Tindak Pidana Perdagangan Organ Tubuh Manusia (ditinjau dari Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009) Chapter III V

 

BAB III
Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Tindak Pidana Perdagangan Organ
Tubuh Manusia di Indonesia

A. Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi menjadi penyebab terjadinya perdagangan organ tubuh
manusia yang dilatarbelakangi oleh kemiskinan dan lapangan kerja yang tidak
memadai dengan besarnya jumlah penduduk, sehingga menyebabkan seseorang
untuk melakukan apa saja demi memenuhi biaya hidup keluarga.
Menurut Biro Pusat Statistik (BPS) tahun 2004, bahwa jumlah penduduk
Indonesia mencapai 37,7 juta jiwa termasuk 13,2 juta di daerah perkotaan, dari
213 juta penduduk Indonesia pada saat ini hidup di bawah garis kemiskinan yang
ditetapkanoleh pemerintah, dengan penghasilan kurang dari Rp.9.000,00 per hari
dan pengangguran di Indonesia pun semakin meningkat jumlah per harinya.61
Keadaan ekonomi yang terpuruk dan langkanya kesempatan kerja mendorong
jutaan penduduk Indonesia untuk melakukan migrasi di dalam dan keluar negeri
guna menemukan cara agar dapat menghidupi diri mereka dan keluarga meraka.
Daerah tempat tinggal mereka umumnya daerah miskin, sehingga mereka
bermigrasi ke daerah yang kelihatannya menjanjikan kehidupan atau lapangan

pekerjaan yang lebih baik. Kebijakan pemerintah dalam pembangunan ekonomi
menggariskan untuk lebih mengutamakan ekonomi berbasis Industri daripada
                                                            
50.

 

 Farhana, Aspek Hukum Perdagangan Orang di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2010, hal

 
Universitas Sumatera Utara

 

 

ekonomi berbasis agraris, struktur produksi juga mengalami perubahan. Produksi
pertanian terus berkurang, proses penyempitan lahan pertanian berjalan sangat
cepat, dan kebutuhan tenaga kerja di pedesaan semakin berkurang. Sementara
disisi lain, produksi di bidang industri terus meningkat seiring pembangunan

berbagai pabrik kota. Ini juga penarik terjadinya migrasi penduduk dari desa ke
kota. Kenyataan menunjukan bahwa kebutuhan tenaga disektor industri yang terus
bertambah tersebut sulit diisi oleh sebagian penduduk Indonesia dari pedesaan,
karena rendahnya pendidikan dan kurang mendapat peluang ekonomi.62
Kebijakan internasional globalisasi ekonomi, juga brarti globalisasi pasar
kerja yang membuka peluang adanya permintaan dan pemenuhan pasokan tenaga
kerja dengan upah murah. Didukung oleh kemajuan teknologi transportasi, proses
migrasi dari satu negara ke negara lain semakin pesat. Terutama sejak dibukanya
kebijakan pengiriman tenaga kerja keluar negeri pada tahun 1980-an.
Sebagaimana layaknya pasar, maka pasar kerja global menemukan dua
kepentingan, yaitu tingginya angka pencari kerja dengan sumber daya manusia
yang rendah karena rendahnya tingkat pendidikan dan tingginya permintaan dari
luar negeri terhadap tenaga murah dan di sektor domestik dan sektor informal
yang tidak membutuhkan tenaga terdidik. Hal ini mengakibatkan meledaknya
pengiriman tenaga kerja keluar negeri dan antar kota atau antar pulau.63 Dengan
tingkat pendidikan yang rendah banyak masyarakat yang rentan terhadap
perdagangan organ tubuh yang dilakukan dengan banyak modus, dan banyak
anak-anak terlantar tanpa perlindungan, sehingga rentan menjadi korban
                                                            
 Ibid, hal 

 Ibid. 

 





Universitas Sumatera Utara

 

 

perdagangan organ tubuh karena orang tua mereka bekerja diluar daerah atau di
luar negeri.
Penduduk yang bermigrasi ke dalam atau pun keluar negeri tidak semua
mendapat pekerjaan seperti yang di inginkan, kebanyakan tidak mempunyai
kemampuan yang cukup untuk mendapat pekerjaan sehingga untuk bertahan
hidup di luar daerah banyak yang menggunakan cara-cara yang melanggar hukum.

Pengadilan Sigapura pernah mengadili 2 warga negara Indonesia karena terlibat
perdagangan organ tubuh (ginjal). 2 WNI tersebut bernama Toni dan Sulaiman
Damanik. Keduanya divonis bersalah oleh pengadilan Singapura. Sulaiman
Damanik, yang menjual ginjalnya kepada tang wee sung dipenjara dua minggu
dan denda S$ 1.000 atau Rp.6,7 juta. Sedangkan Toni dihukum lebih berat karena
penjualan ginjal telah berhasil dilakukan, dan Toni mendapat uang Rp.180 juta.
Yang lebih memberatkan Toni juga bersalah karena telah menjadi penghubung
penjualan ginjal Sulaiman.64
Orang dewasa sendiri tidak hanya memanfaatkan dirinya untuk mendapatkan
uang, namun juga memanfaatkan anak-anak. Indonesia sudah dinyatakan sebagai
kawasan potensial untuk perdagangan anak. Sepanjang 2003-2004 ditemukan
sedikitnya 80 kasus perdagangan anak berkedok adopsi yang melibatkan jaringan
dalam negeri.65Dalam beberapa kasus ditemukan adanya bayi yang belakangan
diketahui diadopsi untuk diambil organ tubuhnya dan sebagian besar bayi yang
diadopsi tersebut dikirim ke sejumlah negara di antaranya ke Singapura, Malaysia,
Belanda, Swedia, dan Prancis. Hal ini diungkap mantan ketua Gugus Tugas
                                                            

 http://m.detik.com/news/berita/1899428/perdagangan-organ-tubuh-ilegal-dari-kemiskinanhingga-terpidana-mati., diakses 18 September 2016, pukul 11.39 WIB.
 http://www.sinarharapan.co.id/berita/0508/04/sh01.html, diakses 18 September 2016


 

Universitas Sumatera Utara

 

 

Penghapus Perdagangan Anak dan Perempuan Kementrian Negara Pemberdaya
Perempuan, Rachmat.66
Praktik perdagangan organ tubuh sangat menjanjikan keuntungan yang cukup
besar. Karenanya, ditengah himpitan ekonomi saat ini, bisnis ilegal tersebut
menjadi lahan empuk untuk mencari penghasilan yang mengiurkan. Ketika
penghasilan dari pekerjaan tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup, menjual organ
tubuh seakan menjadi solusi yang lebih menguntungkan.
Harga sebuah organ memang sangat mahal dan menguntungkan. Untuk
sebuah ginjal di pasar gelap dijual seharga US$ 15.000, sedangkan di China,
harga sebuah ginjal bisa mencapai US$ 62.000. harga jantung di pasar gelap bisa
mencapai US$ 119.000. Mahalnya harga sebuah organ tubuh menjadi daya tarik

yang menguntungkan dan diperkuat oleh fakta bahwa manusia dapat hidup normal
dengan organ yang tidak lengkap.67
Pengaruh rendahnya ekonomi dapat menjadi salah satu faktor yang sangat
berpengaruh terhadap terjadinya perdagangan organ tubuh manusia. Kemiskinan
dan keinginan untuk memperbaiki keadaan ekonomi seseorang masih menjadi
faktor yang perlu dipertimbangkan oleh pemerintah dalam rangka mengentaskan
kemiskinan.
B. Faktor Kesehatan
Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi semua manusia, karena
tanpa kesehatan tidak akan mencapai kesejahteraan. Seiring berkembangnya
teknologi dan kemajuan zaman, dunia kesehatan juga mulai mengalami banyak

                                                            

 Ibid. 
 http://tiyangkayunan.blogspot.co.id/2012/04/perdagangan-organ-tubuh-manusia.html?m=1,
diakses 19 September 2016, pukul 13:54.

 


Universitas Sumatera Utara

 

 

kemajuan terutama untuk beberapa penyakit yang telah ditemukan metode baru
dalam pengobatannya. Misalnya dengan ditemukannya metode pengobatan baru
dengan cara pencangkokan organ tubuh (transplantasi).
Transplantasi organ tubuh merupakan tindakan yang sangat bermanfaat bagi
pasien dengan gangguan organ tubuh yang berat. Tentunya bagi orang yang
mengalami gangguan organ tubuh yang berat akan mempunyai kesempatan yang
besar untuk sembuh bila melakukan transplantasi organ tubuh.
Di Indonesia sendiri telah banyak yang melakukan transplantasi guna
kesembuhan. Kendala Transplansi di Indonesia masih tinggi. Tidak hanya biaya,
namun juga ketersediaan donor masih lebih rendah dari pada permintaan akan
organ tubuh guna dilakukannya transplantasi.68
Di Indonesia transplantasi ginjal dirintis oleh Prof. Dr. Iwan Santoso (ahli
bedah) pada tahun 1977 di RSCM beserta timnya. Saat ini di seluruh Indonesia
sudah banyak rumah sakit besar yang melaksanakan operasi transplantasi ginjal.

Rumah sakit yang melaksanakan transplantasi ginjal di Indonesia antara lain:
RS PGI Cikini Jakarta : sejak 1977
- 277
RS Kariadi Semarang : sejak 1985
-2
RS Telogorejo Semarang : sejak 1985
- 58
RS Hasan Sadikin Bandung : sejak 1987
-1
RS Sutomo Surabaya : sejak 1988
- 28
RS Gatot Subroto Jakarta : sejak 1988
- 50
RS Sardjito Yogyakarta : sejak 1991
- 29
RS Dr. Pirngadi Medan : sejak 1992
-2
RS Advent Bandung : sejak 1994
-3
RS Siloam Kawaraci Jakarta : sejak 1996

-1
----------------------------------------------------------------------- = 479

kasus
kasus
kasus
kasus
kasus
kasus
kasus
kasus
kasus
kasus
kasus69

                                                            

 Trini Handayani, Op. Cit., hal 154.
  http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/730 Usul Majadi Sinaga dalam Pidato
pengukuhan Jabatan Guru Besar dalam Bidang Ilmu Bedah pada Fakultas Kedokteran, 28 Juli

2007, diakses pada 19 September 2016, pukul 17:30 Wib.

 

Universitas Sumatera Utara

 

 

Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization) mencatat, setiap tahun
terjadi 21.000 pencangkokan hati. Padahal, berdasarkan pakar medis, jumlah
permintaan sebenarnya paling sedikit 90.000.70 Diungkapkan oleh Prof. DR. Dr.
Endang Susalit, SpPD, KGH, kepala divisi Ginjal Hipertensi FKUI/RSCM, secara
kumulatif jumlah pasien transplantasi ginjal di Indonesia sejak tahun 1977 baru
600 orang. Padahal, jumlah pasien gagal ginjal tahap akhir terus meningkat.
“kebanyakan pasien mendapat donor ginjal dari luar negeri. Jumlahnya mencapai
tiga kali lipat daripada pasien yang mendapat donor di Indonesia,” katanya dalam
acara media edukasi di RSCM Kencana, Jakarta.71
Ketersediaan donor yang tidak seimbang dengan permintaan terhadap donor

mengakibatkan banyaknya pasien yang rela membayar mahal untuk mendapatkan
donor organ untuk dapat melakukan transplantasi. Hal ini menyebabkan banyak
orang memanfaatkan kondisi ini untuk mencari keuntungan yang cukup besar
dengan cara memperdagangkan organ tubuhnya sendiri maupun organ tubuh
orang lain.
C. Faktor Sosial
Satu abad sebelum Masehi, Cisero mengemukakan hubungan antara hukum
dan masyarakat melalui kalimat sederhana “ubi societas ibi ius”, di mana ada
masyarakat, di situ ada hukum. Hukum dibentuk oleh masyarakat untuk mengatur

                                                            
 http://kolektor-makalah.blogspot.com/2011/01/realita-permasalahan-transplantasi.html

Judul Artikel : Realita Permasalahan Transplantasi, diakses tanggal 20 September 2016 pukul
19:22 Wib.
 http://health.kompas.com/read/2012/01/12/16373548/Donor.Ginjal.Masih.Terbatas Judul
Artikel : Donor Ginjal Masih Terbatas, diakses pada tanggal 20 September 2016, pukul 19:40
Wib.

 

Universitas Sumatera Utara

 

 

kehidupan mereka. Dengan kata lain, hukum dibentuk oleh dan diberlakukan
untuk masyarakat demi ketertiban, ketentraman dan kesejahteraan masyarakat.72
Dalam kehidupan masyarakat, setiap anggota masyarakat mempunyai
kepentingan tersendiri. Ada yang mempunyai kepentingan yang sama, dan ada
yang kepentingannya berbeda satu sama lain. Silang sengketa kedua macam
kepentingan tersebut menjadi sebab lahirnya permasalahan. Untuk mengatur
berbagai kepentingan dalam masyarakat tersebut dan dapat menyelesaikan
sengketa secara tertib, masyarakat membentuk aturan-aturan dan diberlakukan
dalam kehidupan mereka.73
Proses hukum secara garis besar dapat dipandang sebagai penyelaras berbagai
kepentingan dalam masyarakat dan hasilnya adalah keadilan atau hukum yang
adil. Hukum yang baik, yaitu hukum yang adil dan benar, memiliki keabsahan dan
mengikat, mewajibkan serta dapat dipaksakan untuk dijalankan sebagai upaya
mewujudkan rasa keadilan, harmonis agar kepentingan umum yang menjadi
tujuan hukum itu sendiri. Hasil dari proses hukum tersebut kemudian menjadi
masukan bagi proses hukum berikutnya, demikian seterusnya sehingga sistem
hukum bergerak menjalankan fungsinya secara harmonis.74
Hukum bekerja dengan cara membatasi perbuataan seseorang atau hubungan
antara orang-orang dalam masyarakat. Untuk membatasi tersebut maka hukum
berfungsi sebagai: pembuatan norma-norma, penyelesaian sengketa-sengketa dan
menjamin kelangsungan kehidupan masyarakat. Dengan demikian hukum
                                                            

 T. Subarsyah Sumadikara, Penegakan Hukum (Sebuah Pendekatan Politik Hukum dan
Politik Kriminal), Kencana Utama, Bandung, 2010, hal 8.
 ibid.
 idem, hal  . 

 

Universitas Sumatera Utara

 

 

digolongkan sebagai sarana untuk melakukan kontrol sosial, yaitu suatu proses
mempengaruhi orang-orang untuk bertingkah laku sesuai dengan harapan
masyarakat. Pengkontrolan oleh hukum itu dijalankan dengan berbagai cara dan
melalui pembentukan badan-badan. Dalam hal ini maka hukum disebut suatu
sarana untuk melakukan kontrol sosial yang bersifat formal.75
Aspek pertama yang berhubungan dengan pelaksanaan kontrol sosial, bersifat
statis, yaitu merupakan jenis kontrol yang paling mendekati rumusan pengertian
sosial. Pelaksanaan kontrol sosial ini tidak hanya berhenti pada orientasi masa
sekarang, melainkan juga menjangkau masa yang akan datang. Dengan demikan
masalah yang ingin dipecahkan bukannya bagaimana mempengaruhi tingkah laku
orang-orang agar sesuai dengan harapan masyarakat dalam keadaan sekarang ini,
melainkan menyangkut masalah perubahan-perubahan yang dikehendaki. Jenis
kontrol sosial ini sering disebut dengan istilah Social engineering.76
Menurut T. Parsons, fungsi utama suatu sistem hukum itu bersifat integratif,
artinya untuk mengurangi unsur-unsur konflik yang potensial dalam masyarakat
dan untuk melicinkan proses pergaulan sosial. Dengan mentaati sistem hukum
maka sistem interaksi sosial akan berfungsi dengan baik, tanpa kemungkinan
berubah menjadi konflik terbuka atau terselubung.77
Agar sistem hukum dapat menjalankan fungsi integratifnya secara efektif,
menurut Parsons, terdapat 4 masalah yang harus diselesaikan terlebih dahulu,
yaitu: Legitimasi, yang akan menjadi landasan bagi pentaatan aturan-aturan;
Interpretasi, yang akan menyangkut masalah penetapan hak dan kewajiban
                                                            

 Satjipto Rahardjo, Hukum dan Perubahan Sosial, Alumni, Bandung, 1983, hal 126.
 idem, hal 127.
77
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, hal 135. 

 

Universitas Sumatera Utara

 

 

subjek, melalui proses penetapan hak dan kewajiban subjek, melalui proses
penetapan aturan tertentu; Sanksi, yang menegaskan sanksi apakah yang akan
timbul apabila ada pengingkaran terhadap aturan, serta sekaligus menegaskan
siapakah yang akan menerapkan sanksi; Yurisdiksi, yang menetapkan garis-garis
kewenangan yang berkuasa menegakkan norma-norma hukum.78
Kebijakan pembentuk hukum (Legal policy) diarahkan untuk membentuk
substansi hukum yang responsif dan mampu menjadi sarana pembaharuan dan
pembangunan yang mengabdi pada kepentingan nasional dengan mewujudkan
ketertiban, legitimasi dan keadilan.79
Berkenaan dengan penurunan fungsi organ tubuh manusia terjadi setiap
tahunnya sehingga terjadi kerusakan yang memerlukan terapi transplantasi. Ginjal
misalnya akan mengalami penurunan fungsinya 10 persen setiap sepuluh tahun
sekali.80
Menurut ketua harian Yegina Indrawati Sukadis, sebenarnya Transplantasi
organ tubuh merupakan cara terbaik untuk mengatasi penyakit gangguan organ
tubuh yang berat, misalnya penyakit gagal ginjal terminal.81 Namun cara ini
menpunyai banyak kendala, selain biaya yang mahal juga jumlah donor yang
tersedia sangat minim.
Minimnya donor organ tubuh (dalam hal ini ginjal) yang ada karena adanya
kekawatiran untuk hidup dengan organ tubuh yang tidak lengkap. Sebenarnya
secara medis orang dapat hidup normal hanya dengan satu ginjal saja, namun
                                                            

 ibid. 
 Trini Handayani, Op. Cit., hal 160.
 idem. 
 idem, hal 161. 

 

Universitas Sumatera Utara

 

 

pengetahuan seperti ini belum tersosialisasi secara meluas ke tengah-tengah
masyarakat. Sehingga masih diperlukan sosialisasi yang lebih.
Karena langkanya orang yang mau menjadi pendonor untuk transplantasi,
pada akhirnya telah memunculkan isu tak sedap. Kerap muncul pertanyaan dari
berbagai kalangan proses transplantasi organ tubuh diwarnai aksi jual beli, adanya
semacam pemberian kompensasi dan tidak bersifat transaksi. Undang-undang
melarang adanya transaksi jual beli organ tubuh manusia. Regulasi dapat menjadi
sangat keras memagari peluang penyalahgunaan seperti itu. Padahal masyarakat
Indonesia adalah masyarakat yang penuh basa-basi. Sehingga ketentuan yang
mengatur secara keras tersebut masih mungkin mempunyai celah.82
Melakukan perdagangan organ tubuh dengan modus memberikan kompensasi
dan ucapan terimakasi dan tidak bersifat mengikat, maka akan susah untuk
membuktikan bahwa hal tersebut merupakan perdagangan organ tubuh.
Transplantasi butuh peraturan yang tegas pemerintah. Tunggul Situmorang
mengatakan sejak transplantasi ginjal pertama pada 1977 yang dilakukan oleh
Sidabutar dan timnya di RSUPN Ciptomangunkusumo dan RS PGI Cikini, belum
ada perkembangan yang berarti bagi praktik transplantasi di tanah air.
Penyebabnya,

selain

tidak

ada

donor,

peraturan

pemerintah

mengenai

transplantasi belum jelas.83 Peraturan sangat diperlukan supaya donasi organ
tubuh menjadi legal dan tidak ditemukan lagi pratik perdagangan organ tubuh.

                                                            
 idem, hal 161-162. 
 idem, hal 164.

 

Universitas Sumatera Utara

 

BAB IV
Upaya Penanggulangan dan Penegakan hukum terhadap Tindak Pidana
Perdangangan Organ Tubuh Manusia di Indonesia

A. Upaya Pencegahan Tindak Pidana Perdagangan Organ Tubuh Manusia
di Indonesia
Pemidanaan bukanlah merupakan tujuan akhir dari sistem peradilan pidana
dan juga bukan merupakan satu-satunya cara untuk mencapai tujuan sistem
peradilan pidana. Ada banyak cara yang dapat ditempuh, dengan menggunakan
hukum pidana maupun dengan menggunakan cara diluar hukum pidana.
Upaya penanggulangan yang merupakan bagian dari kebijakan sosial pada
hakikatnya juga merupakan bagian integral dari upaya perlindungan masyarakat
(social defence) yang dapat ditempuh dengan 2 jalur, yaitu :84
1. Jalur penal, yaitu dengan menerapkan hukum pidana (criminal law
application)
2. Jalur non penal, yaitu dengan cara :
a. Pencegahan

tanpa

pidana

(prevention

without

punisment),

termasuk di dalamnya penerapan sanksi administrative dan sanksi
perdata.

                                                            

 M. Hamdan, 1997, Politik Hukum Pidana, Raja Grafindo Persada, Jakarta, Hal 72.

 

 
Universitas Sumatera Utara

 

 

b. Mempengaruhi pandangan masyarakat mengenai kejahatan dan
pembinaan lewat media massa (influencing view of society on
crime and punishment)
Jadi dapat dikatakan bahwa

upaya penanggulangan melalui jalur penal

merupakan upaya yang bersifat “repressive”, yaitu upaya yang dilakukan setelah
tindak pidana tersebut telah dilakukan dengan cara menjatuhkan hukuman,
sedangkan upaya non penal merupakan upaya yang bersifat ”preventif”, yaitu
upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya suatu tindak pidana, jadi
dilakukan sebelum tindak pidana tersebut dilakukan.
Upaya Pencegahan seharusnya lebih diutamakan daripada upaya yang bersifat
represif. W.A. Bonger mengatakan bahwa, dilihat dari efisiensi dan efektifitas
upaya pencegahan lebih baik daripada upaya yang bersifat represif. Dalam dunia
kedokteran kriminal telah disepakati suatu pemikiran mencegah kejahatan adalah
lebih baik dari pada mencoba mendidik penjahat menjadi baik kembali, lebih baik
disini juga berarti lebih mudah, lebih murah dan lebih mencapai tujuannya.85
Upaya penanggulangan kejahatan dengan jalur nonpenal bersifat pencegahan
untuk terjadinya kejahatan, maka sasaran utama dari upaya ini yaitu menangani
faktor-faktor kondusif penyebab terjadinya kejahatan. Faktor-faktor kondusif itu
antara lain, berpusat pada masalah-masalah atau kondisi-kondisi sosial yang
secara langsung atau tidak langsung dapat menimbulkan kejahatan. Dilihat dari
sudut politik kriminal secara makro dan global, maka upaya-upaya nonpenal
                                                            

 W. A. Bonger, Pengantar tentang Kriminologi Pembangunan, Ghalia Indonesia, Jakarta,
1995, hal 167.

 

Universitas Sumatera Utara

 

 

menduduki posisi kunci dan strategis dari keseluruhan upaya politik kriminal. Di
berbagai kongres PBB mengenai “The Prevention of Crime and Treatment of
Offenders” ditegaskan upaya-upaya strategis mengenai penanggulangan sebabsebab timbulnya kejahaatan.86
Secara umum pencegaha kejahatan dapat dilakukan dengan menggabungkan
beberapa metode. Pertama, cara Moralistic (miring) yang dilaksanakan dengan
penyebarluasan ajaran-ajaran agama dan moral, undang-undang yang baik dan
sarana-sarana lain yang dapat mengekang nafsu untuk berbuat kejahatan. Kedua,
adalah dengan cara Abiliosinistik yang berusaha untuk memberantas sebabmusababnya. Umpanya kita ketahui bahwa faktor tekanan ekonomi (kemelaratan)
merupakan salah satu faktor penyebab, maka usaha untuk mencapai kesejahteraan
untuk mengurangi kejahatan yang disebabkan oleh faktor ekonomi merupakan
cara

Abiliosinistik.

Adapun

pencegahan

kejahatan

melalui

pendekatan

kemasyarakatan, yang biasa disebut Community Based Crime Prevention,
melibatkan segala kegiatannya untuk memperbaiki kapasitas masyarakat dalam
mengurangi kejahatan dengan jalan meningkatkan kontrol sosial informal.87
Pencegahan kejahatan memfokuskan diri pada campur tangan sosial, ekonomi
dan berbagai area kebijakan publik dengan maksud mencegah terjadinya
kejahatan. Bentuk lain dari keterlibatan masyarakat, nampak dari upaya
pencegahan situasional dan peningkatan kapasitas masyarakat dalam penggunaan
sarana kontrol sosial informal. Peningkatan pencegahan kejahatannya berorientasi
                                                            

 http://kilometer25.blogspot.com/2012/09/upaya -non-penal-dalam-menganggulangi.html,
diakses 27 September 2016, pukul 23:22.
 Hery Firmansyah, Upaya Penanggulangan Tindak Pidana Terorisme di Indonesia,
Mimbar Hukum, Volume 23, Nomor 2, Juni 2011.

 

Universitas Sumatera Utara

 

 

pada pelaku atau offender-centred crime prevention dan berorientasi pada korban
atau victim-centred crime prevention.88
Tujuan utama dari usaha-usaha non penal bagaimana mampu memperbaiki
kondisi-kondisi sosial tertentu, secara langsung mempunyai pengaruh preventif
terhadap kejahatan. Upaya keseluruhan kegiatan preventif non penal itu memiliki
kedudukan strategis dalam memegang posisi kunci yang seyogianya terus
diintensifkan dan diefektifkan.
Kegagalan dalam menggarap posisi strategis ini justru akan berakibat sangat
fatal bagi usaha penanggulangan kejahatan. Oleh karena itu suatu kebijakan
kriminal harus dapat mengintegrasikan dan mengharmonisasikan seluruh kegiatan
preventif non penal ke dalam satu sistem kegiatan negara yang teratur dan
terpadu. Sebagaimana diungkapkan Radzinovics menyakatakan :89
“Criminal policy must combine the varior preventive activities and
adjust them so as to from a single comprehensive machine and finally
coordinate the whole into an arganized system of activity”
(Kebijakan

kriminal

harus

menggabungkan

variasi

kegiatan

pencegahan dan menyesuaikannya sehingga ada satu kesatuan yang
komprehensif dan akhirnya dapat terkordinasikan dalam satu kesatuan
sistem yang sama)
Pendekatan non penal menurut Hoefnagels adalah pendekatan pencegahan
kejahatan

tanpa

menggunakan

sarana

pemidanaan

(prevention

without

                                                            

 Abintoro Prakoso, Kriminologi Hukum & Hukum Pidana, Laksbang Grafika, Yogyakarta,
2013, hal 159.
 ibid. 

 

Universitas Sumatera Utara

 

 

punishment), yaitu antara lain perencanaan kesehatan mental masyarakat
(community planning mental helth), kesehatan mental masyarakat secara nasional
(national mental health), kesejahteraan anak dan pekerja sosial (social worker and
child welfare), serta penggunaan hukum civil dan hukum administrasi
(administrative & civil law).90
Hal ini menunjukan bahwa kejahataan itu pada dasarnya berasal dari faktorfaktor yang berkaitan dengan lingkungan sosial masyarakat itu sendiri. Dan
karenanya upaya-upaya yang dilakukan untuk menanggulanginya harus
didasarkan pada penguatan sumber daya yang ada di dalam masyarakat tersebut.
Berikut ini merupakan beberapa upaya yang dapat dilakukan beberapa cara, baik
sebelum terjadi, pada saat terjadi, dan sesudah terjadi, yakni sebagai berikut :91
1. Memperluas kesempatan kerja bagi para pemuda;
2. Usaha menciptakan lapangan pekerjaan dan peningkatan pendapatan
masyarakat di area yang miskin;
3. Menciptakan lapangan pekerjaan yang merata di seluruh wilayah
Indonesia
4. Pemberdayaan tingkat pendidikan masyarakat;
5. Mendidik tenaga kerja yang akan diberangkatkan ke luar negeri, baik
pemahaman nilai-nilai keagamaan dan moral, serta pendidikan;
6. Menghilangkan budaya konsumtif yang teralu berlebihan;
7. Memberdayakan perempuan sehingga mereka tidak mudah untuk dijerat
sebagai objek perdagangan orang.
                                                            

 Mahmud Mulyadi, Criminal Policy, Pustaka Bangsa Press, Medan, 2008, Hal 58.
 ibid.

 

Universitas Sumatera Utara

 

 

8. Penegakan dan regulasi sistem hukum, khususnya perdagangan orang
(dalam hal eksploitasi perdagangang organ tubuh), serta koordnasi dalam
proses penanggulangan dan penanganan korban secara regional dan
internasional;
Permasalahan isu perdangan organ tubuh manusia sudah cukup lama
berlangsung, dan semakin marak terjadi di Indonesia. Hal ini semakin memanas
akhir-akhir ini setelah terbongkarnya sindikat perdagangan organ tubuh yang
ditangkap di kota Bandung pada bulan Januari tahun 2016, menurut hasil
pemesiksaaan sindikat ini telah beraksi sejak tahun 2008 silam.92 Dalam uapaya
pencegahan peredagangan organ tubuh manusia pemerintah belum memberikan
kebijakan secara khusus guna mencegah dan menanggulanginya. Namun secara
umum pemerintah telah mensahkan berbagai regulasi kebijakan secara nasional
maupun lokal tentang perdagangan orang, dimana salah satu bentuk tindakan
eksploitasi yang diatur dalam UU No.21 Tahun 2007 mengenai TPPO Pasal 1
butir 7 merupakan perdagangan organ tubuh. Wujud komitmen negara dalam
mengatur tugas dan tanggung jawab dalam mendorong para pihak untuk
berpartisipasi melakukan pencegahan dan perlindungan korban tindak pidana
perdagangan orang.
Komitmen negara sudah cukup jelas dalam menyikapi perlawanan terhadap
perdagangan orang. Diawali dengan lahirnya RAN (Rencana Aksi Nasional)
Penghapusan Perdagangan (Trafiking) Perempuan dan Anak dan Pembentukan
Gugus Tugas Nasional melalui Keppres No.88 Tahun 2002. Selanjutnya berbagai
                                                            

 http://www.indoheadlinenews.com/2016/01/membongkar-sindikat-penjualanorgan.html?m=1, diakses pada 28 September 2016, pukul 11:05 WIB.

 

Universitas Sumatera Utara

 

 

kebijakan hukum yang bertujuan dalam menyelamatkan perempuan dan anak dari
berbagai bentuk penindasan dan perbudakan perlahan-lahan disahkan dan
diratifikasi sebagai kebijakan nasional.93
Konsep kebijakan kriminal dalam wujud pencegahan dan perlindungan, jika
dirujuk dari pemikiran Saparinah Sadli sebagaimana dikemukakan oleh Muladi
dan Barda Nawawi merumuskan kejahatan atau tindak kriminal merupakan salah
satu bentuk dari “perilaku menyimpang yang selalu ada dan melekat pada tiap
bentuk masyarakat, tidak ada masyarakat yang sepi dari kejahatan. Sehingga
prilaku yang menyimpang itu menjadi ancaman yang nyata dan ancaman terhadap
norma-norma sosial yag mendasar pada kehidupan dan keteraturan sosial, yang
menimbulkan ketegangan individual maupun ketegangan sosial.94
Tindak pidana perdagangan organ tubuh yang semakin marak, masih banyak
orang yang ingin menjual organ tubuhnya guna memenuhi kebutuhan ekonomi ,
membuktikan bahwa pencegahan yang dilakukan pemerintah masih kurang
maksimal. kurangnya pengawasan terhadap rumah sakit yang melakukan
transplantasi organ tubuh juga salah satu penyebab masih banyak orang yang
dapat melakukan perdagangan organ tubuh.

                                                            

 Kepres No. 88 Tahun 2002 tentang RAN Penghapusan Perdagangan (Trafiking)
Perempuan dan Anak
 Muladi dan Barda Nawawi, Teori-teori dan Kebijakan Pidana. Alumni, Bandung, 1998,
Hal 148.

 

Universitas Sumatera Utara

 

 

B. Penegakan Hukum Terhadap Terjadinya Tindak Pidana Perdagangan
Organ Tubuh Manusia di Indonesia
Penegakan hukum secara represif dilakukan apabila usaha preventif telah
dilakukan dan ternyata masih juga terdapat pelanggaran hukum. Dalam hal ini
hukum harus ditegakkan secara represif oleh alat-alat penegak hukum yang diberi
tugas. Penegakan hukum represif pada tingkat operasionalnya didukung dan
melalui berbagai lembaga yang secara organisatoris terpisah satu dengan yang
lainnya, namun tetap berada dalam kerangka penegakan hukum. Pada tahap
pertama, penegakan hukum represif diawali dari lembaga kepolisian, berikutnya
kejaksaan, kemudian diteruskan ke lembaga pengadilan dan berakhir pada
lembaga pemasyarakatan.95
Menurut Satjipto Raharjo penegakan hukum merupakan suatu usaha untuk
mewujudkan ide-ide kepastian hukum, kemanfaatan sosial dan keadilan menjadi
kenyataan. Proses perwujudan ketiga ide inilah yang merupakan hakekat dari
penegakan hukum. Penegakan hukum dapat diartikan pula penyelenggaraan
hukum oleh petugas penegakan hukum dan setiap orang yang mempunyai
kepentingan dan sesuai kewenangannya masing-masing menurut aturan hukum
yang berlaku.96 Dengan demikian penegakan hukum merupakan suatu sistem yang
menyangkut suatu penyerasian antara nilai dan kaidah serta perilaku nyata
manusia. Kaidah-kaidah tersebut kemudian menjadi pedoman atau patokan bagi
                                                            

 Teguh Prasetyo dan Abdul Halim Barkatullah, Politik Hukum Pidana, Kajian Kebijakan
Kriminalisasi dan Dekriminalisasi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005, Hal 112.
 Satjipto Raharjo, Hukum dan Masyarakat, Cetakan Terakhir, Angkasa, Bandung, 1980,
Hal 15.

 

Universitas Sumatera Utara

 

 

perilaku atau tindakan yang dianggap pantas atau seharusnya, perilaku atau sikap
tindak itu bertujuan untuk menciptakan, memelihara dan mempertahankan
kedamaian.
Penegakan hukum bukan semata-mata berarti pelaksanaan perundangundangan. Walaupun dalam kenyataan di Indonesia kecenderungannya adalah
demikian. Sehingga pengertian Law Enforcement begitu populer. Bahkan ada
kecenderungan untuk mengartikan penegakan hukum sebagai pelaksana
keputusan-keputusan pengadilan. Pengertian yang sempit ini jelas mengandung
kelemahan, sebab pelaksanaan peundang-undangan atau keputusan pengadilan,
bisa terjadi malahan justru mengganggu kedamaian dalam pergaulan hidup
masyarakat.97
Upaya penal merupakan salah satu upaya penegakan hukum atau segala
tindakan

yang

dilakukan

oleh

aparatur

penegak

hukum

yang

lebih

menitikberatkan pada pemberantasan setelah terjadinya kejahatan yang dilakukan
dengan hukum pidana yaitu sanksi pidana yang merupakan ancaman bagi
pelakunya. Penyidikan, penyidikan lanjutan, penuntutan dan seterusnya
merupakan bagian-bagian dari politik kriminil.98 Fungsionalisasi hukum pidana
adalah suatu usaha untuk menaggulangi kejahatan melalui penegakan hukum
pidana yang rasional untuk memenuhi rasa keadilan dan daya guna.99

                                                            

 Soerjono Soekanto, Op. Cit., Hal 5.
 Sudarto, Hukum dan Hukum Pidana, Alumni, Bandung, 1986,  Hal 113.
 Muladi dan Barda Nawawi Arif, Op., Cit., Hal 14.

 

Universitas Sumatera Utara

 

 

Penegakan hukum pidana apabila dilihat dari suatu proses kebijakan maka
penegakan hukum pada hakekatnya merupakan penegakan kebijakan pidana
melalui beberapa tahap.100 Tahap-tahap tersebut adalah :101
a.

Tahap Formulasi

Tahap penegakan hukum pidana in abstracto oleh badan pembuat undang-undang
yang melakukan kegiatan memilih yang sesuai dengan keadaan dan situasi masa
kini dan yang akan datang, kemudian merumuskannya dalam bentuk peraturan
perundang-undangan yang paling baik dalam arti memenuhi syarat keadilan dan
daya guna. Tahap ini disebut dengan tahap kebijakan legislaif.
b.

Tahap Aplikasi

Tahap penegakan hukum pidana (tahap penerapan hukum pidana) oleh aparat
penegak hukum, mulai dari kepolisian sampai ke pengadilan. Dengan demikian
aparat penegak hukum bertugas menegakkan serta menerapkan peraturanperaturan
perundang-undangan pidana yang telah dibuat oleh pembuat undangundang,
dalam melaksanakan tugas ini aparat penegak hukum harus berpegang teguh pada
nilai-nilai keadilan dan daya guna. Tahap ini disebut sebagai tahap yudikatif.
c.

Tahap Eksekusi

Tahap penegakan pelaksanaan hukum serta secara konkret oleh aparat-aparat
pelaksana pidana. Pada tahap ini aparat-aparat pelaksana pidana bertugas
menegakkan peraturan perundang-undangan yang telah dibuat oleh pembuat
undang-undang melalui penerapan pidana yang telah diterapkan dalam putusan
pengadilan. Dengan demikian proses pelaksanaan pemidanaan yang telah
                                                            

 Muladi, Kapita Selekta Sistem Peradilan Pidana, Badan Penerbit Universitas Diponegoro,
Semarang, 1995, Hal 13-14.
 Muladi dan Barda Nawawi Arif, Op., Cit., Hal 14.

 

Universitas Sumatera Utara

 

 

ditetapkan dalam pengadilan, aparat-aparat pelaksana pidana itu dalam
pelaksanaan tugasnya harus berpedoman pada peraturan perundang-undangan
pidana yang telah dibuat oleh pembuat undang-undang dan undang-undang daya
guna.
Ketiga tahap penegakan hukum pidana tersebut, dilihat sebagai suatu usaha
atau proses rasional yang sengaja direncanakan untuk mencapai suatu tujuan
tertentu. Jelas harus merupakan jalinan mata rantai aktivitas yang terputus yang
bersumber dari nilai-nilai dan bermuara pada pidana dan pemidanaan
Pokok penegakan hukum sebenarnya terletak pada faktor-faktor yang
mungkin mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut mempunyai arti yang netral,
sehingga dampak positif atau negatifnya terletak pada isi faktor-faktor tersebut.
Faktor-faktor tersebut adalah, sebagai berikut:102
a.

Faktor hukumnya sendiri, dalam hal ini dibatasi pada undang-undang
saja.

b.

Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk maupun
menerapkan hukum.

c.

Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum.

d.

Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku
atau diterapkan.

e.

Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta, dan rasa yang
didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.

                                                            

 Soerjono Soekanto, Op. Cit., Hal 9.

 

Universitas Sumatera Utara

 

 

Tindak pidana perdagangan organ tubuh di Indonesia diatur dalam beberapa
peraturan perundang-undangan, dalam UU No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,
pada pasal 64 ayat 3 yang mengatakan “organ dan/atau jaringan tubuh dilarang
diperjual belikan dengan dalih apapun” dalam pasal tersebut jelas dikatakan
bahwa organ tubuh di larang untuk diperjual belikan. pada pasal 192 diatur
mengenai pidana bagi orang yang melakukan perdagangan organ tubuh. Dalam
UU No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak juga melarang perdagangan
organ tubuh manusia, dalam pasal 47 UU No 23 Tahun 2002 ini menjelaskan
bahwa kewajiban negara, pemerintah, keluarga maupun orang tua dalam
melindungi anak dari perbuatan pengambilan organ tubuh dan/atau jaringan tubuh
anak tanpa memperhatikan kesehatan anak, jual beli organ tubuh atau jaringan
tubuh anak serta penelitian kesehatan dengan objek penelitiannya menggunakan
anak. Pemidanaan terhadap pelaku yang melanggar ketentuan tersebut terdapat
pada pasal 84 dan pasal 85 UU No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
Dalam UU No 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Perdagangan Orang, perdagangan organ tubuh masuk kedalam salah satu bentuk
eksploitasi yang terdapat dalam pasal 1 angka 7.
Peraturan

tersebut

semua

mengatur

mengenai

larangan

untuk

memperdagangkan organ tubuh manusia dengan alasan apapun, namum peraturan
perundang-undangan yang ada tidak menjawab permasalahan yang ada,
perdagangan organ tubuh manusia dipicu karena adanya metode pengobatan
transplantasi organ tubuh manusia yang dapat menyelamatkan orang dari penyakit
yang menyerang organ tubuh manusia. Langkanya pendonor mengakibatkan

 

Universitas Sumatera Utara

 

 

banyak orang mencari cara mendapatkan organ tubuh sehingga organ tubuh
manusia menjadi barang yang mahal. Di Indonesia sendiri transplantasi sudah
lama dilakukan diberbagai rumah sakit, namun dalam peraturan perundangundangan sendiri belum mengatur secara spesifik mengenai kebutuhan donor
berikut mekanisme penyalurannya, sehingga penegakan peraturan perundangundangan tersebut menjadi sulit. Peraturan perundang-undangan harusnya
mengatur secara spesifik pada ranah donor mekanisme donor organ tubuh,
sehingga pendonor dan resipien terlindungi dari perdagangan organ yang
dilakukan secara paksa maupun penipuan. Pengawasan pemerintah terhadap
rumah sakit yang melakukan transplantasi juga masih tergolong lemah.
David Holcberg mengatakan bahwa regulasi perdagangan organ bisa
mengatasi kekurangan organ dan membuat praktek lebih aman dan adil bagi para
donor. Menurut Ivan Illich berpendapat bahwa kelangkaan adalah kebutuhan
artifisial yang diciptakan. Tidak ada kekurangan yang nyata dari organ tubuh,
namun berlebih dan terbuang. Kelangkaan hanya untuk sekelompok orang yang
menolak organ tubuh dan bagi mereka yang tidak mampu membelinya. Jadi yang
perlu diatur adalah pengadaan organ tubuh manusia dan praktik distribusi.103
Di Malaysia didirikan National Transplant Resource Center pada tahun 1997
yang secara resmi merupakan lembaga pemerintah di bawah kementrian
kesehatan, lembaga ini telah banyak menerima dan mendistribusi organ tubuh
berupa ginjal, jantung, hati, paru-paru, pankreas, mata, tulang, kulit dan jantung.
                                                            

 http://etikaprograming.blogspot.co.id/2013/04/perlunya-pengawasan-perdaganganorgan.html?m=1, diakses 30 September 2016, Pukul 13:19 WIB.

 

Universitas Sumatera Utara

 

 

Sedangkan di Singapura, mekanisme donor organ tubuh ditempuh melalui
pendekatan hukum. Setiap warga negaranya diwajibkan menyumbangkan organ
tubuhnya jika meninggal. Mereka yang tidak bersedia harus membuat pernyataan
tertulis. Dengan demikian, jumlah donor organ diperlukan menjadi banyak. Di
Tiongkok, terdapat bank donor nasional untuk mendukung distribusi organ tubuh
bagi mereka yang membutuhkan donor. Stok bank donor didapat dari sumbangan
masyarakat.104
Indonesia sendiri membutuhkan peraturan pemerintah yang lebih spesifik
dalam mengatur perdagangan organ tubuh manusia dan juha yang mengatur
pengadaan organ tubuh yang legal dan mekanisme yang sah dalam transplantasi
organ tubuh manusia.

                                                            

 Http://www.befa.mediaIndonesia.com/news/read/26833/lemahnya-pengawasan-danpenegakan-hukum-picu-perdagangan-organ-tubuh-manusia/2016-02-01, diakses 30 September
2016, Pukul 13:33 WIB.

 

Universitas Sumatera Utara

 

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya
mengenai tindak pidana perdagangan organ tubuh manusia (ditinjau dari UndangUndang Nomor 36 Tahun 20009 tentang Kesehatan), maka penulis dapat menarik
beberapa kesimpulan sebagai jawaban dari pokok-pokok permasalahan dalam
skripsi ini, yaitu :
1.

Pengaturan hukum yang mengatur tindak pidana perdagangan organ tubuh

terdapat di dalam :
a. Dalam KUHPidana
Dalam pasal 204 KUHPidana membahas tentang sanksi pidana bagi yang
memperjualbelikan barang yang diketahui membahayakan nyawa atau
kesehatan orang. Pada pasal 206 KUHPidana ditambah dengan pidana
tambaha berupa pencabutan terhadap hak tertentu dan pengumuman
putusan hakim
Pasal 204 KUHP berbunyi:
(1)

(2)

 

Barangsiapa menjual, menawarkan, menyerahkan atau
membagi-bagikan barang yang diketahuinya membahayakan
nyawa atau kesehatan orang, padahal sifat berbahaya itu tidak
diberi tahu, diancam dengan pidana penjara paling lama 15
(lima belas) tahun,
Jika perbuatan itu mengakibatkan orang mati, yang bersalah
diancam dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana
penjara selama waktu tertentu paling lama dua puluh tahun.

 
Universitas Sumatera Utara

 

 

Dihubungkan dengan tindak pidana perdagangan organ tubuh manusia,
rumusan pasal ini tidak mengatur secara langsung tentang perdagangan
organ tubuh manusia. Perbuatan “menjual, menawarkan, menyerahkan
atau membagi-bagikan barang berbahaya” yang disebutkan dalam pasal ini
merupakan delik formil, yaitu menitik beratkan pada perbuatan tersebut.
Maka orang yang menjual, menawarkan, menyerahkan atau membagibagikan barang yang diketahuinya membahayakan nyawa atau kesehatan
orang .
Tindak pidana perdagangan organ tubuh manusia merupakan perbuatan
yang dilakukan dengan sadar akan membahayakan kesehatan bahkan
nyawa korban yang diambil organ tubuhnya jika tidak mendapat
perawatan yang sesuai dengan arahan dokte. Sehingga seseorang yang
melakukan perbuatan menjual, menawarkan, dan menyerahkan organ
tubuh manusia dapat dikenakan ancaman pidana sekalipun perbuatan
tersebut tidak sampai mengakibatkan suatu akibat.
Tindakan “mengakibatkan orang mati” yang tertulis dalam ayat 2 (dua)
pasal ini merupakan delik materiil dan termasuk delik yang ada
pemberatannya (gequalificeerde delict). Maka seseorang hanya dapat
dikenakan pidana pemberatan apabila telah mengakibatkan hilangnya
nyawa orang lain. Seperti yang tertulis dalam Pasal 204 KUHPidana ayat
(1) terhadap Pasal 204 KUHPidana ayat (2) disertai dengan pemberatan
pidana karena adanya syarat-syarat tertentu. Jadi pelaku perbuatan
perdagangan organ tubuh manusia yang diketahui dapat membahayakan

 

Universitas Sumatera Utara

 

 

kesehatan bahkan nyawa korban hanya dapat dikenakan pemberatan
pidana apabila korban meninggal dunia diakibatkan oleh pengambilan
organ tubuh korban.
b. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
Perdagangan organ tubuh diatur dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2009 yang tertuang dalam Pasal 64 , dan Pasal 192. Sedangkan ketentuan
sanksi pidana diatur dalam ketentuan Pasal 192 pada undang-undang ini.
Pasal 64 Undang-Undang ini berbunyi :
1.

2.

3.

Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dapat
dilakukan melalui transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh,
implan obat dan/atau alat kesehatan, bedah plastik dan
rekonstruksi, serta penggunaan sel punca.
Transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) hanya untuk tujuan kemanusiaan dan
dilarang untuk dikomersilkan.
Organ dan/atau jaringan tubuh dilarang diperjualbelikan
dengan dalih apapun.

Pada Pasal 64 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 ini
mengatur tentang penyembuhan penyakit maupun pemulihan penyakit
melalui transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh, implant obat dan/atau
alat kesehatan serta bedah plastik dan rekonstruksi maupun penggunaan
sel punca (stem cell). Selain itu juga ada tujuan kemanusiaan. Pada ayat (3)
merupakan penjelasan tentang perbuatan jual beli organ dan/atau jaringan
tubuh yang dilarang dan dijelaskan sanksi pidananya pada Pasal 192.
Pasal 64 ayat (2) dan (3) dijelaskan bahwa, organ tubuh yang digunakan
guna keperluan medis tidak diperbolehkan untuk tujuan komersialisasi.
Komersialisasi yang dimaksud dari pasal tersbut adalah mempergunakan

 

Universitas Sumatera Utara

 

 

kesempatan untuk mencari keuntungan sebanyak-banyaknya yang
dilakukan oleh dokter atas tindakan medisnya yang mengakibatkan biaya
yang dibutuhkan terlampau tinggi sehingga tidak terjangkau oleh sebagian
masyarakat. Selain itu, dalam pengadaan organ donor hanya diperbolehkan
mendapatkan organ tersebut dari pendonor organ yang rela organnya
diambil secara sukarela. Dan tidak diperbolehkan mendpatkan organ
tersebut dengan cara-cara olegal seperti mencuri dari orang yang telah mati
ataupun membeli dari orang yang menginginkan organnya tau organ orang
lain dijual demi mendapatkan keuntungan.
Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 juga mengatur ketentuan
pidana mengenai tindak pidana perdagangan organ tubuh manusia.
Pasal 192 Undang-Undang ini berbunyi :
Setiap orang yang dengan sengaja memperjualbelikan organ
atau jaringan tubuh dengan dalih apa pun sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 64 ayat (3) dipidana dengan pidana
penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling
banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
c. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
Anak sangat rentan terhadap tindakan eksploitasi dalam rangka
pengambilan organ tubuh. Maka sebagai upaya menghindari hal tersebut
telah diatur dalam UU No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
Pasal 47 berbunyi :
(1)
(2)

 

Negara, pemerintah, keluarga, dan orang tua wajib melindungi
anak dari upaya transplantasi organ tubuhnya untuk pihak lain.
Negara, pemerintah, keluarga, dan orang tua wajib melindungi
anak dari perbuatan :
a. Pengambilan organ tubuh anak dan atau jaringan tubuh
anak tanpa memperhatikan kesehatan anak.

Universitas Sumatera Utara

 

 

b. Jual beli organ dan atau jaringan tubuh anak; dan
c. Penelitian kesehatan yang menggunakan anak sebagai objek
penelitian tanpa seizin orang tua dan tidak mengutamakan
kepentingan yang terbaik untuk anak.
Pada Pasal 47 UU No 23 Tahun 2002 ini menjelaskan bahwa kewajiban
negara, pemerintah, keluarga maupun orang tua dalam melindungi anak
dari perbuatan pengambilan organ tubuh dan/atau jaringan tubuh anak
tanpa memperhatikan kesehatan anak, jual beli organ tubuh atau jaringan
tubuh anak serta penelitian kesehatan dengan objek penelitiannya
menggunakan anak.
Sanksi pidana terhadap pelanggaran Pasal 47 disebutkan dalam Pasal 85
yang berbunyi:
“Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan
transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh anak untuk pihak
lain dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang
lain, di pidana dengan pidana penjara paling lama 10 ( sepuluh
) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 200.000.000 ( dua
ratus juta rupiah ).”
Pasal 85 UU No.23 Tahun 2002 :
(1)

(2)

 

Setiap orang yang melakukan jual beli organ tubuh dan/atau
jaringan tubuh anak, dipidana dengan pidana penjara paling
lama 15 tahun (lima belas tahun) dan/atau denda paling banyak
Rp. 300,000,000 (tiga ratus juta rupiah).
Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan
pengambilan organ tubuh dan/atau jaringan tubuh anak tanpa
memperhatikan kesehatan anak, atau penelitian kesehatan yang
menggunakan anak sebagai obyek penelitian tanpa seizin orang
tua atau tidak mengutamakan kepentingan yang terbaik bagi
anak, dipidan de ngan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh)
tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 200,000,000 (dua ratus
juta rupiah).

Universitas Sumatera Utara

 

 

d. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan
Perdagangan Orang
Peraturan mengenai perdagangan organ tubuh manusia dalam undangundang ini terdapat pada defenisi eksploitasi, menurut Undang-Undang
Nomor 21 Tahun 2007 Pasal 1 angka 7 menjelaskan definisi eksploitasi,
yaitu:
Eksploitasi adalah Tindakan dengan atau tanpa persetujuan
korban yang meliputi pelacuran, kerja atau pelayanan paksa,
perbudakan atau, praktik, semacam, perbudakan, penindasan,
pemerasan,pemanf atan fisik, seksual, organ reproduksi atau
secara hukum memindahkan atau mentransplantasi organ
dan/atau jaringan tubuh atau memanfaatkan tenaga atau
kemampuan seseorang oleh pihak lain untuk mendapatkan
keuntungan baik materiil maupun immateriil.
Pada definisi eksploitasi terdapat rumusan perbuatan yang dapat di pidana
berupa pemindahan atau mentransplantasikan organ/jaringan tubuh untuk
mendapat keuntungan baik materiil maupun immateriil.

Pengaturan dalam hal pelarangan perdagangan organ tubuh manusia tertera
pada pengaturan Pasal 2 Undang- Undang Nomor 21 Tahun 2007 yang
berbunyi :
(1)

 

Setiap orang yang melakukan perekrutan, pengangkutan,
penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan
seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan,
penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan
kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang, atau memberi
bayaran atau manfaat walaupun memperoleh persetujuan dari
orang yang memegang kendali atas orang lain, untuk tujuan
mengeksploitasi orang tersebut di wilayah negara Republik
Indonesia, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3
(tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana

Universitas Sumatera Utara

 

 

(2)

denda paling sedikit Rp. 1