Kajian Yuridis Penggunaan Tenaga Kerja Asing di Kawasan Ekonomi Khusus Dalam Upaya Peningkatan Penanaman Modal di Indonesia

BAB II
PENGATURAN PENANAMAN MODAL BERDASARKAN UNDANGUNDANG NOMOR 25 TAHUN 2007 TENTANG PENANAMAN MODAL
A.

Pengertian dan Jenis-Jenis Penanaman Modal
Investasi

berasal

dari

kata

invest

yang

berarti

menanam


atau

menginvestasikan uang atau modal. 17 Istilah investasi atau penanaman modal
merupakan istilah yang dikenal dalam kegiatan bisnis sehari-hari maupun dalam
bahasa perundang-undangan. Istilah investasi merupakan istilah yang populer
dalam dunia usaha, sedangkan istilah penanaman modal lazim digunakan dalam
perundangan-undangan. Namun pada dasarnya kedua istilah tersebut mempunyai
pengertian yang sama, sehingga kadangkala digunakan secara interchangeable. 18
Investasi memiliki pengertian yang lebih luas karena dapat mencakup baik
investasi langsung (direct investment) maupun investasi tidak langsung (portofolio
investment), sedangkan penanaman modal lebih memiliki konotasi kepada
investasi langsung. 19 Lalu apakah perbedaan makna antara penanaman modal
dengan investasi, berikut dikutip berbagai pengertian investasi berdasarkan
kutipan yang dilakukan oleh Hendrik Budi Untung dalam bukunya antara lain,
sebagai berikut : 20
1. Dalam Kamus Istilah Keuangan dan Investasi digunakan istilah investment
(investasi) yang mempunyai arti: “Penggunaan modal untuk menciptakan uang,
17

Hasan Shadily, Kamus Lengkap Inggris-Indonesia, Jakarta, hlm 330.

Ida Bagus Rachmadi Supancana, Kerangka Hukum & Kebijakan Investasi Langsung di
Indonesia(Jakarta:Ghalia Indonesia, 2006), hlm 1.
19
Dhaniswara K. Harjono, Hukum Penanaman Modal, Tinjauan Terhadap UndangUndang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal,(Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2007),
hlm. 10.
20
Hendrik Budi Untung, Hukum Investasi (Jakarta: Sinar Grafika, 2010), hlm 1-3.
18

22

Universitas Sumatera Utara

23

baik melalui sarana yang menghasilkan pendapatan maupun melalui ventura
yang lebih berorientasi ke risiko yang dirancang untuk mendapatkan modal.
Investasi dapat pula menunjuk ke suatu investasi keuangan (di mana investor
menempatkan uang ke dalam suatu sarana) atau menunjuk ke investasi suatu
usaha atau waktu seseorang yang ingin memetik keuntungan dari keberhasilan

pekerjaannya”.
2. Dalam Ensiklopedia Ekonomi Keuangan Perdagangan, dijelaskan istilah
Investment atau investasi, penanaman modal digunakan untuk: “Penggunaan
atau pemakaian sumber-sumber ekonomi untuk produksi barang-barang
produsen atau barang-barang konsumen. Dalam arti yang semata-mata
bercorak keuangan, investment mungkin berarti penempatan dana-dana kapital
dalam suatu perusahaan selama jangka waktu relatif panjang, supaya
memperoleh hasil yang teratur dengan maksimum keamanan”.
3. Dalam Kamus Ekonomi dikemukakan, Investment (investasi) mempunyai dua
makna yakni: “Pertama. Investasi berarti pembelian saham, obligasi dan
benda-benda tidak bergerak, setelah dilakukan analisa akan menjamin modal
yang dilekatkan dan memberikan hasil yang memuaskan. Faktor-faktor
tersebut yang membedakan investasi dengan spekulasi. Kedua. Dalam teori
ekonomi investasi berarti pembelian alat produksi (termasuk di dalamnya
benda-benda untuk dijual) dengan modal berupa uang.”
4. Dalam

Kamus

Hukum


Ekonomi

digunakan

terminologi,

Investment,

penanaman modal, investasi yang berarti penanaman modal yang biasanya
dilakukan untuk jangka panjang misalnya berupa pengadaan aktiva tetap

Universitas Sumatera Utara

24

perusahaan atau membeli sekuritas dengan maksud untuk memperoleh
keuntungan.
5. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) disebutkan, investasi berarti,
Pertama, penanaman uang atau modal di suatu perusahaan atau proyek untuk

tujuan memperoleh keuntungan; Kedua, jumlah uang atau modal yang ditanam.
6. Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
(UUPM) dikemukakan, penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan
penanaman modal, baik oleh penanaman modal dalam negeri maupun
penanaman modal asing untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik
Indonesia.
Dari berbagai pengertian investasi seperti dikutip di atas, tampak bahwa
tidak ada perbedaan yang prinsipil antara investasi dengan penanaman modal.
Makna dari investasi atau penanaman modal adalah kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang atau badan hukum, menyisihkan sebagian pendapatannya agar dapat
digunakan untuk melakukan usaha dengan harapan pada suatu waktu tertentu akan
mendapatkan hasil (keuntungan). 21
Sebelum berlakunya Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal (selanjutnya bisa disebut dengan UUPM), keberadaan
penanaman modal dalam negeri diatur dalam Undang-Undang No. 6 Tahun 1968
tentang Penanaman Modal Dalam Negeri. Menurut ketentuan undang-undang
tersebut, penanaman modal dalam negeri adalah penggunaan modal dalam negeri
(yang merupakan bagian dari kekayaan masyarakat Indonesia termasuk hak21

Ibid.,hlm. 3.


Universitas Sumatera Utara

25

haknya dan benda-benda baik yang dimiliki oleh Negara maupun swasta nasional
atau swasta asing yang berdomisili di Indonesia yang disisihkan/disediakan guna
menjalankan usaha sepanjang modal tersebut tidak diatur dalam Pasal 2 UndangUndang No. 1 Tahun 1967) bagi usaha-usaha yang mendorong pembangunan
ekonomi pada umumnya. 22 Dan penanaman modal asing diatur dalam UndangUndang No. 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing, yang dalam
ketentuan Undang-Undang tersebut hanya meliputi penanaman modal asing
secara langsung yang dilakukan menurut atau berdasarkan ketentuan-ketentuan
Undang-Undang ini dan yang digunakan untuk menjalankan perusahaan di
Indonesia, dalam arti bahwa pemilik modal secara langsung menanggung risiko
dari penanam modal tersebut. Sedangkan menurut ketentuan UUPM, penanaman
modal asing adalah kegiatan penanaman modal untuk melakukan usaha di wilayah
negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang
menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan
penanaman modal dalam negeri.
UUPM tidak mengadakan pembedaan antara penanaman modal dalam
negeri dan penanaman modal asing. Oleh karena itu, undang-undang tersebut

mengatur mengenai kegiatan penanaman modal, baik penanaman modal asing dan
penanaman modal dalam negeri dan tidak mengadakan pemisahan undang-undang
secara khusus, seperti halnya undang-undang penanaman modal terdahulu yang
terdiri dari dua undang-undang, yaitu Undang-Undang Penanaman Modal Asing
dan Undang-Undang Penanaman Modal Dalam Asing. 23
22
23

Dhaniswara K. Harjono, Op.Cit., hlm. 122-123.
Ibid., 121.

Universitas Sumatera Utara

26

Berbicara dalam konteks “hukum” peraturan perundang-undangan tidak
ditemukan pengertian hukum investasi. Untuk mengetahui pengertian hukum
investasi, kita harus mencari dari berbagai pandangan para ahli dan kamus hukum.
Salim HS dan Budi Sutrisno yang mengutip pendapat Ida Bagus Wyasa Putra,
dkk., mengemukakan pengertian hukum investasi sebagai berikut. Hukum

investasi adalah:
“norma-norma hukum mengenai kemungkinan-kemungkinan dapat
dilakukannya investasi, syarat-syarat investasi, perlindungan dan yang
terpenting mengarahkan agar investasi dapat mewujudkan kesejahteraan
bagi rakyat” 24
Kegiatan usaha penanaman investasi yang dilakukan berorientasi kepada
kesejahteraan masyarakat dan peningkatan kualitas masyarakat di Indonesia.
Kelemahan definisi ini adalah tidak dikonstruksikannya hubungan antara pemilik
modal dengan penerima modal dan menggunakan kata-kata kemungkinan dalam
melakukan investasi. Kata-kata kemungkinan mengandung arti bahwa penanaman
investasi dapat atau tidak dapat dilakukan oleh penanaman modal. Padahal dengan
adanya investor, diharapkan investasi dapat dilakukan secara pasti di Indonesia.
Definisi lain dikemukakan oleh T. Mulya Lubis yang dikutip oleh Salim HS dan
Budi Sutrisno dalam bukunya menyebutkan hukum investasi adalah:
“tidak hanya terdapat dalam undang-undang, tetapi dalam hukum dan
aturan lain yang diberlakukan berikutnya yang terkait dengan masalahmasalah investasi asing (other the subsequent law and regulations coming
into force relevant to foreign investment matters)”

24


Salim HS dan Budi Sutrisno,Op.cit.,hlm. 9.

Universitas Sumatera Utara

27

Maka kemudian Salim HS dan Budi Sutrisno menarik kesimpulan apa
yang diartikan dengan hukum investasi adalah:
“keseluruhan kaidah hukum yang mengatur hubungan antara investor
dengan penerima modal, bidang-bidang usaha yang terbuka untuk
investasi, serta mengatur tentang prosedur dan syarat-syarat dalam
melakukan investasi dalam suatu negara” 25
Pada dasarnya, investasi dapat digolongkan berdasarkan aset, pengaruh,
ekonomi, menurut sumbernya, dan cara penanamannya. Keempat hal itu disajikan
sebagai berikut ini. 26
1.

Investasi berdasarkan asetnya.
Investasi berdasarkan asetnya merupakan penggolongan investasi dari


aspek modal atau kekayaannya. Investasi berdasarkan asetnya dibagi menjadi dua
jenis, yaitu:
a. real asset; dan
b. financial asset
Real asset merupakan investasi yang berwujud, seperti gedung-gedung,
kendaraan dan sebagainya, sedangkan financial asset merupakan dokumen (suratsurat) klaim tidak langsung pemegangnya terhadap aktivitas riil pihak yang
menerbitkan sekuritas tersebut. Perbedaan lainnya terletak pada likuiditas.
Pengertian likuiditas di sini adalah mudahnya mengonversi sebagai suatu aset
menjadi yang dan biaya transaksi cukup rendah. Real asset secara umum kurang

25
26

Ibid., hlm. 10.
Ibid.,hlm. 36.

Universitas Sumatera Utara

28


likuid daripada aset keuangan. Hal ini disebabkan oleh sifat heterogennya dan
khusus kegunaannya.
2.

Investasi berdasarkan pengaruhnya.
Investasi menurut pengaruhnya merupakan investasi yang didasarkan pada

faktor-faktor yang memengaruhi atau tidak berpengaruh dari kegiatan investasi.
Investasi berdasarkan pengaruhnya dibagi menjadi dua macam, yaitu sebagai
berikut.
a. Investasi autonomus (berdiri sendiri) merupakan investasi yang tidak
dipengaruhi tingkat pendapatan, bersifat spekulatif. Misalnya, pembelian
surat-surat berharga.
b. Investasi induced (memengaruhi-menyebabkan) merupakan investasi yang
dipengaruhi kenaikan permintaan akan barang dan jasa serta tingkat
pendapatan. Misalnya, penghasilan transitori, yaitu penghasilan yang
didapat selain dari bekerja, seperti bunga dan sebagainya. Teori ini
dikembangkan oleh Milton Friedman.
3.

Investasi berdasarkan sumber pembiayaannya (Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing, Undang-Undang Nomor 11
Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri)
Investasi berdasarkan sumber pembiayaannya merupakan investasi yang

didasarkan pada asal-usul investasi itu diperoleh. Investasi ini dibagi menjadi dua
macam, yaitu:
a. investasi yang bersumber dari modal asing (PMA); dan
b. investasi yang bersumber dari modal dalam negeri (PMDN).

Universitas Sumatera Utara

29

Investasi yang bersumber dari modal asing (PMA) merupakan investasi
yang bersumber dari pembiayaan luar negeri. Sementara itu, investasi yang
bersumber dari modal dalam negeri (PMDN) merupakan investasi yang
bersumber dari pembiayaan dalam negeri.
4.

Investasi berdasarkan bentuknya.
Investasi berdasarkan bentuknya merupakan investasi yang didasarkan

pada cara menanamkan investasinya. Investasi cara ini dibagi menjadi dua
macam, yaitu:
a. investasi portofolio; dan
b. investasi langsung.
Investasi langsung ini dilakukan melalui pasar modal dengan instrumen
surat berharga, seperti saham dan obligasi. Investasi langsung merupakan bentuk
investasi dengan jalan membangun, membeli total, atau mengakuisisi perusahaan .
Menurut Jonker S, jenis-jenis penanaman modal dibedakan menjadi
yaitu: 27
1.

Investasi langsung (direct investment), yakni investasi yang dilaksanakan
dengan kepemilikan proyek yang kelihatan wujudnya, kajian mengenai
resiko dan hasil yang diterima dari investasi tersebut dilakukan melalui
studi kelayakan investasi yang menyangkut semua aspek-aspek keuangan,
aspek ekonomi/sosial, aspek pemasaran, aspek teknis/produksi, aspek
hukum serta aspek organisasi dan manajemen.

27

Jonker Sihombing, Op.Cit., hlm. 160.

Universitas Sumatera Utara

30

2.

Investasi tidak langsung (indirect investment), yakni investasi yang
dilakukan dengan membeli surat-surat berharga yang diterbitkan oleh
perseroan ataupun yang diterbitkan oleh Olter ego dari pemerintah, kajian
mengenai resiko dan hasil yang diterima dari investasi dimaksudkan
melalui analisis atas data-data yang berkaitan dengan portofolio investasi
yang diminati, data-data tersebut didapatkan dari emiten maupun sumbersumber lainnya.
Secara umum dikenal ada dua macam penanaman modal yaitu:

1.

Penanaman Modal secara langsung (direct investment)
Merupakan suatu bentuk penanaman modal secara langsung. Dalam hal ini
pihak investor langsung terlibat aktif dalam kegiatan pengelolaan usaha
dan bertanggungjawab secara langsung apabila terjadi suatu kerugian.

2.

Penanaman Modal tidak langsung (portofolio investment)
Merupakan suatu bentuk penanaman modal secara tidak langsung terlibat
aktif dalam kegiatan pengelolaan usaha. Investasi terjadi melalui
pemilikan surat-surat pinjaman jangka panjang (obligasi) dan sahamsaham perusahaan dimana modal tersebut ditanamkan hanya memasukkan
modal dalam bentuk uang atau valuta semata. 28
Kelebihan penanaman modal asing atau Foreign Direct Investment (FDI)

adalah:
1. Sifatnya permanen/jangka panjang;

28

N. Rosyidah Rakhmawati, Hukum Penanaman Modal di Indonesia dalam Menghadapi
Era Global (Malang: Penerbit Bayumedia, 2004), hlm. 7.

Universitas Sumatera Utara

31

2. memberi andil dalam ahli teknologi;
3. memberi andil dalam alih keterampilan; dan
4. membuka lapangan kerja baru.
Dampak positif FDI ini adalah membuka lapangan kerja. Dengan adanya
investasi, tenaga kerja yang terserap sangat banyak, seperti misalnya penanaman
investasi di bidang tambang. Maka, jumlah tenaga kerja yang terserap dalam
bidang ini sekitar 12.000 orang. Sementara itu, untuk menanamkan investasi di
bidang pasar modal, jumlah tenaga yang dibutuhkan untuk itu sangat kecil. 29
B.

Tujuan Penyelenggaraan Penanaman Modal
Dalam memasuki era perdagangan bebas ini, Indonesia sudah harus

memiliki persiapan yang mantap untuk menghadapi pengaruh yang timbul pada
perekonomian dan atau perdagangan, termasuk di dalamnya aspek hukum,
khususnya hukum ekonomi sebagai pranata hukum yang berisikan kebijaksanaan
untuk mengarahkan kegiatan ekonomi ke suatu arah tertentu. 30
Indonesia yang dikategorikan sebagai negara berkembang tidak akan lepas
dari peranan sumber pendanaan dari luar negeri dalam upaya pembangunan dan
pertumbuhan ekonomi. Penanaman modal asing (PMA) menjadi alternatif untuk
memenuhi kebutuhan modal pembangunan. Dana dari luar negeri dapat diperoleh
dari hutang luar negeri atau penanaman modal asing. Namun, penanaman modal
asing ini dianggap lebih menguntungkan karena tidak harus dilakukan
pengembalian kepada pihak asing seperti halnya hutang luar negeri. Dengan
29

Salim HS dan Budi Sutrisno, Op.cit., hlm. 39.
Bismar Nasution, Hukum Kegiatan Ekonomi (Bandung: Books Terrace & Library,
2007), hlm. 4.
30

Universitas Sumatera Utara

32

keterbatasan eksploitasi sumber daya manusia dan dana yang dimiliki oleh negara
untuk menggerakkan pertumbuhan ekonomi tersebut maka memang peran
investasi sangat diperlukan.
Terlepas dari pendapat pro dan kontra terhadap kehadiran investasi asing,
namun secara teoretis kiranya dapat dikemukakan, bahwa kehadiran investor
asing di suatu negara mempunyai manfaat yang cukup luas (multiplier effect).
Menurut Hendrik Budi Untung dalam bukunya manfaat investasi yakni: 31
“kehadiran investor asing dapat menyerap tenaga kerja di negara penerima
modal, dapat menciptakan demand bagi produk dalam negeri sebagai
bahan baku, menambah devisa apalagi investor asing yang berorientasi
ekspor, dapat menambah penghasilan negara dari sektor pajak, adanya alih
teknologi (transfer of technology) maupun alih pengetahuan (transfer of
know how)”.
Dilihat dari sudut pandang ini terlihat bahwa, kehadiran investor cukup
berperan dalam pembangunan ekonomi di daerah di mana FDI menjalankan
aktivitasnya. Arti pentingnya kehadiran investor asing dikemukakan oleh Gunarto
Suhardi:
“Investasi langsung lebih baik jika dibandingkan dengan investasi
portofolio, karena langsung lebih permanen. Selain itu, investasi langsung:
a. memberikan kesempatan kerja bagi penduduk;
b. mempunyai kekuatan penggandaan dalam ekonomi lokal;
c. memberikan residu baik berupa peralatan maupun alih teknologi;
d. apabila produksi diekspor memberikan jalan atau jalur pemasaran yang
dapat dirunut oleh pengusaha lokal di samping seketika memberikan
tambahan devisa dan pajak bagi negara;

31

Hendrik Budi Untung, Op.cit.,hlm. 41-42.

Universitas Sumatera Utara

33

e. lebih tahan terhadap fluktuasi bunga dan valuta asing;
f. memberikan perlindungan politik dan keamanan wilayah karena bila
investor berasal dari negara kuat niscaya bantuan keamanan juga akan
diberikan”. 32
Adapun tujuan diselenggarakannya penanaman modal, dijabarkan dalam
Pasal 3 ayat (2) UUPM, sebagai berikut:
a. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional;
b. Menciptakan lapangan kerja;
c. Meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan;
d. Meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha nasional;
e. Meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional;
f. Mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan;
g. Mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dengan
menggunakan dana yang berasal baik dari dalam negeri maupun luar
negeri; dan
h. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 33
Dengan adanya tujuan diselenggarakannya penanaman modal sebagaimana
yang dijabarkan dalam Pasal 3 ayat (2) di atas, dapat dilihat bahwa pembentuk
undang-undang telah menggariskan suatu kebijakan jangka panjang yang harus
diperhatikan oleh berbagai pihak yang terkait dengan dunia investasi. Dalam
ketentuan tersebut telah dijabarkan secara limitatif, tujuan yang hendak dicapai.

32
33

Ibid.,
Pasal 3 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal

Universitas Sumatera Utara

34

Survey yang dilakukan oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal
(BKPM) menunjukkan adanya peningkatan investasi pada semester I pada tahun
2015 yakni Penanaman Modal Asing tumbuh 16,1 persen dibanding periode yang
sama tahun sebelumnya menjadi Rp 174,2 triliun. Tak kalah dengan itu,
penanaman modal yang dilakukan oleh investor dalam negeri pun naik 17,4
persen menjadi Rp 85,5 triliun. Berdasarkan data PMDN mengalami pertumbuhan
lebih tinggi dibanding PMA. Data yang diperoleh dari BPS tersebut menunjukkan
adanya keadaan yang baik dalam kegiatan investasi dewasa ini secara
keseluruhan. 34
Tabel 2. Realisasi Investasi Semester I Periode 2011-2015
300
250
200
150
100
50
0

PMDN
PMA
Total
SI-2011

dalam triliun
rupiah

SI-2011

SI-2012

SI-2013

SI-2014

SI-2015

SI-2012

SI-2013

SI-2014

SI-2015

PMDN
33 T
40,50 T
PMA
82,6 T
108,46 T
Total
115,60 T
148,96 T
Sumber : BKPM, diolah Bareksa.

60,60 T
135,21 T
195,81 T

72,82 T
150,00 T
222,82 T

85,40 T
174,30 T
259,70 T

Namun, jika dilihat kebelakang kejadian krisis ekonomi yang melanda
Indonesia pada tahun 1998, penanaman modal di Indonesia semakin menurun
pada saat itu. Banyaknya perusahaan yang tutup akibat krisis tersebut
menimbulkan ketidakpastian perekonomian dunia dan berdampak buruk bagi
perekonomian Indonesia terutama terhadap segi penanaman modal.
34

http://microsite.detik.com/display/bareksa/index.php?page=read&read=6 diakses 1 Juni

2016.

Universitas Sumatera Utara

35

Untuk mengembalikan kepercayaan dan agar bisa memenuhi harapan
investor, semua elemen dituntut untuk segera menciptakan iklim yang kondusif
untuk berinvestasi. Menyadari akan pentingnya penanaman modal asing,
pemerintah Indonesia ternyata telah berusaha menciptakan iklim penanaman
modal yang dapat menarik modal asing masuk ke Indonesia. Usaha-usaha tersebut
antara lain adalah dengan mengeluarkan peraturan-peraturan tentang penanaman
modal asing dan kebijakan-kebijakan yang menguntungkan bagi kepentingan
negara dan investor. Sehingga data pertumbuhan yang telah disebutkan tadi di atas
dapat lebih menunjukkan peningkatan prestasi yang signifikan dan pada akhirnya
dapat menyerap banyak tenaga kerja dalam upaya mengentaskan kemiskinan.
Beberapa upaya implementasi pemerintah dalam mewujudkan iklim
investasi yang kondusif disebutkan dalam kebijakan-kebijakan ekonomi yang
sudah ada sampai saat ini, diantaranya meliputi :
1.

Kebijakan Ekonomi Jilid I, yaitu dorongan terhadap daya saing industri
nasabah melalui deregulasi, penegakan hukum dan kepastian usaha.

2.

Kebijakan Ekonomi Jilid II, yaitu adanya upaya meningkatkan investasi
bentuknya berupa deregulasi dan debirokratisasi untuk mempermudah
investasi baik penanaman modal dalam negeri maupun penanaman modal
asing. Untuk menarik penanaman modal terobosan kebijakan yang akan
dilakukan adalah memberikan layanan cepat dalam bentuk pemberian izin
investasi dalam waktu 3 jam dikawasan industri. Dengan mengantongi izin
tersebut, investor sudah bisa langsung melakukan kegiatan investasi.

Universitas Sumatera Utara

36

3.

Kebijakan Ekonomi Jilid III, yaitu memperbaiki dan mempermudah iklim
usaha, serta memperjelas pengurusan perizinan dan syarat berusaha di
Indonesia.

4.

Kebijakan Ekonomi Jilid IV, yaitu terfokus kepada kesejahteraan pekerja,
antara lain formula upah minimum provinsi (UMP), memperluas
penyaluran kredit usaha rakyat (KUR), khususnya bagi pekerja yang
terkena PHK dan pemberian kredit modal kerja untuk usaha mikro, kecil
dan menengah.

5.

Kebijakan Ekonomi Jilid V, yaitu revaluasi aset untuk perusahaan dan
badan usaha milik negara (BUMN) serta individu. Selain itu juga
menghilangkan pajak berganda untuk real estate investment trust (REIT).

6.

Kebijakan Ekonomi Jilid VI, ada 3 kebijakan deregulasi yang dikeluarkan
yakni:
a. Upaya menggerakkan perekonomian di wilayah pinggiran melalui
pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK),
b. Penyediaan air untuk masyarakat secara berkelanjutan dan berkeadilan,
c. Proses cepat (Paperless) Perizinan Impor Bahan Baku Obat.

7.

Kebijakan Ekonomi Jilid VII, ada 3 hal yang menjadi fokus utama dalam
paket kebijakan ini. Ketiga hal itu terkait tentang :
a.

Insentif pajak kepada industri padat karya,

b.

Kemudahan bagi industri tertentu yang mempekerjakan karyawan
dalam jumlah besar,

c.

percepatan penerbitan sertifikat tanah.

Universitas Sumatera Utara

37

8.

Kebijakan Ekonomi Jilid VIII, meliputi 3 hal yaitu :
a. Kebijakan satu peta nasional (one map policy) dengan skala 1:50.000
b. Membangun ketahanan energi melalui percepatan pembangunan dan
pengembangan kilang minyak di dalam negeri,
c. Insentif bagi perusahaan jasa pemeliharaan pesawat (maintenance,
repair and overhoul/MRO).

9.

Kebijakan Ekonomi Jilid IX, yaitu memfokuskan dalam percepatan
pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan, dan stabilisasi pasokan dan
harga daging sapi serta pengembangan logistik dari desa ke global.

10.

Kebijakan Ekonomi Jilid X, Pemerintah menambah 19 bidang usaha yang
dicadangkan untuk Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Koperasi
(UMKMK). Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution
menjelaskan, ke-19 bidang usaha itu tercakup dalam kegiatan jenis usaha
jasa bisnis/jasa konsultasi konstruksi yang menggunakan teknologi
sederhana/madya dan/atau resiko kecil/sedang dan/atau nilai pekerjaan
kurang dari Rp 10 milyar.

11.

Kebijakan Ekonomi Jilid XI, Pemerintahan Presiden Joko Widodo terus
berusaha mempercepat laju roda perekonomian nasional karena itu
keluarnya kebijakan jilid xi ini bertujuan untuk memberi stimulus terhadap
perekonomian nasional. Kali ini, kebijakan pemerintah menyentuh
beberapa sektor yang melibatkan pengusaha kecil maupun industri yakni
diantaranya Kredit Usaha Rakyat Berorientasi Ekspor (KURBE), Fasilitas
Pajak Penghasilan dan Bea Perolehan Atas Hak Tanah dan Bangunan

Universitas Sumatera Utara

38

(BPHTB) untuk penerbitan Dana Investasi Real Estat (DIRE), Sektor
Logistik, Pengembangan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan.
12.

Kebijakan Ekonomi Jilid XII, merupakan paket kebijakan terakhir yang
diumumkan oleh Presiden Joko Widodo pada hari Kamis, 28 April 2016,
di Istana Kepresidenan, Jakarta. Kebijakan jilid XII ini menekankan
pentingnya menaikkan peringkat Ease of Doing Business (EODB) atau
Kemudahan Berusaha Indonesia hingga ke posisi 40. Untuk itu harus
dilakukan sejumlah perbaikan, bahkan upaya ekstra, baik dari aspek
peraturan maupun prosedur perizinan dan biaya, agar peringkat
kemudahan berusaha di Indonesia – terutama bagi UMKM, semakin
meningkat.
Paket yang pertama mengenai upaya untuk menggerakkan perekonomian

di wilayah pinggiran dengan pengembangan KEK. Secara sederhananya, melalui
paket ini ada beberapa kawasan di daerah yang ditetapkan menjadi kawasan
ekonomi khusus yang tujuan utamanya adalah mengolah sumber daya yang ada di
wilayah itu dan sekitarnya.
Tujuan dan manfaat yang diharapkan dari kebijakan ini adalah untuk
memberikan kepastian dan juga daya tarik bagi penanaman modal sehingga
menciptakan lapangan kerja dan memberikan penghasilan bagi para pekerja di
wilayah masing-masing. 35

35

http://ksp.go.id/ini-paket-kebijakan-ekonomi-jilid-6/ diakses pada 7 April 2016 pukul
22.00 WIB

Universitas Sumatera Utara

39

C.

Kebijakan Dasar Penanaman Modal
Masuknya modal asing dalam perekonomian Indonesia merupakan

tuntutan

keadaan

baik

ekonomi

maupun

politik.

Penghimpunan

dana

pembangunan perekonomian Indonesia melalui investasi modal secara langsung
sangat baik dibandingkan dengan penarikan dana internasional lainnya seperti
pinjaman luar negeri. 36
Modal asing yang dibawa oleh investor merupakan hal yang penting
sebagai alat untuk mengintegrasikan ekonomi global. Selain itu, kegiatan ekonomi
akan memberikan dampak positif bagi negara penerima modal seperti mendorong
pertumbuhan bisnis, adanya suplai teknologi dan investor baik dan bentuk proses
produksi maupun permesinan dan penciptaan lapangan kerja. 37
Washington Post dalam artikelnya menyebutkan kurangnya sistem hukum
yang pasti di Indonesia merupakan faktor utama mengapa investor pergi.
Kurangnya kepercayaan investor membuat perginya modal asing yang sangat
dibutuhkan oleh Indonesia untuk memperbaiki kondisi perekonomian yang belum
pulih akibat krisis finansial Asia tahun 1997-1998. Investor asing juga sering
mengeluh bahwa mereka sering kali dijadikan subjek tuntutan sewenang-wenang
oleh pejabat pemerintah, petugas pajak, dan mitra lokal. 38
Kepastian hukum itu sendiri bagi investor adalah tolok ukur untuk
menghitung risiko. Bagaimana risiko dapat dikendalikan dan bagaimana

36

DeiissaA.,Ridgway, & MariyaA., Talib, Spring 2003, Globalization and Development:
Yulianto Syahyu, PertumbuhanInvestasi Asing di Kepulauan Batam: Antara Dualisme
Kepemimpinan dan Ketidakpastian Hukum, Jurnal Hukum Bisnis, Vol. 22-No. 5, (Jakarta:
Yayasan Pengembangan Hukum Bisnis, 2003), him. 46.
38
Ibid.,
37

Universitas Sumatera Utara

40

penegakan hukum terhadap risiko. Jika penegakan hukum tidak mendapat
kepercayaan dari investor maka hampir dapat dipastikan investor tidak akan
berspekulasi di tengah ketidakpastian. Berbagai peraturan perundang-undangan
tidak akan berarti tanpa ada jaminan legal certainty atau kepastian hukum atas
keputusan yang ditetapkan. Dalam dunia usaha, pelaku usaha memerlukan syarat
esensial ketika berbisnis; dan prasyarat bagi setiap transaksi bisnis, yaitu adanya
kepastian hukum (legal certainty). 39
Ketidakpastian hukum dapat terjadi dalam berbagai bentuk. Kebijakan
atau peraturan perundang-undangan yang bertentangan dengan peraturan di
atasnya, atau aturan yang dibuat tidak mengindahkan peraturan atau tidak
mencabut peraturan sebelumnya untuk aspek yang sama. Terkadang juga
peraturan dibuat berlaku surut, proses pengambilan keputusan pejabat negara yang
tidak konsisten dan tidak transparan. Semua hal tersebut membuat pengusaha atau
investor merasa berada di persimpangan jalan, menimbulkan perasaan tidak hanya
kepastian hukum dan ketidakpastian usaha. 40
Pada Pasal 4 ayat (1) UUPM Bab III tentang Kebijakan Dasar Penanaman
Modal dinyatakan bahwa pemerintah menetapkan kebijakan dasar penanaman
modal untuk :

39

Ningrum Natasya Sirait, Mencermati Undang-Undang Nomor 5 tahun 1999 dalam
Memberikan Kepastian Hukum Bagi Pelaku Usaha, Jurnal Hukum Bisnis, Volume 22 (Jakarta:
Yayasan Pengembangan Hukum Bisnis, 2003), hlm .60.
40
Ridwan Khairandy, Peranan Perusahaan Penanaman Modal Asing Joint Venture
dalam Alih Teknologi di Indonesia, Jurnal Hukum Bisnis, Volume 22 Nomor 5, (Jakarta: Yayasan
Pengembangan Hukum Bisnis, 2003) hlm. 51.

Universitas Sumatera Utara

41

a.

mendorong terciptanya iklim usaha nasional yang kondusif bagi
penanaman modal untuk penguatan daya saing perekonomian nasional;
dan

b.

mempercepat peningkatan penanaman modal
Sebagaimana dalam menetapkan kebijakan dasar berdasarkan pada ayat

(1) diatas, maka Pemerintah:
a. memberikan perlakuan yang sama bagi penanaman modal dalam negeri
dan penanaman modal asing dengan tetap memperhatikan kepentingan
nasional;
b. menjamin kepastian hukum, kepastian berusaha, dan keamanan berusaha
bagi penanaman modal sejak proses pengurusan perizinan sampai dengan
berakhirnya kegiatan penanaman modal sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan; dan
c. membuka kesempatan bagi perkembangan dan memberikan perlindungan
kepada usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi. 41
Apa yang dimaksud dengan “perlakuan yang sama” adalah bahwa
Pemerintah tidak membedakan perlakuan terhadap penanam modal yang telah
menanamkan modalnya di Indonesia, kecuali ditentukan lain oleh ketentuan
peraturan perundang-undangan. Kebijakan dasar sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan ayat (2) diwujudkan dalam bentuk Rencana Penanaman Modal.
Undang-Undang Penanaman Modal juga mengatur tentang penerapan
perlakuan yang sama dalam pengertian the most favoured nations, sebagaimana
41

Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.

Universitas Sumatera Utara

42

ditegaskan dalam Pasal 6 ayat (1) yakni pemerintah memberikan perlakuan yang
sama kepada semua penanam modal yang berasal dari negara manapun yang
melakukan kegiatan penanaman modal di Indonesia sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Artinya, pada prinsipnya pemerintah Indonesia
tidak akan memberikan perlakuan khusus atau perlakuan yang lebih baik terhadap
satu investor dari negara tertentu dibandingkan dengan investor dari negara
lainnya. Namun, perlakuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku
bagi penanam modal dari suatu negara yang memperoleh hak istimewa
berdasarkan perjanjian dengan Indonesia. Artinya, hak istimewa yang dimaksud
antara lain hak istimewa yang berkaitan dengan kesatuan kepabeanan, wilayah
perdagangan bebas, pasar bersama (common market), kesatuan moneter,
kelembagaan yang sejenis, dan perjanjian antara Pemerintah Indonesia dan
pemerintah asing yang bersifat bilateral, regional, atau multilateral yang berkaitan
dengan hak istimewa tertentu dalam penyelenggaraan penanaman modal. Maka,
apabila

Indonesia

menandatangani/meratifikasi

sebuah

perjanjian/konvensi

dengan negara lain khususnya dibidang perdagangan maka the most favoured
nations tersebut tidak berlaku bagi negara yang menjadi partner dalam
penanaman modal.
Berdasarkan penjelasan di atas, tampak kepastian hukum sebagaimana
tertera dalam Pasal 3 ayat (1) UUPM mengandung persamaan dengan supremasi
hukum. Supremasi hukum yang memiliki makna sebagai pimpinan dalam
menjalankan kehidupan yang apabila tercapai akan menghasilkan beberapa hal
seperti menciptakan keadilan sosial, menjaga nilai moral bangsa, serta

Universitas Sumatera Utara

43

memberikan jaminan perlindungan. Isu supremasi hukum yang berkembang
bersamaan dengan urgensi adanya hukum pada dasarnya bertujuan: pertama,
mewujudkan keadilan (teoretis). Dalil-dalil Aristoteles menunjukkan, keadilan
tercapai karena setiap orang diberikan bagian sesuai jasanya dan diberikan bagian
yang sama tanpa memperhatikan jasanya; kedua, dalam rangka memberikan
manfaat (teori utilitas). Dalam hal ini hukum bertujuan mewujudkan kebahagiaan
sebanyak mungkin orang. Kebahagiaan ini terwujud apabila setiap orang
memperoleh kesempatan sama dibarengi penciptaan ketertiban. Syarat terakhir ini
melahirkan kebutuhan mengenai kepastian hukum. 42 Supremasi hukum dan
kepastian hukum tampak memiliki hubungan saling melengkapi.
D.

Syarat-Syarat dalam Penanaman Modal

1.

Syarat Bentuk-Bentuk Usaha Penanaman Modal
Bentuk-bentuk badan usaha dalam penanaman modal di atur dalam UUPM

Pasal 5 Angka 1 dan 2 Bab IV tentang Bentuk Badan Usaha dan Kedudukan,
yakni merumuskan bahwa penanaman modal dalam negeri dapat dilakukan dalam
bentuk badan usaha yang berbentuk badan hukum, tidak berbadan hukum, atau
usaha perseorangan, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Sedangkan penanaman modal asing wajib dalam bentuk perseroan terbatas
berdasarkan hukum Indonesia dan berkedudukan di dalam wilayah negara
Republik Indonesia, kecuali ditentukan oleh undang-undang.
Badan usaha yang berbentuk badan hukum terdiri atas :

42

Putu Sudarma Sumadi, Supremasi Hukum: Validitas Proses Pembentukan dan
Konsistensi Dalam Penerapan Hukum, orasi ilmiah disampaikan pada upacara peringatan dies
natalis ke-37 Universitas Mahendradatta 29 September 1999, hlm. 1.

Universitas Sumatera Utara

44

a.

Perseroan Terbatas (PT)
(1) Memiliki ketentuan minimal modal dasar, dalam UU 40 tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas oleh PMDN minimum dasar PT yaitu Rp
50.000.000,- (lima puluh juta rupiah). Minimal 25% dari modal dasar telah
disetorkan ke dalam PT. Berbeda dengan PT. PMA untuk investasi kurang
lebih Rp 10.000.000.000,- (sepuluh miliar rupiah);
(2) Pemegang saham hanya bertanggung jawab sebatas saham yang
dimilikinya;
(3) Berdasarkan peraturan perundang-undangan tertentu diwajibkan agar suatu
badan usaha berbentuk PT.

b.

Koperasi
(1) Beranggotakan orang-seorang atau badan hukum Koperasi dengan
melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai
gerakan ekonomi rakyat berdasar atas asas kekeluargaan.
(2) Sifat keanggotaan koperasi yaitu sukarela bahwa tidak ada paksaan untuk
menjadi anggota koperasi dan terbuka bahwa tidak ada pengecualian untuk
menjadi anggota koperasi.
Bentuk badan usaha yang bukan berbentuk badan hukum terdiri atas :

a.

Persekutuan Perdata
(1) Suatu perjanjian di mana dua orang atau lebih mengikatkan diri untuk
memasukkan sesuatu ke dalam persekutuan dengan maksud untuk
membagi keuntungan yang terjadi karenanya;
(2) Para sekutu bertanggung jawab secara pribadi atas Persekutuan Perdata.

Universitas Sumatera Utara

45

b.

Firma
(1) Suatu Perseroan yang didirikan untuk melakukan suatu usaha di bawah
nama bersama;
(2) Para anggota memiliki tanggung jawab renteng terhadap Firma.

c.

Persekutuan Komanditer (CV)
(1) Terdiri dari Persero Aktif dan Persero Pasif/Komanditer.
(2) Persero Aktif bertanggung jawab sebesar modal yang telah disetorkan ke
dalam CV.
Sedangkan untuk penanaman modal asing dalam Pasal 5 Angka 2 Undang-

Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal merumuskan bahwa
badan usaha untuk penanaman modal asing wajib dalam bentuk perseroan terbatas
berdasarkan hukum Indonesia dan berkedudukan di wilayah Negara.
2.

Syarat Perizinan
Berdasarkan Peraturan Kepala BKPM Nomor 14 tahun 2015 tentang

Pedoman dan Tata Cara Perizinan dan Non-perizinan Penanaman Modal
didefinisikan bahwa Izin Prinsip Penanaman Modal, yang selanjutnya disebut izin
Prinsip yang wajib dimiliki dalam rangka memulai usaha. Izin Prinsip diperlukan
oleh perusahaan yang membutuhkan fasilitas dan bidang usaha mendapat fasilitas
fiskal sehingga wajib diajukan oleh investor.
Bagi penanaman modal asing (PMA), Izin Prinsip baru dapat diajukan
setelah perusahaan membentuk badan hukum Indonesia yaitu berbentuk perseroan
terbatas (PT). Namun bila perusahaan PMA tidak membutuhkan fasilitas fiskal
(pembebasan bea masuk, PPN dan PPh) walaupun bidang usahanya memperoleh

Universitas Sumatera Utara

46

fasilitas tersebut, penanam modal asing tidak perlu memiliki Izin Prinsip. Karena
itu, bila investor asing menganggap bidang usahanya membutuhkan fasilitas
fiskal, pengajuan Permohonan Izin Prinsip Penanaman Modal dapat langsung
dilakukan belum memiliki Pendaftaran Penanaman Modal.
Sama halnya dengan penanam modal dalam negeri, jika merasa
membutuhkan fasilitas pada bidang usaha yang memang memungkinkan
mendapat fasilitas tersebut, ia juga wajib memiliki Izin Prinsip. Namun jika
investor PMDN merasa tidak membutuhkan fasilitas fiskal tidak perlu
mengajukan Permohonan Izin Prinsip Penanaman Modal. Bagi Investor dalam
negeri perusahaan perorangan yang ingin memperoleh Izin Prinsip, ia harus
memiliki akta pengesahan pendirian perusahaan atau Kartu Tanda Penduduk
(KTP) serta NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak).
Berbeda dengan pelayanan yang diberikan penanam modal dalam negeri.
PMA hanya dapat mengajukan Permohonan Izin Prinsip Penanaman Modal
kepada PTSP BKPM karena merupakan lingkup kewenangan pemerintah.
Sementara PMDN secara prosedur mengajukan permohonan izin prinsip kepada
PTSP Kabupaten bila proyek berlokasi di satu kabupaten dan kepada PTSP
provinsi ketika proyek berlokasi lintas Kabupaten/Kota atau ke BKPM bila
proyek berlokasi lintas provinsi. Sementara masa berlakunya izin prinsip lima
tahun sampai mendapat izin usaha setelah berproduksi komersial. Masa
berlakunya izin prinsip PMDN dan PMA selama perusahaan masih melakukan
operasinya.

Universitas Sumatera Utara

47

Permohonan Izin Prinsip diajukan dengan mengisi formulir izin prinsip
baik dalam bentuk hardcopy maupun softcopy sesuai investor module BKPM.
Permohonan Izin Prinsip disampaikan langsung oleh direksi perusahaan
bersangkutan, dan jika berhalangan dapat menguasakan kepada pihak lain disertai
surat kuasa asli.
3.

Syarat Bidang Usaha
Setiap pengaplikasian penanaman modal selalu berkaitan dengan bidang

usaha penanaman modal. Mengenai bidang-bidang usaha penanaman modal telah
diatur dalam Pasal 12 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman
Modal yang pada prinsipnya menentukan bahwa semua bidang usaha atau jenis
usaha terbuka bagi kegiatan penanaman modal, kecuali bidang usaha atau jenis
usaha yang dinyatakan tertutup dan terbuka dengan persyaratan.
Bidang usaha yang tertutup bagi penanam modal asing adalah :
a.

Produksi senjata, mesiu, alat peledak, dan peralatan perang; dan

b.

Bidang usaha yang secara eksplisit dinyatakan tertutup berdasarkan
undang-undang.
Pemerintah berdasarkan Peraturan Presiden menetapkan bidang usaha

yang tertutup untuk penanaman modal, baik asing maupun dalam negeri, dengan
berdasarkan kriteria kesehatan, moral kebudayaan, lingkungan hidup, pertahanan
dan keamanan nasional, serta kepentingan nasional lainnya. Kriteria dan
persyaratan bidang usaha yang tertutup dan yang terbuka dengan persyaratan serta
daftar bidang usaha yang tertutup dan yang terbuka dengan persyaratan masingmasing akan diatur dengan Peraturan Presiden. Pemerintah menetapkan bidang

Universitas Sumatera Utara

48

usaha yang terbuka dengan persyaratan berdasarkan kriteria kepentingan nasional,
yaitu perlindungan sumber daya alam, perlindungan pengembangan usaha mikro,
kecil, menengah dan koperasi, pengawasan produksi dan distribusi, peningkatan
badan usaha yang ditunjuk Pemerintah.
Pengaturan bidang usaha penanaman modal dalam Peraturan Presiden
Nomor 39 tahun 2014 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang
Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal, mengatur
tentang beberapa hal yakni :
a.

Bidang usaha yang tertutup merupakan bidang usaha tertentu yang
dilarang diusahakan sebagai kegiatan penanaman modal

b.

Bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan adalah bidang usaha
tertentu yang dapat diusahakan sebagai kegiatan penanaman modal dengan
syarat tertentu, yaitu bidang usaha yang dicadangkan untuk Usaha Mikro,
Kecil, Menengah dan Koperasi, bidang usaha yang dipersyaratkan dengan
kemitraan, bidang usaha yang dipersyaratkan kepemilikan modalnya,
bidang usaha yang dipersyaratkan dengan lokasi tertentu, dan bidang usaha
yang dipersyaratkan dengan perizinan khusus.

c.

Penanaman modal pada bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan
harus memenuhi persyaratan lokasi sebagaimana diatur dalam peraturan
perundang-undangan yang berlaku di bidang tata ruang dan lingkungan
hidup.

d.

Dalam hal terjadi perubahan kepemilikan modal akibat penggabungan,
pengambilalihan, atau peleburan dalam perusahaan penanaman modal

Universitas Sumatera Utara

49

yang bergerak di bidang usaha yang sama, berlaku ketentuan sebagai
berikut :
(1) Batasan kepemilikan modal penanam modal asing dalam perusahaan
penanaman modal yang menerima penggabungan adalah sebagaimana
yang tercantum dalam surat persetujuan perusahaan tersebut.
(2) Batasan kepemilikan modal penanam modal asing dalam perusahaan
penanaman modal yang mengambil alih adalah sebagaimana tercantum
dalam surat persetujuan perusahaan tersebut.
(3) Batasan kepemilikan modal penanam modal asing dalam perusahaan baru
hasil peleburan adalah sebagaimana ketentuan yang berlaku pada saat
terbentuknya perusahaan baru hasil peleburan dimaksud.
Dalam hal penanaman modal asing melakukan perluasan kegiatan usaha
dalam bidang usaha yang sama dan perluasan kegiatan usaha tersebut
membutuhkan penambahan modal melalui penerbitan saham dengan hak
memesan efek terlebih dahulu (right issue) dan penanam modal dalam negeri
tidak dapat berpartisipasi dalam penambahan modal tersebut, maka berlaku
ketentuan mengenai hak mendahului bagi penanam modal asing, sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perseroan terbatas.
4.

Syarat Modal
Peraturan mengenai modal dalam UUPM mengatur bahwa Modal adalah

aset dalam bentuk uang atau bentuk lain yang bukan uang yang dimiliki oleh
penanam modal yang mempunyai nilai ekonomis. Modal dalam penanaman modal
terbagi atas:

Universitas Sumatera Utara

50

a.

Modal asing, yakni modal yang dimiliki oleh Negara asing, badan usaha
asing, badan hukum asing, dan/ atau seluruh modalnya dimiliki oleh pihak
asing.

b.

Modal dalam negeri adalah modal yang dimiliki oleh Negara Republik
Indonesia, perseorangan warga Negara Indonesia, atau badan usaha yang
berbentuk badan hukum atau tidak berbadan hukum.
Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 1992 tentang Persyaratan Pemilikan

Saham Dalam Perusahaan Penanaman Modal Asing mengatur bahwa perusahaan
yang didirikan dalam rangka penanaman modal asing, selanjutnya disebut
Perusahaan PMA, pada dasarnya berbentuk usaha patungan dengan persyaratan
bahwa pemilikan modal saham peserta Indonesia dalam perusahaan patungan
tersebut sekurang-kurangnya 20% (dua puluh persen) dari seluruh nilai modal
saham perusahaan-perusahaan pada waktu pendirian perusahaan patungan, dan
ditingkatkan menjadi sekurang-kurangnya 51% (lima puluh satu persen) dalam
waktu 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak perusahaan berproduksi secara
komersial sebagaimana tercantum dalam izin usahanya.
Perusahaan PMA dapat didirikan dengan jumlah modal yang ditanamkan
sekurang-kurangnya US $ 250.000.- (dua ratus lima puluh ribu dollar Amerika
Serikat) apabila memenuhi salah satu persyaratan sebagai berikut :
a.

padat karya dengan jumlah tenaga kerja langsung sekurang-kurangnya 50
(lima puluh) orang, dan:
(1) sekurang-kurangnya 65% (enam puluh lima persen) hasil produksi untuk
diekspor; atau

Universitas Sumatera Utara

51

(2) menghasilkan bahan baku atau bahan penolong atau barang setengah jadi
atau komponen untuk memenuhi kebutuhan industri lain;
b.

melakukan kegiatan dibidang usaha jasa tertentu sesuai dengan peraturan
perundang-undagan yang berlaku.
Perusahaan PMA yang memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam ayat

(1) huruf a dapat didirikan dengan persyaratan bahwa pemilikan modal saham
peserta Indonesia pada saat perusahaan didirikan sekurang-kurangnya 5% (lima
persen) dari seluruh nilai modal saham perusahaan pada saat didirikan dan
ditingkatkan menjadi sekurang-kurangnya 20% (dua puluh persen) dari seluruh nilai
modal saham perusahaan dalam jangka waktu 10 (sepuluh) tahun terhitung sejak
perusahaan berproduksi secara komersial sebagaimana tercantum dalam izin
usahanya.
Modal saham peserta Indonesia sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
ditingkatkan lagi menjadi sekurang-kurangnya 51% (lima puluh satu perseratus) dari
seluruh nilai modal saham perusahaan dalam waktu 20 (dua puluh) tahun terhitung
sejak perusahaan berproduksi secara komersial.
Perusahaan PMA dapat pula didirikan dengan modal saham yang seluruhnya
dimiliki oleh peserta asing, dengan syarat: 43
a.

berlokasi di Kawasan Berikat;

b.

seluruh hasil produksinya untuk ekspor.

43

Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1992 tentang Persyaratan Pemilikan Saham
Dalam Perusahaan Penanaman Modal Asing, Pasal 2-5.

Universitas Sumatera Utara

52

Dalam waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak perusahaan berproduksi
komersial, sekurang-kurangnya 5% (lima perseratus) dari seluruh nilai modal
sahamnya wajib dijual kepada Warga Negara Indonesia atau badan hukum yang
modal sahamnya dimiliki oleh Warga Negara Indonesia atau badan-badan tertentu
yang diberi perlakuan sama dengan Warga Negara Indonesia, sebagai peserta
Indonesia. Penguasaan dan pemilikan tanah untuk perusahaan PMA yang
berlangsung di Kawasan Berikat sepenuhnya dilakukan dengan memperhatikan
ketentuan perundang-undangan mengenai pertanahan bagi usaha di lingkungan
Kawasan Berikat.

5.

Syarat Kepemilikan Saham
Dengan terjadinya perubahan struktur politik dan ekonomi di berbagai

bagian dunia, serta meluasnya globalisasi perekonomian dunia, banyak negara
yang dulunya sangat tertutup bagi penanaman modal asing, sekarang telah
membuka kesempatan yang sebesar-besarnya kepada modal asing dalam rangka
meningkatkan kesempatan kerja, pertumbuhan dan memperluas kegiatan
ekonominya.
Keadaan tersebut telah menimbulkan persaingan yang semakin tajam
dalam penanaman modal asing untuk peningkatan dan perluasan investasi.
Perubahan di berbagai belahan dunia dimaksud berlangsung dengan cepat,
sehingga mendorong banyak negara melakukan efisiensi perekonomiannya agar
kelangsungan peningkatan dan perluasan investasi serta peningkatan produktivitas
dapat terjamin.

Universitas Sumatera Utara

53

Keadaan ini telah menimbulkan persaingan yang sangat tajam dalam
perdagangan dunia. Keadaan seperti diatas berlangsung bersamaan dengan upaya
bangsa Indonesia lebih meningkatkan dan memperluas kegiatan ekonomi serta
memperbaharui pembangunan nasionalnya dengan memberikan peranan yang
yang semakin besar kepada masyarakat dan dunia usaha dalam pembiayaan
pembangunan.
Untuk mendorong partisipasi masyarakat dan dunia usaha dalam
meningkatkan daya saing dalam investasi dan perdagangan dunia serta alih
teknologi,

kemampuan

managerial

dan

modal

agar

semakin

mampu

meningkatkan investasi, pertumbuhan dan perluasan kegiatan ekonomi di
berbagai daerah, maka dipandang perlu memberikan perangsang yang lebih
menarik terhadap penanaman modal asing. Guna mencapai sasaran dimaksud,
maka dipandang perlu melakukan penyempurnaan terhadap ketentuan pemilikan
saham dalam perusahaan yang didirikan dalam rangka penanaman modal asing. 44
Sejak diundangkannya Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 1994
tentang Pemilikan Saham dalam Perusahaan yang Didirikan dalam Rangka
Penanaman Modal Asing yang merupakan salah satu bagian dari kelengkapan
Undang-Undang Penanaman Modal Asing, kegiatan penanaman modal di
Indonesia, khususnya penanaman modal asing, telah cukup berkembang dengan
baik dan mampu memberikan kontribusi dalam mendukung pembangunan
nasional.

44

Penjelasan Umun pada Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1994 tentang Pemilikan
Saham dalam Perusahaan yang didirikan dalam Rangka Penanaman Modal Asing.

Universitas Sumatera Utara

54

Namun demikian sejak pertengahan tahun 1997 di berbagai negara telah
terjadi perubahan keadaan ke arah kemunduran perekonomian yang disebut
sebagai krisis ekonomi, yang terjadi pula di Negara Indonesia. Dalam rangka
mempercepat pemulihan perekonomian nasional Indonesia akibat krisis tersebut,
diperlukan

langkah

kebijakan

reformasi,

khususnya

kebijakan

dibidang

penanaman modal untuk meningkatkan dan memperluas kegiatan ekonomi serta
memperbaharui pembangunan nasional dengan memberikan peranan yang
semakin besar kepada masyarakat dan dunia usaha dalam pembiayaan
pembangunan nasional. Tampaknya pemerintah menyadari bahwa perkembangan
dunia bisnis khususnya dalam menarik investasi semakin kompetitif. Untuk itu
pada tahun 2001 pemerintah pun kembali menyesuaikan ketentuan penanaman
modal asing, yakni dengan menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 83 Tahun
2001 Tentang Pemilikan Saham dalam Perusahaan Yang Didirikan Dalam Rangka
Penanaman Modal Asing (PP No.83/2001). Dalam pertimbangan dikeluarkannya
PP 83/2001 disebutkan, bahwa dalam rangka lebih mempercepat peningkatan dan
perluasan kegiatan ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya,
diperlukan langkah-langkah untuk lebih mengembangkan iklim usaha yang
semakin mantap dan lebih menjamin kelangsungan penanaman modal asing.

Sehubungan dengan hal inilah maka dipandang perlu menyempurnakan
Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 1994 tentang Pemilikan Saham dalam
Perusahaan yang Didirikan dalam Rangka Penanaman Modal Asing.
Kepemilikan saham dalam penanaman modal juga diatur dalam Peraturan
Presiden Nomor 39 Tahun 2014 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan

Universitas Sumatera Utara

55

Bidang Usaha yang Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal
dalam Pasal 6 menyatakan bahwa dalam hal terjadi perubahan kepemilikan modal
akibat penggabungan, pengambilalihan, atau peleburan dalam perusahaan
penanaman modal yang bergerak di bidang usaha yang sama, berlaku ketentuan
sebagai berikut :
a.

Batasan kepemilikan modal dalam penanam modal asing dalam
perusahaan penanaman modal yang menerima penggabungan adalah
sebagaimana yang tercantum dalam surat persetujuan perusahaan tersebut.

b.

Batasan kepemilikan modal penanam modal asing dalam perusahaan
penanaman modal ya