Jakarta Urgent Flood Mitigation Project: Kerangka Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (Bahasa)

  RE P UB L

  IK I N DONE S

  IA P ro y e k P e n g e n d a li a n Ba n ji r J a k a rt a (J UF M P ) Ker a n g k a P e n g e lo la a n L in g k u n g a n d a n S o s ia l

  S e p te m b e r 2011

  

Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized

Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized

  E2658 v10

  

DAFTAR ISI

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

DAFTAR TABEL

  

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN: Lampiran1 : Proses CDF Ancol dan Uji Tuntas Lingkungan

Lampiran 2 : Penyaringan limbah bahan berbahaya sesuai persyaratan AMDAL CDF

Ancol

AKRONIM DAN SINGKATAN

  AMDAL Analisis Mengenai Dampak Lingkungan ANDAL Analisis Dampak Lingkungan BAPEDAL Badan Pengendalian Dampak Lingkungan BAPPENAS Badan Perencanaan Pembangunan Nasional BAPPEDA Badan Perencanaan Pembangunan Daerah BBWSCC Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane BPLHD Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah CDF Confined Disposal Facility (Fasilitas Pembuangan Tertutup) DGCK Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum DGWR Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian Pekerjaan

  Umum DKI Jakarta atau DKI

  Daerah Khusus Ibukota Jakarta EA Environmental Assessment (Penilaian Lingkungan) EIA Environmental Impact Assessment (Penilaian Dampak

  Lingkungan) EMP

  Environmental Management Plan (Rencana Pengelolaan

  Lingkungan) ESMF Environmental and Social Management Framework (Kerangka

  Kerja Pengelolaan Lingkungan dan Sosial) ESWG

  Environmental and Social Working Group (Kelompok Kerja

  Lingkungan dan Sosial) GoI Government of Indonesia (Pemerintah Indonesia) JABODETABEK Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi JEDI Jakarta Emergency Dredging Initiative (Inisiatif Pengerukan

  Darurat Jakarta) JUFMP

  Jakarta Urgent Flood Mitigation Project (Proyek Pengendalian

  Banjir Jakarta) KA-ANDAL Kerangka Acuan

  • – ANDAL (Term of Agreement of EIA) MENLH Menteri Lingkungan Hidup – MoE

  Ministry of Environment (Kementerian Lingkungan Hidup)

  MoE

  

Ministry of Finance (Kementerian Keuangan)

  MPW

  Ministry of Public Works (Kementerian Pekerjaan Umum)

  NCEA The Netherlands Commission on Environmental Assessment (Komisi Belanda untuk Penilaian Lingkungan)

  NGO

  Non-Governmental Organization (Lembaga Swadaya Masyarakat)

  OP

  

Operational Policy (Kebijakan Operasional)

  PAP Project Affected Person (Warga yang Terkena Dampak Proyek) PI Public Involvement (Keterlibatan Publik) PIP Project Implementation Plan (Rencana Pelaksanaan Proyek) PIU

  Project Implementation Unit (Unit Pelaksana Proyek)

  PMU

  Project Management Unit (Unit Pengelola Proyek)

  PP Peraturan Pemerintah PPC Konsultan Persiapan Proyek

  MoF

  PT PJA PT. Pembangunan Jaya Ancol (Otoritas Ancol) PU-MPW Kementerian Pekerjaan Umum RP Rencana Permukiman Kembali RKL Rencana Pengelolaan Lingkungan RPF Resettlement Policy Framework (Kerangka Kerja Kebijakan

  Permukiman Kembali) RPL Rencana Pemantauan Lingkungan SIA

  Social Impact Assessment (Analisis Dampak Sosial)

  USACE

  United States Army Corps of Engineers (Korps Ahli Teknik Angkatan Darat Amerika Serikat)

  WASAP Indonesia Water and Sanitation Program Trust Fund (Dana Perwalian Program Air Bersih dan Sanitasi Indonesia)

  WBC

  West Banjir Kanal (Kanal Banjir Barat)

  WJEMP Western Java Environmental Management Project (Proyek Pengelolaan Lingkungan Hidup Jawa Barat)

  

KERANGKA PENGELOLAAN LINGKUNGAN DAN SOSIAL

Proyek Pengendalian Banjir Jakarta

1 Pendahuluan

  1.1 Latar Belakang

  Besarnya dampak banjir di ibukota telah menjadi masalah nasional dikarenakan besarnya kerugian keuangan yang ditimbulkan dan dampaknya terhadap masyarakat di wilayah DKI Jakarta. Berdasarkan hasil dari beberapa kajian tentang banjir dan simulasi banjir, Pemerintah Indonesia (Government of

  

Indonesia atau GoI) telah mengidentifikasikan serangkaian kanal banjir, saluran

  air dan waduk yang memerlukan rehabilitasi mendesak. Rehabilitasi atas infrastruktur-infrastruktur pengendali banjir tersebut, akan mengurangi risiko banjir dan diharapkan untuk memberikan manfaat bagi lebih dari satu juta orang yang tinggal di wilayah-wilayah rawan banjir.

  1.2 Tujuan Pengembangan Proyek

  Tujuan Pengembangan Proyek (Project Development Objective atau PDO) adalah untuk memberikan kontribusi bagi peningkatan dalam pengoperasian dan pemeliharaan atas suatu bagian utama dari sistem pengelolaan banjir di Jakarta. PDO tersebut akan dicapai dengan:

  a) Melakukan pengerukan kanal-kanal banjir, kanal-kanal, dan waduk-waduk utama yang telah dipilih untuk memperbaiki kapasitas alirannya dan membuang material hasil kerukan tersebut di fasilitas-fasilitas yang sesuai; b) Melakukan rehabilitasi dan konstruksi tanggul pada bagian-bagian dari kanal-kanal banjir, kanal-kanal, dan waduk-waduk tersebut, serta memperbaiki atau mengganti peralatan mekanis yang telah rusak untuk mempertahankan dan meningkatkan operasi kanal dan waduk tersebut; c) Membangun koordinasi institutional antara ketiga badan yang bertanggungjawab dalam rangka mendorong pengembangan yang terkoordinasi, serta pengoperasian dan pemeliharaan (Operations and Maintenance O&M) atas sistem pengelolaan banjir Jakarta, dan

  d) Memperkuat kemampuan badan-badan yang bertanggungjawab tersebut untuk meningkatkan pengoperasian, pemeliharaan, dan atas sistem pengelolaan banjir Jakarta. Proyek ini bertujuan untuk mendukung pengerukan atas kanal-kanal banjir, kanal-kanal, dan waduk-waduk utama dalam sistem pengelolaan banjir Jakarta dan membuang material lumpur di fasilitas yang sesuai, dengan menggunakan praktik-praktik terbaik yang berkelanjutan (dengan fokus pada koordinasi institusional, serta kelestarian lingkungan dan sosial). Kegiatan-Kegiatan ini diharapkan akan memperkenalkan praktik Pengoperasian dan Pemeliharaan (O&M) yang lebih baik di empat bidang: (i) Pengerukan

  • – teknologi modern dan praktik terbaik; (ii) Lingkungan – pembuangan lumpur secara bertanggung jawab;

  (iii) Sosial

  • – praktik-praktik permukiman kembali yang adil; dan (iv) Institusional – perencanaan dan praktik pemeliharaan rutin yang terkoordinasi.

  

1.3 Tujuan dan Ruang Lingkup Kerangka Pengelolaan Lingkungan

(Environmental Management Framework atau ESMF)

  Proyek ini akan dilaksanakan dalam dua batch secara berurutan. Pekerjaan Fase 1, terdiri atas 4 lokasi, diharapkan untuk dimulai pada tahun pertama pelaksanaan proyek. Dengan demikian, semua desain teknik, analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) dan rencana pengelolaan lingkungan telah diselesaikan, dinilai, dan disetujui selama persiapan proyek tersebut. Lokasi- Lokasi Fase 1 tidak melibatkan permukiman kembali. Namun demikian, pekerjaan-pekerjaan Fase 2, yang terdiri atas 11 lokasi, yang pada saat ini masih dalam persiapan proyek untuk berbagai tahapan persiapan design teknis, analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) dan rencana pengelolaan lingkungan, serta rencana permukiman kembali (apabila teridentifikasikan lokasi yang memerlukan permukiman kembali). Selain itu, pemerintah mungkin akan melakukan pekerjaan-pekerjaan pada 10 lokasi yang telah diidentifikasikan sebagai terhubung secara hidraulik dan/atau secara langsung dengan bagian dari kanal-kanal/waduk-waduk dalam JUFMP. Apabila pemerintah melaksanakan setiap kegiatan pekerjaan terkait dengan pengendalian banjir (misalnya, pengerukan dan/atau rehabilitasi kanal) di 10 lokasi tersebut selama jangka waktu proyek JUFMP, kegiatan-kegiatan tersebut akan dianggap sebagai kegiatan-kegiatan yang terkait dengan proyek dan persyaratan kebijakan Bank Dunia OP 4.12 tentang Permukiman Kembali secara Terpaksa (Involuntary Resettlement) akan diterapkan atas kegiatan-kegiatan tersebut.

  Adapun latar belakang dan alasan penyusunan Kerangka Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (Environmental and Social Management Framework atau ESMF), yang sesuai dengan persyaratan kebijakan Bank Dunia OP4.01 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Environmental Assessment) terbagi menjadi dua bagian:

  1. Untuk memberikan pedoman dan memastikan kesesuaian dengan persyaratan Pemerintah Indonesia (Government of Indonesia atau GoI) dan Bank Dunia terkait dengan pekerjaan-pekerjaan dalam Fase 2, dan,

  2. Untuk memberikan pedoman dan memastikan kesesuaian dengan persyaratan Pemerintah Indonesia (Government of Indonesia atau GoI) dan Bank Dunia terkait dengan lokasi yang terhubungan secara hydraulic dengan proyek, yakni 10 lokasi.

  ESMF memberikan penjelasan mengenai undang-undang, kebijakan-kebijakan, pedoman-pedoman ,dan tanggung jawab dari institusi-institusi untuk pengelolaan dampak lingkungan hidup, proses proyek, rona awal lingkungan yang relevan; mengidentifikasikan dampak-dampak potensial lingkungan dan sosial, menguraikan langkah-langkah untuk menghindari atau meminimalkan dampak yang merugikan dan langkah-langkah untuk menanggulangi setiap dampak merugikan yang tidak dapat dihindari. Persyaratan dan prosedur untuk konsultasi dan pengumunan ke publik juga tercantum dalam ESMF.

  ESMF juga mencakup isu-isu sosial dan lingkungan perkotaan terkait dengan

  Proyek. Namun, rincian dari penilaian atas dampak sosial melibatkan permukiman kembali, jumlah warga yang terkena dampak proyek (project

  

affected people atau PAP), prosedur ganti rugi, kategori PAP dan hak-hak

  mereka disajikan dalam Kerangka Kebijakan Permukiman Kembali (Resettlement Policy Framework atau RPF) proyek tersebut yang akan memberikan pedoman untuk penyusunan Rencana Permukiman Kembali (Resettlement Plans atau RP).

  Pada akhirnya, ESMF akan diumumkan di kantor-kantor dan situs-situs web yang berkepentingan dari badan-badan pemerintah daerah dan pemerintah pusat, serta di Pusat Informasi Publik (Public Information Center atau PIC) kantor Bank Dunia, Jakarta dan di InfoShop Bank Dunia di Washington. Demikian juga, Dokumen RPF akan diumumkan dengan cara yang sama.

2 URAIAN PROYEK

2.1 Komponen Proyek

  Proyek ini terdiri atas dua komponen yang dirangkum sebagai berikut: Komponen 1. Pengerukan dan rehabilitasi atas kanal-kanal banjir, kanal-kanal, dan waduk-waduk utama yang telah ditentukan. Komponen ini akan mendukung pengerukan dan rehabilitasi atas 11 kanal banjir/kanal dan empat buah waduk yang telah diidentifikasikan sebagai bagian utama yang penting dari sistem pengelolaan banjir Jakarta yang membutuhkan rehabilitasi mendesak dan peningkatan dalam kapasitas alirannya. Terdapat 11 kanal banjir/kanal tersebut diperkirakan memiliki panjang total 67,5 km, sedangkan empat waduk tersebut diperkirakan mencakup wilayah total seluas 65,1 hektar (lihat rincian rangkuman pada Tabel 2.1 di bawah). Tanggul sepanjang lokasi proyek (dengan total panjang sekitar 42,2 km) akan direhabilitasi dan dibangun pada kanal-kanal banjir, kanal-kanal, dan waduk-waduk tersebut. Apabila diperlu, peralatan mekanis (pompa, pagar-pagar, dll) juga akan diganti atau diperbaiki.

  Komponen 2. Bantuan teknis untuk pengelolaan proyek, pengaman sosial, dan pengembangan kapasitas. Komponen ini akan mendukung pengelolaan kontrak, tinjauan desain teknik, ahli teknik pengawasan konstruksi untuk pekerjaan pengerukan dan rehabilitasi dan bantuan teknis. Bantuan teknis termasuk dukungan untuk peningkatan koordinasi institusional untuk pengoperasian dan pemeliharaan sistem pengelolaan banjir Jakarta serta pembuatan sebuah Sistem Informasi Pengelolaan Banjir (Floods Management Information System atau FMIS). Ketentuan pendanaan telah disusun untuk pelaksanaan Rencana Permukiman Kembali, serta pembuatan dan pengoperasian suatu Sistem Penanganan Pengaduan proyek dan Panel Tenaga Ahli.

  Lima belas kanal banjir, kanal, dan waduk prioritas telah diidentifikasikan untuk dimasukan ke dalam ruang lingkup pekerjaan proyek (lihat Tabel 2-1 untuk uraian yang terperinci). Kanal-kanal banjir, kanal-kanal, dan waduk-waduk tersebut telah diidentifikasikan oleh Pemerintah sebagai sangat membutuhkan rehabilitasi dan peningkatan kapasitas aliran.

  Tabel 2-1 Uraian tentang Kanal-Kanal Banjir, Kanal-Kanal, dan Kolam- Kolam Penampungan dalam Proyek

Paket Lokasi Uraian tentang Saluran Air (Perkiraan)

Pekerjaan Panjang (m) Lebar (m) Luas 2 Kontrak

  Wilayah (m atau ha.) 2

  

1 Kanal Banjir Ciliwung-Gunung Sahari 5.100 21,50 ~ 45,90 171.870 m

(DKI) Waduk Melati (Kali Gresik & Cideng Hulu) (2.004) 4,90 ha.

  (1.260) 2

2a Kanal Banjir Cengkareng (termasuk 7.840 (540) 38,00 ~ 87,00 490.000 m

(DGWR) pinggiran pantai) Catatan 1 2

2b Kanal Banjir Sunter Bawah 9.980 20,20 ~ 47,40 338.320 m

  (DGWR) 2

  

3 Saluran Air Cideng Thamrin (Saluran Air 3.840 (1.960) 10,00 ~ 19,00 55.680 m

(DGCK) Jalan Lingkar) 2

  

4 Saluran Air Sentiong-Sunter (termasuk 5.950 (400) 16,10 ~ 31,20 161.240 m

(DKI) Kanal Ancol) Waduk Sunter Utara (Saluran Air (570) 33,00 ha. Pembuangan) Waduk Sunter Selatan

  19,20 ha. Waduk Sunter Timur III 8,00 ha. 2

  

5 Saluran Air Tanjungan 600 9,20 ~ 26,00 10.560 m

2

(DGCK) Saluran Air Angke Bawah 4.050 31,00 ~ 51,00 166.050 m

2

  

6 Kanal Banjir Barat (tepi laut) 3.060 (590) 33,00 ~ 266.220 m

(DGWR) Catatan1 141,00 2 Kanal Banjir Sunter Atas 5.150 15,00 ~ 36,00 131.320 m 2

  

7 Grogol 2.970 21,00 ~ 51,00 106.920 m

  • – Saluran Air Sekretaris
  • 2

    (DKI) Saluran Air Pakin 4.910 13,00 ~ 31,00 108.020

  • – Kali Besar – Jelakeng Catatan 2
  • 2 Saluran Air Krukut Cideng 3.250 15,00 ~ 29,00 71.500 m Catatan 2 2 Saluran Air Krukut Lama 3.490 7,00 ~ 29,00 62.820 m 2 67.514 2.140.520 m Catatan 1 65 ha.

      Untuk tujuan-tujuan kontrak, Kanal Banjir Sunter telah dibagi menjadi dua subpaket

    • – Kanal Banjir Catatan 2 Sunter Atas dan Kanal Banjir Sunter Bawah.

      

    Untuk tujuan-tujuan kontrak, Saluran Air Krukut telah dibagi menjadi dua subpaket – Saluran Air

    Krukut Cideng dan Saluran Air Krukut Lama

      Lokasi-Lokasi yang saling terhubung. Sepuluh lokasi telah diidentifikasikan sebagai lokasi-lokasi yang terkait proyek. Lokasi-lokasi tersebut adalah:  Kali Item, Kalibaru, dan Sunter Kemayoran (terhubung dengan

      Saluran Air Sentiong Sunter);

       Saluran Ancol Kampung Bandan dan Ancol Long-Storage (terhubungan dengan Kanal Banjir Ciliwung-Gunung Sahari)  Kanal sepanjang Jl. Kayu Putih Timur (terhubung dengan Saluran Air Sungai Sunter Atas);

       Ciliwung Kota, kanal sepanjang Jl Tubagus Angke, PHB Bandengan Utara; dan Waduk Pluit (terhubung dengan Saluran Air Pakin –Kali Besar– Jelakeng).

      Sepuluh lokasi yang disebutkan di atas telah diidentifikasikan sebagai terhubung secara hidraulik dan secara langsung dengan kanal-kanal/waduk-waduk dalam JUFMP. Pada saat ini, pemerintah tidak memiliki rencana khusus untuk pekerjaan rehabilitasi pada lokasi-lokasi yang saling terhubung tersebut. Namun, pemerintah akan menerapkan RPF (and semua ketentuan terkait) apabila aktivitas-akitivitas yang memenuhi kriteria untuk lokasi-lokasi yang terhubung

      1 dengan proyek dilaksanakan dalam lokasi-lokasi tersebut.

      Lokasi-Lokasi pembuangan. Lokasi-Lokasi pembuangan tidak dibiayai oleh proyek, namun, lokasi-lokasi tersebut dianggap sebagai bagian dari proyek JUFMP dan oleh sebab itu, rancangan, konstruksi, dan pengoperasiannya akan mengikuti persyaratan Bank Dunia serta persyaratan Pemerintah Indonesia

      3

      3

      sendiri. Sekitar 3,4 juta m material endapan dan sekitar 95.000 m limbah padat yang akan dikeruk dari kanal-kanal banjir, kanal-kanal, dan waduk melalui proyek ini, akan dibuang dengan cara berikut ini (lihat Gambar 2-2 untuk gambaran tentang pengaturan pembuangan).

       Material endapan yang tidak berbahaya

    • – akan diangkut dan dibuang ke lokasi Pekerjaan Reklamasi Laut Ancol, yang dikenal sebagai CDF Ancol.

       Material endapan yang berbahaya (apabila ditemukan)

    • – akan dibuang ke fasilitas pengelolaan limbah berbahaya PPLi di Bogor,

    2 Jawa Barat .

       Limbah padat

    • – akan diangkut dan dibuang di tempat pembuangan akhir (TPA) Jakarta di Bekasi, Jawa Barat, dikenal sebagai TPA Bantar Gebang.

    2.2 Kegiatan-kegiatan Proyek

      Pengerukan, Pengangkutan, dan Pembuangan. Pengerukan akan terpusat pada 15 bagian yang ditentukan dari kanal banjir, kanal dan waduk utama dalam sistem pengelolaan banjir Jakarta. Volume material yang akan dikeruk

      3

      3

      diperkirakan sebesar 3,4 juta m , termasuk 95.000 m limbah padat yang akan dipindahkan dari kanal-kanal banjir, saluran-saluran air, dan waduk-waduk. Pengerukan secara mekanis akan digunakan, metode ini bekerja dengan menggunakan kombinasi dari berbagai peralatan, yakni buldoser apung,

      

    backhoe pengeruk di atas landasan apung, long-arm backhoe, dan water jet.

      Semua material hasil kerukan akan diangkut ke lokasi pembuangan dengan menggunakan truk pembuangan kedap air pada malam hari. Rehabilitasi Tanggul dan Pekerjaan Pemeliharaan. Rehabilitasi tanggul akan mencakup pekerjaan Stone masonry, parapet dan pemasangan sheet-pile pada tanggul sungai yang belum terproteksi, sedangkan pekerjaan pemeliharaan 1 termasuk perbaikan pompa dan pemasangan saringan sampah.

      

    Berdasarkan OP 4. 12, kriteria untuk mengidentifikasikan lokasi-lokasi yang terhubung adalah: (1) secara langsung

    dan secara signifikan terkait dengan JUFMP; (2) diperlukan untuk mencapai tujuan-tujuan JUFMP; dan (3)

    bersamaan dengan JUFMP. Studi untuk mendefinisikan lokasi-lokasi terkait telah dilakukan selama penyusunan

    Kerangka Kebijakan Pemukiman Kembali (Resettlement Policy Framework atau RPF) dan lokasi-lokasi yang

    terhubung pada pokoknya didefinisikan sebagai terhubung secara hidraulik dalam konteks kriteria keterhubungan

    2

    pertama sebagaimana disebutkan dalam OP 4. 12, namun tidak memenuhi ketiga kriteria tersebut secara keseluruhan .

      Sebagai catatan bahwa metode spesific yang diajukan untuk mengolah/membuang limbah bahan

    berbahaya dan beracun (B3) akan mengikuti ketentuan perundangan mengenai limbah B3 dan persetujuan

    dari Kementerian Lingkungan Hidup akan merupakan prasyarat.

      2.3 Pelaksanaan Proyek

      Pelaksanaan Proyek. Pelaksaanan pekerjaan yang dibiayai oleh proyek diusulkan untuk dilakukan dalam dua tahap secara berurutan. Rancangan pelaksanaan yang bertahap ini diadopsi sebagai mekanisme pengelolaan risiko pelaksanaan proyek tersebut. Pekerjaan Fase 1 (4 lokasi yang diusulkan/ 3 kontrak pekerjaan) diharapkan untuk dimulai pada tahun pertama proyek. Pekerjaan Fase 2 (11 lokasi yang diusulkan/5 kontrak) diharapkan untuk dilaksanakan selanjutnya. Pengtahapan tersebut akan mengindari terbebaninya PMU/PIU dan konsultan pengawasan mereka secara berlebihan pada tahun pertama saat proses, prosedur, dan rutinitas pelaksanaan aktual terperinci ditetapkan dan dioperasionalisasikan. Pengtahapan tersebut juga akan memberikan waktu kepada Pemerintah Daerah Jakarta (DKI Jakarta) untuk menyelesaikan instrumen-instrumen dan pengaturan untuk lokasi-lokasi Fase 2 yang mana permukiman kembali diperlukan, termasuk pembuatan sistem penanganan pengaduan dan penunjukan sebuah panel tenaga ahli. Dua lokasi terkait dengan proyek yaitu Ancol Kampung Bandan dan Ancol Long Storage

      3

      merupakan lokasi yang terkait dengan pekerjaan Fase 1 , dan lokasi terkait lain nya terkait dengan Fase 2

      2.4 Dampak Potensial

      Dampak Proyek Spesifik. Hasil AMDAL untuk Fase 1 menunjukan bahwa di antara dampak signifikan potensial dari pelaksanaan proyek, dampak yang timbul akibat pengangkutan material kerukan dari lokasi pengerukan ke Fasilitas Pembuangan Tertutup (CDF) Ancol melalui jalan-jalan menjadi masalah paling penting untuk ditanggulangi. Adapun dampak yang timbul termasuk peningkatan potensi kemacetan lalu lintas dan potensi tumpahan dari material kerukan sepanjang koridor jalan. Untuk menanggulangi permasalahan ini, rencana pengelolaan pengangkutan (TMP) telah dikembangkan untuk setiap lokasi proyek, di mana pengangkutan dari material kerukan hanya akan dizinkan pada waktu di luar waktu puncak (off-peak hours) (yaitu dari pukul 22:00 sampai pukul

      4

      05:00 ) dan dengan menggunakan truk pembuangan kedap air. Untuk meminimalkan tumpahan tersebut, material kerukan pertama-tama akan ditempatkan ke dalam kontainer (2x2x1m) sebelum material kerukan tersebut diangkut ke dalam truk. Selama pengangkutannya ke CDF Ancol, material tersebut akan ditutup dengan terpal. Semua truk pengangkut akan dibersihkan oleh PT Pembangunan Jaya Ancol (PT PJA) sebelum meninggalkan lokasi pembuangan. Kualitas Sedimen. Bank Dunia mempekerjakan konsultan (PT. ERM Indonesia, ERM) pada tahun 2008 dan selanjutnya, Pemerintah Indonesia (GoI) mengangkat konsultan independen lainnya pada tahun 2009 (yaitu, Konsultan PT PPA

    • – EIA/SIA) untuk melaksanakan analisis mendalam atas sampel sedimen dari lokasi-lokasi JUFMP. Semua hasil analisa kimia telah dikaji sesuai
    • 3 standard nasional dan internasional yang telah ada. Hasil ERM lebih jauh dikaji

        Analisis praduga dampak menunjukan bahwa kalaupun pada kedua lokasi terkait ini akan dilakukan 4 kegiatan, tidak diperlukan proses pemindahan warga terkena proyek Atau sesuai dengan peraturan pengangkutan dan lalu lintas DKI Jakarta yang berlaku . oleh Korps Ahli Teknik Angkatan Darat Amerika Serikat (the United States Army

        

      Corps of Engineers atau USACE) serta PT PPA. Berdasarkan semua hasil

        tersebut, Pemerintah Indonesia (GoI) menyimpulkan bahwa sangat kecil kemungkinan bahwa material kerukan adalah limbah B3 dan material kerukan dapat dibuang pada CDF Ancol sesuai dengan persyaratan EIA Ancol. Dampak Pembuangan Material hasil kerukan yang Tidak Berbahaya. Material kerukan yang bukan limbah B3 akan dibuang di CDF Ancol. Proyek

        5

        mensyaratkan prinsip-prinsip pembuangan tertutup untuk meminimalkan dampaknya terhadap lingkungan. Oleh sebab itu, Proyek akan melaksanakan

        

      due dilligence untuk memastikan bahwa fasilitas pembuangan memenuhi

        persyaratan sebagaimana dinyatakan dalam izin lingkungan, yaitu fasilitas yang tertutup dibangun sebelum pembuangan material mulai dilaksanakan (Lampiran 1: Proses dan Persetujuan CDF Ancol). Selain itu, AMDAL Ancol mensyaratkan proyek untuk melakukan identifikasi dan memastikan bahwa sedimen yang akan ditempatkan pada CDF tidak merupakan limbah B3. Oleh sebab itu, proyek JUFMP telah mengembangkan prosedur yang akan digunakan selama pelaksanaan proyek untuk menguji setiap bagian sebelum pengerukan dilakukan. (lihat Lampiran 2: Identifikasi dari Limbah B3 sebagai mana disyaratkan dalam AMDAL Ancol)

        3 Dampak Pembuangan Limbah Padat (95.000 m ) dan Limbah B3 (apabila

        ditemukan). Sebagaimana dengan CDF Ancol, Tempat Penimbunan Akhir (TPA) Bantar Gebang akan menerima limbah padat (sampah ukuran besar) dari proyek dan Secure Landfill PPLI akan menampung limbah B3, apabila ditemukan, keduanya merupakan fasilitas yang telah ada dan beroperasi sebelum proyek JUFMP dipersiapkan. Oleh sebab itu, pihak proyek JUFMP akan melaksanakan

        

      due dilligence lingkungan untuk memastikan bahwa fasilitas-fasilitas tersebut

        beroperasi berdasarkan izin lingkungan yang sah dan sesuai dengan peraturan setempat.

      5 Pembangunan CDF Ancol akan dibiayai sendiri oleh PT Pembangunan Jaya Ancol (PT PJA). CDF Ancol yang direncanakan akan memiliki kapasitas yang memadai untuk menerima material kerukan dari semua 15 lokasi.

        

      Badan Pengendalian Lingkungan Daerah (BPLHD) DKI Jakarta telah menyetujui AMDAL untuk CDF tersebut.

      3 AMDAL CDF Ancol yang mencakup 119 ha wilayah pembuangan (kapasitas 12 juta m ) yang pada awalnya

      disetujui atas dasar bahwa pasir merupakan material pengisian, yang telah direvisi untuk memasukan material

      kerukan JUFMP.

      3. Peran dan Tanggung Jawab Institusional

        3.1 Pengaturan Institusional

        Pengaturan-Pengaturan institusional secara keseluruhan untuk proyek ini, dirangkum dalam Gambar 3_1:

        

      Gambar 3-1 Pengaturan Institusional Pelaksanaan Proyek

         PIU-DGWR akan diwakili oleh Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane (Regional Office for the Ciliwung-Cisadane

        River Basin atau BBWS-CC);

         PIU-DGHS akan diwakili oleh Satuan Kerja Pengembangan Infrastruktur Persampahan dan Sanitasi Jabodetabek (Working Unit

        of Municipal Solid Waste (MSW) Infrastructure and Sanitation Development for Jabodetabek); dan

         PIU-DKI akan diwakili oleh Dinas PU DKI Jakarta (Public Work Agency) dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

        3.2 Peran dan Tanggung Jawab Institusional

        3.2.1 Komite Pengarah Bersama Sebuah komite penasihat tingkat tinggi yaitu Komite Pengarah Bersama (Joint

        

      Steering Committee atau JSC) telah dibentuk untuk mengawasi persiapan dan

        pelaksanaan proyek, dan untuk memberikan koordinasi dan dukungan nasihat pada tingkat kebijakan. JSC dipimpin oleh Bappenas dan terdiri atas para perwakilan dari Kementerian Keuangan, Kementerian Pekerjaan Umum, dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. JSC akan tetap memberikan pengawasan tingkat tinggi selama pelaksanaan proyek.

        3.2.2 Unit Pengelola Proyek (Project Management Unit atau PMU) Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (Directorate General of Water Resources atau DGWR) Kementerian Pekerjaan Umum (Ministry of Public Works atau MPW) adalah PMU JUFMP. PMU telah dibuat oleh DGWR untuk mempersiapakan dan mengawasi pelaksanaan proyek. PMU terdiri atas tiga orang staf dari DGWR, tiga orang staf dari Direktorat Jenderal Cipta Karya (Directorate General of Human Settlements atau DGCK), tiga orang staf dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, dan satu orang staf Kementerian Pekerjaan Umum dari bagian Kerjasama Perencanaan dan Luar Negeri (Planning and

        

      Overseas Cooperation). PMU didukung pula oleh sekretariat, lima orang staf dari

      DGWR. PMU bertanggung jawab atas koordinasi proyek secara keseluruhan.

        Selama persiapan proyek, PMU telah mempekerjakan dua konsultan utama untuk mendukung persiapan proyek:  Konsultan Persiapan Proyek (Project Preparation Consultant atau

        PPC). Konsultan bertanggung jawab (i) untuk memberikan desain teknik untuk pengerukan, dan tanggul sesuai dengan konsultan EIA/SIA; (ii) untuk mempersiapkan dokumen tender untuk semua pekerjaan dalam waktu proyek tersebut dan untuk bekerja sama dengan konsultan EIA/SIA untuk penyertaan EMP ke dalam dokumen tender dan kontrak konstruksi; (iii) untuk memberikan jasa-jasa konsultasi kepada Unit Pengelola Proyek (Project

        Management Unit atau PMU). PPC bekerja sama dengan

        konsultan EIA/SIA utnuk membuat desain yang akan meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan dan sosial.

         Konsultan EIA/SIA. Konsultan bertanggung jawab (i) untuk pembuatan dokumen AMDAL dan rencana pemukiman kembali (Resettlement Plan, RP) yang memenuhi persyaratan, baik dari Pemerintah Indonesia dan Bank Dunia; (ii) untuk persiapan rencana pengelolaan lingkungan (enviromental management plan, EMP) untuk disertakan dalam dokumen tender dan kontrak-kontrak konstruksi; dan (iii) membantu PMU dalam mempublikasikan dokumen yang telah disetujui dan konsultasi publik.

        Selama pelaksanaan proyek, PMU akan mengawasi dan melakukan koordinasi pelaksanaan proyek secara menyeluruh melalui tiga PIU. PMU juga akan melaksanakan kegiatan-kegiatan pendukung yang umum selama proyek tersebut. Kegiatan-kegiatan tersebut, termasuk (i) konsultasi pengawasan konstruksi secara menyeluruh, (ii) Panel Tenaga Ahli, (iii) Sistem Informasi Pengelolaan Banjir (Floods Management Information Systems atau FMIS) dan (iv) mendukung DKI-Jakarta terkait dengan permukiman kembali dan sistem penanganan pengaduan proyek.

         Konsultan Pengawasan (Supervision Consultant atau SC). Kontrak dengan Konsultan Pengawasan merupakan kontrak konsultan utama yang terpenting dalam mendukung pengelolaan menyeluruh PMU, pengawasan dan pemantauan proyek. Apabila terdapat penilaian kekurangan dalam kapasitas, secara khusus dalam area pengawasan dari rencana lingkungan proyek, pelaksanaan Rencana Permukiman Kembali (Resettlement Plans atau RP) dan Sistem Penanganan Keluhan (Grievance Redress System atau GRS), SC telah ditugaskan untuk memberikan tenaga ahli yang diperlukan untuk mendukung PMU selama pelaksanaan proyek. Ruang lingkup dari jasa-jasa bantuan teknis ini termasuk (i) mengawasi pelaksanaan dari berbagai pengerukan dan kontrak pekerjaan pembangungan berdasarkan proyek, termasuk pada semua lokasi pembuangan (ii) mengawasi pelaksanaan Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan (Environmental

        Management and Monitoring Plan atau RKL/RPL) oleh kontraktor-

        kontraktor pekerjaan, (iii) mendukung PMU dan DKI dalam pelaksanaan Rencana Permukiman Kembali (Resettlement Plans atau RP), dan (iv) meningkatkan dan melaksanakan mekanisme penanganan keluhan/pengaduan proyek dengan DKI.

         Panel Tenaga Ahli (Panel of Experts atau PoE). Panel Tenaga Ahli (PoE) terdiri atas tiga orang spesialis independen, yang diakui secara internasional akan diminta untuk memberikan saran atas semua aspek proyek. POE direncanakan akan dimobilisasi pada

        

      6

        saat implementasi proyek dimulai dan akan beroperasi secara penuh sebelum Fase 2 dimulai. Para spesialis diharapkan terdiri atas ahli lingkungan, ahli yang berpengalaman dalam pengerukan dan pembuangan kerukan, dan ahli tentang permukiman kembali pekotaan. Tanggung jawab utama dari POE akan mencakup pemantauan dan pengevaluasian atas persiapan dan pelaksanaan berbagai instrumen-instrumen pengaman (RPF, RP, EMP, dan prosedur penanganan pengaduan) dan memberikan saran kepada PMU atas tindakan-tindakan yang akan diambil untuk memperbaiki kepatuhan. Apabila diperlukan, jumlah anggota POE dapat ditambah baik untuk waktu sementara atau permanen melalui penambahan spesialis untuk memberikan tenaga ahli untuk isu-isu atau kebutuhan spesifik, yang tidak direncanakan atau yang penting, yang dapat timbul selama pelaksaan proyek. Tenaga- tenaga ahli ini, apabila ada, dapat dimobilisasikan dengan kerangka acuan yang disepakati antara PMU, Bank, dan tiga orang tenaga ahli awal yang terdiri atas POE. POE akan mengadakan rapat rutin pada interval waktu tertentu untuk mengkaji status pekerjaan yang sedang berlangsung (work in progress). Namun, rapat luar biasa yang sebelumnya tidak terjadwal dapat juga digelar untuk mengkaji tahapan penting dari kegiatan teknis, lingkungan, dan sosial.  Sistem Informasi Pengelolaan Banjir (Floods Management 6 Information Systems atau FMIS). FMIS, yang saat selesai akan

        Secepatnya setelah Loan Agreement efektif menjadi milik dan dikelola oleh Pemerintah, diharapkan untuk menjadi alat pemantauan dan penilaian yang penting bagi Pemerintah terkait dengan pengelolaan banjir di Jakarta. Sebagaimana proyek JUFMP ini dilaksanakan, hasil pekerjaan fisik, perubahan yang terjadi, dan peningkatan sistem pengelolaan banjir tersebut akan menjadi input dalam FMIS. Setelah itu, FMIS akan mensimulasi dan menganalisa tingkat kesuksesan dari pekerjaan struktural JUFMP dan menentukan tingkat kesuksesan nya dalam penanggulangan banjir. Hal ini akan memberikan kemampuan untuk menganalisa dan mengdokumentasikan penurunan estimasi biaya tahunan.

        3.2.3 Unit Pelaksana Proyek (Project Implementation Unit atau PIU) Terdapat tiga Unit Pelaksana Proyek (PIU) pada tingkat pemerintahan pusat dan daerah, di bawah DGWR, DGHS, dan Pemerintah DKI Jakarta:

         PIU-DGWR akan diwakili oleh Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane (BBWS-CC);  PIU-DGHS akan diwakili oleh Satuan Kerja Pengembangan Infrastruktur Persampahan dan Sanitasi Jabodetabek (Working Unit

        of Municipal Solid Waste (MSW) Infrastructure and Sanitation Development for Jabodetabek); dan

         PIU-DKI akan diwakili oleh Dinas PU Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. PIU akan bertanggung jawab atas pelaksanaan pekerjaan pengerukan dan rehabilitasi pada kanal-kanal banjir, kanal-kanal dan waduk-waduk utama yang ditentukan yang berdasarkan tanggung jawab masing-masing dari setiap PIU akan membuat komite pengadaannya sendiri untuk penentuan kontraktor. Namun, setiap komite akan terdiri atas para perwakilan dari semua tiga PIU. Karena DKI Jakarta merupakan institusi yang bertanggung jawab atas isu-isu sosial di wilayah kota Jakarta, DKI akan bertanggung jawab atas semua aspek pengaman sosial dari proyek, termasuk proyek yang terkait dengan kegiatan permukiman kembali dan mekanisme penanganan keluhan tentang proyek. Pelaksanaan rencana pengelolaan dampak sosial JUFMP akan dilaksanakan oleh dinas-dinas dibawah provinsi DKI Jakarta. Dalam PIU DKI Jakarta (PIU- DKI), terdapat beberapa kelompok kerja

        

      7

        (Pokja): (i) Kelompok Kerja Lingkungan dan Sosial (Environmental and Social Working Group atau ESWG), (ii) Kelompok Kerja Penjamin Pengelolaan dan Kualitas Proyek (Project Management and

        

      Quality Assurance Working Group), (iii) Kelompok Kerja Pemantauan dan

        Pelaporan (Monitoring and Reporting Working Group), dan (iv) Pokja lain sebagaimana diperlukan untuk menangani semua kegiatan yang diperlukan dalam pelaksanaan JUFMP. ESWG akan bertanggung jawab atas persiapan RP dan menjamin bahwa RP tersebut dilaksanakan. Kelompok Kerja Penjamin 7 Pokja dan keanggotaannya dibentuk berdasarkan keputusan Gubernur .

        Pengelolaan dan Kualitas Proyek akan bertanggung jawab atas pengujian RP dan memastikan kepatuhannya terhadap RPF. Kelompok Kerja Pemantauan dan Pelaporan akan mempersiapkan laporan bulanan mengenai status persiapan dan pelaksanaan RP kepada Gubernur.

        Untuk setiap lokasi proyek yang membutuhkan permukiman kembali, PIU akan memastikan bahwa tidak ada permulaan kontrak kecuali apabila RP telah dilaksanakan (kecuali, unsur-unsur dalam RP terkait dengan kegiatan, setelah permukiman kembali dilakukan).

        3.2.4 Pemerintah Kotamadya DKI Jakarta Secara administratif, DKI Jakarta dibagi menjadi lima kotamadya. Masing-masing dikepalai oleh seorang Walikota (Mayor). Empat kotamadya DKI Jakarta yang akan terkena oleh proyek, yaitu, Jakarta Utara, Barat, Pusat dan Timur. Para Walikota terutama akan terlibat dalam penanggulangan dampak sosial; mereka akan bertanggung jawab untuk melakukan koordinasi atas kegiatan-kegiatan tingkat kelurahan selama persiapan dan pelaksanaan RP. Para Walikota akan dibantu oleh kepala kecamatan dan kepala kelurahan.

        Walikota dengan aparatnya pada tingkat kecamatan dan kelurahan merupakan pejabat garis depan yang bertanggung jawab atas kegiatan-kegiatan operasional selama persiapan dan pelaksanaan RP. Hal ini termasuk kegiatan-kegiatan untuk menentukan tanggal cut-off dan untuk pelaksanaan aktual atas permukiman kembali, dan untuk penanganan keluhan dan pengaduan. Selain itu, kantor kotamadya juga bertanggung jawab untuk penilaian bangunan tempat tinggal dan bangunan lain yang terkena oleh proyek JUFMP. Peranan dari kotamadya dibahas lebih lanjut dalam RPF.

        3.2.5 Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) provinsi DKI Jakarta

        

      .

        Selama tahap persiapan proyek, BPLHD merupakan badan yang bertanggung jawab untuk menguji dan memberikan izin dan persetujuan atas dokumen- dokumen EIA. Sesuai dengan perundang-undangan GOI, badan tersebut membentuk Komisi AMDAL, yaitu komisi ad-hoc untuk mengevaluasi dokumen- dokumen EIA. Komisi AMDAL terdiri atas para perwakilan BPLHD (2-3 orang), para ahli universitas (atau dikenal sebagai Tim Teknis, 5-7 orang dari wilayah keahlian yang berbeda), para perwakilan dari kecamatan dan kelurahan, dan para perwakilan dari NGO.

        Selama tahap konstruksi, BPLHD memiliki peran pengawasan untuk pelaksanaan EMP oleh berbagai kontraktor dan akan melaksanakan pemeriksaan yang teratur atau audit. Badan tersebut akan menguji pelaksanaan dari EMP yang diserahkan oleh PMU dan memutuskan apabila tindakan korektif perlu dilakukan.

        3.2.6 Para Kontraktor Kontraktor pekerjaan akan ditentukan oleh komite pengadaan dalam setiap PIU. Semua paket pekerjaan pengerukan dan tanggul akan mengikuti proses Tender Kompetitif Internasional (International Competitive Bidding atau ICB) dan akan mensyaratkan pra-kualifikasi. Para Kontraktor akan diminta untuk memasukan rencana pengelolaan lingkungan dan sosial awal dalam pengajuan teknis selama proses tender. Rencana aksi harus merangkum upaya yang kontraktor ajukan untuk meminimalkan dampak lingkungan hidup dan sosial. Selama konstruksi, kontraktor bertanggung jawab untuk melaksanakan EMP yang terdapat dalam kontrak. Pengawasan pelaksanaan rencana pengelolaan lingkungan hidup dan sosial akan dilaksanakan oleh Konsultan Pengawasan (Supervision Consultant atau SC).

        3.2.7 Bank Dunia (World Bank/WB) WB menjaga peran pengawasan dalam JUFMP, untuk memastikan kepatuhannya terhadap kebijakan pengaman Bank Dunia, pengujian, dan memberikan izin dan persetujuan kepada EMP dan RP dari masing-masing lokasi proyek. WB akan memelihara peran pengawasan dari supervisi pelaksanaan EMP oleh para kontraktor, dan dapat melakukan uji petik atau audit sebagaimana diperlukan. WB akan melaksanakan misi pengawasan yang teratur selama pelaksanaan proyek, dan spesialis setempat pada Kantor Bank Dunia di Jakarta (WBOJ) akan memantau perkembangan proyek.

      3.3 Proses Proyek

        3.3.1 Fase 1 Proyek Pengujian dan persetujuan dari Bank Dunia. Terdapat dua paket pekerjaan (kontrak) dalam Fase 1, yaitu paket kontrak 1, 2a, dan 2b dalam Tabel 2-1.

        AMDAL untuk pekerjaan dalam Fase 1 tersebut, telah dipersiapkan oleh Unit Pengelola Proyek (Project Management Unit atau PMU). AMDAL ini telah dikonsultasikan, diuji, dan disetujui pada bulan Maret 2010 oleh badan lingkungan hidup provinsi (dikenal sebagai BPLHD) sebagaimana diwajibkan oleh peraturan nasional dan daerah Indonesia. Bank Dunia juga telah mengkaji AMDAL dan telah memberikan komentar yang ekstensif, yang pada akhirnya ditanggapi oleh PMU dengan mempersiapakan Laporan Tambahan untuk JUFMP Fase 1. Laporan Tambahan ini termasuk rekomendasi lebih lanjut yang juga akan berlaku terhadap proyek tersebut. Hal ini memastikan bahwa AMDAL dan Laporan Tambahan untuk Fase 1 dikombinasikan, patuh terhadap persyaratan kebijakan pengaman lingkungan hidup Bank Dunia.

        Pelaksanaan EMP selama Konstruksi, Pengawasan dan Pemantauan. Kepatuhan terhadap EMP selama pembagunan proyek akan bergantung pada (i) pelaksanaan EMP oleh kontraktor, (ii) pengawasan dan pemantauan pelaksanaan EMP oleh SC, dan (iii) pengawasan pelaksanaan EMP oleh PIU, PMU, WB dan BPLHD. Pengawasan oleh SC merupakan proses harian yang mana SC mengawasi para kontraktor untuk memastikan bahwa komitmen lingkungan hidup dan ketentuan EMP yang ditetapkan dalam kontrak tersebut dipatuhi.

        Pelaporan. SC akan memberikan PMU laporan-laporan dari hasil pelaksanaan EMP oleh kontraktor (pada jangka waktu minimal tiga bulan). PMU akan menguji laporan-laporan untuk setiap ketidakpatuhan dan dapat meminta PIU untuk melakukan sidak secara tiba-tiba atau audit apabila diperlukan. SC juga akan memberikan laporan pelaksaan RKL/RPL secara formal setiap tiga bulan. PMU akan mengkaji laporan ini untuk setiap ketidaksesuaian dan menyerahkannya kepada BPLHD dan Bank Dunia. BPLHD dan Bank Dunia akan mengkaji laporan pelaksanaan RKL/RPL setiap tiga bulan dan akan memutuskan mengenai perlunya pemeriksaan tiba-tiba, kunjungan lapangan atau audit.

        3.3.2 Fase 2 Lokasi-Lokasi Proyek dan Lokasi-Lokasi yang Saling Terhubung