Morfofonemik Bahasa Melayu Deli

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Kajian pustaka sangat diperlukan dalam penyusunan sebuah karya ilmiah. Kajian
pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan masalah
dalam suatu penelitian yang semuanya itu bersumber dari pendapat para ahli,
empirisme (pengalaman peneliti), dokumentasi dan nalar peneliti yang
berhubungan dengan masalah yang diteliti.

2.1

Kepustakaan yang Relevan

Menulis suatu karya ilmiah merupakan suatu rangkaian yang semuanya selalu
berkaitan dengan menggunakan referensi yang berhubungan sehingga penulis
tidak terepas dari buku,skripsi pendukung yang relevan dengan objek yang dikaji.
Untuk itu mempertahankan suatu karya ilmiah secara objektif digunakan sumbersumber yang berkaitan dengan masalah yang dibahas, baik berupa bukudan
skripsi sebagai acuan yang relevan maupun dengan pemahaman-pemahaman
teoritis dan pemaparan yang berdasakan fakta-fakta yang diproleh dilapangan.
Dalam kepustakaan yang relevan ini penulis, mengutip beberapa tulisan tentang
morfologi.

Skripsi Azain (1999) yang berjudul Proses Morfologi Bahasa Melayu Dialek
Perak : Suatu Analisis Deskriptif di Daerah Perak Tengah Negeri Perak Malaysia.
Menurutnya proses morfologis bahasa Melayu Dialek Perak terdapat:(1) Afiksai
yang terdiri atas prefiksasi, infiksasi, sufiksasi dan proses pengimbuhan afiks

7
Universitas Sumatera Utara

gabung yang ditinjau dari segi bentuk, distribusi, fungsi dan nosi. (2) Reduflikasi
yang terdapat dalam bahasa Melayu Dialek Perak terdiri atas reduflikasi secara
utuh (murni), sebagian, bervariasi (berubah bunyi) dan berimbuhan. (3)
Komposisi atau pemajemukan yang ditinjau dari segi ciri, bentuk dan sifat.
Ramlan (2009:21) dalam bukunya berjudul “Morfologi” Suatu Tinjauan
Deskriptif. Menguraikan seluk beluk bentuk kata serta fungsi perubahanperubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik.
Skripsi J. Harahap (2014) yang berjudul Morfofonemik Bahasa Melayu Dialek
Hamparan Perak : Suatu Analisis Deskriptif di Daerah Hamparan Perak, Deli
Serdang, Sumatera Utara. Menurutnya, dalam bahasa Melayu dialek Hamparan
Perak dijumpai: (1) jenis morfofonemik afiksasi, yang terdiri dari pemunculan
fonem dan pergeseran fonem.(2) kaedah morfofonemik bahasa Melayu Dialek
Hamparan Perak. (3) fungsi dan (4) nosi.

Adapun penelitian penulis tentang Morfofonemik Bahasa Melayu Deli masih
sedikit dilakukan penelitiannya.

2.2

Teori yang Digunakan

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori struktural yang dikemukakan
olehChaer (2008) dalam buku Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses)
dan ditambah beberapa buku pendukung lainnya seperti buku karangan Parera
(1990) judul buku Morfologi serta buku Ramlan (2009) dengan judul buku Ilmu
Bahasa Indonesia Morfologi.

8
Universitas Sumatera Utara

Morfofonemik (disebut juga morfonologi atau morfofonologi) adalah kajian
mengenai terjadinya perubahan bunyi atau perubahan fonem sebagai akibat dari
adanya proses morfologi, baik proses afiksasi, proses reduplikasi, maupun proses
komposisi. Umpamanya, dalam proses pengimbuhan sufiks –an pada dasar hari

akan muncul bunyi [y], yang dalam otografi tidak dituliskan, tetapi dalam ucapan
dituliskan. Chaer (2008:43)

hari (y) an

‘hariyan’

Contoh lain, dalam proses pengimbuhan sufiks –an kata dasar jawab akan terjadi
pergeseran letak bunyi [b] kebelakang, membentuk suku kata baru.

ja.wab (b) an ‘jawaban’

Berikut akan dibicarakan beberapa jenis perubahan fonemdan bentuk-bentuk
morfofonemik pada beberapa proses morfologi.

2.2.1

Jenis Morfofonemik

Dalam bahasa Indonesia ada beberapa jenis perubahan fonem berkenaan dengan

proses morfologi ini. Dalam buku Chaer (2008) di antaranya adalah proses:

1. Pemunculan fonem, yakni munculnya fonem (bunyi) dalam proses
morfologi yang pada mulanya tidak ada. Misalnya, dalam proses

9
Universitas Sumatera Utara

pengimbuhan prifiks me- pada dasar bacaakan memunculkan bunyi
sengau (m) yang semula tidak ada.

me(m) baca

‘membaca’

Contoh lain, seperti yang telah disebutkan di atas, yaitu dalam proses
pengimbuhan sufiks –an pada dasar hari akan muncul bunyi semi vokal [y].

hari (y) an


‘hariyan’

2. Pelesapan fonem, yakni hilangnya fonem dalam suatu proses morfologi.
Misalnya, dalam proses pengimbuhan prefiks ber- pada dasar renang,
maka bunyi [r] yang ada bunyi prefiks ber- dilesapkan. Juga, dalam proses
pengimbuhan “akhiran” wan pada dasar sejarah, maka fonem /h/ pada
dasar sejarah itu dilesapkan. Contoh lain, dalam proses pengimbuhan
“akhiran” –nda pada dasar anak, maka fonem /k/ pada dasar itu menjadi
lesap atau dihilangkan. Perhatikan!

ber (r) renang

‘berenang’

sejarah (h) wan

‘sejarawan’

anak (k) nda


‘ananda’

Dalam beberapa tahun terakhir ada juga gejala pelepasan salah satu fonem yang
sama yang terdapat pada akhir kata dan awal yang mengalami proses komposisi.
Misalnya:

10
Universitas Sumatera Utara

pasar (r) raya

‘pasaraya’

kereta (a) api

‘keretapi’

ko (o) operasi

‘koperasi’


3. Peluluhan fonem, yakni luluhnya sebuah fonem serta disenyawakan
dengan fonem lain dalam suatu proses morfologi. Umpamanya, dalam
pengimbuhan prefiks me- pada dasar sikat, maka fonem /s/ pada kata sikat
itu diluluhkan dan disenyawakan dengan fonem nasal /ny/ yang ada pada
prefiks me- itu. Juga terjadi pada proses pengimbuhan prefiks pe,
perhatikan!

me (s) sikat

pe (s) sikat

‘menyikat’

‘penyikat ‘

Peluluhan fonem ini tampaknya hanya terjadi pada proses pengimbuhan prefiks
me- dan prepiks pe- pada bentuk dasar yang dimulai dengan konsonan /s/ lainnya
tidak ada.


4. Perubahan fonem, yakni berubahnya sebuah fonem atau sebuah
bunyi,sebagai akibat terjadinya proses morfologi. Umpanya, dalam
pengimbuhan prefiks ber-pada dasar ajar terjadi perubahan bunyi, dimana
fonem/r/ berubah menjadi fonem /l/, perhatikan!

ber (l) ajar

‘belajar’

11
Universitas Sumatera Utara

Contoh lain dalam proses pengimbuhan prefiks ter pada dasar anjur terjadi
perubahan fonem, dimana perubahan fonem/r/ berubah menjadi fonem /l/,
perhatikan!

ter (l) anjur

‘terlanjur’


Proses perubahan fonem meman jarang terjadi, namun, dalam bahasa Jawa dan
bahasa Betawi ada juga terjadi.

Jawa

: opo (o) ne

‘apane’

Betawi : ape (e) an

‘apaan’

: ape (i) in

‘apein’

5. Pergeseran fonem, yaitu berubahnya posisi sebuah fonem dari satu suku
kata kedalam suku kata yang lainnya. Umpamanya, dalam pengimbuhan
sufiks i- pada dasar lompat, terjadi pergeseran dimana fonem /t/ yang

semula berada pada suku kata pat menjadi berada pada suku kata ti,
simaklah!

lompat (i) i

‘me.lom.pati.’

Demikian juga dalam pengimbuhan sufiks -an pada dasar jawab. Di sini fonem /b/
yang semula berada pada suku kata wab berpindah menjadi berada pada suku kata
ban, simaklah!

12
Universitas Sumatera Utara

ja. wab (b) an

juga

ma.kan (n) an ‘ma.ka.nan’


mi.num (m) an

2.2.2

‘ja.wa.ban’

‘mi.nu.man’

Proses kaidahMorfofonemik dalam Pembentukan Kata Bahasa
Indonesia

Kaidah morfofonemik adalah kaidah menguraikan variasi tiap-tiap anggota suatu
morfem. Kridaklasana (2008 : 102). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
kaidah merupakan aturan yang sudah pasti. Kaidah morfofonemik : aturan-aturan
tertentu mengenai proses morfofonemik itu.

1. Kaidah morfofonemik morfem afiks meN-

a. meN- menjadi mem- apabila diikuti bentuk yang berawal dengan
fonem /p/, /b/ dan /f/.

meN- + paksa ‘memaksa’

meN- + bawa ‘membawa’

meN- + fitnah ‘memfitnah’

b. meN- menjadi men- apabila diikuti bentuk dasar yang berawal
dengan fonem /t/, /d/, /c/ dan /j/. misalnya :

13
Universitas Sumatera Utara

meN- + tulis ‘menulis’

meN- +dasar ‘mendasar’

meN- + cari

‘mencari’

meN- + jaga

‘menjaga’

c. meN- menjadi meny- apabila diikuti bentuk dasar yang berawa
fonem /s/ misalnya :

meN- + sapu ‘menyapu’

meN- + sambal

‘menyambal’

meN- + sayur ‘menyanyur’

d. meN- menjadi meng- apabila didikuti bentuk dasar yang berawal
dengan fonem /k/, /g/, /h/, /a/, /i/, /u/, /e/ dan /o/. misalnya :

meN- + karang

‘mengarang’

meN- + gali

‘menggali’

meN- + khusus

‘mengkhususkan’

meN- + halau

‘menghalau’

meN- + aku

‘mengaku’

14
Universitas Sumatera Utara

meN- + ikat

‘menikat’

meN- + uap

‘menguap’

meN- + ekor

‘mengekor’

meN- +operasi

‘mengoperasi’

e. meN- menjadi me- apabila bentuk dasar yang berawal dengan
fonem /y/, /r/, /w/, /l/, /m/ dan /n/. misalnya :

meN- + yakinkan

‘menyakinkan’

meN- + ramal

‘meramalkan’

meN- + warisi

‘mewarisi’

meN- + lupakan

‘melupakan’

meN- + maafkan

‘memaafkan’

meN- + naik

‘menaik’

f. meN- menjadi menge- apabila diikuti bentuk dasar yang berawal
dengan fonem /c/ dan /l/. misalnya :

meN- + cat

‘mengecat’

meN- + las

‘mengelas’

15
Universitas Sumatera Utara

2. Kaidah morfofonemik afiks peN-

a. peN- menjadi pem- apabila didkuti bentuk dasar yang berawal
dengan fonem /p/ dan /b/. misalnya :

peN- + pakai ‘pemakai’

peN- + bawa ‘pembawa’

b. peN- menjadi pen- apabila diikuti bentuk dasar yang berawal
dengan fonem /t/, /d/ dan /c/. misalnya :

peN- + nulis

‘penulis’

peN- + dorong ‘pendorong’

peN- + cari

‘pencari’

c. peN- menjadi peny- apabila diikuti bentuk dasar yang berawal
dengan fonem /s/. misalnya :

peN- + saring ‘penyaring’

d. peN- menjadi peng- apabila diikuti bentuk dasar yang berawal
dengan fonem /k/, /g/ dan /h/.

peN- + karang ‘pengarang’

peN- + gali

‘penggali’

16
Universitas Sumatera Utara

peN- + khianat

peN- +halau

‘pengkhianat’

‘penghalau’

e. peN- menjadi pe- apabila diikuti bentuk dasar yang berawal
dengan fonem/r/, /l/,/w/ dan /m/. misalnya :

peN- + ramal ‘peramal’

peN- + lupa

‘pelupa’

peN- + waris ‘pewaris’

peN- + malas ‘pemalas’

f. peN- menjadi penge- apabila diikuti bentuk dasar yang berawal
dengan fonem/r/. misalnya :

peN- + bor

‘pengebor’

peN- + cat

‘pengecat’

peN- + las

‘pengelas’

3. Kaidah morfofonemik morfem afiks ber-

a. ber- menjadi be- apabila diikuti bentuk dasar yang berawal
dengan fonem /r/. misalnya :

17
Universitas Sumatera Utara

ber- + rantai

‘berantai’

ber- + runding ‘berunding’

ber- + kerja

‘bekerja’

b. ber- menjadi bel- apabila diikuti bentuk dasar yang berawal
dengan fonem /a/. misalnya :

ber- + ajar

‘belajar’

c. ber- menjadi ber- apabila diikuti bentuk dasar yang berawal
dengan fonem /k/, /t/, /s/. misalnya :

ber- + kata

‘berkata’

ber- + tugas

‘bertugas’

ber- + sejarah ‘bersejarah’

4. Kaidah morfofonemik morfem afiks per-

a. per- menjadi pe- apabila diikuti bentuk dasar yang berawal
dengan fonem /r/. misalnya :

per- + ringanan

‘peringanan’

b. per- menjadi pel- apabila diikuti bentuk dasar yang berawal
dengan fonem /a/. misalnya :

18
Universitas Sumatera Utara

per- + ajar

‘pelajar’

c. per- menjadi per- apabila diikuti bentuk dasar yang berawal
dengan fonem /k/, /t/ dan /s/. misalnya :

per- + kampungan

per- + tiga

‘perkampungan’

‘pertiga

per- + satuan ‘persatuan’

19
Universitas Sumatera Utara