Gaya Hidup Perempuan Penyintas Kanker Payudara di RSUP H. Adam Malik Medan

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

1.

Gaya hidup
Menurut Potter & Perry (2005) gaya hidup adalah kegiatan, kebiasaan dan

pelaksanakan kesehatan yang mengandung faktor resiko. Menurut Mont (2007)
dalam Scott (2009) gaya hidup adalah pola tindakan dan konsumsi, yang
digunakan oleh orang-orang untuk membedakan diri dari orang lain, untuk
memenuhi kebutuhan dasar, memberikan kualitas hidup yang lebih baik,
meminimalkan penggunaan sumber daya alam, dan tidak membahayakan
kebutuhan generasi mendatang.
2.

Klasifikasi gaya hidup
Klasifikasi gaya hidup menurut Potter & Perry (2005) terbagi dua yaitu

gaya hidup positif dan gaya hidup negatif. Menurut Notoatmojo (2010) gaya
hidup positif adalah tindakan atau prilaku seseorang, agar dapat terhindar dari

berbagai macam penyakit dan masalah kesehatan, termasuk perilaku untuk
meningkatkan kesehatan, gaya hidup positif meliputi kegiatan fisik secara teratur,
istirahat yang cukup, dan makan dengan menu seimbang, kegiatan fisik tidak
harus berolahraga, bagi seseorang yang sudah memiliki pekerjaan yang selalu
melakukan kegiatan fisik secara rutin sudah dikategorikan berolahraga, makan
dengan menu seimbang (appropriate diet) dimana pola makan sehari-hari yang
memenuhi kebutuhan nutrisi yang memenuhi kebutuhan tubuh baik jumlah
maupun jenisnya. Menurut Health Media Ventures (2016) konsumsi serat,

Universitas Sumatera Utara

vitamin, buah-buahan dan sayuran dapat menurunkan risiko penyakit jantung
sebesar 76% dan bahkan mengurangi risiko kanker payudara.
Menurut Health Media Ventures (2016) Gaya hidup negatif adalah
tindakan atau prilaku seseorang yang tidak baik dalam kebiasaan hidup sehari-hari
meliputi empat perilaku buruk yaitu merokok, terlalu banyak minum alkohol,
tidak berolahraga, dan kurang makan buah-buahan dan sayuran, kebiasaan
merokok dan mengkonsumsi alkohol adalah kebiasaan yang tidak sehat yang
dapat mengakibatkan masalah pada kesehatan, tidak berolahraga dapat
menyebabkan ketidak seimbangan tubuh.

Menurut American Cancer Society (2015) kanker payudara disebabkan
karena gaya hidup negatif seperti, mengkonsumsi zat beralkohol, kelebihan berat
badan, aktifitas fisik yang kurang, usia pertama kali melahirkan, terapi hormon,
dan menyusui.
3.

Faktor yang mempengaruhi
Menurut Kotler & Armstrong (2002 dalam Susanto, 2011) terdapat 2

faktor yang dapat mempengaruhi gaya hidup yaitu faktor dari dalam diri individu
(internal) dan berasal dari luar (eksternal), faktor internal meliputi sikap,
pengalaman dan pengamatan, kepribadian, konsep diri, dan persepsi, adapun
faktor eksternal meliputi kelompok referensi (pergaulan), keluarga, kelas sosial,
dan kebudayaan.
Sikap berarti suatu keadaan prilaku dan keadaan berpikir yang
dipersiapkan untuk memberikan tanggapan terhadap suatu objek melalui
pengalaman dan mempengaruhi secara langsung pada perilaku. Keadaan jiwa

Universitas Sumatera Utara


tersebut sangat dipengaruhi oleh tradisi, kebiasaan, kebudayaan dan lingkungan
sosialnya.
Pengalaman dapat mempengaruhi pengamatan sosial dalam tingkah laku,
pengalaman dapat diperoleh dari semua tindakannya dimasa lalu dan dapat
dipelajari, melalui belajar orang akan dapat memperoleh pengalaman. Hasil dari
pengalaman sosial akan dapat membentuk pandangan terhadap suatu objek.
Kepribadian adalah konfigurasi karakteristik individu dan cara berperilaku
yang menentukan perbedaan perilaku dari setiap individu. Faktor lain yang
menentukan kepribadian individu adalah konsep diri. Bagaimana individu
memandang dirinya akan mempengaruhi minat terhadap suatu objek. Konsep diri
sebagai inti dari pola kepribadian akan menentukan perilaku individu dalam
menghadapi permasalahan hidupnya. Persepsi adalah proses dimana seseorang
memilih, mengatur, dan menginterpretasikan informasi untuk membentuk suatu
gambar yang berarti mengenai dunia.
Faktor eksternal yaitu kelompok referensi yang memberikan pengaruh
langsung atau tidak langsung terhadap sikap dan perilaku seseorang. Kelompok
yang memberikan pengaruh langsung adalah kelompok dimana individu tersebut
menjadi anggotanya dan saling berinteraksi, sedangkan kelompok yang memberi
pengaruh tidak langsung adalah kelompok dimana individu tidak menjadi anggota
didalam kelompok tersebut. Pengaruh-pengaruh tersebut akan menghadapkan

individu pada perilaku dan gaya hidup tertentu.
Keluarga memegang peranan terbesar dan terlama dalam pembentukan
sikap dan perilaku individu. Hal ini karena pola asuh orang tua akan membentuk

Universitas Sumatera Utara

kebiasaan anak yang secara tidak langsung mempengaruhi pola hidupnya. Kelas
sosial adalah sebuah kelompok yang relatif homogen dan bertahan lama dalam
sebuah masyarakat, yang tersusun dalam sebuah urutan jenjang, dan para anggota
dalam setiap jenjang itu memiliki nilai, minat, dan tingkah laku yang sama. Ada
dua unsur pokok dalam sistem sosial pembagian kelas dalam masyarakat, yaitu
kedudukan (status) dan peranan.
Kedudukan sosial artinya tempat seseorang dalam lingkungan pergaulan,
menjalankan hak-haknya serta kewajibannya. Kedudukan sosial ini dapat dicapai
oleh seseorang dengan usaha yang sengaja maupun diperoleh karena kelahiran,
Peranan merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan. Kebudayaan yang
meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan
kebiasaan- kebiasaan yang diperoleh individu sebagai anggota masyarakat,
kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang dipelajari dari pola-pola perilaku yang
normatif, meliputi ciri-ciri pola pikir, merasakan dan bertindak.

4.

Kanker payudara
American Cancer Socienty (2014) menyatakan bahwa kanker payudara

adalah tumor ganas yang tumbuh pada sel-sel payudara. Sebuah tumor ganas
adalah sekelompok sel-sel kanker yang dapat tumbuh menjadi (menyerang)
jaringan disekitarnya atau menyebar ke jaringan payudara yang terdiri dari
kelenjar untuk produksi susu, yang disebut lobulus, dan saluran yang
menghubungkan lobulus ke puting. Sisa dari payudara terdiri dari lemak, ikat, dan
jaringan limfatik.

Universitas Sumatera Utara

Menurut WHO (2012) kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker
yang kejadiannya bermula dari sel-sel di payudara yang tidak normal dan terus
tumbuh berlipat ganda dan pada akhirnya membentuk benjolan pada payudara.
Pertumbuhan sel yang terus-menerus akan menyebabkan tingkat keparahan yang
terus berlanjut pada payudara karena sel-sel akan menyebar (metastasis) pada
bagian tubuh lainnya sehingga berpeluang menyebabkan kematian.

5.

Etiologi kanker payudara
Menurut Kumar, Ramzi & Stanley (2007) ada 3 penyebab yang dapat

menyebabkan kanker payudara yaitu perubahan genetik, pengaruh hormon, dan
faktor lingkungan. Faktor genetik berpengaruh dalam peningkatan terjadinya
kanker payudara. Pada percobaan tikus dengan galur sensitif kanker, melalui
persilangan genetik didapatkan tikus yang terkena kanker. Ada faktor turunan
pada suatu keluarga yaitu di lokus kecil kromosom 17q21 pada kanker payudara
yang tumbuh diusia muda.
Kelebihan hormon estrogen endogen atau ketidakseimbangan hormon
terlihat sangat jelas pada kanker payudara. Banyak faktor resiko yang dapat
disebutkan seperti masa reproduksi yang lama, nulipara dan usia tua yang
memiliki anak pertama. Wanita post menopause dengan tumor ovarium
fungsional dapat terkena tumor payudara karena kelebihan hormon estrogen.
Suatu penelitian menyebutkan bahwa kelebihan jumlah estrogen diair seni,
frekuensi ovulasi dan usia saat menstruasi dihubungkan dengan meningkatnya
resiko terkena kanker payudara. Epitel payudara normal memiliki reseptor
estrogen dan progesteron. Kedua reseptor ditemukan pada sebagian besar kanker


Universitas Sumatera Utara

payudara. Berbagai bentuk growth promoters (transforming growth factor-alpha /
epitelial growth factor, PDGF) disekresi oleh sel kanker payudara manusia.
Banyak penelitian mengatakan bahwa growth promoters terlibat dalam
mekanisme autokrin dan tumor. Produksi GF tergantung pada hormon estrogen,
sehingga interaksi antara hormon di sirkulasi, reseptor hormon di sel kanker dan
GF autokrin merangsang tumor menjadi progresif.
Faktor lingkungan diduga dikarenakan berbagai faktor yaitu faktor
kebiasaan mengkonsumsi alkohol, diet tinggi lemak, dan infeksi virus. Hal
tersebut akan mempengaruhi estrogen, eksogen dan gen supresi tumor dari sel
kanker payudara.
6.

Faktor risiko kanker payudara
Faktor risiko kanker payudara menurut American Cancer Socienty (2016)

terbagi dua yaitu faktor gaya hidup dan faktor genetik. Gaya hidup meliputi
kebiasaan minum alkohol, zat mengandung karsinogen, kelebihan berat badan,

aktifitas fisik, usia pertama kali melahirkan, terapi hormon, dan menyusui,
paparan cahaya malam hari dan paparan kimia adalah faktor yang dapat
menyebabkan seseorang menderita kanker payudara.
Menurut WHO (2016) Alkohol adalah zat psikoaktif yang dapat membuat
seseorang ketergantungan dan alkohol telah banyak digunakan dalam kebudayaan
selama berabad-abad. Dalam Ilmu Kimia yang dimaksud dengan alkohol adalah
senyawa organik yang dalam strukturnya molekulnya memiliki gugus hidroksi
(OH), dalam kehidupan sehari-hari alkohol yaitu etanol atau etil alkohol. Di
Indonesia meminum alkohol bukanlah hal biasa, namun banyak ditemui makanan

Universitas Sumatera Utara

dan minuman mengandung alkohol. Menurut Musyidi (2000) alkohol didapatkan
pada fermentasi seperti pada pembuatan ciu, tape dan tuak, buah-buahan juga ada
yang mengandung alkohol seperti pada durian, mangga dan nangka yang sudah
terlalu matang, pada minuman alkohol ditemukan pada wisky, brandy, dan vodka,
pada obat-obatan juga ditemukan alkohol seperti dalam obat batuk. Sejumlah
penelitian telah menegaskan bahwa konsumsi zat yang mengandung alkohol dapat
meningkatkan risiko kanker payudara pada wanita sekitar 7% -10% untuk masingmasing 10g alkohol


yang dikonsumsi rata-rata perhari. Wanita yang

mengkonsumsi 20-30g minuman beralkohol perhari memiliki risiko 20% lebih
tinggi dari kanker payudara dibandingkan dengan non-peminum. Alkohol dapat
meningkatkan risiko kanker payudara karena dapat meningkatkan hormon
estrogen dan androgen. Penggunaan sangat terkait dengan peningkatan risiko ER
+ dari ER- pada payudara.
Menurut Juknis (2011) alkohol bersifat karsinogen, Zat-zat karsinogen
dapat mengubah asam deoksiribonukleat (DNA) dalam sel-sel tubuh dan
mengganggu proses-proses biologis. Selain dalam alkohol, zat karsinogen juga
sering kali ditemukan dalam makanan yang mengandung pengawet buatan atau
pewarna dan makan yang dicampur MSG (Monosodium Glutamat).
American Cancer Socienty (2016) menyatakan bahwa perokok aktif
maupun pasif dapat menyebabkan kanker payudara, dikarnakan pada rokok
terkandung zat karsinogen. Zat-zat karsinogen menurut Friedberg tahun 2006
antara

lain

hidrokarbon


polisiklik

aromatik

(polycyclic

aromatic

hydrocarbons/PAH), amina aromatika, N-nitrosamin, dan spesies oksigen relatif

Universitas Sumatera Utara

yang terkandung dalam asap tembakau mengarah pada pembentukanadduct DNA,
dan menyebabkan kerusakan satu atau dua rangkaian DNA.
Menurut WHO (2016) Kegemukan dan obesitas didefinisikan sebagai
berat badan yang abnormal atau berlebihan lemak. Obesitas dapat diukur melalui
indeks massa tubuh (IMT), berat badan seseorang (dalam kilogram) dibagi dengan
tinggi badannya (dalam meter) perseratus kuadrat. Seseorang dengan IMT 27 atau
lebih umumnya dianggap obesitas. Seseorang dengan IMT sama atau lebih dari 25

dianggap mempunyai berat badan yang berlebihan. Obesitas disebabkan oleh
ketidakseimbangan antara jumlah energi yang masuk dengan yang dibutuhkan
oleh tubuh untuk berbagai fungsi biologis seperti pertumbuhan fisik,
perkembangan,

aktivitas,

dan

pemeliharaan

kesehatan.

Obesitas

dapat

meningkatkan risiko kanker payudara karena perempuan yang kegemukan atau
obesitas karena mempunyai level hormon estrogen dan progesteron lebih tinggi,
kelebihan berat badan dapat meningkatkan hormon estrogen karena jaringan
lemak adalah sumber terbesar dari estrogen. Menurut penelitian yang dilakukan
oleh Krenawan (2010) obesitas juga disebabkan oleh pola kosumsi makanan yang
tidak baik seperti mengkonsumsi makanan tinggi kabohidrat dan lemak jenuh.
Menurut WHO (2016) aktivitas fisik didefinisikan sebagai gerakan tubuh
yang dihasilkan oleh otot rangka yang menyebabkan pengeluaran energi, aktifitas
fisik tidak selalu mengenai berolahraga tetapi juga melakukan aktifitas yang berat
seperti bekerja. Wanita yang melakukan aktivitas fisik secara teratur memiliki
risiko 10% -25% lebih rendah terkena kanker payudara dibandingkan dengan
wanita yang tidak aktif, hasil penelitian American Cancer Society yang

Universitas Sumatera Utara

melibatkan lebih dari 73.000 wanita menemukan bahwa risiko kanker payudara
pada wanita yang berjalan lebih dari 7 jam perminggu menurunkan resiko kanker
payudara sektar 14 persen dibandingkan dengan wanita yang berjalan kurang dari
3 jam perminggu. Manfaatnya karena efek aktivitas fisik pada berat badan,
hormon, dan energi yang sembang. Menurut Setyo (2010) Aktifitas fisik yang
dapat mengurangi resiko kanker payudara yaitu berolahraga dengan intensitas
gerak tinggi seperti berenang, aerobik, bersepedah dan lari. Berolahraga dapat
mengurangi risiko kanker melalui perubahan dalam metabolisme dan sistem
kekebalan tubuh dengan cara mengurangi pertambahan berat badan.
Tidak memiliki anak atau memiliki anak dikaitkan dengan peningkatan
risiko kanker payudara. Memiliki anak pertama diusia yang lebih muda dan
memiliki lebih banyak anak dikaitkan dengan penurunan risiko. Perempuan yang
memiliki anak pertama sebelum usia 20 tahun memiliki risiko terkena kanker
payudara berkurang 50%. Wanita yang memiliki anak pertama setelah berumur 35
tahun berisiko tinggi terkena kanker payudara tetapi perempuan yang tidak
memiliki anak memiliki faktor resiko terkena kanker payudara lebih tinggi. Ketika
sel-sel payudara yang dibuat pada masa remaja, akan sangat aktif sampai
kehamilan cukup bulan pertama. kehamilan jangka penuh pertama akan membuat
sel-sel payudara sepenuhnya matang dan tumbuh dalam cara yang lebih teratur.
Ini adalah alasan utama mengapa kehamilan membantu melindungi terhadap
kanker payudara. Menjadi hamil juga mengurangi jumlah total seumur hidup
siklus menstruasi yang mungkin menjadi alasan lain mengapa kehamilan dapat
memberikan efek perlindungan terhadap kanker payudara.

Universitas Sumatera Utara

Hormon setelah menopause (terapi hormon atau terapi hormon pengganti)
dengan gabungan estrogen dan progesteron meningkatkan risiko mengembangkan
kanker payudara, risiko yang lebih tinggi terkait dengan penggunaan berulang.
Risiko juga lebih besar bagi wanita yang baru menggunakan terapi hormon setelah
menopause dibandingkan dengan mereka yang mulai sebelum menopause.
Setiowati, Tanngo dan Soebijanto (2016) menemukan bahwa selain terapi
hormon setelah menopause, terapi hormon untuk menunda kehamilan juga dapat
meningkatkan resiko kanker payudara, dikarnakan terapi hormon dalam alat
kontrasepsi terkandung hormon ekstrogen dan progesteron. Kontrasepsi hormonal
yang digunakan sebagai salah satu alat kontrasepsi banyak dikonsumsi oleh
wanita, KB hormonal juga berisiko 2,304 kali lebih besar terkena kanker payudara
dibandingkan wanita yang tidak menggunakan KB hormonal.
Risiko kanker payudara meningkat diantara wanita yang menjalani siklus
pengobatan lebih dari 12 kali menggunakan alat kontrasepsi (clomiphene)
dibandingkan dengan wanita yang tidak pernah menggunakan obat kesuburan.
Penelitian lebih lanjut diperlukan pada hubungan antara risiko kanker payudara
dan efek jangka panjang dari obat yang merangsang terjadinya ovulasi.
WHO (2016) menyatakan menyusui adalah cara memberikan nutrisi
kepada bayi dengan ASI yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan
yang sehat pada bayi. Kebanyakan penelitian menunjukkan bahwa menyusui
selama satu tahun atau lebih dapat mengurangi risiko seorang wanita menderita
kanker payudara. Risiko kanker payudara akan berkurang 4% setiap 12 bulan
menyusui, dikarenakan menyusui dapat menghambat menstruasi sehingga

Universitas Sumatera Utara

mengurangi jumlah masa siklus menstruasi. Penjelasan lain berhubungan dengan
perubahan struktural yang terjadi pada payudara berikut laktasi dan menyusui.
Menurut Breastcancer.org (2016) Perempuan yang bekerja dimalam hari
seperti pekerja pabrik, dokter, perawat, dan petugas polisi, memiliki risiko lebih
tinggi terkena kanker payudara dibandingkan dengan perempuan yang bekerja
pada siang hari. Perempuan yang tinggal di daerah dengan tingkat tinggi cahaya
eksternal di malam hari (lampu jalan, misalnya) memiliki risiko lebih tinggi
terkena kanker payudara, peningkatan risiko terkait dengan tingkat melatonin.
Melatonin adalah hormon yang berperan dalam mengatur siklus tidur tubuh.
puncak produksi melatonin di malam hari dan lebih rendah selama siang hari.
Ketika perempuan bekerja di malam hari atau jika mereka terkena sinar eksternal
di malam hari, tingkat melatonin mereka cenderung tetap rendah.
Bahan kimia dilingkungan berpengaruh pada risiko kanker payudara.
Senyawa dalam lingkungan yang memiliki sifat seperti estrogen. Misalnya, zat
yang ditemukan dibeberapa plastik, kosmetik tertentu dan produk perawatan
pribadi, pestisida, dan PCB (polychlorinated biphenyls) tampaknya memiliki sifat
seperti itu. Menurut breastcancer.com bahan kimia dalam kosmetik membuat
tingkat paparan tertentu, beberapa bahan kimia ini dapat berkontribusi pada
perkembangan kanker pada manusia. Tetapi karena produk perawatan pribadi
mengandung kombinasi beragam bahan kimia, tidak berlaku untuk semua bahan
kimia. Namun, banyak bahan kimia ini dianggap pengganggu hormon, hormon
dapat mempengaruhi bagaimana estrogen dan hormon lainnya bertindak di dalam
tubuh, dengan menghalangi atau meniru dan menyebabkan ketidak keseimbangan

Universitas Sumatera Utara

hormon tubuh. Karena estrogen dapat membuat kanker payudara hormon reseptor
positif tumbuh dan berkembang, banyak perempuan memilih untuk membatasi
eksposur terhadap bahan kimia ini yang dapat bertindak seperti estrogen. Bahan
kimia yang paling umum adalah Methylparaben, propylparaben, ethylparaben, dan
butylparaben yang biasa digunakan sebagai pengawet dalam berbagai produk
kosmetik, termasuk makeup, pelembab, produk perawatan rambut, dan krim cukur
/ gel. Paraben dapat menembus kulit dan bertindak seperti estrogen yang
berpotensi mengalami pertumbuhan kanker payudara hormon reseptor positif.
Parabens telah ditemukan dijaringan payudara dan kanker payudara. Parabens
telah ditemukan di banyak jaringan lain karena penggunaan lebar mereka.
Phthalates biasanya digunakan untuk menahan warna dan mengurangi kerapuhan
dicat kuku dan hair spray. phthalates juga merupakan komponen dari banyak
perawatan pribadi dan produk pembersih dan wangi-wangian. Phthalates tidak
bertindak persis seperti estrogen, tetapi dapat mengganggu keseimbangan
hormon-hormon lain yang berinteraksi dengan estrogen termasuk testosteron.
Makanan dan minuman yang tersimpan dalam plastik, beberapa piring
sekali pakai, dan botol perlengkapan mandi semua plastik dan semua terbuat dari
bahan kimia. Semua plastik dapat meluluhkan bahan kimia jika tergores atau
dipanaskan. Penelitian juga menunjukkan bahwa pada tingkat paparan tertentu,
beberapa bahan kimia dalam produk seperti bisphenol A (BPA), dapat
menyebabkan kanker pada manusia. BPA adalah estrogen sintetis yang lemah
ditemukan dalam banyak produk plastik yang kaku, makanan dan susu formula

Universitas Sumatera Utara

dapat pelapis, sikat gigi, dan disisi mengkilap dari kertas kasir (untuk
menstabilkan tinta).
Darbre

(2013)

menyatakan

Aluminium

digunakan

sebagai

agen

antiperspirant aktif dalam kosmetik ketiak, tetapi efek luas, jangka panjang dan
meningkatnya penggunaan tetap tidak diketahui, terutama dalam kaitannya
dengan payudara, yang merupakan area lokal aplikasi. Studi klinis menunjukkan
kejadian yang amat tinggi dari kanker payudara pada kuadran luar atas payudara
bersama-sama dengan laporan dari ketidakstabilan genomik di kuadran luar
payudara memberikan bukti pendukung untuk peran untuk diterapkan secara lokal
bahan kimia kosmetik dalam pengembangan kanker payudara. Aluminium dikenal
memiliki profil genotoksik, mampu menyebabkan kedua perubahan DNA dan
efek epigenetik, dan ini akan konsisten dengan peran potensial dalam kanker
payudara jika efek tersebut terjadi di sel-sel payudara
Faktor genetik menurut Smeltzer & Bare (2002) terdiri dari riwayat pribadi
tentang kanker payudara, mempunyai anak perempuan atau saudara perempuan
(hubungan keluarga langsung) dari perempuan dengan kanker payudara, menarke
dini, menopause pada usia lanjut, dan riwayat penyakit payudara jinak.
Seseorang yang memiliki riwayat pribadi atau pernah mengalami kanker
payudara akan mengakibatkan peningkatan risiko kanker payudara pada payudara
lainnya. Mempunyai Anak perempuan atau saudara perempuan (hubungan
keluarga langsung) dari wanita dengan kanker payudara, risikonya meningkat 2
kali jika ibunya terkena kanker sebelum umur 60 tahun. Risiko meningkat 4
sampai 6 kali jika kanker payudara terjadi pada dua saudara langsung. Risiko

Universitas Sumatera Utara

kanker payudara meningkat pada wanita yang mengalami menstruasi sebelum usia
12 tahun (menarke dini). Menopause setelah usia 50 tahun meningkatkan risiko
untuk mengalami kanker payudara. Dalam perbandingan, wanita yang telah
menjalani ooforektomi bilateral sebelum usia 35 tahun mempunyai risiko
sepertiganya. Riwayat penyakit payudara jinak. Wanita yang mempunyai tumor
payudara disertai perubahan epitel proliferatif mempunyai risiko dua kali lipat
untuk mengalami kanker payudara dan wanita dengan hiperplasia tipikal
mempunyai risiko 4 kali lipat untuk mengalami penyakit ini.
7.

Tanda dan gejala kanker payudara
Gale & Charette (2000) mengatakan bahwa awal terjadinya kanker

payudara asimtomatik (tanpa ada tanda dan gejala). Tanda dan gejala paling
umum adalah benjolan atau penebalan pada payudara. Tanda dan gejala lanjut dari
kanker payudara meliputi kulit cekung (lesung), retraksi atau deviasi puting susu,
dan nyeri, nyeri tekan, atau rabas khususnya berdarah, dari puting. Tanda lanjut
dari penyakit terdapatnya kulit tebal dengan pori-pori menonjol sama seperti kulit
jeruk (peau d’orange) dan ulserasi pada payudara. Jika ada keterlibatan nodul,
mungkin menjadi keras (pembesaran nodus limfa aksilaris membesar dan nodus
supraklavikula teraba pada daerah leher). Tanda dan gejala dari metastase yang
luas meliputi nyeri pada bahu, pinggang, punggung bagian bawah, atau pelvis,
batuk menetap, berat badan menunrun (anoreksia), gangguan pencernaan, pusing,
penglihatan kabur, dan sakit kepala.

Universitas Sumatera Utara

8.

Stadium kanker payudara
Menurut Soleha (2015) Stadium adalah fase dimana kita bisa mengetahui

dimana letak kanker, kondisi kankernya, serta sampai pada mana kanker
menyebar dan mengetahui pengaruh yang ditimbulkan karena penyebaran yang
disebabkan. Stadium diketahui untuk memeriksa sejauh mana perkembangan
kanker dan bagaimana penanganan yang harus dilakukan untuk mencegah
menjalarkan pertumbuhan sel kanker tersebut. Menurut Breastcancer.org (2016)
Stadium kanker payudara terbagi menjadi 4 stadium yaitu stadium 0, Stadium 1,
Stadium 2, Stadium 3, dan Stadium 4.

Stadium 0

Dikatakan stadium 0 karena
kanker masih berada di
pembuluh/saluran
payudara
serta kelenjar susu, belum
mengalami penyebaran keluar
dari area tersebut

Stadium 1
Stadium 1A

Ukurannya masih sangat kecil
dan tidak menyebar serta
belum ditemukannya pada
pembuluh getah bening.

Universitas Sumatera Utara

Stadium 1B

Sel kanker payudara dalam
bentuk yang kecil ditemukan
pada kelenjar getah bening
dekat payudara.
Tidak ada tumor
payudara, atau

dalam

Tumor memiliki ukuran lebih
kecil dari 2cm

Stadium 2
Stadium IIA

Kanker berukuran lebih kecil
dari 2cm, mulai ditemukan
titik-titik pada getah bening di
area sekitar ketiak.
Kanker telah berukuran 2-5
cm, pada pembuluh getah
bening
belum
terjadi
penyebaran
titik-titik
sel
kanker.
Titik-titik di pembuluh getah
bening ketiak mulai ditemukan
namun tidak ada tanda tumor
pada bagian payudara

Universitas Sumatera Utara

Stadium II B

Kanker berukuran 2-5 cm
Titik-titik pembuluh getah
bening pada ketiak telah
tersebar
sel-sel
kanker
payudara
Tumor telah berukuran 5 cm
namun
belum
terjadi
penyebaran

Stadium 3
Stadium III A

Atau

Kanker telah berukuran < 5cm
dan telah terjadi penyebaran
sel-sel kanker pada titik-titik
pembuluh getah bening di
ketiak

Tumor lebih besar dari 5cm
dan bentuk kecil sel kanker
payudara berada di kelenjar
getah bening.

Universitas Sumatera Utara

Atau

Tumor lebih dari 5 cm dan
telah menyebar ke hingga 3
kelenjar getah bening di ketiak
atau ke kelenjar getah bening
di dekat tulang dada.

Stadium III B

Terjadinya
pembengkakan
pada dinding dada yang juga
sudah mulai adanya luka yang
menghasilkan nanah pada
dada. Penyebarannya bisa
sudah mengenai getah bening
di ketiak dan lengan atas.

Stadium III C

Telah dideteksi bahwa sel-sel
kanker telah menyebat ke titiktitik pembuluh getah bening
yaitu sekitar 10 area getah
bening telah tersebar sel-sel
kanker, tepatnya dibawah
tulang selangka

Universitas Sumatera Utara

Stadium IV

9.

Tidak diketahui telah berapa
ukuran pasti sel kanker pada
fase ini. Karena sel kanker
telah menyebar ke jaringan
lainnya yang sulit untuk
diketahui. Sel kanker yang
menyebar
telah
mulai
menyebar ke berbagai lokasi,
seperti tulang, paru-paru, hati
dan juga tulang rusuk.

Pemeriksaan Penunjang kanker payudara

Pemeriksaan penunjang yang sering dilakukan menurut Doenges (1999) yaitu :
1. Biopsi payudara : memberikan diagnose definitive terhadap massa dan berguna
untuk klasifikasi histologi pertahapan dan seleksi terapi yang tepat.
2. Foto thoraks : untuk mengkaji adanya metastase.
3. CT Scan dan MRI : untuk mendeteksi penyakit payudara, massa yang lebih
besar, atau tumor kecil, payudara yang mengeras yang sulit diperiksa dengan
mammografi.
4. Ultrasonografi (USG) : mendeteksi perbedaan antara massa padat dan kista
pada wanita yang jaringan payudaranya keras.
5. Mammografi : mendeteksi kanker yang tak teraba atau tumor yang terjadi pada
tahap awal.

Universitas Sumatera Utara

10.

Klasifikasi kanker payudara
Menurut Smeltzer & Bare (2002) tipe kanker payudara dikelompokan tiap

penderita berbeda-beda untuk membantu pengobatan dan pemahaman bagaimana
kanker dapat berkembang. Adapun tipe kanker payudara yaitu karsinoma duktal
menginfiltrasi, karsinoma lobular manginfiltrasi, karsinoma medular, kanker
musinus, kanker duktal-tubular, karsinoma inflamatori, karsinoma duktal in situ
(DCIS), dan karsinoma lobular in situ (LCIS).
Karsinoma duktal menginfiltrasi adalah tipe histologis yang paling umum,
merupakan 75% dari semua jenis kanker payudara. Kanker ini sangat terasa saat
dipalpasi karena teksturnya yang keras. Kanker jenis ini biasanya bermetastasis ke
nodus aksila. Prognosisnya lebih buruk dibanding dengan tipe kanker lainnya.
Karsinoma lobular manginfiltrasi jarang terjadi, 5% sampai 10% pada
kanker payudara. Tumor ini biasanya terjadi pada suatu area penebalan yang tidak
baik pada payudara bila dibandingkan dengan tipe duktal menginfiltrasi. Tipe ini
lebih umum multisentris, dengan demikian dapat terjadi penebalan beberapa area
pada salah satu atau kedua payudara. Karsinoma duktal menginfiltrasi dan lobular
menginfiltrasi mempunyai keterlibatan nodus aksilar yang serupa, meskipun
tempat metastasisnya berbeda. Karsinoma duktal biasanya menyebar ke tulang,
paru, hepar atau otak sementara karsinoma lobular biasanya bermetastasis ke
permukaan meningeal atau tempat-tempattidak lazim lainnya.
Karsinoma medular sekitar 6% dari kanker payudara dan tumbuh dalam
kapsul di dalam duktus. Tipe tumor ini dapat menjadi besar tetapi meluas dengan
lambat sehingga prognosisnya seringkali lebih baik. Kanker musinus sekitar 3%

Universitas Sumatera Utara

dari kanker payudara. Penghasil lendir, juga tumbuh dengan lambat sehingga
kanker ini mempunyai prognosis yang lebih baik dari lainnya. Kanker duktaltubular jarang terjadi, hanya sekitar 2% dari kanker. Karena metastasis aksilaris
secara histologi tidak lazim, maka prognosisnya lebih baik.
Karsinoma inflamatori adalah tipe kanker payudara yang jarang (1%
sampai 2%) dan menimbulkan gejala-gejala yang berbeda dari kanker payudara
lainnnya. Tumor ini nyeri tekan dan sangat nyeri, payudar secara abnormal keras
dan membesar. Kulit di atas tumor ini merah dan hitam. Sering terjadi edema dan
retraksi puting susu. Karsinoma duktal in situ (DCIS) secara histologis dibagi
menjadi dua subtipe mayor: komedo dan nonkomedo. Pengobatan yang paling
umum pada tipe ini adalah mastektomi dengan angka kesembuhan 98% atau 99%.
Karsinoma lobular in situ (LCIS) ditandai dengan proliferasi sel-sel di
dalam lobulus payudara. LCIS biasanya merupakan temuan insidental, yang
umumnya terletak dalam area multi senter penyakit dan jarang berhubungan
dengan kanker invasif. Penyakit ini lebih sering pada wanita yang berusia lebih
muda dan mungkin dianggap pertanda pramalignan untuk terjadi kanker payudara.
11.

Prognosis kanker payudara
Menurut Kumar, Ramzi & Stanley (2007) prognosis dipengaruhi oleh

variabel ukuran karsinoma primer, keterlibatan kelenjar getah bening dan jumlah
kelenjar getah bening yang terkena metastasis, derajat karsinoma, tipe histologik
karsinoma, invasi limfovaskular, ada tidaknya reseptor estrogen atau progesteron,
laju proliferasi kanker, aneuploidi, dan ekspresi berlebihan ERBB2.

Universitas Sumatera Utara

Ukuran karsinoma primer dengan karsinoma invasif yang lebih kecil
daripada 1 cm memiliki harapan hidup yang sangat baik jika tidak terdapat
keterlibatan kelenjar getah bening dan

mungkin tidak memerlukan terapi

sistemik.
Keterlibatan kelenjar getah bening dan jumlah kelenjar getah bening yang
terkena metastasis. Jika tidak ada kelenjar ketiak yang terkena, angka harapan
hidup 5 tahun mendekati 90%. Angka harapan hidup menurun bersama setiap
kelenjar getah bening yang terkena dan menjadi kurang dari 50% jika kelenjar
yang terkena berjumlah 16 atau lebih. Biopsi kelenjar sentikel diperkirakan
sebagai prosedur altenatif yang tidak terlalu menyakitkan untuk menggantikan
diseksi aksila total.
Sistem penentuan derajat yang paling umum untuk kanker payudara
mempertimbangkan tubulus, derajat nukleus dan angka mitotik untuk memilah
karsinoma menjadi tiga kelompok. Karsinoma berdiferensiasi baik memiliki
prognosis yang secara bermakna lebih baik dibandingkan dengan karsinoma yang
berdiferensiasi buruk. Karsinoma berdiferensiasi sedang pada awalnya memiliki
prognosis baik, tetapi harapan hidup pada 20 tahun mendekati angka untuk
karsinoma yang berdiferensiasi buruk.
Semua tipe khusus karsinoma payudara (tubulus, medular, lobulus,
papilar, dan musinosa) memiliki prognosis yang sedikit banyak lebih baik dari
pada karsinoma tanpa tipe khusus (karsinoma duktus). Adanya tumor di dalam
rongga vaskular disekitar tumor primer merupakan faktor prognostik yang buruk,
terutama jika tidak terdapat metastasis ke kelenjar getah bening. Infasi limfa

Universitas Sumatera Utara

vaskular dermis berkaitan dengan gambaran klinis berupa karsinoma inflamasi
dan memiliki prognosis sangat buruk.
Adanya reseptor hormon menyebabkan prognosis sedikit membaik.
Namun

untuk

menentukan

keberadaan

reseptor

tersebut

adalah

untuk

memperkirakan respon terhadap terapi. Angka tertinggi respon (sekitar 80%)
terhadap terapi antiekstrogen (ooforektomi atau tamoksifen) di temukan pada
pasien yang tumornya meiliki reseptor ekstrogen dan progesteron. Angka respon
yang lebih rendah (25% hingga 45%) di temukan jika hanya terdapat salah satu
reseptor. Jika kedua reseptor tidak ada, sangat sedikit (kurang dari 10%) pasien
yang di perkirakan berespon.
Proliferasi dapat di ukur dari hitung mitotik, flow crytometry, atau dengan
penanda imunohistokimia untuk protein siklus sel. Hitung mitotik merupakan
bagian dari sistem penentuan derajat. Metode optimal untuk mengevaluasi
proliferasi belum diketahui pasti. Laju progliferasi yang tinggi berkaitan dengn
prognosis yang lebih buruk.
Aneuploidi karsinoma dengan kandungan DNA abnormal (aneuploidi)
meiliki progosis sedikit lebih buruk di bandingkan dengan karsinoma dengan
kandungan DNA serpa dengan sel normal. Ekspresi berlebihan protein terbungkus
membran ini hampir selalu di sebabkan oleh amplifikasi gen. Oleh karena itu
ekspresi berlebihan dapat di tentukan dengan imunohistokimia (yang mendeteksi
protein dipotonga jaringan) atau dengan fluorescence insitu hybridization (yang
mendekteksi jumlah salinan gen). Ekspresi berlebihan bergaitan dengan prognosis
yang buruk. Namun, makna evaluasi ERBB2 adalah untuk memperkirakan respon

Universitas Sumatera Utara

terhadap antibodi monoklonal terhadap gen ini (herceptin). Ini adalah salah satu
contoh awal pengembangan terapi anti bodi antitumor yang didasarkan pada
kelainan gen spesifik yang terdapat di tumor.
12.

Komplikasi kanker payudara
Komplikasi kanker payudara Menurut Gale & Charette (2000) ada tiga

yaitu metastase tulang, metastase otak, dan limfedema kronis. Jika metastase ke
tulang belakang, mungkin terjadi kompresi medulla spinalis, ini merupakan
masalah krisis medis dan harus segera ditangani. Metastase otak terjadi kira-kira
30% wanita dengan penyakit metastatik, ini dapat mengganggu baik secara fisik
ataupun secara psikologis bagi pasien dan keluarga. Limfedema kronis mungkin
menjadi masalah jika tumor kambuh lagi pada aksila atau sebagai komplikasi dari
diseksi limfa aksila dan terapi radiasi pada aksila.
13.

Pengertian penyintas
Istilah “penyintas” muncul pertama kali pada tahun 2005. Kemunculannya

bukan dari kalangan ahli sastra ataupun ahli linguistik. Kata ini muncul dari para
pegiat alias aktivis LSM dalam konteks bencana. Para pegiat ini memerlukan kata
yang lebih pendek untuk menerjemahkan kata “survivor”. Mereka harus
menggunakan tiga patah kata, yakni: “korban yang selamat” untuk mengartikan
survibor (Juneman, 2010). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005),
disebutkan bahwa penyintas berasal dari kata “sintas” yang mempunyai makna
“terus bertahan hidup” atau “mampu mempertahankan keberadaannya”.
Kemudian dalam pemakaiannya diberikan awalan “pe” sehingga menjadi
penyintas

Universitas Sumatera Utara