Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Langkat Dengan Penyelesaian Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan BPK-RI Sebagai Variabel Moderating Chapter III VI

BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual yang akan digunakan dalam penelitian ini dapat
digambarkan sebagai berikut :
Variabel Independen

Variabel Moderating

Variabel Dependen

Penerapan SAP
(X1)
Kapasitas SDM
(X2)
SPI

SPI
(X3)
Kualitas Laporan

Keuangan
(Y)

Teknologi Informasi
(X4)
Peran Internal Audit
Pemerintah (X5)

Penyelesaian Tindak Lanjut
Hasil Pemeriksaan BPK-RI
(Z)

Gambar 3.1
Kerangka Konseptual

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan kerangka konseptual di atas, dapat dijelaskan sebagai berikut:
3.1. 1. Pengaruh Penerapan SAP terhadap Kualitas Laporan Keuangan
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) merupakan pedoman dalam

menyusun

dan

menyajikan

laporan

keuangan

pemerintah

sebagaimana

diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara

dalam

Pasal


32

disebutkan

bahwa

bentuk

dan

isi

laporan

pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD disusun dan disajikan sesuai
dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.
Standar akuntansi pemerintahan adalah syarat mutlak yang harus dijadikan
pedoman agar kualitas laporan keuangan di Indonesia dapat ditingkatkan. Dengan
demikian, maka Penerapan SAP berpengaruh positif terhadap Kualitas Laporan

Keuangan. Penerapan SAP diduga akan berdampak pada peningkatan kualitas
pelaporan keuangan di pemerintah pusat dan daerah. Berarti apabila SAP
diterapkan dalam suatu laporan keuangan pemerintah maka laporan keuangan
pemerintah tersebut akan semakin berkualitas.

Dengan demikian, maka

penerapan SAP berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan.

3.1.2. Pengaruh Kapasitas Sumber Daya Manusia terhadap Kualitas
Laporan Keuangan
Sumber daya manusia adalah faktor penting untuk menciptakan laporan
keuangan yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki
kemampuan serta keterampilan dalam menyusun laporan keuangan sesuai dengan
standar akuntansi pemerintahan sangat diperlukan untuk menyusun laporan
keuangan.

Universitas Sumatera Utara

Setiap SKPD harus memiliki sumber daya manusia yang kompeten, yang

didukung dengan latar belakang pendidikan akuntansi, sering mengikuti
pendidikan dan pelatihan, serta mempunyai pengalaman di bidang keuangan
untuk mengelola keuangan pemerintah daerah dengan baik sehingga sistem
akuntansi yang ada dapat diterapkan. Sumber daya manusia (SDM) yang
kompeten tersebut akan mampu memahami logika akuntansi dengan baik dan
menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas. Dengan demikian, maka
kapasitas sumber daya manusia berpengaruh positif terhadap kualitas laporan
keuangan.

3.1.3. Pengaruh Penerapan Sistem Pengendalian Intern (SPI) terhadap
Kualitas Laporan Keuangan
Sistem Pengendalian Intern (SPI) memiliki fungsi untuk memberikan
keyakinan yang memadai bagi tercapainya efektifitas dan efisiensi dalam proses
akuntansi terutama dalam menciptakan keandalan laporan keuangan sehingga
penerapan sistem pengendalian intern mampu meningkatkan reliabilitas,
objektivitas informasi dan mencegah inkonsistensi dan memudahkan proses audit
laporan keuangan.
PP Nomor 60 Tahun 2008 mendefinisikan pengendalian intern adalah
proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus
menerus oleh


pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan

memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan
efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan
terhadap peraturan perundang-undangan.

Universitas Sumatera Utara

SPI merupakan kegiatan pengendalian terutama atas pengelolaan sistem
informasi yang bertujuan untuk memastikan akurasi dan kelengkapan informasi.
Penerapan SPI dapat lebih meningkatkan laporan keuangan, dengan demikian
penerapan Sistem Pengendalian Intern (SPI) berpengaruh positif terhadap kualitas
laporan keuangan.

3.1.4. Pengaruh Pemanfaatan Teknologi Informasi terhadap Kualitas
Laporan Keuangan
Teknologi informasi sangat diperlukan untuk memberi manfaat atau
kemudahan dalam mengolah data pengelolaan keuangan daerah dan data terkait
lainnya menjadi informasi yang disajikan kepada masyarakat dan sebagai dasar

pengambilan keputusan dalam rangka perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan
pertanggungjawaban pemerintah daerah. Pemanfaatan teknologi informasi yang
meliputi teknologi komputer dan teknologi komunikasi dalam pengelolaan
keuangan daerah akan meningkatkan pemrosesan transaksi dan data lainnya,
keakurasian dalam perhitungan, serta penyiapan laporan dan output lainnya lebih
tepat waktu.
Pemanfaatan teknologi informasi akan meningkatkan kualitas laporan
keuangan sehingga pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh positif terhadap
kualitas laporan keuangan.

3.1.5. Pengaruh Peran Internal Audit Pemerintah terhadap Kualitas
Laporan Keuangan
Peran internal audit/ inspektorat selaku pengawas internal pemerintah
daerah diharapkan dapat membantu pemerintah daerah dalam menyiapkan laporan
keuangan yang berkualitas dan handal. Peran internal audit yaitu memberikan

Universitas Sumatera Utara

jasa konsultasi dan jaminan mutu (quality assurance) terhadap laporan keuangan
khususnya melakukan reviu atas laporan keuangan pemerintah daerah.

Peran Internal Audit Pemerintah terkait dengan proses kegiatan yang
ditujukan untuk menjamin agar pengelolaan keuangan pemerintah daerah berjalan
sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Dengan demikian, maka peran internal audit pemerintah berpengaruh
positif terhadap kualitas laporan keuangan.

3.1.6.

Pengaruh Penyelesaian Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan BPK-RI
sebagai Variabel Moderating

3.1.6.1. Penyelesaian Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan BPK-RI dapat
memoderasi hubungan antara Penerapan Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP) dengan Kualitas Laporan Keuangan
Tindak lanjut hasil pemeriksaan adalah kegiatan dan/atau keputusan yang
dilakukan oleh pimpinan entitas yang diperiksa dan/atau pihak lain yang
kompeten untuk melaksanakan rekomendasi hasil pemeriksaan. Manfaat tindak
lanjut hasil pemeriksaan adalah untuk meminimalisir adanya kejadian yang
berulang dalam laporan keuangan yang telah diaudit oleh BPK, salah satu temuan
yang terdapat dalam laporan keuangan hasil pemeriksaan BPK-RI diantaranya

temuan terkait kesalahan dalam penerapan standar akuntansi pemerintahan.
Penyelesaian tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK-RI terhadap temuan terkait
penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) akan meningkatkan kualitas
laporan keuangan Pemerintah Daerah.
Silviana (2012) menjelaskan dalam penelitiannya bahwa komitmen
pimpinan dalam menindaklanjuti hasil pemeriksaan berpengaruh positif terhadap
kualitas laporan keuangan. Berdasarkan uraian diatas, dapat dijelaskan bahwa

Universitas Sumatera Utara

penyelesaian tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK-RI dapat memoderasi
hubungan antara penerapan standar akuntansi pemerintahan dengan kualitas
laporan keuangan.

3.1.6.2. Penyelesaian Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan BPK-RI dapat
memoderasi hubungan antara Kapasitas Sumber Daya Manusia
dengan Kualitas Laporan Keuangan
BPK-RI selaku auditor eksternal pemerintah selain melakukan audit
keuangan juga melakukan audit kinerja. Audit kinerja bertujuan untuk menilai
kinerja entitas yang diaudit dalam hal ekonomis, efisien dan efektivitas dengan

tujuan untuk memperbaiki kinerja entitas yang diaudit dan meningkatkan
akuntabilitas publik. Hasil audit yang dilakukan oleh BPK-RI dilaporkan dalam
bentuk rekomendasi yang harus ditindaklanjuti oleh auditan.
Penyelesaian

tindak

lanjut

hasil

pemeriksaan

BPK-RI

akan

memperbaiki kapasitas SDM dengan adanya rekomendasi untuk memperbaiki
temuan yang ada seperti penambahan pegawai, perbaikan keahlian pegawai dan
pengetahuan ataupun pelatihan yang diperlukan. Berdasarkan uraian diatas, dapat

dijelaskan bahwa penyelesaian tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK-RI dapat
memoderasi hubungan antara kapasitas sumber daya manusia dengan kualitas
laporan keuangan.

3.1.6.3. Penyelesaian Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan BPK-RI dapat
memoderasi hubungan antara Penerapan Sistem Pengendalian
Intern dengan Kualitas Laporan Keuangan
Temuan atas Sistem Pengendalian Intern menunjukkan kasus-kasus
kelemahan sistem pengendalian intern yang dapat dikelompokkan sebagai berikut:
(a) kelemahan sistem pengendalian akuntansi dan pelaporan; (b) kelemahan

Universitas Sumatera Utara

sistem pengendalian pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja; dan
(c) kelemahan struktur pengendalian intern.
Menurut Rai (2008) menyatakan bahwa pelaksanaan tindak lanjut audit
sangat penting karena manfaat pekerjaan audit bukan terletak pada banyaknya
temuan audit yang dilaporkan atau rekomendasi yang dibuat, melainkan pada
tindak lanjut atas laporan audit atau rekomendasinya. Penyelesaian tindak lanjut
hasil pemeriksaan BPK-RI terkait kelemahan sistem pengendalian intern akan
memperbaiki penerapan sistem pengendalian intern di lingkungan pemerintahan.
Berdasarkan uraian diatas, dapat dijelaskan bahwa penyelesaian tindak
lanjut hasil pemeriksaan BPK-RI dapat memoderasi hubungan penerapan Sistem
Pengendalian Intern dengan kualitas laporan keuangan.

3.1.6.4. Penyelesaian Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan BPK-RI dapat
memoderasi hubungan antara Pemanfaatan Teknologi Informasi
dengan Kualitas Laporan Keuangan
Salah satu aspek penting yang sangat berpengaruh dan menjadi kekuatan
utama dalam kehidupan individu maupun organisasi adalah munculnya teknologi
tinggi. Penggunaan komputer dan teknologi tinggi untuk menyelesaikan tugas
akan memudahkan pekerjaan dan hasil yang lebih baik. Berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah
disebutkan bahwa untuk menindaklanjuti terselenggaranya proses pembangunan
dengan prinsip tata pemerintahan yang baik (Good Governance), pemerintah
pusat dan pemerintah daerah berkewajiban untuk mengembangkan serta
memanfaatkan

kemajuan

teknologi

informasi

agar

dapat

meningkatkan

kemampuan mengelola keuangan daerah, maupun menyalurkan informasi
keuangan daerah kepada pelayanan publik.

Universitas Sumatera Utara

Pemerintah daerah belum mempunyai komitmen untuk menggunakan
SIMDA secara utuh, masih banyak pemerintah daerah yang hanya menggunakan
SIMDA untuk proses pembuatan laporan keuangan saja, proses penganggaran dan
pencatatan aset belum menggunakan SIMDA sehingga masih ada temuan atas
laporan keuangan terkait dengan penerapan SIMDA. Rekomendasi atas temuan
tersebut akan memperbaiki penggunaan aplikasi yang ada.
Berdasarkan uraian diatas, dapat dijelaskan bahwa penyelesaian tindak
lanjut hasil pemeriksaan BPK-RI dapat memoderasi hubungan pemanfaatan
teknologi informasi dengan kualitas laporan keuangan.

3.1.6.5. Penyelesaian Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan BPK-RI dapat
memoderasi hubungan antara Peran Internal Audit Pemerintah
dengan Kualitas Laporan Keuangan
Laporan keuangan pemerintah daerah sebelum diserahkan ke BPK-RI
harus direviu oleh inspektorat daerah untuk meyakinkan keandalan laporan
keuangan. Inspektorat daerah selaku auditor intern mengawal proses pembuatan
laporan keuangan dengan cara melakukan monitoring atas pembuatan laporan
keuangan pemerintah daerah.

Rekomendasi hasil reviu dan monitoring yang

dilakukan akan memperbaiki laporan keuangan pemerintah daerah.
Inspektorat daerah juga sebagai partner BPK-RI dalam melakukan tindak
lanjut atas temuan hasil pemeriksaan BPK-RI. Penyelesaian tindak lanjut hasil
pemeriksaan BPK-RI sangat tergantung kepada kinerja inspektorat daerah karena
Inspektorat daerah merupakan perantara antara BPK-RI dan SKPD-SKPD
pemerintah daerah dalam melakukan tindak lanjut hasil pemeriksaan. Tunggakan
temuan hasil pemeriksaan BPK-RI yang banyak akan merekomendasikan
inspektorat agar memproses temuan-temuan yang belum ditindaklanjuti.

Universitas Sumatera Utara

Inspektorat selaku auditor internal pemerintah seharusnya memberikan
peringatan dini terhadap pengelolaan keuangan pemerintah dan proses tindak
lanjut hasil pemeriksaan BPK-RI tahun-tahun sebelumnya sehingga dapat
dilakukan perbaikan dan pencegahan terhadap permasalahan yang ada sebelum
diaudit oleh audit eksternal pemerintah. Berdasarkan uraian diatas, dapat
dijelaskan bahwa Penyelesaian Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan BPK-RI dapat
memoderasi hubungan antara Peran Internal Audit Pemerintah dengan kualitas
laporan keuangan.

3.2.

Hipotesis
Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah, landasan teoritis

dan kerangka konsep maka hipotesis dari penelitian ini adalah:
1.

Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), kapasitas SDM, Sistem
pengendalian intern (SPI), pemanfaatan teknologi informasi dan peran
internal audit pemerintah berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap
kualitas laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Langkat.

2.

Penyelesaian tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK-RI mampu memoderasi
(memperkuat) hubungan antara penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan
(SAP), kapasitas SDM, penerapan Sistem pengendalian intern (SPI),
pemanfaatan teknologi informasi dan peran internal audit pemerintah dengan
kualitas laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Langkat.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat kausal
komparatif.

Menurut Indriantoro dan Supomo (2002) penelitian kausal

komparatif (Causal Comparative Research) merupakan tipe penelitian dengan
karakteristik masalah berupa hubungan sebab akibat antara dua variabel atau
lebih. Penelitian kausal komparatif merupakan tipe penelitian ex post facto yaitu
tipe penelitian terhadap data yang dikumpulkan setelah terjadinya fakta atau
peristiwa.

4.2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian seluruh SKPD di lingkungan Pemerintah Daerah
Kabupaten Langkat. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2016 sampai
Juli 2016 (Lampiran 1).

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian
Menurut Sugiyono (2014) populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu
yang

ditetapkan

kesimpulannya.

oleh

peneliti

untuk

dipelajari

dan

kemudian

ditarik

Menurut Lubis (2012) sampel adalah sebagian atau wakil

populasi yang diteliti. Indriantoro dan Supomo menyatakan bahwa peneliti dapat
meneliti seluruh elemen populasi (disebut dengan sensus) atau meneliti sebagian
dari elemen-elemen populasi (disebut dengan penelitian sampel).

Universitas Sumatera Utara

Populasi dalam penelitian ini adalah pejabat atau pegawai SKPD yang
terlibat dalam pengelolaan keuangan daerah di Pemerintah Kabupaten Langkat
pada 32 Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terdiri dari: 6 (enam) kantor, 16
(enam belas) Dinas, 7 (tujuh) badan, 1 (satu) Inspektorat, 1 (Satu) Sekretariat
DPRD dan 1 (Satu) Sekretariat Daerah, dimana pejabat atau pegawai SKPD yang
akan diberikan kuesioner sebanyak 3 (tiga) orang yaitu PPK-SKPD, Pegawai
bagian keuangan/akuntansi dan Bendahara Pengeluaran SKPD, sehingga jumlah
populasi dalam penelitian ini sebanyak 96 orang (responden). Alasan penulis
memilih PPK-SKPD, Pegawai bagian keuangan/akuntansi dan Bendahara
Pengeluaran SKPD sebagai responden adalah karena ketiga orang tersebutlah
yang terlibat dalam penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah. Teknik
pengambilan sampling pada penelitian ini adalah sensus dan seluruh populasi
akan dijadikan sampel.
Distribusi populasi dan responden dapat dilihat pada table 4.1

No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.

Tabel 4.1.
Daftar Populasi dan Responden
Satuan Kerja Perangkat Daerah
Sekretariat Daerah
Sekretariat DPRD
Inspektorat
Badan Kepegawaian Daerah
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Badan Pemberdayaan Masyarakat dan
Pemerintahan Desa
Badan KB & Pemberdayaan Perempuan
Badan Lingkungan Hidup
Badan Pengelola Keuangan & Aset Daerah
Badan Penanggulangan Bencana Daerah
Dinas Kesehatan
Dinas Pendidikan dan Pengajaran
Dinas Pekerjaan Umum
Dinas Pendapatan
Dinas Tenaga Kerja & Transmigrasi

Responden
3 Orang
3 Orang
3 Orang
3 Orang
3 Orang
3 Orang
3 Orang
3 Orang
3 Orang
3 Orang
3 Orang
3 Orang
3 Orang
3 Orang
3 Orang

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.1. Lanjutan
No
Satuan Kerja Perangkat Daerah
16.
Dinas Pertanian
17.
Dinas Perikanan & Kelautan
18.
Dinas Kebersihan & Pertamanan
19.
Dinas Kehutanan & Perkebunan
20.
Dinas Peternakan
21.
Dinas Perhubungan
22.
Dinas Kependudukan & Catatan Sipil
23.
Dinas Pemuda & Olah Raga
24.
Dinas Perindustrian & Perdagangan
25.
Dinas Koperasi UKM & Penanaman Modal
26.
Dinas Pertambangan & Energi
27.
Kantor Kebudayaan & Pariwisata
28.
Kantor Pelayanan Terpadu
29.
Kantor Perpustakaan, Arsip & Dokumentasi
30.
Kantor Sosial
31.
Kantor Kesatuan Bangsa, Politik dan
Perlindungan Masyarakat
32.
Satuan Polisi dan Pamong Praja
Jumlah…………………………………………

Responden
3 Orang
3 Orang
3 Orang
3 Orang
3 Orang
3 Orang
3 Orang
3 Orang
3 Orang
3 Orang
3 Orang
3 Orang
3 Orang
3 Orang
3 Orang
3 Orang
3 Orang
96 Orang

4.4. Metode Pengumpulan Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang
bersifat kualitatif.

Data primer menurut Lubis (2012) merupakan data yang

dikumpulkan sendiri oleh si peneliti pada saat berlangsungnya penelitian tersebut.
Metode yang digunakan yaitu metode survey.

Teknik pengumpulan data

dilakukan dengan teknik kuesioner. Menurut Daulay (2010) kuesioner adalah
usaha mengumpulkan informasi dengan menyampaikan sejumlah pertanyaan
tertulis, untuk dijawab secara tertulis pula oleh responden.
Adapun tahapan dalam penyebaran dan pengumpulan kuesioner ini terdiri
dari dua tahap yaitu: tahap pertama adalah melakukan penyebaran kuesioner
kepada 96 (sembilan puluh enam) responden yang berada di Pemerintah
Kabupaten Langkat dan ditunggu selama 14 (empat belas) hari, jika ada yang

Universitas Sumatera Utara

belum menyelesaikan diberi waktu tambahan selama satu minggu. Responden
yang tidak dapat menyelesaikan kuesioner setelah diberikan waktu tambahan,
tidak dapat dijadikan sampel. Tahapan kedua yaitu: pengambilan kuesioner yang
telah diisi oleh responden untuk dilakukan pengolahan data dari kuestioner
tersebut.

4.5. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional variabel merupakan definisi yang dijadikan sebagai
dasar dalam menetapkan besarnya nilai dari masing-masing variabel tersebut.
Variabel penelitian ini terdiri dari variabel independen, variabel dependen dan
variabel moderating.
Menurut Sugiyono (2014) variabel independen adalah variabel bebas atau
variabel yang mempengaruhi variabel terikat. Variabel dependen adalah variabel
terikat atau variabel yang dipengaruhi oleh keberadaan variabel bebas. Penelitian
ini menggunakan lima variabel independen yaitu penerapan Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP), kapasitas SDM, penerapan Sistem Pengendalian Intern
(SPI), pemanfaatan teknologi informasi dan peran internal audit pemerintah, satu
variabel moderating yaitu penyelesaian tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK-RI
dan satu variabel dependen yaitu Kualitas Laporan Keuangan.
Pengukuran variabel dalam penelitian ini menggunakan pengukuran sikap
dengan metode likert. Menurut Indriantoro dan Supomo (2002) metode likert
merupakan metode yang mengukur sikap dengan menyatakan setuju atau
ketidaksetujuannya terhadap subyek, obyek, atau kejadian tertentu. Skala
pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala ordinal. Metode
Likert dengan skala ordinal umumnya menggunakan lima angka penilaian yaitu

Universitas Sumatera Utara

(1) sangat setuju, (2) setuju, (3) tidak pasti atau netral, (4) tidak setuju, dan (5)
sangat tidak setuju.

Skala likert dikatakan sebagai skala ordinal karena

pernyataan sangat setuju mempunyai tingkat preferensi yang lebih tinggi dari
setuju dan setuju lebih tinggi dari netral/ragu-ragu (Ghozali, 2013).
Definisi operasional dalam variabel penelitian ini dapat dijelaskan sebagai
berikut:

4.5.1. Variabel Dependen
4.5.1.1. Kualitas Laporan Keuangan
Kualitas laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normatif yang harus
dilaksanakan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya.
Kualitas laporan keuangan dapat diukur dengan relevan, andal, dapat dipahami
dan dapat dibandingkan.

Pengukuran variabel ini menggunakan instrumen

kuesioner dengan 11 (sebelas) butir pertanyaan yang diadaptasi dari Irwan (2011).
Pengukuran variabel ini dengan menggunakan metode likert dengan skala ordinal
yaitu dengan menggunakan penilaian skor 1 sampai 5.

Skor 1 = Sangat Tidak

Setuju (STS), Skor 2 = Tidak Setuju (TS), Skor 3 = Netral (N), Skor 4 = Setuju
(S), Skor 5 = Sangat Setuju (SS) .

4.5.2. Variabel Independen
4.5.2.1. Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan
Standar Akuntansi Pemerintahan adalah prinsip-prinsip akuntansi yang
diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah.
Dengan demikian penerapan SAP merupakan persyaratan yang mempunyai
kekuatan hukum dalam upaya meningkatkan kualitas laporan keuangan

Universitas Sumatera Utara

pemerintah di Indonesia.

Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) dalam

penelitian ini diukur dengan menggunakan laporan keuangan disusun secara
periodik, evaluasi atas laporan keuangan, keterbukaan dan kejujuran dari laporan
keuangan. Pengukuran variabel ini menggunakan instrumen kuesioner dengan 7
(tujuh) butir pertanyaan yang diadaptasi dari Aryani (2013). Pengukuran variabel
ini dengan menggunakan metode likert dengan skala ordinal yaitu dengan
menggunakan penilaian skor 1 sampai 5. Skor 1 = Tidak Pernah (TP), Skor 2 =
Jarang (JR), Skor 3 = Kadang-Kadang (KK), Skor 4 = Sering (S), Skor 5 = Sangat
Sering (SS) .

4.5.2.2. Kapasitas SDM
Kapasitas SDM adalah kemampuan dari Pejabat Penatausahaan, bendahara
pengeluaran dan staf bagian keuangan dalam melaksanakan tugasnya berdasarkan
pendidikan, pelatihan yang diperoleh, pemahaman mengenai tugas dan
tanggungjawab terhadap kewajiban. Indikator variabel ini adalah latar belakang
pendidikan akuntansi, pengetahuan, keahlian dan pelatiham. Pengukuran variabel
ini dengan menggunakan kuesioner 9 (sembilan) butir pertanyaan yang diadaptasi
dari Azhar (2007) dan Irwan (2011).

Pengukuran variabel ini dengan

menggunakan metode likert dengan skala ordinal yaitu dengan menggunakan
penilaian skor 1 sampai 5. Skor 1 = Tidak Pernah (TP), Skor 2 = Jarang (JR),
Skor 3 = Kadang-Kadang (KK), Skor 4 = Sering (S), Skor 5 = Sangat Sering (SS)

4.5.2.3. Penerapan Sistem Pengendalian Intern
Sistem pengendalian intern adalah proses yang integral pada tindakan dan
kegiatan yang dilakukan secara terus-menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai

Universitas Sumatera Utara

untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui
kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan
aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.

Indikator

variabel ini adalah lingkungan pengendalian, penilaian resiko, aktivitas
pengendalian dan informasi komunikasi.

Pengukuran variabel ini dengan

menggunakan kuestioner 7 (tujuh) butir pertanyaan yang diadaptasi dari Irwan
(2011). Pengukuran variabel ini dengan menggunakan metode likert dengan skala
ordinal yaitu dengan menggunakan penilaian skor 1 sampai 5.

Skor 1 = Tidak

Pernah (TP), Skor 2 = Jarang (JR), Skor 3 = Kadang-Kadang (KK), Skor 4 =
Sering (S), Skor 5 = Sangat Sering (SS) .

4.5.2.4. Pemanfaatan Teknologi Informasi
Teknologi informasi meliputi komputer (mainframe, mini, micro),
perangkat lunak (software), database, jaringan (internet, intranet), electronic
commerce, dan jenis lainnya yang berhubungan dengan teknologi untuk
mempermudah pelaksanaan tugas-tugas akuntansi. Komputer sebagai perangkat
lunak dengan software-software sebagai perangkat lunak yang berfungsi untuk
sarana pengolahan maupun penyimpanan data yang nantinya dikirimkan melalui
saluran komunikasi. Indikator variabel ini adalah pemanfaatan komputer dan
jaringan internet, pengolahan data yang terintegrasi, pemeliharaan komputer.
Pengukuran variabel ini dengan menggunakan kuestioner 6 (enam) pertanyaan
yang diadaptasi dari Indirasari (2008).

Pengukuran variabel ini dengan

menggunakan metode likert dengan skala ordinal yaitu dengan menggunakan
penilaian skor 1 sampai 5. Skor 1 = Tidak Pernah (TP), Skor 2 = Jarang (JR),
Skor 3 = Kadang-Kadang (KK), Skor 4 = Sering (S), Skor 5 = Sangat Sering (SS).

Universitas Sumatera Utara

4.5.2.5. Peran Internal Audit Pemerintah
Peran Internal Audit Pemerintah adalah pengawasan internal yang
dilakukan oleh internal audit/ inspektorat selaku pengawas internal pemerintah
daerah diharapkan dapat membantu pemerintah daerah dalam menyiapkan laporan
keuangan yang berkualitas dan handal. Dalam hal ini peran internal audit yaitu
memberikan jasa konsultasi dan jaminan mutu (quality assurance) terhadap
laporan keuangan khususnya melakukan reviu atas laporan keuangan pemerintah
daerah.

Indikator variabel ini adalah reviu laporan keuangan, monitoring

penyusunan laporan keuangan. Pengukuran variabel ini dengan menggunakan
kuesioner 4 (empat) pertanyaan yang diadaptasi dari Yuliani, dkk (2010) dan
Indirasari (2008). Pengukuran variabel ini dengan menggunakan metode likert
dengan skala ordinal yaitu dengan menggunakan penilaian skor 1 sampai 5. Skor
1 = Tidak Pernah (TP), Skor 2 = Jarang (JR), Skor 3 = Kadang-Kadang (KK),
Skor 4 = Sering (S), Skor 5 = Sangat Sering (SS) .

4.5.3. Variabel Moderating
4.5.3.1. Penyelesaian Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan BPK-RI
Tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK-RI adalah kegiatan dan/atau
keputusan yang dilakukan oleh pimpinan entitas yang diperiksa dan/atau pihak
lain yang kompeten untuk melaksanakan rekomendasi hasil pemeriksaan BPKRI. Indikator variabel ini adalah jumlah temuan, status temuan dan lamanya
tindak lanjut. Pengukuran variabel ini dengan menggunakan kuesioner 10
(sepuluh) pertanyaan yang diadaptasi dari Rai (2008) dan PP No. 2 tahun 2010.
Pengukuran variabel ini dengan menggunakan metode likert dengan skala ordinal

Universitas Sumatera Utara

yaitu dengan menggunakan penilaian skor 1 sampai 5.

Skor 1 = Tidak Pernah

(TP), Skor 2 = Jarang (JR), Skor 3 = Kadang-Kadang (KK), Skor 4 = Sering (S),
Skor 5 = Sangat Sering (SS) .
Definisi operasional variabel dan pengukuran variabel dapat dilihat pada
Tabel 4.2. berikut:
Tabel 4.2.
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Jenis Variabel
Definisi Variabel
Indikator
A. Dependen
Kualitas
Laporan Ukuran-ukuran
normatif (1) Relevan (2)Andal,
Keuangan (Y)
yang perlu diwujudkan (3) Dapat dibandingkan
dalam informasi akuntansi (4) Dapat dipahami.
sehingga dapat memenuhi
tujuannya.
B. Independen
1. Penerapan SAP Prinsip-prinsip akuntansi
(X1)
yang diterapkan dalam
menyusun dan menyajikan
laporan
keuangan
pemerintah.
Dengan
demikian SAP merupakan
persyaratan
yang
mempunyai
kekuatan
hukum
dalam
upaya
meningkatkan
kualitas
laporan
keuangan
pemerintah di Indonesia.
2. Kapasitas SDM Kemampuan dari Pejabat
(X2)
Penatausahaan/ bendahara/
staf
keuangan
dalam
melaksanakan
tugasnya
berdasarkan
pendidikan,
pelatihan yang diperoleh,
pemahaman
mengenai
tugas dan tanggung-jawab
dalam
melaksanakan
pekerjaan.
3. Sistem
Proses yang integral pada
Pengendalian
tindakan dan
Intern (X3)
kegiatan yang dilakukan secara terus menerus
oleh pimpinan dan seluruh

Skala
Ordinal

(1) Laporan keuangan
disusun
secara
periodik
(2) Evaluasi
atas
laporan keuangan;
(3) Keterbukaan dan
kejujuran
dari
laporan keuangan

Ordinal

(1)Latar
belakang
pendidikan,
(2)Pengetahuan,
(3)Keahlian.
(4) Pelatihan

Ordinal

(1)Lingkungan
Pengendalian
(2) Penilaian Resiko
(3)Aktivitas
pengendalian

Ordinal

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.2. Lanjutan
Jenis Variabel

Definisi Variabel
pegawai untuk memberikan
keyakinan memadai atas
tercapainya tujuan
organisasi melalui kegiatan
yang efektif dan efisien,
keandalan pelaporan
keuangan, pengamanan aset
negara, dan ketaatan
terhadap peraturan
perundang-undangan.

Indikator

Skala

(4)Informasi dan
komunikasi

Ordinal

(1) Pemanfaatan
komputer
dan
jaringan internet,
(2) Pengolahan data
yang terintegrasi
(3) Pemeliharaan
komputer.

Ordinal

5. Peran Internal Audit Pengawasan internal yang (1) Reviu
laporan
Pemerintah (X5)
dilakukan oleh inspektorat keuangan
selaku pengawas internal (2) Monitoring
pemerintah
daerah penyusunan laporan
diharapkan
dapat keuangan
membantu
pemerintah
daerah dalam menyiapkan
laporan keuangan yang
berkualitas dan handal.

Ordinal

4. Teknologi Informasi Teknologi
informasi
(X4)
meliputi
komputer
(mainframe, mini, micro),
perangkat lunak (software),
database, jaringan (internet,
intranet),
electronic
commerce,
dan
jenis
lainnya yang berhubungan
dengan teknologi untuk
mempermudah pelaksanaan
tugas-tugas akuntansi

C. Moderating
Penyelesaian Tindak Kegiatan
dan/atau
Lanjut
Hasil keputusan yang dilakukan
Pemeriksaan BPK- oleh pimpinan entitas yang
RI (Z)
diperiksa dan/atau pihak
lain yang kompeten untuk
melaksanakan rekomendasi
hasil pemeriksaan BPK-RI.

(1)
Jumlah
temuan (2) Status
Temuan (3) Lamanya
Tindak Lanjut.

Ordinal

4.6. Metode Analisis Data
Pada penelitian ini, model analisis data dalam penelitian menggunakan
model regresi linear berganda (multiple regression analysis).

Pengelolaan data

Universitas Sumatera Utara

akan dilakukan dengan menggunakan alat bantu aplikasi software Statistical
Package for Social Sciences (SPSS). Penelitian diuji dengan beberapa uji statistik
yang terdiri dari: uji kualitas data, uji asumsi klasik, uji statistik deskriptif dan uji
hipotesis.

4.6.1. Uji Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif lebih berkenaan dengan pengumpulan dari ringkasan
data, serta penyajian hasil ringkasan sehingga lebih mudah dipahami dan
diinterprestasikan. Penelitian ini menggunakan statistik deskriptif yang terdiri
dari rata-rata, standar deviasi, jawaban minimum dan jawaban maksimum dari
jawaban yang telah didapat melalui kuisioner.

4.6.2. Uji Kualitas Data
Kualitas data yang dihasilkan dari penggunaan instrument penelitian dapat
dievaluasi melalui uji validitas dan uji realibilitas. Pengujian tersebut masingmasing untuk mengetahui konsistensi dan akurasi data yang dikumpulkan dari
penggunaan instrumen.

Uji kualitas data dilakukan dengan menyebarkan

kuesioner kepada 30 (tiga puluh) orang responden pengelola keuangan SKPD
Pemerintah Kabupaten Langkat di luar sampel yang terdiri dari pembantu PPK
dan pembantu bendahara.

4.6.2.1. Uji Validitas
Uji validitas menunjukkan sejauh mana alat pengukur ini dapat mengukur
apa yang harapkan oleh peneliti.

Uji validitas dapat dilakukan dengan

menghitung korelasi antara skor masing-masing pertanyaan dengan total skor dari
item-item pertanyaan.

Teknik yang digunakan untuk mengukur validitas

Universitas Sumatera Utara

pertanyaan/pernyataan kuesioner adalah Korelasi Product Moment dari Karl
Pearson dengan ketentuan : jika r-hitung lebih besar dari r-tabel, maka skor butir
pertanyaan/ pernyatan kuesioner valid tetapi sebaliknya jika r-hitung lebih kecil
dari r-tabel, maka skor butir pertanyaan/pernyataan kuesioner tidak valid.

4.6.2.2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh hasil
pengukuran tetap konsisten apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih
terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat pengukur yang sama. Suatu
kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban responden atas pertanyaan
tetap konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Uji reliabilitas ditentukan dengan
menggunakan koefisien cronbach alpha, kemudian dilakukan pengukuran dengan
menggunakan software SPSS. Hasil yang diperoleh dari SPSS, angka cronbach
alpha dibandingkan dengan angka ketentuan batas reliabilitas.

Jika angka

cronbach alpha > 0,70, maka pernyataan diatas signifikan yang berarti bahwa
pernyataan tersebut reliabel.

4.6.3. Uji Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik diperlukan sebelum dilakukan pengujian hipotesis
dengan menggunakan analisis regresi, agar datanya bermakna dan bermanfaat.
Uji asumsi klasik terdiri dari: uji normalitas, uji multikolinearitas dan uji
heteroskedastisitas.

4.6.3.1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data
mengikuti atau mendekati distribusi normal, yaitu distribusi data dengan bentuk

Universitas Sumatera Utara

lonceng (bell shaped). Data yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti
distribusi normal. Uji normalitas dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu: analisis
grafik dan uji statistik. Analisis grafik dilakukan dengan melihat grafik normal PP Plot, data normal akan membentuk satu garis lurus diagonal dan ploting data
akan dibandingkan dengan garis diagonal.
Uji statistik dilakukan dengan menggunakan uji statistik nonparametrik
Kolmogrov-Smirnov (K-S).

Pedoman pengambilan keputusan dengan uji

kolmogrov-smirnov, jika signifikan nilai kolmogrov-smirnov di atas α = 0,05 yang
berarti data residual berdistribusi normal (Ghozali, 2013).
1.

Nilai Signifikan atau probabilitas < 0,05 maka distribusi data adalah tidak
normal.

2.

Nilai Signifikan atau probabilitas > 0,05, maka distribusi data adalah normal.

4.6.3.2. Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas

adalah

situasi

adanya

korelasi

variabel-variabel

independen antara yang satu dengan yang lainnya. Pengujian ini bermaksud
untuk menghindari bias dalam proses pengambilan keputusan mengenai pengaruh
pada uji parsial masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen.
Cara untuk mengetahui apakah terjadi multikolinieritas atau tidak yaitu dengan
melihat nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Jika nilai VIF tidak
lebih dari 10 dan nilai Tolerance tidak kurang dari 0,1 maka model tersebut dapat
dikatakan tidak memiliki multikolinieritas. VIF = 1/Tolerance, jika VIF 10 maka
Tolerance = 1/10 = 0,1 (Ghozali, 2013).

Universitas Sumatera Utara

4.6.3.3. Uji Heteroskedastisitas
Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi
terjadi ketidaksamaan varians dari residual antara suatu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika varians dari residual antara suatu pengamatan ke
pengamatan lainnya tetap maka disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang
baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas.
Ada beberapa cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas
yaitu :
a.

Melihat grafik scatter plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen).
Dasar analisisnya: Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada
membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian
menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Jika
tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah
angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

b.

Uji statistik dilakukan dengan uji glejser yaitu dengan meregres nilai absolut
residual terhadap variabel independen. Jika variabel independen signifikan
secara statistik mempengaruhi variabel dependen, maka ada indikasi terjadi
heteroskedastisitas.

4.6.4. Uji Hipotesis
Uji hipotesis yang akan dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari dua
hipotesis yaitu pertama untuk menguji dan menganalisis pengaruh Penerapan
SAP, kapasitas SDM, penerapan SPI, pemanfaatan teknologi informasi dan peran
internal audit pemerintah terhadap kualitas laporan keuangan dilakukan dengan
menggunakan regresi linier berganda dan pengujian hipotesis kedua

untuk

Universitas Sumatera Utara

menguji penyelesaian tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK-RI mampu
memoderasi (memperkuat) hubungan antara penerapan SAP, kapasitas SDM,
penerapan SPI, pemanfaatan teknologi informasi dan peran internal audit
pemerintah dengan kualitas laporan keuangan dilakukan dengan uji residual.

4.6.4.1. Uji Hipotesis Pertama
Hipotesis pertama bertujuan untuk menguji dan menganalisis secara
simultan dan parsial pengaruh penerapan SAP, kapasitas SDM, penerapan SPI,
pemanfaatan teknologi informasi dan peran internal audit pemerintah terhadap
kualitas laporan keuangan.
Model Persamaan regresi yang digunakan yaitu :
Y = α + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + e
Dimana:
Y
X
X2
X3
X4
X5
α
b
e

=
=
=
=
=
=
=
=
=

Kualitas laporan keuangan
Penerapan SAP
Kapasitas SDM
Penerapan Sistem Pengendalian Intern
Pemanfaatan Teknologi Informasi
Peran Internal Audit Pemerintah
Konstanta
Koefisien regresi
Error

Untuk menguji model hipotesis pertama digunakan pengujian hipotesis secara
simultan dengan uji F, dan secara parsial dengan uji t serta koefisien determinasi
(R2 ).

1. Uji-F
Uji-F dilakukan untuk melihat apakah variabel independen secara
bersama-sama (serentak) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel

Universitas Sumatera Utara

dependen. Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai F-hitung dengan nilai
F-tabel. Jika nilai F-hitung lebih besar dari pada nilai F-tabel dapat dinyatakan bahwa
semua variabel independen secara simultan dan signifikan mempengaruhi variabel
dependen.
Pengambilan keputusan berdasarkan kriteria sebagai berikut:
Ho: β = 0,

Penerapan SAP, kapasitas SDM, penerapan SPI, pemanfaatan
teknologi informasi dan peran internal audit pemerintah

tidak

berpengaruh secara simultan terhadap kualitas laporan keuangan
Pemerintah Kabupaten Langkat
H1: β ≠ 0,

Penerapan SAP, kapasitas SDM, penerapan SPI, pemanfaatan
teknologi

informasi

dan

peran

internal

audit

pemerintah

berpengaruh secara simultan terhadap kualitas laporan keuangan
Pemerintah Kabupaten Langkat
Kriteria pengujian:
Apabila Fhitung < Ftabel (α = 0,05) maka H0 diterima (tidak berpengaruh).
Apabila F hitung > F Tabel (α = 0,05) maka H1 diterima (berpengaruh).
2. Uji-t
Uji statistik t digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh masingmasing variabel independen terhadap variabel dependen (Ghozali, 2013). Apabila
nilai t-hitung lebih besar dari t-tabel dapat disimpulkan bahwa suatu variabel
independen secara parsial mempengaruhi variabel dependen. Selain itu, bisa juga
dilakukan dengan melihat p-value dari masing-masing variabel.

Hipotesis

diterima apabila p-value < 5%.

Universitas Sumatera Utara

Hipotesis untuk uji statistik t adalah sebagai berikut :
H0 : β = 0,

Penerapan SAP, kapasitas SDM, penerapan SPI, pemanfaatan
teknologi informasi dan peran internal audit pemerintah

tidak

berpengaruh secara parsial terhadap kualitas laporan keuangan
Pemerintah Kabupaten Langkat
H1: β ≠ 0,

maka Penerapan SAP, kapasitas SDM, penerapan SPI, pemanfaatan
teknologi

informasi

dan

peran

internal

audit

pemerintah

berpengaruh secara parsial terhadap kualitas laporan keuangan
Pemerintah Kabupaten Langkat.
Kriteria pengambilan keputusan atas hasil uji statistik t sebagai berikut:
1. Jika t hitung > t tabel dan signifikansi < α = 5%, maka menerima H1, artinya
Penerapan SAP, kapasitas SDM, penerapan SPI, pemanfaatan teknologi
informasi dan peran internal audit pemerintah berpengaruh secara parsial
terhadap kualitas laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Langkat.
2. Jika t hitung < t tabel dan signifikansi > α = 5%, maka tidak dapat menerima
H1.
3. Koefisien Determinan (R2)
Koefisien determinan (R2) bertujuan untuk mengetahui seberapa besar
kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen.

Koefisien

determinan berkisar antara nol sampai dengan satu. Hal ini berarti bila R 2 = 0
menunjukkan tidak adanya pengaruh antara variabel independen terhadap variabel
dependen. Bila R2 semakin besar mendekati 1 menunjukkan semakin kuatnya
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dan bila R2 semakin
kecil mendekati nol maka dapat dikatakan semakin kecil pengaruh variabel

Universitas Sumatera Utara

independen terhadap variabel dependen. Pada penelitian ini penulis menggunakan
R Adjusted karena lebih stabil dan menghindakan bias terhadap jumlah variabel
independen.

4.6.4.2. Uji Hipotesis Kedua (Variabel Moderating)
Hipotesis kedua bertujuan untuk menguji penyelesaian tindak lanjut hasil
pemeriksaan BPK-RI sebagai variabel moderating apakah mampu memperkuat
atau memperlemah hubungan antara penerapan SAP, kapasitas SDM, penerapan
SPI, pemanfaatan teknologi informasi dan peran internal audit pemerintah dengan
kualitas laporan keuangan.
Menurut Ghozali (2013) ada 3 (tiga) cara menguji regresi menggunakan
variabel moderating yaitu:
1) Uji interaksi
Uji interaksi/Moderated Regression Analysis (MRA) merupakan aplikasi
dalam regresi berganda linear dimana terdapat unsur interaksi (perkalian dua atau
lebih variabel independen) dalam persamaan regresinya.
Model regresi yang digunakan yaitu :
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6 X1Z + b7 X2Z + b8 X3Z +
b9 X4Z + b10 X5Z + e
Dimana:
Y
X1
X2
X3
X4
X5
Z
X1Z .. X5Z
a

= Kualitas laporan keuangan
= Penerapan SAP
= Kapasitas SDM
= Penerapan Sistem Pengendalian Intern
= Pemanfaatan Teknologi Informasi
= Peran Internal Audit Pemerintah
= Penyelesaian Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan BPK-RI
= Perkalian Variabel X1 s/d X5 dengan Variabel Z
= Konstanta

Universitas Sumatera Utara

b1..b10
e

= Koefisien regresi
= Error

2) Uji selisih mutlak
Merupakan model regresi yang agak berbeda, ditemukan oleh Frucot dan
Shearon (1991) yaitu untuk menguji pengaruh moderasi dengan model nilai
selisih mutlak dari variabel independen.
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6 [X1-Z] + b7[X2-Z]+b8[X3-Z]+
b9[X4-Z] + b10[ X5-Z]+ e
Dimana:
Y
X1
X2
X3
X4
X5
Z
[X1-Z]..[X5-Z]
a
b1..b10
e

=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=

Kualitas laporan keuangan
Penerapan SAP
Kapasitas SDM
Penerapan Sistem Pengendalian Intern
Pemanfaatan Teknologi Informasi
Peran Internal Audit Pemerintah
Penyelesaian Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan BPK-RI
Selisih mutlak variabel X1 s/d X5 dengan Variabel Z
Konstanta
Koefisien regresi
Error

3) Uji residual
Menurut Ghozali (2013) agar multikolinieritas tidak terjadi maka
pengujian ini dilakukan dengan menggunakan metode uji residual. Pada uji
residual seluruh variabel independen harus diregresikan dengan variabel
moderating.
Model I : Y = α + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + e
Model II : Z = α + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + e
[ e ] = α + b1Y

(1)
(2)

Dimana:
Y = Kualitas Laporan Keuangan

Universitas Sumatera Utara

X1 = Penerapan SAP
X2 = Kapasitas SDM
X3 = Sistem Pengendalian Intern
X4 = Pemanfaatan Teknologi Informasi
X5 = Peran Internal Audit Pemerintah
α = Konstanta
b = Koefisien regresi
e = Error
Z = Penyelesaian Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan BPK-RI
[ e ]= Absolut Error

Uji residual dapat menunjukkan apakah suatu variabel dapat dikatakan
sebagai variabel moderating, jika suatu variabel dilakukan uji residual dengan
hasil nilai koefisien signifikansi lebih kecil dari 0,05 yang berarti signifikan dan
bernilai negatif maka variabel ini dapat dijadikan sebagai variabel moderating
(Ghozali, 2013).
Uji interaksi untuk menentukan suatu variabel moderating dapat
memperkuat hubungan variabel independen dengan variabel dependen dapat
dilihat dari hasil koefisien determinasi (R2) jika nilai R2 pada regresi kedua
(setelah dimasukan variabel moderating) lebih besar dari nilai R2 pada regresi
pertama (sebelum dimasukkan variabel moderating) maka variabel moderating
dapat memperkuat hubungan antara variabel independen dengan variabel
dependen dan sebaliknya jika hasil koefisien determinasi (R2) pada regresi kedua
(setelah dimasukan variabel moderating) lebih kecil dari nilai R2 pada regresi
pertama (sebelum dimasukkan variabel moderating) maka variabel moderating
memperlemah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.
Pada penelitian ini, penulis akan melakukan pengujian variabel moderating
dengan melakukan uji residual untuk menghindari terjadinya multikolonieritas.

Universitas Sumatera Utara

BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Statistik Deskriptif
Variabel dependen pada penelitian ini adalah kualitas laporan keuangan.
Variabel independen pada penelitian ini adalah penerapan Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP), kapasitas sumber daya manusia, penerapan Sistem
Pengendalian Intern (SPI), pemanfaatan teknologi informasi, peran internal audit
pemerintah dan penyelesaian tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK-RI sebagai
variabel moderating.
Jawaban kuesioner responden yang kembali mengenai variabel penelitian
dapat dilihat pada Tabel 5.1. Tabel tersebut menunjukkan nilai minimum, nilai
maksimum, nilai rata-rata dan standar deviasi dari setiap variabel pada penelitian
ini.
Tabel 5.1
Statistik Deskriptif

Penerapan SAP
Kapasitas SDM
Penerapan SPI
Pemanfaatan Teknologi Informasi
Peran Internal Audit Pemerintah
Penyelesaian TL BPK-RI
Kualitas Laporan Keuangan
Valid N (listwise)

N
91
91
91
91
91
91
91
91

Min Max
28.00 35.00
29.00 43.00
25.00 35.00
23.00 30.00
15.00 20.00
10.00 42.00
42.00 55.00

Mean
29.9121
37.0220
28.6484
25.3407
16.9011
23.0549
46.6044

Std.
Deviation
1.89531
2.93249
2.34461
1.80259
1.31702
8.51451
3.62975

Sumber : Hasil Penelitian, 2016(Data Diolah)

55

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan hasil tabulasi data pada 91 kuesioner yang telah
dikumpulkan, maka dapat diuraikan jawaban responden terhadap pertanyaan yang
terdapat pada kuesioner penelitian. Variabel penerapan SAP total skor terendah
adalah 28 dan total skor tertinggi dari jawaban responden adalah 35 sehingga ratarata (mean) total skor jawaban variabel penerapan SAP adalah 29.9121, dengan
jumlah butir pertanyaan sebanyak 7 butir maka skor rata-rata per orang adalah
sebesar 4,27 hal ini menunjukkan bahwa responden cenderung memilih jawaban
mendekati nilai 4,00 dengan kategori sering. Variabel kapasitas SDM total skor
terendah adalah 29 dan total skor tertinggi dari jawaban responden adalah 43
sehingga rata-rata (mean) total skor jawaban variabel kapasitas SDM adalah
37.0220, dengan jumlah butir pertanyaan sebanyak 9 butir maka skor rata-rata per
orang adalah sebesar 4,11 hal ini menunjukkan bahwa responden cenderung
memilih jawaban mendekati nilai 4,00 dengan kategori sering.
Variabel penerapan SPI, skor terendah dari jawaban responden adalah 25
dan skor tertinggi dari jawaban responden adalah 35 sehingga rata-rata (mean)
total skor jawaban variabel penerapan SPI adalah 28.6484, dengan jumlah butir
pertanyaan sebanyak 7 butir maka skor rata-rata per orang adalah sebesar 4,09 hal
ini menunjukkan bahwa responden cenderung memilih jawaban mendekati nilai
4,00 dengan kategori sering.
Variabel pemanfaatan teknologi informasi memiliki skor terendah adalah
23, skor jawaban tertinggi adalah 30 sehingga rata-rata (mean) total skor jawaban
variabel pemanfaatan teknologi informasi adalah 25.3407, dengan jumlah butir
pertanyaan sebanyak 7 butir maka skor rata-rata per orang adalah sebesar 4,22 hal

Universitas Sumatera Utara

ini menunjukkan bahwa responden cenderung memilih jawaban mendekati nilai
4,00 dengan kategori sering.
Variabel peran internal audit pemerintah, skor terendah dari jawaban
responden adalah 15, skor tertinggi dari jawaban responden adalah 20 sehingga
nilai rata-rata (mean) total skor jawaban variabel peran internal audit pemerintah
adalah 16.9011 dengan jumlah butir pertanyaan sebanyak 4 butir maka skor ratarata per orang adalah sebesar 4,23, hal ini menunjukkan bahwa responden
cenderung memilih jawaban mendekati nilai 4,00 dengan kategori sering.
Variabel Penyelesaian tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK-RI sebagai
variabel moderating, skor terendah dari jawaban responden adalah 10, skor
tertinggi dari jawaban responden adalah 42 sehingga nilai rata-rata (mean) total
skor jawaban variabel penyelesaian tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK-RI
adalah 23.0549 dengan jumlah butir pertanyaan sebanyak 10 butir maka skor
rata-rata per orang adalah sebesar 2,3. Hal ini menunjukkan bahwa responden
cenderung memilih jawaban mendekati nilai 2,00 dengan kategori jarang.
Variabel kualitas laporan keuangan pemerintah daerah, skor terendah dari
jawaban responden adalah 42, skor tertinggi dari jawaban responden adalah 55
sehingga nilai rata-rata (mean) total skor jawaban variabel kualitas laporan
keuangan pemerintah daerah adalah sebesar

46.6044 dengan jumlah butir

pertanyaan sebanyak 11 butir maka skor rata-rata per orang sebesar 4,23
mendekati nilai 4,00 dengan kategori setuju.

5.2.

Deskripsi Data Penelitian
Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dari kuesioner

yang dibagikan kepada responden pada 32 (tiga puluh dua) SKPD Pemerintah

Universitas Sumatera Utara

Kabupaten Langkat yang terdiri dari 6 (enam) kantor, 16 (enam belas) Dinas, 7
(tujuh) Badan, 1 (satu) Inspektorat, 1 (Satu) Sekretariat DPRD dan 1 (Satu)
Sekretariat Daerah. Seluruh kuesioner telah dibagikan kepada responden dan
setiap SKPD diberikan 3 (tiga) kuesioner yaitu Pejabat Penatausahaan Keuangan
(PPK) SKPD, Bendahara Pengeluaran dan Staf pembuat laporan keuangan
sehingga jumlah responden sebanyak 96 orang.
Responden diberikan waktu selama 2 (dua) minggu untuk mengisi
kuesioner dan berdasarkan pada batas waktu yang telah ditentukan, kuesioner
dikutip kembali.

Jika ada yang belum menyelesaikan akan diberikan tambahan

waktu selama satu minggu lagi. Dari 96 kuesioner yang dibagikan yang kembali
sebanyak 91 kuesioner, sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 5.2.
Tabel 5.2
Tingkat Pengembalian Kuesioner
kembali
Uraian
No

Instansi

Sebar

Baik

Rusak

Tidak kembali

1

Sekretariat Daerah

1

3

-

-

3

2

Sekretariat DPRD

1

3

3

-

-

3

Badan

7

21

21

-

-

4

Dinas

16

48

46

-

2

5

Kantor

6

18

18

-

-

6

Inspektorat

1

3

3

-

-

Jumlah

32

96

91

5

Sumber : hasil penelitian, 2016 (data diolah)
5.2.1. Deskripsi Lokasi
Penelitian ini dilakukan di seluruh SKPD di lingkungan Pemerintah
Kabupaten Langkat yang merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Sumatera

Universitas Sumatera Utara

Utara, ibukotanya adalah Stabat. Secara geografis Kabupaten Langkat berada
pada 3o 14' 00" - 4o 13' 00" Lintang Utara, 97o 52' 00" - 98o 45' 00" Bujur
Timur dan 4 - 105 m dari permukaan laut. Kabupaten Langkat menempati area
seluas ± 6.263,29 Km2 (626.329 Ha) yang terdiri dari 23 Kecamatan dan 240 Desa
serta 37 Kelurahan Definitif.

Area Kabupaten Langkat di sebelah Utara

berbatasan dengan Provinsi Aceh dan Selat Malaka, di sebelah Selatan berbatasan
dengan Kabupaten Karo, di sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Aceh, dan
di sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang dan Kota Binjai

Dokumen yang terkait

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENYELESAIAN TINDAK LANJUT REKOMENDASI HASIL PEMERIKSAAN BPK RI PADA PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA DI INDONESIA.

0 0 15

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas laporan Keuangan SKPD Pemerintah Kabupaten Deli Serdang Dengan Kualitas Sumber Daya Manusia Sebagai Variabel Moderating” Chapter III VI

0 0 49

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Laporan Keuangan pada Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai dengan Komitmen Pengguna Anggaran sebagai Variabel Moderating Chapter III VI

0 0 51

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Langkat Dengan Penyelesaian Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan BPK-RI Sebagai Variabel Moderating

0 0 17

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Langkat Dengan Penyelesaian Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan BPK-RI Sebagai Variabel Moderating

0 0 2

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Langkat Dengan Penyelesaian Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan BPK-RI Sebagai Variabel Moderating

0 0 9

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Langkat Dengan Penyelesaian Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan BPK-RI Sebagai Variabel Moderating

0 0 16

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Langkat Dengan Penyelesaian Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan BPK-RI Sebagai Variabel Moderating

0 7 5

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Langkat Dengan Penyelesaian Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan BPK-RI Sebagai Variabel Moderating

0 0 36

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Opini Audit BPK dengan Tindak Lanjut Temuan BPK sebagai Variabel Moderating di Provinsi Sumatera Utara Chapter III VI

0 3 31