Strategi Bertahan Hidup Pemulung (Studi Deskriptif Pemulung yang Tinggal di Perumahan Cendana, Desa Medan Sinembah, Kecamatan Tanjung Morawa)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang masalah penelitian
Perumahan Cendana berada di desa Medan Sinembah kecamatan Tanjung
Morawa.Tanjung Morawa adalah sebuah kecamatan di kabupaten Deli Serdang,
Sumatera Utara, Indonesia. Dekat dengan kotaMedan menjadikan Tanjung
Morawa salah satu sentra industri pengusaha Kota Medan. Tanjung Morawa
terhubung dengan Medan melalui Tol Belmera. Kantor pusat PT. Perkebunan
Nusantara II berada di kota ini. Tanjung Morawa merupakan salah satu kecamatan
di Deli Serdang yang banyak terdapat Industri/Pabrik. Banyak juga orang yang
menyebut Tanjung Morawa sebagai kota Industri. PT. Kedaung Medan, PT.
Indofood, Sukses Makmur Tbk, PT. Siantar Top, PT.Olaga Food terdapat dikota
ini dan banyak lagi industri lainnya.
Saat ini, mayoritas penduduk kecamatan tanjung morawa adalah
masyarakat bersuku karo, jawa, batak, mandailing, melayu, tionghoa, dan juga
banten. Dalam perkembangannya hingga saat ini, kecamatan tanjung morawa
memiliki

26 desa. Dengan luas wilayah 13.175 Ha atau 131.75 kilo meter


persegi.
Berdasarkan pengamatan di lapangan, Pekerjaan penduduk desa Medan
Sinembah adalah sebagai Petani, buruh tani, PNS, pengrajin industry rumah
tangga, pedagang keliling, peternak, TNI, POLRI, karyawan perusahaan swasta,
tukang las, tukang listrik, tukang jahit, perias pengantin, sopir, tukang pangkas,
tukang becak, dan pemulung.

1

Universitas Sumatera Utara

Desa Medan Sinembah memiliki areal sawah 4,5 ha/m², dan areal
perkebunan 12 ha/m². jadi secara tidak langsung pekerjaan mayoritas penduduk
Desa Medan Sinembah adalah sebagai petani dan buruh tani. Sedangkan mereka
yang tidak memiliki tanah, modal uang dan skill yang baik untuk bekerja, mereka
lebih memilih bekerja sebagai pemulung, karena menjadi pemulung tidak
memerlukan modal uang, hanya modal tenaga saja, dan tidak harus memiliki
pendidikan dan skill lebih, melainkan hanya membutuhkan kemauan saja dan mau
bekerja.
Berbicara tentang pemulung, yang terpikir dibenak kita adalah salah satu

contoh kegiatan pada sektor informal yang ada di perkotaan para pemulung
melakukan pengumpulan barang bekas karena adanya permintaaan dari industriindustri pendaur ulang bahan-bahan bekas. Dalam realitas di masyarakat,
kelompok pemulung mengalami disfungsional sebagai warga Negara Indonesia,
dimana warga Indonesia yang lain tinggal dan hidup dengan layak, sedangkan
mereka para kelompok pemulung tinggal bersama sampah-sampah didaerah
rumah yang kumuh.
Namun demikian, keberadaan pemulung dapat dilihat dari dua sisi,
pertama profesi pemulung ini mampu memberikan peluang kerja kepada
pemulung itu sendiri ketika pemerintah tidak mampu menciptakan lapangan
pekerjaan untuk mereka yang sangat membutuhkan pekerjaan, kedua, profesi
pemulung dapat mengurangi angka pengangguran tenaga kerja di Indonesia dan
dapat membantu mengurangi limbah sampah yang ada dikota.
Factor utama mereka menjadi pemulung adalah karena keterbatasan
kemampuan (skill) dalam bekerja, faktor pendidikan rendah yang mereka miliki,

2

Universitas Sumatera Utara

serta keterbatasan usia yang tidak memungkinkan mereka untuk bekerja di pabrik

meski mereka tinggal didaerah yang banyak pabrik, sehingga mereka terjebak
dalam kemiskinan.Kemiskinan sampai saat ini masih menjadi pekerjaan rumah
bagi pemerintah Indonesia.padahal pembangunan selalu ditujukan untuk mencapai
kesejahteraan rakyat. Walau saat ini sudah adanya kartu sakti dari presiden yaitu
Kartu Indonesia Sehat (KIS), Kartu Indonesia Pintar (KIP), dan Kartu Keluarga
Sejahtera namun pendistribusiannya belum berjalan dengan baik, terlihat dengan
masih adanya para masyarakat yang belum merasakan manfaatnya, termasuk
pemulung di perumahan Cendana yang sebagian dari mereka belum merasakan
manfaat dari Kartu Sakti tersebut.
Selain itu, kemiskinan banyak dihubungkan dengan beberapa hal berikut
ini, yaitu Penyebab individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai
akibat dari perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin.Kemiskinan yang
disebabkan karena perilaku adalah seseorang yang menjadi miskin karena
perilakunya malas untuk berusaha dan mengubah kehidupannya karena alasan
tertentu. Miskin yang disebabkan oleh pilihan adalah karena adanya suatu
pilihan/alasan tersendiri dari si miskin, misalnya seperti dalam pribahasa orang
jawa “makan tidak makan yang penting ngumpul”, maknanya kekayaan bukan
segalanya bagi mereka yang terpenting adalah keakraban dan kedekatan antar
keluarga dan saudara menjadi pilihan mereka. Selanjutnya miskin yang
disebabkan oleh kemampuan dari simiskin, yaitu keterbatasan kemampuan skill

dan pendidikan yang dimiliki menyebabkan seorang menjadi miskin.Dalam
penelitian ini ada yang menjadi pemulung akibat penyebab individual, yaitu
karena perilaku, dan keterbatasan kemampuan yang dimiliki oleh para pemulung

3

Universitas Sumatera Utara

sehingga mereka memilih untuk menjadi pemulung karena tidak harus memiliki
kemampuan yang lebih dalam bekerja.
Selanjutnya Penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dan
pendidikan keluarga. Miskin yang disebabkan oleh keluarga adalah keluarga yang
miskin akan melahirkan anak yang miskin dalam faktanya, orang tua yang miskin
akan mengalami keterbatasan dalam memberikan pendidikan yang terbaik buat
masa depan anak mereka, dalam realitanya banyak orangtua miskin hanya dapat
menyekolahkan anaknya hingga sampai tamat SMP dan SMA saja, untuk
melanjutkan ke tahap perguruan tinggi sudah tidak mampu lagi, karena
keterbatasan ekonomi. Kaitannya dengan pemulung, pemulung termasuk dalam
angka keluarga miskin di negara ini, karena pendapatan harian, tempat tinggal,
dan pola hidup sehat dan bersih masih jauh dari mereka, terkadang demi

memenuhi kebutuhan hidup tak jarang para orang tua (pemulung) mengajak anak
nya untuk ikut mengutip barang bekas mengelilingi kota dan desa. Karena mereka
sudah terbiasa membantu orang tua dalam mencari nafkah, sehingga mereka lebih
memilih mencari duit dengan memulung untuk membantu orang tua mereka dan
mengabaikan sekolahnya.
Kemudian penyebab subbudaya (subcultural), yang menghubungkan
kemiskinan dengan kehidupan sehari-hari, dipelajari, atau dijalankan dalam
lingkungan sekitar.Penyebab miskin ini adalah karena faktor budaya dalam
pergaulan, sebagai contoh, bergaul dengan orang kaya kita akan berpikir
bagaimana supaya bisa menjadi kaya bahkan kita juga bisa ikutan kaya karna
sering bergaul dengan orang kaya, begitu juga bergaul dengan orang miskin,
lambat laun kita akan terpengaruh dan menjadi mental miskin bahkan menjadi

4

Universitas Sumatera Utara

miskin karena lingkungan pergaulan kita. Kehidupan pemulung pastinya
bersampingan dengan masyarakat lainnya, pemulung juga bersosialisasi dengan
tetangga dan masyarakat sekitar yang dekat dengan tempat tinggalnya, melihat

penghasilan pemulung yang terkadang mendapatkan penghasilan yang lumayan
banyak disaat banyak pulungan, hanya dengan modal tenaga saja, dan para
pemulung tetap bisa bertahan hidup.para tetangga nya yang tidak bekerja atau
hanya dirumah saja tertarik untuk ikut memulung bersama karena setelah dia
melihat dan mempelajari dari kehidupan si pemulung tersebut.
Berikutnya penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari
aksi orang lain, termasuk perang, pemerintah, dan ekonomi.Akibat perang
menyebabkan kemiskinan, banyak nyawa yang hilang dan harta benda yang habis
akibat peperangan, yang pada akhirnya menyebabkan penderita mengalami
kemiskinan. Karena pemerintah misalnya program pemerintah lebih pro terhadap
pusat dan sektor swasta sehingga yang daerah-daerah mengalami ketidakadilan
dalam merasakan proses pembangunan dan kesejahteraan di Negara.Seperti
dahulu maraknya transmigrasi sehingga banyak masyarakat yang hidup di sektor
pertanian/agraria harus pindah dari tempat mereka tinggal karena pemerintah dan
sektor swasta menguasai lahan.Penyebab ekonomi misalnya Negara mengalami
inflasi dan mengalami krisis moneter.Sehingga menyebabkan seluruh lapisan
terutama kalangan menengah kebawah mengalami kemiskinan akibat pengaruh
ekonomi Negara.
Dan terakhir penyebab structural, yang memberikan alasan bahwa
kemiskinan merupakan hasil dari struktur social.Kemiskinan ini disebabkan oleh

factor-faktor buatan manusia seperti kebijakan ekonomi yang tidak adil, distribusi

5

Universitas Sumatera Utara

asset produksi yang tidak merata, korupsi dan kolusi, serta tatanan ekonomi dunia
yang cenderung menguntungkan kelompok masayarakat tertentu.Dari ke 5 hal
diatas, kemiskinan yang di alami pemulung ada dari penyebab individual,
keluarga, subbudaya, agensi dan structural.
Kajian mengenai kehidupan pemulung ini berawal dari sebuah
keprihatinan melihat realitas kehidupan pemulung yang dapat dilihat dari 4 aspek,
yaitu yang pertama dari aspek ekonomi, para pemulung berada dibawah garis
kemiskinan atau jumlah pndapatan mereka tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan hidup minimum, kebutuhan hidup minimum antara lain diukur dengan
kebutuhan sandang, pangan, papan dan pendidikan. Yang kedua dilihat dari aspek
social, secara sosial didalam kehidupan komunitas pemulung dapat bersosialisasi
dengan para tetangga disekitar rumah mereka, terlihat dengan adanya kegiatan
keagamaan yang rutin mereka lakukan. Akan tetapi, diluar dari lingkungan tempat
tinggal mereka atau di tempat mereka bekerja mencari pulungan di kota-kota dan

di lubang lubang sampah, mereka komunitas pemulung merasa terasing karena
sering dianggap sebagai orang yang kotor, bau, dan terkucil.Bahkan ada yang
menganggap mereka maling, karena perbuatan teman-teman mereka yang pernah
mencuri sehingga mereka juga tak jarang di cap sebagai pencuri.
Selanjutnya yang ketiga dilihat dari aspek tempat tinggal, menurut WHO,
Rumah adalah struktur fisik/bangunan untuk tempat berlindung, dimana
lingkungan berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani serta keadaan sosialnya
baik untuk kesehatan keluarga dan individu. Akan tetapi pada realitasnya mereka
tinggal di daerah yang kumuh dengan sampah-sampah didepan rumah, serta aliran
air yang tergenang di depan rumah. Jalan menuju rumah yang belum di aspal dan

6

Universitas Sumatera Utara

tidak adanya tempat untuk pembuangan sampah umum.Berdasarkan pengamatan
lapangan, terkadang di saat hujan deras di sertai angin yang kencang tidak jarang
atap rumah pemulung beterbangan akibat angin yang kencang. Dan yang terakhir
dari aspek kesehatan, dengan kondisi rumah/tempat tinggal yang kumuh dan
pekerjaan yang setiap harinya bermain dengan sampah dilubang-lubang sampah,

para pemulung akan rentan terkena penyakit, terutama penyakit kulit karena
tangan mereka senantiasa menyentuh sampah-sampah kotor meski mereka
menggunakan sarung tangan. Penyakit tulang juga dapat menyerang pemulung
karena aktivitas yang terlalu lelah, dan penyakit dalam lainnya.seiring berjalan
waktu para pemulung akan terancam kesehatannya di masa yang akan datang.
Pemulung yang berada di Perumahan Cendana didesa Medan Sinembah,
Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara.
Merupakan korban urbanisasi dari luar kota medan,Terdapat sekitar ± 30 KK,
yang

terdata

dikantor

desa

masih

16


KK,

sisanya

menyusul

untuk

didata.Pemulung yang tinggal di perumahan Cendana menyewa rumah dengan
bayaran rumah pertahunnyarelative murah mulai dari Rp. 1.500.000 – Rp.
2.000.000 / tahunnya.Disebabkan mereka sebagai pendatang didesa ini tidak
memiliki apapun selain rumah yang mereka sewa. Tidak punya lahan yang harus
diolah, system pertanian yang sudah tidak memerlukan tenaga manusia lagi
karena sudah menggunakan mesin dan pupuk sehingga tidak memerlukan
pekerja/buruh tani lagi, tidak ada modal untuk usaha, serta keterbatasan usia untuk
bekerja sebagai karyawan di pabrik-parik.sehingga pekerjaan pemulung lah
sebagai cara terakhir mereka untuk mencari nafkah guna memenuhi kebutuhan
hidup keluarga dan menyekolahkan anak-anak mereka.Dengan pendapatan perhari

7


Universitas Sumatera Utara

antara Rp.50.000 – Rp. 100.000, dan untuk mendapatkan Rp.100.000 perhari itu
juga disaat hasil pulungan banyak.
Yang terjadi pada kelompok pemulung dapat dikatakan bahwa mereka
terjebak dalam kemiskinan, dimana menjadi orang miskin selalu menjadi kaum
marjinal apabila mereka berada diperkampungan yang kumuh yang ada
diperkotaan, tentu saja menjadi miskin bukanlah pilihan terbaik jika hal itu
dipertanyakan kepada orang miskin.Ada satu hal yang meyakinkan mereka untuk
dapat melangsungkan hidup adalah kepercayaan mereka pada kemampuan diri
mereka sendiri dan keyakinan mereka terhadap tuhan bahwa tuhan memberikan
rezki kepada setiap hambanya yang mau berusaha.Cara lain yang dilakukan oleh
pemulung ini adalah melalui hubungan yang mereka bangun dengan pemilik
lapak/toke, kede/warung di perumahan, koperasi, rentenir, sesama anggota
pemulung, dan sesama tetangga. Lapak, koperasi, warung langganan dan rentenir
dapat dijadikan sebagai tempat untuk meminta bantuan disaat mereka berada di
dalam keadaan susah.
Hubungan antara pemulung yang satu dengan pemulung yang lainnnya
hidup damai seperti masyarakat pada umumnya, dan tidak terjadi perselisihan,
terlihat dari mereka yang saling berbagi informasi mengenai hasil pulungan
mereka, informasi standar harga barang bekas, dan pembagian lokasi pulungan
yang mereka sepakati sesama pemulung. Dalam mereka memulung tidak ada
pembatasan-pembatasan terhadap pekerjaan dan tidak memandang umur dan
saling menghargai satu sama lainnya. Hubungan pemulung dengan toke yang
bersifat ketergantungan, tetapi itu semua terjadi berlandaskan kepercayaan dan
kerjasama yang terjadi antar pemulung dan toke.Antara pemulung dengan

8

Universitas Sumatera Utara

masyarakat sekitar terjalin hubungan yang baik terlihat dari adanya ikatan yang
mereka bangun seperti kegiatan keagamaan bersama dan saling tolong menolong
antar sesama pemulung dan masyarakat sekitar.
Berdasarkan hal-hal yang sudah di uraikan di latar belakang di atas,
penulis tertarik untuk meneliti lebih dalam bagaimana strategi bertahan hidup
pemulung yang tinggal di perumahan Cendana Desa Medan Sinembah, kecamatan
Tanjung Morawa, yang di kemudian di tuangkan pada penelitian yang berjudul
“Strategi bertahan hidup pemulung”.
1.2.Rumusan Masalah Penelitian
Adapun rumusan masalah penelitian ini adalah BagaimanaStrategi
Pemulung Untuk Bertahan Hidup Di Perumahan Cendana, Desa Medan
Sinembah, Kecamatan TanjungMorawa ?
1.3.Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui strategi bertahan
hidup pemulung di perumahan Cendana, desa Medan Sinembah, kecamatan
Tanjung Morawa
1.4.Manfaat Penelitian
1.4.1. Secara Teoritis
Penelitian ini dapat diharapkan dapat memberikan :
 Dapat memberikan sumbangan pemikiran pada dunia ilmu pengetahuan
sehubungan dengan bidang sosial terutama bagi mata kuliah Sosiologi
Perkotaan, Sosiologi Ekonomi dan Sosiologi Pembangunan.

9

Universitas Sumatera Utara

1.4.2. Secara Praktis
Bagi penulis, manfaat penelitian iniadalah:
 Dapat dijadikan sebagai bahan bagi peneliti berikutnya yang ingin
mengetahui tentang bagaimana strategi bertahan hidup pemulung,
terkhusus bagi pemulung yang tinggal didaerah perumahan.
 Diharapkan dapat menjadi rujukan bagi pemerintah untuk mengetahui
bagaimana kondisi sosial ekonomi masyarakat yang bekerja sebagai
pemulung dan merumuskan suatu kebijakan dan model pemberdayaan
masyarakat miskin pada umumnya, dan masyarakat pemulung pada
khususnya.

1.5.Defenisi konsep
Dalam sebuah penelitian ilmiah, defenisi konsep sangat diperlukan untuk
memfokuskan penelitian sehingga memudahkan penelitian. Konsep adalah
defenisi, abstraksi mengenai gejala atau realita ataupun suatu pengertian yang
nantinya akan menjelaskan suatu gejala (Moleong,2006:67).
1.5.1. Strategi bertahan hidup
Strategi adalah taktik, kemampuan atau rencana yang disusun untuk
bertahan hidup di dalam suatu kondisi atau keadaan.Strategi bertahan hidup
pemulung pada penelitian ini adalah taktik atau rencana yang disusun oleh
pemulung untuk mempertahankan hidupnya dalam situasi dan kondisi
apapun.Dengan menggunakan teori strategi bertahan hidup aktif, strategi pasif,
modal sosial dan ketergantungan.

10

Universitas Sumatera Utara

1.5.2. Pemulung
Pemulung adalah orang yang memungut barang-barang bekas

atau

sampah tertentu untuk proses daur ulang. Pekerjaan pemulung sering dianggap
memiliki konotasi negatif.Pemulung adalah mereka yang bekerja pada sektor
informal.
Ada dua jenis pemulung: pemulung lepas, yang bekerja swausaha, dan
pemulung yang tergantung pada seorang Bandar yang meminjamkan uang ke
mereka dan memotong uang pinjaman tersebut saat membeli barang dari
pemulung. Pemulung berbandar hanya boleh menjual barangnya ke Bandar.Tidak
jarang Bandar memberi pemondokan kepada pemulung, biasanya diatas tanah
yang didiami Bandar, atau dimana terletak tempat penampungan barangnya.
1.5.3. Perumahan dan Rumah
Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan
tempat tinggal atau hunian yang dilengkapi dengan prasarana lingkungan yaitu
kelengkapan

dasar

fisik

lingkungan,

misalnya

penyediaan

air

minum,

pembuangan sampah, tersedianya listrik, telepon, jalan, yang memungkinkan
lingkungan pemukiman berfungsi sebagaimana mestinya.
Rumah adalah struktur fisik yang terdiri dari ruangan, halaman dan area
sekitarnya yang dipakai sebagai tempat tinggal dan sarana pembinaan keluarga
(UU RI No. 4 Tahun 1992).Menurut WHO, Rumah adalah struktur fisik atau
bangunan untuk tempat berlindung, dimana lingkungan berguna untuk kesehatan
jasmani dan rohani serta keadaan sosialnya baik untuk kesehatan keluarga dan
individu (komisi WHO mengenai kesehatan dan lingkungan, 2001).

11

Universitas Sumatera Utara

Perumahan dalam penelitian ini kelengkapan dasar fisik lingkungannya
sangat minim, misalnya penyediaan air minum mereka melalui air sumur galian
dan air galon isi ulang, untuk pembuangan sampah mereka menggunakan tempat
sampah masing-masing keluarga dan langsung dibakar, tersedianya listrik, dan
jalan yang belum di aspal dan beberapa sudah ada yang menggunakan batako di
jalan perumahan.Bentuk rumahnya terdiri dari ruangan kamar, dapur, ruangan
tamu dan halaman depan rumah. Dengan lantai biasa yang belum menggunakan
keramik.

1.5.4. Perkotaan
Kawasan perkotaan (urban) adalah wilayah yang mempunyai kegiatan
utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat
pemukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan,
pelayanan social, dan kegiatan ekonomi. Sebagai pusat dalam pelayanan
mengenai pemerintahan, social dan ekonomi maka banyak dari masyarakat yang
berada di pedesaan melakukan urbanisasi ke kota. Dengan bertambahnya jumlah
penduduk di kota, kehidupan perkotaan mengalami distribusi yang tidak rata.
Persebaran penduduk yang tidak merata antara desa dengan kota akan
menimbulkan berbagai permasalahan kehidupan social kemasyarakatan. Jumlah
peningkatan penduduk kota yang signifikan tanpa didukung dan diimbangi
dengan jumlah lapangan pekerjaan, fasilitas umum, aparat penegak hukum,
perumahan, penyediaan pangan, dan lain sebagainya tentu adalah suatu masalah
yang harus segera dicarikan jalan keluarnya.

12

Universitas Sumatera Utara

Pemulung dalam penelitian ini mengalami arus urbanisasi, yang dahulu
nya mereka hidup di sektor agrarian atau pertanian, kini mereka hidup di kota
dengan sektor pelayanan dan jasa, yang mengutamakan skill dan pendidikan yang
tinggi, sehingga pada akhirnya mereka memilih untuk bekerja di sektor informal
guna memenuhi kebutuhan hidup mereka. Dengan keterbatasan kemampuan
(skill) dan pendidikan serta usia yang sudah tidak layak untuk bekerja di pabrik
akhirnya mereka hanya dapat bekerja di sektor informal saja yang bekerja hanya
dengan tenaga saja.

13

Universitas Sumatera Utara