BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Modifikasi Motor Di Kalangan Remaja Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Karanganyar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi di era yang semakin modern menjadikan

  kebutuhan manusia semakin meningkat. Teknologi memberikan kemudahan dalam pemenuhan kebutuhan hidup manusia. Kebutuhan manusia selalu berkembang dan menjadi sangat kompleks. Manusia berusaha untuk selalu memenuhi kebutuhan yang kompleks tersebut agar tidak dikatakan ketinggalan jaman. Sesuai dengan perkembangan jaman dimana ketika pembangunan dilaksanakan maka masyarakat akan dibanjiri dengan barang dan jasa hasil produksi. Kemungkinan lain yang muncul adalah bahwa masyarakat akan bersifat sangat konsumtif, dimana mereka membeli barang dan jasa bukan karena mereka membutuhkan tetapi karena senang dan ingin. Dari perilaku konsumtif ini akan membuatnya menjadi suatu gaya hidup

  (lifestyle) bagi masyarakat. (Chaney, 1996: 39) Kebutuhan manusia dikelompokan berdasar atas sifat pentingnya.

  Pembagian akan kebutuhan tersebut adalah kebutuhan pokok, kebutuhan sekunder, dan kebutuhan tersier. Pemenuhan kebutuhan tersebut biasanya didasarkan atas sifat penting atau tidaknya kebutuhan tersebut. Dan ketika kebutuhan primer dan sekunder sudah terpenuhi maka secara otomatis manusia akan memenuhi kebutuhan tersier mereka. Hal ini tentunya menjadi rumusan alam dimana manusia harus memenuhi kebutuhan primer terlebih dahulu kemudian baru memenuhi kebutuhan yang lainnya. Pemenuhan kebutuhan ini tidak semakin berkurang tetapi justru semakin bertambah seiring dengan status social dan tingkat ekonomi dari seseorang serta perkembangan dunia yang semakin modern.

  Menurut Dorojatun Kuncoro Djakti (1987), modernisasi dan industrialisasi yang makin meluas di dunia ini membawa berbagai pola kehidupan yang khas dan identik dengan “pola kehidupan Barat”. Manifestasi yang paling nyata adalah pola konsumsi kota. Pola kehidupan ini secara materi berada jauh diatas pola kehidupan tradisional dan karena itu mudah diberi status tinggi.(Prisma, 1978:6)

  Dewasa ini, nilai-nilai materislisme mendapat tekanan yang lebih besar daripada nilai-nilai spiritualis. Hal ini terlihat dimana sekarang banyak hal yang mempergunakan tolok ukur kebendaan dalam menentukan kedudukan dan peranan seseorang. Berkembangnya materialisme memperbudak manusia untuk memperoleh kekayaan sebanyak-banyaknya, dimana materialisme ini dicerminkan oleh adanya atribut-atribut atau tanda-tanda yang tidak hanya tampak pada pakaian, pola penghabisan waktu luang, gaya hidup, kecantikan, serta hobi dalam dunia otomotif dan lain sebagainya.

  Hobi dalam dunia otomotif merupakan salah satu cermin gaya hidup

  (lifestyle) masyarakat modern. Bagi orang yang memiliki hobi dalam dunia

  otomotif oleh masyarakat akan dianggap memiliki status yang lebih tinggi karena mereka merasa hobi dunia otomotif hanya bisa dilakukan bagi orang yang memiliki status ekonomi tinggi mengingat biaya yang dibutuhkan juga besar. Semula hobi dalam dunia otomotif merupakan kebutuhan yang dikategorikan sebagai kebutuhan yang sifatnya tersier, lambat laun bergeser menjadi kebutuhan sekunder dan bahkan dikategorikan menjadi kebutuhan primer oleh sebagian masyarakat modern. Perkembangan teknologi, budaya dan trend bagi masyarakat kapitalis telah menjadikan dunia otomotif sebagai produk yang harus mereka produksi dalam upaya mengaplikasikan perkembangan teknologi. Hobi dalam dunia otomotif dianggap sebagai tuntutan bagi masyarakat modern. Hal ini tidak hanya diminati bagi kaum laki-laki akan tetapi juga bagi kaum perempuan. Mereka selalu ingin mengikuti trend dalam dunia otomotif yang sedang “in”. Trend dalam dunia otomotif terus mengalami perkembangan yang selalu diikuti oleh para pecintanya. Salah satu trend dalam dunia otomotif yang terus mengalami perkembangan adalah trend modifikasi motor.

  Motor merupakan sarana transportasi yang saat ini mengalami perkembangan yang pesat. Berbagai jenis maupun tipe motor muncul dalam masyarakat karena keberadaannya yang dianggap menjadi kebutuhan yang sifatnya sekunder. Kepemilikan atas kendaraan bermotor sekarang ini bukan hanya berdasarkan atas fungsinya saja, tetapi bagi para pecinta dunia otomotif motor dijadikan sebagai sarana untuk menyalurkan hobi mereka. Banyak orang mengubah tampilan motor menjadi bentuk yang trendy sehingga mereka merasa bangga memakainya. Motor yang trendy mampu mempengaruhi penampilan si pemakai. Motor yang bagus dan trendy adalah motor yang mengkilap, mesinnya kuat dan indah dipandang mata sehingga seseorang merasa tertarik untuk melihatnya (Majalah Oto Trend edisi Januari-Februari 2010). Bagi pecinta dunia otomotif pandangan ini menjadi kuat, sehingga menyebabkan banyak orang khususnya pecinta dunia otomotif memilih untuk membuat motor yang trendy. Dengan motor yang trendy membuat penampilan pemakai menjadi lebih menarik dan berbeda dari yang lain (Majalah Motor Plus edisi 526 Januari 2010)

  Trend mode untuk motor itu sendiri selalu mengalami perubahan

  layaknya trend fashion yang selalu berganti setiap tahunnya. Kecederungan atau tren modifikasi sepeda motor tidak jauh berbeda dengan trend di dunia fashion, yang setiap tahun juga berubah (Majalah Motor Plus edisi 526 Januari 2010). Dulu orang tidak pernah mengubah bentuk asli motor yang dikeluarkan dari pabrik, tetapi lambat laun banyak orang khususnya para pecinta dunia otomotif melakukan berbagai cara untuk dapat mengubah motor mereka menjadi lebih trendy sehingga banyak orang tertarik untuk melihatnya. Orang selalu merasa belum puas dengan kondisi motor mereka walaupun sudah baik. Mereka selalu ingin melakukan berbagai perubahan untuk membuat motor mereka menjadi lebih baik lagi.

  Banyak hal yang dilakukan oleh para pecinta dunia otomotif untuk membuat motor mereka menjadi lebih indah dan menarik lagi sehingga muncul penilaian dari masyarakat terhadap diri mereka. Dari sini bermacam- macam makna terjadi sehingga tampaknya menjadi mustahil untuk melihat tatanan social dalam jangkauan variasi yang ada. Berbagai cara mereka lakukan untuk mendapatkan penilaian dari masyarakat bahwa melalui tampilan motor mereka dapat menggambarkan ekspresi jiwa dan sifat kepribadian dari pemiliknya. Salah satu cara untuk mengikuti trend motor yaitu dengan melakukan modifikasi motor. Seiring berjalannya trend motor ini, modifikasi motor yang semula merupakan sarana untuk dapat mengubah tampilan motor menjadi lebih baik, berubah menjadi sesuatu hal yang sifatnya memaksa bagi para pecinta dunia otomotif. Hal ini terjadi karena ternyata memiliki motor yang trendy dan indah dilihat menjadi keharusan pacinta dunia otomotif untuk memperkuat eksistensi mereka di masyarakat.

  Fenomena modifikasi motor yang ada sekarang ini merupakan salah satu trend yang banyak diminati dalam dunia otomotif. Modifikasi motor merupakan cara untuk mengubah tampilan motor menjadi lebih bergaya sehingga mereka bangga untuk memakinya. Cara tersebut dapat dilakukan dengan berbagai hal, salah satunya adalah dengan mengganti mesin maupun

  sparepart untuk dirubah sesuai dengan selera pribadi pemiliknya. Yang

  penting dari modifikasi adalah tujuan dan fungsinya. Tujuan modifikasi yang baik adalah meningkatkan kinerja dan tampilan motor sehingga lebih aman, nyaman, cepat, dan gaya. Perpaduan berbagai asesori maupun piranti body, ajrutan, cat, dsb, bisa membuat motor benar-benar menarik, lebih macho atau manis, tergantung selera pemakai (Majalah Otoplus edisi Minggu II Desember 2009). Konstruksi social yang terbentuk di masyarakat adalah bahwa motor yang baik adalah motor yang mengkilap, mesinnya kuat, menarik seseorang untuk melihatnya dan mampu menggambarkan jiwa kepribadian bagi pemiliknya. Konstruksi social ini cukup kuat melekat pada diri masyarakat khususnya pecinta dunia otomotif karena begitu banyak hal-hal pendukung yang mengukuhkannya. Mulai dari majalah-majalah yang menampilkan berbagai bentuk dan kondisi motor yang menarik, bengkel-bengkel modifikasi yang menjual berbagai kebutuhan dan memberikan pelayanan yang baik terhadap motor yang mereka miliki, iklan-iklan yang mempromosikan suatu produk dengan menggunakan model-model dan tipe-tipe motor yang menarik, produk dan iklan dari majalah yang dimunculkannnya pun menuntut kearah konstruksi social tersebut. Hal inilah yang setiap waktu mendorong dan menjejali pikiran masyarakat khususnya para pecinta dunia otomotif sehingga pemahaman yang terbentuk membuat mereka tertarik untuk mengikuti trend yang sedang berkembang.

  Modifikasi motor sudah lama dikenal masyarakat dan merupakan hal yang tidak asing lagi bagi para pecinta dunia otomotif. Namun belakangan ini modifikasi motor semakin banyak diminati oleh berbagai kalangan masyarakat. Disamping itu banyak iklan-iklan produk motor dan sparepart yang menjanjikan mampu membuat motor menjadi lebih menarik. Jumlah pelanggan bengkel modifikasi motor pun semakin bertambah. Boomingnya trend modifikasi motor ini didukung dengan seringnya diadakan kontes-kontes motor di berbagai daerah yang menampilkan dan mengikutsertakan motor- motor modifikasi yang menarik sehingga banyak orang khususnya pecinta dunia otomotif semakin tertantang untuk menciptakan motor yang lebih

  trendy .

  Sejak kemunculan sampai kepopulerannya, modifikasi motor begitu sangat diminati oleh masayarakat khususnya kalangan pecinta dunia otomotif.

  Mulai dari remaja sampai orang tua, dan tidak hanya kaum laki-laki saja yang berminat pada modifikasi motor ini akan tetapi perempuaan juga banyak yang menyukai dan melakukan modifikasi motor. Dalam hal ini siswa-siswi Sekolah Menengah Atas (SMA) termasuk ke dalam golongan remaja yang menempati rentangan usia sebagai masa remaja yang merupakan masa transisi menuju kedewasan. Hal ini ditandai oleh ketidakmantapan dalam berperilaku maupun menghayati norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.

  Ketidakmantapan ini merupakan indikasi dari belum matangnya kepribadian seorang remaja. Selain itu masa remaja merupakan masa penyesuaian diri dengan tuntutan lingkungan yang baru. Hal-hal baru yang ada dalam masyarakat terutama menyangkut masalah trend merupakan hal yang menarik untuk mereka tiru. Remaja menganggap peniruan ini sebagai aktualisasi diri dan jiwa mereka.

  Menurut Douvan dan Adelson (1998), sebelum memasuki masa remaja, anak menerima dirinya apa adanya. Populer atau tidak, banyak teman atau tidak sama sekali, begitulah keadaannya. Begitu dia memasuki masa remaja, dia akan mengembangkan kesadaran dirinya. Dia memasuki dunia baru, rajin, bertanya etiket, mulai berpacaran, mencoba-coba hal baru tentang gaya hidup yang selalu berkembang mengikuti trend (mulai dari kecantikan wajah, tubuh, fashion, sampai pada hobi otomotif) yang sedang in, ingin banyak berteman dan lain-lain.

   Remaja yaitu siswa-siswi Sekolah Menengah Atas merupakan makhluk social yang menginginkan kehidupan, persamaan minat, kesenangan dan memiliki tujuan. Sebagai makhluk social, mereka akan memiliki kelompok pergaulan yang akan memberikan arti penting bagi hidup mereka.

  Di dalam kelompok pergaulan inilah mereka akan memilih teman-teman yang sebaya dengannya baik dari lingkungan sekolah lain mapun dari lingkungan sekitar tempat tinggal mereka. Namun untuk kalangan remaja Sekolah

  Menengah Atas mereka akan lebih banyak memilih kelompok pergaulan di lingkungan sekolah sendiri dan juga di sekolah lain.

  Remaja Sekolah Menengah Atas dapat dogolongkan dalam usia remaja yang berada pada masa labilitas yang amat rentan terhadap jebakan pola dan gaya hidup yang ditawarkan. Salah satunya adalah gaya hidup konsumtif yang memerlukan biaya tinggi untuk memenuhinya dan mengikuti trend yang sedang in adalah ciri dari kelompok remaja ini.

  Sebagai Remaja, mereka memiliki keputusan yang besar akan penampilan dirinya dikaitkan dengan keberhasilannya dalam pergaulan dengan teman-teman seusianya. Motivasi ini umumnya oleh remaja di aktualisasikan dengan mengikuti trend dalam gaya hidup yang sedang in.

  Masing-masing memiliki cara dan pilihan sendiri untuk mengikuti trend tersebut. Bagi sebagian besar remaja perempuan lebih menyukai trend dalam fashion dan dunia kecantikan. Akan tetapi bagi remaja laki-laki yang sebagian besar menyukai dunia otomotif lebih memilih untuk mengikuti trend modifikasi motor yang juga sedang in. Tidak menutup kemungkinan pula bahwa apa yang dilakukan oleh remaja perempuan maupun laki-laki dapat di sukai oleh keduanya. Aktualisasi diri ini mencerminkan upaya agar masyarakat memberikan penilaian tersendiri atas apa yang mereka lakukan.

  Mereka berusaha untuk mengikuti trend yang ada agar mereka selalu tampil

  up to date sehingga lebih dihargai oleh lingkungan sosialnya. Hal ini akan

  membentuk perilaku remaja Sekolah Menengah Atas menjadi konsumtif dimana mereka selalu berusaha memiliki dan mengikuti apa yang menjadi

  trend agar tidak dikatakan ketinggalan jaman. Disini lingkungan mempunyai peranan yang besar untuk mengubah diri remaja oleh adanya pengaruh- pengaruh baru.

  Modifikasi motor bila dilihat secara sosiologis merupakan hal baru yang menarik untuk dikaji. Modifikasi motor menjadi suatu gaya hidup baru bagi kalangan remaja Sekolah Menengah Atas. Sebagai siswa Sekolah Menengah Atas, remaja memiliki tugas utama untuk belajar, dan disisi lain remaja juga butuh mengaktualisasikan jiwa muda mereka salah satunya dengan mengikuti trend dari hobi memodifikasi motor yang memerlukan biaya cukup besar. Dengan biaya yang mereka gunakan untuk mengikuti trend tersebut, dapat menunjang kegiatan yang berkaitan dengan pelajaran mereka. Akan tetapi banyak remaja Sekolah Menengah Atas (SMA) menggunakan biaya yang digunakan untuk kepentingan pendidikannnya, dialihkan untuk mengikuti trend ini. Hal inilah yang menarik untuk dikaji, karena terdapat penyelewengan dimana biaya yang seharusnya digunakan untuk kegiatan pendidikan justru mereka gunakan untuk mempercantik motor yang mereka miliki dan mengikuti trend modifikasi motor agar mendapat penghargaan dari masyarakat dan dari kelompok mereka.

  Di kalangan remaja Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Karanganyar sendiri, modifikasi motor menjadi sebuah trend tersendiri. Terlihat para siswa- siswi menggunakan motor yang telah mereka modifikasi sehingga lebih menarik. Kebanyakan dari mereka adalah siswa laki-laki, namun siswi perempuan juga ada yang menggunakan motor yang telah dimodifikasi. Banyak siswa remaja Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Karanganyar yang menyukai dan menggunakan motor modifikasi. Hal ini juga terkait dengan kultur yang ada di sekolah tersebut. Para siswa-siswi terlihat berpenampilan lebih trendy dengan menggunakan motor yang telah mereka modifikasi tersebut. Hal inilah yang mengarahkan mereka untuk selalu memodifikasi motor agar mendapatkan penghargaan dan penilaian lebih dari teman- temannya sehingga mereka tidak dikatakan ketinggalan jaman.

  B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang penelitian diatas yang mencoba mengungkap suatu trend modifikasi motor yang terjadi yang tentu memiliki ruang ligkup yang luas, maka dalam penelitian ini peneliti memberikan batasan penelitian.

  Batasan penelitian yang dimaksud agar lebih memudahkan dan sistematisasi studi maka batasan tersebut terangkum dalam perumusan sebagai berikut:

  1. Apakah yang menjadi alasan remaja Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Karanganyar melakukan modifikasi motor ?

  2. Bagaimana modifikasi motor menjadi trend dikalangan remaja Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Karanganyar ?

  C. Tujuan Penelitian

  Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah :

  1. Untuk mengetahui alasan remaja Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Karanganyar melakukan modifikasi motor.

  2. Untuk mengetahui bagaimana modifikasi motor menjadi trend di kalangan remaja Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Karanganyar.

  D. Manfaat Penelitian

  1. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang trend modifokasi motor di kalangan remaja Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Karanganyar dan menggambarkan alasan-alasan remaja melakukan modifikasi motor.

  2. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan khususnya dalam ilmu sosiologi juga dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian-penelitian sejenis.

  E. Tinjauan Pustaka

1. Konsep Yang Digunakan

a. Modifikasi Motor

  Motor menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah alat transportasi yang menggunakan mesin untuk menjalankannya (motor roda dua). Motor merupakan salah satu simbol individu di dalam masyarakat. Individu yang memiliki motor yang menarik, maka akan diberikan penghargaan lebih tinggi di dalam kelompoknya. Banyak orang mengubah tampilan motor menjadi bentuk yang trendy sehingga mereka merasa bangga memakainya. Motor yang trendy mampu mempengaruhi penampilan si pemakai. Seperti kutipan berikut ini : “Motor yang bagus dan trendy adalah motor yang mengkilap, mesinnya kuat dan indah dipandang mata sehingga seseorang merasa tertarik untuk melihatnya”. (Majalah Oto Trend edisi Januari-Februari 2010). Pandangan ini menjadi kuat, sehingga menyebabkan banyak orang khususnya pecinta dunia otomotif merasa bangga apabila mereka telah mampu membuat motor yang trendy.

  Warna, mesin, dan gaya motor dapat diubah-ubah sesuai dengan keinginan pemiliknya. Dengan warna, mesin dan gaya motor yang dapat diubah-ubah ini maka memunculkan suatu trend tersendiri bagi rambut yang setiap waktu dapat berubah. Hal ini dapat dilihat dari model-model yang terus berganti dari tahun ke tahun.

  Banyak hal yang dilakukan oleh para pecinta dunia otomotif untuk membuat motor mereka menjadi lebih indah dan menarik lagi.

  Berbagai cara mereka lakukan untuk mendapatkan penilaian dari masyarakat bahwa melalui tampilan motor mereka dapat menggambarkan ekspresi jiwa dan sifat kepribadian dari pemiliknya. Salah satu cara untuk mengikuti trend motor yaitu dengan melakukan modifikasi motor.

  Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, modifikasi motor merupakan cara untuk mengubah tampilan motor menjadi lebih bergaya sehingga pemilik merasa bangga untuk memakinya. Cara untuk memodifikasi motor bisa dengan mengubah mesin maupun bodynya menjadi lebih menarik.

  Ada banyak gaya aliran dalam modifikasi motor yang terus berubah dari tahun ke tahun. Gaya aliran tersebut antara lain:

  1. Airbrush

  2. Retro look

  3. Ekstrem

  4. Ceper

  5. Sporty

  6. Street fighter

  7. Flat tracker 8. Board tracker, dll.

  Boomingnya trend modifikasi motor ini didukung dengan seringnya diadakan kontes-kontes motor di berbagai daerah yang menampilkan dan mengikutsertakan motor-motor modifikasi yang menarik sehingga banyak orang khususnya pecinta dunia otomotif semakin tertantang untuk menciptakan motor yang lebih trendy.

b. Gaya hidup (Lifestyle)

  Cara khusus yang dipilih seseorang untuk mengekspresikan diri, tak disangsikan merupakan bagian dari usahanya mencari gaya hidup pribadinya. Dengan cara individu yang nyaris hampir sama biasanya mengindividualisasikan gaya hidup individu tersebut, namun biasanya selalu ada kemiripan yang jelas dengan salah satu model gaya hidup yang telah dipaketkan dan dipasarkan oleh suatu subkultur. Dalam menjajakan model gaya hidup dan pemikat perhatian kita, subkultur biasanya menyerang milik psikologis setiap invidu yang paling rawan : citra diri (self-image) kita.

  Dalam kegalauan pencarian identitas diri , individu benar-benar hidup ibarat mengarungi sebuah pasar, dengan begitu banyak kemungkinan yang ditawarkan dan model gaya hidup yang saling bersaing. Dalam pemburuan akan gaya, individu senantiasa mencari “pahlawan-pahlawan” untuk ditokohkan dan ditiru. Ibarat seorang pria dan wanita yang membolak-balik halaman mode dan kalender motor di majalah popular untuk menemukan aliran modifikasi yang paling cocok dan trend gaya modifikasi sehingga dapat tampil menawan dan dianggap paling trendy.

  Gaya hidup merupakan ciri sebuah dunia modern, atau yang biasa disebut modernitas. Maksudnya adalah siapapun yang hidup dalam masyarakat modern akan menggunakan gagasan tentang gaya hidup untuk menggambarkan tindakannya sendiri maupun orang lain. Gaya hidup adalah pola-pola tindakan yang membedakan antara satu orang dengan orang lain. Chaney menjelaskan gaya hidup sebagai berikut :

  “Gaya hidup merupakan bagian dari kehidupan social sehari-hari dunia modern dan berfungsi dalam interaksi dengan cara-cara yang mungkin tidak dapat dipahami oleh mereka yang tidak hidup dalam masyarakat modern.” (Chaney, 1996: 41)

  Tindakan remaja dalam mengikuti trend dinilai sebagai atribut gaya hidup remaja modern (masa kini) yang cenderung bersifat “eksklusif”, merupakan akibat dari nilai-nilai budaya pop yang merefleksikan gaya hidup remaja industrial kapitalis yang sering tampil di

  Mengingat bahwa gaya hidup merupakan sesuatu yang berada diluar eksistensi individu dan besifat memaksa bagi individu, terutama bagi individu yang ingin memasuki kelompok atau stratifikasi social yang memiliki gaya hidup tersebut maka remaja sebagai individu dipaksa untuk mengikuti “peraturannya” baik yang menyangkut cara berfikir (aspek kognitif), cara bertindak (aspek behavioral) dan berperasaan (aspek afeksi), dimana ketiga aspek tersebut yang paling cepat adalah cara betindak/cara hidup/behavioral dari remaja, sebab cara hidup inilah yang serinhkali dijadikan sebagai identitas kelompok yang menunjukkan statusdan prestise kelompok tersebut dalam system stratifikasi masyarakat.

  Gaya hidup memiliki ciri keanggotaan kelas social tertentu. Artinya adalah gaya hidup merupakan sesuatu yang berlaku secara umum bagi kelompok-kelompok yang ada dalam masyarakat. Remaja yang berhasil dalam sosialisasinya dengan nilai-nilai dan norma-norma gaya hidup remaja masa kini atau modern merasa atau menganggap dirinya sebagai remaja modern atau remaja masa kini yang tidak ketinggalan jaman sehingga mendapatkan status dan prestise yang lebih tinggi.

c. Motivasi

  Faktor yang memiliki pengaruh sangat besar dalam pemahaman dan pandangan seseorang terhadap sesuatu adalah motivasi. Pada dasarnya, semua tingkah laku manusia di dalamnya selalu terkandung motivasi. Dengan kata lain, hampir semua perilaku sadar mempunyai motivasi atau sebab. Motivasi atau sebab merupakan suatu keinginan atau dorongan yang ada dalam diri manusia untuk bertindak atau melakukan sesuatu.

  Motivasi merupakan keinginan, hasrat dan tenaga menggerakkan individu untuk melakukan suatu tindakan. Keinginan, kebutuhan dan tujuan tidak terlepas dari motivasi dalam diri seseorang. Keinginan dan hasrat yang menggerakkan tindakan untuk berusaha dalam memenuhi kebutuhan seseorang inilah yang dinamakan motivasi. Dalam hal ini Parsons menjelaskan bahwa seseorang melakukan sutu tindakan berdasar atas orientasi motivasional dan orientasi nilai (Parsons dalam Johnson, 1996: 114).

  Sedangkan Subagio Sastrodiningrat memberikan penjelasan mengenai motivasi sebagai berikut : “Motivasi seringkali diartikan sebagai kebutuhan atau keinginan yang terdapat dalam diri individu yang mendorong atau mempengaruhinya untuk melakukan sesuatu”. (Subagio Sastrodingrat, 1986: 6) Motivasi juga diartikan sebagai dorongan atau pengaruh yang merupakan factor yang sangat penting bagi seseorang dalam mengambil keputusan untuk melakukan suatu tindakan. Menurut Moekijat, motivasi diartikan sebagai berikut :

  “ Motivasi merupakan pengaruh sesuatu kekuasaan yang menimbulkan perilaku” (Moekijat, 1987: 27). Motivasi yang terdapat dalam diri individu akan terealisir dalam perilaku yang mengarah pada suatu tujuan yang diinginkannya untuk memperoleh kepuasan. Atas dasar pendapat diatas, dapat dinyatakan bahwa motif atau motivasi mampu memberikan kekuatan, dorongan untuk menggerakkan diri seseorang untuk merespon atau melakukan kegiatan kea rah pencapaian tujuan.

  Motivasi dipahami melalui pemahaman dalam diri individu tentang apa yang merangsang individu tersebut untuk melakukan suatu tindakan. Mc. Clelland menjelaskan bahwa motif prestasi (need for

  achievement ) merupakan kebutuhan dasar yang menjadikan seseorang melakukan usaha dan tindakan (Mc. Clelland dalam Laurer, 1985: 142).

  Sedangkan menurut Wahjo Soemidjo, motivasi memiliki pengertian sebagai berikut : “Suatu proses psikologis yang mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi, dan keputusan yang terjadi pada diri seseorang” (Wahjo Soemidjo, 1985: 174). Motivasi sebagai proses psikologis timbul karena adanya factor dalam diri seseorang dan factor dari luar. Faktor dar dalam diri seseorang dapat berupa kepribadian yang menyangkut masa depan, sedangkan factor dari luar dapat ditimbulkan oleh berbagai sumber, bias karena pengaruh factor-faktor lain yang sangat kompleks.

  Menurut Berelson dan Stainer dalam Wahjo Soemidjo, mejelaskan motivasi itu pada dasarnya merupakan teknologi yang memberikan makna daya dorong, keinginan, kebutuhan dan kemauan. Hal tersebut didasari karena perilaku seseorang. Dimana perilaku seseorang itu karena adanya daya dorong untuk mencapai kebutuhan, keinginan dan kepuasan (Barelson dan Stainer dalam Wahjo Soemidjo, 1985: 178).

  Kebutuhan, keinginan dan kepuasan seseorang dapat digambarkan sebagai berikut :

  1. Kebutuhan yang timbul pada diri seseorang dan kebutuhan yang mengandung arti luas, seperti kebutuhan fisik, makna dan lain sebagainya.

  2. Apabila dalam diri seseorang timbul suatu kebutuhan tertentu, kebutuhan tersebut akan menyebabkan lahirnya daya tertentu.

  3. Akibat daya dorong, lahirlah keinginan dalam diri seseorang.

  4. Lahirnya keinginan dalam diri seseorang akan menyebabkan timbulnya suatu sebab.

  5. Akibat sebab yang timbul, lahirlah ketegangan.

  6. Ketegangan yang timbul itu sendiri juga akan menjadikan sebab timbulnya sesuatu.

  7. Sesuatu yang timbul akibat adanya ketegangan dalam diri seseorang tersebut disebut “perilaku”.

  8. Perilaku ditampilkan seseorang, timbul karena mengharapkan adanya kepuasan yang dapat dinikmati (Wahjo Soemidjo, 1985: 178-179).

  Dari beberapa pengertian diatas, maka jelaslah bahwa tingkah laku yang timbul pada diri seseorang didorong oleh adanya berbagai kebutuhan. Dimana kebutuhan tersebut didorong oleh adanya keinginan yang hendak dicapai. Sedangkan perilaku yang diwujudkan teesebut merupakan alah untuk mencapai tujuan. Untuk mencapai tujuan tesebut pada dasarnya tindakan seseorang itu harus selalu berorientasi pada motivasi dan nilai yang ada dalam masyarakat. Demikian pula halnya dengan sikap dan tindakan remaja yang melakukan modifikasi motor merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan dan mencapai tujuan tersebut didasarkan pada orientasi motivasi.

d. Remaja

  Remaja merupakan masa transisi menuju kedewasaan. Hal ini ditandai oleh ketidakmantapan dalam berperilaku maupun dalam menghayati norma-norma yang berlaku. Ketidakmantapan ini merupakan indikasi dari belum matangnya kepribadian. Selain itu masa remaja merupakan masa penyesuaian diri dengan tuntutan lingkungan yang baru.

  Menurut Douvan dan Adelson (1998), sebelum memasuki masa remaja, anak menerima dirinya apa adanya. Populer atau tidak , banyak teman atau tidak punya sama sekali, begitulah keadaannya. Begitu ia mulai remaja, dia akan mengembangkan kesadaran dirinya. Dia memasuki dunia baru, rajin bertanya etiket, mulai berpacaran, mencoba-coba hal baru tentang gaya hidup yang selalu berkembang mengikuti trend (mulai dari kecantikan wajah, tubuh, fashion, sampai pada hobi otomotif) yang sedang “in”, ingin banyak berteman dan lain-lain.

   Remaja merupakan makhluk social yang menginginkan kehidupan, persamaan minat, kesenangan dan memiliki tujuan. Sebagai makhluk social, mereka akan memiliki kelompok pergaulan yang akan memberikan arti penting bagi mereka. Di dalam kelompok pergaulan inilah mereka akan memilih teman-teman yang sebaya dengannya baik dari lingkungan sekolah maupun lingkungan sekitar mereka tinggal.

  Namun untuk kalangan remaja Sekolah, mereka akan lebih banyak memilih kelompok pergaulan di lingkungan sekolah.

  Remaja masih dapat digolongkan ke dalam usia akhir yang berada pada masa labilitas yang sangat rentan terhadap jebakan pola dan gaya hidup yang ditawarkan. Salah satunya adalah gaya hidup konsumtif yang memerlukan biaya tinggi untuk memenuhinya dan mengikuti trend yang sedang in adalah ciri dari kelompok ini.

2. Landasan Teori

  Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori gaya hidup

  (lifestyle) yang dikemukakan oleh David Chaney. Gaya hidup

  merupakan bagian dari budaya pop yang lahir secara spontan dari kalangan masyarakat kelas menengah ke bawah dalam rangka mengisi waktu luang mereka. Gaya hidup merupakan ciri sebuah dunia modern, atau yang biasa disebut modernitas. Maksudnya adalah siapapun yang hidup dalam masyarakat modern akan menggunakan gagasan tentang gaya hidup untuk menggambarkan tindakannya sendiri maupun orang lain. Gaya hidup adalah pola-pola tindakan yang membedakan antara satu orang dengan orang lain. Gaya hidup merupakan bagian dari kehidupan social sehari- hari dunia modern dan berfungsi dalam interaksi dengan cara-cara yang mungkin tidak dapat dipahami oleh mereka yang tidak hidup dalam masyarakat modern. (Chaney, 1996: 41)

  Dalam teori gaya hidup (lifestyle) tidak ada suatu konsep yang gamblang yang menjelaskan tentang apa itu teori gaya hidup (lifestyle), tapi lebih pada intepretasi kita untuk memahami tentang suatu fenomena. Pada teori gaya hidup (lifesyle), dicirikan dengan penggunaan tanda-tanda (signs), simbol-simbol (symbols), petanda-petanda (signifiers) dan petanda-petanda (signifieds).

  Seperti yang dikemukakan dan dipahami oleh Chaney, gaya hidup adalah sebagai proyek reflekif dan penggunaan fasilitas konsumen secara sangat kreatif. Dalam pengertian bahwa gaya hidup perlu keterbukaan yang tidak terbatas terhadap makna-makna baya hidup dalam konteks apapun. (Chaney, 1996: 13)

  Gaya hidup merupakan cirri sebuah dunia modern, atau yang biasa disebut modernitas. Gaya hidup adalah pola-pola tindakan yang membedakan antara satu orang dengan orang lain, Sehingga gaya hidup menjadi bagian dari kehidupan social sehari-hari dunia modern dan berfungsi dalam interaksi dengan cara-cara yang mungkin tidak dapat dipahami oleh mereka yang tidak hidup dalam masyarakat modern.

  Seperti diungkapkan oleh Chaney bahwa ‘penampakan luar’ menjadi salah satu situs yang paling penting bagi gaya hidup. Hal-hal permukaan akan menjadi sangat penting daripada substansi. Gaya dan desain menjadi lebih penting daripada fungsi. Gaya menggantikan substansi. Kulit akan mengalahkan isi. Pemasaran penampakan luar, penampilan, hal-hal yang bersifat permukaan atau kulit, salah satunya adalah industri jasa, yang memberikan layanan untuk mempercantik penampilan (wajah, kulit, tubuh, rambut) telah dan akan terus tumbuh menjadi big business gaya hidup.

  Arahan yang akan dituju setelah gaya hidup adalah suatu tindakan konsumsi yang menjadi suatu perilaku konsumtif. Untuk menjelaskan teori gaya hidup ini diawali dengan ulasan-ulasan terhadap aspk-aspek pemikiran Simmel mengenai teorinya tentang hakikat uang

  (the nature of money) dengan 3 alasan. Salah satunya adalah karena

  mengarahkan pada diskusi lebih menyeluruh tentang organisasi social dalam penggunaan benda-benda dan khususnya institusi fashion.

  Fashion (mode) termasuk di dalamnya yaitu modifikasi motor

  adalah suatu topik yang layak menjadi perhatian kita karena jelas ia merupakan suatu cara aksi yang dirangsang oleh perkembangan aksi industry konsumen. Dinamika perubahan dalam cara-cara fashion yang berbeda begitu jelas mencerminkan proses pembentukan gaya hidup yang luas. Dalam suatu masyarakat yang terstratifikasi secara social hal tersebut dibuat lebih kompleks oleh para elite yang mencoba untuk meninggalkan mode secepat mungkin ketika mulai ditiru oleh kelompok kelas yang lebih rendah (lower-class). Sehingga ada proses pertukaran vertical antara kelas- kelas, begitu juga proses horizontal di dalam suatu kelas.

  Sedangkan Baudrillard menunjuk institusi fashion dalam modernitas kontemporer sebagai suatu pameran spektakuler dari proses lebih umum perubahan yang dipercepat dan alienasi makna: “percepatan permainan sederhana dari penanda (signifier) dalam fashion menjadi menyolok, untuk mempesonakan kita- pesona dan rasa pusing atas hilangnya setiap system referensi. (Chaney, 1996: 104)

  Ada dua penegasan dalam kutipan ini. Pertama, bahwa determinasi social terhadap makna-makna telah diambil alih, sehingga tanda-tanda (signs), simbol-simbol (symbols) pameran yang sesuai dengan mode mutakhir beredar tanpa logika apapun. Seperti yang dikemukakan lebih lanjut, “tak ada lagi determinasi internal apapun terhadap tanda-tanda fashion, karenanya mereka lebih leluasa untuk berubah (commute) dan bertukar susunan (permutate) tanpa batas”. Kedua, bahwa akibat ketidakbermaknaan (meaning-lessness) buknlah kekacauan atau chaos menakutkan seperti yang mungkin kita duga, tapi malahan ‘mempesonakan’ suatu bentuk halusinasi.

  Hakikat dari argument Baudrillard adalah bahwa penanda- penanda (signifiers) nilai ekonomi yakni unit-unit mata uang telah terpisah dari hubungan yang dihubungkan dengan petanda-petanda (signifieds) nilai yang nyata. Hal ini disebabkan oleh proses ganda perkembangan ekonomi konsumsi, terutama pada penghujung abad ke-20 dan spekulasi terhadap uang seyogyanya ditempatkan secara tepat, sehingga “Terbebas dari pasar itu sendiri, uang menjadi sebuah simulacrum yang otonom terlepas dari setiap pesan (massage) dan setiap penandaan (signification) dari pertukaran diantara dirinya sendiri.

  Sehingga kita bisa lebih gamblang bagaimana institusi sosial dari dunia fashion menunjukkan beberapa tesis tersebut. Barang-barang yang sesuai dengan mode mutakhir, baik itu pakaian, perabot rumah tangga, kecantikan wajah dan tubuh, tempat-tempat tujuan hari libur, alat transportasi motor mobil sampai cara memodifikasinya, yang prestisenya tidak berasal dari pekerjaan yang mereka lakukan, tapi dari cara mereka melakukannya. Dengan demikian fashion adalah suatu level representasi yang tidak menunjuk di luar wacananya sendiri.

  Inilah irasionalitas fashion yang membuatnya mempesona, lebih dikarenakan adanya diskriminasi-diskriminasi yang sesuai dengan mode mutakhir, bukan berdasarkan pada realitas material, melainkan secara empatik merupakan tanda-tanda spektakuler. Dalam menggunakan dan merespons kegunaan lainnya kita menikmati drama presentasi dan perubahan bagi kepentingannya sendiri, dan pemenuhan pribadi inilah yang memberikan halusinasi estetis akan realitas: “Fashion mencoba mencapai sosialitas teatrikal, dan memberikan kesenangan di dalam dirinya”. (Baudrillard dalam Chaney)

  Kajian fashion yang dikemukakan oleh Simmel dan Baudrillard ini dapat diambil garis lurus persamaannya dengan motor yang memiliki makna sosial sebagai suatu mode dalam masyarakat modern.

  Selain menggunakan teori gaya hidup yang dikemukakan oleh David Chaney, peneliti juga menggunakan Teori Aksi yang dikembangkan oleh Talcott Parsons. Sebagai penjelasan untuk menggambarkan motivasi atau alasan remaja untuk melakukan modifikasi motor. Teori Aksi Parsons merupakan pengembangan dari Tindakan Sosial yang dikemukakan oleh Weber. Dimana dalam tindakan social dibagi atas dua tipe tindakan, yaitu tindakan rasional dan tindakan non rasional. Tindakan rasional adalah tindakan yang berhubungan dengan pertimbangan yang sadar dan pilihan bahwa tindakan itu dinyatakan. Sedangkan tindakan non rasional merupakan tindakan dalam pengungkapan-pengungkapan yang tidak dapat dimengerti sebagai manifesto rasionalitas.

  Parson dalam hal ini ia memilih istilah action dan bukan

  behavior, karena menurutnya memiliki konotasi yang berbeda. Behavior

  secara tidak langsung menyatakan kesesuaian secara mekanik antara perilaku (respon) dengan rangsangan (stimulus). Sedangkan istilah action menyatakan secara tidak langsung suatu aktivitas, kreativitas dan proses penghayatan diri individu. Menurutnya suatu teori yang menghilangkan sifat-sifat humanism (kemanusiaan) dan mengabaikan sigat-sifat subjektif tindakan manusia tidak termasuk dalam teori aksi.

  Menurut Talcott Parsons perilaku individu di dorong oleh motivasi untuk mencapai tujuan tertentu. Orientasi individu bertindak terdiri dua elemen dasar, orintasi motivasional dan orientasi nilai. Orientasi motivasional menunjuk pada keinginan individu untuk memperbesar kepuasan dan mengurangi kekecewaan. Sedangkan orientasi nilai menunjuk pada standar-standar normatif yang mengendalikan individu dalam memilih sasaran, tujuan dan prioritas sehubungan dengan adanya kebutuhan dan tujuan yang berbeda. (Parsons dalam Johnson, 1986: 144)

  Parsons menyusun skema unit-unit dasar tindakan social dengan karakteristik sebagai berikut:

  1. Adanya individu sebagai actor

  2. Aktor dipandang sebagai pemburu tujuan

  3. Aktor memiliki alternatif cara, alat serta teknik untuk mencapai tujuannya.

  4. Aktor berhadapan dengan sejumlah kondisi situasional yang dapat membatasi tindakannya dalam mencapai tujuan.

  5. Aktor berada di bawah kendali dari nilai-nilai, norma-norma dan berbagai nilai abstrak yang mempengaruhinya dalam memilih dan menentukan tujuan serta tindakan alternatif untuk mencapai tujuan. (Ritzer, 2002)

  Aktor mengejar tujuan dalam situasi dimana norma-norma mengarahkannya dalam memilih alternatif cara dan alat untuk mencapai tujuan. Norma-norma itu tidak menetapkan pilihannya terhadap cara atau alat, tetapi ditentukan kemampuan aktor dalam memilih. Inilah yang kemudian disebut Parsons sebagai voluntarism. Singkatnya voluntarism adalah kemampuan individu melakukan tindakan dalam arti menetapkan cara atau alat dari sejumlah alternatif yang tersedia dalam mencapai tujuan. Aktor merupakan pelaku aktif dan kreatif serta mempunyai kemampuan menilai dan memilih alternatif suatu tindakan, terdapat suatu pengalaman subjektif yang dapat dimengerti karena dialami bersama secara meluas, dapat dilihat sebagai objek. Rasionalitas merupakan kerangka acuan bersama secara luas dimana aspek-aspek subjektif perilaku dapat dinilai secara objektif.

F. Definisi Konsep

  Sebelum mengoperasikan konsep-konsep yang dikemukakan dalam penelitian ini, maka terlebih dahulu konsep-konsep penelitian diberikan batasan pengertian untuk mencegah terjadinya kesalahan penafsiran. Konsep-konsep yang dikemukakan, yaitu:

  1. Modifikasi Motor

  Modifikasi motor adalah suatu cara yang digunakan untuk mengubah atau membuat atau menjadikan tampilan motor menjadi lebih trendy dan bergaya. Dalam penelitian ini yang dimaksud modifikasi motor adalah cara yang digunakan remaja untuk mengubah tampilan motor menjagi bergaya dengan mengubah mesin, cat, atau body sesuai dengan selera masing- masing sehingga motor menjadi lebih trendy.

  2. Motivasi

  Motivasi adalah dorongan dan keinginan yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan suatu tindakan atau mempengaruhi perilaku seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu dorongan dan keinginan yang melatarbelakangi kalangan remaja untuk melakukan modifikasi motor.

  3. Remaja Remaja merupakan tahapan usia masa transisi menuju kedewasaan.

  Menurut kamus lengkap Bahasa Indonesia remaja sekolah atau siswa memiliki pengertian berupa orang atau setiap orang yang terdaftar secara resmi dan belajar di suatu sekolah, dalam hal ini adalah Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Karanganyar.

4. Gaya hidup (lifestyle)

  Gaya hidup (lifestyle) adalah seperangkat praktik dan sikap yang masuk akal dalam konteks tertentu.

  Gaya hidup (lifestyle) adalah suatu tindakan yang dilakukan seseorang dalam proses pencarian identitas. Selain itu gaya hidup juga merupakan suatu cara khusus yang dipilih seseorang untuk mengekspresikan diri, tak disangsikan merupakan bagian dari usahanya mencari gaya hidup pribadinya, dalam hal ini yaitu berkaitan dengan modifikasi motor yang dilakukan oleh para remaja sekolah.

  G.Metode Penelitian

  1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian diskriptif kualitatif, yaitu proses penelitian yang menghasilkan data diskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Pendekatan ini dapat diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistic (utuh).

  (Meleong, 2002: 3). Penelitian ini hanya akan menggambarkan secara jelas bagaimana perbedaan yang mendasari seseorang melakukan modifikasi motor dilihat dari aspek social ekonomi. Selain itu juga untuk melihat bagaimana modifikasi motor menjadi sebuah fenomena di kalangan remaja sekolah.

  2. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah wilayah atau daerah dimana data dikumpulkan. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil lokasi di Sekolah

  Menengah Atas Negeri 1 Karanganyar. Pengambilan lokasi penelitian ini di dasarkan atas pertimbangan : a. Berdasarkan pengamatan pendahuluan lokasi tersebut menunjukkan adanya remaja yang memodifikasi motornya sehingga dapat memberikan data-data yang diperlukan peneliti.

  b. Letak lokasinya yang berdekatan dengan tempat tinggal peneliti sehingga dapat menekan biaya, tenaga dan waktu.

  3. Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

  a. Data Primer

  Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari informan melalui wawancara dan pengamatan. Dalam penelitian ini informan diambil dari remaja Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Karanganyar yang melakukan modifikasi motor. Mereka diwawancarai untuk mencari informasi atau data yang diperlukan.

  b. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang dikumpulkan untuk mendukung dan melengkapi data primer yang berkenaan dengan masalah penelitian.

  Data ini diperoleh melalui pemanfaatan sumber data yang telah tersedia seperti dokumen dan arsip-arsip yang dimiliki misalnya dalam bentuk diagram atau tabel. Dalam penelitian ini data sekunder didapat dari pihak sekolah maupun bengkel motor yang terkait dengan penelitian ini. Daat ini berupa dokumen dari bengkel motor (berupa arsip tentang pelanggan yang melakukan modifikasi motor di bengkel).

  4. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut : a. Observasi Langsung

  Observasi dpat diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan gejala- gejala yang tampak (fenomena) pada objek penelitian yang pelaksanaannya langsung dimana suatu tempat atau peristiwa, keadaan atau situasi itu dapat dibuat dan dapat pula yang sebenarnya (Nawawi, 1995: 94). Observasi yang dilakukan disini adalah untuk mengetahui kesesuaian antara informasi yang telah diperoleh dari informan dengan peristiwa yang terjadi secara nyata mengenai modifikasi motor.

  Dalam pengamatan ini peneliti secara langsung terjun ke lapangan dan membuat catatan (field note). Pada teknik pengamatan ini peneliti juga memberitahukan kepada kelompok yang diteliti (Ritzer, 1992: 74).

Dokumen yang terkait

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Kedudukan Hak-Hak Tenaga Kerja Alih Daya Dalam Perspektif Keadilan (Studi Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 27/Puu-Ix/2011)

0 2 14

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Peran Barong Satriyo Singo Lodhoyo Dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Desa Pelem Kecamatan Blora Kabupaten Blora

0 0 6

BAB I PENDAHULUAN - Serat Wedhasatmaka (Suatu Tinjauan Filologis)

1 4 30

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Pelaksanaan Pembelajaran Penjasorkes Sekolah Dasar Negeri Di Kecamatan Baturetno, Kabupaten Wonogiri Tahun Ajaran 2013/2014

0 0 6

BAB II KAJIAN LITERATUR A. TINJAUAN KOTA SURABAYA 1. Sejarah Dan Asal-Usul Kota Surabaya - Desain Interior Music Center Di Surabaya (Dengan Pendekatan Futuristik)

0 1 39

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Implementasi Kurikulum 2013 Pada Pembelajaran Menulis Teks Anekdot (Studi Kasus Kelas X Sma N 1 Karanganyar)

0 0 7

Evaluasi Dan Desain Sistem Akuntansi Biaya Pada Satuan Kerja Badan Layanan Umum (Studi Kasus Di Universitas Sebelas Maret)

0 0 17

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Hubungan Antara Self-Disclosure Dengan Stres Pada Remaja Siswa Smp Negeri 8 Surakarta

0 0 10

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Perbedaan Tingkat Kemandirian Remaja Ditinjau Dari Pola Asuh Orangtua Pada Siswa Kelas Ix Smp Islam Al Abidin Surakarta

0 0 11

BAB I PENDAHULUAN A. Judul Pasar Seni di Sangiran - Pasar Seni Di Sangiran Sebagai Wadah Pemberdayaan Masyarakat Dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual

0 1 14