Kajian Yuridis Terhadap Kemudahan Perpajakan Bagi Investor Dalam Kawasan Ekonomi Khusus Sebagai Upaya Peningkatan Sektor Penanaman Modal Indonesia

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator penting keberhasilan suatu
negara. Negara–negara di dunia bersaing untuk dapat mewujudkan kesejahteraan
ekonomi negaranya. Fenomena ekonomi dunia yang ada sekarang ini membuat
banyak negara, termasuk Indonesia dituntut untuk mengikuti kecenderungan arus
globalisasi yang mengarah pada penduniaan dalam arti “peringkasan” atau
“perapatan” dunia (compression of the world) di bidang ekonomi. 1
Indonesia

sebagai

negara

berkembang

juga

sedang


giat-giatnya

melaksanakan pembangunan ekonomi yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, amanat yang dimaksud tertuang dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
yakni,
“Kemudian dari pada itu untuk membentuk pemerintahan Negara
Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial”
Tujuan yang secara lebih lanjut telah dijabarkan dalam Pasal 33 UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan TAP MPR Nomor
XVI/MPR Tahun 1998 tentang Politik Ekonomi dalam Rangka Demokrasi

1

Bismar Nasution, Hukum Kegiatan Ekonomi (Bandung:BooksTerrace & Library, 2009), hlm 28

1
Universitas Sumatera Utara


2

Ekonomi yang merupakan amanat konstitusi dan mendasari pembentukan
peraturan perundang-undangan di bidang perekonomian 2.
Patut disadari bahwa untuk mencapai tujuan tersebut tidak segampang
membalikkan telapak tangan, namun memerlukan kerja keras semua pihak. Sarana
yang

dipakai

dalam

mencapai

tujuan

tersebut

yakni


melalui

pranata

pembangunan, untuk melaksanakan pembangunan tersebut tidak dapat dipungkiri
membutuhkan modal yang tidak sedikit. Bila hanya mengandalkan modal dari
sumber dana pemerintah, hampir dapat dipastikan agak sulit mencapai tujuan yang
dicita-citakan oleh para pendiri republik ini. 3 Untuk dapat mengimplementasikan
hal tersebut, suatu negara dapat memanfaatkan peran investasi yang dapat
digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1. Peran Investasi dalam Negara 4
NEGARA BUTUH DANA
Untuk pembangunan

UU PM

INVESTASI

Globalisasi


Langsung

arus modal cepat

Kegiatan Investasi berpusat
di daerah kota dan kabupaten

Berdasarkan alur peran investasi diatas, penanaman modal harus menjadi
bagian dari penyelenggaraan perekonomian nasional dan ditempatkan sebagai
upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, menciptakan
2

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007, Penjelasan Umum.
Sentosa Sembiring, Hukum Investasi (Jakarta:Nuansa Aulia, 2010), hlm 34
4
Bismar Nasution, Op.cit., hlm 39
3

Universitas Sumatera Utara


3

lapangan kerja, meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional,
mendorong pembangunan ekonomi kerakyatan, serta mewujudkan kesejahteraan
masyarakat dalam suatu sistem perekonomian yang berdaya saing 5.
Keikutsertaan Indonesia dalam berbagai forum internasional seperti
AFTA, APEC, ASEAN dan lainnya adalah salah satu upaya untuk meningkatkan
perekonomian dengan membuka kerjasama ekonomi dengan negara-negara dunia.
Hal ini telah membawa implikasi yuridis antara lain dalam bidang investasi terjadi
perubahan yang cukup signifikan, yakni pembatasan-pembatasan yang selama ini
dilakukan oleh negara yang bersangkutan semakin longgar dalam arti investor
asing semakin bebas menentukan pilihan bidang investasi yang dikehendakinya 6.
Berkaitan dengan hal tersebut dapat dipahami bahwa globalisasi ekonomi
dan perdagangan bebas telah menimbulkan akibat yang begitu besar pada bidang
hukum.

Negara-negara

dunia


terlibat

dengan

globalisasi ekonomi

dan

perdagangan bebas ini, baik negara maupun yang sedang berkembang, bahkan
negara yang terbelakang sekalipun harus membuat standarisasi hukum dalam
kegiatan ekonominya. 7
Penanaman Modal di Indonesia secara yuridis diatur dalam UU No. 25
Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (selanjutnya disebut sebagai UU
Penanaman Modal). Diundangkannya peraturan tersebut membawa harapan baru
terkait pembaharuan hukum penanaman modal karena UU Penanaman Modal ini
mencabut UU Penanaman Modal Asing dan UU Penanaman Modal Dalam Negeri

5


Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal,
Penjelasan Umum.
6
Sentosa Sembiring, Op.cit., hlm 47
7
Bismar Nasution, Op.cit., hlm 29

Universitas Sumatera Utara

4

yang lama sekaligus sebagai upaya menciptakan iklim investasi yang kondusif
bagi para investor. Dengan UU Penanaman Modal ini diharapkan dapat
mengakomodasi berbagai kendala investasi yang selama ini terjadi demi
tercapainya pertumbuhan ekonomi yang lebih baik ke depan 8, sekaligus untuk
mengakomodir berbagai prinsip perjanjian Internasional yang telah disepakati
oleh Indonesia seperti WTO, AFTA, APEC, dan sebagainya.
Kegiatan Penanaman Modal sebagaimana dirumuskan dalam Pasal 1
angka 1 UU Penanaman Modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal,
baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk

melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia. Berdasarkan pengertian
yang dirumuskan oleh undang-undang tersebut, kegiatan penanaman modal dapat
dibagi menjadi 2 bentuk, yakni:
1. Penanaman Modal Asing (Foreign Direct Investment), kegiatan menanam
modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang
dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing
sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri.
2. Penanaman Modal Dalam Negeri, kegiatan menanam modal untuk melakukan
usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam
modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri.
Untuk meningkatkan investasi langsung di Indonesia, diperlukan
perubahan iklim investasi. Dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya,
khususnya yang memiliki struktur ekonomi yang relatif sama seperti Thailand,
8

Doni Kardiawan “Hukum dan Pembangunan Ekonomi:Penataan Hukum Investasi dalam upaya
mendorong investasi di Indonesia” http://www.bangka.go.id/artikel.php?id_artikel=9#_edn15
(diakses pada 31 Januari 2016, pukul 13.42 WIB)

Universitas Sumatera Utara


5

Philippina, Vietnam dan Malaysia, iklim investasi di Indonesia masih tertinggal
dalam hal menarik minat para investor. Sekalipun demikian, peringkat Indonesia
mengenai iklim investasi cenderung mengalami perbaikan dari peringkat 135 dari
175 negara pada tahun 2007 menjadi peringkat 123 dari 178 negara pada tahun
2008 (Doing Business 2008-World Bank Report) 9.
Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh Badan Koordinasi Penanaman
Modal (selanjutnya disebut BKPM), realisasi penanaman modal triwulan ketiga
dan Januari-september 2015 dibanding periode sama tahun 2014 mengalami
peningkatan apabila ditinjau dari jumlah modal yang masuk ke Indonesia yang
dapat digambarkan sebagai berikut:
Tabel 1. Realisasi Penanaman Modal triwulan
ketiga tahun 2014 dan 2015 10
Jenis Penanaman Modal Triwulan III Tahun 2014 Triwulan III Tahun 2015
Penanaman Modal Dalam
34,7%( Rp 41,6T)
34,1% (Rp 47,8T)
Negeri

Penanaman Modal Asing
65,3% (Rp 75,3)
65,9% (Rp 92,5T)

Prestasi Indonesia dalam peningkatan realisasi penanaman modal tersebut
belum dapat dikatakan sebagai hal yang membanggakan, berdasarkan data yang
disajikan oleh BKPM, perbandingan realisasi penanaman modal pada Triwulan
2014 dan Triwulan 2015 cenderung menunjukkan bahwa Pulau Jawa masih

9

Tumpal Sihaloho dan Naufa Muna,”Kajian Dampak Ekonomi Pembentukan Kawasan Ekonomi
Khusus”,http://www.kemendag.go.id/files/pdf/2013/04/25/-1366882248.pdf (diakses pada tanggal
31 Januari 2016, pukul 15:47 WIB)
10
Badan Koordinasi Penanaman Modal, Realisasi Penanaman Modal PMDN-PMA Triwulan III
dan Januari-September 2015,
http://www4.bkpm.go.id/file_uploaded/public/Bahan%20Paparan%20-%20IND%20%20TW%20III%202015.pdf (diakses pada 31 Januari 2016 Pukul 12.21WIB)

Universitas Sumatera Utara


6

mendominasi persentase penanaman modal Indonesia 11, data diatas sekaligus
menunjukkan belum meratanya upaya pembangunan di Indonesia.
Padahal dalam konstelasi perdagangan dan investasi global sebenarnya
Indonesia memiliki beberapa keunggulan yang seharusnya dapat menjadi peluang
dalam menarik investasi. Beberapa keunggulan Indonesia antara lain: 12
1. Lokasi Indonesia sangat ideal bagi pengembangan pusat logistik dan distribusi
karena dilewati oleh jalur maritim Internasional dari Eropa ke Asia, Asia
Tenggara ke Asia Utara/Amerika, dan dari Asia ke Australia.
2. Lokasi Indonesia menguntungkan sebagai pusat produksi karena terletak di
tengah pasar yang sangat besar, yaitu pasar ASEAN sekitar 500 juta pasar
Cina, sekitar 1,3 miliar jiwa, dan pasar India sekitar 1,1 miliar jiwa
3. Indonesia memiliki pasar tenaga kerja yang sangat besar dengan upah yang
kompetitif dibandingkan dengan negara-negara lain disekitarnya
Melihat kenyataan tersebut, tentu upaya peningkatan penanaman modal
khususnya penanaman modal asing di Indonesia harus terus dilakukan
sebagai upaya peningkatan penanaman modal yang merata di Indonesia. Salah
satu jalan yang ditempuh berdasarkan amanat Pasal 31 UU Penanaman Modal
adalah melalui pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (selanjutnya disebut
KEK). Perintah Pasal 31 UU Penanaman Modal menyatakan sebagai berikut 13:
(1) Untuk mempercepat pengembangan ekonomi di wilayah tertentu yang
bersifat strategis bagi pengembangan ekonomi nasioal dan untuk
menjaga keseimbangan kemajuan suatu daerah, dapat dikembangkan
kawasan ekonomi khusus”.
(2) Pemerintah berwenang menetapkan kebijakan penanaman modal
tersendiri di kawasan ekonomi.
(3) Ketentuan mengenai kawasan ekonomi khusus sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dengan Undang-undang.

11

Ibid, diakses pada 1 Februari 2016, pukul 17:49 WIB
Budi Santoso, Rencana Nasional Pembentukan Kawasan Ekonomi Khusus, dalam Buku Quo
Vadis Kawasan Ekonomi Khusus (Jakarta: Rajawali Press, 2010) hlm 13
13
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Bab
XIV Pasal 31 ayat (1)
12

Universitas Sumatera Utara

7

Pasal 31 ayat (3) UU Penanaman Modal mengatur bahwa ketentuan
mengenai Kawasan Ekonomi Khusus diatur dengan Undang-Undang. Ketentuan
tersebut menjadi dasar hukum perlunya diatur kebijakan tersendiri mengenai KEK
dalam suatu undang-undang. 14
Sejak

tahun

1970-an

banyak

negara-negara

berkembang

yang

melaksanakan pembentukan kawasan-kawasan khusus pembangunan ekonomi.
Tujuan utama dari pembentukan kawasan khusus ini adalah pengintegrasian
perusahaan-perusahaan yang beroperasi di dalamnya dengan ekonomi global,
dengan cara melindungi mereka terhadap berbagai distorsi seperti tarif dan
birokrasi

yang

berbelit-belit.

Beberapa

pertimbangan

telah

mendasari

pembangunan kawasan ekonomi khusus adalah sebagai berikut: 15
1. Pembangunan ekonomi berdasarkan good governance 16
2. Hal yang berkaitan dengan skala ekonomi dari jaringan infrastruktur modern
yang lebih ekonomis untuk dibangun dalam kawasan yang luasnya terbatas
3. Keterkaitan industri
4. Efisiensi yang ditimbulkan akibat aglomerasi industri.
Istilah baru KEK (Special Economic Zone) sebenarnya merupakan proses
metamorfosa dari beberapa bentuk kegiatan ekonomi dalam rangka menarik
investor asing seperti Free Trade Zone (kawasan perdagangan bebas), Bounded
14

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 39 tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi
Khusus, Penjelasan Umum
15
Prabowo, “Kawasan Ekonomi Khusus: Landasan Konseptual dan Pengalaman Negara-negara
lain” dalam Buku Quo Vadis Kawasan Ekonomi Khusus, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hlm 13
16
Good Governance adalah suatu bentuk manajemen pembangunan, yang disebut administrasi
pembangunan. Administrasi Pemabangunan atau Manajemen Pembangunan menempatkan peran
sentral. Pemerintah menjadi agent of Change dari suatu masyarakat (berkembang) dalam negara
berkembang. Agent of change (agen perubahan), dan karena perubahan yang di
kehendaki, planned change, maka juga disebut agent of development. Pendorong proses
pembangunan, perubahan masyarakat bangsa. Pemerintah mendorong melalui kebijaksanaankebijaksanaan dan program-program, proyek-proyek, bahkan industri-industri, dan peran
perencanaan dan budget yang penting. Perencanaan dan budget juga menstimulasi investasi sektor
swasta. Kebijakan dan persetujuan penanaman modaldi tangan pemerintah,
http://www.kemendagri.go.id/article/2014/06/12/perkembangan-paradigma-good-governance
(diakses pada 18 Februari 2016 pukul 10:39 WIB)

Universitas Sumatera Utara

8

Zone Plus sebagaimana yang telah dipraktekkan di Pulau Batam, namun dirasakan
masih belum memberikan keuntungan yang signifikan baik bagi negara Indonesia
maupun bagi para investor asing 17
Pengembangan kawasan ekonomi di Indonesia bukanlah hal yang asing.
Pasalnya pada tahun 1970 Indonesia berhasil mengembangkan Kawasan
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas melalui Undang-Undang Nomor. 4
Tahun 1970, dilanjutkan pada tahun 1972 dikembangkan pula Kawasan Berikat
(Bounded Warehouse), kemudian tahun 1989 dikembangkan Kawasan Industri,
setelah itu pada tahun 1996 dikembangkan Kawasan Pengembangan Ekonomi
Terpadu (KAPET), dan terakhir pengembangan KEK pada tahun 2009. 18
Pembentukan KEK merupakan fenomena global yang sulit dihindari,
karena KEK merupakan salah satu bentuk baru kerjasama internasional dalam
bidang perdagangan sebagai konsekuensi masuknya Indonesia menjadi anggota
berbagai organisasi perjanjian perdagangan Internasional baik GATT/WTO,
APEC, AFTA maupun IMT-GT. 19 KEK itu sendiri adalah kawasan yang secara
geografis dan jurisdiktif merupakan kawasan dimana perdagangan bebas,
termasuk kemudahan dan fasilitas duty free atas impor barang-barang modal
untuk bahan baku komoditas ekspor, dibuka seluas-luasnya. 20

17

Hasim Purba, “Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Fenomena Global: Suatu Kajian Aspek
Hukum.” Jurnal Equality Nomor 2 (Agustus 2008), hlm 123
18
Ayu Prima Lestari,”Mengenal Kawasan Ekonomi Khusus,”
http://penataanruang.pu.go.id/bulletin/upload/data_artikel/edisi3d.pdf (diakses pada 1 Februari
2016, pukul 19:34)
19
Hasim Purba, Op.cit, hal 125
20
Syarif Hidayat dan Agus Syarip Hidayat, Menghitung Peluang Menimbang Kenyataan, dalam
buku Quo Vadis Kawasan Ekonomi Khusus, (Jakarta: Rajawali Press, 2010) hlm 1

Universitas Sumatera Utara

9

Secara filosofis, pembentukan KEK tentu mempunyai peran untuk
menarik investasi sebesar-besarnya, menciptakan lapangan kerja, meningkatkan
kegiatan ekonomi daerah, dan daya saing produk unggulan daerah sehingga dapat
bersaing di dunia internasional. Dengan beroperasinya KEK, diharapkan juga
suatu daerah akan memiliki pusat pertumbuhan ekonomi (growth pool) yang dapat
menyerap banyak tenaga kerja dan menggali potensi ekonomi daerah tersebut,
karena teori pusat pertumbuhan juga bertumpu pada kepercayaan akan kekuatan
pasar bebas yang akan mempengaruhi terjadinya trickle down effect (dampak
pengaruh ke bawah) dan menciptakan spread effect (dampak penyebaran)
pertumbuhan ekonomi dari pusat-pusat pertumbuhan ke daerah lainnya. 21
Saat ini, Indonesia telah mempunyai 8 KEK, antara lain KEK Sei Mangkei
(Sumatera Utara), KEK Tanjung Api-api, KEK Tanjung Lesung, KEK Mandalika,
KEK MBTK, KEK Palu, KEK Bitung dan KEK Morotai. Setiap Kawasan
Ekonomi Khusus ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah setelah terlebih dahulu
melewati tata cara penetapan KEK yang terdapat dalam Peraturan Pemerintah No.
2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Ekonomi Khusus (selanjutnya disebut
sebagai PP Penyelenggaraan KEK). Keberadaan kedelapan kawasan dengan status
KEK tersebut diharapkan dapat menggenjot perekonomian bangsa.
Dengan pertimbangan dalam rangka meningkatkan penanaman modal
pada KEK yang dapat menunjang pengembangan ekonomi nasional dan
pengembangan ekonomi di wilayah tertentu, serta untuk meningkatkan
penyerapan tenaga kerja, pemerintah memandang perlu memberikan fasilitas dan
21

Triyono dan Ragimun: Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeu, Kawasan Ekonomi Khusus tidak
cukup dengan insentif fiskal,http://www.fiskal.kemenkeu.go.id/dw-kontenview.asp?id=20100603154230990065375 (diakses pada 2 Februari 2016, 10:51 WIB)

Universitas Sumatera Utara

10

kemudahan di KEK berupa perpajakan, kepabeanan dan cukai, lalu lintas barang,
ketenagakerjaan, keimigrasian, pertanahan, serta perizinan dan nonperizinan. 22
Fasilitas, kemudahan dan/atau insentif penanaman modal merupakan suatu
keuntungan ekonomi yang diberikan kepada sebuah perusahaan atau kelompok
perusahaan sejenis untuk mendorong agar perusahaan tersebut berperilaku atau
melakukan kegiatan yang sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan Pemerintah 23.
Berkaitan dengan pemberian fasilitas dan kemudahan tersebut, Presiden Joko
Widodo melalui Kebijakan Paket Ekonomi Jilid VI mengeluarkan kebijakan baru
bagi pengembangan KEK terutama mengenai fasilitas dan kemudahan perpajakan
di kawasan ekonomi khusus.
Sebagai tindak lanjut dari dikeluarkannya kebijakan tersebut di KEK,
pemerintah mengeluarkan kebijakan deregulasi bagi fasilitas dan kemudahan di
KEK melalui Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2015 tentang Fasilitas dan
Kemudahan di Kawasan Ekonomi Khusus (selanjutnya disebut PP fasilitas dan
kemudahan di KEK), di dalam aturan tersebut disebutkan fasilitas dan kemudahan
yang diberikan bagi Pelaku Usaha di KEK meliputi perpajakan, kepabeanan, dan
cukai, lalu lintas barang, ketenagakerjaan,

keimigrasian,

pertanahan dan

perizinan dan nonperizinan 24.

22

http://setkab.go.id/pp-diteken-presiden-inilah-fasilitas-dan-kemudahan-perpajakan-dikawasan-ekonomi-khusus/(diakses pada 3 Februari 2015 pukul 08:43WIB)

23

Republik Indonesia, Peraturan Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 9 Tahun 2012
Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Umum Penanaman Modal Provinsi dan Rencana Umum
Penanaman Modal Kabupaten/Kota, Lampiran I
http://www.djpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2013/bn93-2013lamp.pdf, diakses pada 3 Februari
2016 pukul 19:44 WIB
24
http://setkab.go.id/pp-diteken-presiden-inilah-fasilitas-dan-kemudahan-perpajakan-di-kawasanekonomi-khusus/ (diakses pada 3 Februari 2016 pukul 21:29 WIB)

Universitas Sumatera Utara

11

Akibat diterbitkannya peraturan tersebut tentu menjadi suatu kajian
mengenai fasilitas dan kemudahan yang berlaku di KEK mengingat Peraturan
Pemerintah tersebut sekaligus menambah ketentuan perpajakan yang telah ada dan
menjadi suatu aturan secara definitif ditujukan bagi investor di KEK, apakah telah
cukup menjadi jawaban atas keragu-raguan investor ketika menanamkan
modalnya di KEK.
Berkaitan dengan kemudahan perpajakan di Kawasan Ekonomi Khusus
sesungguhnya adalah dilema bagi pemerintah mengenai potential loss penerimaan
negara dari sektor pajak apabila memberikan pembebasan pabean maupun
keringanan perpajakan atau bahkan ada sedikit keengganan dalam pemberian
fasilitas ini sepenuhnya, padahal benefit yang hilang biasanya bersifat jangka
pendek (short term). Sedangkan dalam jangka panjang (long term), manfaatnya
jauh lebih besar karena penyerapan tenaga kerja, pertumbuhan ekonomi kawasan,
dan sekitarnya serta peningkatan potensi penerimaan pajak. 25
Untuk itu perlu dilakukan kajian mengenai kebijakan perpajakan di
Kawasan Ekonomi Khusus berdasarkan PP Fasilitas dan Kemudahan di KEK dan
mengenai insentif-insentif lain yang dapat diperoleh oleh Investor (Pelaku Usaha)
dalam upaya meningkatkan sector penanaman modal Indonesia sebagai
implementasi dari pasal 31 UU Penanaman Modal, termasuk syarat-syarat yang
harus dipenuhi oleh pelaku usaha agar dapat memperoleh fasilitas tersebut dalam
rangka meningkatkan pembangunan dan sector penanaman modal untuk

25

http://www.haluankepri.com/rubrik/opini/1185-berlomba-jadi-kawasan-ekonomi-khusus.html
(diakses pada tanggal 3 februari 2016 pukul 08:44WIB)

Universitas Sumatera Utara

12

mewujudkan masyarakat adil dan makmur sesuai dengan UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 dan Pancasila.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis mengangkat judul dari
penulisan skripsi ini yaitu, “Kajian Yuridis Terhadap Kemudahan Perpajakan
bagi Investor di Kawasan Ekonomi Khusus Sebagai Upaya Peningkatan
Sektor Penanaman Modal Indonesia”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, terdapat
beberapa hal yang menjadi permasalahan dalam penulisan skripsi ini. Adapun
permasalahan yang akan dibahas, antara lain:
1. Bagaimana kebijakan dasar penanaman modal berdasarkan perundangundangan nasional?
2. Bagaimana bentuk-bentuk fasilitas dan kemudahan terkait penyelenggaraan
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Indonesia?
3. Bagaimana bentuk kemudahan perpajakan yang berikan kepada Investor di
Kawasan Ekonomi Khusus?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan skripsi
ini, antara lain:
1. Mengetahui kebijakan dasar penanaman modal menurut perundang-undangan
nasional.
2. Mengetahui bentuk-bentuk fasilitas dan kemudahan terkait penyelenggaraan
kawasan ekonomi khusus di Indonesia

Universitas Sumatera Utara

13

3. Mengetahui bentuk kemudahan perpajakan yang diberikan kepada Investor di
kawasan ekonomi khusus.
Penelitian merupakan sarana yang dipergunakan oleh manusia untuk
memperkuat, membina serta mengembangkan ilmu pengetahuan, 26 sehingga
harapan penulis agar penulisan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca, adapun manfaat yang ingin dicapai adalah sebagai berikut:
1. Secara teoritis
Penulisan skripsi ini diharapkan mampu mengisi kekosongan hukum, dan
menambah pengetahuan bagi penulis dan pembaca, khususnya mengenai
kebijakan dasar penanaman modal Indonesia sehingga dapat menjadikan
Indonesia sebagai negara tujuan investasi sesuai dengan amanat UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, dan membuka khasanah berpikir penulis dan
pembaca mengenai arti penting pelaksanaan kawasan ekonomi khusus yang di
dalamnya terdapat fasilitas dan kemudahan yang dapat diterima investor sebagai
stimulus yang diberikan oleh Pemerintah untuk meningkatkan perekonomian
melalui sector penanaman modal Indonesia.
2. Secara praktis
Penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi
masyarakat yang bergelut dalam bidang penanaman modal atau berada di
Kawasan Ekonomi Khusus atau ingin berinvestasi di kawasan tersebut dan
mendapat pemahaman mengenai fasilitas dan kemudahan yang dapat diperoleh

26

Soerjono Soekanto. Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 2010) hlm 3

Universitas Sumatera Utara

14

terutama di sector perpajakan sebagai akibat pemberlakuan kawasan ekonomi
khusus tersebut.
D. Keaslian Penulisan
Sebelum melakukan penulisan skripsi yang berjudul “Kajian Yuridis
Terhadap Kemudahan Perpajakan Bagi Investor di Kawasan Ekonomi Khusus
Sebagai Upaya Peningkatan Sektor Penanaman Modal di Indonesia”, Penulis
terlebih dahulu telah melakukan penelusuran pada perpustakaan di lingkungan
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Setelah dilakukan pemeriksaan,
selanjutnya

perpustakaan

Fakultas

Hukum

Universitas

Sumatera

Utara

mengeluarkan surat pada tanggal 26 Januari 2016 yang menyatakan tidak ada
judul yang sama, namun judul skripsi ini memiliki kesamaan topik dengan
beberapa judul skripsi. Adapun judul skripsi yang dimaksud adalah:
1. Analisis Hukum Pengelolaan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan
Kawasan Ekonomi Khusus (disusun oleh: Dwi Susilawati, NIM: 100200031),
setelah penulis membaca substansi dari skripsi tersebut terdapat perbedaan
pembahasan antara judul skripsi tersebut dengan judul penulisan skripsi ini
yaitu bahwa judul tersebut membahas mengenai penyelenggaraan dan
pengelolaan kawasan ekonomi khusus berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 2 tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus.
2. Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Kawasan Ekonomi Khusus Dalam
Kaitannya Dengan Upaya Meningkatkan Penanaman Modal (Muhammad
Zeini, NIM: 06200244). Setelah Penulis membaca Skripsi ini adanya

Universitas Sumatera Utara

15

perbedaan mengenai pembahasan karena Penulis tersebut membahas
mengenai cikal bakal terbentuknya Kawasan Ekonomi Khusus dan mengenai
aspek hukum pada Kawasan Ekonomi Khusus tersebut. Kemudian, Penulis
tersebut membahas lembaga penyelenggara Kawasan Ekonomi Khusus dan
mengenai dampak negatif dari terbentuknya Kawasan Ekonomi Khusus.
Sedangkan dalam penulisan skripsi ini berupaya membahas mengenai
kemudahan perpajakan dan bentuk fasilitas dan kemudahan lainnya yang berlaku
di Kawasan Ekonomi Khusus berdasarkan PP No.96 Tahun 2015. Surat tersebut
kemudian dijadikan dasar oleh Ketua Departemen Hukum Ekonomi Ibu Windha
SH.,M.Hum untuk menerima judul skripsi yang diajukan penulis karena substansi
yang dibahas belum pernah dibahas sebelumnya.
Oleh karena itu, penulisan skripsi ini adalah asli dari ide, gagasan dan
pemikiran dan usaha penulis sendiri dengan bantuan buku-buku penunjang,
peraturan perundang-undangan dan artikel yang berhubungan dengan topik dan
permasalahan yang akan dibahas. Sekalipun di suatu kesempatan terdapat judul
yang sama maka penulisan skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan.
E. Tinjauan Kepustakaan
Adapun yang menjadi pengertian secara etimologis dalam skripsi ini
adalah:
1. Kemudahan Perpajakan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kemudahan adalah hal (sifat)
mudah; keadaan mudah; sesuatu yang dapat mempermudah dan memperlancar
usaha.

Universitas Sumatera Utara

16

Perpajakan

berasal

dari

kata

Pajak,

menurut

Dr.

Soeparman

Soemahamidjaja dalam disertasinya berjudul Pajak Berdasar Asas Gotong
Royong menyatakan pajak adalah iuran wajib berupa uang atau barang yang
dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum, guna menutup biaya
produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan
umum 27. Berdasarkan UU No. 16 tahun 2009, pajak adalah kontribusi wajib
kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung
dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat. 28
Pajak menyumbang persentase yang besar dibandingkan dengan sektor
pendapatan lain untuk keuangan negara. Dalam hal ini keberhasilan suatu negara
untuk memungut pajak dari warga negaranya menjadi salah satu indikator baik
tidaknya keuangan yang dimiliki oleh negara untuk melakukan kegiatan
pembangunan. 29 Sumber penerimaan negara tidak hanya berasal dari pajak. Selain
dari pajak, penerimaan negara juga berasal dari kekayaan alam bea cuka, retribusi,
iuran, sumbangan, laba dari perusahaan negara, dan sumber-sumber lain. 30 Jenis

27

Angger Sigit Pramukti dan Fuady Primaharsya, Pokok-Pokok Hukum Perpajakan, (Yogyakarta:
Pustaka Yustisia, 2015) hlm 9
28
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009 tentang perubahan keempat atas
Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Pasal
1 angka 1
29
Angger Sigit Pramukti dan Fuady Primaharsya, Op.cit, hlm 4
30
Ibid, hal 10

Universitas Sumatera Utara

17

pajak didasarkan pada lembaga pemungutannya, dapat dibedakan sebagai
berikut 31:
a. Pajak Pusat, merupakan pajak yang pengelolaannya dilakukan oleh
pemerintah pusat dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak, terdiri atas :
Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan
atas Barang Mewah (PPn-BM), Bea Materai, Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB).
b. Pajak Daerah, merupakan pajak yang pemungutnya dilakukan oleh
pemerintah daerah baik di tingkat provinsi dan tingkat kabupaten atau kota
meliputi: Pajak Kendaraan bermotor, pajak balik nama kendaraan
bermotor, Pajak rokok, Pajak hotel dan restoran, pajak reklame, pajak
parkir, pajak hiburan.
2. Investor
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Investor adalah penanam uang
atau modal dalam usaha dengan tujuan mendapatkan keuntungan. Berdasarkan
perpektif penanaman modal, ada dua jenis subyek yang berperan sebagai investor,
yaitu penanam modal dalam negeri dan penanam modal asing.
Penanam modal dalam negeri adalah perseorangan warga negara
Indonesia, badan usaha Indonesia, negara Republik Indonesia, atau daerah yang
melakukan penanaman modal di wilayah negara Republik Indonesia, 32 sedangkan
Penanam modal asing adalah perseorangan warga negara asing, badan usaha

31

http://nichonotes.blogspot.co.id/2015/04/jenis-jenis-pajak-di-indonesia.html (diakses pada 31
Januari 2016, pukul 10:06 WIB)
32
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Pasal 1
angka 5

Universitas Sumatera Utara

18

asing, dan/atau pemerintah asing yang melakukan penanaman modak di wilayah
negara Republik Indonesia. 33
3. Kawasan Ekonomi Khusus
Kawasan Ekonomi Khusus sebagai amanat dari UU Penanaman Modal
yang tercantum dalam Bab XIV Pasal 31 yang menyatakan:
“Untuk mempercepat pengembangan ekonomi di wilayah tertentu yang
bersifat strategis bagi pengembangan ekonomi nasional dan untuk menjaga
keseimbangan kemajuan suatu daerah, dapat ditetapkan dan dikembangkan
kawasan ekonomi khusus.
Selanjutnya

dalam

pasal

31

ayat

(3)

UU

Penanaman

Modal

memerintahkan untuk mengatur lebih lanjut mengenai dasar hukum dari KEK,
sehingga pada tahun 2009 pemerintah mengundangkan pengaturan KEK dalam
suatu Undang-undang yaitu Undang-undang Nomor. 39 tahun 2009 tentang
Kawasan Ekonomi Khusus (selanjutnya disebut UU KEK)

beserta peraturan

pelaksananya PP penyelenggaraan KEK.
Pasal 1 angka 1 UU KEK merumuskan Kawasan Ekonomi Khusus sebagai
kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan
memperoleh fasilitas tertentu. Sebagai peraturan pelaksana dari UU KEK,
Pemerintah juga mengundangkan PP Penyelenggaraan KEK sebagai payung
hukum pelaksanaan Kawasan Ekonomi Khusus di Indonesia untuk mengakomodir
ketentuan Pasal 9 dan Pasal 12 ayat (6) UU KEK.
33

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Pasal 1
angka 6

Universitas Sumatera Utara

19

F. Metode Penelitian
Metodologi penelitian merupakan suatu unsure yang mutlak harus ada di
dalam suatu penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan, 34 untuk itu
diperlukan suatu metode penelitian sebagai suatu cara yang dilakukan untuk
memperoleh gambaran data keterangan dari suatu obyek yang diteliti. Metode
yang dipakai dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Jenis, sifat dan pendekatan penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan dalam penulisan skripsi ini adalah pen
elitian hukum normatif, yaitu penelitian yang dilakukan berdasarkan perundangundangan yang dalam hal ini meliputi: UU No. 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal, UU No. 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus,
Peraturan Pemerintah No. 2 tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan
Ekonomi Khusus, Peraturan Pemerintah No 96 tahun 2015 tentang Fasilitas dan
Kemudahan di Kawasan Ekonomi Khusus dan peraturan perundang-undangan
lainnya.
Sifat penelitian yang melekat pada penulisan skripsi ini adalah penelitian
deskriptif yaitu penelitian yang

dimaksudkan untuk memberikan data yang

seteliti mungkin tentang manusia, keadaan atau gejala-gejala lainnya. Penelitian
tersebut maksudnya adalah terutama untuk mempertegas hipotesa-hipotesa, agar
dapat membantu di dalam memperkuat teori-teori lama, atau di dalam kerangka
menyusun teori baru 35.

34
35

Soerjono soekanto, Op.cit.hlm 7
Ibid, hlm 10.

Universitas Sumatera Utara

20

Pendekatan penelitian yang dilakukan terhadap permasalahan dalam
penulisan skripsi ini adalah pendekatan Yuridis Normatif, yaitu dengan
menganalisis permasalahan dalam penelitian melalui pendekatan terhadap asasasas hukum yang mengacu pada norma-norma hukum yang terdapat dalam
peraturan perundang-undangan.
2. Data penelitian
Lazimnya di dalam penelitian, dibedakan antara data yang diperoleh
langsung dari masyarakat dan dari bahan pustaka. Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan jenis data sekunder sebagai data utama. Data sekunder merupakan
data yang didapat tidak secara langsung dari objek penelitian. Penulis
mendapatkan data yang sudah jadi yang dikumpulkan oleh pihak lain dengan
berbagai cara dan metode, baik secara komersial dan non-komersial.
Adapun data sekunder yang dipakai penulis adalah sebagai berikut:
a. Bahan hukum primer, berupa peraturan perundang-undangan terkait
seperti Undang-undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal;
Undang-undang No. 39 tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus;
Peraturan Pemerintah Nomor 2 tahun 2011 tentang Penyelenggaraan
Kawasan Ekonomi Khusus, Peraturan Pemerintah Nomor 96 tahun 2015
tentang Fasilitas dan Kemudahan di Kawasan Ekonomi Khusus;
b. Bahan hukum sekunder, berupa buku-buku yang berkaitan dengan judul
skripsi,

artikel-artikel,

hasil-hasil

penelitian,

laporan-laporan,

dan

sebagainya yang diperoleh baik melalui media cetak dan elektronik

Universitas Sumatera Utara

21

c. Bahan hukum tersier, yang mencakup bahan yang memberi petunjukpetunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum
sekunder, seperti kamus hukum, jurnal ilmiah, dan bahan-bahan lain yang
berkaitan dan dapat dipergunakan untuk memperlengkapi data yang
diperlukan dalam penulisan skripsi ini.
3. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik studi pustaka
(literature research) dan juga melalui bantuan media elektronik yaitu Internet,
selanjutnya

penulis

mengumpulkan,

memadukan,

menafsirkan

dan

membandingkan buku-buku dan bacaan tersebut dengan setiap permasalahan yang
dibahas dalam penulisan skripsi ini.
4. Analisis data
Umumnya, Penelitian hukum normatif yang menelaah data sekunder
penyajian datanya dilakukan sekaligus dengan analisa. 36 Metode analisis data
dilakukan secara kualitatif. 37 untuk itu dilakukan studi terhadap dokumen
sehingga hasil analisa tersebut dapat ditarik kesimpulan yang dikaitkan dengan
teori-teori, konsep yang mempunyai relevansi untuk menjawab pertanyaanpertanyaan dalam rumusan masalah.

36

Ibid. hal 69
Dalam penelitian kualitatif, memberi arti dalam analisis kualitatif hanya dapat dilakukan jika
peneliti berkemampuan memahami norma, kaidah azas, sistem hukum yang berkaitan peraturan
perundang-undangan sebagai pijakan dari obyek yang diteliti dan mengabaikan dorongan adagium
hukum yang actual. Tampil Anshari Siregar, Metodologi Penelitian Hukum: Penulisan Skripsi,
(Medan: Pustaka Bangsa Press, 2005) hlm. 134

37

Universitas Sumatera Utara

22

G. Sistematika Penulisan
Karya ilmiah yang baik adalah karya ilmiah yang disajikan secara
sistematis, maka penulis membagi penulisan karya ilmiah ini ke dalam susunan
yang terdiri atas 5 (lima) bab, selanjutnya tiap-tiap bab terbagi atas beberapa sub
bab tersendiri yang maksudnya adalah untuk mempermudah dalam menguraikan
dan mendeskripsikan setiap permasalahan yang dikaji yang saling berkaitan satu
dengan yang lain. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan, Bab ini merupakan gambaran umum dan menyeluruh
yang disusun secara sistematis berkaitan dengan judul skripsi Kajian Yuridis
Terhadap Kemudahan Perpajakan bagi Investor di Kawasan Ekonomi Khusus
sebagai Upaya Peningkatan Sektor Penanaman Modal Indonesia yang meliputi
latar belakang, perumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, keaslian
penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penulisan dan sistematika penulisan.
Bab II Kebijakan Dasar Penanaman Modal Indonesia, Bab ini akan
dibahas mengenai politik hukum penanaman modal di Indonesia yaitu mengenai
pengertian, asas, manfaat, tujuan penanaman modal, faktor pendorong terjadinya
penanaman modal, sumber hukum penanaman modal, hak dan kewajiban investor
dan fasilitas penanaman modal di Indonesia berdasarkan UU Penanaman Modal.
Bab III Bentuk-bentuk fasilitas dan kemudahan terkait penyelenggaraan
Kawasan Ekonomi Khusus di Indonesia, bab ini menguraikan tentang
pembentukan Kawasan Ekonomi Khusus, bentuk-bentuk fasilitas dan kemudahan
yang diterima oleh investor di kawasan ekonomi khusus dan bentuk peran
pemerintah dalam pemberian fasilitas dan kemudahan tersebut.

Universitas Sumatera Utara

23

Bab IV Kemudahan perpajakan yang diberikan bagi investor di Kawasan
Ekonomi Khusus, bab ini merupakan inti dari permasalahan penulisan skripsi ini.
Pembahasan dalam bab keempat ini adalah pembahasan mengenai perkembangan
pengaturan kemudahan perpajakan di Indonesia, syarat-syarat yang harus dipenuhi
oleh investor untuk mendapatkan kemudahan perpajakan, bentuk-bentuk
kemudahan perpajakan yang diberikan kepada investor yang menanamkan
modalnya di kawasan ekonomi khusus
Bab V Kesimpulan dan Saran, pada bab ini dikemukakan rangkuman dari bab-bab
terdahulu sehingga dapat ditarik kesimpulan yang merupakan suatu garis besar
dan pemahaman terhadap uraian materi pembahasan serta sumbangsih saran yang
diberikan oleh penulis yang diharapkan dapat memberikan masukan terhadap
kemudahan perpajakan yang diberikan kepada Investor di kawasan ekonomi
khusus.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Kajian Yuridis Terhadap Fasilitas dan Kemudahan Lalu Lintas Barang di Kawasan Ekonomi Khusus Sebagai Upaya Peningkatan Penanaman Modal di Indonesia

3 26 125

Kajian Yuridis Terhadap Kemudahan Perpajakan Bagi Investor Dalam Kawasan Ekonomi Khusus Sebagai Upaya Peningkatan Sektor Penanaman Modal Indonesia

5 47 148

Kajian Yuridis Terhadap Kemudahan Perpajakan Bagi Investor Dalam Kawasan Ekonomi Khusus Sebagai Upaya Peningkatan Sektor Penanaman Modal Indonesia

0 0 11

Kajian Yuridis Terhadap Kemudahan Perpajakan Bagi Investor Dalam Kawasan Ekonomi Khusus Sebagai Upaya Peningkatan Sektor Penanaman Modal Indonesia

0 0 1

Kajian Yuridis Terhadap Kemudahan Perpajakan Bagi Investor Dalam Kawasan Ekonomi Khusus Sebagai Upaya Peningkatan Sektor Penanaman Modal Indonesia

0 0 30

Kajian Yuridis Terhadap Kemudahan Perpajakan Bagi Investor Dalam Kawasan Ekonomi Khusus Sebagai Upaya Peningkatan Sektor Penanaman Modal Indonesia Chapter III V

0 1 78

Kajian Yuridis Terhadap Kemudahan Perpajakan Bagi Investor Dalam Kawasan Ekonomi Khusus Sebagai Upaya Peningkatan Sektor Penanaman Modal Indonesia

0 0 5

Kajian Yuridis Terhadap Fasilitas dan Kemudahan Lalu Lintas Barang di Kawasan Ekonomi Khusus Sebagai Upaya Peningkatan Penanaman Modal di Indonesia

0 0 8

Kajian Yuridis Terhadap Fasilitas dan Kemudahan Lalu Lintas Barang di Kawasan Ekonomi Khusus Sebagai Upaya Peningkatan Penanaman Modal di Indonesia

0 0 1

Kajian Yuridis Terhadap Fasilitas dan Kemudahan Lalu Lintas Barang di Kawasan Ekonomi Khusus Sebagai Upaya Peningkatan Penanaman Modal di Indonesia

0 0 15