Pengaruh Pemberian Fungi Mikoriza Multispora Terhadap Produksi Tanaman Jagung (Zea mays L.)

  

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

  Semirata 2013 FMIPA Unila

  

Pengaruh Pemberian Fungi Mikoriza Multispora Terhadap

Produksi Tanaman Jagung (Zea mays L.)

Gustina Indriati. ; Liza Irda Ningsih. ; Rizki.

  

Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat

Abstrak. Jagung (Zea mays L.) merupakan bahan pangan utama kedua setelah beras. Selain

sebagai sumber karbohidrat jagung cukup banyak manfaatnya seperti bahan pangan, pakan

ternak, dan bahan baku industri. Potensi pemasaran jagung terus mengalami peningkatan hal

ini terjadi karena semakin banyak permintaan jagung sebagai campuran pakan ternak, dan

bahan pangan.Untuk meningkatkan produktivitas tanaman jagung, serta mendukung program

pengembangan pertanian ramah lingkungan, dapat digunakan Fungi Mikoriza Multispora

(FMM). Telah dilakukan penelitian dengan tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh

pemberian fungi mikoriza multispora pada produksi tanaman jagung dan dosis yang terbaik

dalam meningkatkan produksi tanaman jagung. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni

2011 sampai Agustus 2011 di Desa Kapencong, Kecamatan Bayang, Kabupaten Pesisir

Selatan, Propinsi Sumbar. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK)

dengan empat perlakuan dan lima ulangan. Perlakuan yang digunakan adalah A (200 gram

NPK sebagai kontrol), B (10 gram mikoriza/tanaman), C (20 gram mikoriza/tanaman), D (30

gram mikoriza/tanaman), Data dianalisis dengan sidik ragam, jika ada pengaruh yang nyata

dilakukan uji lanjut DN

  MRT (Duncan New Multiple Range Test) pada taraf α 5%. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa perlakuan dengan pemberian mikoriza multispora pengaruh

terhadap berat basah jagung, jumlah biji jagung tiap tongkol, dan diameter tongkol jagung.

Dosis fungi mikoriza multispora yang terbaik untuk meningkatkan produksi tanaman jagung

adalah 30 gram/tanaman.

  PENDAHULUAN

  Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting selain karena jagung merupakan sumber karbohidrat kedua setelah beras. Jagung sebagai sumber di Amerika Tengah dan Selatan, juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Beberapa daerah di Indonesia seperti dan juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok (Rukmana,1997)

  Akhir-akhir ini tanaman jagung semakin meningkat penggunaannya, karena hampir seluruh tanaman jagung dapat dimanfaatkan antara lain: batang dan daun muda digunakan untuk pakan ternak, batang dan daun tua (setelah panen) digunakan untuk pupuk hijau atau kompos, batang dan daun kering digunakan untuk kayu bakar, buah jagung muda untuk sayuran, pergedel, bakwan, biji jagung tua untuk pengganti nasi, roti jagung, tepung, bihun, bahan campuran kopi bubuk (Purwono, dan Hartono, 2010)

  Di Desa Kapencong Kecamatan Bayang petani banyak bertanam jagung. Petani umumnya hanya menggunakan pupuk buatan seperti Urea, SP-36, NPK dan KCL, tetapi hasil yang didapatkan belum mencapai optimal. Dampak dari pemakaian pupuk anorganik bisa menyebabkan defisit beberapa unsur hara dan terjadinya penumpukkan beberapa jenis unsur hara lain. Menurut Chariatma (2008) penggunaan pupuk anorganik seperti NPK secara terus menerus dapat menyebabkan infisiensi pupuk dan keseimbangan hara dalam tanah juga terganggu, sehingga pertumbuhan terganggu dan produktivitas menurun.

  Untuk mengatasi masalah dan kendala tersebut, maka dalam upaya meningkatan

  

Gustina Indriati, dkk: Pengaruh Pemberian Fungi Mikoriza Multispora Terhadap

Produksi Tanaman Jagung (Zea mays L.)

  produksi tanaman jagung perlu dicari solusi lain. Upaya tersebut tidak saja efektif tetapi secara ekonomis juga lebih murah dan ramah lingkungan. Aplikasi teknologi mikroba tanah seperti Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA) merupakan salah satu strategi yang perlu dicoba dan dikembangkan.

  Mikoriza merupakan suatu bentuk hubungan simbiosis mutualisme antara cendawan dengan perakaran tumbuh- tumbuhan tinggi. Cendawan menyerang akar tanaman tetapi tidak bersifat parasit, sebaliknya memberikan keuntungan pada tanaman inang (host) nya antara lain meningkatkan serapan hara tanaman. Cendawan juga memperoleh makanan antara lain karbohidrat dari tanaman inangnya (Husin, 2000). Pemberian Mikoriza juga usaha yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kondisi tanah, mempertinggi daya hidup dan laju pertumbuhan bibit yang baru dipindahkan ke lapangan (Fakuara, 1990 dalam Budiman, 2004).

  Pemberian mikoriza dalam penanaman jagung merupakan terobosan baru dibidang pertanian. Peran utama mikoriza yaitu mampu mentranslokasikan fosfor dari tanah kedalam tanaman dengan membentuk hifa yang tumbuh pada akar tanaman dan berfungsi sebagai perluasan permukaan serapan akar, sehingga permukaan tanaman bermikoriza lebih baik dibandingkan tanaman tanpa mikoriza (Husin, 2000).

  Alat yang digunakan adalah cangkul, penugal benih, meteran, parang, gunting, timbangan Ohaus 2610 gram, jangka sorong, label, ember, pancang, waring, tali raffia, terpal, gunting, lakban, polibeg dan alat tulis. Sedangkan bahan yang digunakan Benih jagung NK22, Antrocol, Air, pupuk NPK, pupuk kandang ayam dan mikoriza Multispora (Glomus, Gigaspora, Acaulospora).

  Mikoriza Multispora (Glomus,

  Gigaspora, Acaulospora) di dapat dari

  Universitas Andalas. Penelitian dalam bentuk percobaan ini menggunakan eksperimen dengan pola Rancangan Acak Kelompok yang terdiri dari 4 perlakuan dan 5 ulangan, yaitu A ( 200 gr NPK kontrol), B (10 gr mikoriza/tanaman), C (20 gr mikoriza/tanaman), dan D(30 gr mikoriza/tanaman).

  Pemberian mikoriza multispora dilakukan pada saat penanaman dipolibag kecil, polibag tersebut sudah berisi tanah yang bercampur dengan pupuk kandang kotoran ayam, dan taburkan mikoriza sesuai dengan perlakuan (0, 10, 20, 30, gram inokulan mikoriza/tanaman) diatas tanah tersebut secara merata, kemudian tutup taburan mikoriza dengan tanah. Setelah itu lubangi polibeg yang di tengah dengan penugal masukkan benih jagung 1/polibeg dan tutup dengan tanah. Benih jagung yang digunakan adalah benih NK22. Setelah jagung berumur 7-10 hari benih dapat dipindahkan ke plot setelah benih berdaun 2-3 helai hari setelah tanam.

  Masing-masing polibag hanya satu bibit, cara memindahkan benih ke plot yaitu dengan menggunting polibag yang digunakan dalam penyemaian tanpa membuang tanahnya. Bibit yang sudah dipindahkan dipelihara dengan baik dan diatur perairannya, sementara sebagai kontrol harus diberikan pupuk NPK sesuai dosis. Jika terdapat gulma disekitar jagung maka harus disiangi dan pembubunan. Jagung yang berumur 7-9 minggu sudah bisa dipanen dan di ukur parameternya.

METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

  Hasil penelitian tentang pengaruh pemberian mikoriza terhadap produksi tanaman jagung (Zea mays L.), parameter yang diamati yaitu panjang tongkol, berat basah buah, jumlah biji/tongkol, dan diameter tongkol jagung.

  

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

Tabel 1. Rata-rata panjang tongkol jagung tiap

  berbeda, panjang tongkol tertinggi pada

  perlakuan

  perlakuan A (kontrol ) yaitu 19,8 cm, dan terendah perlakuan D yaitu 19,6 cm. Hal ini Perlakuan Rata-rata disebabkan adanya pengaruh pemberian

  NPK dibandingkan dengan pemberian A 19,80 cm

  Fungi Mikoriza Multispora (FMM) C 19,78 cm terhadap tanaman jagung bisa disebabkan B 19,71 cm oleh terpenuhinya kebutuhan unsur hara D 19,60 cm yang diperlukan tanaman jagung. Unsur hara N, P dan K yang tersedia akan

  Tabel 2. Hasil uji la njut DNMRT α 5 %

  berpengaruh terhadap penyerapan oleh

  terhadap berat basah jagung

  tanaman. Selain itu unsur hara berupa N (Nitrogen) berfungsi untuk merangsang

  Perlakuan Rata-rata pertumbuhan tanaman, unsur P berfungsi D 219,97 gram a merangsang pembungaan dan pembuahan,

  C 205,87 gram a pembentukan biji, dan pertumbuhan akar, B 184,53 gram a sedangkan unsur K memiliki fungsi dalam

  A 165,71 gram a proses fotosintesis dan meningkatkan daya tahan tanaman terhadap penyakit. Jadi jika

  Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh unsur hara terserap dengan baik maka huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata pertumbuhan juga akan lebih baik menurut DNMRT α 5%.

  (Anonimus, 2007).

  Pada Tabel 2 hasil analisis data, berat

  Tabel 3. Hasil uji lanjut DNMRT α 5%

  basah buah jagung tertinggi pada perlakuan

  terhadap jumlah biji Jagung

  D yaitu 219,97 gram dan berat basah terendah terdapat pada perlakuan A Perlakuan Rata-rata

  (kontrol) yaitu 165,71 gram. Hal ini D 476,47 a disebabkan karena pemberian mikoriza

  C 438,7 a dapat meningkatkan penyerapan unsur hara B 389,1 a b makro dan beberapa unsur hara mikro

  A 328,77 b (Fitter, 1995).

  Peningkatan kapasitas penyerapan oleh Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh tanaman yang bermikoriza dapat terjadi huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata secara langsung melalui sistem jalinan hifa menurut DNMRT α 5%. eksternal, dan secara tidak langsung diakibatkan oleh adanya perubahan fisiologi

  Tabel 4. Rata-rata diameter tongkol jagung tiap

  akar. Jalinan hifa eksternal memperluas

  Perlakuan

  area permukaan penyerapan yang lebih jauh untuk mencari unsur hara dan air yang Perlakuan Rata-rata relatif tidak terjangkau oleh sistem D 4,13 cm perakaran (Fitriatin, 2009). C 4,00 cm

  Ada dua proses yang mengakibatkan B 3,87 cm penambahan ukuran buah yaitu pembelahan A 3,87 cm dan pembesaran sel yang terjadi secara berurutan. Pada umumnya, penambahan

  Hasil analisis data tentang pengaruh ukuran awal bergantung pada perbanyakan pemberian mikoriza terhadap produksi sel yang dimulai sebelum bunga mekar dan tanaman jagung menunjukan bahwa pada diteruskan setelah pembuahan. Pada Tabel 1 rata-rata panjang tongkol tidak

  Semirata 2013 FMIPA Unila

  

Gustina Indriati, dkk: Pengaruh Pemberian Fungi Mikoriza Multispora Terhadap

Produksi Tanaman Jagung (Zea mays L.)

  perkembangan buah diatur oleh faktor eksternal dan internal. Salah satu faktor internal adalah perkembangan biji. Ditemukan bahwa auksin dapat menggantikan biji dalam merangsang pertumbuhan buah (Hidayat, 1995).

  Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah biji jagung tertinggi adalah pada perlakuan D yaitu 476,47 dan terendah pada perlakuan A yaitu 328,77. Dilihat dari jumlah biji, dapat diketahui bahwa jumlah biji jagung lebih tinggi pada perlakuan yang menggunakan mikoriza dari pada menggunakan NPK (kontrol).

  Biji jagung terbentuk karena adanya penyerbukan, yaitu apabila serbuk sari bunga jantan menempel pada rambut tongkol. Biji jagung bisa lebih baik jika pertumbuhannya terjaga, seperti pengelolaan air, unsur hara, pemupukan, penyiangan dan pembubunan. Dengan demikian produksi tanaman jagung akan meningkat.

  Menurut Purwono dan Hartono (2010) jagung termasuk tanaman yang membutuhkan air yang cukup banyak, terutama pada saat pertumbuhan awal, saat berbunga, dan saat pengisian biji. Kekurangan air pada stadium tersebut bisa menyebabkan hasil yang menurun. Hasil penelitian di Amerika menunjukkan bahwa kekurangan air pada saat 3 minggu setelah keluar rambut tongkol akan menurunkan hasil hingga 30%. Sementara kekurangan air selama pembungaan akan mengurangi jumlah biji yang terbentuk.

  Bakal buah (ovarium) biasanya terbentuk bakal-bakal biji (ovulum) dengan jumlah maksimum. Bila tidak semua bakal biji mengalami pembuahan, maka jumlah biji yang dapat tumbuh terus hingga menjadi besar tinggal sedikit atau kurang dari pada semestinya, hal ini dapat mengganggu pertumbuhan selanjutnya (Darjanto, 1984).

  Pada Tabel 4 menunjukkan bahwa rata- rata diameter tongkol jagung terbesar terdapat pada perlakuan D yaitu 4,13 cm dan terkecil pada perlakuan A yaitu 3,87 cm. Diameter tongkol jagung dengan menggunakan mikoriza lebih besar dari pada pemberian NPK (kontrol). Menurut Syarief (1986) dalam Chariatma (2008) mengemukakan pupuk NPK mengandung 3 unsur hara utama yang dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah besar yaitu unsur Nitrogen, Pospor, dan Kalium. Penambahan unsur N, P, dan K dengan penambahan yang sesuai dapat menunjang pertumbuhan tanaman dengan baik.

  Penggunaan pupuk anorganik seperti pupuk NPK secara terus-menerus dapat menyebabkan inefisiensi pupuk dan keseimbangan hara dalam tanah juga terganggu. Keadaan ini disebabkan penggunaan pupuk anorganik sering tidak mengandung hara yang seimbang, sehingga menyebabkan pertumbuhan tanaman terganggu dan produktivitas menurun (Chariatma, 2008).

  Husin (2000) mengemukakan bahwa jamur mikoriza dengan hifa eksternalnya dapat meningkatkan absorpsi dari unsur- unsur yang inmobil didalam tanah seperti unsur P, Co, dan Zn dengan cara menambah atau memperluas absorpsi hara yang diluar kemampuan tanaman tersebut mengabsorpsinya. Rambut akar tanaman yang berasosiasi dengan tanaman yang bermikoriza bisa berkontak dengan volume tanah yang lebih luas dan memberikan permukaan absorpsi yang lebih besar dibandingkan pada rambut akar yang tanpa bermikoriza.

  Fungi mikoriza multispora dapat menerima karbohidrat dan faktor pertumbuhan dari tanaman inang sebagai sumber energi untuk pertumbuhan dan perkembangannya sedangkan tanaman dapat meningkatkan serapan hara P dan unsur hara lainnya oleh adanya koloni akar dengan mikoriza (Douds et al., 2000 dalam Muzakkir, 2010). Selain itu dengan penambahan jamur mikoriza dapat meningkatkan produksi hormon

  

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

  Darjanto, dan S. Siti. 1984. Pengetahuan Dasar Biologi Bunga dan Teknik Penyerbukan Silang Buatan. Gramedia: Jakarta

  Kanisius: Yogyakarta

  Purwono, dan, R. Hartono. 2010. Bertanam jagung unggul. Penebar Swadaya: Bogor. Rukmana, R. 1997. Usaha Tani Jagung.

  Muzakkir. 2010. Keragaman dan Potensi Pemanfaatan Fungi Mikoriza Arbuskula Indigenus Bersama Pupuk Hijau Terhadap Tanaman Jarak Pagar. Tesis Fakultas Pertanian. Universitas Andalas: Padang

  Husin, E.F. 2000. Cendawan Mikoriza Arbuskula. Fakultas Pertanian Universitas Andalas: Padang

  Hidayat, E. B. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Institut Teknologi Bandung: Bandung

  Fitter, A, H. 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Gadjah Mada Universitas Press: Yogyakarta

  Chariatma, A. J. 2009. Pengaruh berbagai dosis pupuk kandang kotoran ayam dan pupuk NPK (15:15:15) Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kacang Panjang. Skripsi Fakultas Pertanian. Universitas Andalas: Padang

  Semirata 2013 FMIPA Unila pertumbuhan seperti auksin, sitokinin dan giberelin bagi tanaman inangnya.

  Budiman, A. 2004.Aplikasi Kascing dan Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA) Pada Ultisol serta Efeknya Terhadap Perkembangan Mikroorganisme Tanah dan Hasil Tanaman Jagung semi (Zea mays L.). Skripsi Fakultas Pertanian. Universitas Andalas: Padang

  Anonimous. 2007. Unsur hara yang dibutuhkan tanaman. http:// unsur hara.com/ 2011/06. Diakses pada tanggal 26 Juni 2011

  2. Dosis mikoriza yang terbaik untuk meningkatkan produksi tanaman jagung adalah 30 gram mikoriza/tanaman.

  1. Mikoriza multispora merupakan CMA yang baik dalam memacu pertambahan berat basah jagung, jumlah biji jagung, dan diameter tongkol jagung.

  KESIMPULAN

  Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan bahwa tanaman jagung dengan penambahan jamur mikoriza memiliki rata-rata berat basah, jumlah biji dan diameter tongkol jagung yang lebih besar dari pada jagung dengan penambahan NPK (kontrol).

  Syarief (1986 cit Idamiati 2002) dalam Budiman (2004) menyatakan bahwa tersedianya unsur hara yang cukup pada saat pertumbuhan menyebabkan metabolisme tanaman akan lebih aktif sehingga proses pemanjangan pembelahan dan differensiasi sel akan lebih baik yang akhirnya akan mendorong peningkatan bobot buah. Tersedianya unsur P menyebabkan fotosintat yang dialokasikan ke buah menjadi lebih sehingga ukuran buah lebih besar.