Strategi Bertahan Hidup Pemulung (Studi Deskriptif Pemulung yang Tinggal di Perumahan Cendana, Desa Medan Sinembah, Kecamatan Tanjung Morawa)

(1)

LampiranGambar :

Gambar 1 : Informan 1, Keluarga Bu Lasmaria & Rumah


(2)

Gambar 3 : Informan 3, Keluarga Pak Hotmananda & Rumah


(3)

Gambar 5 : Informan 5, Bu Gabe & Rumah


(4)

Gambar 7 : Informan 7, Keluarga Pak Manogihon & Keluarga


(5)

Gambar 9 : Informan 9, Bu Rossiner & Rumah


(6)

Gambar 11 : Tempat Juragan/Toke Besar (Tempat Penjualan)


(7)

Gambar 13 : Proses Penimbangan Barang Bekas


(8)

Gambar 15 : Kantor Kepala Desa Medan Sinembah


(9)

Gambar 17 : Bapak Asmed, Sekretaris Desa Medan Sinembah

Gambar 18 : Penulis Saat Ikut Bersama Bu Lasmaria (Informan 1) Menjual Barang ke Toke Besar.


(10)

LAMPIRAN TABEL

JENIS BARANG –BARANG BEKAS Bahan Logam

Nama barang

bekas Per kilo gram

Harga beli ke pelanggan

harga jual ke toke/juragan besar Tembaga 1 kg Rp. 40.000.- Rp. 47.000.- Kuningan 1 kg Rp. 15.000.- Rp. 25.000.- Aluminium 1 kg Rp. 10.000.- Rp. 13.500.- ACC 1 kg Rp. 8.000.- Rp. 11.000.- Batere 1 kg Rp. 5000.- Rp. 8.000.- TPR 1 kg Rp. 5.000.- Rp. 7.000.- Alma mesin 1 kg Rp. 10.000.- Rp. 13.000.-

Alma priuk 1 kg Rp. 7.000.- Rp. 11.000.- Besi putih 1 kg Rp. 5.000.- Rp. 6.000.-

Bahan Atom

Nama barang bekas Per kilo gram Harga beli ke pelanggan

Harga jual ke toke/juragan

besar

Atom 1 kg Rp. 2.000.- Rp. 3.500.-

Atom Bal 1 kg Rp. 2.000.- Rp. 5.700.- Atom hitam 1 kg Rp. 1.000.- Rp. 2.000.-

Bahan Plastik

Nama barang bekas Per kilo gram Harga beli ke pelanggan

Harga jual ke toke/juragan

besar Assoy 1 kg Rp. 2.000.- Rp. 3.500.- Plastik PE 1 kg Rp. 3.000.- Rp. 6.000.- Plastik PP 1 kg Rp. 1.500.- Rp. 3.000.-

Bahan Besi

Nama barang bekas Per kilo gram Harga beli ke pelanggan

Harga jual ke toke/juragan

besar Besi padu 1 kg Rp. 1.500.- Rp. 2.500.- Besi Sam-sam 1 kg Rp. 1.000.- Rp. 2.000.- Kabin 1 kg Rp. 1.000.- Rp. 1.500.- Batang 1 kg Rp. 1.500.- Rp. 2.000.-


(11)

Bahan kaleng

Nama barang bekas Per kilo gram Harga beli ke pelanggan

Harga jual ke toke/juragan

besar

Seng 1 kg Rp. 200.- Rp. 400.-

Kaleng 1 kg Rp. 200.- Rp. 400.-

Bahan Karton Nama barang

bekas Per kilo gram

Harga beli ke pelanggan

Harga jual ke toke/juragan

besar Kardus 1 kg Rp. 1.000.- Rp. 1.800.-

Duplex 1 kg Rp. 200.- Rp. 7.00.-

Buku 1 kg Rp. 700.- Rp. 1.300.-

HVS 1 kg Rp. 1.000.- Rp. 2.100.-

Koran 1 kg Rp. 8.00.- Rp. 1.500.-


(12)

DAFTAR PUSTAKA

Badaruddin.2008. Panduan Perkuliahan Departemen Sosiologi Fisip Usu. Medan.Usu press.

Bungin, Burhan. 2007.Penelitian Kualitatif.Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Bungin, M. Burhan. 2011. Penelitian kualitatif, komunikasi, ekonomi, kebijakan public, dan ilmu social lainnya. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Coleman. 2008. Dasar-Dasar Teori Social. Bandung : Nusa Media.

Damsar. 2009. Sosiologi Ekonomi. Jakarta : Kencana Media Group.

Evers, Hans-Dieter.& Korff, Rudiger. 2002. Urbanisme di Asia Tenggara, Makna dan Kekuasaan dalam Ruang-Ruang Social.Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.

Koentjcaraningrat. 1977. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta : PT. Gramedia.

Moleong, Lexy.2006. Metode Penelitian kualitatif.Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Nasution, Arif. Dkk. 2008.Metodologi Penelitian. Medan.: Fisip Usu Press.

Ritzer, George. & Goodman, Douglas J. 2010.Teori Sosiologi Modern.Jakarta : Kencana Prenada Media group.

Scoot, Jhon. 2003. Sosiologi The Key Concepts. Jakarta Utara: Raja Grafindo Persada.

Setiadi, Elly M. & Kolip, Usman. 2010. Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta Dan Gejala Permasalahan Social: Teori, Aplikasi, Dan Pemecahannya. Jakarta :Kencana Media Prenada Group.

Setia ,Resmi. 2005. Gali Lubang Tutup Lubang Itu Biasa: Strategi Buruh Menanggulangi Persoalan Dari Waktu ke Waktu . Bandung : Yayasan Akattiga.

Wirartha, I Made. 2006. Metodologi Penelitian Social Ekonomi.Yogyakarta: CV. Andi Offset.

Sumber Lainnya :


(13)

Gunawan. (2012). Strategi Bertahan Hidup Pemulung (Studi : Di Tempat Pembuangan Akhir Sampah Ganet Tanjungpinang). Tanjung Pinang: Fisip Universitas Raja Ali Haji.

http://www.kompasiana.com/mjnasti/jokowi-dan-pengentasan-kemiskinan_560c9358f2967334048b456a (Online) diakses pada tanggal 9 April 2016 jam 16.00 wib

9 Mei 2016 jam 20.15 Wib

(Online) diakses pada tanggal 9 April 2016 jam 16.30 Wib

pada tanggal 26 september 2016 jam 19.30 wib

14.50 Wib

akses pada tanggal 18 Oktober 2016 jam 15.00 Wib

Oktober 2016 jam 22.25 Wib

pada tanggal 19 Oktober 2016 jam 22.50 Wib

Oktober 2016 jam 22.59 Wib

tanggal 19 Oktober 2016 jam 23.12 wib

Indonesia,Undang-Undang Republik indonesia No.4 Tahun 1992 tentang perumahan dan permukiman.

Indonesia, Komisi WHO mengenai kesehatan dan lingkungan 2001

Repository.unej.ac.id (online) diakses pada tanggal 28 juni 2016 jam 15.00 wib Wahyudi,Hendra dan Sismudjito. 2007. Jurnal Harmoni Sosial : Strategi

Adaptasi Sosial Ekonomi Keluarga Miskin Pasca Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) ,Vol 1No.2 (Online) diakses pada tanggal 21 Oktober 2016 pukul 19.00 wib


(14)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1.Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif kualitatif..Pendekatan kualitatif diartikan sebagai pendekatan yang dapat menghasilkan data, tulisan dan tingkah laku yang dapat diamati. Dengan demikian peneliti akan memperoleh data atau informasi lebih mendalam mengenai Strategi Bertahan Hidup Pemulung yang tinggal di perumahan Cendana Medan Sinembah, Tanjung Morawa.

Penelitian deskriptif adalah sebuah penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu keadaan atau fenomena yang terjadi saat ini dengan menggunakan prosedur ilmiah untuk menjawab permasalahan yang di teliti. Melalui penelitian ini , penulis ingin mendeskripsikan bagaimana Strategi Bertahan Hidup Pemulung yang tinggal di perumahan Cendana, desa Medan Sinembah, kecamatan Tanjung Morawa.

3.2.Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah perumahan Cendana di desa Medan Sinembah, kecamatan Tanjung Morawa. Alasan Peneliti memilih judul ini karena beberapa alasan yakni :

3.2.1. Peneliti mengetahui lokasi tersebut belum pernah diadakan penelitian, dan di lokasi memiliki informan yang sudah layak untuk diteliti ± 30 KK dengan keberadaan mereka yang sudah menetap bertahun-tahun.


(15)

3.2.2. Peneliti cukup memahami kondisi dan situasi didaerah yang akan diteliti serta sudah dilakukan tahap observasi awal dilokasi penelitian.

3.3.Unit Analis dan Informan 3.3.1. Unit Analisis

Unit analisis adalah hal-hal yang diperhitungkan menjadi subjek penelitian atau unsur yang menjadi fokus penelitian (Bungin,2007:76). Adapun yang menjadi unit analisis dalam penelitian adalah para pemulung yang tinggal di perumahan Cendana, desa Medan Sinembah, kecamatan Tanjung Morawa, toke besar (juragan), langganan rumah tangga, dan pemilik warung di perumahan cendana.

3.3.2. Informan

Informan merupakan subjek yang memahami informasi objek penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami objek penelitian (Bungin,2011:78)

Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah : 1. Informan Kunci

2. Informan Tambahan 3.3.3. Teknik Pemilihan Informan

Pada penelitian ini teknik pemilihan informannya menggunakan teknik pengambilan sampel purposive (Purposif sampling) sampel ditetapkan secara sengaja oleh peneliti.Penetapan ini lazimnya didasarkan atas kriteria atau pertimbangan tertentu.Informan dalam penelitian ini adalah informan kunci dan Informan tambahan dengan kriteria:


(16)

a. Informan kunci

- Pemulung yang sudah bekerja selama 5 tahun atau lebih - Tinggal diperumahan cendana

- Memiliki becak barang - Tidak memiliki becak barang - Memiliki tanggungan

b. Informan Tambahan - Toke Besar

- Langganan rumah tangga/sekolah - Warung Langganan

3.4.Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang akan digunakan berdasarkan dari dua sumber yaitu dengan pengumpulan data primer dan pengumpulan data sekunder.

3.4.1. Pengumpulan Data Primer

Teknik pengumpulan data primer adalah peneliti melakukan kegiatan langsung ke lokasi penelitian untuk mencari data-data yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yang akan diteliti. Adapun teknik pengumpulan data primer ini dilakukan dengan cara :

1. Observasi

Metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan (Bungin, 2007; 115).Observasi adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja panca indera mata serta dibantu dengan panca indera lainnya.Dalam hal ini


(17)

peneliti dapat melihat secara langsung bagaimana strategi bertahan hidup pemulung yang tinggal didaerah perumahan Cendana diDesa Medan Sinembah, kecamatan Tanjung Morawa.

Dalam penelitian ada beberapa aspek yang akan di observasi oleh peneliti antara lain :

a. Profil informan

b. Strategi bertahan hidup c. Modal sosial

d. Teori ketergantungan e. Teori kemiskinan 2. Wawancara

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara kepada orang-orang yang menjadi informan dalam penelitian ini, bisa disebut dengan metode interview guide yakni aturan-aturan daftar pertanyaan yang dijadikan acuan bagi peneliti untuk memperoleh data yang diperlukan.Metode pengumpulan data dengan wawancara yang dilakukan berulang-ulang kali dan membutuhkan waktu yang cukup lama bersama informan dilokasi penelitian (Bungin, 2007; 108). Wawancara mendalam yang dimaksud adalah percakapan yang sifatnya terbuka dan tidak baku. Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara mendalam terhadap informan yakni informan kunci (Pemulung), dan informan tambahan.

3. Penghayatan

Teknik pengumpulan data dengan cara memahami, dan menelusuri kebenaran dari sebuah masalah penelitian, dengan menggunakan bantuan metode wawancara dan pengamatan lapangan.


(18)

3.4.2. Pengumpulan Data Sekunder

Teknik pengumpulan data sekunder adalah pengumpulan data yang dilakukan melalui penelitian studi kepustakaan yang diperlukan untuk mendukung data yang diperoleh dari data kependudukan desa Medan Sinembah Kecamatan Tanjung, skripsi, jurnal dan laporan penelitian yang berkaitan dengan topik penelitian yang dianggap relevan dengan masalah yang diteliti.

3.5. Interpretasi data

Interpretasi data adalah analisis keseluruhan data yang diperoleh dari wawancara mendalam lalu menyaring data yang penting dengan pembuatan inti dari data yang di peroleh lalu disajikan kembali membentuk data yang sederhana. Data-data yang terkumpul dan telah disederhanakan tadi dikembangkan dengan dukungan konsep-konsep dalam kajian pustaka dan kemudian akan disajikan sebagai laporan dari penelitian tersebut.


(19)

3.6. Jadwal pelaksanaan penelitian Tabel 1 Jadwal kegiatan No Kegiatan

Bulan ke

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Pra proposal √

2 ACC judul √

3 Penyusunan proposal penelitian √ √ √ 4 Seminar proposal penelitian √

5 Penelitian lapangan √

6 Pengumpulan dan analisis data √ √ √

7 Bimbingan skripsi √ √ √

8 Penulisan laporan akhir √ √ √


(20)

BAB IV

DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA PENELLITIAN 4.1. Deskripsi wilayah Penelitian

4.1.1. Profil Perumahan Cendana

Perumahan Cendana merupakan perumahan rakyat yang berada di Desa Medan Senembah, kecamatan Tanjung Morawa, kabupaten Deli Serdang.Perumahan ini dibangun pada tahun 1996 oleh developer CV. Cendana Asri.Lahan perumahan ini berasal dari tanah masyarakat setempat yang dibeli oleh developer dengan harga Rp.5000/m. Luas perumahan cendana adalah 20 hektar, dengan tipe rumah 45, 36, dan RSS.Tipe 45 dan 36 dibangun dengan menggunakan bahan batubata, pasir dan krikil.Sedangkan untuk tipe RSS dibangun dengan batako dan pasir.

Para pemilik perumahan berasal dari luar kota seperti ada yang berasal dari Tebing Tinggi, Parapat, Siantar dan Medan. Para pemilik rumah kebanyakan menyewakan rumah mereka kepada orang lain karena mereka memilih tinggal dekat dengan tempat kerja mereka di kota.

Para pemulung memilih menetap dengan menyewa/mengontrak di perumahan Cendana karena biaya sewanya masih relative murah dan dapat di jangkau keluarga pemulung yaitu berkisar antara 1,5jt-2jt/tahunnya. Dibandingkan mereka menyewa di kota Medan biaya nya akan lebih mahal.

Selain itu mereka memilih tinggal di perumahan itu karena mereka akan lebih mudah untuk memulung karena wilayah kerja mereka berada di seputaran Deli Serdang dan sekitarnya. Alasan mereka memilih kerja di daerah Deli Serdang karena didaerah Deli Serdang khususnya desa-desanya masih banyak


(21)

sampah-sampah rumah tangga yang tidak di urus dan diabaikan, jadi lebih memudahkan para pemulung untuk mendapatkan barang-barang bekas untuk mereka jual dan tidak memerlukan biaya lain selain uang minyak becak mereka dan tenaga saja.

Alasan lain mereka memilih memulung didaerah desa-desa di Deli Serdang adalah masih banyaknya sampah yang dapat mereka kutip dijalan-jalan, dan banyaknya langganan rumah tangga mereka. Sedangkan untuk daerah kota Medan sendiri sudah jarang ditemukan sampah atau barang bekas dijalanan karena di kota Medan dinas kebersihannya sudah rutin membersihkan sampah di pinggiran kota Medan dan sudah banyaknya pemulung yang berada di Medan. Selain itu, untuk menghindari persaingan tempat pulungan akhirnya mereka para pemulung yang tinggal di perumahan Cendana memilih untuk memulung ke daerah Deli Serdang saja.

4.1.2. Gambaran lokasi penelitan

Berdasarkan data demografi, Desa Medan Sinembah, kecamatan Tanjung Morawa, kabupaten Deli Serdang memiliki 9 dusun. Perumahan Cendana termasuk ke dalam dusun 9 di Desa Medan Sinembah, berdasarkan letak geografis Desa Medan Sinembah berbatasan dengan 4 desa seperti dijelaskan tabel di bawah ini :

Tabel 2

Batas wilayah Desa Medan Sinembah

Batas Desa/kelurahan Kecamatan

Sebelah utara Limau Manis Tanjung Morawa Sebelah selatan Tadukan Raga STM. Hilir

Sebelah timur Bandar Labuhan Tanjung Morawa Sebelah barat Ujung Serdang Tanjung Morawa Sumber: Data Primer 2016


(22)

Desa Medan Sinembah memiliki luas 356 ha, dengan luas pemukiman penduduk 327.56 ha.Dan sisa lahan di gunakan untuk areal persawahan, perkebunan, perkantoran dan tanah kuburan.

4.2. Gambaran penduduk dan potensi Desa Medan Sinembah

Desa Medan Sinembah terdiri dari 9 dusun, jumlah penduduk di Desa Medan Sinembah 7.579 jumlah laki-lakinya 3.817, jumlah perempuan 3.762, dan jumlah KK 1.703. (Sumber data primer Agustus 2016)

Tabel 3

Jumlah penduduk per dusun Nama dusun Laki-laki Perempuan Kepala

Keluarga Jumlah L+P Dusun 1 852 orang 831 orang 370 orang 1.683 orang Dusun 2 354 orang 343 orang 171 orang 697 orang Dusun 3 344 orang 341 orang 164 orang 685 orang Dusun 4 393 orang 361 orang 173 orang 754 orang Dusun 5 363 orang 371 orang 180 orang 734 orang Dusun 6 403 orang 374 orang 178 orang 777 orang Dusun 7 251 orang 271 orang 114 orang 522 orang Dusun 8 264 orang 295 orang 117 orang 559 orang Dusun 9 583 orang 570 orang 236 orang 1.153 orang Sumber: Data Primer Agustus 2016

Dari tabel di atas dapat dilihat di dusun 9 yang merupakan tempat perumahan Cendana, memiliki 1.153 orang dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) 236 orang, yang sudah terdata memiliki pekerjaan pemulung masih 16 KK sisanya masih menyusul untuk di data.


(23)

4.2.1. Luas wilayah menurut penggunaan di Desa Medan Sinembah Tabel 4

Luas wilayah dan penggunaan

Luas pemukiman 327.26 ha/m²

Luas persawahan 4.5 ha/m²

Luas perkebunan 12 ha/m²

Luas kuburan 2.2 ha/m²

Perkantoran 0.04 m²

Luas prasarana umum lainnya 10 ha/m²

Total luas 356ha/m²

Sumber: Data Primer 2016

Dari tabel di atas dapat di lihat bahwa luas areal perkebunan lebih besar dibanding luas areal sawah, dapat disimpulkan bahwa penduduk Desa Medan Sinembah lebih banyak yang berkebun dibandingkan bersawah.Jadi di Desa Medan Sinembah lebih banyak pekerjaan masyarakatnya sebagai petani dan buruh tani.Desa Medan Sinembah masih mencirikan pedesaan, sehingga komunitas pemulung sulit untuk ikut bekerja sebagai buruh tani karena masyarakat setempat sudah banyak yang berprofesi sebagai buruh tani. Cara lain bagi mereka untuk memperoleh penghasilan adalah dengan cara bekerja sebagai pemulung.

4.2.2. MataPencaharian Pokok di Desa Medan Sinembah

Mata pencaharian adalah pekerjaan utama yang digunakan untuk mencukupi keperluan sehari-hari.Keperluan sehari-hari berkaitan dengan materi untuk kebutuhan hidup. Karena secara tidak langsung apa yang kita kerjakan untuk memperoleh penghasilan, dan dari sana dapat digunakan untuk membeli bahan makanan dan mencukupi keperluan harian lainnya.


(24)

Tabel 5

Mata pencaharian pokok

Jenis pekerjaan Laki-laki Perempuan

Petani 90 orang 56 orang

Buruh tani 281 orang 209 orang

PNS 38 orang 55orang

Pengrajin industry rumah tangga 29 orang 9 orang Pedagang keliling 16 orang 10 orang

Peternak 91 orang 15 orang

Bidan swasta - 14 orang

Perawat swasta - 5 orang

Pembantu rumah tangga - 27 orang

TNI 6 orang -

Polri 10 orang -

Pensiunan TNI/POLRI/PNS 14 orang 2 orang Pengusaha kecil dan menengah 165 orang 142 orang

Dukun kampong terlatih 2 orang 2 orang Karyawan perusahaan swasta 229 orang 156 orang Karyawan perusahaan pemerintah 17 orang 15 orang

Tukang listrik 8 orang -

Tukang las Tukang jahit 10 orang 3 orang - 6 orang

Perias pengantin - 6 orang

Tukang pangkas 5 orang 5 orang

Sopir 69 orang -

Becak bermotor 70 orang -

Mahasiswa 48 orang 37 orang

Sumber: Data dan Profil Desa Medan Sinembah 2010

Dari tabel diatas pekerjaan yang paling banyak adalah sebagai buruh tani, berdasarkan pengamatan dilapangan, buruh tani disini mempunyai 2 makna pekerjaan, 1. Buruh tani dan 2. Sebagai pemulung.Jadi data pekerjaan pemulung dimasukkan kedalam jenis pekerjaan buruh tani karena pada saat pendataan pekerjaan pemulung belum dibuat pada masa itu.

Berdasarkan pengamatan dan wawancara dilapangan jumlah pemulung di Desa Medan Sinembah belum dapat dipastikan, akan tetapi untuk di perumahan


(25)

Cendana sendiri ± 30 KK, dan yang sudah terdata oleh pemerintah desa sekitar 16 KK pemulung yang berada di perumahan Cendana di dusun 9.

4.2.3. komposisiAgama di Desa Medan Sinembah

Agama berarti tidak kacau, dapat juga diartikan suatu peraturan yang bertujuan untuk mencapai kehidupan manusia ke arah dan tujuan tertentu. Dilihat dari sudut kebudayaan, agama dapat berarti sebagai hasil dari suatu kebudayaan, dengan kata lain agama diciptakan oleh manusia dengan akal budinya serta dengan adanya kemajuan dan perkembangan budaya tersebut serta peradabannya. Bentuk penyembahan Tuhan oleh umatnya seperti pujian, tarian, mantra, nyanyian, dan yang lainnya.

Tabel 6 Agama

Agama Laki-laki Perempuan

Islam 2.654 orang 2.752 orang

Kristen 532 orang 527 orang

Katolik 361 orang 447 orang

Hindu 4 orang 20 orang

Budha 5 orang 5 orang

Sumber: Data dan Profil Desa Medan Sinembah 2010

Dari tabel di atas mayoritas agama penduduk Desa Medan Sinembah adalah agama islam dengan jumlah 5.406 orang beragama islam, selanjutnya disusul agama Kristen dengan jumlah 1.059 orang , agama katolik 808 orang, hindu 24 orang, dan terakhir agama budha dengan jumlah 10 orang.Dalam penelitian ini seluruh informannya beragama Kristen, dengan jumlah informan sebanyak 10 informan. Karena mereka sesama pemulung memiliki agama yang sama mereka juga berada dalam 1 gereja yang sama. Di Desa Medan Sinembah


(26)

memiliki gereja yang khusus untuk mereka yang berprofesi sebagai pemulung dan setiap bulannya mereka para komunitas pemulung mempunyai kegiatan gereja yang dinamakan Pertamiangan.

4.2.4. Komposisi Etnis

Menurut ensiklopedi Indonesia etnis berarti kelompok sosial atau kebudayaan yang mempunyai arti atau kedudukan tertentu karena keturunan, adat, agama, bahasa, dan sebagainya.Anggota-anggota suatu kelompok etnik memiliki kesamaan dalam hal sejarah (keturunan), bahasa (baik yang digunakan atau tidak), sistem nilai, serta adat-istiadat dan tradisi.

Tabel 7 Etnis

Etnis Laki-laki Perempuan

Aceh 42 orang 35 orang

Batak 421 orang 366 orang

Nias 22 orang 10 orang

Melayu 141 orang 59 orang

Minang 65 orang 64 orang

Sunda 14 orang 10 orang

Jawa 1.694 orang 1.692 orang

Banjar 4 orang 6 orang

Ambon 5 orang 4 orang

Cina 1 orang 4 orang

Karo 217 orang 198 orang

Sumber: Data dan Profil Desa Medan Sinembah 2010

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa etnis terbanyak adalah suku jawa dengan jumlah L+P = 3.386 orang, selanjutnya suku batak 787 orang, suku karo 415 orang, suku melayu 200 orang, suku minang 129 orang, suku aceh 77 orang, suku nias 32 orang, suku sunda 24 orang, suku banjar 10 orang, suku ambon 9 orang, dan china 5 orang.


(27)

Informan dalam penelitian ada 10 dengan semuanya bersuku batak. Mereka memanfaatkan kesamaan suku pada saat acara kemalangan dan bahagia, misalnya di saat tetangga di sebelah rumah baru menyewa di perumahan Cendana dan tetangga tersebut bersuku batak, maka mereka biasanya datang dan memberikan buah tangan untuk menyambut tetangga baru memasuki rumah sewaannya, buah tangan yang biasa diberikan adalah beras. Selanjutnya pada saat keluarga pemulung membuat acara pesta pernikahan anaknya, tetangga yang semarga atau memiliki suku yang sama datang untuk memberikan bantuan walau hanya dengan bantuan tenaga untuk membantu dalam persiapan pesta.

4.2.5. KomposisiTenaga kerja

Tenaga kerja merupakan penduduk yang berada dalam usia kerja, menurut UU No. 13 tahun 2003 Bab 1 pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Secara garis besar penduduk suatu Negara dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Penduduk tergolong tenaga kerja jika penduduk tersebut telah memasuki usia kerja. Batas usia kerja yang berlaku di Indonesia adalah berumur 15 tahun – 64 tahun. Menurut pengertian ini, setiap orang yang mampu bekerja disebut sebagai tenaga kerja.

Tabel 8 Tenaga kerja

Tenaga Kerja Laki-laki Perempuan

Penduduk usia 18-56 tahun 2.252 orang 2.057 orang Penduduk usia 18-56 tahun yang bekerja 1.689 orang 1.743 orang Penduduk usia 18-56 tahun yang

belum/tidak bekerja


(28)

Penduduk usia 0-6 tahun 360 orang 324 orang Penduduk masih sekolah 7-18 tahun 842 orang 748 orang Penduduk usia 56 tahun ke atas 219 orang 194 orang Sumber: Data dan Profil Desa Medan Sinembah 2010

Dari tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa penduduk yang bekerja lebih banyak perempuan dibanding laki-laki dengan selisih 54 orang lebih banyak perempuan.Dan dari tabel diatas juga dapat di lihat lebih banyak laki-laki yang belum bekerja dibanding perempuan dengan selisih 249 orang lebih banyak laki-laki yang tidak/belum bekerja.

Berdasarkan pengamatan lapangan, penduduk di Desa Medan Sinembah lebih banyak perempuan yang bekerja di banding laki-lakinya, misalnya terlihat banyaknya perempuan yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga, penjual makanan di warung, sebagai guru, sebagai pemulung, dan buruh tani.

Informan dalam penelitian ini juga lebih banyak perempuan.Perempuan/istri para pemulung ikut bekerja sebagai pemulung, bahkan ada yang istrinya saja yang bekerja karena suaminya sudah sakit dan tidak dapat untuk bekerja lagi.pemulung perempuan dalam penelitian ini termasuk perempuan yang tangguh, karena selain membantu suami mencari nafkah, mereka juga harus mengurus rumah dan anak setelah mereka pulang kerja.

4.2.6. Sarana dan Prasarana 4.2.6.1. Sarana Kesehatan

Berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), sarana adalah segala sesuatu yang di pakai sebagai alat dalam mencapai maksud dan tujuan.Sementara


(29)

pelayanan kesehatan merupakan sarana yang menyediakan bentuk pelayanan yang sifatnya lebih luas di bidang klinik, bersifat preventif, promotif, dan rehabilitative.

Tabel 9 Fasilitas kesehatan

Puskesmas 1

Poliklink 5

Rumah sakit 1

Puskesmas pembantu 1

Posyandu 1

Toko obat 3

Sumber: Data dan Profil Desa Medan Sinembah 2010

Dari data diatas dapat dilihat sarana kesehatan terbanyak terdapat pada poliklinik dengan jumlah 5 unit di desa Medan Sinembah.Sebagian besar penduduk desa memilih untuk berobat ke puskesmas dan poliklinik karena biaya pengobatan masih dapat terjangkau.

Berdasarkan pengamatan lapangan, pemulung dalam penelitian lebih memilih berobat di rumah sakit dengan cara memanfaatkan Kartu Indonesia Sehat karena dengan menggunakan Kartu Indonesia Sehat (KIS) mereka tidak dikenakan biaya apapun dan dapat menghemat biaya pengeluaran untuk kesehatan mereka.

4.2.6.2. Rumahibadah

Tempat ibadah, rumah ibadah, tempat peribadatan adalah sebuah tempat yang digunakan oleh umat beragama beribadah menurut ajaran agama atau kepercayaan mereka masing-masing.


(30)

Tabel 10 Rumah ibadah

Tempat ibadah Jumlah

Masjid 5

Gereja 6

Wihara 1

Musholla/surau 7

Sumber: Data Primer 2016

Dari data diatas, sarana tempat ibadah terbanyak terdapat pada musholla/surau, dan paling sedikit terdapat pada wihara. Terlihat bahwa penduduk dominan di Desa Medan Sinembah adalah penduduk yang beragama islam selanjutnya disusul dengan penduduk yang beragama Kristen atau non muslim.

Berdasarkan pengamatan lapangan, pemulung yang menjadi informan dalam penelitian berada dalam 1 gereja yang sama, yaitu gereja yang pengikutnya mayoritas berprofesi sebagai pemulung.

4.2.6.3. SaranaPendidikan

Sarana pendidikan adalah semua fasilitas yang di perlukan dalam proses belajar mengajar, baik yang bergerak, maupun tidak bergerak, agar pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan dengan lancer, teratur, efektif dan efesien. Dapat disimpulkan sarana pendidikan adalah segala fasilitas bisa berupa peralatan, bahan, perabot, dan gedung yang langsung dipergunakan dalam proses belajar di sekolah. Tentunya semua prasarana dan sarana pendidikan harus di kelola dengan baik.


(31)

Tabel 11 Sarana Pendidikan

Nama Sekolah Jumlah

SD/MI 4

SMP/MTs 3

SMA/MA 2

Sumber: Data Primer 2016

Dari tabel diatas dapat di lihat, jumlah Sekolah Dasar (SD) / Madrasah Ibtidaiyah (MI) lebih banyak di bandingkan dengan jumlah Sekolah Menengah Pertama (SMP)/ Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA). Terlihat juga penduduk Desa Medan Sinembah lebih banyak yang tamatan SD/MI, dan SMP/MTs dibandingkan dengan yang SMA/MA.

Berdasarkan pengamatan lapangan, anak pemulung yang berada di Perumahan Cendana Desa Medan Sinembah memanfaatkan Sekolah Negeri yang ada di Desa Medan Sinembah, selain dekat dengan rumah pemulung, juga bisa menghemat biaya pendidikan anak-anak pemulung.Karena sekolah negeri mempunyai program wajib belajar 9 tahun sehingga untuk menyekolahkan anak sudah tidak berat lagi bagi keluarga pemulung yang tergolong berada dibawah garis kemiskinan.Keluarga pemulung sangat terbantu dengan adanya program wajib belajar 9 tahun dari pemerintah.


(32)

4.3.Gambaran umum Informan penelitian

Informan kunci/utamadalam penelitian ini sebanyak 10 orang yang merupakan pemulung yang menggunakan tenaga saja dan pemulung yang menggunakan tenaga dan modal uang untuk bekerja (toke kecil).Dan 3 orang informan tambahan yaitu toke besar, warung langganan dan rumah tangga langganan. Berikut merupakan data informan kunci/inti dalam penelitian berdasarkan usia, pekerjaan dan lama bekerja sebagai pemulung.

Tabel 12

Data Informan Utama Penelitian

No. Nama Usia Pekerjaan

Sudah menjadi pemulung 1. Lasmaria br. Butar-butar 51 tahun Pemulung Lepas dan

Toke kecil

10 tahun 2. Karisman Manalu 46 tahun Pemulung Lepas 12 tahun 3. Hotmananda simamora 36 tahun Pemulung lepas 5 tahun 4. Nurmala situmorang 46 tahun Pemulung lepas 12 tahun 5. Gabe tumiar sipahutar 43 tahun Pemulung lepas 12 tahun 6. Nurmaida br.

Simangunsong

50 tahun Pemulung lepas dan toke kecil

12 tahun 7. Manogihon situmorang 29 tahun Pemulung berbandar 10 tahun 8. Tukkot manalu 29 tahun Pemulung lepas 15 tahun 9. Rossiner Br. Opsungguk 46 tahun Pemulung lepas 10 tahun 10. Diana br. Naibaho 43 tahun Pemulung lepas 10 tahun Sumber: Data primer 2016

4.4. Profil Informan dan Temuan Lapangan 4.4.1. Informan Utama

1. Informan Pertama Data informan:

Nama : Lasmaria br. Butar-butar Usia : 51 tahun


(33)

Agama : Kristen Protestan Jenis kelamin : Perempuan Status : Menikah Pendidikan terakhir : SMA Asal : Pekanbaru Penghasilan per bulan : ± Rp. 1.200.000

Tanggungan : 2 orang (anak dan suami)

Bu Lasmaria adalah seorang ibu rumah tangga yang bekerja sebagai pemulung selama 10 tahun, sebelum ia bekerja sebagai pemulung, dulunya sewaktu gadis dia bekerja di pabrik Lion Star di Jakarta sebagai karyawan pengiriman luar kota. Setelah menikah ia merantau ke Sumatera Utara dan menetap di perumahan Cendana dan bekerja sebagai pemulung lepas juga sebagai toke kecil. Bu Lasmaria memiliki 3 orang anak, anak pertama tamatan SMK bekerja sebagai supir mobil transportasi di Jakarta, anak kedua tamatan SMP dan sekarang sudah menikah dan memilik anak 1 berusia 1 tahun, dan ia bekerja menjual pakaian kredit disekitar rumah orang tuanya, dan anak yang ketiga masih sekolah SMP kelas 1. Bu lasmaria bekerja mulai jam 08.00-18.00 wib setiap harinya. Wilayah kerjanya disekitar tanjung morawa dan batang kuis.Bu Lasmaria memiliki langganan rumah tangga dan langganan sekolah, jadi setiap hari bu Lasmaria keliling kerumah-rumah langganan dan kesekolah langganannya. Pendapatan hariannya berkisarantara Rp. 150.000 - Rp.200.000/harinya. Dipotong dengan uang minyak becak perhari Rp.20.000/hari, pendapatan bersihnya berkisar Rp.130.000-Rp. 180.000/ harinya termasuk dengan modal usaha bu lasmaria. Saat


(34)

ini bu Lasmaria sebagai tulang punggung keluarga, walaupun ia masih mempunyai suami akan tetapi suaminya sudah 3 bulan ini hanya bisa dirumah saja karena terkena penyakit kolesterol sehingga membuat suaminya tidak dapat banyak bergerak dan hanya bisa istirahat dirumah saja karena masih dalam proses pengobatan.

• Strategi aktif informan pertama

Pendapatan bu Lasmaria tergolong rendah, dikarenakan ia hanya bekerja sendiri untuk memenuhi kebutuhan keluarga dengan segala kebutuhan hidup yang semakin mahal dan tinggi, cara bu Lasmaria mempertahankan kehidupannya adalah dengan cara usaha sampingan yaitu menjual pakaian monza/bekas. Jadi setiap hari senin-sabtu bu lasmaria bekerja sebagai pemulung sedangkan dihari minggunya ia berjualan pakaian bekas di pasar mingguan desa. Akan tetapi karena kenaikan harga pakaian bekas belakangan ini bu lasmaria berhenti sementara karena keterbatasan modal untuk belanja pakaian bekas yang harganya sudah mahal perbalnya.

Cara lain yang dilakukan bu Lasmaria adalah biasanya dengan menukangi barang-barang bekas yang terbuat dari bahan logam, biasanya harga bahan logam perkilonya mulai Rp. 5000 – Rp. 40.000/kg. Akan tetapi sebelum dijual ke toke besar biasanya barang-barang logam tersebut di sortir lagi bagian dalamnya, jika ada yang masih bagus akan dijual dengan harga yang berbeda. Begitulah cara bu Lasmaria menambah penghasilannya dengan kemampuan nya mengolah barang-barang bekas. Seperti ungkapan informan mengatakan :

“ Kami pun dek, kalau tidak pintar-pintar menjual barang bekas ini, gak akan dapat untung lebih, misalnya seperti bahan-bahan logam, biasanya didalam bahan logam itu ada alat-alatnya yang masih bagus, jadi kami bongkar lah alatnya, kami pisahkanlah alat yang


(35)

bagusnya, biasanya kalo kami menjual terpisah itu bisa dapat untung 20-30rb/kg nya, begitulah cara kami dek untuk menambah uang belanja rumah ini” (L, 51th).

• Strategi Pasif Informan pertama

Strategi pasif adalah strategi yang dilakukan untuk menghemat pengeluaran keluarga, carabu Lasmaria menghemat pengeluaran adalah dengan cara menghemat biaya pangan, pendidikan dan kesehatan. Menghemat biaya pangan dengan cara makan dengan lauk seadanya, keluarga bu Lasmaria juga sudah tidak bisa memakan daging karena terkena penyakit kolesterol, sehingga mereka hanya makan menggunakan ikan saja, tahu dan tempe serta sayuran hijau. Karena pendapatan terbatas keluarga bu Lasmaria memenuhi kebutuhan keluarga dengan belanja perhari setelah pulang kerja.

Menghemat biaya pendidikan, yaitu dengan cara menyekolahkan anak di sekolah negeri sehingga biaya pendidikan tidak terlalu mahal. Hanya menyiapkan biaya jajan harian saja, serta pakaian seragam sekolahnya.

Dan menghemat biaya kesehatan dengan mendaftar sebagai keluarga kurang mampu dan mendapat Kartu Indonesia Sehat dari pemerintah, sehingga disaat mereka sakit mereka dapat berobat dengan cara gratis. Kalaupun ada biaya tambahan dikenakan biasanya biaya obat luar saja.

• Modal sosial dan ketergantungan informan pertama

Bu Lasmaria sangat memanfaatkan modal sosialnya sebagai alat pembantu kesulitan dalam hidupnya, misalnya seperti rumah yang ia tempati, ia tidak menyewa rumah, melainkan menetap secara gratis karena rumah yang ia tempati adalah rumah milik keluarganya, jadi sudah selama 10 tahun tinggal di perumahan cendana tidak pernah membayar uang sewa rumah.Becak barang yang informan


(36)

gunakan juga bukan milik pribadi, melainkan milik saudaranya yang diberi izin pakai tanpa sewa selama bertahun-tahun ini.

Selanjutnya modal sosial yang ia bangun kepada langganan rumah tangga dan langganan sekolah, sehingga dengan mudah ia untuk memperoleh barang-barang bekas yang akan ia jual ke toke besar. Hubungan kepercayaan yang dibangun dengan toke juga sangat baik, terlihat dari toke mau memberikan pinjaman uang kepada informan, dan cara pembayarannya juga dapat dicicil. Hal tersebut semua tidak akan terjadi jika informan tidak memiliki modal sosial seperti kepercayaan dan hubungan timbal balik yang diberikan kepada toke selama bertahun-tahun. Seperti ungkapan informan:

“Toke juga lihat-lihat orangnya dek, saya dikasih pinjaman karena saya sudah 4 tahun bekerjasama dengan toke, dan saya juga membangun kepercayaan toke kepada saya dengan cara: apabila saya berhutang saya membayarnya tepat waktu, dan saya setia hanya menjual barang saya kedia, makanya dia mau kasih pinjaman dengan saya dan bayar dicicilpun dia mau, semua itu harus ada kepercayaan dek, karena toke juga gak berani kasih sembarangan kalau dia belum percaya sama orangnya” (L,51th).

Terlihat juga besarnya ketergantungan bu Lasmaria terhadap tokenya disaat dia berada di masa sulit, dan tokenya juga sebaiknya, bahkan tokenya mau membeli barang dengan harga lebih. Selanjutnya Ketergantungan bu Lasmaria terhadap sekolah dan langganan rumah tangganya, terlihat bahwaia harus membangun hubungan yang baik dengan sekolah dan langganan rumah tangganya agar ia tetap dapat bekerjasama dengan langganannya. Cara dia membangun hubungan dengan langganannya adalah dengan cara disaat pelanggannya menghubunginya dan dibutuhkan ia akan segera hadir untuk mengambil barang


(37)

bekas, ia juga menunjukkan sikap ramah dan baik dalam berkomunikasi. Dan rajin menjalin silaturahmi ke langganannya.

• Teori kemiskinan

Menurut Prof. Sayoga, garis kemiskinan dinyatakan dalam Rp. Per tahun, sama dengan nilai tukar beras (kg per orang per bulan yaitu untuk masyarakat pedesaan 320 kg per orang per tahun dan untuk masyarakat perkotaan 480 kg per orang per tahun).

Berdasarkan pengamatan lapangan, Bu Lasmaria memiliki penghasilan bulanan senilai Rp. 1.200.000/bulan, dengan jumlah tanggungan 2 orang yaitu suami dan anak nya.Jika menggunakan nilai tukar beras, setiap bulannya setiap orang wajib menghasilkan 26 kg beras sebagai standar garis kemiskinan. Apabila dirupiahkan maka 26kg = Rp. 260.000/orang/bulan. Maka seharusnya penghasilan minimal bu Lasmaria dengan 2 orang tanggungannya adalah Rp. 260.000 x 3 = Rp. 780.000/bulan. Dengan jumlah penghasilan bu Lasmaria Rp. 1.200.00 – Rp. 780.000 = Rp. 420.000.- maka bu Lasmaria berada satu garis di atas garis kemiskinan.

Namun demikian, keluarga bu Lasmaria masih dikatakan miskin karena berdasarkan ukuran di atas, maka mereka yang hidup dibawah garis kemiskinan memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 1). Tidak memiliki factor produksi sendiri, seperti tanah, modal dan keterampilan. 2). Tidak memiliki kemungkinan untuk memperoleh asset produksi dengan kekuatan sendiri untuk memperoleh tanah garapan atau modal usaha. 3) kebanyakan tinggal di desa sebagai pekerja bebas (self employed) berusaha apa saja.


(38)

Bu Lasmaria tidak memiliki tanah, karena ia masih menumpang di rumah saudaranya, tidak mempunyai modal sendiri karena modal untuk usahanya di peroleh dari pinjaman yang diberikan oleh toke kepadanya. Dan tidak memiliki keterampilan lain selain bekerja sebagai pemulung.

2. Informan kedua Data informan:

Nama : Karisman manalu Usia : 46 tahun

Agama : Kristen Protestan Jenis kelamin : Laki-laki

Status : Menikah Pendidikan terakhir : SMP

Asal : Dolok Sanggul Penghasilan per bulan : Rp. 1.440.00

Tanggungan : 7 orang ( 6 orang anak dan 1 istri)

Bapak karisman adalah seorang kepala rumah tangga yang sudah bekerja sebagai pemulung selama 12 tahun.Ia sudah menetap di perumahan Cendana selama 15 tahun. Dan ia bekerja menjadi pemulung bersama istrinya. Ia berasal dari dolok sanggul merantau ke Medan mulai dari ia lajang. Memilik 8 orang anak. 2 anak sudah tamat SMA dan sudah menikah, 2 anak hanya tamat SMP, 1 anak masih smp kelas 1, selanjutnya ada yang SD kelas 6 dan kelas 1 dan terakhir masih balita. Pak karisman sebagai pemulung lepas yang mencari barang bekas dengan cara menyewa becak bersama teman-temannya. Pendapatan harian mereka


(39)

Rp.50.000/org di potong uang sewa becak setiap orang Rp.20.000/org. Mereka hanya menerima Rp.30.000/org penghasilan bersihnya.Jika berdua dengan istri menjadi Rp.60.000/harinya.Mereka memulung semua jenis barang bekas, mulai dari besi, atom, kertas, karton, dan plastik.Ia bekerja mulai pukul 09.00-16.00 wib dilapangan, kemudian menyortir barang-barang dan pulang kerumah jam 18.00-19.00 wib. Sesampai dirumah istrinya harus belanja dan memasak lagi untuk makan keluarga.Karena mereka belanja setiap hari setelah mereka pulang membawa uang.Wilayah kerja mereka yaitu daerah Pantai Labu, Batang Kuis, Sibiru-biru, Patumbak, Lubuk Pakam, dan Delitua.

• Strategi aktif informan kedua

Strategi aktif adalah segala usaha dan potensi yang ada dilakukan untuk mempertahankan kehidupan.Dengan pendapatan yang sangat minim untuk membiayai kehidupan anak yang banyak, pak Karisman melakukan strategi aktif dengan cara bekerja bersama istrinya. Istrinya membantu dia untuk mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.Dengan keadaan mereka yang berada di bawah garis kemiskinan tanggung jawab mencari nafkah bukan hanya berada di tangan suami, melainkan isteri juga harus turut membantu untuk meringankan beban ekonomi keluarga.Karena jika mereka bekerja berdua mereka bisa mendapat uang Rp.60.000-100.000/harinya sehingga dapat memenuhi kebutuhan harian mereka.

• Strategi pasif informan kedua

Strategi pasif yang digunakan pak Karisman adalah dengan menghemat biaya pangan, pendidikan dan kesehatan. Cara mereka menghemat biaya pangan adalah dengan cara makan dengan lauk seadanya saja, seperti ikan asin, ikan teri,


(40)

dan sayur rebusan. Mereka juga mendapat bantuan beras kurang mampu dari program bantuan pemerintah dengan membayar Rp.6000 untuk 5kg beras setiap bulannya. Cara mereka menghemat biaya pendidikan mereka dengan cara menyekolahkan anak mereka ke sekolah negeri, sehingga hanya memikirkan uang jajan hariannya saja. Dan cara menghemat biaya kesehatan dengan cara menjadi anggota dari salah satu program bantuan pemerintah yaitu peserta Kartu Indonesia sehat, sehingga mereka bisa berobat kapan saja tanpa biaya (gratis).

• Modal sosial dan ketergantungan informan kedua

Bapak Karisman menggunakan modal sosialnya sebagai cara membantu dia disaat berada dimasa sulit, misalnya disaat dia keabisan uang dan kesulitan untuk membeli kebutuhan pokok, ia dapat mengutang ke warung/kede langganannya dengan cara pinjaman sementara. Misalnya hari ini ia mengutang di warung, besoknya ia wajib membayar utangnya ke warung, bisa langsung lunas atau dicicil perharinya. Tentunya ia harus membangun kepercayaan kepada pemilik warung agar dapat memberikan pinjaman/utangan barang kepadanya. Dan ia memiliki ketergantungan terhadap pemilik warung, karena bagaimanapun disaat ia kesulitan untuk makan, ia hanya dapat meminta bantuan ke warung, karena kalau minta bantuan ke tetangga atau teman-teman, biasanya tidak akan dapat bantuan karena mereka sama-sama susah. Seperti ungkapan informan:

“kalau disaat barang botot lagi sepi, pendapatanpun sedikit, ya harus ngutang dulu lah kewarung, besoknya setelah dapat duit baru dibayar, Cuma warung yang dapat kasih hutangan, itupun besoknya harus langsung bayar, kalau tidak dibayar besoknya sulit untuk dikasih ngutang lagi, kalau pinjam ke tetangga atau kawan sama aja, kamikan sesama pemulung, jadi sama susahnya, tidak bisa untuk meminjam” (K, 49th).


(41)

Keluarga pak Karisman sangat bergantung terhadap pemilik warung, dan oleh sebab itu mereka menjaga hubungan yang baik dengan pemilik warung.

• Teori kemiskinan

Menurut Prof. Sayoga, garis kemiskinan dinyatakan dalam Rp. Per tahun, sama dengan nilai tukar beras (kg per orang per bulan yaitu untuk masyarakat pedesaan 320 kg per orang per tahun dan untuk masyarakat perkotaan 480 kg per orang per tahun).

Berdasarkan pengamatan lapangan, pak Karisman memiliki penghasilan Rp. 1.440.000/bulan dengan jumlah tanggungan 7 orang, maka seharusnya penghasilan pak Karisman tiap bulannya adalah Rp. 260.000 x 7 = Rp. 1.820.000/bulan, sedangkan pada kenyataannya penghasilan pak Karisman hanya Rp. 1.440.000/ bulan. Selisihnya adalah minus Rp. 380.000.- dapat disimpulkan bahwa keluarga pak Karisman berada di bawah garis kemiskinan.

3. Informan ketiga Data Informan:

Nama : Hotmananda Simamora Usia : 36 tahun

Agama : Kristen Protestan Jenis kelamin : Laki-laki

Status : menikah Pendidikan terakhir : SMA

Asal : Dolok sanggul Penghasilan : Rp. 960.000


(42)

Pak Hotman bekerja sebagai pemulung sudah 5 tahun belakangan ini, iasudah menetap di perumahan Cendana selama 5 tahun juga. Pak Hotman memiliki 3 orang anak, anak yang pertama masih berada dikelas 1 SD, dan anak ke 2 dan ke 3 masih Balita.Ia menyewa rumah di perumahan Cendana dengan bayaran sewa rumah 1,5jt/tahunnya. Pak Hotman kategori pemulung lepas yang setiap harinya memulung bersama-sama dengan teman-temannya menggunakan becak sewaan.Uang sewa becak perorangnya Rp.20.000/orang setiap harinya, pendapatan harian pak hotman berkisar antara Rp.30.000-Rp.40.000/hari, itu pun sudah dipotong uang sewa becak. Jam kerjanya mulai dari jam 09.00-16.00 wib belum termasuk menyortir barang, biasanya kalau hitung sampai mereka menjual ke toke, biasanya mereka pulang sekitar jam 18.00-19.00 wib tiba dirumah.

• Strategi aktif informan ketiga

Strategi aktif yang digunakan pak Hotman adalah dengan memanfaatkan segala tenaga dan waktunya untuk mencari barang bekas dilapangan dengan sebanyak-banyaknya, bahkan jika masih kurang banyak, ia bersama teman-temannya memperpanjang waktu kerja mereka hingga mereka mendapatkan barang bekas yang bisa memberikan uang yang layak buat belanja rumah tangga nya.

• Strategi pasif informan ketiga

Strategi pasif yang digunakan pak Hotman adalah dengan cara menghemat biaya kehidupan mereka, menghemat biaya kehidupan sehari-hari, keluarga pak Hotman lebih mengutamakan untuk membeli kebutuhan pokok seperti beras, lauk pauk seadannya saja seperti telur, ikan asin, ikan teri dan sayuran rebusan. Untuk pakaian juga mereka lebih memilih pakaian bekas/monza dari pada pakaian


(43)

baru.Karena yang terpenting bagi mereka bisa makan saja sudah lebih baik dan bersyukur.

• Modal sosial dan ketergantungan informan ketiga

Pak Hotman berada di perumahan Cendana masih terhitung baru 5 tahun, dan ia pindah dari dolok sanggul ke perumahan Cendana juga karena ia bersaudaraan dengan pak Karisman informan ke 2 di penelitian ini.Ia bersaudara ipar dengan pak Karisman melalui istri mereka. Ia pindah ke perumahan Cendana karena pak Karisman sudah duluan tinggal di Cendana, dan potensi untuk bekerja sebagai pemulung juga ada, karena di kampungnya sendiri sulit untuk mencari pekerjaan, seperti ungkapan informan 3 :

“ saya pindah kemari karena ada saudara saya sudah tinggal disini, dikampung susah untuk cari kerjaan, saya lihat abang itu aja anaknya 8 bisa hidup dengan memulung, kenapa saya tidak mencoba, kalau hidup di rantau orang ya harus kuat, susah senang ditanggung bersama.” (H, 36th)

Terlihat bahwa pak Hotman menggunakan modal sosialnya untuk mendapatkan tempat dan usaha, melalui saudaranya ia akhirnya mendapat pekerjaan walau hanya sebagai pemulung setidaknya ia bisa memberikan nafkah kepada istri dan anak-anaknya.

Pak Hotman juga bercerita, disaat ia mengalami krisis keuangan ia biasanya mengutang ke warung/kede langganannya, dan ia bisa membayarnya dengan cara mencicil. Tentunya ia sudah membangun modal sosial yang baik dengan pemilik warung/kede sehingga pemilik warung mengizinkannya untuk menghutang dan bisa membayarnya dengan caradi cicil setiap harinya.


(44)

Menurut Prof. Sayoga, garis kemiskinan dinyatakan dalam Rp. Per tahun, sama dengan nilai tukar beras (kg per orang per bulan yaitu untuk masyarakat pedesaan 320 kg per orang per tahun dan untuk masyarakat perkotaan 480 kg per orang per tahun.

Berdasarkan pengamatan lapangan, pak Hotman memiliki penghasilan perbulan Rp. 960.000/bulan dengan jumlah tanggungan 4 orang. Seharusnya penghasilan minimal pak Hotman setiap bulannya adalah senilai Rp. 260.000 x 5 = Rp. 1.300.000/bulan. Sedangkan penghasilan riil pak Hotman adalah Rp. 960.000/bulan, maka dapat dikatakan pak Hotman berada di bawah garis kemiskinan.

4. Informan keempat Data informan:

Nama : Nurmala Situmorang Usia : 46 tahun

Agama : Kristen Protestan Jenis kelamin : Perempuan Status : Janda Pendidikan terakhir : SMA

Asal : Dolok Sanggul Penghasilan : Rp. 1.200.000 Tanggungan : 4 orang anak

Ibu nurmala adalah seorang ibu rumah tangga tunggal (janda),ia bekerja sebagai pemulung sudah 12 tahun, dari ia mulai tinggal di perumahan Cendana, ia


(45)

termasuk kedalam tipe pemulung lepas/swausaha yang setiap harinya bekerja mulai pukul 09.00-16.00 wib dilapangan, selanjutnya menyortir lagi hingga pukul 18.00 wib dan malam tiba dirumah, bu nurmala setiap harinya menumpang becak bersama teman-temannya untuk memulung kelapangan, daerah pulungan mereka biasanya mulai dari Batang Kuis, Lubuk Pakam, Perbaungan hingga Galang. Pendapatan hariannya Rp. 50.000/hari dan sudah dipotong uang sewa becak Rp. 20.000/org. ia memiliki 4 orang anak, 2 anak sudah tamat SMA, 1 masih SMP, dan 1 lagi masih sekolah SD kelas 5. Ia menyewa di perumahan sudah 12 tahun dan membayar sewa rumah pertahunnya Rp. 1,5jt/tahun.

• Strategi aktif informan keempat

Strategi aktif yang digunakan bu nurmala adalah dengan mengajak anaknya untuk ikut dalam memulung, jadi bisa menambah penghasilan harian mereka. Selanjutnya ia memanfaatkan segala usaha dan tenaga yang ia miliki untuk menambah pendapatan hariannya dengan cara memperpanjang jam kerja dan lebih giat disaat berada dilapangan agar mendapat banyak barang bekas. • Strategi pasif informan keempat

Strategi pasif yang digunakan bu nurmala ialah dengan cara menghemat pengeluaran keluarga yaitu dengan cara lebih mengutamakan membeli kebutuhan pokok seperti makan dan minum keluarga, makan dengan menggunakan lauk seadanya, seperti ikan asin dan ikan teri. Selanjutnya menghemat biaya pendidikan anak-anaknya dengan cara menyekolahkan anaknya ke sekolah negeri, jadi tidak mengeluarkan biaya apapun selain pakaian seragam dan jajan harian anak. Berikutnya ia menghemat biaya kesehatan dengan cara mendaftar sebagai anggota Kartu Indonesia Sehat (KIS), jadi bila ia dan keluarga sakit bisa


(46)

menghemat biaya kesehatan bahkan tidak bayar sama sekali karena kartu Indonesia Sehat (KIS) adalah program kesehatan dari pemerintah bagi masyarakat yang kurang mampu, jadi tidak dikenakan biaya apapun.

• Modal sosial dan ketergantungan informan keempat

Modal sosial meliputi jaringan, kepercayaan dan hubungan timbalbalik/kerjasama, bu Nurmala sebagai orangtua tunggal didalam kehidupannya menggunakan modal sosial, seperti jaringan/relasi yang ia bangun didaerah tempat tinggalnya, ia sangat dekat kepada tetangganya baik sesama pemulung maupun tidak, dan ia termasuk memiliki banyak saudara di perumahan itu karena banyak yang 1 kampungnya tinggal di perumahan Cendana tersebut, dan disaat ia kesulitan ia juga sering meminta bantuan kepada kerabatnya yang 1 kampung dengan dia. Selanjutnya kepercayaan dan hubungan yang ia bangun dengan pemilik warung langganannya, karena disaat ia berada dalam kesulitan keuangan, biasanya ia mengutang kewarung langganannya untuk belanja kebutuhan pokok, dan membayarnya dengan cara dicicil setiap hari sepulang kerja.

Berikutnya bentuk ketergantungan yang terjadi antara bu Nurmala terhadap toke nya terlihat disaat ia membutuhkan duit untuk kehidupannya, selain ia mengutang ke warung ia juga biasanya meminjam duit kepada tokenya, pinjaman yang diberikan pun bersifat sementara, dan banyak pinjaman juga terbatas, paling banyak hanya Rp.50.000 karena tokenya juga banyak memberikan pinjaman kepada pemulung yang lainnya. Maksud pinjaman sementara disini adalah misalnya ia meminjam uang hari ini kepada toke, besok harinya disaat ia mau menjual barang hutangnya langsung dipotong oleh tokenya.


(47)

• Teori kemiskinan

Menurut Prof. Sayoga, garis kemiskinan dinyatakan dalam Rp. Per tahun, sama dengan nilai tukar beras (kg per orang per bulan yaitu untuk masyarakat pedesaan 320 kg per orang per tahun dan untuk masyarakat perkotaan 480 kg per orang per tahun).

Berdasarkan pengamatan lapangan, penghasilan bu Nurmala Rp. 1.200.000/bulan dengan jumlah tanggungan 4 orang.Dengan teori garis kemiskinan seharusnya penghasilan minimal bu Nurmala adalah Rp. 260.000 x 5 =1.300.000/bulan.Dengan melihat penghasilan riil bu Nurmala hanya Rp. 1.200.000/bulan maka dapat disimpulkan bahwa keluarga Bu Nurmala berada di bawah garis kemiskinan.

5. Informan kelima Data informan :

Nama : Gabe tumiar sipahutar Usia : 43 tahun

Agama : Kristen Protestan Jenis kelamin : Perempuan Status : Menikah Pendidikan terakhir : SMA Asal : Sibolga Penghasilan : Rp. 1.200.000 Tanggungan : 4 orang anak


(48)

Ibu Gabe adalah seorang pemulung lepas yang sudah bekerja sebagai pemulung selama 12 tahun, ia bekerja sebagai pemulung pengumpul dijalanan, ia mencari barang bekas dengan cara berjalan kaki setiap hari mulai dari Tanjung Morawa hingga Batang Kuis. Jam kerja bu Gabe mulai dari pukul 08.00-17.00 wib. Bu Gabe memiliki 5 orang anak,1 sudah menamatkan sekolah SMA, kemudian 1 tamatan SMK, dan 3 anak lagi masih berada di SD. Bu Gabe tinggal di perumahan cendana tidak membayar uang sewa rumah dikarenakan rumah yang ia tempati adalah rumah keluarga. Pendapatan harian bu Gabe Rp. 50.000/hari.

• Strategi aktif informan kelima

Strategi aktif bu Gabe dalam penelitian ini adalah ia bersama-sama dengan suami bekerja untuk mencari nafkah, suaminya bekerja sebagai tukang/buruh bangunan, namun bekerja sebagai tukang bangunan tidak selamanya ada, terkadang disaat tidak ada suaminya ikut membantunya untuk memulung di jalanan.

• Strategi pasif informan kelima

Strategi pasif yang digunakan bu Gabe adalah dengan cara menghemat biaya kebutuhan pangan yaitu lebih mengutamakan untuk membeli makanan pokok seperti beras, gula, bubuk teh dan ikan asin sebagai kebutuhan pokok. Mereka makan dengan lauk seadanya yang penting bagi mereka bisa makan setiap hari aja sudah bersyukur.Selanjutnya menghemat biaya pendidikan dengan menyekolahkan anak-anaknya ke sekolah negeri. Dan menghemat biaya kesehatan dengan cara mendaftar sebagai anggota Kartu Indonesia Sehat (KIS) program bantuan masyarakat kurang mampu dari presiden jokowi.


(49)

• Modal sosial dan ketergantungan informan ke lima

Modal sosial meliputi jaringan, kepercayaan, dan hubungan timbal balik, bu gabe menggunakan jaringannya untuk membantu kehidupannya seperti tempat tinggal/rumah yang ia tempati adalah rumah miliki keluarganya, sehingga ia diringankan untuk tidak membayar biaya sewa rumah. Kemudian kepercayaan dan hubungan timbalbalik yang dibangun oleh bu gabe terhadap koperasi yang biasanya ia mintai bantuan disaat ia dalam masa krisis keuangan. Bu gabe meminjam uang koperasi dan membayar cicilannya dengan cara bayaran Rp.15.000/harinya.

• Teori kemiskinan

Menurut Prof. Sayoga, garis kemiskinan dinyatakan dalam Rp. Per tahun, sama dengan nilai tukar beras (kg per orang per bulan yaitu untuk masyarakat pedesaan 320 kg per orang per tahun dan untuk masyarakat perkotaan 480 kg per orang per tahun).

Berdasarkan pengamatan lapangan, bu Gabe memiliki penghasilan Rp. 1.200.000/bulan dengan tanggungan 4 orang anak. Dengan menggunakan penghitungan garis kemiskinan seharusnya penghasilan bu Gabe tiap bulannya adalah Rp. 260.000 x 5 = Rp. 1.300.000/ bulan, sedangkan penghasilan riil bu Gabe hanya Rp. 1.200.000/bulan. Maka dapat disimpulkan keluarga bu Gabe berada di bawah garis kemiskinan.

6. Informan ke enam Data informan:


(50)

Usia : 50 tahun

Agama : Kristen Protestan Jenis kelamin : Perempuan Status : Menikah Pendidikan terakhir : SMA

Asal : Balige

Penghasilan : Rp. 1.200.000.- Tanggungan : 3 orang anak

Bu Nurmaida tergolong dalam pemulung lepas, ia bekerja kelapangan dengan menaiki becak bersama teman-temannya, ia memiliki becak tetapi ia belum menjadi toke kecil karena belum ada modal. Ia bekerja sebagai pemulung sudah 12 tahun. Dan ia tinggal di perumahan Cendana sudah 16 tahun. Ia menyewa di perumahan Cendana dengan bayaran sewa Rp. 2.000.000/tahunnya. Ia bekerja mulai dari 08.00-17.00 wib, daerah kerja bu Nurmaida yaitu daerah Lubuk Pakam, Galang, Tumbukan, Delitua, dan Pantai Labu. Bu Nurmaida memiliki anak 6, 3 anak sudah tamat SMA, 1 masih SMP, dan 2 lagi masih SD. Pendapatan harian bu Nurmaida adalah Rp. 50.000/hari biasanya ia belanja kebutuhan rumah disaat ia sudah pulang membawa duit.

• Strategi aktif informan ke enam

Strategi aktif yang digunakan bu Nurmaida adalah dengan bekerjasama bersama suaminya mencari nafkah, suaminya bekerja sebagai pekerja bangunan, anak bu Nurmaida juga ikut membantunya mencari barang bekas dilapangan disaat tidak sekolah/libur.


(51)

Strategi pasif yang digunakan bu nurmaida adalah dengan cara menghemat pengeluaran keluarga, seperti biaya kebutuhan pangan mereka biasanya makan dengan lauk seadanya, makan dengan menggunakan nasi dan ikan asin saja. Kalau mau makan daging disaat hari besar saja, seperti hari natal.Selanjutnya menghemat biaya pendidikan dengan menyekolahkan anak di sekolah negeri.Kemudian menghemat biaya kesehatan dengan mendaftar sebagai anggota Kartu Indonesia Sehat sehingga bisa berobat kapan saja dan tanpa biaya.

• Modal sosial dan ketergantungan informan ke enam

Bu Nurmaida memanfaatkan modal sosialnya yaitu jaringan yang ia miliki untuk membantunya dimasa sulit, yaitu warung langganan dekat rumah yang biasanya dijadikan tempat untuk menghutang disaat dia dan keluarga tidak dapat pinjaman dari tetangga atau saudara. Selanjutnya toke yang mau membantu memberikan hutangan walau hanya pinjaman sementara setidaknya dapat meringankan kesulitan dalam rumah tangga bu nurmaida, kepercayaan dan hubungan timbal balik yang dibangun bu Nurmaida dengan toke dapat memberikan dampak baik terhadap kehidupannya.

• Teori kemiskinan

Menurut Prof. Sayoga, garis kemiskinan dinyatakan dalam Rp. Per tahun, sama dengan nilai tukar beras (kg per orang per bulan yaitu untuk masyarakat pedesaan 320 kg per orang per tahun dan untuk masyarakat perkotaan 480 kg per orang per tahun).

Berdasarkan pengamatan lapangan, penghasilan bulanan bu Nurmaida perbulan adalah Rp. 1.200.000 dengan tanggungan 3 orang anak, seharusnya penghasilan minimal per bulan bu Nurmaida berdasarkan pengukuran garis


(52)

kemiskinan adalah Rp. 260.000 x 4 = Rp. 1.040.000. dengan melihat penghasilan riil bu Nurmaida Rp. 1.200.000/ bulan maka dapat dikatakan bu Nurmaida berada satu garis di atas garis kemiskinan. Namun keluarga bu Nurmaida masih tergolong miskin karena tidak memiliki factor produksi sendiri seperti tanah, modal, dan keterampilan.

Dapat di lihat rumah yang ditempati bu Nurmaida adalah rumah sewaan, itu berarti bu Nurmaida tidak memiliki tanah. Selanjutnya bu Nurmaida tidak memiliki modal untuk usahanya, dan ia juga tidak memiliki keterampilan lain selain bekerja sebagai pemulung.

7. Informan ke tujuh Data informan :

Nama : Manogihon situmorang Usia : 29 tahun

Agama : Kristen Protestan Jenis kelamin : Laki-laki

Status : Menikah Pendidikan terakhir : SMP

Asal : Dolok Sanggul Penghasilan per bulan : Rp. 720.000.-

Tanggungan : 3 orang ( 2 anak dan 1 istri )

Pa Manogihon adalah seorang pemulung berbandar, ia mendapatkan becak barang yang disewakan oleh tokenya, ia bekerja sebagai pemulung sudah 10 tahun, mulai dari ia sebelum menikah, ia bekerja mulai 08.00-19.00 wib (selesai


(53)

menyortir dan menjual), wilayah kerjanya di Batulapan (Perbaungan), Patumbak, dan Batang Kuis. Pendapatan hariannya Rp.50.000/hari dipotong biaya sewa becak perhari Rp.20.000 di berikan ke toke, penghasilan bersih yang ia terima Rp. 30.000/harinya. Ia memiliki 2 anak, anak pertama sekolah Tk, dan anak keduanya masih Balita. Ia menyewa rumah dengan bayaran Rp. 1,5jt/tahun.

• Strategi aktif informan ke tujuh

Strategi aktif yang digunakan pak Manogihon adalah dengan cara bekerja bersama istri dan adeknya, jadi mereka bertiga menaiki becak berkeliling dilapangan mengumpuli barang-barang bekas.

• Strategi pasif informan ke tujuh

Strategi pasif yang digunakan pak Manogihon adalah dengan cara menghemat biaya kebutuhan pokok, mereka lebih memilih makan dengan menggunakan lauk seadanya, yaitu makan dengan nasi dan ikan asin serta sayuran hijau yang direbus.Untuk makan daging biasanya disaat ada acara pesta dan di acara Natal.

• Modal sosial dan ketergantungan informan ke tujuh

Ia menggunakan modal sosialnya disaat ia berada di masa sulit keuangan, biasanya disaat ia tidak mendapat pinjaman lagi dari saudara dan tetangga ia biasanya meminta bantuan dengan cara meminjam kepada rentenir, dan menghutang kekede. Bentuk ketergantungan yang terjadi antara pak Manogihon terhadap tokenya terlihat dari becak yang ia gunakan adalah becak milik tokenya, ia hanya membayar uang sewa Rp.20.000/harinya. Dan ia sudah bekerjasama dengan tokenya selama 7 tahun sehingga tokenya memberi kepercayaan memberikan becaknya. Tentunya di dalam ketergantungan pak Manogihon


(54)

terhadap tokenya, tokenya juga membutuhkan dia untuk menambah barang bekas di lapaknya.Selanjutnya Adiknya juga turut membantu belanja di rumah di saat pak Manogihon kesulitan keuangan.

• Teori kemiskinan

Menurut Prof. Sayoga, garis kemiskinan dinyatakan dalam Rp. Per tahun, sama dengan nilai tukar beras (kg per orang per bulan yaitu untuk masyarakat pedesaan 320 kg per orang per tahun dan untuk masyarakat perkotaan 480 kg per orang per tahun).

Berdasarkan pengamatan lapangan, penghasilan pak Manogihon adalah Rp. 720.000/bulan dengan jumlah tanggungan 3 orang (2 anak dan 1 istri).Dengan menggunakan pengukuran garis kemiskinan seharusnya pendapatan minimal pak Manogihon seharusnya Rp. 1.040.000/bulan, sedangkan pendapatn riil pak Manogihon adalah Rp. 720.000/bulan.Dapat disimpulkan bahwa keluarga pak Manogihon berada di bawah garis kemiskinan.

8. Informan ke delapan Data Informan :

Nama : Tukkot manalu Usia : 29 tahun

Agama : Kristen Protestan Jenis kelamin : Laki-laki

Status : Menikah Pendidikan terakhir : SD


(55)

Penghasilan per bulan : Rp. 1.200.000.-

Tanggungan : 5 orang ( 4 org anak dan 1 istri)

Pak Tukkot adalah tipe pemulung lepas yang menggunakan becak nya sendiri kelapangan, biasanya ia bersama teman-teman pemulung lain menumpang dibecak milik pribadinya keliling meleles barang bekas dilapangan, pak Tukkot sudah 15 tahun menjadi pemulung, ia memiliki anak 4 orang. Ke 4 anaknya masih Balita, ia mulai kerja setiap harinya mulai pukul 08.00-17.00 wib, daerah kerjanya seputaran Batang Kuis, Pantai Labu, dan Galang, pendapatan hariannya Rp.70.000 (kotor), di potong uang minyak Rp.20.000/hari, ia menerima pendapatan Rp.50.000 setiap harinya.Ia menyewa di perumahan cendana dengan bayaran 1,5jt/tahun.

• Strategi aktif informan ke delapan

Strategi aktif yang digunakan pak Tukkot adalah bekerja dengan semaksimal mungkin disetiap harinya untuk mencari nafkah buat anak istrinya, terkadang ia juga memperpanjang jam kerjanya untuk menambah penghasilan hariannya.

• Strategi pasif informan ke delapan

Strategi pasif yang digunakan pak Tukkot adalah menghemat biaya hidup sehari-hari, dikarenakan anak-anaknya masih balita, kebutuhan untuk pendidikan belum ada, jadi pak Tukkot bisa menghemat pengeluaran sehari-harinya, ia dan istri lebih mengutamakan membeli susu buat anak-anaknya karena masih balita, terkadang disaat sulit keuangan, ia memberikan nasi bubur untuk makanan anak-anaknya, dan untuk lauk pauk mereka juga makan dengan seadanya, hanya nasi dan ikan asin saja,


(56)

kalau pun makan daging di hari besar seperti natal dan acara pesta undangan saja.

• Modal sosial dan ketergantungan informan ke delapan

Pak Tukkot memanfaatkan jaringan sosialnya dikala ia butuh informasi dan bantuan seputar harga barang dipasaran, daerah mana yang mudah mendapat barang bekas, ia juga memberi kepercayaan dan kerjasama kepada koperasi disaat ia butuh uang untuk hidup, ia meminjam uang kepada pihak koperasi dengan sistem bayaran harian.

• Teori kemiskinan

Menurut Prof. Sayoga, garis kemiskinan dinyatakan dalam Rp. Per tahun, sama dengan nilai tukar beras (kg per orang per bulan yaitu untuk masyarakat pedesaan 320 kg per orang per tahun dan untuk masyarakat perkotaan 480 kg per orang per tahun.

Berdasarkan pengamatan lapangan, pak Tukkot memiliki penghasilan Rp. 1.200.000/bulan dengan jumlah tanggungan 5 orang (4 orang anak dan 1 istri). Dengan menggunakan pengukuran garis kemiskinan seharusnya pendapatan minimal pak Tukkot tiap bulannya adalah Rp. 260.000 x 6 = Rp. 1.560.000.- sedangkan penghasilan riil pak Tukkot tiap bulannya adalah Rp.1.200.000.- dapat disimpulkan keluarga pak Tukkot berada di bawah garis kemiskinan.

9. Informan ke sembilan Data Informan :


(57)

Usia : 46 tahun

Agama : Kristen Protestan Jenis kelamin : perempuan Status : Menikah Pendidikan terakhir : SMA Asal : Sidikalang Penghasilan per bulan : Rp. 1.200.000.- Tanggungan : 3 orang anak

Bu Rossiner adalah tipe pemulung lepas bekerja sehari-hari mengelilingi daerah Limau Manis kecamatan Tanjung Morawa dengan berjalan kaki, ia menjadi pemulung sudah 10 tahun, ia memiliki anak 5, anak pertama dan kedua sudah tamat SMA, anak ketiga masih SMA, anak keempat masih SMP, dan yang terakhir masih SD. Ia menyewa rumah di cendana dengan biaya sewa Rp. 2.000.000/tahun. Pendapatan harian bu ross setiap harinya berkisar mulai Rp.50.000-Rp.100.000/hari, biasanya jika ia dapat Rp. 100.000, disaat ia banyak barang bekas yang didapat dilapangan.

• Strategi aktif informan ke sembilan

Bu Rossiner menggunakan strategi aktifnya yaitu : dengan bekerja mencari/meleles barang bekas dilapangan bersama anak-anaknya yang sudah tamat SMA. Bahkan anaknya membiayai uang sekolahnya sendiri dari hasil memulung bersama bu Ross di lapangan.Suaminya juga bekerja sebagai kuli/buruh bangunan.Jadi mereka 1 keluarga saling membantu mecari nafkah untuk dirumah.


(58)

• Strategi pasif informan ke sembilan

Strategi pasif yang digunakan bu Ross adalah dengan cara menghemat biaya makan sehari-hari, makan dengan menggunakan lauk seadanya, belanja butuhan pokok disaat sudah pulang kerja dan membawa duit. Menghemat pendidikan dengan memasukkan anaknya sekolah ke sekolah negeri. Dan terdaftar sebagai anggota kartu Indonesia sehat sebagai usahanya dalam men]ghemat biaya kesehatan.

• Modal sosial dan ketergantungan informan ke sembilan

Modal sosial terdiri dari jaringan, kepercayaan dan hubungan timbalbalik.bu Ross membangun jaringannya di perumahan dengan tetangga dan sesama pemulung, ia memanfaatkan jaringannya untuk saling berbagi informasi, mulai dari tentang pekerjaan mereka sebagai pemulung hingga info-info terbaru tentang bantuan dari pemerintah setempat. Selanjutnya ia membangun kepercayaan dan kerjasama dengan tetangga, sesama pemulung dan rentenir dengan baik. Rentenir adalah salah satu wadah bagi bu ross untuk meminta bantuan disaat ia dalam masa sulit keuangan. Dan bentuk saling ketergantungan antara bu ross dengan rentenir bisa terlihat. Karena rentenir juga membutuhkan orang untuk meminjam uangnya sehingga duitnya bisa bertambah melalui bunga pinjaman yang diberikan sebesar 10% kepada orang yang meminjam kepadanya.

• Teori kemiskinan

Menurut Prof. Sayoga, garis kemiskinan dinyatakan dalam Rp. Per tahun, sama dengan nilai tukar beras (kg per orang per bulan yaitu untuk


(59)

masyarakat pedesaan 320 kg per orang per tahun dan untuk masyarakat perkotaan 480 kg per orang per tahun).

Berdasarkan pengamatan lapangan, penghasilan bu Ross tiap bulannnya adalah Rp. 1.200.000.- dengan tanggungan 3 orang anak. Jika menggunakan pengukuran garis kemiskinan seharusnya penghasilan per bulan bu Ross adalah Rp. 260.000 x 4 = Rp. 1.040.000/bulan. Melihat penghasilan riil bu Ross Rp.1.200.000/bulan maka dapat disimpulkan bu Ross berada satu garis di atas garis kemiskinan.

Namun, bu Ross masih dicirikan miskin karena sesuai dengan cirri-ciri kemiskinan, yaitu tidak memiliki factor produksi sendiri seperti tanah, modal dan keterampilan. Kita buktikan dengan tidak memiliki tanah karena masih menyewa di perumahan Cendana dengan bayaran Rp. 2000.000/tahunnya, selanjutnya tidak memiliki modal untuk usaha karena bu Ross adalah tipe pemulung lepas yang hanya menggunakan tenaga untuk bekerja, dan terakhir tidak memiliki keterampilan lain selain bekerja sebagai pemulung saja.

10. Informan ke sepuluh Data informan:

Nama : Diana Br. Naibaho Usia : 43 Tahun

Agama : Kristen Protestan Jenis kelamin : Perempuan Status : Menikah


(60)

Pendidikan terakhir : SMP

Asal : Samosir

Penghasilan per bulan : Rp. 1.440.000.-

Tanggungan : 5 orang (4 orang dan 1 suami)

Bu Diana adalah tipe pemulung lepas yang bekerja kesehariannya dengan menaiki becak bersama-sama temannya dilapangan. Dengan bayaran sewa becak perharinya Rp. 20.000.- ia mulai kerja pukul 08.00-16.00 wib setiap harinya. Ia memiliki 5 orang anak. Anaknya yang pertama sudah tamat SMK. Anak kedua masih bersekolah di SMK, anak ketiga masih duduk dikelas 3 SMP, anak keempat kelas 2 SMP, dan yang terakhir masih SD. Anaknya yang SMP dan SMK bersekolah di sekolah swasta karena ketidakmampuan otak untuk seleksi masuk ke sekolah negeri.

• Strategi aktif informan ke sepuluh

Strategi aktif yang digunakan bu Diana adalah dengan menjadi pemulung bersama-sama dengan suaminya.Dengan bekerja bersama suaminya ia bisa menambah penghasilan harian. Biasanya ia masing-masing mendapat Rp. 50.000/org, jadi jika ia bersama suaminya bisa mendapat Rp. 100.000/harinya.

• Strategi pasif informan ke sepuluh

Strategi pasif yang digunakan bu Diana adalah dengan mengehemat kebutuhan pokok, membeli baju baru disaat tahun baru saja, makan daging disaat pesta dan natal saja.Serta setiap harinya makan dengan lauk seadanya saja.Bu Diana menghemat biaya kehidupannya juga


(61)

dengan menjadi anggota Kartu keluarga sejahtera mendapat bantuan kehidupan setiap bulannya.Ia juga terdaftar sebagai anggota Kartu Indonesia sehat sehingga ia bisa menghemat biaya kesehatan dengan kartu tersebut.

• Modal sosial dan ketergantungan informan ke sepuluh

Modal sosial yang dibangun bu Diana kepada tetangga, dan sesama pemulung dapat memberikan bantuan kepada dirinya dan keluarga disaat masa sulitnya. Misalnya bu Diana di masa sulit uang untuk membeli bahan makanan, biasanya bu Diana mengutang ke warung langganannya untuk membeli kebutuhan pokonya dengan cara system bayaran perhari. Ambil hari ini dibayar besoknya.Jadi secara tidak langsung bu Diana memiliki ketergantungan yang besar terhadap kede/warung langganannya.

• Teori kemiskinan

Menurut Prof. Sayoga, garis kemiskinan dinyatakan dalam Rp. Per tahun, sama dengan nilai tukar beras (kg per orang per bulan yaitu untuk masyarakat pedesaan 320 kg per orang per tahun dan untuk masyarakat perkotaan 480 kg per orang per tahun.

Berdasarkan pengamatan lapangan, penghasilan bu Diana bersama suami adalah Rp. 1.440.000 dengan tanggungan 5 orang (4 orang anak dan 1 suami). Maka seharusnya penghasilan minimal bu Diana tiap bulannya adalah Rp. 260.000 x 6 = Rp. 1.560.000/bulan. Melihat penghasilan riil bu Diana hanya Rp. 1.440.000/bulan maka dapat disimpulkan keluarga bu Diana berada di bawah garis kemiskinan.


(62)

4.4.2. Informan Tambahan 1. Informan ke sebelas Data Informan :

Nama : Masna Barus Usia : 53 Tahun Agama : Islam Jenis kelamin : Perempuan Status : Menikah Pendidikan terakhir : S1 Profesi : Guru

Keterangan : Langganan Rumah Tangga dan Sekolah

Bu masna adalah seorang guru di salah satu SD di Desa Medan Sinembah, bu masna adalah langganan rumah tangga dan langganan rumah sekolah dari ibu lasmaria informan 1 dalam penelitian ini.Bu masna sudah beberapa tahun ini berlangganan menjualkan barang bekas miliknya maupun milik sekolah kepada bu lasmaria.Jenis barang bekas yang dijual bu masna seperti kertas dan karton yang tidak digunakan lagi di sekolah, serta alat-alat rumah tangga miliknya yang sudah rusak atau sudah tidak bisa dipakai lagi di jual kepada bu lasmaria. Biasanya bu masna akan menghubungi bu lasma di saat ia ingin menjualkan barang bekasnya kepada bu lasmaria.

Berdasarkan wawancara bu masna mengakui selalu menjualkan barang bekasnya kepada bu lasmaria, karena ia sudah lama menjadi langganan dari bu lasmaria, selain mereka berada dalam 1 desa yang sama, yaitu sama-sama berada di desa Medan Sinembah, mereka juga terkait persaudaraan berdasarkan marga.


(63)

Bu lasmaria juga menjalin hubungan yang baik dengan bu masna seperti di saat tidak kerja, bu lasmaria sering bersilaturahmi ke rumah ibu masna.

Dapat disimpulkan bahwa bu lasmaria sudah membangun modal sosial yang baik kepada bu masna sehingga bu masna bisa berlangganan terus dengan dirinya. Terjadinya teori jaringan yaitu ada kerja antar simpul, maksudnya adalah melalui hubungan sosial yang mereka bangun terjadilah kerja sama di antara pelaku, selanjutnya di ikuti dengan kepercayaan yang di bangun oleh pelaku dan akhirnya terjadilah hubungan timbal balik. Dimana terjadilah suatu hubungan yang saling menguntungkan antara pelaku yang memiliki hubungan tersebut.

2. Informan ke dua belas Data Informan :

Nama : Raisah Butar-butar Usia : 50 Tahun

Agama : Islam Jenis kelamin : Perempuan Status : Menikah Pendidikan terakhir : SMA

Profesi : Ibu Rumah Tangga Keterangan : Toke Besar/juragan

Bu Raisah adalah toke besar/juragan dari pemulung dalam penelitian ini.Bu Raisah mengakui memberikan semacam modal usaha untuk para pemulung yang bekerjasama dengan dirinya.Pinjaman modal mulai Rp.1.000.000 – Rp. 3.000.000 untuk setiap pemulung, dengan system pembayaran cicilan. Apabila


(64)

hasil penjualan pemulung di atas Rp. 100.000.- maka hutang pemulung akan di potong sesuai permintaan dari pemulung. Dan apabila di bawah Rp.100.000.- toke besar/juragan tidak akan memotong hutangnya, seperti ungkapan bu Raisah :

“Kalau penjualannya di atas Rp.100.000 di potong hutang, itupun saya tanyak lagi ke pemulungnya mau di potong berapa, kalau di bawah Rp. 100.000 tidak saya potong hutang, karena kasihan kalau di potong nanti untuk belanja rumah apa lagi duitnya (R,50th)”.

Bu Raisah juga menjelaskan, siapa saja bisa bekerjasama dengan dia, siapa saja bisa membawa barang bekasnya untuk di jual di tempatnya, akan tetapi bagi mereka yang mendapatkan bantuan modal dari bu Raisah itu pemulung yang sudah lama bekerjasama dengan bu Raisah, misalnya sudah sampai 1 tahun bekerjasama dengan bu Raisah, bu Raisah mau memberikan bantuan modal usaha untuk pemulung tersebut. Dan pemulung tersebut juga dapat di percaya dan jujur, karena kalau yang tidak bisa di percaya bu Raisah juga tidak mau memberikan bantuan modal, takutnya modal usaha yang ia berikan tidak dikembalikan.

3. Informan ke tiga belas Data Informan :

Nama : Risma pasaribu Usia : 51 tahun Agama : Kristen Jenis kelamin : perempuan Status : Menikah Pendidikan terakhir : SMA


(65)

Profesi : Wiraswasta

Keterangan : Warung langganan

Berdasarkan wawancara di lapangan, bu Risma mengakui sering memberikan hutangan kepada keluarga pemulung yaitu, bahan-bahan pokok seperti beras, gula, bubuk teh, garam, indomie, sabun dan shampoo.Pemulung di izinkan untuk menghutang ke warung dengan sistem pinjaman sementara.Maksud dari pinjaman sementara itu adalah jika pemulung menghutang hari ini di warung, besoknya setelah pulang kerja membawa duit wajib membayar hutangnya ke warung, tidak harus lunas, bisa di cicil hutangnya hingga lunas. Karena apabila tidak di bayar setiap hari, warung bu Risma bisa kehabisan modal untuk usaha. Jadi supaya pemulung terbantu bu Risma memberikan keringanan untuk keluarga pemulung.

Bu Risma mengakui merasa prihatin melihat kehidupan keluarga pemulung yang serba terbatas.Dan bu Risma juga memberi bantuan kepada pemulung karena merasa sekeyakinan atau seagama, membantu saudara yang seiman. Seperti ungkapan bu Risma:

“Setidaknya kan dek, kalau aku gak bisa bantu memberi uang, aku membantu meringankan bebannya dengan menghutang di kede ku, bayarnya bisa di cicil, yang penting dibayarlah, jangan tidak di bayar, nanti modalku juga habis kalau gak di bayar (R,51th)”.


(66)

4.5. ANALISIS DATA

4.5.1. Konsep Strategi Bertahan Hidup

Menurut Snel dan Staring (Resmi, 2005:6) menyatakan bahwa strategi bertahan hidup adalah sebagai rangkaian tindakan yang dipilih secara standar oleh individu dan rumah tangga yang menegah ke bawah secara sosial ekonomi. Melalui strategi yang dilakukan oleh seseorang, bisa menambah penghasilan lewat pemanfaatan sumber-sumber yang lain ataupun mengurangi pengeluaran lewat pengurangan kuantitas dan kualitas barang atau jasa. Selain itu, strategi bertahan hidup menerapkan pola nafkah ganda yang merupakan bagian dari strategi ekonomi.Sehingga Strategi bertahan hidup dirumuskan oleh Snel dan Traring sebagai serangkaian tindakan yang dipilih secara sadar oleh individu dan rumah tangga miskin secara sosial ekonomi. Dengan strategi ini seorang individu berusaha untuk menambah penghasilan lewat pemanfaatan sumber–sumber lain ataupun mengurangi pengeluaran lewat pengurangan kuantitas barang dan jasa.

Dalam definisi lain, strategi bertahan hidup Bungara (dalam Resmi,2005) merupakan cara individu dan rumah tangga “ biasa” (ordinary) mengatur dirinya untuk hidup. Dalam konteks keluarga biasa, strategi penanganan masalah ini pada dasarnya merupakan kemampuan segenap anggota keluarga dalam mengelola segenap aset yang dimilikinya.Bisa juga disamakan dengan kapasitas keluarga miskin dalam menanggapi goncangan dan tekanan.

Coping strategies dalam mengatasi goncangan dan tekanan ekonomi terdapat berbagai cara yang ditempuh oleh keluarga yang diteliti (Wahyudi,2007:88). Cara-cara tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu:


(67)

a. Strategi AktifYaitu strategi yang mengoptimalkan segalapotensi keluarga untuk (misalnya melakukanaktivitas sendiri, memperpanjang jam kerja,memanfaatkan sumber atau tanaman liar dilingkungan sekitar dan sebagainya.

b. Strategi PasifYaitu mengurangi pengeluaran keluarga(misalnya pengeluaran biaya untuk sandang,pangan, pendidikan, dan sebagainya).

Berdasarkan pengamatan dan wawancara dilapangan, setiap keluarga pemulung memiliki strategi bertahan hidup yang diciptakan oleh mereka sendiri, adapun Strategi bertahan terbagi menjadi dua yaitu strategi aktif dan pasif. Strategi aktif yang di gunakan pemulung dalam penelitian adalah :

1). Dengan memiliki usaha sampingan seperti dalam penelitian ini usaha sampingan informan adalah dengan cara menjual pakaian bekas di pasar setiap minggunya.

2). Dengan cara membongkar barang-barang bekas, biasanya yang jenis logam memiliki alat yang masih bagus didalamnya, sehingga dengan kemampuan yang di miliki pemulung untuk mengolah barang bekas tersebut untuk menambah timbangan dan harga pada saat di jual ke toke besar/juragan.

3). Dengan cara bekerjasama bersama istri, anak, dan adek untuk mencari nafkah guna memenuhi kebutuhan hidup. Karena apabila dengan kerja bersama-sama akan menghasilkan penghasilan yang lebih banyak di banding dengan bekerja sendiri memulung dilapangan.


(1)

Kalian merupakan keluarga kedua penulis selama penulis berada di Medan.

10. Terkhusus untuk teman terbaik penulis yaitu Anda Zeri Pranata Simbolon yang bersedia meluangkan waktu, tenaga dan materil untuk penulis ditengah kesibukannya dalam perkuliahan dan pekerjaannya. Terima kasih atas waktu, semangat pengorbanan dan segala kebaikannya dalam membantu penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

11. Kepada keluarga Dr. Chairiandi Siregar, dan Bu Idayani Sofyan yang sudah bagaikan orangtua sendiri selama proses perkuliahan hingga saat ini, terimakasih atas bantuan saran, semangat dan doa dari bapak dan ibu, yang selalu mengingatkan penulis di saat berbuat hal yang salah dan selalu memberikan motivasi yang positif terhadap hidup penulis.

12. Dan tidak lupa kepada sahabat-sahabat penulis dari awal penulis menempuh pendidikan di universitas Sumatera Utara ini yaitu Mei Wulandari yang rela mendengarkan dan menemani penulis kemana saja penulis selama proses penyelesaian tugas akhir ini maaf sudah merepotkan ya sahabat ku, serta kepada Rici Wulandari, Intan Aminah, dan Nur Ainun, yang selalu memberikan kritikan dan masukan untuk penulis, Fastawa, teman berantam dan teman seperjuangan selama penulisan skripsi, saling tolong menolong dalam hal apapun dalam kehidupan bertetangga. Terimakasih atas kebersamaan di segala suasana, walaupun kita pernah mengalami masalah tetapi itu tidak memutuskan persahabatan kita.

13. Kepada teman Sosiologi Penulis yaitu Zamri, Srisaputri, Ira, Wanti, Hesti, Ratna, Ade, Vera, Andri, Paskah, Rinna, Bobby, Bram, Agita, Tyson, Dina, Asima, Monika, Floren, dan lain-lainnya yang tidak dapat penulis ucapkan satu persatu. Teman jurusan kesejahteraan sosial Novicha Sahfitri sahabat dari SMA hingga saat ini yang selalu mengingatkan penulis untuk selalu jaga kesehatan serta sering meberikan penulis dukungan semangat agar skripsi ini dapat selesai. Selanjutnya kepada


(2)

membantu di saat susah. Penulis ucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya atas dukungan serta bantuannya dalam proses penyelesaian skripsi ini.

14. Kepada Senior penulis kak Putria Mawaddah S.sos, Bang Sahrul Payan S.sos, Bang Reza S.sos, dan kak May Terimakasih semangat dan Bantuan nya terhadap penulis selama proses penyelesaian Skripsi ini. Serta kepada junior yang selalu membantu di saat kritis, yaitu M. ichsan dan Faisal. Terimakasih ya dek atas segala bantuannya.

15. Terakhir penulis ucapkan untuk para informan penulis yang telah memberikan informasi-informasi kepada penulis selama proses penelitian, terutama kepada Bu Lasmaria yang telah mambantu menemani penulis selama penelitian di lapangan memberikan informasi keapada penulis dan mengenalkan penulis kepada informan lainnya yang ada di perumahan Cendana, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan dan keterbatasan, hal ini dikarenakan oleh keterbatasan waktu, pengetahuan, kemampuan dan pengalaman penulis.Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca.Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dengan harapan semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua yang membaca.

Medan, 25 Oktober 2016 Penulis


(3)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

Kata Pengantar ... ii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah penelitian ... 1

1.2. Rumusan Masalah Penelitian ... 9

1.3. Tujuan Penelitian ... 9

1.4. Manfaat Penelitian ... 9

1.4.1. Secara Teoritis ... 9

1.4.2. Secara Praktis ... 10

1.5. Defenisi konsep ... 10

1.5.1. Strategi bertahan hidup ... 10

1.5.2. Pemulung ... 11

1.5.3. Perumahan dan Rumah ... 11

1.5.4. Perkotaan ... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Strategi bertahan hidup ... 15

2.1.1. Strategi aktif ... 15

2.1.2. Strategi pasif... 16

2.2. Modal Sosial ... 16

2.3. Kemiskinan ... 20

2.3.1. Batasan tentang kemiskinan ... 20

2.3.2. Mengukur Kemiskinan ... 24

2.4. Ketergantungan ... 26

2.5. Sektor Informal ... 27

2.6. Penelitian Yang Relevan ... 28

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 31

3.2 Lokasi Penelitian ... 31

3.3.1. Unit Analisis ... 32

3.3.2. Informan ... 32

3.3.3. Teknik Pemilihan Informan ... 32

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 33

3.4.1. Pengumpulan Data Primer ... 33


(4)

4.1.1. Profil Perumahan Cendana ... 37

4.1.2. Gambaran Lokasi Penelitian ... 38

4.2. Gambaran Penduduk Dan Potensi Desa Medan Sinembah ... 38

4.2.1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Di Desa Medan Sinembah ... 40

4.2.2. Mata Pencaharian Pokok Di Desa Medan Sinembah ... 40

4.2.3. Komposisi Agama Di Desa Medan Sinembah ... 43

4.2.4. Komposisi Etnis ... 43

4.2.5. Komposisi Tenaga Kerja ... 44

4.2.6. Sarana Dan Prasarana ... 45

4.2.6.1. Sarana Kesehatan ... 45

4.2.6.2. Rumah Ibadah ... 46

4.2.6.3. Sarana Pendidikan ... 47

4.3. Gambaran Umum Informan Penelitian ... 49

4.4. Profil Informan Dan Temuan Lapangan ... 49

4.4.1. Informan Utama ... 49

1. Informan Pertama ... 49

2. Informan Ke Dua ... 55

3. Informan Ke Tiga ... 58

4. Informan Ke Empat ... 61

5. Informan Ke Lima ... 65

6. Informan Ke Enam ... 66

7. Informan Ke Tujuh... 69

8. Informan Ke Delapan ... 71

9. Informan Ke Sembilan ... 73

10. Informan Ke Sepuluh ... 76

4.4.2. Informan Tambahan ... 79

1. Informan Ke Sebelah ... 79

2. Informan Ke Dua Belas... 80

3. Informan Ke Tiga Belas ... 81

4.5. Analisis Data ... 83

4.5.1. Konsep Strategi Bertahan ... 83

4.5.2. Konsep Modal Sosial ... 86

4.5.3. Konsep Ketergantungan ... 88

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 92

5.2 Saran ... 94

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Jadwal Kegiatan ... 36

Tabel 2 Batasan Wilayah Desa Medan Sinembah ... 38

Tabel 3 Jumlah Penduduk Per Dusun ... 39

Tabel 4 Luas Wilayah Dan Penggunaan ... 40

Tabel 5 Mata Pencaharian Pokok ... 41

Tabel 6 Agama….. ... 42

Tabel 7 Etnis …… ... 43

Tabel 8 Tenaga Kerja... 44

Tabel 9 Fasilitas Kesehatan ... 46

Tabel 10 Rumah Ibadah ... 47

Tabel 11 Sarana Pendidikan ... 48


(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Informan 1, Keluarga Bu Lasmaria & Rumah

Gambar 2 Informan 2, Keluarga Pak Karisman & Rumah

Gambar 3 Informan 3, Keluarga Pak Hotmananda & Rumah

Gambar 4 Informan 4, Bu Nurmala & Rumah

Gambar 5 Informan 5, Bu Gabe & Rumah

Gambar 6 Informan 6, Keluarga Bu Nurmaida & Rumah

Gambar 7 Informan 7, Keluarga Pak Manogihon & Keluarga

Gambar 8 Informan 8, Pak Tukkot & Rumah

Gambar 9 Informan 9, Bu Rossiner & Rumah

Gambar 10 Informan 10, Bu Diana & Rumah

Gambar 11 Tempat Juragan/Toke Besar (Tempat Penjualan)

Gambar 12 Barang Bekas Jenis Botol

Gambar 13 Proses Penimbangan Barang Bekas

Gambar 14 Becak Barang Bu Lasmaria (Informan 1)

Gambar 15 Kantor Kepala Desa Medan Sinembah

Gambar 16 Pamphlet Kantor Kepala Desa Medan Sinembah

Gambar 17 Bapak Asmed, Sekretaris Desa Medan Sinembah

Gambar 18 Penulis Saat Ikut Bersama Bu Lasmaria (Informan1) Menjual Barang Ke Toke Besar