bobot yang berbeda.

  5. Sistem nilai tukar tetap (fixed exchange rate) Dalam sistem ini, suatu negara mengumumkan suatu kurs tertentu atas nama uangnya dan menjaga kurs ini dengan menyetujui untuk menjual atau membeli valas dalam jumlah tidak terbatas pada nilai tersebut. Nilai tukar biasanya tetap atau diperbolehkan berfluktuasi dalam batas yang sangat sempit.

  Naik turunnya nilai tukar mata uang atau kurs valuta asing bisa terjadi dengan berbagai cara, yakni bisa dengan cara dilakukan secara resmi oleh pemerintah suatu negara yang menganut sistem managed floating exchange rate atau bisa juga karena tarik menariknya kekuatan-kekuatan permintaan dan penawaran di dalam pasar (market mechanism) dan lazimnya perubahan nilai tukar mata uang tersebut bisa terjadi karena empat hal, yaitu:

  1. Depresiasi (depreciation), yaitu penurunan harga mata uang nasional terhadap berbagai mata uang asing lainnya, yang terjadi karena tarik menariknya kekuatan-kekuatan supply dan demand di dalam pasar (market mechanism) 2. Apresiasi (appreciation), yaitu peningkatan harga mata uang nasional terhadap berbagai mata uang asing lainnya, yang terjadi karena tarik menariknya kekuatan-kekuatan supply dan demand di dalam pasar (market

  mechanism) 3.

  Devaluasi (devaluation), yaitu penurunan harga mata uang nasional terhadap berbagai mata uang asing lainnya yang dilakukan secara resmi oleh pemerintah suatu negara.

  4. Revaluasi (revaluation), yaitu peningkatan harga mata uang nasional terhadap berbagai mata uang asing lainnya yang dilakukan secara resmi oleh pemerintah suatu negara.

2.1.8 Inflasi

  Inflasi adalah kenaikan harga

  • – harga umum yang berlaku dalam suatu perekonomian dari suatu periode ke periode lainnya. Sedangkan tingkat inflasi adalah persentasi kenaikan harga-harga pada suatu tahun tertentu berbanding dengan tahun sebelumnya (Sukirno,2004:27)

  Tingkat inflasi yang tinggi biasanya dikaitkan dengan kondisi ekonomi yang terlalu panas (overheated). Artinya, kondisi ekonomi mengalami permintaan atas produk yang melebihi kapasitas penawaran produknya, sehingga harga-harga cenderung mengalami kenaikan. Inflasi yang terlalu tinggi juga akan menyebabkan penurunan daya beli uang (purchasing power of money) (Tandelilin, 2001:212).

  Teori Kuantitas menjelaskan bahwa sumber utama terjadinya inflasi adalah karena adanya kelebihan permintaan sehingga uang yang beredar di masyarakat bertambah banyak (Khalwaty, 2000:15-31). Teori kuantitas membedakan sumber inflasi menjadi:

  a) Demand full inflation

  Terjadi karena adanya permintaan agregatif di mana kondisi produksi telah berada pada kesempatan kerja penuh (full employment) sehingga kenaikan permintaan tidak lagi mendorong kenaikan output (produksi) tetapi hanya mendorong kenaikan harga-harga.

  b) Cost push inflation

  Pada kondisi ini tingkat penawaran lebih rendah jika dibandingkan dengan tingkat permintaan. Ini karena adanya kenaikan harga faktor produksi sehingga produsen terpaksa mengurangi produksinya sampai jumlah tertentu. Penawaran total (aggregate supply) yang terus menurun karena semakin mahalnya biaya produksi akan meyebabkan kenaikan harga-harga. Kenaikan biaya produksi yang menimbulkan cost push inflation didorong oleh beberapa faktor, yakni adanya tuntutan kenaikan upah tenaga kerja, industri yang monopolis, kenaikan bahan baku industri, kebijakan pemerintah.

  c) Structural approach

  Dengan pendekatan struktur ekonomi, terjadinya inflasi dipandang karena tidak seimbangnya struktur ekonomi. Untuk itu, inflasi akan dapat ditanggulangi dengan melakukan pembenahan pada semua struktur ekonomi.

  d) Monetary approach

  Dengan pendekatan moneter, inflasi dinilai sebagai suatu fenomena moneter, yaitu keadaan yang disebabkan terlalu banyaknya uang yang beredar dibandingkan dengan kesediaan masyarakat untuk memiliki atau menyimpan uang tersebut yang akhirnya akan menaikkan permintaan (excess demand for

  goods ).

  e) Accounting approach to inflation

  Diketahui bahwa terjadinya inflasi bersumber pada perkembangan harga- harga pada kelompok barang dan jasa yang digunakan untuk menyusun Indeks Harga Konsumen (IHK).

  Sehubungan dengan kompleksnya faktor yang menjadi sumber terjadinya inflasi atau banyaknya variabel yang berpengaruh terhadap inflasi, maka dapat pula dilakukan pengelompokan terhadap jenis-jenis inflasi berdasarkan sudut pandang (Khalwaty, 2000:31-35), sebagai berikut: a.

  Ditinjau dari asal terjadinya, inflasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

1) Domestic inflation adalah inflasi yang berasal dari dalam negeri.

  2) Imported inflation adalah inflasi yang terjadi di dalam negeri karena adanya pengaruh kenaikan harga dari luar negeri.

  b.

  Ditinjau dari intensitasnya, inflasi dapat dibedakan menjadi: 1)

  Creeping inflation adalah inflasi yang terjadi dengan laju pertumbuhan berlangsung lambat, karena kenaikan harga-harga berlangsung secara perlahan-lahan. 2)

  Hyper inflation atau galloping inflation adalah inflasi yang sangat berat yang timbul akibat adanya kenaikan harga-harga yang umum yang berlangsung sangat cepat.

  c.

  Ditinjau dari sudut bobotnya, dapat dibedakan menjadi empat, yaitu: 1)

  Inflasi ringan adalah inflasi dengan laju pertumbuhan yang berlangsung perlahan dan berada pada posisi satu digit atau di bawah 10% per tahun.

  2) Inflasi sedang adalah inflasi dengan tingkat laju pertumbuhan berada di antara 10-30% per tahun atau melebihi dua digit.

  3) Inflasi berat merupakan inflasi dengan laju pertumbuhan berada di antara

  30-100% per tahun. 4)

  Inflasi sangat berat adalah inflasi dengan laju pertumbuhan melampaui 100% per tahun.

  Untuk mengukur laju pertumbuhan tingkat inflasi, ada beberapa cara yang dapat digunakan (Khalwaty, 2000:35-47), yaitu dengan menggunakan angka harga umum, angka deflator PNB, indeks harga konsumen atas harga harapan, indeks harga dalam dan luar negeri, angka deflator GNP dan indeks harga.

2.1.9 Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI)

  Sertifikat Bank Indonesia (SBI) berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.8/13/DPM tentang Penerbitan Sertifikat Bank Indonesia melalui lelang adalah surat berharga dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indoenesia (BI) sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek. Tujuan dari penerbitan SBI adalah untuk menjaga stabilitas moneter, yaitu BI berkewajiban memelihara kestabilan nilai rupiah. Dengan suatu paradigma yang dianut yaitu, jumlah uang primer (uang kartal + uang giral di BI) yang berlebihan dapat mengurangi kestabilan nilai rupiah. SBI diterbitkan dan dijual oleh BI untuk mengelola kelebihan uang primer tersebut.

  Menurut Siamat (2005:455), Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah surat berharga atas unjuk dalam rupiah yang diterbikan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang jangka pendek dan diperjualbelikan dengan cara diskonto.

  Besarnya tingkat suku bunga SBI dijadikan tolak ukur oleh bank-bank pemerintah, swasta nasional, dan swasta asing dalam menentukan tingkat suku bunga tabungan, deposito dan pinjaman kepada nasabah-nasabahnya. Tingkat suku bunga tersebut dapat menjadi salah satu pedoman investor dalam pengambilan keputusan investasi pada pasar modal. Sebagai wahana alternatif investasi, pasar modal menawarkan suatu tingkat pengembalian (return) pada tingkat resiko tertentu. Dengan membandingkan tingkat keuntungan dan resiko pada pasar modal dengan tingkat suku bunga yang ditawarkan sektor keuangan, investor dapat memutuskan bentuk investasi yang mampu menghasilkan keuntungan yang optimal. Tingkat suku bunga sektor keuangan yang lazim digunakan sebagai panduan investor disebut juga tingkat suku bunga bebas resiko (risk free), yaitu meliputi tingkat suku bunga bank sentral dan tingkat suku bunga deposito. Di Indonesia tingkat suku bunga Bank sentral di proxykan pada tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia atau SBI (Husnan, 2000:127).

2.2 Hubungan Antar Variabel

  Konsep hubungan antar variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

2.2.1 Hubungan Harga Minyak Dunia dengan IHSG

  Menurut Blanchard (2011:153), naiknya harga minyak berpengaruh terhadap perusahaan baik dalam jangka pendek dan jangka menengah. Dalam jangka pendek, kenaikan harga minyak mengakibatkan naiknya biaya produksi suatu perusahaan dan berdampak pada naiknya harga jual produk. Naiknya biaya produksi dan harga jual produk tentu akan berdampak pada kemampuan perusahaan melakukan produksi sehingga kinerja dan profit perusahaan akan menurun. Dalam jangka menengah kenaikan harga minyak menyebabkan perusahaan harus menurunkan upah karyawan, bahkan mengurangi jumlah karyawan yang berakibat pada meningkatnya angka pengangguran, hal ini dilakukan guna menutupi besarnya biaya yang harus ditanggung perusahaan akibat kenaikan harga minyak tersebut. Peristiwa ini tentu akan mengakibatkan terjadinya penurunan harga saham perusahaan tersebut, dan berpengaruh terhadap pergerakan IHSG.

2.2.2 Hubungan Nilai Tukar dengan IHSG

  Menurut Samsul (2006:202) depresiasi rupiah akan berpengaruh terhadap perusahaan go public yang faktor produksinya dari bahan impor karena akan menurunkan laba dan harga saham. Bagi investor depresiasi rupiah terhadap dollar menandakan bahwa prospek perekonomian Indonesia menurun. Negara dengan stabilitas perekonomian yang bagus biasanya memiliki mata uang yang stabil pula pergerakannya. Negara dengan stabilitas perekonomian yang buruk, mata uangnya cenderung bergerak tidak menentu dan cenderung melemah (bappebti.go.id). Kurs inilah yang dianggap sebagai salah satu indikator yang mempengaruhi aktivitas di pasar saham maupun pasar uang sehingga investor cenderung akan berhati-hati untuk melakukan investasi. Melemahnya rupiah memberikan pengaruh yang negatif terhadap pasar ekuitas karena menyebabkan pasar ekuitas menjadi tidak memiliki daya tarik. Investor tentunya akan menghindari risiko, sehingga investor akan cenderung memilih untuk menginvestasikan dananya dalam bentuk valuta asing, dengan membeli dollar sebanyak mungkin untuk tujuan spekulatif. Hal ini menyebabkan permintaan akan saham mengalami penurunan (Tandelilin, 2010:344).

  2.2.3 Hubungan Inflasi dengan IHSG

  Kenaikan inflasi memberikan pengaruh negatif bagi investor (Tandelilin,2001:214), Inflasi akan meningkatkan pendapatan dan biaya perusahaan, namun jika peningkatan biaya produksi lebih tinggi dari peningkatan pendapatan maka profitabilitas perusahaan akan menurun, yang itu artinya dividen yang diterima oleh investor juga akan menurun. Apabila banyak investor menjual sahamnya karena penurunan dividen maka akan berakibat pada turunnya harga saham, yang selanjutnya akan berdampak pada penurunan kinerja IHSG. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Samsul (2006:201) yang mengatakan bahwa inflasi yang tinggi akan menjatuhkan harga saham di pasar, sementara inflasi yang sangat rendah akan mengakibatkan pertumbuhan ekonomi menjadi sangat lamban, dan pada akhirnya harga saham juga bergerak dengan lamban.

  2.2.4 Hubungan Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia dengan IHSG

  Menurut Tandelilin (2001:213) tingkat suku bunga yang meningkat akan menyebabkan peningkatan suku bunga yang diisyaratkan atas investasi pada suatu saham. Kenaikan tingkat suku bunga memiliki dampak negatif terhadap setiap emiten, karena akan meningkatkan beban bunga kredit dan menurunkan laba bersih. Penurunan laba bersih akan mengakibatkan laba perusahaan juga menurun dan akhirnya berakibat turunya harga saham di pasar. Suku bunga yang tinggi tentunya akan berdampak pada alokasi dana investasi para investor. Investasi produk bank seperti deposito atau tabungan jelas lebih kecil resikonya dibandingkan investasi dalam bentuk saham. Sehingga investor akan menjual sahamnya dan kemudian akan menyimpan dananya di bank. Penjualan saham yang serentak akan berdampak pada penurunan harga saham secara signifikan (Arifin, 2007:119).

2.3 Penelitian Terdahulu

  Hasil dari beberapa penelitian sebelumnya akan digunakan sebagai bahan referensi dan perbandingan dalam penelitian ini, antara lain sebagai berikut :

  1. Appa (2014) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Inflasi dan Kurs Rupiah/ Dollar Amerika Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesa (BEI)” Hasil penelitiannya menyatakan bahwa Inflasi

  IHK dan kurs rupiah/dollar Amerika secara simultan berpengaruh secara signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia.

  Secara parsial, inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di lantai bursa efek Indonesia. Sedangkan kurs rupiah/dollar Amerika berpengaruh positif dan signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

  2. Novitasari (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Inflasi, Harga Minyak Mentah, dan Suku Bunga (BI Rate) Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)” menyatakan bahwa tingkat inflasi berpengaruh secara negatif terhadap IHSG dan harga minyak mentah berpengaruh positif terhadap

  IHSG.

  3. Hasan dan Mahbobi (2013) dalam penelitian yang berjudul “The Increasing

  

Influence of Oil Prices On The Canadian Stock Market” menyatakan bahwa

  harga minyak memiliki dampak yang signifikan terhadap harga saham di Kanada.

  4. Astuti et al (2012) dalam penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga (SBI), Nilai Tukar Rupiah, Inflasi dan Indeks Bursa Internasional Terhadap IHSG” menyatakan bahwa secara simultan terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat suku bunga SBI, nilai tukar rupiah, inflasi dan indeks bursa internasional terhadap IHSG.

  5. Setiawan (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Inflasi, Tingkat Suku Bunga, dan Nilai Tukar Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia”, menyatakan bahwa inflasi, tingkat suku bunga, dan nilai tukar bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap IHSG.

  6. Triono (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Nilai Tingkat Suku Bunga SBI, Nilai Kurs dollar US, Tingkat Inflasi, Harga Minyak Dunia dan Harga Emas Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di BEI Periode 2005-

  2010”, menyatakan bahwa Tingkat inflasi, nilai tingkat bunga SBI, Harga minyak dunia dan nilai kurs dollar AS berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

  7. Narayan dan Narayan (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Modelling

  the impact of oil price s on Vietnam’s stock prices” menyatakan bahwa harga

  saham, harga minyak dan nilai tukar nominal saling mempengaruhi dalam hubungan jangka panjang. Mereka memperkirakan elastisitas jangka panjang dan menemukan bahwa harga minyak dan nilai tukar mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap harga saham di Vietnam, dan untuk jangka pendek harga minyak dan nilai tukar tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham.

8. Rahman dan Mustafa (2008) dalam penelitiannya yang berjudul “Influences of

  Money Supplay and Oil Price on U.S. Stock Market

  ” menunjukkan bahwa , harga minyak dan harga saham menunjukkan hubungan yang

  money supplay

  saling mempengaruhi. Dengan menggunakan model vektor error-correction mereka tidak menemukan beberapa titik temu akibat dari arus jangka panjang

  money supplay dan harga minyak terhadap harga saham di Amerika,

  melainkan supplay money dan harga minyak mempengaruhi harga saham dalam jangka pendek.

Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu

  No Variabel

  Peneliti Judul Variabel Hasil/Temuan

  Independen

  Dependen

  1 Appa Pengaruh Inflasi

  IHSG Inflasi dan kurs (2014) Inflasi dan Kurs rupiah rupiah/dollar

  Kurs Amerika secara rupiah/dollar simultan Amerika berpengaruh Terhadap secara signifikan Indeks Harga terhadap IHSG Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesa (BEI)

  2 Novitasari Pengaruh Inflasi

  IHSG Inflasi (2013) Inflasi, Harga Harga berpengaruh

  Minyak minyak secara negatif Mentah, dan Mentah terhadap IHSG, Suku Bunga Suku bunga Harga minyak (BI Rate) (BI Rate) berpengaruh Terhadap positif terhadap Indeks Harga

  IHSG Saham Gabungan

  3 Hasan dan Mahbobi (2013)

  5 Setiawan (2010)

  Suku bunga SBI Nilai Kurs Inflasi Harga minyak dunia Harga Emas

  Pengaruh Nilai Tingkat Suku Bunga SBI, Nilai Kurs dollar US, Tingkat Inflasi, Harga Minyak Dunia dan Harga Emas Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di BEI Periode 2005-2010

  6 Triono (2010)

  IHSG Inflasi, tingkat suku bunga, dan nilai tukar bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap IHSG

  Tingkat Suku Bunga, Nilai Tukar

  Pengaruh Inflasi, Tingkat Suku Bunga, dan Nilai Tukar Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia

  IHSG Secara simultan terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat suku bunga SBI, nilai tukar rupiah, inflasi dan indeks bursa internasional terhadap IHSG

  The Increasing Influence of Oil Prices On The Canadian Stock Market

  IHSG Tingkat suku bunga SBI Nilai tukar rupiah Indeks bursa internasional

  (2012) Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga (SBI), Nilai Tukar rupiah, Inflasi dan Indeks Bursa Internasional Terhadap

  al

  4 Astuti et

  Harga minyak memiliki dampak yang signifikan terhadap harga saham di Kanada

  Harga Saham

  Harga Minyak

  IHSG Tingkat inflasi, nilai tingkat bunga SBI, Harga minyak dunia dan nilai kurs dollar AS berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

  7 Narayan dan Narayan (2009)

  Modelling

  the

  Impact of Oil Prices on Vietnam’s Stock Prices

  Harga minyak Harga saham

  Harga minyak mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap harga saham di Vietnam

  8 Rahman dan Mustafa (2008)

  Influences

  of

  Money Supplay and Oil Price on U.S. Stock Market

  Nilai tukar Harga minyak

  Harga Saham

  Nilai tukar, dan harga minyak mempengaruhi harga saham jangka pendek

2.4 Kerangka Konseptual

  Brealey (2006:324) menyatakan bahwa perubahan dalam tingkat bunga, inflasi, harga minyak, kurs valuta asing, dan kejadian ekonomi makro lain mempengaruhi hampir semua perusahaan dan tingkat pengembalian saham. Hal ini juga sesuai dengan teori Tandelilin (2001 : 211) yang mengungkapkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara harga saham dengan kinerja ekonomi makro. Karena itu Investor tentu harus memperhatikan faktor-faktor tersebut agar investasi yang dilakukannya dapat memberikan hasil yang diharapkan.

  Kenaikan harga minyak dunia cenderung memberikan dampak yang negatif terhadap kinerja perusahaan, dimana dengan meningkatnya harga minyak dunia akan membuat naiknya biaya produksi suatu perusahaan dan berdampak pada naiknya harga jual produk. Naiknya biaya produksi dan harga jual produk tentu akan berdampak pada kemampuan perusahaan melakukan produksi karena hal tersebut akan membuat kinerja dan profit perusahaan menurun (Blanchard, 2011:153)

  Fluktuasi kurs rupiah juga akan berdampak pada nilai dan harga saham perusahaan. Ketika kurs mengalami depresiasi hal ini menunjukkan turunnya permintaan terhadap mata uang dalam negeri (rupiah) dan naiknya permintaan terhadap mata uang asing (dollar). Ketika nilai tukar rupiah mengalami depresiasi, investor cenderung memilih untuk menginvestasikan dananya dalam bentuk valuta asing, dengan membeli dollar sebanyak mungkin untuk tujuan spekulatif.

  Hal ini menyebabkan permintaan akan saham mengalami penurunan (Tandelilin, 2010:344).

  Selanjutnya, Inflasi ditandai dengan adanya kecenderungan kenaikan tingkat harga umum dan berlangsung terus menerus (Sunariyah,2006:20). Meningkatnya harga

  • – harga barang akan menyebabkan perusahaan mengalami peningkatan biaya modal, biaya bahan baku, maupun biaya tenaga kerja. Inflasi yang tinggi akan menjatuhkan harga saham dipasar, sementara inflasi yang sangat rendah akan berakibat pertumbuhan ekonomi sangat lamban, yang pada akhirnya harga saham juga bergerak dengan lamban (Samsul, 2006:201).

  Tingkat suku bunga diukur dengan menggunakan suku bunga yang ditentukan oleh Bank Indonesia melalui Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Besar kecilnya suku bunga sangat tergantung dari kondisi makro yang berkembang di Indonesia. Tingkat suku bunga yang tinggi dapat menyebabkan investor memilih untuk menjual sahamnya dan memindahkannya pada investasi berupa tabungan atau deposito. Penjualan saham yang serentak akan berdampak pada penurunan harga saham secara signifikan (Arifin, 2007:119).

  Dengan adanya perubahan yang terjadi pada harga saham yang diakibatkan oleh adanya pengaruh dari harga minyak, nilai tukar rupiah, inflasi maupun suku bunga SBI, tentu akan berdampak pada pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia.

  Berdasarkan landasan teori, hubungan antar variabel dan hasil penelitian terdahulu, maka kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

  Harga minyak dunia (X

  1 )

  Nilai Tukar (X

  2 )

  Pergerakan IHSG (Y)

  Inflasi (X

  3 )

  Suku Bunga SBI (X

  4 )

Gambar 2.1 Sumber : Blanchard (2011), Samsul (2006), Tandelilin (2001).

2.5 Hipotesis

  Berdasarkan perumusan masalah, landasan teori, hasil penelitian terdahulu dan kerangka konseptual yang telah diuraikan sebelumnya, maka hipotesis dari penelitian ini adalah, “Harga minyak dunia, nilai tukar, inflasi dan suku bunga SBI mempunyai pengaruh yang signifikan secara simultan dan parsial terhadap pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia periode 2009-

  2014”.

Dokumen yang terkait

TEKNIK PERBAIKAN TANAH LUNAK SEBAGAI LAPISAN TANAH DASAR (SUBGRADE) (Studi Literatur) TUGAS AKHIR - Teknik Perbaikan Tanah Lunak Sebagai Lapisan Tanah Dasar (Subgrade)

0 5 10

Upaya Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dan Wajib Pajak Badan Terhadap Pembayaran Pajak dan Pelaporan SPT Tahunan di Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur

0 0 15

BAB I PENDAHULUAN - Upaya Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dan Wajib Pajak Badan Terhadap Pembayaran Pajak dan Pelaporan SPT Tahunan di Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur

0 0 10

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum - Studi Perbandingan Daya Dukung Tiang Pancang Berdasarkan Metode Konvensional, Uji Pembebanan Statik dan PDA pada Proyek Pembangunan Apartement Bird’s Park – Cemara Asri

0 0 49

Pengaruh Kompetensi dan Kerja Tim terhadap Kinerja Perawat Pelaksana Rawat Inap di Rumah Sakit Sri Pamela Tebing Tinggi Tahun 2014

0 2 47

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Pengaruh Kompetensi dan Kerja Tim terhadap Kinerja Perawat Pelaksana Rawat Inap di Rumah Sakit Sri Pamela Tebing Tinggi Tahun 2014

0 1 14

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bidan Desa 2.1.1. Pengertian Bidan - Peran Pendampingan Bidan Desa terhadap Keberhasilan Program Pengembangan Desa Siaga di Kecamatan Langsa Kota Tahun 2014

0 1 36

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Peran Pendampingan Bidan Desa terhadap Keberhasilan Program Pengembangan Desa Siaga di Kecamatan Langsa Kota Tahun 2014

0 1 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Profesionalisme Pegawai 2.1.1 Pengertian Profesionalisme Pegawai - Pengaruh Profesionalisme Pegawai Terhadap Kualitas Pelayanan Publik

0 1 21

Analisis Pengaruh Harga Minyak Dunia, Nilai Tukar, Inflasi, dan Suku Bunga SBI Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2014

0 1 10