Aspek Hukum Internasional dan Hukum Nasional Indonesia atas Konsep Pembangunan Berkelanjutan dan Relevansinya dengan UNEP

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang
Masalah lingkungan semakin lama semakin besar, meluas dan serius.

Ibarat bola salju yang menggelinding, semakin lama semakin besar. Persoalannya
bukan hanya bersifat lokal atau atau translokal, tetapi regional, nasional, transnasional, dan global. Pada mulanya, masalah lingkungan hidup merupakan
masalah alami, yakni peristiwa-peristiwa yang terjadi sebagai bagian dari proses
natural. Proses natural ini terjadi tanpa menimbulkan akibat yang berarti bagi tata
lingkungan itu sendiri dan dapat pulih kembali secara alami (homeostasi).
Banyaknya kasus lingkungan beserta akibatnya yang terjadi di berbagai
belahan dunia, termasuk Indonesia, membuktikan bahwa apa yang diperingatkan
oleh Rachel Carson pada tahun 1962 dalam bukunya “The Silent Spring”, menjadi
kenyataan 3. Dalam Bab I bukunya itu, Carson bercerita tentang hari depan, antara
lain penyakit misterius yang telah menyerang ayam, sapi dan domba, hewanhewan tersebut sakit dan mati. Dalam bukunya itu, Carson menyatakan bahwa
penyakit misterius telah menyerang binatang dan manusia. Dimana-mana terdapat
bayangan kematian, para petani bicara tentang banyaknya penyakit dalam
keluarga mereka, demikian pula para dokter menghadapi teka-teki penyakit baru

yang timbul diantara para pasiennya.
Kematian yang sekonyong-konyong tidak dapat diterangkan penyebabnya,
terjadi tidak hanya terhadap orang-orang dewasa saja, namun terjadi juga pada
anak-anak yang tiba-tiba menjadi sakit waktu bermain dan meninggal dalam
3

Rachel Carson, Musim Bunga yang Bisu (Judul asli The Silent Spring, terjemahan Budi
Kasworo), Jakarta, Yayasan Obor Indonesia, 1990,hlm. 2

1

Universitas Sumatera Utara

2

beberapa jam saja. Walaupun pada awalnya cerita Carson ini mendapat tantangan
terutama dari kalangan industri kimia, mereka mengeluarkan dana cukup besar
sebanyak $250.000 digunakan sebagai dana kampanye untuk membuktikan bahwa
Carson adalah seorang dungu yang histeris. Namun, ada pula pihak yang
terinspirasi akibat cerita Carson tersebut 4.

Tak lama setelah terbitnya buku tersebut, dunia dikejutkan oleh suatu
penyakit misterius yang menjangkiti masyarakat sekitar teluk Minamata di
Jepang, disusul dengan berjangkitnya penyakit mematikan yang disebut dengan
itai-itai. Dengan munculnya penyakit yang aneh dan misterius di Jepang tersebut,
membuktikan bahwa tulisan Carson ini bukan sekedar fiktif-imajinatif melainkan
suatu kenyataan yang telah menimpa umat manusia di berbagai belahan bumi.
Pernyataan Carson dalam buku tersebut merupakan “Peringatan” tentang
bahaya yang luar biasa akibat penggunaan insektisida baik terhadap manusia
maupun makhluk hidup lainnya. Oleh karena itu, buku ini mendapat perhatian
yang amat luas. Terlepas dari banyaknya pro-kontra terhadap pernyataan tersebut,
buku Carson telah membuka mata, pemikiran, serta perhatian masyarakat dunia
terhadap masalah lingkungan. Vittachi bahkan berpendapat, bahwa peringatan
Rachel Carson dalam bukunya tersebut merupakan pemikiran yang pertama kali
menyadarkan manusia mengenai lingkungan hidup 5. Kini apa yang diperingatkan
Carson telah menjadi kenyataan. Masalah lingkungan telah terjadi dimana-mana,
baik pada tataran global, regional, maupun nasional, baik di negara maju maupun
negara berkembang.

4


Rachel Carson, Silent Spring, Fawceet Publica tion, Inc, Greenwich Conn, 1962, Hal 261262, dalam Siti Sundari Rangkuti, Hukum Lingkungan dan Kebijaksanaan Lingkungan dalam
Proses Pembangunan Hukum Nasional Indonesia, Disertasi, 1987, hal 30.
5
Siti Sundari Rangkuti, Hukum Lingkungan dan Kebijaksanaan Lingkungan Nasional,
Surabaya, Universitas Airlangga Press, 2000, Hlm. 27-28

Universitas Sumatera Utara

3

Masalah lingkungan tidak lagi dapat dikatakan sebagai masalah yang
semata-mata bersifat alami, karena manusia memberikan faktor penyebab yang
sangat signifikan terhadap peristiwa-peristiwa lingkungan. Tidak dapat disangkal
bahwa masalah-masalah lingkungan yang lahir dan berkembang karena faktor
manusia jauh lebih besar dan rumit di bandingkan faktor alam itu sendiri 6. Salah
satu masalah lingkungan di dunia, masalah Pembangunan Berkelanjutan.
Perhatian terhadap masalah lingkungan hidup ini dimulai di kalangan
Dewan Keamanan dan Sosial PBB pada waktu di adakan peninjauan terhadap
hasil-hasil gerakan “Dasawarsa Pembangunan Dunia ke-1 (1960-1970)” guna
merumuskan strategi “Dasawarsa Pembangunan Dunia ke-2 (1970-1980)”. Dalam

laporannya, Sekretaris Jenderal PBB menyatakan betapa mutlak perlunya
dikembangkan sikap dan tanggapan baru terhadap lingkungan hidup. Maksud
untuk

menangani

masalah-masalah

lingkungan

hidup

itu

adalah

demi

pertumbuhan ekonomi dan sosial, khususnya mengenai perencanaan, pengelolaan,
dan pengawasan.

Bertepatan dengan di umumkannya “Strategi Pembangunan Internasional”
bagi Dasawarsa Pembangunan Dunia ke-2 (The Second UN-Development
Decade), yang dimulai pada tanggal 1 Juni 1970, Sidang Umum PBB menyerukan
untuk meningkatkan usaha dan tindakan nasional serta internasional guna
menanggulangi proses kemerosotan kualitas lingkungan hidup, agar dapat
diselamatkan keseimbangan dan keserasian ekologis, demi kelangsungan hidup
manusia.
Selanjutnya diadakanlah Konferensi PBB tentang Lingkungan Hidup
Manusia yang diselenggarakan di Stockholm pada tanggal 5-16 Juni 1972, diikuti
6

N.H.T. Siahaan, Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan, Erlangga, Cetakan
Kedua, Jakarta, 2004, hlm. 1

Universitas Sumatera Utara

4

oleh 113 Negara dan 21 organisasi PBB, 16 Organisasi antar pemerintah, 258
LSM dari berbagai Negara. Uni Soviet dan Negara-Negara Eropa Timur telah

memboikot Konferensi ini sebagai protes terhadap ketentuan yang menyebabkan
beberapa Negara tidak di undang dengan kedudukan yang sama dengan pesertapeserta lain, seperti Republik Demokrasi Jerman.
Konferensi ini membahas keprihatinan terhadap masalah-masalah
lingkungan yang dirasakan semakin menjadi masalah di berbagai belahan dunia.
Satu pihak terdapat sejumlah manusia di berbagai negara yang menderita
kemiskinan dan keterbelakangan sehingga mempengaruhi lingkungan hidupnya,
sementara di pihak lain, negara-negara berpacu mengejar pembangunan dan
kemajuan, yang memaksa lingkungan hidup menjadi rusak dengan berbagai
dimensinya 7.
Pada akhir sidang, yaitu pada tanggal 16 Juni 1972, Konferensi
mengesahkan hasil-hasilnya, berupa :
1. Deklarasi tentang Lingkungan Hidup Manusia, terdiri atas : Preamble
dan 26 asas yang lazim disebut Deklarasi Stockholm ;
2. Rencana Aksi Lingkungan Hidup Manusia (Action Plan), terdiri dari
109 rekomendasi termasuk didalamnya 18 rekomendasi tentang
Perencanaan dan Pengelolaan Pemukiman Manusia ;
3. Rekomendasi tentang kelembagaan dan keuangan yang menunjang
pelaksanaan Rencana Aksi tersebut di atas, terdiri dari :
a. Dewan Pengurus (Governing Council) Program Lingkungan Hidup
(UN Environment Programme) ;

b. Sekretariat, yang dikepalai oleh seorang Direktur Eksekutif ;

7

Ibid. hlm. 143

Universitas Sumatera Utara

5

c. Dana Lingkungan Hidup ;
d. Badan Koordinasi Lingkungan Hidup 8.
Konferensi ini telah berhasil melahirkan Deklarasi yang mewujudkan
kesepakatan masyarakat internasional dalam menangani masalah lingkungan
hidup, dan mengembangkan hukum lingkungan hidup pada tingkat nasional,
regional, maupun internasional. Deklarasi ini mengakui hak asasi manusia untuk
menikmati lingkungan yang baik dan sehat, serta membebankan kewajiban untuk
memelihara lingkungan hidup dan sumber kekayaan alam sehingga dapat
menikmati oleh generasi-generasi yang akan datang 9.
Konferensi tersebut kemudian menimbulkan suatu konsep pembangunan

berkelanjutan dan pembangunan berwawasan lingkungan. Keduanya menekankan
pada pentingnya keberlangsungan kelestarian antara manusia, sumber daya dan
lingkungan dalam pembangunan. Kemudian timbulnya pandangan yang
berkembang yang berpendapat bahwa antara pembangunan dan lingkungan adalah
sesuatu yang sangat bertentangan dimana lingkungan hidup akan dapat
menghambat pembangunan, sebaliknya pembangunan akan merusak lingkungan
hidup 10.
Hasil dari Konferensi PBB mengenai Lingkungan Hidup di Swedia pada
tahun 1972, ternyata tidak membawa lingkungan makin baik, malahan lingkungan
semakin parah. Walaupun kerja keras UNEP telah membawa hasil yang
maksimal, yaitu memacu pembangunan di Negara maju dan Negara berkembang,
keberhasilan pembangunan tersebut membawa dampak berupa terancamnya
kehidupan manusia dari hujan asam, lautan yang semakin kotor, udara yang

8

Syahrul Machmud, Penegakan Hukum Lingkungan Indonesia, Edisi Kedua, Graha ilmu,
Yogyakarta, 2012 Hlm. 28
9
Ibid. Hlm. 28

10
Ibid hlm. 29

Universitas Sumatera Utara

6

semakin tercemar, tanah yang semakin tandus, dan banyak jenis binatang dan
tumbuh-tumbuhan yang semakin punah. Disatu pihak ada kemajuan, dipihak lain
ditemukan kerusakan lingkungan yang serius mengganggu kehidupan manusia
dan kelangsungan pembangunan itu sendiri.
Menyadari semakin parahnya masalah lingkungan hidup di dunia dan
bertepatan dengan diperingatinya 10 tahun Konferensi PBB mengenai lingkungan
hidup, maka dalam pertemuan wakil-wakil pemerintah dalam Government
Council UNEP tahun 1982, mereka merasa perlu melakukan intropeksi,
melakukan

kajian

ulang


bagaimana

sebaiknya

arah

pembangunan

ini

disempurnakan. Dalam pertemuan itu pula diusulkan agar dibentuk sebuah
Komisi Dunia untuk Lingkungan dan Pembangunan WCED 11. Dengan suatu
Resolusi Khusus, Konferensi menetapkan tanggal 5 Juni sebagai “Hari
Lingkungan Hidup Sedunia”.
Adanya Deklarasi Stockholm ini, perkembangan Hukum Lingkungan telah
memperoleh dorongan yang kuat, baik pada taraf Internasional, Regional, maupun
Nasional. Keuntungan yang tidak sedikit adalah mulai tumbuhnya kesatuan
pengertian dan bahasa di antara para ahli hukum dengan menggunakan Deklarasi
Stockholm ini sebagai referensi bersama. Kemajuan lebih lanjut diperoleh dengan

diadakannya Ad Hoc Meeting of Senior Government Officials Expert in
Environmental Law di Montev Deo, Uruguay, pada tanggal 28 Oktober sampai
dengan 6 November 1981. Pertemuan Internasional dalam bidang Hukum
Lingkungan ini adalah untuk pertama kalinya diadakan.
Pertemuan Ad Hoc tersebut diadakan untuk membuat kerangka, metode,
dan program, yang meliputi upaya-upaya tingkat Internasional, Regional, dan

11

Supriadi, Hukum Lingkungan di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta : 2008, hal. 54-55

Universitas Sumatera Utara

7

Nasional, guna pengembangan serta peninjauan belaka Hukum Lingkungan dan
guna memberi sumbangan kepada persiapan dan pelaksanaan komponen Hukum
Lingkungan dalam UNEP. Pertemuan tersebut telah menghasilkan kesimpulan
dan rekomendasinya yang sangat berarti bagi perkembangan Hukum Lingkungan.
Perkembangan terbaru dalam pengembangan kebijaksanaan lingkungan hidup
didorong oleh hasil kerja World Commission on Environment and Development,
disingkat dengan WCED.
WCED dibentuk PBB untuk memenuhi keputusan sidang Umum PBB
pada Desember 1983 dan dipimpin oleh Nyonya Gro Harlem Brundtland dari
Norwegia dan Dr. Mansour Khalid dari Sudan. Keanggotaan WCED mencakup
pemuka-pemuka dari Zimbabwe, Jerman Barat, Hongaria, Jepang, Guyana,
Amerika Serikat, Republik Rakyat Cina, India, Kanada, Kolumbia, Saudi Arabia,
Italia, Mexico, Brazilia, Aljazair, Nigeria, Yugoslavia, dan Indonesia 12.
Dalam melaksanakan tugasnya, WCED diminta untuk bertukar pikiran
dengan masyarakat ilmuan, kalangan pecinta lingkungan, kalangan pembentuk
opini, kalangan generasi muda yang bergerak di bidang lingkungan, dan mereka
yang berminat dengan pembangunan berwawasan lingkungan (Pembangunan
Berkelanjutan). Begitu pula diharapkan pandangan Pemerintah, khususnya
melalui Governing Council UNEP, para pemimpin Nasional, formal dan informal
serta tokoh-tokoh internasional. WCED diharapkan pula meningkatkan hubungan
dengan badan-badan antar pemerintah diluar sistem PBB. WCED telah
memberikan laporannya pada tahun 1987 yang diberi judul Our Common Future,
yang memuat banyak rekomendasi khusus untuk perubahan institusional dan

12

Syahrul Machmud, Penegakan Hukum Lingkungan Indonesia, Edisi Kedua, Graha
Ilmu, Yogyakarta, 2012 Hlm. 31

Universitas Sumatera Utara

8

perubahan hukum 13. Masalah pembangunan Berkelanjutan juga tidak lepas dari
negara berkembang, oleh karena itu di Indonesia aturan hukum dalam hukum
lingkungan di atur dalam UUD RI 1945, dan UU No. 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

B.

Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa

permasalahan, yaitu sebagai berikut :
1. Bagaimana Pengaturan Hukum Internasional tentang Pembangunan
Berkelanjutan ?
2. Bagaimana Kewenangan UNEP dalam melaksanakan Program
Pembangunan Berkelanjutan yang di atur dalam Hukum Internasional?
3. Bagaimana Pengaturan Hukum Nasional tentang Pembangunan
Berkelanjutan?

C.

Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian skripsi ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui Pengaturan Pembangunan Berkelanjutan dalam
Hukum Internasional.
b. Untuk

mengetahui

kewenangan-kewenangan

UNEP

dalam

melaksanakan program Pembangunan Berkelanjutan yang di atur
dalam Hukum Internasional.
c. Untuk mengetahui pengaturan Pembangunan Berkelanjutan di
lingkungan Nasional.
13

R. M. Gatot P. Soemartono, Mengenal Hukum Lingkungan Indonesia, Sinar Grafika,
Jakarta :1991, hal. 20-27.

Universitas Sumatera Utara

9

Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian skripsi ini adalah sebagai
berikut:
a. Manfaat secara Teoritis
Pembahasan tentang masalah yang telah di rumuskan dapat menambah
bahan pustaka di bidang lingkungan khususnya mengenai aturan
hukum Pembangunan Berkelanjutan dan dapat dijadikan sebagai dasar
bagi penelitian yang subjeknya dalam bidang yang sama.
b. Manfaat secara Praktis
Pembahasan tentang masalah yang telah di angkat diharapkan dapat
memberikan pengetahuan yang berguna bagi masyarakat mengenai isu
Pembangunan Berkelanjutan yang sudah berkembang di dunia
Internasional, bagaimana Hukum Internasional itu sendiri secara
dinamis mengatur masalah yang timbul terkait Pembangunan
Berkelanjutan, dan bagaimana Kewenangan dari UNEP dan bagaimana
Hukum Nasional Indonesia mengatur masalah lingkungan, khususnya
masalah Pembangunan Berkelanjutan.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan acuan atau landasan serta
informasi kepada masyarakat Internasional dan khususnya kepada
masyarakat Indonesia mengenai Konsep Pembangunan Berkelanjutan.
Serta sebagai tugas akhir untuk memenuhi syarat-syarat memenuhi
gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

D.

Keaslian Penelitian
Adapun judul tulisan ini adalah “Aspek Hukum Internasional dan

Hukum Nasional Indonesia atas Konsep Pembangunan Berkelanjutan dan

Universitas Sumatera Utara

10

Relevansinya dengan UNEP”merupakan tulisan yang masih baru dan belum ada
tulisan lain dalam bentuk skripsi yang membahas tentang masalah ini.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara, judul skripsi ini belum pernah ditulis dan diteliti dalam bentuk
yang sama dengan judul skripsi Mahasiswa Fakultas Hukum USU. Maka
penelitian skripsi ini masih orisinil dan dapat di pertanggungjawabkan secara
ilmiah.

E.

Tinjauan Kepustakaan
Untuk menghindari kesalah pahaman istilah, maka di berikan batasan

pengertian sebagai berikut:
Mochtar Kusumaatmadja menyatakan bahwa Hukum Internasional ialah
keseluruhan kaidah atas asas yang mengatur hubungan atau persoalan yang
melintasi batas Negara antara :
a. Negara dengan Negara
b. Negara dengan subjek hukum lain bukan Negara dan subjek hukum
bukan Negara satu sama lain 14

Sebagai salah satu cabang dari Hukum Internasional, maka Hukum
Lingkungan Internasional dapat di artikan sebagai keseluruhan kaidah dan asas
yang mengatur hubungan atau persoalan yang berkaitan dengan lingkungan hidup
yang melintasi Batas Negara antara Negara dengan Negara maupun antara Negara
dengan Subjek Hukum Bukan Negara. Hukum Nasional adalah peraturan hukum
yang berlaku di suatu Negara yang terdiri dari prinsip-prinsip serta peraturan yang
14

Mochtar Kusumaadmadja, Pengantar Hukum Internasional, Buku I Bagian Umum,
Binacipta, Bandung, 1989, hal 3

Universitas Sumatera Utara

11

harus di taati oleh masyarakat pada suatu Negara. Hukum Nasional juga
merupakan sistem hukum yang telah ada. Hukum Nasional di Indonesia adalah
hukum yang terdiri dari campuran Sistem Hukum Agama, Hukum Eropa, dan
Hukum Adat.
Pembangunan Berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi
kebutuhan generasi sekarang tanpa mengurangi kemampuan generasi yang akan
datang dalam memenuhi kebutuhannya 15. Istilah pembangunan Berkelanjutan kini
telah menjadi konsep yang bersifat Subtle Infiltration, mulai dari perjanjianperjanjian internasional, dalam implementasi nasional dan peraturan perundangundangan.

Susan

Smith

mengartikan

Sustainable

Development

sebagai

meningkatkan mutu hidup generasi kini dengan mencadangkan modal/sumber
alam bagi generasi mendatang. Menurutnya, dengan cara ini dapat dicapai empat
hal :
a. Pemeliharaan hasil-hasil yang dicapai secara berkelanjutan atas sumber
daya yang dapat diperbaharui ;
b. Melestarikan dan menggantikan sumber alam yang bersifat jenuh.
c. Pemeliharaan sistem-sistem pendukung ekologis;
d. Pemeliharaan atas keanekaragaman hayati 16;
Menurut Brundtland Report dari PBB, pembangunan berkelanjutan adalah
proses pembangunan (lahan, kota, bisnis, masyarakat, dan sebagainya) yang
berprinsip “Memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan
kebutuhan generasi masa depan”. Salah satu faktor yang harus dihadapi untuk
mencapai

pembangunan

berkelanjutan

adalah

bagaimana

memperbaiki

15

N.H.T. Siahaan, Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan, Erlangga, Cetakan
Kedua, Jakarta, 2004, hlm. 147
16
Paul Stein dan Susan Smith, Incorporating Sustainablility Principles in Legislation,
dalam Environmental Outlook, Law and Policy, The Federation Press, 1999.

Universitas Sumatera Utara

12

kehancuran

lingkungan

tanpa

mengorbankan

kebutuhan

pembangunan

ekonomi dan keadilan sosial 17.
Deklarasi Universal Keberagaman Budaya “Pembangunan tidak hanya
dipahami sebagai pembangunan ekonomi, namun juga sebagai alat untuk
mencapai kepuasan intelektual, emosional, moral, dan spiritual”. Menurut Marlina
(2009) mengatakan pembangunan berkelanjutan tidak saja berkonsentrasi pada
isu-isu lingkungan. Lebih luas dari itu, pembangunan berkelanjutan mencakup
tiga lingkup kebijakan: Pembangunan Ekonomi, Pembangunan Sosial dan
Perlindungan

Lingkungan

(selanjutnya

disebut

3

Pilar

Pembangunan

Berkelanjutan).
Deklarasi Lingkungan, baik Deklarasi Stockholm 1972 maupun Deklarasi
Rio 1992, masing-masing telah mencoba mengkomodir kedua kepentingan
tersebut di atas dengan apa yang di sebut dengan Pembangunan Berkelanjutan.
Pembangunan

berkelanjutan

dijelaskan

sebagai

upaya-upaya

mencapai

kesejahteraan tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk
mencapai kesejahteraannya (Prinsip 1 Dan 3 Deklarasi Rio).Hal yang perlu di
sadari pada Pembangunan Berkelanjutan adalah bahwa pembangunan merupakan
faktor penting mencapai tingkat kesejahteraan, tetapi di dalam upaya-upaya
demikian penting di perhatikan prinsip-prinsip yang bersifat menuju ke depan
supaya tidak merugikan kepentingan generasi mendatang.
Maka dalam UUPPLH 2009 aspek pembangunan berwawasan lingkungan
di tekankan dengan perspektif berkelanjutan, yakni bukan hanya demi kehidupan
sekarang tetapi juga menjamin kemampuan, kesejahteraan dan kualitas hidup

17

http://id.wikipedia.org/wiki/Pembangunan_berkelanjutan diakses pada tanggal 5 Juni
2016 pada pukul 21.04 WIB.

Universitas Sumatera Utara

13

generasi mendatang. Jaminan demikian di tekankan di dalam Pembangunan
Berkelanjutan.
Pada UUPPLH 2009 dengan merumuskannya sebagai pembangunan
berkelanjutan (UUPPLH 2009 : Pasal 1 (3) secara lengkap menyatakan:
“Pembangunan berkelanjutan upaya sadar dan terencana yang memadukan aspek
lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam strategi pembangunan untuk
menjamin

keutuhan

lingkungan

hidup,

serta

keselamatan,

kemampuan,

kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan 18.
Salah satu rekomendasi Konferensi Stockholm adalah Pembentukan
Governing Council For Environmental Programme. Rekomendasi tersebut
dipertimbangkan di sidang umum PBB ke-27 yang menyetujui persiapan
pembentukan kelembagaan dan keuangan bagi UNEP. Sidang Umum PBB
menetapkan lokasi Environment Secretariat di salah satu Negara berkembang dan
memutuskan penempatannya di Nairobi, Kenya.
Pada bulan Januari 1973, UNEP memulai kegiatannya, semula berpusat di
Geneva, kemudian di Nairobi, Kenya. UNEP juga merupakan organisasi dunia
dari PBB yang pertama di pusatkan di Negara berkembang. UNEP merupakan
badan baru dari PBB, dalam pengertian konsepsi operasional dan struktur
organisasinya. Kegiatan UNEP tidak bersifat menyelesaikan masalah lingkungan
atau membiayai badan lain untuk tugas tersebut. Usahanya lebih bersifat
menggerakkan dunia untuk bertindak, dalam arti berupaya agar dunia bekerja atas
kemampuan sendiri.
UNEP pada prinsipnya tidak hanya beroperasi di dalam sistem PBB, tetapi
juga secara mandiri dengan organisasi multinasional atau transnasional yang

18

UU No. 32 tahun 2009 Pasal 1 ayat 3

Universitas Sumatera Utara

14

berhubungan dengan pembangunan berkelanjutan dan kerjasama ekonomi,
perdagangan, industri, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Pada tingkat Nasional,
UNEP bekerja sama dengan pemerintah untuk membantu menjamin keputusan
yang di ambil mengenai masalah lingkungan dari Negara-negara yang
bersangkutan, dan dalam perencanaan pembangunan nasional. Disamping itu,
pada tingkat yang lebih bawah, UNEP berusaha memberi motivasi dan
berkomunikasi melalui kegiatan penerangannya, melalui sistem penerangan PBB
dan melalui NGO’S (Non Governmental Organizations) sedunia.
Pada saat pembentukan UNEP, terdapat instruksi khusus dari Majelis
Umum, bahwa NGO’S dimanfaatkan untuk menyebarkan tanggungjawab
terhadap perlindungan, dan konservasi lingkungan kepada seluruh lapisan
masyarakat, pengusaha, pemerintah daerah, dan institusi kedaerahan lainnya.
Dalam hubungannya dengan pengelolaan lingkungan, UNEP juga membantu
pengembangan teknik dan sarana untuk memperhitungkan pertimbangan
lingkungan ke dalam pembangunan, pengambilan keputusan di bidang sosial dan
ekonomi.
Puncak kegiatan UNEP dilaksankan pada sidang Governing Council pada
tanggal 20 Mei-2 Juni 1982 di Nairobi yang telah menerima Deklarasi Nairobi
yang terdiri atas 10 butir pokok pikiran sebagai tindak lanjut dari pertemuan
sedunia untuk memperingati 10 tahun Konferensi Stockholm, tanggal 10-18 Mei
1982 di Nairobi. Dalam memasuki The Second Environment Decade (1982-1992),
Deklarasi Nairobi mengemukakan tentang perlunya upaya melindungi dan
memajukan lingkungan hidup pada tahap global, regional, dan nasional 19.

19

Siti Sundari Rangkuti, Hukum Lingkungan dan Kebijaksanaan Lingkungan Nasional,
Airlangga University Press, Cetakan Ketiga, Surabaya, 2005, hlm 35-38.

Universitas Sumatera Utara

15

F.

Metode Penelitian
Pengertian metode dapat di katakan berbagai proses, prinsip-prinsip dan

tata cara memecahkan suatu masalah. Sedangkan penelitian adalah pemeriksaan
secara hati-hati, tekun dan tuntas terhadap suatu gejala untuk menambah
pengetahuan manusia, maka metode penelitian dapat diartikan sebagai proses
prinsip-prinsip dan tata cara untuk mencegah masalah yang dihadapi dalam
melakukan penelitian. Menurut Sutrisno Hadi, metode penelitian merupakan
penelitian yang menyajikan bagaimana caranya atau langkah-langkah yang harus
diambil dalam suatu penelitian secara sistematis dan logis sehingga dapat di
pertanggungjawabkan kebenarannya.
Dalam penelitian ini digunakan metode penelitian Hukum Normatif.
Metode Penelitian Hukum Normatif digunakan untuk meneliti Norma Hukum
Internasional yang berkaitan dengan masalah Lingkungan Hidup, Khususnya
Masalah Pembangunan Berkelanjutan. Dalam suatu penelitian guna menemukan
dan mengembangkan kejelasan dari sebuah pengetahuan maka diperlukan metode
penelitian. Dengan menggunakan metode penelitian akan memberikan kemudahan
dalam mencapai tujuan dari peneliti. Dalam tulisan ini digunakan metode sebagai
berikut:
a. Tipe penelitian
Soerjono Soekanto berpendapat bahwa penelitian hukum dapat di bagi
dalam 20 :
1. Penelitian Hukum Normatif, yang terdiri dari :
a. Penelitian terhadap Asas-Asas Hukum
b. Penelitian terhadap Sistematika Hukum

20

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 2005, hal.43

Universitas Sumatera Utara

16

c. Penelitian terhadap Taraf Sinkronisasi Hukum
2. Penelitian Hukum Sosiologis atau Empiris, yang terdiri dari :
a. Penelitian terhadap Identifikasi Hukum
b. Penelitian terhadap Efektifitas Hukum
b. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian hukum umumnya sumber data di bedakan antara data
primer dan data sekunder yang dari kekuatan mengikatnya dapat di
golongkan dalam 21 :
1. Data Primer, yaitu data-data hukum yang di peroleh secara
langsung dari masyarakat.
2. Data Sekunder, yaitu data yang di peroleh dari bahan-bahan
pustaka.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa data
sekunder, yang terdiri dari 22:
1. Bahan Hukum Primer berupa produk-produk hukum berupa
peraturan perundang-undangan, yang dalam hal ini berupa
konvensi hukum internasional, deklarasi, maupun protocol.
2. Bahan Hukum Sekunder berupa bahan acuan yang bersumber dari
buku-buku, surat kabar, media internet, serta media massa lainnya
yang berhubungan dengan masalah yang dibahas.
3. bahan Hukum Tersier berupa bahan-bahan yang member petunjuk
maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder,
berupa kamus dan sebagainya.

21

Lexy. J. Moleong, Metodologi Analisis Data, Rosda, Jakarta, 2005, hal 64
Bambang, Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2006, hal. 113-114.
22

Universitas Sumatera Utara

17

Cara mendapatkan Data Sekunder adalah dengan melakukan penelitian
kepustakaan (library research). Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah
studi dokumen dimana selanjutnya dilakukan analisis dengan mengumpulkan
fakta-fakta yang di dapat dari studi kepustakaan sebagai acuan umum dan
kemudian disusun secara sistematis dan selanjutnya di analisis untuk mencapai
kejelasan masalah yang dimaksud berdasarkan bahan-bahan hukum yang telah
dikumpulkan.
Metode berpikir yang digunakan adalah metode berpikir Deduktif (cara
berpikir dalam penarikan kesimpulan yang ditarik dari sesuatu yang sifatnya
umum yang sudah dibuktikan kebenarannya dan kesimpulan itu ditujukan untuk
sesuatu yang sifatnya khusus). Jenis penelitian yang digunakan penulis adalah
jenis penelitian yang bersifat deskriptif, yaitu penelitian untuk memberikan data
yang seteliti mungkin tentang suatu gejala atau fenomena, dalam hal ini adalah
konsep “Aspek Hukum Internasional dan Hukum Nasional Indonesia atas Konsep
Pembangunan Berkelanjutan dan Relevansinya dengan UNEP”.

G.

Sistematika Penelitian
Sistematika penelitian atau gambaran isi yang dimaksud adalah

mengemukakan garis-garis besar dari uraian skripsi. Secara garis besar
pembahasan skripsi ini akan dibagi dalam 5 (lima) Bab. Setiap Bab menguraikan
masalah-masalah tersendiri secara sistematis dan berhubungan antara satu Bab
dengan Bab lainnya. Masing-masing Bab dibagi lagi dalam Sub Bab sesuai
dengan kebutuhan penelitian skripsi ini.

Universitas Sumatera Utara

18

Dengan pembagian tersebut, diharapkan akan mempermudah pemahaman
pembaca untuk mengetahui inti pembahasan secara keseluruhan. Sistematika
penelitian skripsi ini, yaitu:
BAB I

Merupakan Bab pendahuluan yang membahas mengenai latar
belakang pemilihan judul, perumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, keaslian penelitian, metode penelitian, dan
sistematika penelitian.

BAB II

Menerangkan mengenai Pembangunan Berkelanjutan Lingkungan
Internasional

yang

terdiri

dari

Konsep

Pembangunan

Berkelanjutan, Dimensi Hukum Tanggungjawab Negara terhadap
Pembangunan Berkelanjutan dan Pengaturan Hukum Internasional
mengenai Pembangunan Berkelanjutan.

BAB III

Menguraikan tentang konsep Peranan dan Prinsip-prinsip UNEP
dalam Pembangunan Berkelanjutan, Tindak lanjut Konferensi
Tingkat Tinggi Pembangunan Berkelanjutan dan menguraikan
tentang

Kewenangan

Pembangunan

UNEP

Berkelanjutan

dalam

melakukan

dalam

Instrumen

Program
Hukum

Internasional.

BAB IV

Menguraikan

tentang

Berkelanjutan

di

Pembangunan

Kebijakan-Kebijakan

Indonesia

Berkelanjutan,

serta

Peran

Implementasi

Pembangunan
Hukum

dalam

Pembangunan

Universitas Sumatera Utara

19

Berkelanjutan di Indonesia, dan mengenai Pengaturan Hukum
Nasional tentang Pembangunan Berkelanjutan.

BAB V

Menguraikan Kesimpulan dan Saran dari Hasil Penelitian Skripsi
tentang Aspek Hukum Internasional dan Hukum Nasional
Indonesia

atas

Konsep

Pembangunan

Berkelanjutan

dan

Relevansinya dengan UNEP.

Universitas Sumatera Utara