View of HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG TOILET TRAINING DENGAN PELAKSANAANNYA DI POSYANDU BUNGA TANJUNG KELUHARAN TANJUNGSARI PURWAKARTA TAHUN 2015
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG TOILET TRAINING DENGAN
PELAKSANAANNYA DI POSYANDU BUNGA TANJUNG
KELUHARAN TANJUNGSARI PURWAKARTA
1 TAHUN 2015 2 3 Fauziah Rudhiati , Siti Dewi R. , Desti Septiani M ¹Keperawatan Anak, Program Studi Ilmu Keperawatan (S-2), STIKes Jenderal Achmad Yani, Cimahi, 40533, Indonesia, email: faru202002@yahoo.com ²Keperawatan Anak, Program Studi Ilmu Keperawatan (S-2), STIKes Jenderal Achmad Yani, Cimahi, 40533, Indonesia³STIKes Jenderal Achmad Yani, Cimahi, 40533, Indonesia
ABSTRAK
Toilet training perlu diajarkan pada anak sedini mungkin. Toilet training ini dapat berlangsung pada fase kehidupan anak yaitu umur 18 bulan sampai 2 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
- – hubungan pengetahuan ibu tentang toilet training dengan pelaksanaannya pada anak usia 18 bulan 2 tahun di Posyandu Bunga Tanjung Kelurahan Tanjungsari Purwakarta Tahun 2015.Metode penelitian yang digunakan Cross-sectional. Sampel adalah ibu yang memiliki anak usia 18 bulan- 2 tahun sebanyak 89 orang. Data di peroleh secara langsung menggunakan kuesioner selanjutnya data dianalisis secara univariat dan Bivariat menggunakan uji Chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar termasuk dalam katagori pengetahuan baik tentang toilet training sebanyak 52 responden (58,4%). Sebagian besar melakasanakan toilet training sebanyak 63 responden (70,8%). Ada hubungan yang siginifikan antara pengetahuan orang tua tentang toilet training dengan pelaksanaannya pada anak usia 18 bulan
- – 2 tahun di Posyandu Bunga Tanjung Kelurahan Tanjungsari Purwakarta (P= 0,0001 <
α = 0,05). Diharapkan petugas kesehatan dapat lebih meningkatkan pengetahuan dan peran ibu mengenai toilet training yang salah satunya dengan memberikan pendidikan kesehatan tentang toilet training atau juga membantu ibu mengidentifikasikan kesiapan anaknya untuk toilet training.
Kata kunci : Toilet training, pengetahuan, anak Kepustakaan : 32, (2006
- – 2014)
Toilet training should be taught to children as early as possible. If children are not taught it will
hinder the development of children in socializing with other children. One of the tasks toodler
childhood development in the anal phase is able to control defecation and urination. Toilet training
can take place at the pace of life of children, aged 18 months to 2 years. This study aimed to determine
the correlation mother knowledge about toilet training to implementation in children aged 18 months
- 2 years in the Posyandu Bunga Tanjung village Tanjungsari Purwakarta 2015.The method used
cross-sectional. Samples were parents as much as 89 people. Data obtained directly using
questionnaires then the data were analyzed using univariate and Bivariat using Chi-Square test.The
results showed that most are included in the category of better knowledge about toilet training of 52
respondents (58.4%). Most implementation toilet training as much as 63 respondents (70.8%). There
is a significant relationship between the knowledge of parents about toilet training to implementation
in children aged 18 months - 2 years in the Posyandu Bunga Tanjung village Tanjungsari
Purwakarta (P = 0.0001 <α = 0.05). Health workers are expected to further improve the knowledgeand the role of the mother about toilet training that one of them with health education about toilet
training or also helps the mother to identify her child's readiness for toilet training. Keywords: Toilet Training, knowledge Bibliography: 32, (2006-2014)
PENDAHULUAN
Salah satu tugas perkembangan anak usia
toodler dalam fase anal adalah anak mulai
belajar untuk mengontrol buang air besar dan buang air kecil, sedangkan pada usia prasekolah, anak sudah mampu mengontrol buang air besar dan kecil di toilet. Kebiasaan mengompol pada anak usia toddler masih dianggap sebagai hal yang wajar. Mengompol pada anak usia toddler dapat disebabkan karena anak belum mampu mengontrol kandung kemih secara sempurna (Nursalam dkk, 2009).
Waktu terbaik untuk melakukan stimulasi toilet training adalah sejak usia
toddler ketika anak masuk fase kemandirian
(Hidayat, 2009). Walaupun bukan pekerjaan sederhana, namun ibu harus tetap termotivasi untuk merangsang (menstimulasi) anaknya agar terbiasa Buang Air Besar (BAB) dan Buang Air Kecil (BAK) sesuai waktu dan tempatnya (Mufattahah, 2008). Stimulasi untuk melatih BAK dan BAB di toilet sangat membutuhkan peran aktif ibu terutama dalam hal mengajari anak untuk mengenali sinyal saat ingin BAB dan BAK serta mengajarkan anak tentang cara membersihkan diri dan menyiram kotoran (Hidayat, 2009). Toilet
training ini dapat berlangsung pada fase
kehidupan anak yaitu umur 18 bulan sampai 2 tahun. Dalam melakukan latihan buang air kecil dan besar pada anak membutuhkan persiapan baik secara fisik, psikologis maupun secara intelektual, melalui persiapan tersebut diharapkan anak mampu mengontrol BAB dan BAK secara mandiri (Hidayat, 2009).
Sekitar 60% anak berumur kurang dari 2 tahun masih mengompol atau BAK secara tak sengaja (Mufattahah, 2008). Choby & George (2008) mengemukakan bahwa di Amerika Serikat usia toilet training telah meningkat dimulai antara 21 dan 36 bulan menjadi 18 bulan. Penguasaan keterampilan yang diperlukan untuk perkembangan toilet
training terjadi setelah 24 bulan. Anak
perempuan biasanya menyelesaikan pelatihan lebih awal daripada anak laki-laki.
Dampak ibu yang kurang pengetahuannya tentang toilet training adalah tidak menerapkan toilet training pada anak sehingga anak menjadi keras kepala dan susah untuk diatur, selain itu anak tidak mandiri dan masih membawa kebiasaan mengompol hingga besar. Toilet training yang tidak diajarkan sejak dini akan berdampak pada terganggunya psikologis anak seperti rasa kurang percaya diri, rasa malu bergaul dengan teman sebaya dan gangguan perkembangan sosial lainnya. Kondisi sebaliknya dapat terjadi pada anak yang telah diajarkan toilet
training sejak dini yaitu rasa percaya diri yang
tinggi saat bergaul dengan teman sebaya, anak cenderung memiliki jiwa sosial yang tinggi sehingga anak dapat memotivasi teman sebanyanya agar tidak lagi mengompol (Fatmawati, 2013).
Hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 16 bulan Maret 2015 terhadap 10 ibu di Desa Tanjungsari yang memiliki anak usia 18 bulan hingga 2 tahun diperoleh hasil bahwa terdapat 3 ibu yang tidak mengarahkan anaknya pada saat sang anak memegang perut pertanda ingin BAB atau BAK sehingga sang anak mengompol di mengarahkan anaknya agar membersihkan alat kemaluannya setelah BAK atau membersihkan anusnya setelah BAB dan terdapat 2 ibu yang mengarahkan anaknya yang memberitahu akan BAB kemudian ditunjukkan agar sang anak BAB di toilet namun sang anak tidak mau atau menolak. Peran perawat terhadap permasalahan tersebut yaitu sebagai edukator atau pendidik pada
- – 2 tahun di Posyandu Bunga Tanjung Kelurahan Tanjungsari Tahun 2015?”. dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010). Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian ibu yang mempunyai anak anak usia 18 bulan
- – 2 tahun di Kelurahan Tanjungsari Purwakarta sebanyak 89 ibu dari 5 Posyandu. Dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling .
B. METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian korelasi dengan menggunakan rancangan penelitian cross
sectional yaitu penelitian atau penelaah
hubungan antara dua variabel pada suatu situasi atau sekelompok subjek, yang bertujuan untuk melihat hubungan antara gejala satu dengan gejala yang lain atau variabel yang satu dengan yang lain dengan cara pendekatan atau pengumpulan data sekaligus atau sekali saja pada suatu waktu (point time approach). Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai anak usia 18 bulan
Instrumen yang digunakan dalam untuk mengukur pengetahuan ibu tentang toilet
training digunakan kuesioner dalam bentuk Multiple Choice yaitu pertanyaan yang
menggunakan tiga alternatif jawaban yaitu pilihan ganda, dan responden hanya tinggal memilih salah satu diantaranya. Sedangkan instrumen pelaksanaan toilet training peneliti menggunakan sistem critical point yang mengacu pada skala gutman berdasarkan 4 indikator toilet training menurut Wong (2008) yang sudah baku, dimana toilet training dikatakan dilaksanakan apabila :
- – 2 tahun di Desa Tanjungsari Wilayah Kerja Puskesmas Pondok Salam Kabupaten Purwakarta tahun 2015 sebanyak 113 ibu. Sampel merupakan bagian populasi yang diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki populasi. Sampel adalah bagian populasi atau objek yang diteliti dan dilpilih dengan sampling (suatu cara atau teknik untuk menentukan sampel penelitian) tertentu yang pendidikan kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan mengenai toilet training khususnya orang yang memiliki anak usia 18 bulan
- – 2 tahun untuk mempermudah penerapan toilet training pada anaknya. Berdasarkan fenomena di atas maka dapat dirumuskan bahwa masalah penelitan ini adalah “Adakah hubungan pengetahuan ibu tentang toilet training dengan pelaksanaannya pada anak usia 18 bulan Ibu mengetahui tanda-tanda ingin BAB atau BAK
- – 2 Tahun Pelaksanaan
- – 2 tahun di Posyandu Bunga Tanjung Kelurahan Tanjungsari Purwakarta
- – 2 tahun di Desa Tanjungsari Wilayah
- – 2 tahun di Posyandu Bunga Tanjung Kelurahan Tanjungsari Purwakarta.
- – 2 tahun untuk mempermudah penerapan toilet training pada anaknya
- – 2 tahun di Desa Tanjungsari Wilayah Kerja Puskesmas Pondok Salam Kabupaten Purwakarta (P= 0,0001 < α = 0,05).
2. Ibu memberitahu anaknya agar pada saat ingin BAB atau BAK harus ke toilet.
3. Ibu memberitahu anaknya agar jika ingin BAB atau BAK harus membuka celana sehingga kotoran (feses) atau air kencing tidak menempel pada celana.
4. Ibu memberitahu anaknya agar jika setelah BAB atau BAK harus mencuci alat kemaluannya dengan air besih. dilakukan secara univariat dan bivariat. Dimana tujuan utama analisis univariat adalah untuk mengetahui gambaran distribusi frekuensi dan persentase dari pengetahuan dan pelaksanaan toilet training. Analisis bivariat digunakan untuk mengungkapkan hubungan dua variabel yaitu variabel bebas dengan variable terikat yang diduga saling berhubungan atau berkolerasi (Notoatmodjo, 2010). Analisis bivariat yang digunakan adalah analisis Chi Square.
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil dari penelitian ini disajikan dalam table-tabel berikut ini
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Orang Tua Tentang Toilet Training pada Anak usia 18 bulan – 2 tahun Pengetahuan Orang Tua Tentang Toilet Training
Frekuensi (F) Prosentase (%) Kurang 22 24,7 Cukup
15 16,9 Baik 52 58,4
Total 89 100
Berdasarkan tabel 1 di atas dapat diketahui bahwa dari 89 responden sebagian besar termasuk dalam katagori pengetahuan baik tentang toilet training sebanyak 52 responden (58,4%).
Toilet Training Frekuensi (F) Persentase (%)
Tidak dilaksanakan 26 29,2 Dilaksanakan 63 70,8
Total 89 100
Berdasarkan tabel 2 di atas dapat diketahui bahwa dari 89 responden sebagian besar melakasanakan toilet training sebanyak 63 responden (70,8%).
Tabel 3 Hubungan pengetahuan orang tua tentang toilet training dengan pelaksanaannya pada
anak usia 18 bulanBerdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa dari 22 responden yang termasuk katagori pengetahuan kurang sebagian besar tidak melaksanakan Toilet Training sebanyak 14 orang (63,3%) sedangkan dari 52 responden yang termasuk katagori pengetahuan baik hampir seluruhnya melaksanakan Toilet Training sebanyak 49 orang (94,2%). Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai hasil uji statistik didapatkan hubungan yang siginifikan antara pengetahuan orang tua tentang toilet training dengan pelaksanaannya pada anak usia 18 bulan
Kerja Puskesmas Pondok Salam Kabupaten Purwakarta (P= 0,0001 < α = 0,05).
Berdasarkan tabel 1 di atas dapat diketahui bahwa dari 89 responden sebagian besar termasuk dalam katagori pengetahuan baik tentang toilet training sebanyak 52 responden (58,4%) dan sebagian kecil termasuk dalam katagori kurang sebanyak 14 responden (24,7%). Pengetahuan yang baik tentang toilet training tidak selalu dikaitkan dengan tingkat pendidikan ibu akan tetapi dapat pula disebabkan oleh seringnya ibu mendapatkan informasi mengenai toilet
training dari media cetak seperti majalah parenting dan koran, serta media elektronik Pengetahuan tentang
Toilet Training
Pelaksanaan Toilet Training
TotalP value Tidak Ya n % n % N %
Kurang 14 63,3 8 36,4 22 100 0,0001 Cukup 9 60,0 6 40,0 15 100 Baik
3 5,8 49 94,2 52 100 Jumlah 26 29,2 63 70,8 89 100
diapers atau celana sekali pakai sehingga
pemahaman ibu tentang toilet training dapat meningkat. Pengetahuan ibu mengenai toilet
training di tempat penelitian dapat
dikategorikan baik karena ibu mampu menyebutkan waktu pengajaran toilet training pada anak, mampu menjawab kapan waktu yang tepat untuk mengajarkan kesadaran anak tentang BAB dan BAK, mampu menjawab bahwa pengajaran secara dini toilet training pada anak akan semakin baik, ibu mampu menyebutkan masalah yang sering membuat anak gagal dalam melakukan toilet training, ibu mampu mengajarkan toilet training berdasarkan pengetahuan yang dia miliki tanda-tanda anak siap melakukan toilet
training. Pengetahuan ibu tersebut menurut
Mubarak (2012) termasuk kedalam tingkatan aplikasi (C3), yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi nyata yang dalam hal ini adalah mengenai aplikasi toilet training. Disamping hal tersebut, berdasarkan hasil wawancara baiknya pelaksanaan toilet
training pada ibu juga dipengaruhi oleh
pengalaman ibu merawat anak yang pertama, ibu telah mengetahui dengan baik mengenai cara toilet training dan ibu mendapat dukungan dari suami serta keluarga. Peran perawat terhadap permasalahan tersebut yaitu sebagai edukator atau pendidik pada masyararat dengan cara memberikan pendidikan kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan mengenai toilet training khususnya orang yang memiliki anak usia 18 bulan
Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa dari 22 responden yang termasuk katagori pengetahuan kurang sebagian besar 14 orang (63,3%) sedangkan dari 52 responden yang termasuk katagori pengetahuan baik hampir seluruhnya melaksanakan Toilet Training sebanyak 49 orang (94,2%). Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai hasil uji statistik didapatkan nilai
p
=0,0001 < α (0,05) sehingga Ho ditolak, jadi dapat disimpulkan terdapat hubungan yang siginifikan antara pengetahuan orang tua tentang toilet training dengan pelaksanaannya pada anak usia 18 bulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkatan pengetahuan ibu termasuk ke kedalam tingkatan aplikasi, artinya ibu tidak hanya mengetahui tentang toilet training, namun juga mampu untuk mengaplikasikan dengan dengan tindakan nyata pada anaknya yang masih berusia dibawah 3 tahun dan mengawasi segala perilaku yang ditunjukkan anak yang mulai mengerti bangaimana BAK dan BAB yang benar, serta ibu memberi arahan yang benar pada anak agar anak mampu melakukan BAK dan BAB sendiri tanpa bantuan dari ibu lagi.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa sebagian besar ibu yang termasuk ke dalam sampel penelitian memiliki pengetahuan yang baik mengenai toilet
training hal ini berbanding lurus dengan
pelaksanaannya. Setelah dilakukan analasis data lebih lanjut diketahui ada hubungan yang siginifikan antara pengetahuan orang tua tentang toilet training dengan pelaksanaannya pada anak usia 18 bulan
Diharapkan orang tua yang mempunyai anak 18 bulan sampai 2 tahun menciptakan lingkungan yang mendukung pelaksanaan
toilet training pada anak contonya adalah
dengan cara membuat kamar mandi senyaman mungkin, menghiasi kamar mandi dengan berbagai mainan, dan menemani anak ke kamar mandi agar anak lebih mandiri dan aktif dalam segi memelihara kesehatan dengan terbiasa BAB dan BAK di kamar mandi.
Bagi petugas kesehatan diharapkan dapat lebih meningkatkan pengetahuan dan peran ibu mengenai toilet training yang salah satunya dengan memberikan penyuluhan kesehatan dan konseling tentang toilet
training
menggunakan media pamflet, leaflet, dan poster agar ibu lebih mengerti bagaimana mengajarkan toilet training yang benar pada anak.
Sedangkan perawat perlu meningkatkan upaya peningkatan pengetahuan ibu terhadap
toilet training dengan cara datang ke
posyandu langsung dan memberikan penyuluhan serta mempraktekan langsung cara melakukan toilet training seperti mengajak anak mencuci dengan sabun setelah bermain, mencuci tangan sebelum dan setelah buang air keci atau besar, mengajarkan menyikat gigi anak, mengajarkan membu celana dan mengajarkan tentang berkomunikasi dengan anak sehingga mau melakukan toilet training
80 DAFTAR PUSTAKA Choby & George. 2008. Toilet Training Whells. , di akses tanggal
15 Maret 1015 Fatmawati. 2013. Psikologi anak. Jurnal keperawatan anak, diakses di
pada tanggal
15 Maret 2015 Fitriani. 2011. Promosi Kesehatan. Tasik Malaya : Graha Ilmu Hidayat. 2005. Ilmu kperawatan anak. Jakarta : Salemba Medika _______.2009. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak . Salemba Medika: Jakarta.
Kartini.2013. Faktor-faktor yang mempengaruhi
ibu dalam mengaplikasikan Kesiapan toilet training pada anak usia 2-4 tahun di Desa Miruk Kecamatan Krueng Barona Jaya Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Kebidanan Pada STIKes U’Budiyah Banda Aceh
Mubarak dkk.2012. Promosi kesehatan, sebuah pengantar proses belajar mengajar dalam pendidikan. Jogjakarta : Graha Ilmu Mufattahah.2008. Psikologi Untuk Keperawatan.
Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.
Notoatmodjo S.2010. Metodologi Penelitian Kesehatan . Jakarta: Rineka Cipta. Nursalam.2009. Konsep dan Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Pedoman Sripsi, Tesis dan Instrumen Penilaian Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
_______. 2005. Keperawatan anak jilid 2. Jakarta : Salemba Medika Pambudi. 2006. Perkembangan Anak. Pioner Jaya: Bandung.
Sudrajat. 2008. Tumbuh Kembang. Tiga Serangkai: Solo. Warner. 200). Kapan waktu terbaik ajarkan anak toilet training.
1/25/1 1053158/Kapan.Waktu.Terbaik.
Ajarkan.Toilet.Training.pada.Anak (diakses tanggal 6 februari 2015). Wawan dan Dewi. 2011. Teori pengetahuan, sikap dan perilaku serta cara pengukurannya. Jakarta : Rineka Cipta Wong 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik.
Volume I. Jakarta: EGC.
Zaivera,2008. Perkembangan Anak. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta
81