BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bencana - Pengaruh Kompetensi dan Motivasi Intrinsik Pegawai SAR dalam Memberikan Pelatihan Pertolongan Pertama Korban Bencana terhadap Kinerja Pegawai SAR di Kantor SAR Medan

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bencana
2.1.1 Definisi Bencana
Menurut Undang-Undang No 24 Tahun 2007 tentang bencana adalah peristiwa atau
rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan / atau faktor non alam
maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologi.
2.1.2. Daerah Rawan Bencana
Daerah Rawan Bencana adalah daerah yang memiliki kondisi atau karekteristik
geologis, biologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial budaya, politik,
ekonomi, dan teknologi pada suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang
mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai kesiapan dan mengurangi
kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya tertentu (BNPB, 2008).
2.2 Search and Rescue (SAR)
2.2.1 Definisi (SAR)
Search and Rescue (SAR) adalah usaha dan kegiatan kemanusiaan mencari dan
memberikan pertolongan kepada manusia dengan kegiatan

meliputi: mencari,


menolong, dan menyelamatkan jiwa manusia yang hilang atau dikhawatirkan hilang
atau menghadapi bahaya dalam bencana atau musibah, mencari kapal dan atau

Universitas Sumatera Utara

pesawat terbang yang mengalami kecelakaan, evakuasi pemindahan korban musibah
pelayaran, penerbangan, bencana alam atau bencana lainya dengan sasaran utama
penyelamatan jiwa manusia (BASARNAS, 2008)
2.2.2 Filosofi SAR
1. Locate artinya memberikan gambaran yang kongkrit posisi/lokasi subyek

yang

mengalami musibah itu berada. Lokasi biasanya ditunjukkan dengan garis lintang
dan bujur pada peta.
2. Acces artinya sumber-sumber dari mana saja dan

dengan cara apa bantuan


pertolongan ini bisa sampai menuju lokasi tempat terjadinya musibah.
3. Stabilize artinya penanganan/perawatan korban dengan berbagai macam kasus di
lokasi kejadian itu dilakukan oleh unit-unit penolong

(Rescue Unit) sebelum

bantuan medis tiba untuk memberikan perawatan lebih lanjut.
4. Transport/Evakuasi artinya proses pemindahan korban dari

lokasi ke tempat

yang lebih aman untuk diberikan pertolongan pertama (evakuasi) dan transportasi
dari tempat mendapat pertolongan pertama ke tempat fasilitas medis terdekat.
2.2.3 Uraian Tugas Pegawai SAR dengan Jabatan Rescue
Berdasarkan peraturan Kepala Badan SAR Nasional Nomor : pk. 27 tahun 2009
tentang perubahan pertama atas peraturan Kepala Badan SAR Nasional Nomor:
per.78.a/viii/bsn-2007 tentang tata cara pelaksanaan pemberian tunjangan risiko
bahaya

keselamatan dan kesehatan dalam penyelenggaraan pencarian dan


pertolongan bagi pegawai negeri di lingkungan Badan SAR Nasional. Peraturan ini

Universitas Sumatera Utara

menyatakan nomenklatur tunjangan risiko penyelenggaraan SAR di lingkungan Badan
SAR Nasional operasi SAR (secara langsung melaksanakan operasi SAR) dengan
jabatan Rescue mempunyai uraian tugas:
1. Melaksanakan pencarian, pertolongan korban musibah transportasi, bencana dan
musibah lainnya;
2. Melaksanakan siaga SAR selama 24 jam
3. Melaksanakan pemantauan lapangan / daerah rawan musibah bencana;
4. Melaksanakan latihan SAR
5. Melaksanakan kesamaptaan.
6. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan di bidang SAR.
7. Berkoordinasi dengan potensi SAR.
2.2.4 Kantor SAR
Kantor Search and Rescue yang selanjutnya disebut Kantor SAR adalah Unit
Pelaksana Teknis di bidang pencarian dan pertolongan (Search and Rescue) yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan SAR Nasional. Kantor

SAR secara teknis administratif dibina oleh Sekretaris Utama dan secara teknis
fungsional dibina oleh Deputi Bidang Operasi SAR dan Deputi Bidang Potensi SAR.
Kantor SAR dipimpin oleh seorang Kepala kantor SAR.

Universitas Sumatera Utara

2.2.5. Sistem Kerja SAR
FUNGSIONAL

STRUKTUR

Komponen SAR
a.Organisasi
b.Fasilitas

Tahapan
darurat

Tingkatan SAR
a.Menyadari


a.Incerfa
b.Alerfa
c.Distresfa

c.Komunikasi

Misi SAR
b.Tindakan awal
c.Perencanaan

Preparednes
(Kesiapan)

Gambar 2.1 Sistem Kerja SAR
Keterangan gambar 2.1. Sistem Kerja SAR
1.

Komponen SAR
Penyelenggaraan operasi SAR, ada 5 komponen SAR yang merupakan bagian dari


sistem SAR yang harus dibangun kemampuannya, agar pelayanan jasa SAR dapat
dilakukan dengan baik. Komponen-komponen SAR yaitu:
a. Organisasi merupakan struktur organisasi SAR, meliputi aspek pengerahan unsur,
koordinasi, komando dan pengendalian, kewenangan, lingkup penugasan dan
tanggung jawab penanganan musibah.
b. Fasilitas adalah komponen unsur, peralatan/perlengkapan serta fasilitas pendukung
lainnya yang dapat digunakan dalam operasi/misi SAR.

Universitas Sumatera Utara

c. Komunikasi sebagai sarana untuk melakukan fungsi deteksi ada musibah, fungsi
komando dan pengendalian operasi dan koordinasi selama operasi SAR.
d. Pertolongan darurat adalah penyediaan peralatan atau fasilitas perawatan darurat
yang bersifat sementara termasuk
dilokasi bencana

pemberian bantuan

medis kepada korban


sampai ketempat penampungan atau tersedianya fasilitas yang

memadai.
e. Dokumentasi berupa pendataan laporan, analisa serta data kemampuan operasi
SAR guna kepentingan misi SAR yang akan datang.
2. Tahapan Darurat
a. Uncertainty Phase (Incerfa) suatu keadaan darurat yang ditunjukkan dengan
adanya keraguan mengenai keselamatan jiwa seorang karena diketahui
kemungkinan mereka dalam menghadapi kesulitan.
b. Alert Phase (Alerfa) adalah suatu keadaan darurat yang ditunjukkan dengan ada
kekhawatiran mengenai keselamatan jiwa seseorang karena ada informasi yang
jelas bahwa mereka menghadapi kesulitan yang serius yang mengarah pada
kesengsaraan (distress).
c. Distress Phase (Detresfa) adalah suatu keadaan darurat yang ditunjukkan bila
bantuan yang cepat sudah dibutuhkan oleh seseorang yang tertimpa musibah
karena telah terjadi ancaman serius atau keadaan darurat bahaya. Berarti dalam
suatu operasi SAR informasi musibah biasa ditunjukkan tingkat keadaan darurat
dan dapat langsung pada tingkat Detresfa yang banyak terjadi.


Universitas Sumatera Utara

3.Tahap Penyelenggaraan Operasi SAR (SAR Stages)
a. Tahap menyadari (awareness stage) adalah kekhawatiran bahwa suatu keadaan
darurat diduga akan muncul (saat disadari terjadi keadaan darurat/musibah).
b. Tahap tindak awal (initial action stage) adalah tahap seleksi informasi yang
diterima, untuk segera dianalisa dan ditetapkan. Berdasarkan informasi tersebut,
maka keadaan darurat saat itu diklasifikasikan.
c. Tahap perencanaan adalah saat dilakukan suatu tindakan sebagai tanggapan
(respon) terhadap keadaan sebelumnya, antara lain:
1. Tahap perencanaan pencarian.
2. Urutan perencanaan pencarian.
3. Tingkatan perencanaan pencarian.
4. Perhitungan perencanaan pencarian.
d. Tahap operasi yaitu seperti dilakukan operasi pencarian dan pertolongan serta
penyelamatan korban secara fisik. Tahap operasi meliputi:
1. Fasilitas SAR bergerak ke lokasi kejadian.
2. Melakukan pencarian dan mendeteksi tanda-tanda yang ditemui yang
diperkirakan ditinggalkan survivor.
3. Mengikuti jejak atau tanda-tanda yang ditinggalkan survivor.

4. Menolong, menyelamatkan dan mengevakuasi korban

dengan memberi

perawatan gawat darurat pada korban yang membutuhkan dan membawa
korban yang cedera kepada perawatan yang memuaskan (evakuasi).
5. Mengadakan briefing kepada Search Rescue Unit (SRU).

Universitas Sumatera Utara

6. Mengirim/ memberangkatkan fasilitas SAR.
7. Melaksanakan operasi SAR di lokasi kejadian.
8. Melakukan penggantian/ penjadwalan SRU di lokasi kejadian.
e. Tahap pengakhiran adalah tahap akhir operasi SAR, meliputi penarikan kembali
SRU dari lapangan ke posko, penyiagaan kembali tim SAR untuk menghadapi
musibah selanjutnya yang sewaktu-waktu dapat terjadi, evaluasi hasil kegiatan,
mengadakan pemberitaan (Press Release) dan menyerahkan jenasah korban/
survivor kepada yang berhak serta mengembalikan SRU pada instansi induk
masing-masing dan kelompok masyararakat (BASARNAS 2012).
2.2.6 Tehnik dan Pendekatan SAR

Sistem pengajaran dalam pendidikan dan pelatihan awal SAR merupakan
perpaduan dari tiga tehnik dan pendekatan yaitu:
1. Pendekatan disiplin ilmu yang berarti mengembangkan sistem pengajaran melalui
pengelompokan mata pelajaran, pembekalan ilmu melalui mata pelajaran perlu
diberikan sampai tuntas.
2. Pendekatan kesisteman yang berarti mengembangkan sistem pengajaran yang di
tuntut dengan menganalisa kemungkinan tugas yang akan dilaksanakan pada
pegawai SAR setelah selesai masa pendidikan dan pelatihan serta kemungkinan
pengembangan dimasa yang akan datang.
3. Pendekatatan lingkungan yaitu dengan mempelajari situasi yang memengaruhi
tugas dan menciptakan kondisi belajar mengajar yang menyerupai situasi tersebut
(BASARNAS, 2006).

Universitas Sumatera Utara

2.2.7 Kurikulum Pendidikan dan Pelatihan SAR
Menurut Grayson dalam Mustofa (2010) kurikulum adalah suatu perencanaan
untuk mendapatkan keluaran (out comes) yang diharapkan dari suatu pembelajaran.
Perencanaan tersebut disusun secara terstruktur untuk suatu bidang studi, sehingga
memberikan pedoman dan instruksi untuk mengembangkan strategi pembelajaran

(Materi di dalam kurikulum harus diorganisasikan dengan baik agar sasaran (goals)
dan tujuan (objectives) pendidikan yang telah ditetapkan dapat tercapai.
Struktur kurikulum pendidikan dan pelatihan berdasarkan keputusan Kepala Badan
SAR Nasional Nomor :Kep/14A/1995 tentang kurikulum dan silabus pendidikan dan
pelatihan SAR yaitu:
1.

Navigasi mencakup,

pengetahuan peta,

pengetahuan kompas, tempat

kedudukan, menafsir jarak, menghitung jarak dan langkah, garis ketinggian,
orientasi peta, pengetahuan tentang arus dan pasang surut, teknik jalan kompas.
2.

Survival mencakup, pengetahuan jungle survival, pengetahuan sea survival,
penyeberangan survival.

3.

Mountainering mencakup pengetahuan dasar tali-temali, pengetahuan peralatan
mountainering, rock climbing, pionering, rappeling, karakteristik pegunungan di
Indonesia.

4.

P3K mencakup pengetahuan P3K untuk korban di darat, pengetahuan P3K untuk
korban di air.

5.

Evakuasi mencakup, pengetahuan tentang evakuasi, teknik evakuasi di lokasi
bencana (dengan/tanpa alat), teknik evakuasi di laut/air, teknik evakuasi dengan

Universitas Sumatera Utara

helikopter, teknik evakuasi dari gedung tinggi, teknik evakuasi dan transportasi
penderita gawat darurat.
6.

Explorer SAR mencakup, metode dan teknik SAR darat, metode dan teknik SAR
laut.

7.

Komunikasi mencakup, pengetahuan tentang radio, prosedur komunikasi, jaring
komunikasi dan frekuensi, signal/tanda-tanda dan isyarat.

8.

Pengetahuan Prosedur Operasi Helly mencakup, perkenalan karakter helikopter,
teknik penyiapan hely pad, marshailing/parking master.

9.

Fisik dan Mental, mencakup Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila
(P4), Peraturan Baris Berbaris (PBB), aerobik, lari, renang, push up, sit up, pull
up, spuat trush, dan lain-lain.

10. Persiapan Perjalanan mencakup, penyiapan perbekalan, peralatan dan makanan,
perkenalan ilmu gizi,teknik pengepakan, pengetahuan kesehatan perjalanan.
11. Organisasi SAR mencakup organisasi SAR di Indonesia, organisasi operasi SAR,
organisasi Bakornas PB.
12. Penyelenggaraan Operasi SAR mencakup, perkenalan penyelenggaraan operasi
SAR.
13. Sejarah SAR mencakup sejarah perkembangan SAR di Indonesia.
14. Perkenalan Peralatan SAR mencakup peralatan medis, peralatan lain-lain.
15. Dokumentasi

dan

Fotografi

mencakup

penyiapan/pengisian/pemeliharaan

dokumen dalam operasi SAR, teknik dasar fotografi.

Universitas Sumatera Utara

16. Ceramah mencakup ceramah pejabat di lingkungan Badan SAR Nasional/
Dephub/Instansi lain yang terkait, ceramah tentang kepemimpinan di lapangan.
17. Latihan Praktek Lapangan mencakup operasi SAR di darat (gunung/hutan)
operasi SAR di laut (BASARNAS, 2008).
2.2.8 Pelatihan Pertolongan Pertama Korban Bencana
Pelatihan pertolongan pertama korban bencana di kantor SAR dinamakan
pelatihan Medical First Responder (MFR) Basic adalah pelatihan untuk penolong
yang pertama kali tiba di lokasi kejadian bencana, memiliki kemampuan medis
dalam penanganan kasus gawat darurat, terlatih untuk tingkat paling dasar. Seorang
Rescue

sebagai orang awam khusus yang telah mendapatkan pengetahuan cara-cara

penanggulangan kasus gawat darurat sebelum korban dibawa kerumah sakit
mempunyai kewajiban:
1.

Menjaga keselamatan diri, anggota tim, korban dan orang-orang di sekitar.

2.

Menjangkau korban.

3.

Dapat mengenali dan mengatasi masalah yang mengancam jiwa.

4.

Meminta bantuan.

5.

Memberikan pertolongan pertama berdasarkan keadaan korban.

6.

Membantu pelaku pertolongan lainnya.

7.

Ikut menjaga kerahasiaan medis korban.

8.

Berkomunikasi dengan petugas lain yang terlibat.

9.

Mempersiapkan korban untuk dibawa ke tempat pelayanan medis.

Universitas Sumatera Utara

Seorang Rescue harus mempunyai kualitas yaitu bertanggung jawab, kemampuan
bersosialisasi, jujur, percaya diri (higiene, seragam, pendidikan), kematangan emosi,
berlaku profesional, kondisi fisik baik, kemampuan nyata terukur.
Peralatan dasar MFR yang harus dipergunakan saat menolong korban yaitu sarung
tangan, kacamata pelindung, baju pelindung, masker penolong, masker Resusitasi
Jantung Paru ( RJP ). Perlindungan diri seorang Rescue dilakukan dengan dasar
pemikiran bahwa semua darah dan cairan yang keluar dari tubuh korban bersifat
menular sehingga perlu perlindungan terhadap tubuh seorang Rescue sebagai upaya
preventif. Beberapa tindakan umum untuk perlindungan diri yaitu mencuci tangan,
membersihkan dengan desinfektan memakai bahan pembunuh kuman sterilisasi
proses khusus untuk menjadi bebas kuman, memakai alat pelindung diri (APD).
Seorang Rescue harus memastikan keselamatannya (termasuk pemakaian APD)
saat tiba di lokasi kejadian becana, memastikan keselamatan korban, menentukan
keadaan umum kejadian (mekanisme cedera). Seorang Rescue melakukan penilaian
dini pada korban (bila sadar) perkenalkan diri, mengenali dan mengatasi cedera,
gangguan yang mengancam jiwa, stabilkan dan teruskan pemantauan penderita.
Penilaian dalam pemerikasaan korban yaitu penilaian keadaan (scene assessment)
bagaimana kondisi saat itu memeriksa kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi
bagaimana mengatasinya.

Proses untuk mengenali dan mengatasi keadaan yang

dapat mengancam keselamatan

nyawa korban, dapat dilakukan penilaian awal

dengan langkah langkah antara lain.
1. Keadaan umum dengan menentukan kasus trauma atau medis.

Universitas Sumatera Utara

2. Periksa respon / tingkat kesadaran.
Ada empat tingkatan yang umum dipakai untuk menentukan tingkat respon
seorang korban
1) Alert penderita sadar dan mengenali keberadaan dan lingkungannya.
2) Verbal, penderita hanya bereaksi apabila dipanggil.
3) Painful, penderita hanya bereaksi terhadap rangsang nyeri.
4) Unresponsive, penderita tidak bereaksi terhadap respon apapun. Tidak
membuka mata, tidak bereaksi terhadap suara atau sama sekali tidak bereaksi
terhadap rangsang nyeri. Seseorang dalam keadaan tidak sadar yang berat
tentunya memerlukan jalan napas yang baik dan pertolongan pendukung lain
3.

Pastikan jalan napas (Airway) terbuka dengan baik.

4.

Nilai pernapasan.

5.

Nilai sirkulasi dan hentikan perdarahan berat bila ada.

6.

Hubungi bantuan.
Penilaian awal harus diselesaikan dan semua keadaan yang mengancam jiwa

sudah harus ditanggulangi sebelum melanjutkan dengan pemeriksaan fisik secara
menyeluruh.
a. Pemeriksaan Fisik.
1.

Penilaian dini dimaksudkan untuk segera mengenali dan mengatasi bahaya yang
mengancam jiwa.

Universitas Sumatera Utara

2.

Pemeriksaan fisik merupakan pemeriksaan yang meliputi seluruh tubuh korban.
Bertujuan untuk menemukan berbagai tanda sehingga memudahkan dalam
penanganan korban.

3.

Pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis dan berurutan, biasanya dimulai
dari ujung kepala sampai ujung kaki, namun bisa berubah sesuai kondisi korban.
b. Pemeriksaan korban.
Pemeriksaan korban merupakan suatu keterampilan yang harus dilatih.

Tindakan ini melibatkan panca indera penolong (rescue) berupa :
1. Penglihatan (Inspection).
2. Pendengaran (Auscultation).
3. Perabaan (Palpation).

Cara memeriksa korban bencana atau kecelakaan (trauma) dengan
mengidentifikasi keadaan korban dengan melihat
1. Perubahan Bentuk ( Deformity ).
2. Luka Terbuka ( Open Injury ).
3. Nyeri Tekan ( Tenderness ).
4. Pembengkakan ( Swelling ).

Beberapa perubahan dapat dilihat dengan memerhatikan tanda vital seperti denyut
nadi, frekuensi pernapasan, suhu tubuh, tekanan darah, pupil mata. Seorang Rescue
saat melakukan pemeriksaan harus selalu memerhatikan korban. Perhatian yang
diberikan menunjukkan bahwa kita bertujuan baik dan

memudahkan kita

Universitas Sumatera Utara

memperoleh data yang dibutuhkan. Pemeriksaan fisik ujung kepala sampai ujung kaki
meliputi:
1. Kepala: Kulit kepala dan tulang tengkorak, telinga, hidung, pupil, mulut.
2.

Leher.

3.

Dada, tampak luar tulang dada, tulang rusuk.

4.

Perut, pemeriksaan ketegangan dinding perut, luka yang ada

5.

Punggung, bagian dada belakang, tulang belakang

6.

Panggul,

7.

Alat gerak bawah, alat gerak atas.

tulang-tulang, bagian dalam, kemaluan

2.3 Pegawai
2.3.1 Definisi Pegawai
Menurut

Widjaja

(2006) pegawai adalah tenaga kerja manusia jasmaniah

maupun rohaniah (mental dan pikiran) yang senantiasa dibutuhkan menjadi modal
pokok dalam usaha kerja sama untuk mencapai tujuan tertentu (organisasi), baik
organisasi pemerintah maupun organisasi swasta. Berhasil atau tidak suatu organisasi
dalam mencapai tujuan tergantung pada pegawai yang memimpin dalam
melaksanakan tugas-tugas yang ada dalam organisasi tersebut.
Pegawai yang telah memberikan tenaga maupun pikiran dalam melaksanakan
tugas atau pekerjaan, baik itu organisasi pemerintah maupun organisasi swasta akan
mendapat imbalan sebagai balas jasa atas pekerjaan yang telah dikerjakan. Musanef

Universitas Sumatera Utara

mengatakan bahwa pegawai adalah orang-orang yang melakukan pekerjaan dengan
mendapat imbalan jasa berupa gaji dan tunjangan dari pemerintah atau badan swasta
Objek penelitian penulis adalah pegawai SAR berstatus pegawai negeri. Pengertian
pegawai negeri menurut Undang-Undang Pokok Kepegawaian No.43 Tahun 1999
Tentang Perubahan UU No.8 Tahun1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian yaitu:
1.

Pegawai negeri adalah unsur aparatur negara, abdi negara, dan abdi masyarakat
yang dengan kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945, negara dan pemerintah, menyelenggarakan tugas pemerintahan dan
pembangunan.

2.

Pegawai negeri adalah mereka yang telah memenuhi syarat-syarat yang
ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku, diangkat oleh
pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam sesuatu jabatan negeri atau
diserahi tugas negara lainnya yang ditetapkan berdasarkan sesuatu peraturan
perundang-undangan dan digaji menurut peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

3.

Pegawai negeri terdiri dari Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan anggota Tentara
Nasional Indonesia dan Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.

2.4.Kompetensi
Berdasarkan UU No. 13/2003 tentang ketenagakerjaan pasal 1 ayat 10
menyatakan kompetensi adalah kemampuan kerja setiap individu yang mencakup

Universitas Sumatera Utara

aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sesuai dengan standar yang
ditetapkan.
Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara No. 46A Tahun 2003 tentang
Pedoman Penyusunan Standar Kompetensi Jabatan Struktural Pegawai Negeri Sipil.
Kompetensi adalah kemampuan dan karakteristik yang dimiliki oleh seorang Pegawai
Negeri Sipil berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku yang diperlukan
dalam pelaksanaan tugas jabatannya, sehingga Pegawai Negeri Sipil dapat
melaksanakan tugas secara profesional, efektif dan efisien.
2.4.1. Unsur- Unsur Kompetensi
1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang
terhadap objek melalui indera yang dimiliki (mata, hidung, telinga dan lain-lain).
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan
seseorang.
2. Sikap
Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu,
yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak
senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik dan lain-lain). Sikap tidak dapat langsung
dilihat, tetapi dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari prilaku tertutup.
3. Keterampilan
Menurut Gordon dalam Satria (2008) pengertian ketrampilan adalah kemampuan
untuk mengoperasikan pekerjaan secara mudah dan cermat. Pengertian ini biasanya
cenderung pada aktivitas psikomotor.

Universitas Sumatera Utara

2.4.2.Kompetensi Dasar Pegawai SAR
1. Fisik yang prima dan sikap mental yang tangguh.
2. Memiliki pengetahuan yang cukup.
3. Memiliki keterampilan yang dipersyaratkan.
4. Mampu menjalin koordinasi dengan baik (Suharni,2011).
2.5.Motivasi
2.5.1 Definisi Motivasi
Motivasi berasal dari kata latin

movere yang berarti dorongan

atau daya

penggerak. Motivasi adalah suatu kerelaan untuk berusaha seoptimal mungkin dalam
pencapaian tujuan organisasi yang dipengaruhi oleh kemampuan usaha untuk
memuaskan beberapa kebutuhan individu (Robins SP, 2009).
2.5.2 Teori Motivasi
Abraham Maslow dalam membuat hipotesis bahwa setiap diri manusia terdapat
hirarki dari lima kebutuhan yaitu:
1.

Fisiologis meliputi rasa lapar, haus, berlindung, seksual dan kebutuhan fisik
lainnya.

2.

Rasa aman meliputi rasa ingin dilindungi dari bahaya fisik dan emosional.

3.

Sosial meliputi rasa kasih sayang, kepemilikan, penerimaan dan persahabatan.

4.

Penghargaan meliputi faktor-faktor penghargaan internal seperti hormat diri,
otonomi dan pencapaian. Faktor-faktor penghargaan eksternal seperti status,
pengakuan dan perhatian.

Universitas Sumatera Utara

5.

Aktualisasi diri dorongan menjadi seseorang sesuai kecakapannya meliputi
pertumbuhan, pencapaian potensi seseorang, dan pemenuhan diri sendiri.
Abraham Maslow memisahkan lima kebutuhan kedalam urutan-urutan yang lebih

tinggi dan lebih rendah. Kebutuhan fisiologis dan rasa aman dideskripsikan sebagai
kebutuhan tingkat bawah. Kebutuhan sosial, penghargaan dan aktualisasi diri sebagai
kebutuhan tingkat atas. Perbedaan antara kedua tingkatan tersebut berdasarkan
pemikiran bahwa kebutuhan tingkat atas dipenuhi secara internal (di dalam diri
seseorang). Kebutuhan tingkat rendah secara dominan dipenuhi secara eksternal (di
luar diri seseorang)

seperti imbalan kerja, kontrak serikat kerja dan masa jabatan

( Hasibuan, 2007).
McGregor mengemukakan dua pandangan nyata mengenai manusia pandangan
pertama pada dasarnya negatif disebut Teori X, dan yang kedua pada dasarnya
positif, disebut Teori Y. Menurut Teori X bahwa
1.

Pegawai pada dasarnya tidak menyukai pekerjaan dan sebisa mungkin berusaha
untuk menghindarinya.

2.

Pegawai tidak menyukai pekerjaan, mereka harus dipaksa, dikendalikan atau
diancam dengan hukuman untuk mencapai tujuan-tujuan.

3.

Pegawai akan menghindari tanggung jawab dan mencari perintah formal bila
mungkin.

4.

Sebagian pegawai menempatkan keamanan diatas semua faktor lain dan terkait
pekerjaan dan menunjukkan sedikit ambisi.

Universitas Sumatera Utara

Bertentangan dengan pandangan-pandangan negatif mengenai sifat sifat manusia
dalam Teori X, McGregor menyebutkan empat asumsi positif yang disebut sebagai
Teori Y. Menurut Teori Y bahwa
1.

Pegawai menganggap kerja sebagai hal yang menyenangkan, seperti halnya
istirahat atau bermain.

2.

Pegawai akan berlatih mengendalikan diri dan emosi untuk mencapai berbagai
tujuan.

3.

Pegawai bersedia belajar untuk menerima, bahkan mencari tanggung jawab.

4.

Pegawai mampu membuat berbagai keputusan inovatif yang diedarkan keseluruh
populasi, dan bukan hanya bagi mereka yang menduduki posisi manajemen.

Herzberg mengemukakan teori dua faktor yaitu :
1.

Faktor instrinsik berhubungan dengan kepuasan kerja, apabila terdapat dalam
pekerjaan akan menggerakkan motivasi, menghasilkan pekerjaan yang baik.
Faktor ini dinamakan satisfiers atau motivator meliputi : prestasi (achievement),
pengakuan

(recognition),

tanggung

jawab

(responsibility),

kamajuan

(edvancement), pekerjaan itu sendiri (the work it self), kemugkinan berkembang
(the posssibility of growth).
2.

Faktor ekstrinsik berhubungan dengan ketidakpuasan kerja, keadaan pekerjaan
(job context) yang menyebabkan rasa tidak puas (dissatisfiers) atau demotivasi
yang meliputi : gaji atau upah (wages or salaries), kondisi

kerja (working

condition), kebijaksanaan dan administrasi perusahaan (company policy and

Universitas Sumatera Utara

administration), hubungan antar pribadi (interpersonal relation), kualitas
supervisi (quality supervisor) (Hasibuan 2007).
McClelland mengelompokkan tiga kebutuhan manusia yang dapat memotivasi
gairah bekerja yaitu:
1.

Kebutuhan akan prestasi (need for achievement) merupakan daya penggerak
untuk memotivasi mencapai prestasi kerja yang maksimal.

2.

Kebutuhan akan affiliasi (need for affilition) merupakan daya penggerak untuk
memotivasi membentuk hubungan antar personal yang ramah dan akrab.

3.

Kebutuhan akan kekuasaan (need for power) merupakan daya penggerak untuk
memotivasi memengaruhi dan mengendalikan orang lain, bertanggung jawab dan
memiliki otoritas atas orang lain ( Hasibuan, 2007).

2.5.3 Tujuan Pemberian Motivasi
1.

Mendorong gairah dan semangat kerja pegawai.

2.

Meningkatkan moral dan kepuasan kerja pegawai.

3.

Meningkatkan produktivitas kerja pegawai.

4.

Mempertahankan loyalitas dan kestabilan pegawai perusahaan.

5.

Meningkatkan kedisiplinan dan menurunkan tingkat absensi pegawai.

6.

Mengefektifkan pengadaan pegawai.

7.

Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik.

8.

Meningkatkan kreativitas dan partisipasi pegawai.

9.

Meningkatkan tingkat kesejahteraan pegawai.

Universitas Sumatera Utara

10. Mempertinggi rasa tanggung jawab pegawai terhadap tugas-tugasnya.
11. Meningkatkan efisiensi penggunaan alat-alat dan bahan baku (Hasibuan , 2007).
2.5.4 Asas-Asas Motivasi
Asas mengikutsertakan, artinya mengajak bawahan untuk ikut berprestasi dan
memberikan kesempatan kepada mereka mengajukan pendapat, rekomendasi dalam
proses pengambilan keputusan.
1.

Asas komunikasi, artinya meninformasikan secara jelas tentang tujuan yang ingin
dicapai, cara-cara mengerjakannya dan kendala kendala yang dihadapi.

2.

Asas pengakuan, artinya memberikan penghargaan, pujian, dan pengakuan yang
tepat serta wajar kepada bawahan atas prestasi kerja yang dicapainya.

3.

Asas wewenang yang didelegasikan, artinya memberian kewenangan, dan
kepercayaan diri pada bawahan, bahwa dengan kemampuan dan kreativitasnya ia
mampu mengerjakan tugas-tugasnya dengan baik.

4.

Asas adil dan layak artinya alat dan jenis motivasi yang diberikan harus
berdasarkan atas keadilan dan kelayakan terhadap sesama pegawai.

5.

Asas perhatian dan timbal balik, artinya bawahan yang berhasil mencapai tujuan
dengan baik, maka pimpinan harus bersedia memberikan alat dan jenis motivasi.

2.5.5 Proses Motivasi
Proses

memotivasi perlu ditetapkan terlebih dahulu sesuai tujuan organisasi,

kemudian para bawahan dimotivasi kearah tujuan tersebut. Proses memotivasi perlu

Universitas Sumatera Utara

mengetahui kebutuhan/keinginan pegawai dengan tidak

melihat dari sudut

kepentingan pimpinan dan perusahaan saja.
Komunikasi efekif, dalam memotivasi harus dilakukan komunikasi yang baik dan
efektif dengan bawahan. Bawahan harus mengetahui apa yang akan diperoleh dan
syarat-syarat apa saja yang harus dipenuhi supaya insentif dapat diperoleh.
2.5.6 Pengukuran Motivasi
Ada beberapa cara untuk mengukur motivasi yaitu:
1.

Tes Proyektif.
Tehnik proyektif yang banyak dikenal adalah Thematic Apperception Test
(TAT). Klien diberikan gambar dan k diminta untuk membuat cerita dari gambar
tersebut.

2. Kuesioner.
Klien diminta untuk mengisi kuesioner yang mengisi pertanyaan-pertanyaan
tentang motivasi.
3. Observasi prilaku.
Cara lain untuk mengukur motivasi adalah dengan membuat situasi sehingga
klien dapat memunculkan prilaku yang mencerminkan motivasinya.
2.5.7 Strategi untuk Meningkatkan Motivasi
Motivasi akan terus ada dengan menciptakan iklim kerja sebagai berikut:
1.

Mengidentifikasi sumber stress

2.

Melakukan tindakan pencegahan atau mengurangi stress

3.

Menciptakan suasana kerja yang akrab dan terbuka

Universitas Sumatera Utara

4.

Komunikasi yang efektif secara verbal maupun non verbal.

5.

Mengurangi kontrol yang berlebihan pada tugas yang telah diberikan agar dapat
mengembangkan kemandirian dan tanggung jawab pegawai.

6.

Memberikan reinforcment pada hasil kerja yang positif

7.

Bila memungkinkan meningkatkan kesejahteraan.

8.

Mengembangkan konsep kerja tim ( Suyanto, 2008).

2.6. Kinerja
2.6.1 Definisi Kinerja
Kinerja adalah penampilan hasil kerja personel baik kuantitas maupun kualitas
dalam suatu organisasi, kinerja dapat merupakan penampilan individu maupun
kelompok kerja (Ilyas 2002). Menurut Moeheriono (2009), kinerja merupakan
gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksana suatu program kegiatan atau
kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi yang
dituangkan melalui perencanaan strategis suatu organisasi.
2.6.2 Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja mencakup tiga faktor penting, yaitu :
1.

Kegiatan pengamatan merupakan proses menilai dan menilik perilaku yang telah
ditentukan oleh tim kerja

2.

Alat ukur dan indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja seorang
personel dibandingkan dengan uraian pekerjaan yang telah ditetapkan bagi
personel tersebut.

Universitas Sumatera Utara

3.

Kegiatan pengembangan ini bertujuan untuk memotivasi pegawai agar mengatasi
kekurangan dan mendorong pengembangan kemampuan dan potensi yang ada
pada dirinya ( Ilyas, 2003).

2.6.3 Kriteria Mengukur Kinerja
Kriteria mengukur kinerja terdiri dari :
1.

Kuantitatif (seberapa banyak). Ukuran kuantitatif merupakan ukuran yang paling
mudah untuk disusun dan diukur yaitu hanya mengitung seberapa banyak hasil
harus dicapai dalam kurun waktu tertentu.

2.

Kualitatif (seberapa baik). Melukiskan seberapa baik atau seberapa lengkap hasil
harus dicapai. Kriteria ini mengemukakan akurasi, presisi, penampilan,
pemanfaatan atau efektivitas.

3.

Ketepatan waktu pelaksanaan tugas. Kriteria yang menentukan keterbatasan
waktu untuk membuat sesuatu atau melayani sesuatu.

4.

Efektivitas pemanfaatan sumber organisasi. Efektivitas penggunaan sumber
dijadikan indikator jika untuk mengerjakan sesuatu pekerjaan disyaratkan
menggunakan jumlah sumber tertentu seperti uang dan bahan baku.

5.

Cara melakukan pekerjaan. Standar kinerja ini digunakan jika kontak personal,
sikap personal atau perilaku karyawan merupakan faktor penentu keberhasilan
melaksanakan pekerjaan.

6.

Efek atau suatu upaya. Pengukuran yang diekspresikan akibat akhir yang
diharapkan akan diperoleh dengan bekerja.

Universitas Sumatera Utara

7.

Metode melaksanakan tugas. Standar yang digunakan jika ada undang-undang,
kebijakan, prosedur standar, metode, dan peraturan untuk menyelesaikan tugas.

8.

Standar sejarah. Standar yang menyatakan hubungan antara masa lalu dengan
standar sekarang.

9.

Standar nol atau absolut. Standar yang menyatakan tidak akan terjadi sesuatu.
Standar ini dipakai jika tidak ada alternatif lain (Wirawan, 2009).

2.6.4 Ukuran Kinerja Melakukan Pertolongan Pertama Korban Bencana
1. Cara komunikasi disesuaikan dengan tingkat kesadaran korban.
2. Sumber daya dan peralatan yang ada digunakan untuk memberikan rasa nyaman
bagi korban.
3. Tindakan dilakukan pada korban dengan pertimbangan budaya, empati dan cara
yang sopan.
4. Prosedur tindakan yang relevan ditetapkan dan dijelaskan.
5. Persetujuan dari korban diperoleh sebelum melakukan pertolongan pertama.
6. Manajemen pertolongan pertama diberikan sesuai dengan prinsip dan prosedur
pertolongan pertama yang ditetapkan.
7. Bantuan pertolongan pertama dilakukan pada waktu yang tepat dan sesuai
prosedur.
8. Peralatan pertolongan pertama digunakan dengan benar sesuai prosedur dan
petunjuk alat teknik penanganan manual dilakukan dengan aman.
9. Kondisi korban dimonitor dan ditangani sesuai dengan prinsip dan prosedur
pertolongan pertama yang ditetapkan.

Universitas Sumatera Utara

10.Manajemen penanganan korban dilakukan sesuai dengan kebutuhan korban dan
prinsip pertolongan pertama (BNPB, 2012).
2.6.5 Faktor yang Memengaruhi Kinerja
Ada dua faktor yang memengaruhi kinerja yaitu motivasi dan lingkungan.
1.

Motivasi.
Menurut Rowland and Rowland dalam Suarli (2005) fungsi manajer dalam
meningkatkan kinerja staf adalah faktor motivasi yaitu: 1). Keinginan akan
adanya peningkatan. 2) Rasa percaya 3). Gaji yang didapatkan sudah mencukupi.
4).Memiliki kemampuan pengetahuan, 5). Keterampilan dan nilai-nilai yang
diperlukan. 6). Adanya umpan balik. 7). Adanya kesempatan mencoba
pendekatan baru dalam melakukan pekerjaan. 8) Adanya instrumen kinerja untuk
promosi, kerja sama, dan peningkatan penghasilan. Motivasi seseorang akan
timbul apabila mereka diberi kesempatan untuk mencoba cara baru dan mendapat
umpan balik dari hasil yang diberikan. Penghargaan psikis dalam hal ini sangat
diperlukan agar seseorang merasa dihargai dan diperhatikan serta dibimbing
manakala melakukan suatu kesalahan.

2.

Lingkungan
Faktor lingkungan memegang peranan penting dalam memotivasi untuk

meningkatkan kinerja. Faktor lingkungan tersebut meliputi:
a.Komunikasi
1. Penghargaan terhadap usaha yang telah dilakukan.

Universitas Sumatera Utara

2. Pengetahuan tentang kegiatan organisasi.
3. Rasa percaya diri berhubungan dengan manajemen organisasi.
b.Potensi Pengembangan
1. Kesempatan untuk berkembang, meningkatkan karier, dan mendapatkan
promosi.
2. Dukungan untuk tumbuh dan berkembang, seperti pelatihan manajemen bagi
staf yang dipromosikan.
c. Kebijakan individual
Tindakan untuk mengakomodasi kebutuhan individu seperti ketenangan dalam
bekerja, loyalitas organisasi terhadap staf, keputusan organisasi yang adil dan
konsisten, upah atau gaji yang memenuhi kebutuhan hidup, kondisi kerja yang
kondusif.
2.7 Landasan Teori
Merujuk pada teori Keith Davis tentang faktor-faktor yang memengaruhi kinerja
adalah :
1. Faktor kompetensi adalah faktor kemampuan nyata (reality) yaitu
pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam melaksanakan pekerjaan.
2. Faktor motivasi adalah kondisi atau energi yang menggerakkan diri karyawan
yang terarah atau tertuju untuk mencapai tujuan organisasi perusahaan
(Davis, 1989).

Universitas Sumatera Utara

2.8 Kerangka Konsep
Variabel Independen

Variabel Dependen

Kompetensi (X1)
1.Pengetahuan
2.Sikap
Kinerja ( Y)

3.Keterampilan
Motivasi intrinsik (X2)
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Kualitas, kwantitas dalam
memberikan pelatihan
pertolongan pertama korban
bencana

Prestasi (achievement),
Pengakuan (recognition),
Tanggung jawab (responsibility),
Kemajuan (edvancement),
Pekerjaan itu sendiri (the work it
self),
Kemugkinan berkembang (the
posssibility of growth).

Gambar 2.3. Kerangka Konsep Penelitian

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

ANALISIS KATA ﻦﺴﺣ ḥasan, ﺮﻴﺧ khair, dan ﺐﻴﻁ ṭayyib DALAM ALQURAN DITINJAU DARI SEGI MAKNA GRAMATIKAL

0 0 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka - Kepribadian Tokoh Dalam Novel Xueke Karya Chiung Yao Berdasarkan Psikologi Sastra

0 0 11

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Lingkup Akustik. - Pembuatan Dan Karakterisasi Papan Akustik Poliester Berbasis Serat Agave Angustifolia Haw

0 0 27

DAFTAR ISI - Pembuatan Dan Karakterisasi Papan Akustik Poliester Berbasis Serat Agave Angustifolia Haw

0 0 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Pengaruh Limbah Abu Pembakaran Biomassa Kelapa Sawit Terhadap Sifat-Sifat Fisika dan Mekanik High Impact Polystyrene (HIPS)

0 0 11

BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG EKPLOISTASI PEKERJA ANAK A. Pengaturan Eksploitasi Pekerja Anak dalam Peraturan Perundang- undangan di Indonesia 1. Undang-Undang 2.1 Undang-Undang nomor 20 tahun 1999 Undang-Undang tentang Ratifikasi Konvensi ILO Nomor 138

0 1 22

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja Anak di Indonesia

0 0 21

I. Identitas Responden - Analisis Pengaruh Atribut Produk, Harga, dan Brand Image Terhadap Keputusan Pembelian i-Phone pada Konsumen di Apple Store Sun Plaza Medan

0 0 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Perilaku Konsumen - Analisis Pengaruh Atribut Produk, Harga, dan Brand Image Terhadap Keputusan Pembelian i-Phone pada Konsumen di Apple Store Sun Plaza Medan

0 3 34

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Analisis Pengaruh Atribut Produk, Harga, dan Brand Image Terhadap Keputusan Pembelian i-Phone pada Konsumen di Apple Store Sun Plaza Medan

0 2 11