Aspek Hukum Internasional dan Hukum Nasional Indonesia atas Konsep Pembangunan Berkelanjutan dan Relevansinya dengan UNEP
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Aneka Masalah Hukum dalam Pembangunan di Indonesia,
Alumni, Bandung: 1979
Absori, Penegakan Hukum Lingkungan dan Antisipasi dalam Era Perdagangan
Bebas, Muhammadiyah University Press, Surakarta: 2001
Akib, Muhammad, Hukum Lingkungan Persfektif Global Dan Nasional, Rajawali
Pers Jakarta: 2014
Arifin, Syamsul, Hukum Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup di
Indonesia, PT Sofmedia, Medan: 2012
Asshiddiqie, Jimly, Green Constitution : Nuansa Hijau UU Negara Republik
Indonesia, Tahun 1945, Jakarta, Rajawali, Pers: 2010
Astawa , I.Gde Pantja, Hubungan Fungsional Antara Hukum Administrasi
Negara dengan Undang-Undang No. 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Pelaksanaannya dalam Dimensi-Dimensi Pemikiran Hukum Adminstrasi Negara, UII Press, Yogyakarta,Cetakan Kedua: 2002
Kusumaatmadja, Mochtar, Fungsi dan Perkembangan Hukum dalam
Pembangunan Nasional, Bina Cipta, Bandung
---, Hukum, Masyarakat, dan Pembinaan Hukum Nasional, Bina Cipta,
Bandung: 1995
---, Pengantar Hukum Internasional, Buku I Bagian Umum, Binacipta,
Bandung: 1989
Machmud, Syahrul, Penegakan Hukum Lingkungan Indonesia, Edisi Kedua,
Graha ilmu, Yogyakarta: 2012
Makarao, Mohammad Taufik, Aspek-Aspek Hukum Lingkungan, PT indeks,
Yogyakarta: 2006
Moleong, Lexy. J, Metodologi Analisis Data, Rosda, Jakarta: 2005
Napitupulu, Albert, Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Berkelanjutan, IPB
Press, Bogor: 2013
Paul Stein dan Susan Smith, Incorporating Sustainablility Principles in
Legislation, dalam Environmental Outlook, Law and Policy, The Federation Press: 1999
Rachel Carson, Musim Bunga yang Bisu (Judul asli The Silent Spring, terjemahan
(2)
---, Silent Spring, Fawceet Publica tion, Inc, Greenwich Conn, 1962, dalam Siti Sundari Rangkuti, Hukum Lingkungan dan Kebijaksanaan Lingkungan dalam Proses Pembangunan Hukum Nasional Indonesia,Disertasi: 1987
Rangkuti, Siti Sundari, Hukum Lingkungan dan Kebijaksanaan Lingkungan
Nasional, Surabaya, Universitas Airlangga Press: 2000
---, Hukum Lingkungan dan Kebijaksanaan Lingkungan Nasional, Airlangga
University Press, Cetakan Ketiga, Surabaya: 2005
Salim, Emil, Pola pembangunan Terlanjutkan dalam WCED, Hari Kedepan Kita
Bersama (Judul Asli : Our Common Future), terjemahan Bambang Sumantri, PT Gramedia, Jakarta: 1988
Salman, Otje dan Eddy Damian, Konsep-Konsep Hukum dalam Pembangunan
Alumni, Bandung: 2002
Saputro, Munadjat Danu, Hukum Lingkum, Buku I Global, Bina Cipta, Bandung:
1982
Siahaan, N.H.T, Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan, Erlangga,
Jakarta: 2004
---, Hukum Lingkungan, Cetakan kedua, Pancuran Alam, Jakarta: 2008
Silalahi, Daud, Hukum Lingkungan dalam Sistem Penegakan Hukum Lingkungan
di Indonesia, edisi ke 3, cet 1, alumni, Bandung: 2001
Siombo, Marhaeni Ria, Hukum Lingkungan dan pelaksanaan Pembangunan
Berkelanjutan di Indonesia, PT Gramedia, Pustaka Umum, Jakarta: 2002
Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta: 2005
Soemartono, R.M. Gatot, Mengenal Hukum Lingkungan Indonesia, Sinar Grafika,
Jakarta: 1999
---, Mengenal Hukum Lingkungan Indonesia, Sinar Grafika,Jakarta : 1991
Sugandhy, Aca dan Rustam Hakim, Prinsip Dasar Kebijakan Pembangunan
Berkelanjutan Berwawasan Lingkungan, bumi aksara, Jakarta, 2009
Sunggono, Bambang, Metodologi Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta: 2006
Supriadi, Hukum Lingkungan di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta: 2008
Tim Third World Network, Pengelolaan Lingkungan Internasional Sudut
Pandang Negara Sedang Berkembang, Cindelaras Pustaka Rakyat Cerdas, Edisi Editan,Yogyakarta: 2005
(3)
Agenda 21 Indonesia, Strategi Nasional untuk Pembangunan Berkelanjutan, Bahan Penataran Hukum Lingkungan, Februari 1999
Sumber Lain :
Barral, Virginie, “Sustainable Development in International Law : Nature and Operation of an Evolutive Legal Norm, Oxford Journals, Volume 23, Issue 2
Indonesia, Peraturan Presiden Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) 2014- Pepres No. 5 Tahun 2010, Lampiran, Buku I : Prioritas Nasional, Kementerian Perencanaan dan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (BAPPENAS)
Kumpulan tulisan berjudul “Dimensi Manusia dalam Pembangunan
Berkelanjutan” Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, 1998
Salmani, Pembangunan Berkelanjutan dan Implikasinya di Indonesia, Pada
Bahan Kuliah Keseimbangan Lingkungan dan Pembangunan.
Sunaryati Hartono, Beberapa Masalah Transnasional dalam Peranan Modal
Asing di Indonesia, Alumni, Bandung, 1972
Syafruddin Siba, Hukum Lingkungan, Dikutip dari Bahan Kuliah “Hukum
Lingkungan”, Fakultas Hukum, Universitas Sumatera Utara, 2015
Tjut Sugandawaty Djohan ,dikutip dari Seminar Nasional, Hasil-Hasil dan Tindak Lanjut KTT Pembangunan Berkelanjutan, Fakultas Biologi UGM, Peluang Pelaksanaan Tindak Lanjut Konferensi Tingkat Tinggi Pembangunan Berkelanjutan (WSSD) dalam Perspektif LSM.
Undang-Undang :
Undang-Undang Dasar Tahun 1945
Undang-Undang No. 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup
Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
UU No. 5 Tahun 1994 tentang Pengesahan United Nations Convetion on
Biological Diversity (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai Keanekaragaman Hayati)
(4)
UU No. 6 Tahun 1994 tentang Pengesahan United Nations Framework Convention on Climate Change (Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai Perubahan Iklim)
UU No. 21 tahun 2004 tentang Pengesahan Cartagena Protocol on Biosafety to
the Convention on Biological Diversity (Protokol Cartagena tentang Keamanan Hayati atas Konvensi tentang Keanekaragaman Hayati)
UNCLOS 1982
Askar Jaya, Konsep Pembangunan Berkelanjutan”, sumber
Artikel Internet :
Rudyct.com/PPS702-ipb/09145/askar_jaya.pdf. diakses pada tanggal 01 November 2016, pada pukul : 17.49 WIB
html?m=1 diakses pada tanggal 10 November 2016 pada pukul 14.25 WIB.
%internasional20%(SHOH304)United%20Nations20%Environmental%20 Program%20(UNEP)%20Kacamata%20Konstruktivis.html dikutip pada tanggal 06 November 2016 pada pukul 10.59 WIB
=1 diakses pada tanggal 18 November 2016, pukul 00.40 WIB
http:
berkelanjutan html?m=1 diakses pada tanggal 02 November 2016 pada pukul : 11.36 WIB
tinggi.html?m-1diakses pada tanggal 10 November 2016 pada pukul: 14.22 WIB
Bangsa dikutip pada tanggal 09 November 2016 pada pukul 19.09 WIB
pada tanggal 10 November 2016 pada pukul : 14.19 WIB
(5)
tanggal 02 November 2016 pada pukul : 11.29 Wib
diakses pada tanggal 2 November 2016 pada pukul 11.19 Wib
02November pukul :11.11 WIB
Ferdinalasmin.blogspot.co.id, diakses pada tanggal 06 Desember 2016 pada pukul: 23.17 WIB
Dicoretpebri.blogspot.co.id, diakses pada tanggal 06 Desember 2016 pada pukul 23.22 WIB
Damaywanti.blogspot.co.id diakses pada tanggal 06 Desember 2016 pada pukul : 23.09 WIB
Okapangestu.blogspot.co.id diakses pada tanggal 06 Desember 2016 pada pukul : 23.07 WIB
(6)
DALAM PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
A. Peranan dan Aktivitas UNEP dalam Pembangunan Berkelanjutan
Kegiatan UNEP dilaksanakan pada sidang Governing Council pada
tanggal 25 Mei – 2 Juni 1982 di Nairobi yang telah menerima Deklarasi Nairobi yang terdiri dari 10 butir pokok pikiran sebagai dari pertemuan-pertemuan sedunia untuk memperingati 10 tahun konferensi Stockholm, tanggal 10-18 Mei 1982 di Nairobi. Dalam memasuki dasawarsa ke-2, Deklarasi Nairobi mengemukakan tentang perlunya intensifikasi upaya melindungi dan memajukan lingkungan hidup pada tahap global, regional dan nasional. Dengan demikian cukup besar peranan UNEP dalam rangka mendorong dan memajukan pembangunan
berkelanjutan94
UNEP berperan mengkoordinasikan aktivitas-aktivitas alam sekitar PBB dengan membantu negara-negara berkembang melaksanakan kebijakan mengenai alam dan menggalakkan pembangunan berkelanjutan di dunia. Organisasi ini
didirikan setelah United Nations Conference on the Human Environment pada
Juni 1972 dan bermarkasi di Nairobi, Kenya. UNEP juga memiliki enam kantor regional. UNEP memiliki misi untuk melengkapi kepemimpinan dan mendorong hubungan kerjasama dalam kepedulian terhadap lingkungan, melalui pembentukan inspirasi dan pemberian informasi, yang memungkinkan rakyat dan
.
94
(7)
bangsa memperbaiki kualitas hidup mereka tanpa membahayakan generasi
penerus bangsa95
Aktivitas utama yang dilakukan UNEP adalah Earthwatch yaitu sebuah
monitor internasional yang didesain untuk memberikan fasilitas untuk bertukar informasi mengenai lingkungan antar pemerintahan, yang bertujuan untuk memberikan anggotanya prediksi signifikan mengenai resiko kerusakan lingkungan dan bagaimana dalam melakukan tindakan pencegahan ataupun penanggulangannya. Selain itu, UNEP juga memegang peran yang cukup penting dalam memberikan insiasi bantuan dalam berbagai Konvensi Internasional
.
96
Pada bulan Januari 1973 UNEP memulai kegiatannya, semula berpusat di Geneva, kemudian di Nairobi, Kenya. UNEP merupakan organisasi dunia dari PBB yang pertama di pusatkan di negara berkembang. UNEP merupakan juga badan baru dari PBB, dalam pengertian konsepsi oprasional dan struktur organisasinya. Ide untuk programnya berasal dari dua pertimbangan utama. Kegiatan UNEP tidak bersifat menyelesaikan masalah lingkungan atau membiayai badan lain untuk tugas tersebut. Usahanya lebih bersifat menggerakkan dunia untuk bertindak dalam arti berupaya agar dunia bekerja atas kemampuan sendiri.
. UNEP juga merupakan suara bagi lingkungan dalam sistem PBB di tingkat regional dan nasional. Memiliki mandat untuk mengkoordinasikan pengembangan konsensus kebijakan lingkungan dengan menjaga lingkungan global yang sedang ditinjau dan membawa isu-isu yang muncul menjaga perhatian pemerintah dan masyarakat internasional untuk pertimbangan dan tindakan.
(8)
Lembaga baru ini sengaja disebut program lingkungan dan pembangunan di PBB, karena ingin menekankan keperluan untuk melaksanakan program yang mencakup berbagai organisasi PBB lainnya. Peran UNEP lebih banyak bersifat menggerakkan dunia untuk bertindak, guna menyelesaikan masalah lingkungannya masing-masing. Namun UNEP tetap akan memberikan inisiasi, rangsangan, dukungan dan tindakan percepatan penanganan semua masalah
lingkungan yang dihadapi97
Puncak kegiatan UNEP dilaksanakan pada sidang Governing Council pada
tanggal 20 Mei- 2 Juni 1982 di Nairobi yang telah menerima deklarasi Nairobi yang terdiri atas sepuluh butir pokok pikiran sebagai tindak lanjut pertemuan sedunia untuk memperingati sepuluh tahun konferensi Stockholm, tanggal 10-18
Mei 1982 di Nairobi. Dalam memasuki The Second Environmental Decade
(1982-1992), deklarasi Nairobi mengemukakan tentang perlunya intensifikasi upaya .
Tingkat Internasional, UNEP pada prinsipnya beroperasi di dalam sistem PBB, tetapi juga secara mandiri dengan organisasi multinasional atau transnasional yang berhubungan dengan pembangunan dan kerjasama ekonomi, perdagangan, dan industri, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Tingkat Nasional UNEP bekerja dengan pemerintah untuk membantu menjamin tepatnya keputusan yang diambil mengenai masalah lingkungan dari negara bersangkutan dan dalam perencanaan pembangunan nasional. Tingkat yang lebih bawah UNEP berusaha memberi motivasi dan berkomunikasi melalui kegiatan penerangannya, melalui
sistem penerangan PBB, dan melalui NGO’S (Non Govermental Organizations)
sedunia.
97
Munadjat Danu Saputro, Hukum Lingkum, Buku I Global, Bina Cipta, Bandung 1982 hal. 128
(9)
melindungi dan memajukan lingkungan hidup pada tahap global, regional dan
nasional98
B. Tindak Lanjut Konferensi Tingkat Tinggi Pembangunan Berkelanjutan
.
Sepuluh tahun yang lalu, di Rio de Jainero, dilaksanakan Konferensi PBB, the United Nations Conference on Environment and Development, dan Proteksi Lingkungan, pembangunan sosial, dan ekonomi, merupakan dasar untuk menuju Pembangunan Berkelanjutan yang mengacu pada Prinsip-Prinsip Rio. Guna mencapai pembangunan tersebut, diadopsi Program Global, Agenda 21, dan Deklarasi Rio.
Pada tahun 2002, di Johannesburg, diadakan Konferensi Tingkat Tinggi Pembangunan Berkelanjutan atau yang sering dikenal dengan sebutan WSSD (World Summit on Sustainable Development) dan ini merupakan tindak lanjut dari KTT Rio. Nitin Desai, Sekretaris Jenderal WSSD, mengibaratkan bila KTT Rio menyediakan suatu peta jalan, kemudian bagaimana mungkin menggunakan peta tersebut tanpa adanya rencana perjalanan yang disertai dengan rasa kepentingan mendesak yang sangat tinggi? Harapan WSSD, yaitu untuk mempunyai rencana yang pasti, sehingga dapat berjalan seperti yang diketahui bahwa di berbagai penjuru dunia setiap tahunnya tiga juta orang mati karena pencemaran udara dan lima juta orang mati karena penyakit yang diakibatkan oleh
tercemarnya badan air99
98
Siti Sundari Rangkuti, Hukum Lingkungan dan Kebijakasanaan Lingkungan Nasional
,Edisi ke-3, 2005, Erlangga, University Press, Surabaya, Hlm 35 99
Tjut Sugandawaty Djohan, “Peluang Pelaksanaan Tindak Lanjut Konferensi Tingkat
Tinggi Pembangunan Berkelanjutan (WSSD) dalam Perspektif LSM”, makalah disampaikan dalam
Seminar Nasional,Hasil-Hasil dan Tindak Lanjut KTT Pembangunan Berkelanjutan, Fakultas Biologi UGM,.
(10)
Agenda WSSD membahas tentang kesehatan, biodiversitas, ekosistem, pertanian, air dan sanitasi dan energi serta isu-isu yang mempengaruhinya seperti finansial, perdagangan, transfer teknologi, informasi, pendidikan, pola konsumsi dan peningkatan kapasitas. Selain agenda resmi juga ada banyak kegiatan seperti seminar, pertemuan, dan diskusi panel yang dihadiri oleh LSM, pemerintah, dan lembaga PBB. ,masalah-masalah yang dibahas meliputi air dan sanitasi, tata kelola yang baik, bisnis, aksi pemerintah daerah, perdagangan, dan pembangunan,
kesempatan kerja, kemitraan, dan kerjasama antara negara-negara berkembang100
1. Penempatan fokus khusus mengenai aspek pembangunan
berkelanjutan
. Agenda khusus dari WSSD secara umum meliputi :
2. Artikulasi visi baru bagi pembangunan berkelanjutan
3. Jaminan agenda pembicaraan yang berimbang dan terpadu.
WSSD bertujuan untuk mengevaluasi perubahan global dan menghasilkan aksi yang nyata untuk meningkatkan kehidupan manusia dengan tetap melestarikan sumber daya alam di dunia yang terus meningkat populasinya, meningkat permintaan air bersih, makanan, energi, layanan kesehatan, sanitasi, tempat tinggal, dan keamanan ekonomi. WSSD akan memfokuskan perhatian dunia pada aksi nyata untuk mencapai pembangunan berkelanjutan. Ada 3 tujuan
utama diselenggarakannya WSSD101
1. Mengevaluasi 10 tahun pelaksanaan agenda 21 dan memperkuat
komitmen politik dalam pelaksanaan agenda 21 di masa datang. , yaitu :
(11)
2. Menyusun program aksi pelaksanaan agenda 21 untuk 10 tahun kedepan.
3. Mengembangkan kerjasama bilateral dan multilateral.
Dokumen yang dihasilkan dalam WSSD adalah :
1. Program aksi tentang pelaksanaan agenda 21 10 tahun mendatang.
2. Deklarasi politik
3. Komitmen berupa inisiatif kemitraan untuk melaksanakan
pembangunan berkelanjutan
Fokus utama dalam WSSD di Johannesburg adalah Persoalan tentang pengentasan orang miskin dan pemerataan. Orang harus bisa mengubah pola konsumsi dan produksi, sehingga kedepan masyarakat dunia bisa menikmati hasil pembangunan berkelanjutan dengan setara. Kemiskinan diatasi dengan mengubah cara mencapai pertumbuhan ekonomi. Cara meningkatkan pendapatan tidak boleh lagi hanya lewat jalur ekonomi, tetapi juga lewat jalur sosial, dan lingkungan, artinya faktor biaya produksi karena selama ini biaya lingkungan dan sosial dipikul rakyat,. Inilah bentuk baru Ekonomi Pembangunan yang disebut dengan
Pkonomi Pembangunan102
Tindak Lanjut Konferensi Tingkat Tinggi Pembangunan Berkelanjutan ini menghasilkan beberapa hal. Lepas dari hasil yang dicapai, yaitu ada tiga puluh target global dalam dokumen rencana implementasi Johannesburg. Implementasi tersebut termasuk target pada bidang-bidang yang telah disepakati dalam Deklarasi Milenium dan hasil Konferensi-Konferensi PBB lainnya. Menurut Oratmangun (2002), dari jumlah tersebut tidak kurang dari seratus bentuk
.
tanggal 10 November 2016 pada pukul : 14.19 WIB
(12)
pelaksanaan yang harus ditindak lanjuti ditingkat nasional. Penekanan yang menonjol adalah menghapuskan kemiskinan dari kehidupan masyarakat, ketersediaan serta akses terhadap air bersih, prasarana sanitasi dan kesehatan. Kemudian juga telah disepakati komitmen untuk target waktu pelaksanaan antara lain sebagai berikut :
1. Penghapusan kemiskinan
2. Air dan sanitasi
3. Produksi dan konsumsi berkelanjutan
4. Energi : energi terbarukan, akses energi, pasar energi, dan energi
efisiensi
5. Bahan kimia
6. Pengelolaan sumber daya alam : Air.
7. Kesehatan103
Salah satu hasil yang sangat penting adalah realisasi pembangunan berkelanjutan bukan hanya berhasil dalam skala global tetapi juga sangat berhasil jika diimplementasikan wilayah per wilayah. Masing-masing wilayah memiliki perspektif sendiri terhadap rekomendasi WSSD dan itu menjadi kekuatan bagi mereka untuk memantau implementasi sesuai keinginan mereka. Kenyataannya, pada beberapa wilayah keberhasilan lebih terasa pada skala lokal dan nasional. Dalam Rencana Pelaksanaan KTT Pembangunan Berkelanjutan sebagai hasil WSSD dinyatakan diantaranya, bahwa Majelis Umum PBB harus menentukan kerangka kegiatan PBB khususnya untuk mewujudkan tujuan-tujuan pembangunan yang telah disepakati secara Internasional, termasuk yang terdapat
.
103
Tjut Sugandawaty Djohan, “Peluang Pelaksanaan Tindak Lanjut Konferensi Tingkat
Tinggi Pembangunan Berkelanjutan (WSSD) dalam Perspektif LSM”, makalah disampaikan dalam
Seminar Nasional,Hasil-Hasil dan Tindak Lanjut KTT Pembangunan Berkelanjutan, Fakultas Biologi UGM.
(13)
pada Deklarasi Milenium dan harus memberikan arahan politik yang menyeluruh terhadap pelaksanaan Agenda 21 dan pengkajiannya.
Rencana tersebut menyatakan bahwa Commission for Sustainable
Development (CSD) harus terus menjadi komisi tingkat tinggi mengenai pembangunan berkelanjutan dalam sistem PBB dan berfungsi sebagai forum untuk membahas isu-isu yang berkaitan dengan integrasi ketiga dimensi pembangunan berkelanjutan. CSD harus memberikan penekanan yang lebih pada tindakan-tindakan yang mendukung pelaksanaan pada semua tindakan, termasuk memajukan dan memfasilitasi kemitraan yang melibatkan pemerintah, organisasi internasional, dan para pemangku kepentingan terkait untuk pelaksanaan Agenda 21104
Agenda 21 Indonesia disusun melalui kajian-kajian terhadap perkembangan, perubahan kebijakann, dan program-program pemerintah serta isu-isu penting masalah lingkungan di Indonesia
.
105
Pemerintah, swasta, dan masyarakat luas dapat memanfaatkan dokumen ini sebagai referensi bagi penyusunan perencanaan dan program-program, baik dalama jangka pendek maupun jangka panjang dalam menghadapi pasar bebas . Tujuannya adalah dalam rangka untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan, untuk itu perlu diintegrasikannya pembangunan ekonomi, sosial, dan lingkungan, hal tersebut merupakan syarat yang harus dianut oleh semua sektor pembangunan. Agenda 21 Indonesia memberikan serangkaian pandangan dan inspirasi yang dapat dimasukkan ke dalam proses perencanaan pembangunan di Indonesia.
105
Agenda 21 Indonesia, Strategi Nasional untuk Pembangunan Berkelanjutan, Bahan Penataran Hukum Lingkungan, Februari 1999, hlm. 8-21
(14)
dan mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Adapun Isi Agenda 21 Indonesia
secara singkat dapat diuraikan sebagai berikut106
1. Pengentasan Kemiskinan
:
2. Perubahan Pola Konsumsi
3. Dinamika Kependudukan
4. Pengelolaan dan peningkatan kesehatan
5. Pengembangan perumahan dan pemukiman
6. Dalam sistem perdagangan global, ekonomi, dan lingkungan terpadu
7. Perlindungan atmosfir
8. Pengelolaan bahan kimia beracun
9. Pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun
10.Pengelolaan limbah radio aktif
11.Pengelolaan limbah padat dan cair
12.Perencanaan sumber daya laut
13.Pengelolaan hutan
14.Pengembangan pertanian dan pedesaan
15.Pengelolaan sumber air
16.Konservasi keanekaragaman hayati
17.Bioteknologi
18.Pengelolaan terpadu daerah pesisir dan laut.
C. Kewenangan UNEP dalam melakukan Program Pembangunan Berkelanjutan dalam Instrumen Hukum Internasional.
106
Absori, Penegakan Hukum Lingkungan dan Antisipasi dalam Era Perdagangan Bebas,
(15)
Dalam Sidang Umum PBB ke-27 menyetujui pembentukan UNEP, atas
usulan tersebut akhirnya disetujui Environment Secretariat berada atau bermarkas
di salah satu negara berkembang yaitu Nairobi, Kenya. Pada bulan januari 1973 UNEP memulai kegiatannya yang semula berpusat di Geneva akhirnya dipindahkan ke Nairobi, Kenya. Kegiatan UNEP tidak bersifat menyelesaikan masalah lingkungan atau membiayai badan lain untuk tugas tersebut, akan tetapi usahanya lebih bersifat menggerakkan dunia untuk bertindak dalam arti berupaya
agar dunia bekerja atas kemampuan sendiri107
Saat pembentukan UNEP terdapat instruksi khusus dari majelis umum, bahwa NGO’S dimanfaatkan untuk menyebarkan tanggungjawab terhadap perlindungan dan konservasi lingkungan kepada seluruh lapisan masyarakat, pengusaha, pemerintah daerah dan institusi ke daerahan lainnya. Program dari UNEP ternyata cukup luas. Dalam hubungannya dengan pengelolaan lingkungan UNEP juga membantu pengembangan teknik dan sarana untuk memperhitungkan pertimbangan lingkungan ke dalam pembangunan, pengambilan keputusan di bidang sosial dan ekonomi
.
108
a. Pengembangan dan perluasan tata pengaturan secara hukum
lingkungan Internasional tentang tanggungjawab negara terhadap kerusakan-kerusakan lingkungan berikut ketentuan-ketentuan tentang
.
Perkembangan lebih lanjut dengan diadakannya sidang ketiga tahun 1975, Governing Council UNEP tertanggal 2 Mei 1975, yang merupakan perubahan radikal dan selanjutnya UNEP menyusun program pertumbuhan dan pengembangan hukum lingkungan yang meliputi :
107
Syahrul Machmud Penegakan Hukum Lingkungan Indonesia, Graha Ilmu, Edisi Kedua, 2012 hal. 30
108
Siti Sundari Rangkuti, Hukum Lingkungan dan Kebijakasanaan Lingkungan
(16)
tanggung gugat dan ganti rugi kepada korban-korban asing dalam peristiwa kerusakan-kerusakan lingkungan yang melanda wilayah di luar yurisdiksi nasional mereka masing-masing ;
b. Pengembangan asas-asas hukum lingkungan tentang perlindungan
kepentingan umum berikut asas-asas yang melandasi usaha negara dalam melakukan ekploitasi sumber-sumber daya alam yang dimiliki oleh lebih dari satu negara. Disamping itu, perlu pengembangan asas-asas yang dapat melandasi usaha-usaha untuk mengembangkan tata pengaturan udara dan iklim dalam segala kondisi perubahan-perubahannya, dan juga anjuran serta petunjuk kepada universitas-universitas dan lembaga-lembaga penelitian untuk memasukkan hukum lingkungan menjadi acara kurikulum dan program penelitian;
c. Pengembangan asas-asas dalam tata pengaturan hukum
masalah-masalah lingkungan laut dan perlindungan segala jenis sumberdayanya, disamping program-program khusus untuk memberikan bantuan tehnis kepada negara-negara berkembang guna
mengembangkan sistem hukum lingkungan mereka masing-masing109
Pada tanggal 20 Mei – 2 Juni 1982 dilaksanakan sidang Governing
Council UNEP di Nairobi yang telah menerima Deklarasi Nairobi terdiri dari 10 butir pokok pikiran sebagai tindak lanjut dari pertemuan sedunia untuk memperingati 10 tahun Konferensi Stockholm, tanggal 10-18 Mei 1982. Butir-butir pokok dari Deklarasi Nairobi secara tegas mengemukakan perlunya
.
109
Munadjat Danu Saputro, Hukum Lingkum, Buku I Global, Bina Cipta, Bandung 1982 hlm. 129
(17)
intensifikasi upaya melindungi dan menjatuhkan lingkungan hidup pada tahap
global, regional, dan nasional110
UNEP merupakan koordinator utama dalam sistem PBB untuk urusan lingkungan. Namun demikian, UNEP sendiri tidak mampu melakukan tugasnya sebagai pelindung dan pemenang lingkungan global sehubungan dengan adanya keterbatasan pendanaan, personel, dan juga keluasan mandate yang dimilikinya. Dengan demikian, peningkatan kemampuan UNEP menjadi sebuah prioritas yang sangat penting bagi upaya perbaikan Tata-kelola Lingkungan Internasional.
.
111
Masalah Pendanaan, UNEP memiliki tiga sumber dana yang berbeda, yakni pendanaan regular PBB, pendanaan program lingkungan dan dana-dana peruntukan tertentu. Pendanaan regular PBB digunakan untuk melapisi
pembiayaan Governing Council dan sebuah sekretariat untuk menyediakan
petunjuk kebijakan umum sebagai petunjuk dan manajemen program-program lingkungan dan koordinasi dan aksi lingkungan dalam sistem PBB. Berbeda dengan hal tersebut, pendanaan program lingkungan diimplementasikan dalam program-program UNEP. Pendanaan program lingkungan UNEP sendiri berdasarkan pada kontribusi sukarela secara berkala, sedangkan dana yang Hubungannya dengan pengelolaan lingkungan UNEP juga membantu pengembangan teknik dan sarana untuk memperhitungkan pertimbangan lingkungan kedalam pembangunan, pengambilan keputusan dibidang sosial dan ekonomi.
110
Syamsul Arifin, Hukum Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup di
Indonesia, PT Sofmedia, Medan, 2012 hal 19
111
Tim Third World Network, Pengelolaan Lingkungan Internasional Sudut Pandang
Negara Sedang Berkembang, Cindelaras Pustaka Rakyat Cerdas, Edisi Editan,Yogyakarta, 2005
(18)
dialokasikan untuk program-program spesifik yang disalurkan oleh organisasi
lain, atau individu112
Dana Lingkungan UNEP juga merupakan sumber lain dari pendanaan lingkungan global. Namun demikian, jumlahnya jauh dari mencukupi. Demikian, ketersediaan dana UNEP harus terus dijaga dan selalu dapat diperkirakan jumlahnya. Guna kepentingan tersebut, keberadaan sebuah sistem yang dapat menentukan jumlah kontribusi bagi pemenuhan biaya-biaya administrasi UNEP sangat diperlukan. Berkaitan dengan pemikiran tersebut, negara-negara maju seharusnya menanggung beban biaya operasional UNEP, sesuai dengan prinsip “Tanggung Jawab Semua Kewajiban Berbeda”
.
113
UNEP pada awal pembentukannya memiliki beberapa tujuan dasar, yaitu sebagai sebuah badan yang mempromosikan kerjasama ditingkat internasional dalam perihal permasalahan lingkungan, menyediakan petunjuk bagi organisasi PBB melalui grup penasehat saintifik, mengingat dan menstimulus komunitas saintifik internasional untuk berpartisipasi dalam memformulasikan kebijakan dalam banyak proyek lingkungan PBB serta meningkatkan partiisipasi sektor privat dalam mempromosikan penggunaan berkelanjutan dari Sumber Daya Alam yang digunakan
.
114
Tugas UNEP sebenarnya begitu luas, sementara kantor bagian hukum UNEP menurut Hassan Ahmed hanya satu unut kecil belaka, yang dibentuk tidak untuk dijadikan pelaksana proyek pengembangan hukum lingkungan secara fisik, melainkan hanya sebagai sarana pengembangan gagasan dan pemikiran hukum
.
113
Tim Third World Network, Opcit. hal 18 114
(19)
lingkungan saja. Untuk itu UNEP sangat memerlukan bantuan para ahli dari berbagai negara dan lembaga lainnya. UNEP telah banyak menghasilkan bidang pengembangan hukum lingkungan antara lain Deklarasi Nairobi dan WCS yang
pada tahun 1990 diganti menjadi Caring for the World, di singkat CW dan tahun
1991 menjadi Caring for the Earth disingkat CE, termasuk penerimam usul
pembentukan sebuah komisi khusus di PBB yang menangani lingkungan dan
pembangunan WCED115
Sebagai Tindak Lanjut dari upaya untuk mengimplementasikan hasil-hasil Konferensi Nairobi, di dalam Sidang Umum PBB pada bulan Desember 1983 dibentuk suatu Komisi yang mengkaji suatu agenda global bagi perubahan, yaitu tantangan lingkungan dan pembangunan menjelang tahun 2000 dan cara-cara menanggulanginya. Selanjutnya pada tahun 1984 oleh Sekretaris Jenderal PBB diangkat Gro Harlem Bruntland (Perdana Menteri Norwegia), mewakili negara maju sebagai Ketua Komisi, dan Dr. Mansour Khalid (Mantan Menteri Luar Negeri Sudan), mewakili negara berkembang sebagai Wakil Ketua Komisi. Kedua tokoh ini diberi wewenang untuk menyusun keanggotaan komisi yang kemudian menyebut diri sebagai Komisi Dunia untuk Lingkungan dan Pembangunan (WCED)
.
116
Ada empat hal yang menjadi tugas WCED yang sebenarnya cukup luas dan berat, sehingga komsisi menanggapi sebagai “Suatu Agenda Global Bagi Perubahan”. WCED telah memberikan laporannya pada tahun 1987 yang diberi
judul Our Common Future yang menekankan analisis terhadap hubungan antara
lingkungan dan pembangunan. Laporan WCED atau sering juga disebut dengan .
115
Muhammad Akib, Hukum Lingkungan Persfektif Global Dan Nasional, Rajawali Pers Jakarta, 2014. Hal 42
116
Emil Salim, Pola pembangunan Terlanjutkan dalam WCED, Hari Kedepan Kita
Bersama (Judul Asli : Our Common Future), terjemahan Bambang Sumantri, Jakarta, PT
(20)
Laporan Bruntland yang berjudul Our Common Future dengan fokus kajian hubungan antara lingkungan dan pembangunan tersebut dalam perkembangannya dijadikan materi dalam pertemuan Tingkat Tinggi (KTT) Bumi di Rio De Janeiro,
Brazil pada tanggal 3-14 Juni 1992117.
117
(21)
A. Kebijakan-Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia Sebagai sebuah negara hukum, kesejahteraan yang dianut Indonesia, maka tugas utama pemerintah untuk mewujudkan tujuan negara salah satunya melalui pelayanan publik dan turut sertanya pemerintah dalam kehidupan sosial
masyarakat118. Terlebih-lebih dalam era pembangunan dewasa ini, semakin
meningkat pesat.Sejalan dengan semakin meningkat dan meluasnya pembangunan ke berbagai sektor atau bidang kehidupan, maka ikut campurnya pemerintah pun
semakin aktif dan intensif ke dalam berbagai segi kehidupan masyarakat119
Dalam kaitan dengan kebijakan pemerintah, agar segenap tujuan pembangunan berkelanjutan ini dapat tercapai, maka dalam konteks hubungan antara tujuan sosial dan ekonomi diperlukan kebijakan ekonomi yang meliputi intervensi pemerintah secara terarah, pemerataan pendapatan, penciptaan kesempatan kerja, dan pemberian subsidi bagi kegiatan pembangunan yang memerlukannya. Dalam konteks hubungan antara tujuan sosial dan ekologi, strategi yang perlu ditempuh adalah partisipasi masyarakat dan swasta serta konsultasi
.
120
Secara operasional, pembangunan berkelanjutan sinergi dengan pengelolaan lingkungan. Pengelolaan lingkungan didefinisikan sebagai upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan
.
118
I.Gde Pantja Astawa, Hubungan Fungsional Antara Hukum Administrasi Negara dengan Undang-Undang No. 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan
Hidup dan Pelaksanaannya dalam Dimensi-Dimensi Pemikiran Hukum Adminstrasi Negara, UII
Press, Yogyakarta, Cetakan Kedua, 2002, Hlm. 308. 119
Ibid. Hlm. 309.
120
Albert Napitupulu, Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Berkelanjutan, 2013, IPB Press, Bogor, Hlm 35.
(22)
penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan pengendalian lingkungan hidup. Definisi ini menegaskan bahwa pengertian pengelolaan lingkungan mempuyai cakupan yang luas karena tidak saja meliputi upaya-upaya pelestarian lingkungan, melainkan juga mencegah proses terjadinya degradasi lingkungan khususnya melalui proses penataan lingkungan.
Dengan demikian, perlu disadari bahwa upaya-upaya pengelolaan lingkungan di Indonesia harus dilakukan tidak saja bersifat kuratif, melainkan juga bersifat preventif. Di masa depan, upaya-upaya yang lebih bersifat preventif harus lebih diprioritaskan, dan hal ini menuntut dikembangkannya berbagai opsi pengelolaan lingkungan, baik melalui opsi ekonomi, maupun proses-proses
peraturan dan penataan penggunaan lahan121
1. Dalam bidang pendidikan
. Kebijakan-kebijakan di berbagai bidang untuk 2010-2014, yang nantinya akan menuju kepada suatu pembangunan yang berkelanjutan antara lain yaitu :
2. Dalam bidang kesehatan
3. Dalam bidang pangan
4. Dalam bidang energi
5. Dalam bidang lingkungan hidup
6. Dalam bidang infrastruktur
7. Dalam bidang usaha kecil, dan menengah122.
121
Ibid. Hlm. 37.
122
(23)
a) Pokok-pokok Kebijaksanaan
Agar pembangunan memungkinkan dapat berkelanjutan maka diperlukan pokok-pokok kebijaksanaan sebagai berikut:
1. Pengelolaan sumber daya alam perlu direncanakan sesuai dengan daya
dukung lingkungannya. Dengan mengindahkan kondisi lingkungan maka setiap daerah yang dibangun harus sesuai dengan zona peruntukannya, seperti zona perkebunan, pertanian dan lain-lain. Hal tersebut memerlukan perencanaan tata ruang wilayah, sehingga diharapkan akan dapat dihindari pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan daya dukung lingkungannya.
2. Proyek pembangunan yang berdampak negatif terhadap lingkungan
perlu dikendalikan melalui penerapan analisis mengenai dampak lingkunga sebagai bagian dari studi kelayakan dalam proses perencanaan proyek.
3. Penanggulangan pencemaran air, udara dan tanah mengutamakan.
4. Pengembangan keanekaragaman hayati sebagai persyaratan bagi
stabilitas tatanan lingkungan.
5. Pengembangan kebijakan ekonomi yang memuat pertimbangan
lingkungan.
6. Pengembangan peran serta masyarakat, kelembagaan dan ketenagaan
dalam pengelolaan lingkungan hidup123.
123
Salmani, Pembangunan Berkelanjutan dan Implikasinya di Indonesia, dikutip dari Bahan Mata Kuliah Keseimbangan Lingkungan dan Pembangunan,
(24)
b) Peran Hukum dalam Pembangunan Berkelanjutan
Subsistem manusia memiliki dominasi yang lebih besar dari semua subsistem-subsistem lingkungan yang lain. Dapat dikatakan disini bahwa seberapa jauh mutu kehidupan lingkungan itu pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh manusia dengan segala perilakunya. Manusia merupakan satu-satunya komponen
lingkungan yang cerdas yang disebut dengan homo sapiens, ia dapat mengubah
lingkungan dengan kemampuan akal dan kecerdasan yang ada padanya. Kesimpulan demikian akan diperkuat lagi dengan teori yang mengatakan bahwa lingkungan selalu dilihat dari perspektif kepentingan manusia. Kalau sudah demikian, maka dalam dimensi interaksi manusia dengan alam lingkungannya, sudah jelas membutuhkan aturan atau norma. Aturan atau norma yang kelihatan sebagai wujud hukum, berfungsi sebagai landasan interaksional lingkungan dari setiap kegiatan manusia. Sebagaimana menurut Laurence M. Friedman, sistem hukum memiliki tiga aspek yaitu:
1. Struktur, yang berkaitan dengan institusi yang kompeten dalam
membuat dan melaksanakan undang-undang (legislative dan pengadilan),
2. Substansi, yakni substansi pengaturan undang-undangnya (kodefikasi
atau/ common law system), dan
3. Legal Culture, yakni setiap masyarakat terhadap hukum. Selanjutnya Friendman melihat ada empat fungsi sistem hukum yaitu:
1. Sistem kontrak sosial,
2. Sarana penyelesaian sengketa,
3. Sebagai bagian dari perencanaan sosial dalam kebijakan public yang
(25)
4. Sebagai social maintenance, yakni sebagai fungsi pemeliharaan ketertiban.
Tujuan hukum perlindungan lingkungan ialah menciptakan keseibangan kemampuan lingkungan yang serasi. Maka dari itu langkah-langkah konkret oleh hukum oleh menciptakan keserasian lingkungan harus kelihatan melalui fungsinya sebagai berikut:
1. Sebagai landasan interaksional terhadap lingkungan,
2. Sebagai sarana control atas setiap interaksi terhadap lingkungan,
3. Sebagai sarana ketertiban interaksional manusia dengan manusia lain,
dalam kaitannya dengan kehidupan lingkungan,
4. Sebagai sarana pembaharuan menuju lingkungan yang serasi, menurut
arah yang dicita-citakan.
Instrumen hukum melalui fungsi-fungsinya itu akan menjadi pedoman bagi prinsip yang ditetapkan berupa pembangunan berwawasan lingkungan. Hukum dapat memainkan fungsinya terutama sebagai control dan menjadi kepastian bagi masyarakat dalam menciptakan keserasian antara aksi pembangunan yang diteruskan serta ditingkatkan demi mencapai taraf kesejahteraan dan kemakmuran di satu pihak, dengan pemanfaatan sumber daya alam yang serba terbatas di lain pihak. Menurut fungsinya sebagai sarana pembaharuan dan pembangunan hukum dapat diarahkan untuk mencapai pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan. Produk-produk hukum lingkungan secara tepat guna dapat memerankan eksistensinya sehingga pembangunan yang memadukan lingkungan hidup termasuk sumber daya alam,
(26)
menjadi sarana untuk mencapai pembangunan berkelanjutan dan menjamin bagi
kesejahteraan serta mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan124
B. Implementasi Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia
.
Berdasarkan tujuan negara pada Alinea Keempat UUD 1945, Indonesia termasuk negara hukum kesejahteraan. Tujuan negara tersebut dilaksanakan salah satunya dibidang lingkungan hidup yang dituangkan dalam peraturan perundang-undangan dan perencanaan pembangunan. Sekitar tahun tujuh puluhan, Mochtar Kusumaatmadja mengadaptasi dan mengembangkan teori Roscoe Pound sebagai landasan teoritis pembinaan hukum di Indonesia. Perkembangan selanjutnya,
konsep pembinaan hukum ini diberi nama “Teori Hukum Pembangunan125
Dalam Pelaksanaan Pembangunan dan pemerintahan, penting dipahami tujuan hukum dan fungsi hukum sebagai sarana pembaharuan masyarakat
”.
126
. Menurut Mochtar Kusumaatmadja, Hukum berfungsi sebagai sarana pembangunan atau sarana pembangunan didasarkan atas anggapan, bahwa hukum dalam arti kaidah atau peraturan hukum memang bisa berfungsi sebagai alat atau sarana pembangunan dalam arti penyalur arah kegiatan manusia yang kea rah
yang dikehendaki oleh pembangunan127
Hukum dalam kaitannya dengan kerangka dasar pembangunan nasional terdiri dari dua wajah. Pertama, hukum sebagai objek pembangunan nasional, dalam arti hukum sebagai sektor pembangunan yang perlu mendapat prioritas
.
124
N.H.T. SIAHAAN,, Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan, Edisi kedua, Penerbit Erlangga, 2004, hlm. 378-380.
125
Otje Salman dan Eddy Damian, Konsep-Konsep Hukum dalam Pembangunan, Alumni, Bandung, 2002, Hlm. V.
126
Tujuan Hukum selain ketertiban adalah tercapainya keadilan. Selanjutnya untuk mencapai ketertiban perlu kepastian hukum dalam kehidupan bernegara, lihat Mochtar Kusumaatmadja, Fungsi dan Perkembangan Hukum dalam Pembangunan Nasional, Bandung, Bina Cipta, Hlm. 2-3
127
Mochtar Kusumaatmadja, Hukum, Masyarakat, dan Pembinaan Hukum Nasional,
(27)
dalam penegakan, pengembangan, dan pembinaannya. Kedua, hukum sebegai alat
dan sarana penunjang yang akan menjadi landasan bagi pembangunan nasional128.
Sunaryati Hartono, berpendapat hukum merupakan salah satu prasarana mental untuk memungkinkan terjadinya pembangunan dengan cara tertib dan teratur tanpa menghilangkan martabat kemanusiaan anggota masyarakat. Hukum ini berfungsi untuk mempercepat proses pendidikan masyarakat ke arah satu sikap
mental yang paling sesuai dengan masyarakat yang dicita-citakan129
128
Abdurrahman, Aneka Masalah Hukum dalam Pembangunan di Indonesia, Alumni, Bandung, 1979, Hlm. 19.
129
Sunaryati Hartono, Beberapa Masalah Transnasional dalam Peranan Modal Asing di
Indonesia, Alumni, Bandung, 1972, Hlm. 335
.
Menurut Emil Salim untuk melaksanakan pembangunan berkelanjutan dibutuhkan pendekatan ekosistem dengan melihat interdepedensi dari setiap komponen ekosistem. Agar keberlanjutan tetap terjaga harus ada komitmen setiap komponen penyangga kehidupan dan campur tangan pemerintah dengan melibatkan lembaga swadaya masyarakat. Dunia usaha yang selama ini dituduh sebagai pelaku yang menimbulkan kerusakan dan pencemaran harus dipahamkan akan tanggungjawabnya terhadap lingkungan yang dapat diwujudkan dalam bentuk membayar kompensasi jasa lingkungan yang nantinya dapat digunakan untuk mebiayai pemulihan lingkungan yang rusak atau tercemar.
Negara-Negara maju dalam hal biaya kompensasi lingkungan jauh-jauh hari sudah dianggarkan dalam rencana pembiayaan dan pengeluaran perusahaan yang akan dikeluarkan secara rutin untuk kompensasi lingkungan.
Sebagai tindak lanjut dari implementasi pembangunan berkelanjutan pemerintah Indonesia telah memprakarsai melakukan kesepakatan nasional dan rencana tindak pembangunan berkelanjutan. 10 kesepakatan nasional berisi:
(28)
1. Menegaskan komitmen bagi pelaksanaaan dan pencapaian pembangunan berkelanjutan sesuai dengan peraturan perundangan dan sejalan dengan komitmen global.
2. Perlunya keseimbangan yang proporsional dari tiga pilar pembangunan
berkelanjutan (Ekonomi, Sosial dan Lingkungan) serta saling ketergantungan dan saling memperkuat.
3. Penanggulangan kemiskinan, perubahan pola produksi dan konsumsi,
serta pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan yang berkelanjutan.
4. Peningkatan kemandirian nasional.
5. Penugasan bahwa keragaman sumber daya alam dan budaya sebagai
modal pembangunan dan perekat bangsa.
6. Perlunya melanjutkan proses reformasi sebagai prakondisi dalam
mewujudkan tujuan pembangunan berkelanjutan.
7. Penyelenggaraan tata kepemerintahan yang baik, pengelolaan sumber
daya alam, pola produksi dan konsumsi yang berkelanjutan, dan pengembangan kelembagaan merupakan dimensi utama keberhasilan pembangunan berkelanjutan.
8. Perwujudan dalam pencapaian rencana pelaksanaan pembangunan
berkelanjutan bagi seluruh masyarakat, khususnya kelompok perempuan, anak-anak dan kaum rentan.
9. Perwujudan sumber daya manusia terdidik untuk dapat memahami dan
melaksanakan pembangunan berkelanjutan.
10.Pengitegrasian prinsip pembangunan berkelanjutan ke dalam strategi
(29)
Kesepakatan nasional dan rencana tindak pembangunan berkelanjutan dalam tataran implementasi mengalami sejumlah masalah yakni:
1. Pendekatan pembangunan yang dilakukan selama ini amat prakmatis,
terlalu berorientasi pada pembangunan ekonomi, padahal pepersoalan pembangunan ekonomi tidak lepas dari pembangunan sosial dan lingkungan hidup.
2. Telah terjadi penggunaan sumber daya alam yang hanya berorientasi
pada pemenuhan kebutuhan produk untuk memasok kebutuhan pasar, sehingga timbul eksploitasi sumber daya alam tak terkendali.
3. Terdapat pemisahan yang amat ketara dalam pengambilan keputusan
kebijakan pembangunan di bidang investasi, keuangan, perdagangan dan teknologi dengan lingkungan hidup, sehingga kondisi lingkungan
hidup kian bertambah parah130
Menurut Emil Salim penjabaran dan implementasi pembangunan berkelanjutan di Indonesia ditujukan pada beberapa sasaran yakni:
.
1. Membina hubungan keselarasan antara manusia dengan
lingkungannya.
2. Melestarikan sumber daya alam agar bisa dimanfaatkan secara terus
menerus oleh generasi demi gernerasi sampai generasi tak terhingga.
3. Otan mutu dan meningkatkan mutu lingkungan sehingga dapat
menaikkan kualitas hidup manusia Indonesia131
Pembangunan merupakan upaya sadar dalam mengolah dan memenfaatkan sumber daya alam untuk meningkatkan kemakmuran rakyat, baik untuk mencapai kemakmuran lahir maupun untuk mencapai kepuasan batin, sehingga penggunaan
.
130
Salmani, Pembangunan Berkelanjutan dan Implikasinya di Indonesia, dikutip dari Bahan Mata Kuliah Keseimbangan Lingkungan dan Pembangunan
131
(30)
sumber daya alam harus selaras, serasi, dan seimbang dengan fungsi lingkungan hidup. Pancasila sebagai dasar dan falsafah Negara memberikan keyakinan bagi bangsa Indonesia, bahwa kebahagiaan hidup akan tercapai, bila di dasarkan atas keselarasan, keserasian, dan keseimbangan, baik dalam hubungan manusia dengan Tuhan, dengan sesame manusia, maupun dengan alam. Manusia, masyarakat, lingkungan hidup, memiliki hubungan timbal balik yang harus selalu dibina dan dikembangkan agar tetap dalam keselarasan, keserasian, dan keseimbangan yang dinamis.
Undang-Undang Dasar 1945, sebagai landasan Konstitusional, mewajibkan agar sumber daya alam dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, seperti yang tercantum dalam Pasal 33, yakni : Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Kemakmuran rakyat tersebut harus dapat dinikmati generasi masa kini dan generasi mendatang secara
berkelanjutan132
C. Pengaturan Hukum Nasional tentang Pembangunan Berkelanjutan .
Permasalahan pembangunan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia selalu berubah dan makin kompleks, seiring dengan makin bertambahnya tuntutan pembangunan yang akan dihadapi, sedangkan kemampuan dan sumber daya pembangunan yang tersedia cenderung terbatas. Sumber daya yang tersedia harus dioptimalkan oleh pemerintah untuk memenuhi tuntutan yang tidak terbatas dengan membuat pilihan dalam bentuk skala prioritas. Pengaturan Hukum Nasional mengenai Pembangunan Berkelanjutan dimulai pada saat Pasca
132
Aca Sugandhy dan Rustam Hakim, Prinsip Dasar Kebijakan Pembangunan
(31)
Konferensi Stockholm. Hal tersebut juga dimulai dengan di terbitkannya SK Presiden No. 60 Tahun 1972, tanggal 17 Oktober 1972 tentang Panitia Perumus dan Perencana Kerja Pemerintah Bidang Pengembangan Lingkungan Hidup.
Kemudian lahirlah TAP MPR No. IV/MPR/73/GBHN Bab 3 Huruf B ayat 10, yang dalam pelaksanaan pembangunan, dimana sumber-sumber alam Indonesia harus digunakan secara rasionil. Pengalihan sumber daya alam tersebut harus diusahakan tidak merusak tata lingkungan hidup manusia, dilaksanakan dengan kebijakan yang menyeluruh dengan memperhitungkan kebutuhan generasi
yang akan datang133
Sumber utama kebijakan utama dari pembangunan di Indonesia semuanya bersumber kepada Undang-Undang Dasar (UUD) 1945. Hingga saat ini, UUD 1945 telah empat kali di amandemen, dimana konsep mengenai pembangunan berkelanjutan baru dimasukkan dalam amandemen yang keempat yang ditetapkan pada tanggal 10 Agustus 2002. Dengan adanya pengaturan mengenai hak atas lingkungan sebagai hak asasi manusia dan dengan di adopsinya prinsip pembangunan berkelanjutan dalam UUD 1945 menjadikan konstitusi negara
Indonesia sudah bernuansa hijau (Green Constitution)
.
C.1. Undang-Undang Dasar Tahun 1945
134
. Istilah Green
Constitution ini dapat dilihat dalam pasal 28 huruf A UUD 1945 menyatakan bahwa “ Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya135 dan pasal 33 ayat (4) UUD 1945 yang menyatakan bahwa136
133
Syafruddin Siba, Hukum Lingkungan, Dikutip dari Bahan Kuliah Hukum Lingkungan, Fakultas Hukum, Universitas Sumatera Utara, 2015
134
Jimly Asshiddiqie, Green Constitution : Nuansa Hijau UU Negara Republik Indonesia,
Tahun 1945, Jakarta, Rajawali, Pers, 2010, hlm 9
135
Indonesia, UUD 1945 pasal 28 huruf A 136
UUD 1945, Pasal 33 ayat 4
(32)
“Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional”.
Green Constitution ini dipandang perlu, karena dianggap peraturan perundang-undangan yang ada sekarang ini dipandang masih belum mencukupi untuk memaksa para penentu kebijakan untuk tunduk dan mematuhi kebijakan-kebijakan di bidang lingkungan hidup. dalam pertarungan antar sektor di pemerintahan, kepentingan lingkungan hidup, dalam praktik, sering dikalahkan oleh sektor-sektor atau kebijakan-kebijakan yang lain, seperti pertambangan dan
energi, kehutanan dan perkebunan, investasi, pariwisata, dan lain sebagainya137
Untuk Status Lingkungan Hidup dikaitkan dengan Hak Asasi Manusia, dalam rumusan Pasal 28 huruf H ayat (1) menyatakan bahwa “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan
. Beberapa hal penting dalam UUD 1945 tentang kekuasaan pasca perubahan keempat pada tahun 2002, yaitu mengenai konstitusionalisasi kebijakan ekonomi dan peningkatan status lingkungan hidup dikaitkan dengan hak-hak asasi manusia yang dijamin oleh Undang-Undang Dasar. Pada rumusan BAB XIV UUD 1945, yang terkait dengan konstitusionalisasi kebijakan ekonomi, semula hanya berjudul “Kesejahteraan Sosial”, akan tetapi sejak perubahan keempat pada tahun 2002, menjadi “Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Sosial”.
138
137
Jimly Asshiddiqie, Op. Cit. Hlm. 13
138
UUD 1945 Pasal 28 H ayat (1)
. Akibat dari Konstitusionalisasi dari Hak Asasi Manusia dalam UUD 1945, Negara diwajibkan menjamin terpenuhinya Hak setiap orang untuk
(33)
memperoleh lingkungan hidup yang baik dan sehat. Jadi, semua kebijakan dan tindakan pemerintahan dan pembangunan harus mengikuti ketentuan mengenai
hak asasi manusia atas lingkungan hidup yang baik dan sehat139
Perancang dan Perumus Pasal UUD 1945 sebelumnya belum membayangkan apa yang kemudian akan menjadi arus utama dan pemikiran di Abad ke-21 tentang Lingkungan Hidup dan Pembangunan, yaitu adanya pengertian mengenai satu kesatuan ekosistem, karena itu, yang penting bukan hanya bumi dan air sebagaimana disebut dalam UUD 1945, tetapi termasuk juga udara. Dalam pasal 33 ayat (4) UUD 1945, kata “berkelanjutan” itu tersebut terkait dengan konsep pembangunan berkelanjutan. Hal ini terkait dengan perkembangan gagasan tentang pentingnya wawasan, pemeliharaan, pelestarian, dan perlindungan lingkungan hidup yang sehat. Sebaliknya, prinsip pembangunan yang berkelanjutan juga harus diterapkan dalam kebijakan pembangunan berkelanjutan, sebagaimana dinyatakan oleh Jimly Asshiddiqie yaitu, tidak ada pembangunan berkelanjutan tanpa lingkungan hidup sebagai unsur utamanya, dan tidak ada wawasan lingkungan tanpa pembangunan berkelanjutan
.
140
Aktivitas ekonomi dalam masyarakat maupun kegiatan kemasyarakatan lainnya tidak boleh hanya mempertimbangkan kepentingan jangka pendek. Jika keuntungan hari ini diperoleh melalui cara-cara atau langkah-langkah dan tindakan-tindakan yang dapat merusak potensi dan daya dukung alam, maka kegiatana tersebut yang dianggap dapat memberi manfaat untuk masa kini, dapat dikatakan tidak sesuai dengan prinsip pembangunan berkelanjutan. Jika hal itu tercermin dalam perumusan kebijakan berarti kebijakan demikian dapat dikatakan bertentangan dengan konstitusi. Jika hal itu tercermin dalam tindakan-tindakan
.
139
Jimly Asshiddiqie, Op. Cit. Hlm 91 140
(34)
pemerintahan, maka hal demikian juga dapat dikatakan bertentangan dengan UUD 1945.
Secara konsep, pembangunan di Indonesia dimulai sejak tahun 1969 (Repelita), yang tidak dapat dilepaskan dari kebijakan ekonomi baru di Indonesia yang terkait dengan permodalan, khususnya modal asing. Sebagaimana diketahui, kebijakan ini dimulai dengan diundangkannyaa UU No. 1 Tahun 1967 tentang Modal Asing dan Undang-Undang No. 6 Tahun 1968 tentang Modal Dalam Negeri. Dalam Repelita yang pertama ini, aspek lingkungan yang terkait dengan pembangunan berkelanjutan belum masuk dalam konsep pembangunan pada saat itu, dan juga karena terkait dengan permasalahan ini masih terjadi perdebatan di forum PBB karena pada mulanya masalah lingkungan yang terkait dengan pembangunan berkelanjutan ini, khususnya bagi negara berkembang, dikhawatirkan akan menghambat laju pembangunan yang sedang dilaksanakan. Hal ini berlangsung hingga tahun 1972, dimana pada saat itu dicapai kesepakatan tentang hubungan antara masalah lingkungan yang terkait dengan pembangunan berkelanjutan dengan pembangunan. Perkembangan ini telah mendorong dirumuskannya kembali konsep pembangunan Indonesia yang kemudian dikenal dengan pembangunan yang berwawasan lingkungan (dimulai pada Repelita II,
1974)141
141
Daud Silalahi, Hukum Lingkungan dalam Sistem Penegakan Hukum Lingkungan di
Indonesia, Edisi ke 3, Cet 1, Bandung, Alumni, 2001, hlm. 32-33
, dimana pada saat itu aspek lingkungan lebih ditekankan dibandingkan dengan aspek pembangunan lainnya.
(35)
C.2. Perundang-Undangan Indonesia di Bidang Lingkungan Hidup C.2. a.UU No. 4 Tahun 1982
Pengaruh dari konsep pembangunan berkelanjutan, pada tahun 1982, yaitu dengan diberlakukannya Undang-Undang No. 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolahan Lingkungan Hidup (UUPLH 1982) dan dilanjutkan dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPLH 1997). Baik UUPLH 1982 maupun UUPLH 1997 pada dasarnya memiliki asas dan sasaran yang sama. Demikian pula dalam hal menganai hak, kewajiban, serta peran masyarakat dalam lingkungan hidup. Hanya penekanan prinsip dan cakupannya yang berbeda. Perbedaan antara UUPLH 1982 dan UUPLH 1997 yaitu, adanya perkembangan di dunia, UUPLH 1997 telah mengadopsi prinsip-prinsip dari UNCED atau Konferensi PBB mengenai lingkungan dan pembangunan yaitu Konferensi khusus tentang lingkungan dan pembangunan yang dikenal sebagai KTT Bumi di Rio de Janeiro, Brazil.
Mengenai hubungannya dengan hak dan kewajiban masyarakat, pada dasarnya ketiga Undang-Undang tersebut memiliki prinsip-prinsip yang sama, yakni setiap orang mempunyai hak yang sama atas lingkungan hidup yang baik dan sehat, hak untuk berperan dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup. Demikian halnya dengan tujuan dan sasaran pengelolaan lingkungan hidup yang memiliki kesamaan prinsip, kecuali mengenai prinsip pembangunan berkelanjutan yang menjadi salah satu sasaran pengelolaan lingkungan hidup yang digariskan
oleh UUPLH 1997 (Pasal 4 Huruf C )142
142
N.H.T, Siahaan, Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan, ed 2, Jakarta, Erlangga, 2004, hlm 351
(36)
Menurut UUPLH 1982, dalam Pasal 3 yang hanya memuat satu asas saja, yaitu asas pembangunan berkesinambungan, yang menyatakan bahwa “Pengelolaan lingkungan hidup berasaskan pelestarian kemampuan lingkungan yang serasi dan seimbang untuk menunjang pembangunan yang
berkesinambungan bagi peningkatan kesejahteraan manusia”143
C.2. b. UU No. 23 Tahun 1997
. Istilah pembangunan berkelanjutan tidak dinyatakan secara tersurat dalam UUPLH 1982, tetapi menggunakan istilah pembangunan yeng berkesinambungan. UU No. 4 Tahun 1982 ini sudah tidak berlaku lagi dan di cabut dengan UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Perkembangan selanjutnya UU No. 4 Tahun 1982 dicabut dan digantikan dengan UU No. 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan Lingkungan Hidup. dalam UU ini tidak lagi diadakan pembedaan antara pembangunan yang berwawasan lingkungan dengan pembangunan yang berkesinambungan, tetapi, UU ini menggunakan istilah baru lagi, yaitu “Pembangunan Berkelanjutan Yang Berwawasan Lingkungan Hidup”. konsideran UU no. 23 Tahun 1997 antara lain menjelaskan tentang mengapa masyarakat harus melaksanakan pembangunan berkelanjutan Yang Berwawasan Lingkungan Hidup, seperti pada pertimbangan huruf b, bahwa dalam rangka mendayagunakan sumber daya alam untuk memajukan kesejahteraan umum seperti yang diamanatkan dalam UUD 1945 dan untuk mencapai kebahagiaan hidup, berdasarkan Pancasila, perlu dilaksanakan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup berdasarkan
143
Indonesia, UU Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup, UU No. 4 tahun 1982, LN. No. 12 tahun 1982, TLN No. 3215, Ps 3
(37)
kebijaksanaan nasional yang terpadu dan menyeluruh dengan memperhitungkan
kebutuhan generasi masa kini dan generasi masa depan144
Prinsip pengelolaan lingkungan hidup yang di anut oleh UUPLH 1997 sebagaimana dinyatakan dalam pasal 3
.
145
C.2. c. UU No. 32 Tahun 2009
: “Pengelolaan lingkungan hidup yang diselenggarakan dengan asas tanggungjawab negara, asas berkelanjutan, dan asas manfaat bertujuan untuk mewujudkan pembangunan yang berwawasan lingkungan hidup dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa”. Ketiga prinsip diatas, yaitu prinsip tanggung jawab negara, prinsip pembangunan berkelanjutan, prinsip manfaat dengan tujuan mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan saling terkait erat dan mencerminkan kepentingan-kepentingan yang terpadu dalam berbagai dimensi. Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 ini sudah tidak berlaku lagi dan di cabut dengan UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Pengaturan terbaru terkait dengan pengalolaan lingkungan hidup yaitu diatur berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPPLH) 2009. Terkait dengan isu pembangunan berkelanjutan, dapat dilihat dalam pasal 2 UUPPLH 2009,
mengenai asas, tujuan, dan ruang lingkup, yang berbunyi146
144
Http://caramembuatblog2010.blogspot.co.id/2014/01/bab-ii-pembahasan-2.html?=1 diakses pada tanggal 18 November 2016, pukul 00.40 WIB
145
Indonesia, UU Pengelolaan Lingkungan Hidup, UU no. 23 tahun 1997, LN No. 68 Tahun 1997, TLN. No. 3699 Ps. 3
146
Indonesia,UU Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, UU No. 32 Tahun 2009, LN No. 140 Tahun 2009, TLN No. 5059, Pasal 2
(38)
Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dilaksanakan berdasarkan asas :
a. Tanggung jawab negara
b. Kelestarian dan keberlanjutan
c. Keserasian dan keseimbangan
d. Keterpaduan
e. Manfaat
f. Kehati-hatian
g. Keadilan
h. Ekoregion
i. Keanekaragaman hayati
j. Pencemar membayar
k. Partisipatif
l. Kearifan Lokal
m. Tata Kelola Pemerintahan yang baik
n. Otonomi daerah.
Pasal 3 UUPPLH 2009 mengenai tujuan147
a. Melindungi wilayah negara Kesatuan Republik Indonesia dari
pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup , yang berbunyi : Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup bertujuan :
b. Menjamin keselamatan, kesehatan, dan kehidupan manusia
c. Menjamin keberlangsungan kehidupan makhluk hidup dan kelestarian
ekosistem
d. Menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup
147
(39)
e. Mencapai keserasian, keselarasan, dan keseimbangan lingkungan hidup
f. Menjamin terpenuhinya keadilan generasi masa kini dan generasi masa
depan
g. Menjamin pemenuhan kebutuhan dan perlindungan hak atas
lingkungan hidup sebagai bagian dari hak asasi manusia
h. Mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana
i. Mewujudkan pembangunan berkelanjutan
j. Mengantisipasi isu lingkungan global.
Berdasarkan hasil penelitian, kajian tentang Pembangunan Berkelanjutan dalam UU No. 32 tahun 2009 terdapat dalam beberapa pasal, yaitu :
1. Dalam bagian menimbang huruf b, yang berbunyi :
“bahwa pembangunan ekonomi nasional sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar tahun 1945 diselenggarakan berdasarkan
prinsip pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan”148
2. Pasal 1 angka 3, yang berbunyi :
.
“ Pembangunan berkelanjutan adalah upaya sadar dan terencana yang memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi, kedalam strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup, serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan”.
3. Pasal 1 angka 10
148
(40)
“Kajian lingkungan hidup strategis, yang selanjutnya disingkat KLHS, adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif, untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program”.
4. Pasal 15 ayat 3 huruf c
“rekomendasi perbaikan untuk pengambilan keputusan, kebijakan, rencana, dan/atau program yang mengintegrasikan prinsip
pembangunan berkelanjutan149
5. Dalam penjelasan umum angka 1
”.
“Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 menyatakan bahwa lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi dan hak konstitusional bagi setiap warga negara Indonesia. Oleh karena itu, negara, pemerintah, dan seluruh pemangku kepentingan berkewajiban untuk melakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dalam pelaksanaan pembangunan berkelanjutan agar lingkungan hidup Indonesia dapat tetap menjadi sumber dan penunjang hidup bagi rakyat Indonesia serta makhluk hidup lain”.
6. Penjelasan umum angka 3
“Pembangunan sumber daya alam harus selaras, serasi, dan seimbang dengan fungsi lingkungan hidup. sebagai konsekuensinya, kebijakan rencana, dan/atau program pembangunan harus dijiwai oleh kewajiban
149
(41)
melakukan pelestarian lingkungan hidup dan mewujudkan tujuan
pembangunan berkelanjutan150”.
Undang-Undang No. 32 tahun 2009 ini merupakan Hukum Positif yang mengatur masalah Lingkungan Hidup di Indonesia. Undang-Undang ini sebagai “Umberella Act” bagi Indonesia.
150
(42)
A. Kesimpulan
1. Pengaturan Hukum Internasional tentang Pembangunan Berkelanjutan
dapat dilihat dari Deklarasi Stockholm yang terdapat dalam prinsip 4, 13, 15 sampai dengan prinsip 20. Kemudian dilanjut dengan Deklarasi Rio 1992, yang terdapat pada pasal 1, 4, 5, 7, 8, 12, 20, 21, 22, 24, 27. Selain itu, diatur juga dalam Konferensi-konferensi lainnya dan diatur juga dalam perjanjian-perjanjian internasional, seperti: Konvensi Keanekaragaman Hayati, Konvensi Perubahan Iklim, Protocol Cartagana, UNCLOS dan lain sebagainya.
2. Kewenangan UNEP dalam melaksanakan Program Pembangunan
Berkelanjutan dalam Instrumen Hukum Internasional, tidak bersifat menyelesaikan masalah lingkungan atau membiayai badan lain untuk tugas tersebut. UNEP juga menjadi koordinator utama dalam Sistem Pembangunan Berkelanjutan untuk urusan lingkungan hidup. UNEP membantu pengembangan teknik dan sarana untuk memperhitungkan pertimbangan lingkungan kedalam pembangunan, pengambilan keputusan dibidang sosial, dan ekonomi. Selain itu, UNEP juga memiliki 3 sumber dana dalam melakukan tugasnya yang jumlahnya jauh dari mencukupi.
3. Pengaturan Hukum Nasional tentang Pembangunan Berkelanjutan
dapat dilihat dalam UUD RI Tahun 1945 pada Pasal 28 A dan Pasal 33 ayat (4) UUD 1945 yang memuat tentang Lingkungan Nasional. Selain
(43)
itu, dapat dilihat pada UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang terdapat pada bagian menimbang hurufb, pasal 1 ayat 3, ayat 10, Pasal 15 ayat 3 huruf c, dalam penjelasan umum angka 1, dan angka 3. Undang-Undang ini merupakan Hukum Positif yang mengatur masalah lingkungan hidup
di Indonesia, dan juga merupakan “Umberella Act” bagi Indonesia.
B. Saran
1. Pengaturan Hukum Internasional mengenai Pembangunan
Berkelanjutan kurang spesifik, dalam Konferensi-Konferensi yang telah diselenggarakan tidak memberikan hasil yang maksimal tentang Lingkungan Hidup Manusia, khususnya mengenai Pembangunan Berkelanjutan. Seharusnya dalam Konferensi-Konferensi Internasional tersebut lebih membahas tentang Pembangunan Berkelanjutan secara menyeluruh, sehingga pembangunan berkelanjutan dapat diterapkan pada negara-negara baik pada negara maju dan khususnya pada negara-negara berkembang.
2. Kewenangan yang telah diberikan kepada UNEP sudah sangat besar,
tetapi UNEP juga memiliki kekurangan dalam melaksanakan tugasnya, Seharusnya PBB sebagai pencipta organisasi ini lebih meningkatkan kinerja UNEP, agar UNEP dapat melakukan tugasnya sendiri sebagai pelindung dan pemegang lingkungan global sehubungan dengan adanya keterbatasan pendanaan, dan personel. Selain itu, UNEP juga di harapkan lebih memberikan pengaruh pada negara-negara berkembang untuk meningkatkan pembangunan di negaranya, dengan
(44)
memperhatikan kondisi lingkungan di sekitarnya. Sedangkan bagian Ketersediaan Dana UNEP juga harus tetap dijaga dan selalu dapat diperkirakan jumlahnya dengan sangat baik.
3. Pengaturan Hukum Nasional tentang Pembangunan Berkelanjutan
dalam UUD 1945 dan UU No. 32 Tahun 2009 masih kurang memberikan pandangan ataupun pengertian secara mendalam tentang Pembangunan Berkelanjutan. Seharusnya, Pemerintah lebih mengatur tentang pembangunan berkelanjutan, agar masyarakat tahu pentingnya pembangunan berkelanjutan, dan dapat memberikan pengaruh pada masyarakat untuk melakukan pembangunan berkelanjutan yang berguna bukan hanya untuk generasi sekarang, tetapi juga untuk generasi mendatang, serta agar masyarakat lebih mengetahui bagaimana pembangunan berkelanjutan yang baik, yang tidak menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan sekitarnya.
(45)
INTERNASIONAL
A. Konsep Pembangunan Berkelanjutan
Sebagaimana diketahui, bahwa salah satu tujuan utama pengelolaan lingkungan hidup adalah terlaksananya pembangunan berkelanjutan dan terkendalinya pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana. Untuk itu, sejak awal perencanaan kegiatan sudah harus memperkirakan perubahan lingkungan, akibat pembentukan suatu kondisi lingkungan yang baru, baik yang menguntungkan, maupun yang merugikan akibat diselenggarakannya pembangunan.
Definisi Pembangunan menurut UU No. 32 Tahun 2009 adalah upaya sadar dan terencana yang memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup, serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi
masa kini dan masa depan23. Pembangunan Berkelanjutan adalah proses
pembangunan (lahan, kota, bisnis, masyarakat, dan sebagainya) yang berprinsip “memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan
generasi masa depan24
Indonesia sampai saat ini masih menjadi negara yang berkembang. Ilmu pengetahuan dan perekonomian yang ada di dunia global menjadi tolak ukur sejauh mana negara ini berkembang. Sayangnya, beberapa masalah perekonomian terutama kemiskinan yang dirasakan sebagian besar masyarakat Indonesia sulit
”.
23
UU No. 32 Tahun 2009 pasal 1 ayat 3
2016 pukul : 11.18 WIB.
(46)
untuk diselesaikan dan memperlambat laju pembangunan yang diharapkan untuk tercipta. Pembangunan yang saat ini menjadi pemikiran adalah membuat suatu pembangunan berkelanjutan dalam segi perekonomian dengan dibantu oleh
program pemerintah untuk menuju Indonesia yang lebih maju25
Pembangunan memiliki makna melakukan perubahan kearah yang lebih baik. Pembangunan yang diharapkan dapat terlaksana dengan baik yaitu pembangunan yang berkelanjutan. Menurut Jaya, Pembangunan Berkelanjutan pada hakekatnya ditujukan untuk mencari pemerataan pembangunan antar generasi pada masa kini maupun masa mendatang. Tujuan akhir dari setiap usaha pembangunan adalah memperlakukan manusia, untuk memperbaiki kondisi manusia dan memperbesar pilihan manusia
.
26
a. Gagasan Kebutuhan, khususnya kebutuhan pokok manusia untuk
mendukung hidup ;
.
Dalam pelaksanaan pembangunan berkelanjutan, sumber-sumber daya alam harus digunakan secara rasional. Penggalian sumber kekayaan alam, harus di usahakan agar tidak merusak Tata Lingkungan Hidup Manusia, untuk menunjang pembangunan berkelanjutan, pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup harus memperhatikan keseimbangan lingkungan, kelestarian dan kemampuannya, sehingga dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi pembangunan dan kesejahteraan rakyat, dan bagi generasi mendatang.
Konsep pembangunan berkelanjutan dalam Hasil KTT Bumi di Rio De Janeiro tahun 1992, mengandung dua gagasan penting, yaitu :
25
Askar Jaya, Konsep Pembangunan Berkelanjutan”, sumber : Rudyct.com/PPS702-ipb/09145/askar_jaya.pdf, diakses pada tanggal 01 November 2016, pada pukul : 17.49 WIB
26
Kumpulan tulisan berjudul “Dimensi Manusia dalam Pembangunan Berkelanjutan” Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, 1998 hlm. 8
(47)
b. Gagasan Keterbatasan, yaitu keterbatasan kemampuan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan baik masa sekarang maupun masa yang
akan datang27
Selain itu, Pembangunan berkelanjutan juga mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : .
1. Memberi kemungkinan kepada kelangsungan hidup dengan jalan
melestarikan fungsi dan kemampuan ekosistem yang mendukungnya, baik secara langsung maupun tidak langsung ;
2. Memanfaatkan sumber alam sebanyak alam atau teknologi pengelolaan
maupun menghasilkannya secara lestari ;
3. Memberikan kesempatan kepada sektor dan kegiatan lainnya untuk
berkembang bersama-sama baik di daerah dan kurun waktu yang sama maupun di daerah dan kurun waktu yang berbeda secara sambung menyambung ;
4. Meningkatkan dan melestarikan kemampuan dan fungsi ekosistem
untuk memasok sumber alam dan melindungi serta mendukung perikehidupan secara terus-menerus ;
5. Menggunakan prosedur dan tata cara yang memperhatikan kelestarian
fungsi dan kemampuan ekosistem untuk mendukung perikehidupan,
baik masa kini maupun masa yang akan datang28
Setiap kegiatan pembangunan, di mana pun dan kapan pun pasti akan menimbulkan dampak. Dampak disini dapat bernilai positif yang berarti memberikan manfaat bagi kehidupan manusia dan dapat berarti negatif yaitu,
.
pukul : 11.11 WIB
28
R.M. Gatot Soemartono, Mengenal Hukum Lingkungan Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 1999 hal. 145-146
(48)
timbulnya risiko yang merugikan masyarakat. Dampak positif pembangunan berkelanjutan sangatlah banyak, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi secara bertahap sehingga terjadi
perubahan struktur ekonomi yang lebih baik, maju, sehat dan seimbang;
2. Meningkatnya kemampuan dan penguasaan teknologi yang akan
menumbuh kembangkan kemampuan dunia usaha nasional ;
3. Mamperluas dan memeratakan kesempatan kerja dan kesempatan
berusaha ;
4. Menunjang dan memperkuat stabilitas nasional yang sehat dan dinamis
dan rangka memperkokoh ketahanan nasional29
Demikian pula dampak positif pembangunan terhadap lingkungan hidup, misalnya terkendalinya hama dan penyakit, tersedianya air bersih, terkendalinya banjir, dan lain-lain. Adapun dampak negatif akibat kegiatan pembangunan berkelanjutan terhadap lingkungan, yang sangat menonjol adalah masalah pencemaran lingkungan.
Menurut Emil Salim, terdapat 5 pokok yang harus di kembangkan dengan sungguh-sungguh untuk melaksanakan pembangunan berkelanjutan, yaitu sebagai berikut :
.
1. Menumbuhkan sikap kerja berdasarkan kesadaran saling
membutuhkan antara satu dengan yang lain. Hakikat lingkungan hidup memuat hubungan saling kait-mengkait dan hubungan saling membutuhkan antara sektor satu dengan sektor lainnya, bahkan antara generasi sekarang dengan generasi mendatang. Oleh karena itu,
29
(49)
diperlukan sikap kerjasama dengan semangat solidaritas antar sektor, antar daerah, antarnegara dan antargenerasi ;
2. Kemampuan menyerasikan kebutuhan dengan kemampuan sumber
daya alam dalam menghasilkan barang dan jasa. Kebutuhan manusia yang terus-menerus mengikat perlu di kendalikan untuk disesuaikan dengan pola penggunaan sumber alam secara bijaksana ;
3. Mengembangkan sumber daya manusia agar mampu menanggapi
tantangan pembangunan tanpa merusak lingkungan. Untuk Indonesia, yang akan memasuki tahap industrialisasi dalam Repelita-Repelita yang akan datang, harus mampu mencegah terulangnya pola industrialisasi yang merusak lingkungan seperti yang dialami oleh Negara-negara maju ;
4. Mengembangkan kesadaran lingkungan di kalangan masyarakat
sehingga tumbuh menjadi kesadaran berbuat ;
5. Menumbuhkan lembaga-lembaga swadaya masyarakat yang dapat
mendayagunakan dirinya untuk menggalakan partisipasi lingkungan hidup30.
A.1. Prinsip Pembangunan Berkelanjutan
Makna pembangunan berkelanjutan akan menjadi lemah karena pertumbuhan meningkat. Dalam Prinsip Keberlanjutan, dimana sistem-sistem
yang berperan harus mampu dipertahankan dalam jangka panjang31
KTT Bumi di Rio De Janeiro dalam sidangnya menghasilkan Prinsip-prinsip Pembangunan Berkelanjutan, Prinsip-Prinsip tersebut antara lain adalah :
.
30
Ibid. Hlm. 69-71
31
Kumpulan Tulisan berjudul “Dimensi Manusia dalam Pembangunan Berkelanjutan” Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, 1998 hlm. 9
(50)
a. Prinsip Keadilan Antar Generasi ;
b. Prinsip Keadilan Dalam Generasi ;
c. Prinsip Pencegahan Dini ;
d. Prinsip Perlindungan Keanekaragaman Hayati32
Selain itu, Pembangunan Berkelanjutan juga mempunyai Prinsip Dasar. Adapun Prinsip dasar pembangunan berkelanjutan meliputi:
.
1. Pemerataan dan keadilan sosial dalam hal ini pembangunan
berkelanjutan harus menjamin adanya pemerataan untuk generasi sekarang dan generasi yang akan datang, berupa pemerataan distribusi sumber lahan, faktor produksi dan ekonomi yang berkeseimbangan, berupa kesejahteraan semua lapisan masyarakat ;
2. Menghargai keanekaragaman, perlu dijaga keanekaragaman hayati dan
keanekaragaman budaya. Keanekaragaman hayati adalah prasyarat untuk memastikan bahwa sumber daya alam selalu tersedia secara berkelanjutan untuk masa kini dan yang akan datang. Pemeliharaan keanekaragaman budaya akan mendorong perlakuan merata terhadap setiap orang dan membuat pengetahuan terhadap tradisi berbagai masyarakat dapat lebih dimengerti oleh masyarakat ;
3. Mengunakan pendekatan integratif. Pembangunan berkelanjutan
mengutamakan keterkaitan antara manusia dengan alam. Manusia mempengaruhi alam dengan cara bermanfaat dan merusak karena itu pemanfaatan harus didasarkan pada pemahaman akan kompleknya keterkaitan antara sistem alam dan sistem sosial dengan cara-cara yang lebih integrative dalam pelaksanaan pembangunan,
32
http://uwityangyoyo.wordpress.com/2011/12/01/348 diakses pada tanggal 02 November pukul :11.11 WIB
(51)
4. Perspektif jangka panjang, dalam hal ini pembangunan berkelanjutan sering kali diabaikan karena masyarakat cenderung menilai masa kini lebih utama dari masa yang akan datang. Karena itu persepsi semacam
itu perlu dirubah33
Dalam rangka mencapai tujuan Pembangunan Nasional, penting untuk menanggapi tantangan pembangunan yang timbul dalam kurun waktu tertentu secara tepat. Permasalahan di atas menunjukkan bahwa hal mendasar yang harus dilakukan dalam pembangunan adalah perombakan struktur ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan struktur ekonomi terlalu berat pada pertanian dan pengelolaan bahan mentah, yang semuanta berorientasi ke luar dan peka terhadap gejolak perubahan harga di pasaran dunia
.
34
B. Pilar Pembangunan Berkelanjutan .
Kemajuan suatu bangsa hanya dapat dicapai dengan melaksanakan pembangunan di segala bidang. Pembangunan merupakan proses pengolahan sumber daya alam dan pendayagunaan sumber daya manusia dengan memanfaatkan teknologi. Dalam pola pembangunan tersebut, perlu memperhatikan fungsi sumber daya alam dan sumber daya manusia, agar dapat terus menerus menunjang kegiatan atau proses pembangunan yang berkelanjutan. Pengertian pembangunan berkelanjutan itu sendiri adalah : Perubahan positif sosial ekonomi yang tidak mengabaikan sistem ekologi dan sosial dimana masyarakat bergantung kepadanya. Keberhasilan penerapannya memerlukan kebijakan, perencanaan, dan proses pembelajaran sosial yang terpadu, viabilitas
33
Salmani, Pembangunan Berkelanjutan dan Implikasinya di Indonesia, Pada Bahan Kuliah Keseimbangan Lingkungan dan Pembangunan.
34
R.M. Gatot Soemartono,Mengenal Hukum Lingkungan Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 1999 hal. 62-67.
(52)
politiknya tergantung pada dukungan penuh masyarakat melalui pemerintahannya,
kelembagaan sosialnya, dan kegiatan dunia usahanya35
a. Berorientasi untuk pertumbuhan yang mendukung secara nyata tujuan
ekologi, sosial dan ekonomi.
.
Secara implisit, definisi tersebut menurut Hegley, Jr. 1992 mengandung pengertian strategi imperatif bagi pembangunan berkelanjutan sebagai berikut :
b. Memperhatikan batas-batas ekologis dalam konsumsi materi dan
memperkuat pembangunan kualitatif pada tingkat masyarakat dan individu dengan distribusi yang adil.
c. Perlunya campur tangan pemerintah, dukungan, dan kerja sama, dunia
usaha dalam upaya konservasi dan pemanfaatan yang berbasis sumber daya.
d. Perlunya keterpaduan kebijakan dan koordinasi pada semua tingkat
dan antara yurisdiksi politik terkait dalam pengembangan energi bagi pertumbuhan kebutuhan hidup.
e. Bergantung pada pendidikan, perencanaan, dan proses politik yang
terinformasikan, terbuka, dan adil dalam pengembangan teknologi dan manajemen.
f. Mengintegrasikan biaya sosial dan biaya lingkungan dari dampak
pembangunan ke dalam perhitungan ekonomi36
Konsep pembangunan berkelanjutan memberikan implikasi adanya batas yang di tentukan oleh tingkat masyarakat dan organisasi sosial mengenai sumber daya alam, serta kemampuan biosfer dalam menyerap berbagai pengaruh aktivitas
.
diakses pada tanggal 02 November 2016 pukul :11.26
36
Aca Sugandhy dan Rustam Hakim, Prinsip Dasar Kebijakan Pembangunan
(1)
10. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak dapat disebutkan satu persatu namanya.
Demikianlah yang dapat saya sampaikan, atas segala kesalahan dan kekurangan skripsi ini saya mohon maaf dan saya berharap skripsi ini juga dapat memberikan ilmu atau pengetahuan kepada orang yang membacanya. Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.
Medan, Desember 2016
Penulis, Sepnida Amalya Putri
(2)
ABSTRAK
Syamsul Arifin *) Jelly Leviza **) Sepnida Amalya Putri.***)
Masalah lingkungan dan akibatnya yang terjadi di berbagai belahan dunia, baik di Negara Maju maupun di Negara Berkembang, telah membuktikan apa yang diperingatkan oleh Rachel Carson pada 1962 dalam Bukunya “The Silent
Spring” menjadi kenyataan. Maka, persoalan yang diteliti dalam hal ini adalah
tentang Pengaturan hukum internasional tentang pembangunan berkelanjutan, serta kewenangan UNEP dalam pembangunan berkelanjutan, kemudian dilanjut dengan pengaturan hukum nasional tentang pembangunan berkelanjutan.
Penelitian ini menggunakan Metode hukum Normatif, yang digunakan untuk meneliti norma hukum internasional yang berkaitan dengan masalah lingkungan hidup, khususnya masalah pembangunan berkelanjutan. Jenis penelitian yang digunakan bersifat Deskriptif yaitu untuk memberikan data tentang suatu gejala atau fenomena. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu dengan melakukan penelitian kepustakaan (library
research).
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa pengaturan Hukum Internasional mengenai Pembangunan Berkelanjutan dapat dilihat dari Deklarasi Stockholm, yang terdapat dalam prinsip 4, 13, 15 sampai dengan prinsip 20. Kemudian dilanjut dengan Deklarasi Rio 1992, yang terdapat pada prinsip 1, 4, 5, 7, 8, 12, 20, 21, 22, 24, 27. Selain itu, diatur juga dalam Konferensi-konferensi lainnya dan dalam perjanjian-perjanjian internasional, seperti: Konvensi Keanekaragaman Hayati, Konvensi Perubahan Iklim, Protokol Cartagena, UNCLOS, dan lain sebagainya. Kewenangan UNEP adalah untuk melaksanakan program kerja melalui departemen negara-negara khususnya negara berkembang. Selain itu, UNEP juga memiliki wewenang untuk memperhitungkan pertimbangan lingkungan kedalam pembangunan, pengambilan keputusan dibidang sosial dan ekonomi. Pengaturan Nasional mengenai pembangunan berkelanjutan termuat dalam UUD 1945 dalam pasal 28 A dan pasal 33 ayat 4, selain itu, juga terdapat dalam UU No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, terdapat dalam bagian menimbang huruf b, Pasal 1 ayat 3, ayat 10, Pasal 15 ayat 3 huruf c, dalam penjelasan umum angka 1, dan angka 3.
Berdasarkan kesimpulan tersebut, seharusnya pengaturan internasional tentang pembangunan berkelanjutan lebih mengikat secara hukum yang kuat. Kewenangan UNEP juga seharusnya diberikan tanggungjawab yang besar serta diberikan pendanaan yang cukup untuk melaksanakan tanggungjawabnya. Pengaturan hukum nasional juga diharapkan lebih mengatur tentang pembangunan berkelajutan secara mendetail.
Kata Kunci : Pembangunan Berkelanjutan, Lingkungan Hidup Manusia, Deklarasi Rio, United Nations Environment Programme (UNEP).1
*) Dosen Pembimbing I **) Dosen Pembimbing II
(3)
ABSTRACT Syamsul Arifin *)
Jelly Leviza **) Sepnida Amalya Putri.***)
The Environmental problems and the consequently that occurred in the various of world, both in the level of global, regional, and national level, both progressive countries or in the developing countries, including Indonesia has proved what was warned by Rachel Carson in 1962 in his book “The Silent Spring” became reality. So, the issue that will research in this case is about International Law setting on Sustainable Development, as well as the authority of UNEP in Sustainable Development, then continue with the National Law setting on Sustainable Development.
This research using Normative Law Method, which is use ti research the norm of International Law relate to environmental issue, especially the issue of Sustainable Development. The type of this research use Descriptive is to provide the data on phenomenon or phenomena. The data sources use in this research is secondary data that is by doing literature research (Library Research).
The result of this research show that the setting of International Law on Sustainable Development can be seen in Stockholm Declaration with contain in Principle 4, 13, 15 until Principle 20. Then continue with Rio Declaration with found in Principle 1, 4, 5, 7, 8, 12, 20, 21, 22, 24, and principle 27. Beside that, it also regulation other Conferences and in the International Treaties, such as the : United Nations Convetion on Biological Diversity, United Nations Framework Convention on Climate Change, Cartagena Protocol, UNCLOS, etc. The authority of UNEP is to implement the program work though the countries department, especially development country. Beside that, UNEP has the authority to value the consideration the environment into development, making decision in social and economic. The National arrangement of sustainable development contain in the Contitution of 1945, article 28 A and article 33 in paragraph 4. In addition contain in the UU No. 32 of 2009 on the Protection and Environmental Management. Contain in the part of consider B letter, article 1 paragraph 3, paragraph 10, article 15 paragraph 3 C letter, in the general explanation number 1, and number 3.
Based on the conclusion above, it should be the International Governance about Sustainable Development is the robust legally binding. The authority of UNEP also should give a great responsibility and sufficient funding to carry out this responsibilities. The National legal arrangements are also expected to be set on sustainable development in detail.
Keywords : Sustainable Development, Human Environment, Rio Declaration,
United Nations Environment Programme (UNEP)2.
2
*) Counselor I **) Counselor II
(4)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……….... i
ABSTRAK... iv
DAFTAR ISI………... vi
DAFTAR SINGKATAN………...…... ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 8
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ... 8
D. Keaslian Penulisan ... 9
E. Tinjauan Kepustakaan ... 10
F. Metode Penelitian ... 15
G. Sistematika Penulisan ... 17
BAB II PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DALAM HUKUM INTERNASIONAL A. Konsep Pembangunan Berkelanjutan ... 19
B. Pilar Pembangunan Berkelanjutan dan Dimensi Pembangunan Berkelanjutan ... 26
C. Pengaturan Hukum Internasional tentang Pembangunan Berkelanjutan ... 34
BAB III RELEVANSI UNITED NATIONS ENVIRONMENT AND DEVELOPMENT (UNEP) DALAM PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN A. Peranan dan Prinsip-prinsip UNEP dalam Pembangunan Berkelanjutan ... 62
B. Tindak Lanjut Konferensi Tingkat Tinggi Pembangunan Berkelanjutan ... 65
C. Kewenangan UNEP dalam melakukan Program Pembangunan Berkelanjutan dalam Instrumen Hukum Internasional... 71
(5)
BAB IV PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN LINGKUNGAN NASIONAL
A. Kebijakan-Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia serta Peran Hukum dalam Pembangunan Berkelanjutan ... 77 B. Implementasi Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia ... 82 C. Pengaturan Hukum Nasional tentang Pembangunan
Berkelanjutan ... 87
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 98 B. Saran ... 99
(6)
DAFTAR SINGKATAN
CE Caring for the Earth
CSD United Nations Commission on Sustainable Development
CW Caring for the World,
ECOSOC The Economic and Social Council
GEF Global Environment Facility
NGO Non Governmental Organizations
KTT Konferensi Tingkat Tinggi
UN United Nations
UNCED United Conference on Environment and Development
UNEP United Nations Environment Programme
UNFF United Nations Forum on Forest
UUPLH Undang-Undang Perlindungan Lingkungan Hidup
UUPPLH Undang-Undang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
WSSD World Summit on Sustainable Development