Tindak Pidana Perdagangan Organ Tubuh Manusia (ditinjau dari Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009)

 

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Negara Kesatuan Republik Indonesia berdiri di atas Undang-undang Dasar
1945 di mana Pancasila menjadi dasar falsafahnya.1 Proklamasi sangat berarti
untuk menjadikan Indonesia sebagai suatu negara yang merdeka dan berdaulat
serta menetapkan hukum Indonesia di

mana Undang-undang Dasar 1945

merupakan dasar dari segala perundang-undangan yang berlaku di negara
Republik Indonesia.2
Di dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 tercantum tujuan nasional
dari bangsa Indonesia, yaitu: membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial yang
berdasarkan Pancasila.3

Untuk mencapai tujuan nasional tersebut diselenggarakanlah upaya
pembangunan yang berkesinambungan yang merupakan suatu rangkaian
pembangunan yang menyeluruh, terarah dan terpadu, termasuk diantaranya
pembangunan kesehatan. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu
                                                            

  Trini Handayani, Fungsionalisasi Hukum Pidana Terhadap Perbuatan Perdagangan
Organ Tubuh Manusia, Khususnya Ginjal Untuk Kepentingan Transplantasi, Cv.Mandar Maju,
Bandung, 2012, hlm. 1.
 Ibid.
 Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea 2.

 

 
Universitas Sumatera Utara

 

 


unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Pembukaan UndangUndang Dasar 1945.4
Pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,
& kemampuan hidup sehat bagi setiap orang dalam rangka mewujudkan derajat
kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum,
sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan UUD 1945. Bahwa hidup sehat sebagai
Hak Azasi Manusia harus diwujudkan dalam bentuk pemberian berbagai upaya
kesehatan kepada seluruh masyarakat melalui penyelenggaraan kesehatan
termasuk pemberian obat-obatan yang rasional.5
Pada Pasal 34 Undang-Undang Dasar 1945 jelas dikatakan bahwa negara kita
bertanggung jawab atas penyediaan segala fasilitas pelayanan kesehatan. Dalam
penyediaan fasilitas tersebut Indonesia telah berupaya meningkatkan fasilitas
dalam dunia kesehatan, sehingga dunia kesehatan telah berkembang secara
signifikan dengan berkembangnya teknologi. Akan tetapi terdapat beberapa
permasalahan kesehatan dalam perspektif HAM di Indonesia yang menonjol,
antara lain: kesenjangan derajat kesehatan dan akses dalam mendapatkan
pelayanan kesehatan antar berbagai daerah dan antar berbagai strata sosial
ekonomi; kloning dan teknologi pengobatan genetika; eksperimen kesehatan pada


                                                            
 Penjelasan atas Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang

Kesehatan 
https://hukumkes.wordpress.com/2008/03/15/aspek-hukum-penggunaan-obat-yangirrasional/, Diakses Sabtu 23 Juli 2016 Pukul 21.40 WIB

 

Universitas Sumatera Utara

 

 

tubuh manusia; transplantasi organ, umumnya yang berasal dari manusia hidup
dan euthanasia.6
Seiring berkembangnya teknologi dan kemajuan zaman, dunia kesehatan juga
mulai mengalami banyak kemajuan terutama untuk beberapa penyakit yang telah
ditemukan metode baru dalam pengobatannya. Misalnya dengan ditemukan
metode pengobatan baru dengan cara pengcangkokan organ tubuh (transplantasi)

untuk beberapa organ tubuh misalnya ginjal, hati, paru-paru, dan tulang. Akan
tetapi pengadaan donor untuk organ tubuh tersebut masih sangat jarang sehingga
pasien masih merasakan sulit untuk melakukan transplantasi di samping biaya
untuk melakukan transplantasi yang cukup mahal juga.7
Transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh manusia merupakan tindakan
yang sangat bermanfaat bagi pasien dengan gangguan organ tubuh yang berat.
Walaupun transplantasi organ dan/atau jaringan itu telah lama dikenal dan hingga
dewasa ini terus terus berkembang dalam dunia kedokteran, namun tindakan
medik

ini

tidak

dapat

dilakukan

begitu


saja,

karena

masih

harus

mempertimbangkan sisi non medik, yaitu segi agama, hukum, budaya, etika dan
moral.8
Apabila ditinjau dari sisi cara mendapatkan donor untuk transplantasi, ada
transplantasi legal (tidak ada unsur melawan hukum/Undang-undang) dan ada
transplantasi ilegal (ada unsur melawan hukum). Transplantasi legal apabila donor
                                                            
 Trini Handayani, Op Cit, hal 2.
Merty Pasaribu, Jurnal: Perdagangan OrganTtubuh Manusia Untuk Tujuan Transplantasi
Dari Perspektif Kebijakan Hukum Pidana di Indonesia, hal 3.
 M. Jusuf Hanafiah dan Amri Amri, Etika Kedokteran & Hukum kesehatan,Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta, 1999, Hal.111.
7


 

Universitas Sumatera Utara

 

 

didapat secara sukarela dan tanpa ada paksaan dari siapapun, sedangkan
transplantasi ilegal apabila donor mengkomersilkan organ tubuhnya dengan
nominal tertentu kepada resipien atau keluarganya. Pada pelaksanaan transplantasi
kornea mata, donor kornea akan mendaftar ke bank mata dan apabila meninggal,
kornea matanya dapat diambil untuk ditransplantasikan kepada orang yang
memerlukan kornea tanpa ada kompensasi.9
Berikut ini adalah waktu dan keberhasilan pertama transplantasi serta organ
atau

jaringan


tubuh

yang

ditransplantasikan

(Timeline

of

successful

transplants),yaitu:10
1. 1954: First successful kidney transplant by Joseph Murray (Boston);
2. 1966:First successful pancreas transplant by Richard Lillehei and
William Kelly (Minnesota);
3. 1967: First successful liver transplant by Thomas Starzl (Denver);
4. 1967: First successful heart transplant by Christiaan Barnard (Cape
Town, South Africa);
5. 1970: First successful monkey head transplant by Robert White

(Cleveland, U.S.A.);
6. 1981: First successful heart/lung lobe transplant by Bruce Reitz
(Stanford);
7. 1983: First successful lung lobe transplant by Joel Cooper (Toronto);
8. 1987: First successful double-lung transplant (Ann Harrison) by Joel
Cooper (Toronto)
                                                            

 Trini Handayani, Op. Cit, Hal.13. 
 Ibid, Hal 77-78.

 

Universitas Sumatera Utara

 

 

9. 1987: First successful whole lung transplant by Joel Cooper (St.Louis);

10. 1995: First successful laparoscopic live-donor nephrectomy by Lloyd
Ratner and louis Kavoussi (Baltimore);
11. 1998: First successful live-donor partial pancreas transplant by David
Sutherland (Minnesota);
12. 1998: First successful hand transplant (france);
13. 2005: First successful partial face transplant (france);
14. 2006: First successful penis transplant (China).

Sejak kesuksesan transplantasi yang pertama kali berupa ginjal dari donor
kepada pasien yang menderita gagal ginjal pada tahun 1954, perkembangan di
bidang transplantasi berkembang dengan pesat.11 Selanjutnya permintaan
transplantasi organ terus mengalami peningkatan melebihi ketersediaan donor
yang ada. Transplantasi organ tubuh manusia merupakan tindakan medik yang
sangat bermanfaat bagi pasien dengan gangguan fungsi organ tubuh yang berat,
merupakan suatu bentuk penanganan yang diterima dalam mengatasi kegagalan
organ stadium akhir. Keterbatasan donor yang tersedia dirumah sakit menjadi
salah satu faktor penghambat untuk melakukan transplantasi, sehingga banyak
masyarakat yang mau membayar mahal organ tubuh guna melakukan
transplantasi, hal ini membuka kemungkinan terjadinya perdagangan organ tubuh
manusia di tengah-tengah masyarakat, mengingat langkanya donor yang tersedia,

otomatis organ tubuh manusia menjadi barang yang mahal dan banyak dicari
                                                            

 http: //diansildjian .blogspot.com/2011/05/makalah-transplantasi-organ.html, diakses pada
tanggal 30 Juli 2016, pukul 20.35 

 

Universitas Sumatera Utara

 

 

sehingga perdagangan organ tubuh manusia ini menjadi hal yang sangat
menguntungkan dan menjanjikan. Praktik perdagangan organ tubuh manusia
sudah banyak terjadi di Indonesia dengan berbagai modus, mulai dari persetujuan
pendonor untuk mendonorkan organ tubuhnya, penipuan terhadap pendonor
sampai dengan pembunuhan untuk mendapat organ tubuh tersebut.
Beberapa kasus perdagangan organ manusia di Indonesia sendiri telah

berulang kali terjadi, bahkan ada beberapa orang yang secara terang-terangan
menawarkan organ tubuhnya untuk dibeli, berikut beberapa kasus perdagangan
organ yang pernah terjadi di Indonesia :12
21 Agustus 2010
Kasus perdagangan organ tubuh manusia melibatkan anak diungkap Komisi
Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) pada 21 Agustus 2010 lalu. Ketua
Komnas PA, Arist Merdeka Sirait mengungkapkan, kasus penjualan organ tubuh
anak ini memiliki modus beragam.
Kasus itu terungkap di tiga wilayah yakni di Bogor, Tangerang dan Jawa Tengah.
Bahkan kata dia, untuk kasus di wilayah Jawa Tengah, seorang anak menjadi
korban penculikan dan dikembalikan tanpa organ dengan mulut tersumpal.
Kasus lainnya juga dialami seorang anak laki-laki berusia 10 tahun yang
dikembalikan kepada keluarganya di dekat perbatasan Jayanti (Tangerang) dan
Cikande (Serang), Banten dengan kondisi tanpa ginjal dan jantung.
                                                            
 http://news.okezone.com/read/2016/02/05/338/1305727/kasus-penjualan-organ-tubuhyang-pernah-bikin-heboh Diakses pada, Kamis 4 agustus 2016, pukul 19:13 WIB 

 

Universitas Sumatera Utara

 

 

11 Maret 2013
Fahmi Rahardiansyah, seorang warga Desa Talagasari, Kampung Cariu,
Kabupaten Tangerang menyebarkan iklan penjualan organ tubuh berupa ginjal
pada 11 Maret 2013. Ia saat itu memasang iklan penjualan ginjalnya di seuah
laman forum. Iklan itu ia unggah sekira pukul 14.06 WIB.
26 Juni 2013
Seorang pria yang bekerja sebagai tukang jahit keliling bernama Sugiarto (45)
nekat menjual satu ginjalnya demi menebus biaya ijazah sang anak yang ditahan
sebuah pondok pesantren di Parung, Bogor, Jawa Barat.
Aksi menjual ginjalnya ini dilakukan Sugiarto pada 26 Juni 2013 sekira pukul
10.00 WIB. Ia menjual ginjalnya itu di kawasan Bundaran Hotel Indonesia, Jalan
MH Thamrin, Jakarta Pusat didampingi putrinya, Sarah Melanda Ayu (19).
Dalam keterangannya, Sugiarto mengaku lelah mencari jalan keluar guna
menebus ijazah anaknya senilai Rp 70 juta. Ia menyesalkan pihak ponpes yang
menahan ijazah anaknya dari tingkat SMP hingga SMA.
15 Agustus 2013
Yuli Oktaria (30), seorang ibu rumah tangga asal Kota Padang, Sumatera Barat,
nekat menjual ginjal akibat dililit utang yang menumpuk.
6 Februari 2015
Gunadi (37) warga Kampung Parigi, Desa Kadu, Kecamatan Curug, Kabupaten
Tangerang, berniat menjual ginjalnya guna biaya berobat putranya, Aditya Pria

 

Universitas Sumatera Utara

 

 

Ramadhan (7) yang mengidap penyakit Akut Leukimia Non Limfoblastik (AML
M2) atau kanker darah pada 6 Februari 2015.
17 Januari 2016
Penyidik Bareskrim Mabes Polri menangkap seorang tersangka kasus penjualan
organ tubuh ginjal di Bandung, Jawa Barat pada Minggu, 17 Januari 2016 lalu.
Tersangka diketahui bernama Heri Kwok Susanto (60), warga Jalan Pisces,
Bandung.
Polisi menangkap Heri Kwok di kediamannya. Penangkapan itu berdasarkan
pengembangan dari keterangan dua tersangka yang lebih dulu ditangkap yakni
Dedi dan Amang. Bahkan, dalam rangka melakukan pengembangan, sejumlah
penyidik dari Direktorat Tindak Pidana Umum (Tipidum) Bareskrim Mabes Polri,
mendatangi Rumah Sakit Cipto Mangunkusomo (RSCM) Kencana, Jalan
Diponegoro, Jakarta Pusat pada Kamis, 4 Februari 2016.
Di dunia maya, jual-beli organ tubuh manusia khususnya ginjal, dapat
dengan mudah ditemukan, bahkan praktik itu dilakukan secara terang-terangan.13
Hanya dengan mengetik jual-beli ginjal di search engine seperti Google, dalam
waktu singkat search engine tersebut segera menampilkan banyak direktori yang
menyediakan layanan jual-beli ginjal. Berikut ini adalah salah satu contohnya :14
Nama saya Beni, 29 tahun, Saya gemar berolahgara, tidak mengonsumsi
rokok, minuman keras dan narkoba. Harga dibuka dari RP500 juta, dapat
                                                            

 http://kompas.com/kompas-cetak/0307/16/iptek/434233.htm diakes tanggal 30 Juli 2016
pukul 15.23 WIB 
 http://www.bintangIndonesia.com/contentd.php?pcid=2552 diakses tanggal 30 Juli 2016,
pukul 16.03 WIB 

 

Universitas Sumatera Utara

 

 

dinegosiasi. Pengecekan dapat dilakukan di klinik-klinik atau laboratorium seperti
Prodia oleh dua pihak, dari saya dan dari peminat. Lebih ekonomis dari pada ke
Cina. Bila tertarik hubungi saya 081.940.6xxx.
Kebutuhan akan organ yang sangat tinggi berdampak pada semakin
banyaknya jual-beli organ tubuh manusia di pasar gelap. Penjualan organ
tubuh manusia di pasar gelap bukan hanya lingkup dalam negeri, tapi juga luar
negeri.  Dirilis dari TheRichest.com dalam tayangan videonya di Youtube, inilah
harga organ tubuh yang diperdagangkan di pasar gelap :15

1. Tangan dan lengan bawah 385 dolar atau setara dengan Rp 1.377.385
Transplantasi tangan pertama yang berhasil adalah pada tahun 1999. Ada sekitar
1.200 veteran perang menunggu transplantasi lengan.
2. Darah, 25 dolar hingga 337 dolar atau mencapai Rp 4.640.490
Kebutuhan darah jadi kebutuhan utama di berbagai rumah sakit, untuk beberapa
tindakan medis. Di India, banyak rumah sakit yang putus asa dengan persediaan
darah bagi pasien.
3. Sepasang bola mata 1.525 dolar atau Rp 20.999.250
Lebih dari 400.000 transplantasi kornea dilakukan setiap tahun. Transplantasi
mata penuh dimungkinkan dalam waktu dekat.

                                                            
15

http://bangka.tribunnews.com/2016/01/30/harga-ginjal-paling-mahal-di-pasar-gelap-jual-

beli-organ-tubuh-dunia, Diakses tanggal 04 Agustus 2016

 

Universitas Sumatera Utara

 

 

4. Arteri koroner 1.525 dolar atau Rp 20.999.250
Cangkok pertama arteri koroner dilakukan di AS pada 1960. Sebanyak 395.000
cangkok arteri telah selesai sejak saat itu.
5. Usus kecil 2.519 dolar atau Rp 34.686.630
Cangkok usus dilakukan 10 jam di setiap operasi dan satu tahun untuk pulih.
Penderita penyakit crohn ini sering membutuhkan cangkok usus.
6. Jantung 119.000 atau Rp 1.638.630.000
Transplantasi jantung pertama yang dilakukan di Cape Town pada tahun 1967.
Sebanyak 3.158 orang sedang menunggu untuk transplantasi jantung. Ada 16.000
orang yang menunggu transplantasi hati di Amerika Serikat dengan tingkat
kelangsungan hidup pasien satu tahun pasca operasi adalah 80 sampai 85 persen.
7. Ginjal 262.000 dolar atau Rp 3.607.740.000
Perdagangan ginjal merupakan 75 persen dari keseluruhan perdagangan pasar
global yang ilegal. Lebih 800.000 orang sedang menunggu hingga lima tahun
lamanya untuk transplantasi ginjal.
8. Kulit 10 dolar per inci persegi atau Rp 137.700 per inci
Cangkok kulit dilakukan pada korban kebakaran dan pasien dengan kerusakan
kulit.
9. Sumsum tulang 23.000 dolar per gram atau Rp 316.710.000
Transplantasi sumsum tulang mengobati leukimia dan anemia aplastik. Sebanyak
18.000 orang per tahun akan mendapat manfaat dari transplantasi sumsum tulang.

 

Universitas Sumatera Utara

 

 

Tingginya harga Organ tubuh manusia di pasar gelap memicu semakin
banyaknya orang-orang yang memanfaatkan hal tersebut untuk menghasilkan
uang.
Tindak pidana perdagangan organ tubuh manusia telah menjadi perhatian
Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), melalui United Nation Global Initiatif to
Fight Human Trafficking (UN GIFT) menyatakan bahwa tindak pidana ini
merupakan tindak pidana yang terorganisir, UN GIFT telah memberikan sejumlah
protokol standar internasional mengenai penanganan tindak pidana perdagangan
organ tubuh manusia yang menjadi pedoman penegak hukum.16
Perdagangan organ tubuh manusia ini sendiri telah di jelas dilarang dalam
pasal 192 Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan berbunyi:
Setiap orang dengan sengaja memperjualbelikan organ atau jaringan
tubuh dengan dalih apapun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64
ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama sepuluh tahun
dan denda paling banyak Rp. 1.000.000.000 (satu miliar rupiah)
Selain dalam Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,
perdagangan organ tubuh manusia diIndonesia juga diatur dalam :
1. KUHPidana
2. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
3. Undang-undang

Nomor

21

tahun

2007

tentang

Pemberantasan

Perdagangan Orang

                                                            

 Fabian Januarius Kuwado, Kabareskrim: Perdagangan Organ Tubuh adalah Kejahatan
Terorganisasi,http://nasional.kompas.com/read/2016/02/01/09131321/Kabareskrim.Perdagangan.
Organ.Tubuh.adalah.Kejahatan.Terorganisasi, Diakses 06 Agustus 2016, pukul, 18:09 WIB 

 

Universitas Sumatera Utara

 

 

Meskipun adanya peraturan yang melarang perdangangan organ tubuh
manusia tetapi praktik perdagangan organ tubuh manusia masih banyak dilakukan
dan sebagian dilakukan secara terang-terangan di Indonesia. Sangat jarang pula
ditemukan kasus mengenai perdagangan organ tubuh manusia sampai ke
pengadilan. Hal ini sangat erat kaitanya dengan pembangunan dan penegakan
hukum. Pembangunan dan penegakan hukum pada hakekatnya merupakan bagian
integral dari upaya membangun dan meningkatkan kualitas lingkungan hidup
yang lebih berbudaya dan lebih bermakna. Oleh karena itu, apabila penegakan
hukum sedang menurun kualitasnya, berarti adanya penurunan atau kemerosotan
kualitas lingkungan hidup masyarakat. Faktor yang mempengaruhi dapat berupa
kualitas individual sumber daya manusia, kualitas institusional (struktur hukum,
termasuk mekanisme tata kerja dan manajemen), kualitas sarana-prasarana,
kualitas perundang-undangan (substansi hukum), dan kualitas kondisi lingkungan
(sistem sosial, ekonomi, politik, budaya termasuk budaya hukum masyarakat).17
Dari uraian diatas penulis tertarik untuk menjadikan perdagangan organ
tubuh ini sebagai topik dalam karya ilmiah, judul dari karya ilmiah penulis yaitu
TINDAK

PIDANA

PERDAGANGAN

ORGAN

TUBUH

MANUSIA

(DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2009 ).
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan rumusan masalah yang telah telah ada penulis mengangkat
beberapa rumusan masalah yaitu:

                                                            

 Barda Nawawi Arief, Masalah Penegakan Hukum & Kebijakan Penanggulangan
Kejahatan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001, hal 15-16.

 

Universitas Sumatera Utara

 

 

1. Bagaimana Pengaturan Hukum terhadap tindak pidana perdagangan
organ tubuh manusia di Indonesia?
2. Apa faktor-faktor penyebab terjadinya tindak pidana perdagangan
organ tubuh manusia?
3. Apa upaya penanggulangan terjadinya tindak pidana perdagangan
organ tubuh manusia di Indonesia?

C. TUJUAN DAN MANFAAT PENULISAN
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk

mengetahui

Pengaturan

Hukum

terhadap

tindak

pidana

perdagangan organ tubuh manusia di Indonesia
2. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya tindak pidana
perdagangan organ tubuh manusia di Indonesia
3. Untuk mengetahui upaya penanggulangan terjadinya tindak pidana
perdagangan organ tubuh manusia
Sedangkan manfaat penulisan ini berdasarkan perumusan masalah dan tujuan
ditulisnya karya ilmiah ini adalah :
1. Manfaat Teoritis : diharapkan hasil penulisan karya ilmiah berbentuk
skripsi ini dapat menjadi bahan bacaan yang dapat menguraikan
Pengaturan Hukum di Indonesia mengenai perdagangan organ tubuh
manusia berdasarkan pengaturan yang telah ada dan untuk mengetahui
pentingnya penegakan Hukum Pidana terhadap kasus perdagangan organ
tubuh manusia.

 

Universitas Sumatera Utara

 

 

2. Manfaat Praktis : diharapkan dapat memberikan masukan bagi
pemerintah dan aparat penegak hukum dalam menyelesaikan dan
menanggulangi tindak pidana perdagangan organ tubuh di Indonesia.

D. KEASLIAN PENULISAN
Karya ilmiah berbentuk skripsi dengan judul Tindak Pidana Perdagangan
Organ Tubuh Manusia (ditinjau dari Undang-Undang No.36 Tahun 2009) ini
memang asli dibuat oleh penulis sendiri. Berdasarkan informasi dan penelusuran
kepustakaan yang telah penulis lakukan terhadap hasil–hasil penelitian yang
pernah dilakukan di Universitas Sumatera Utara maupun di Universitas lain belum
pernah ada yang melakukan penelitian mengenai permasalahan yang sama akan
tetapi ada beberapa penelitian dari Universitas Sumatera Utara dan Universitas
lain yang melakukan penelitian dengan topik yang sama akan tetapi pendekatan
permasalahan yang diteliti berbeda. Adapun judul penelitian yang dilakukan di
Universitas Sumatera Utara yaitu:
Nama

:Merty Pasaribu

Nim

:100200109

Judul

:Perdagangan Organ Tubuh Manusia Untuk Tujuan Transplantasi
Dari Perspektif Kebijakan Hukum Pidana Di Indonesia

Penulis juga telah melakukan pengujian tentang kesamaan dan keaslian judul
yang diangkat di Perpustakaan Fakultas Hukum USU dan tidak mendapati adanya
karya ilmiah dengan permasalahan yang sama. Dengan demikian penelitian ini

 

Universitas Sumatera Utara

 

 

adalah penelitian pertama kali yang dilakukan sehingga keaslian tulisan ini dapat
dipertanggungjawabkan secara akademis.

E. Tinjauan Pustaka
a.

Pengertian Tindak Pidana
Strafbaar feit, terdiri dari 3 kata, yakni straf, baar dan feit. Dari 7 istilah yang

digunakan sebagai terjemahan dari strafbaar feit , ternyata straf diterjemahkan
dengan pidana dan hukum. Perkataan baar diterjemahkan dengan dapat dan boleh.
Sedangkan untuk kata feit diterjemahkan dengan tindak pidana, peristiwa,
pelanggaran dan perbuatan.18
Ada beberapa definisi mengenai strafbaar feit menurut para ahli, antara
lain :19
a. VOS

: delik adalah feit yang dinyatakan dapat dihukum oleh

undang-undang.
b. Van Hamel

: delik adalah suatu serangan atau suatu ancaman terhadap

hak-hak orang lain.
c. Prof. Simons : delik adalah suatu tindakan melanggar hukum yang telah
dilakukan dengan sengaja ataupun tidak sengaja oleh seorang yang dapat
dipertanggungjawabkan atas tindakannya dan oleh undang-undang telah
dinyatakan sebagai perbuatan /tindakan yang dapat dihukum.

                                                            
 Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana Bagian 1, RajaGrafindo, Jakarta. 2002,

hal. 69 

 Leden Marpaung, Unsur-Unsur Perbuatan Yang Dapat Dihukun( delik), Sinar Grafika,
Jakarta,1991, hal.4 

 

Universitas Sumatera Utara

 

 

Berdasarkan rumusan Simons maka delik (strafbaar feit) memuat beberapa
unsur yakni:
a. Suatu perbuatan manusia
b. Perbuatan itu dilarang dan diancam dengan hukuman oleh undang-undang
c. Perbuatan dilakukan oleh seseorang yang dapat dipertanggungjawabkan.20

Istilah tindak pidana dipakai sebagai pengganti “strafbaar feit”. Dalam
perundang-undangan negara kita dapat dijumpai istilah-istilah lain yang
maksudnya juga “strafbaar feit” misalnya:21
1. Peristiwa pidana (Undang-undang dasar sementara 1951 pasal 14 ayat 1)
2. Perbuatan pidana (Undang-undang No.1 tahun 1951, Undang-undang
mengenai : Tindakan sementara untuk menyelenggarakan kesatuan
susunan, kekuasaan dan acara pengadilan-pengadilan sipil, pasal 5 ayat
3b).
3. Perbuatan yang dapat dihukum (Undang-undang Darurat no. 2 tahun 1951
tentang perubahan Ordonantie tijdelijke byzondere straf bepaling 1948 –
17 dan Undang-undang R.I. (dahulu) No. 8 tahun 1948 pasal 3.)
4. Hal yang diancam dengan hukum dan perbuatan-perbuatan yang dapat
dikenakan hukuman (Undang-undang Darurat No.16 Tahun1951, tentang
penyelesaian perselisihan perburuhan, pasal 19, 21, 22)
5. Tindak pidana (Undang-undang Darurat No. 7 Tahun 1953 tentang
pemilihan umum, pasal 129)

                                                            
 Ibid. 

 Sudarto, Hukum Pidana I, Penerbit Yayasan Sudarto, Semarang, 1990, hal 38.

 

Universitas Sumatera Utara

 

 

6. Tindak pidana (Udang-undang Darurat No. 7 tahun 1955 tentang
pengusutan, penuntutan dan peradilan tindak pidana ekonomi, pasal 1
sdb)
7. Tindak pidana (Penetapan Presiden No. 4 tahun 1964 tentang kewajiban
kerja bakti dalam rangka pemasyarakatannya bagi terpidana karena
melakukan tindak pidana yang merupakan kejahatan pasal 1).
Karena tidak ada penjelasan resmi tentang apa yang dimaksud dengan
strafbaar feit itu. Oleh karena itu, para ahli hukum berusaha untuk memberikan
arti dan isi dari istilah itu. Sayangnya sampai kini belum ada keseragaman
pendapat. Beberapa istilah yang pernah digunakan, baik dalam perundangundangan yang ada maupun dalam literatur hukum sebagai terjemahan dari istilah
strafbaarfeit ini adalah sebagai berikut:22
1

Tindak Pidana, dapat dikatakan berupa istilah resmi dalam perundangundangan pidana kita. hampir seluruh peraturan perundang-undangan
menggunakan istilah tindak pidana. Ahli hukum yang menggunakan
istilah ini seperti Wirdjono Prodjodikoro

2

Peristiwa Pidana, digunakan oleh beberapa ahli hukum, misalnya Tresna
dalam bukunya Asas-asas Hukum Pidana, H.J.Van Schravendijk dalam
buku pelajaran tentang hukum pidana, Zainal abiding, dalam buku beliau
Hukum

3

Delik, yang sebenarnya berasal dari bahasa latin Delictum juga digunakan
untuk menggambarkan tentang apa yang dimaksud dengan strafbaarfeit.

                                                            

 Adami Chazawi,2005, Pelajaran Hukum Pidana: Stelsel Pidana, Teori-Teori Pemidanaan
& Batas Berlakunya Hukum Pidana, Jakarta, Penerbit PT Raja Grafindo Persada, hal 68.   
22

 

Universitas Sumatera Utara

 

 

Prof. Sudarto berpendapat bahwa pembentukan undang-undang sudah tetap
dalam pemakaian istilah tindak pidana, dan beliau lebih condong memakai istilah
tindak pidana seperti yang telah dilakukan oleh pembentuk undang-undang.
Pendapat Prof. Sudarto diikuti oleh Teguh Prasetyo karena pembentuk undangundang sekarang selalu menggunakan istilah tindak pidana sehingga istilah tindak
pidana itu sudah mempunyai pengertian yang dipahami oleh masyarakat.23
Setelah melihat beberapa defenisi di atas maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa yang disebut dengan tindak pidana adalah perbuatan yang oleh aturan
hukum dilarang dan diancam dengan pidana, di mana pengertian perbuatan di sini
selain perbuatan yang bersifat aktif (melakukan sesuatu yang sebenarnya dilarang
oleh hukum) juga perbuatan yang bersifat pasif (tidak berbuat sesuatu yang
sebenarnya diharuskan oleh hukum).24
Tindak pidana merupakan suatu pengertian dasar dalam hukum pidana.
Tindak pidana adalah suatu pengertian yuridis, lain halnya dengan istilah
“perbuatan jahat” atau “kejahatan” (crime atau verbrechen atau misdaad) yang
bisa diartikan secara yuridis (hukum) atau secara kriminologi.25
Tindak pidana merupakan konsepsi undang-undang mengenai perbuatan yang
bagaimana beserta dengan syarat-syarat apa dilarang untuk diwujudkan agar si
pembuatanya dapat dipidana yang sesuai dengan konsep pemikiran mengenai
jenis dan berat ringannya. Dalam kalimat tersebut terkandung sebuah konsepsi
                                                            

 Teguh Prasetyo, Hukum Pidana, PT.Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2011, hal 49.
 Ibid, hal 50. 
 Sudarto, Op. Cti, hal 40.

 

Universitas Sumatera Utara

 

 

yuridis tetang tindak pidana yang dirumuskan tersebut. Kalimat merupakan
kesatuan atau gabungan dari kata atau perkataan termasuk frasa-frasa, dan bagian
kalimat itulah yang disebut dan dimaknai dengan unsur tindak pidana undangundang.26
Oleh karena itu maka di dalam setiap tindak pidana selalu mengandung
unsur-unsur, meskipun adakalanya unsur-unsur tersebut tidak dicantumkan
dengan menggunakan perkataan atau frasa tertentu, melainkan dengan
menyebutkan kualifikasi atau pasal tertentu yang dirumusakan sebelumnya
(misalnya pasal 373 menyebutkan pasal 372 atau pasal 375 menyebutkan
kualifikasi penggelapan. Baik penyebutan pasal 372 maupun kualifikasi
penggelapan, mengandung arti bahwa pasal 373 maupun 375 mengandung semua
unsur pasal 372 bentuk standar penggelan), atau sekedar mencantumkan
kualifikasinya saja pada pasal yang bersangkutan (contohnya pada perumusan
tindak pidana penganiayaan pasal 351-353).27
Menurut Wirjono Prodjodikoro dalam bukunya Asas –Asas Hukum Pidana di
Indonesia, Tindak pidana berarti suatu perbuatan yang pelakunya dapat dikenai
hukuman pidana. Dalam KUHPidana, yang menjadi subyek tindak pidana adalah
seorang manusia sebagai oknum.28
Berbagai rumusan tindak pidana yang dikemukakan oleh para ahli hukum,
jika diperhatikan terdiri dari beberapa unsur/elemen. Para ahli ada yang
                                                            

 Adami Chazawi. Prija Djatmika. Ardi Ferdian, Tindak Pidana Pers,Penyerangan
Terhadap Kepentingan Hukum Yang Dilindungi Dengan Mempublikasikan Tulisan, CV. Mandar
Maju, Bandung, 2015, hal 21.
 ibid.
 Trini Handayani, Op.Cit, hal 80. 

 

Universitas Sumatera Utara

 

 

mengemukakan unsur-unsur tindak pidana secara sederhana yang hanya terdiri
dari unsur objektif dan unsur subjektif, dan ada pula yang merinci unsur-unsur
tindak pidana yang diambil berdasarkan rumusan undang-undang. Bambang
poernomo menyebutkan beberapa ahli yang membagi unsur-unsur tindak pidana
secara mendasar, sebagai berikut: 29
1.

Van Apeldoom
Menurut Apeldoom, bahwa elemen delik itu terdiri dari elemenobjektif
yang berupa adanya suatu kelakuan (perbuatan) yang bertentangan
dengan hukum (onrechtmatig/wederrechtelijk) dan elemen subjektif yang
berupa adanya seorang pembuat (dader) mampu bertanggungjawab atau
dapat dipersalahkan terhadap kelakuan yang bertentangan dengan hukum
itu.

2.

Van Bemmelen
Van Bemmelen menyatakan bahwa elemen-elemen dari strafbaar feit
dapat dibedakan menjadi :
a. Elementen voor destrafbaarheid van het feit, yang terletak dalam
bidang objektif karena pada dasarnya menyangkut kelakuan yang
melanggar hukum;
b. Mengenai Elementen voor destrafbaarheid van dedader, yang
terletak dalam bidang subjektif karena pada dasarnya menyangkut
keadaan/sikap batin

orang yang

melanggar

hukum, yang

                                                            

 Bambang Poernomo, Asas-asas Hukum Pidana, Ghalia Indonesia, Jakarta, 198, hal 103.

 

Universitas Sumatera Utara

 

 

kesemuanya itu merupakan elemen yang diperlukan untuk
menentukan dijatuhkanya pidana sebagaimana diancamkan

3.

Pompe
Pompe mengadakan pembagian elemen strafbaar feit atas:
a. Wederrechtelijkheid (unsur melawan hukum)
b. Schuld (unsur kesalahan)
c. Subsociale (unsur berbahaya/gangguan/merugikan).

Unsur obyektif dalam tindak pidana yaitu unsur-unsur yang berhubungan
dengan tindakan yang di lakukan pelaku. Sedangkan unsur subjektifnya yaitu
unsur yang berasal dari dalam diri pelaku. Unsur-unsur subyektif dari tindak
pidana meliputi :30
1.

Kesengajaan atau ketidaksengajaan (dolus atau culpa)

2.

Maksud pada suatu percobaan (seperti yang dimaksud dalam Pasal 53
ayat (1) KUHP;

3.

Macam-macam maksud atau oogmerk seperti misalnya yang terdapat
dalam tindak pidana pencurian;

4.

Merencanakan terlebih dahulu, seperti misalnya yang terdapat dalam
Pasal 340 KUHP

Berbicara unsur subyektif yaitu yang berkaitan dengan unsur kesengajaan
maka sengaja (dolus) itu sendiri dibedakan menjadi tiga bentuk yaitu:
a.

Sengaja sebagai maksud.

                                                            
 A. Fuad Usfa dan Tongat, Pengantar Hukum Pidana. UMM Press, Malang, 2004, hal 33.

 

Universitas Sumatera Utara

 

 

b.

Sengaja dengan keinsyafan pasti

c.

Sengaja dengan keinsyafan akan kemungkinan

Sedangkan

ketidaksengajaan (culpa), Van Hamel mengatakan bahwa

kealpaan (culpa) itu mengandung dua syarat, yaitu:31
a.

Tidak mengadakan penduga-duga sebagaimana diharuskan oleh hukum

b.

Tidak mengadakan penghati-hati sebagaimana diharuskan oleh hukum.

Sedang unsur -unsur obyektif dari tindak pidana meliputi :32
1. Sifat melanggar hukum (melawan) hukum;
2. Kualitas dari si pelaku, misalnya keadaan sebagai seorang pegawai
negeri dalam kejahatan menurut Pasal 415 KUHP. (Dalam Pasal 415
KUHP antara lain ditegaskan : “Seorang pejabat atau orang lain yang
ditugasi menjalankan jabatan umum ... “)
3. Kasualitas, yaitu hubungan antara sesuatu tindakan sebagai penyebab
dengan kenyataan sebagai akibat.
Jika diaplikasikan kedalam rumusan tindak pidana yang disebutkan di dalam
berbagai pasal KUHP, maka dapat dilihat unsur subjektif dan unsur objektif
tindak pidana terdapat di dalam pasal itu, misalnya:33
Pasal 338 KUHP:
Barang siapa dengan sengaja menghilangkan nyawa orang lain dipidana
karena pembunuhan dengan pidana penjara paling lama 15 tahun.
                                                            

 Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana, PT Rineka Cipta, Jakarta , 2015, hal 217.
 A. Fuad Usfa dan Tongat, op.cit, hal 34. 
 Mohammad Ekaputra, Dasar-Dasar Hukum Pidana, Usu Press, Medan, 2013, hal 112.

 

Universitas Sumatera Utara

 

 

Tindak pidana pembunuhan dalam bentuk pokok seperti yang diatur dalam
Pasal 338 KUHP terdiri atas unsur subjektif dan unsur objektif sebagai berikut:34
a. Unsur subjektif: opzetelijk atau dengan sengaja;
b. Unsur objektif:
1.

Beroven atau menghilangkan

2.

Het leven atau nyawa

3.

Een ander atau orang lain.

b. Pengertian Pedagangan Organ Tubuh Manusia
Perdagangan organ tubuh manusia merupakan sebuah ancaman dan juga
kejahatan bagi kemanusiaan “ Crimes againts Humanity” maka PBB kemudian
merumuskan praktek perdagangan organ tubuh manusia yang dilakukan dengan
cara dan tujuan illegal sebagai bagian dari kejahatan transnasional:
“Article 3, paragraph (a) of the Protocol to Prevent, Suppress and
Punish Trafficking in Persons defines Trafficking in Persons as the
recruitment, transportation, transfer, harbouring or receipt of
persons, by means of the threat or use of force or other forms of
coercion, of abduction, of fraud, of deception, of the abuse of power
or of a position of vulnerability or of the giving or receiving of
payments or benefits to achieve the consent of a person having control
over another person, for the purpose of exploitation. Exploitation
shall include, at a minimum, the exploitation of the prostitution of
others or other forms of sexual exploitation, forced labour or services,
slavery or practices similar to slavery, servitude or the removal of
organs”.
Berdasarkan rumusan yang diberikan oleh UNODC, sebagai pelaksanan dari
United Nations Convention against Transnational Organized Crime (UNTOC) dan
                                                            

 P.A.F. Lamintang, Delik-Delik Khusus, Kejahatan terhadap Nyawa, Tubuh, dan Kesehatan
serta Kejahatan yang Membahayakan bagi nyawa, Tubuh, dan Kesehatan, Binacipta, Bandung,
1986, hal 24.

 

Universitas Sumatera Utara

 

 

Protocols thereto, dijelaskan bahwa pencurian dalam praktek perdagangan organ
tubuh manusia sebagai bentuk lain eksploitasi manusia yang harus diberantas,
sehingga dalam upaya pemidanaan terhadap kegiatan perdagangan Illegal organ
Tubuh Manusia perlu dilakukan terobosan terobosan hukum dan Yuridiksi
terhadap segenap upaya percobaan tindakan perdagangan organ tubuh manusia,
meluas dari pengertian apakah perbuatan tersebut sudah dilakukan menjadi
tindakan lain yang masuk kedalam upaya mencoba melakukan atau terlibat
sebagai aktor dalam perdagangan manusia, kepada mereka yang berpartisipasi
atau memberikan kemudahan dan fasilitas termasuk melakukan suatu pembiaran
terhadap fenomena perdagangan illegal organ tubuh manusia, termasuk bagi
mereka yang secara nyata mengurus, mengorganisasikan dan mengatur aktor lain
agar dapat melakukan perdagangan illegal organ tubuh, terlepas dari eksistensi
keterlibatan organisasi kriminal atau tidak , didalam atau antar negara , dengan
korban tidak hanya wanita dan anak anak saja tetapi semua manusia.35
Perdagangan organ tubuh manusia merupakan salah satu tindakan eksploitasi,
menurut Pasal 1 butir 7 UUPTPPO eksplotasi adalah tindakan dengan atau tanpa
persetujuan kkorban yang meliputi tetapi tidak terbatas pada pelacuran, kerja atau
pelayanan paksa, perbudakan atau praktik serupa perbudakan, penindasan,
pemerasan, pemanfaat fisik, seksual, organ reproduksi, atau secara melawan
hukum memindahkan atau mentransplantasi organ dan/atau jaringan tubuh atau
memanfaatkan tenaga atau kemampuan seseorang oleh pihak lain untuk
mendapatkan keuntungan baik materil maupun immaterial.
                                                            

 https://jurnalsrigunting.wordpress.com/2012/01/27/perdagangan-organ-tubuh-manusiasebagai-bagian-dari-kejahatan-trafficking-in-persons/

 

Universitas Sumatera Utara

 

 

Elemen dasar dalam mengidentifikasi kegiatan perdagangan manusia “
Element of Human Trafficking “ UNODC merumuskan kedalam 3 ( tiga )
ketetapan :
1.

The Act ( Apa yang dilakukan; proses rekruitment pendonor, kegiatan
pengambilan organ, sarana yang digunakan dalam pengangkutan dan
pengiriman organ hasil donor, serta bagaimana organ donor diterimakan
kepada recipient),

2.

The Means (Bagaimana Proses dilakukan; menggunakan kekerasan atau
paksaan, tipu daya, sukarela, saat masih hidup atau setelah dinyatakan
meninggal dunia, dengan menyalah gunakan kekuaasaan jabatan, ataukah
dengan mendapat sejumlah pembayaran atau keuntungan bagi calon
pendonor),

3.

The Purposes (manfaat yang diperoleh dari perdagangan organ tubuh
manusia)
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui United Nation Global Initiatif to

Fight Human Trafficking (UN GIFT) menyatakan bahwa Perdagangan organ
tubuh merupakan “organized crime”. Berdasarkan kajian UN GIFT tindak pidana
perdagangan organ tubuh manusia dapat dikategorikan kedalam 3 (tiga) modus
operandi, yaitu:36

                                                            

36
Fabian Januarius Kuwado, Kabareskrim: Perdagangan Organ Tubuh adalah Kejahatan
Terorganisasi,http://nasional.kompas.com/read/2016/02/01/09131321/Kabareskrim.Perdagangan.
Organ.Tubuh.adalah.Kejahatan.Terorganisasi, Diakses 26 Agustus 2016, pukul, 20:09 WIB.

 

Universitas Sumatera Utara

 

 

1. Pelaku melakukan penipuan terhadap korban agar memberikan organ
tubuhnya untuk diambil.
2. Korban setuju secara formal atau informal untuk menjual organ tubuhnya,
namun tidak dibayar sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati
sebelumnya.
3. Pelaku memperlakukan korbannya seolah-olah sedang mengalami sakit,
padahal kondisi korban tidak demikian, kemudian sang pelaku
mengeluarkan organ tubuh korban tanpa sepengetahuan korban.
Lembaga Bantuan Hukum Kesehatan pernah melansir dugaan praktek jualbeli bayi untuk dimanfaatkan organ tubuhnyya. Bayi-bayi itu dijual Rp 3.000.000Rp 5.000.000. Oleh di pembeli, bayi-bayi tersebut dipelihara hingga berusia tujuh
tahun. Setelah beranjak remaja, kemudian mereka dibunuh dan organnya dijual
hingga ratusan juta rupiah.37
Data Lembaga Cegah Kriminal Indonesia (LCKI) mengungkapkan, kejahatan
pada anak Indonesia meningkat menjadi nomor tiga di dunia. “kalau kita
mendiamkannya, maka kita membiarkan masa depan bangsa ini hancur di tangan
sindikat kriminalitas pada anak-anak,” kata ketua LCKI, Da’i Bachtiar. Selain itu,
para mafia perdagangan organ tubuh juga menggunakan modus memanfaatkan
organ tubuh tenaga kerja Indonesia (TKI) yang meninggal di luar negeri.38

                                                            

 M. Agung Riyandi dan Rach Alida Bahaweres, “Ketika Organ Tubuh Diperdagangkan”,
http://groups.yahoo.com/group/Bayi-Kita/message, diakses 11 September 2016.
 Ibid.

 

Universitas Sumatera Utara

 

 

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif. Metode
penelitian yuridis normatif disebut juga sebagai penelitian doktrinal (doctrinal
research) yaitu suatu penelitian yang menganalisis hukum baik yang tertulis
didalam buku (law as it is written in the book), maupun hukum yang diputuskan
oleh hakim melalui proses pengadilan (law is decided by the judge through
judicial process).39
F. Metode Penelitian
1.

Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan yuridis normatif dalam

tatanan kebijakan formulatif, yaitu menganalisis peraturan-peraturan baik didalam
KUHPidana maupun di luar KUHPidana, khusus peraturan-peraturan yang
berkaitan dengan tindak pidana perdagangan organ tubuh manusia yaitu UndangUndang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, Undang-Undang Nomor 21
Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang dan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak
2.

Data dan Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui penelitian

kepustakaan (library research) untuk mendapatkan konsepsi teori atau doktrin,
pendapat atau pemikiran konseptual dan penelitian terdahulu yang berhubungan
dengan objek telaah penelitian ini yang dapat berupa peraturan perundangundangan,buku, tulisan ilmiah dan karya-karya ilmiah lainnya.
Data pokok dalam penelitian ini adalah data-data sekunder yang meliputi:

                                                            
 Soerjono Soekanto dan Sri Mahmudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan

Singkat,Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001, hal 1. 

 

Universitas Sumatera Utara

 

 

1. Bahan Hukum primer, yaitu Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP), Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan,
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Perdagangan Orang dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
Tentang Perlindungan Anak;
2. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan yang memberikan penjelasan
mengenai bahan hukum primer, seperti buku-buku, jurnal, surat kabar,
hasil-hasil seminar atau pertemuan ilmiah lainnya.
3.

Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara studi buku-buku dan

dokumen-dokumen yang relevan dengan penelitian ini di perpustakaan (library
research) sesuai dengan jenis penelitiannya dan melakukan identifikasi dari data
yang telah dikumpulkan.
4.

Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian kemudian dianalisis secara kualitatif

yaitu ada yang diperoleh dari penelitian ini kemudian dipelajari secara utuh dan
menyeluruh (komprehensif) untuk mendapatkan jawaban dari permasalahanpermasalaham dalam skripsi.

G. Sistematika Penulisan
Skripsi ini dibagi atas 5 (lima) bab, yang tiap bab dibagi atas beberapa sub
bab yang disesuaikan dengan isi dan maksud dari penulisan skripsi ini guna
mencapai tujuan terjawabnya permasalahan dalam penulisan skripsi ini.

 

Universitas Sumatera Utara

 

 

Adapun sistematika penulisan skripsi ini secara singkat adalah sebagai
berikut :
Bab pertama adalah bab pendahuluan. Bab pertama ini adalah bab yang
menjelaskan pengantar dan duduk permasalahan, terdiri dari 7(tujuh) sub bab
yaitu Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penulisan, Keaslian
Penulisan, Tinjauan Pustaka, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan.
Bab kedua menguraikan tentang peraturan-peraturan mengenai perdagangan
organ tubuh manusia. Bab ini terdiri dari 2 (dua) sub bab, sub bab yang pertama
menguraikan tentang pengaturan tentang perdagangan organ tubuh manusia dalam
KUHPidana, sub bab kedua menguraikan tentang pengaturan perdagangan organ
tubuh manusia diluar ketentuan KUHPidana.
Bab ketiga menguraikan mengenai faktor-faktor penyebab terjadinya tindak
pidana perdagangan organ tubuh manusia di Indonesia. Bab ini terdiri dari 3 (tiga)
sub bab, yang pertama menguraikan faktor ekonomi sebagai penyebab terjadinya
perdagangan organ tubuh manusia, kemudian sub bab kedua menguraikan faktor
kesehatan sebagai penyebab terjadinya perdagangan organ tubuh, sub bab ketiga
menguraikan mengenai faktor sosial menyebabkan terjadinya perdagangan organ
tubuh manusia.
Bab keempat menguraikan upaya penanggulangan dan penegakan hukum
terhadap tindak pidana perdagangan organ tubuh manusia. Bab ini terdiri dari 2
(dua) sub bab,

yang pertama membahas mengenai upaya penanggulangan

terjadinya perdagangan organ tubuh manusia di Indonesia, sub bab kedua

 

Universitas Sumatera Utara

 

 

membahas mengenai penegakan hukum terhadap terjadinya tindak pidana
perdagangan organ tubuh manusia di indonesia.
Bab kelima merupakan bab yang berisi kesimpulan dan saran. Bab ini
merupakan penutup dari keseluruhan materi skripsi yang terdiri dari 2 (dua) sub
bab yaitu : kesimpulan dan saran. Sub bab kesimpulan berisi keseluruhan
kesimpulan-kesimpulan dari pembahasan yang ada pada bab-bab sebelumnya.
Pada bagian saran, diuraikan saran dari penulis untuk masalah yang ada dalam
penulisan ini.

 

Universitas Sumatera Utara