Morfofonemik bahasa Melayu dialek Hamparan Perak

(1)

67  

DAFTAR PUSTAKA

Azain, Ahmad Daud. 1999. Proses Morfologis Bahasa Melayu Dialek Perak : Suatu Analisis Deskriptif Di Daerah Perak Tengah Negeri Perak Malaysia. Medan : USU

Alwi, Hasan. 1998. Tata Bahasa Baku Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Alwi, Hasan; Sugono, Dendi. 2003. Politik Bahasa. Jakarta: Pusat Bahasa. Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta : Rineka Cipta.

Chaer, Abdul. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta. Halim, Amran. 1984. Politik Bahasa Nasional . Jakarta: Balai Pustaka. Krisdalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Edisi Keempat. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada. Melisa, Rina. 2009. Frase Adjektiva Bahasa Melayu Dialek Hamparan Perak. Medan : USU.

Parera, Jos Daniel. 1990. Morfologi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Ramlan, M. 2009. Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta : C.V. Karyono.

Syahdan ; Zubeirsyah. 1984. Bahasa Melayu Dialek Deli Medan. Jakarta : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.


(2)

68  

Tarigan, H. Guntur. 1986. Pengajaran Morfologi. Bandung : Angkasa.


(3)

7  

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kepustakaan yang Relevan

Mempertanggungjawabkan hasil penelitian bukanlah pekerjaan mudah. Seorang peneliti harus mempertanggungjawabkan hasil penelitiannya disertai dengan data-data yang kuat seperti, buku-buku, skripsi, tesis, ataupun disertasi yang ada hubungannya dengan yang diteliti.

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan mengambil hasil penelitian yang berjudul Bahasa Melayu Dialek Deli Medan (1984). Buku ini menulis tentang morfologi secara lengkap yang terdiri atas bentuk terikat, perulangan, kata majemuk. Dalam buku ini bentuk terikat terdiri atas bentuk terikat awalan, bentuk terikat akhiran, bentuk terikat bergandengan, bentuk terikat ganda. Perulangan terdiri atas jenis dan arti perulangan, perulangan kata kerja, perulangan kata keadaan yang terdiri atas perulangan seluruhnya, perulangan sebagian, perulangan dengan bubuhan, perulangan dengan bubuhan varian fonem.

Skripsi Azain (1999) yang berjudul Proses Morfologi Bahasa Melayu Dialek Perak : Suatu Analisis Deskriptif di Daerah Perak Tengah Negeri Perak Malaysia. Menurut beliau proses morfologis bahasa Melayu Dialek Perak terdapat (1). afiksasi yang terdiri atas prefiksasi, infiksasi, sufiksasi, dan proses pengimbuhan afiks gabung yang ditinjau dari segi bentuk, distribusi, fungsi dan nosi. (2). Reduplikasi yang terdapat dalam bahasa Melayu dialek Perak terdiri atas


(4)

8  

reduplikasi secara utuh (murni), sebagian, bervariasi (berubah bunyi), dan brimbuhan. (3). Komposisi atau pemajemukan yang ditinjau dari segi ciri, bentuk dan sifat.

Adapun penelitian saya mengkaji tentang Morfofonemik Bahasa Melayu Dialek Hamparan Perak, yang penulis batas tentang Afiksasi saja yang masih sedikit dilakukan penelitiannya.

2.2 Teori yang Digunakan

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori Ramlan (2009) dengan judul Ilmu Bahasa Indonesia Morfologi, ditambah beberapa buku pendukung lainnya seperti buku karangan Chaer (2008) yakni Morfologi Bahasa Indonesia.

Sesuai dengan judul yang penulis bicarakan Morfofonemik Bahasa Melayu Dialek Hamparan Perak, tentunya tidak terlepas dari apa yang disebut morfologi. Untuk itu penulis akan menguraikan pengertian morfologi sebagai berikut:

Ramlan (2009:21) mengatakan, “Morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik”. Menurut Verhaar (2006:52) morfologi adalah bidang linguistik yang mempelajari susunan bagian-bagian kata secara gramatikal. Menurut Kridalaksana (2008:159) morfologi adalah bidang linguistik yang mempelajari morfem dan kombinasi-kombinasinya. Menurut Chaer (2008:3) morfologi adalah ilmu mengenai bentuk-bentuk dan pembentukan kata.


(5)

9  

Dari beberapa pendapat ahli bahasa dapat diambil suatu kesimpulan bahwa morofologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata.

Kata morfofonemik sendiri dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu morfem dan fonem. Fonem adalah satuan bunyi bahasa terkecil yang fungsional atau dapat membedakan makna (Chaer, 2007:137). Ramlan (2009:32) mengatakan morfem ialah satuan gramatik yang paling kecil: satuan gramatik yang tidak mempunyai satuan lain sebagai unsurnya. Morfofonemik dapat diartikan sebagai kajian morfologi yang menjelaskan perubahan fonologis yang terjadi karena morfem yang satu dengan morfem yang lain dalam rangka pembentukan kata.

Morfofonemik adalah studi tentang perubahan-perubahan pada fonem-fonem yang disebabkan oleh hubungan dua morfem atau lebih serta pemberian tanda-tandanya (Samsuri,1980:201). Morfofonemik (disebut juga morfonologi atau morfofonologi) adalah kajian mengenai terjadinya perubahan bunyi atau perubahan fonem sebagai akibat dari adanya proses morfologi, baik proses afiksasi, proses reduplikasi, maupun proses komposisi Chaer (2008:43). Kridalaksana (2007:183) mendefinisikan bahwa proses morfofonemik adalah peristiwa fonologis yang terjadi karena pertemuan morfem dengan morfem.

Proses morfologi adalah suatu cara pembentukan kata-kata dari satuan lain merupakan bentuk dasar dengan menghubungkan satu dengan yang lainnya. Dalam tata bahasa Indonesia terdapat tiga proses morfologis, yaitu (1) proses pembentukan afiks (afiksasi), (2) proses pengulangan (reduplikasi), (3) proses


(6)

10  

pemajemukan. Dalam penelitian ini hanya membahas proses pembentukan afiks (afiksasi), yaitu terdiri atas : (1) prefiks (awalan), (2) sufiks (akhiran), (3) konfiks (imbuhan gabung).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa morfofonemik adalah proses berubahnya sebuah fonem dalam pembentukan kata yang terjadi karena proses morfologis.

Menurut Chaer (2008:43) morfofonemik adalah kajian mengenai terjadinya perubahan bunyi atau perubahan fonem sebagai akibat dari adanya proses morfologi, baik proses afiksasi, proses reduplikasi, maupun proses komposisi. Menurut Ramlan (2009:83) morfofonemik adalah mempelajari perubahan-perubahan fonem yang timbul sebagai akibat pertemuan morfem dengan morfem lain. Chaer (2008:43) membagi beberapa jenis perubahan fonem dan bentuk-bentuk morfofonemik pada beberapa proses morfologi.

2.2.1 Jenis Morfofonemik

Chaer (2008:43) membagi jenis perubahan fonem dalam morfofonemik ini dalam lima wujud, yaitu pemunculan fonem, pelesapan fonem, peluluhan fonem, perubahan fonem dan pergeseran fonem.

1. Pemunculan fonem, yakni munculnya fonem (bunyi) dalam proses morfologi yang pada mulanya tidak ada. Misalnya, dalam proses pengimbuhan prefiks me- pada dasar baca akan memunculkan bunyi sengau [m] yang semula tidak ada.

me + baca  membaca.


(7)

11  

Dalam proses pengimbuhan sufiks –an pada dasar hari akan muncul bunyi semi vokal [y]

Hari + an  hariyan.

2. Pelesapan fonem, yakni hilangnya fonem dalam suatu proses morfologi. Misalnya, dalam proses pengimbuhan prefiks ber- pada dasar renang, maka bunyi [r] yang ada pada prefiks ber- dilesapkan. Dalam proses pengimbuhan akhiran –wan pada dasar sejarah, maka fonem /h/ pada dasar sejarah itu dilesapkan.

ber + renang  berenang sejarah + wan  sejarawan

3. Peluluhan fonem, yakni luluhnya sebuah fonem serta disenyawakan dengan fonem lain dalam suatu proses morfologi. Umpamanya, dalam pengimbuhan prefiks me- pada dasar sikat, maka fonem /s/ pada kata sikat

itu diluluhkan dan disenyawakan dengan fonem nasal /ny/ yang ada pada prefiks me- itu.

me + sikat  menyikat pe + sikat  penyikat

prefiks pe- pada bentuk dasar sikat, maka fonem /s/ pada sikat itu diluluhkan dengan fonem nasal /ny/ yang ada pada prefiks pe-.

4. Perubahan fonem, yakni berubahnya sebuah fonem atau sebuah bunyi, sebagai akibat terjadinya proses morfologi. Contoh, dalam pengimbuhan prefiks ber- pada dasar ajar terjadi perubahan bunyi, diman fonem /r/ berubah menjadi fonem /l/.

ber + ajar  belajar.


(8)

12  

Dalam proses pengimbuhan prefiks ter- pada dasar anjur terjadi perubahan fonem, dimana fonem /r/ berubah menjadi fonem /l/.

ter + anjur  terlanjur.

5. Pergeseran fonem, yaitu berubahnya posisi sebuah fonem dari suku kata ke dalam suku kata yang lainnya. Umpamanya, dalam pengimbuhan sufiks –i

pada dasar lompat, terjadi pergeseran di mana fonem /t/ yang semula berada pada suku kata pat menjadi berada pada suku kata ti.

lompat + i  me.lom.pati.

Dalam pengimbuhan sufiks –an pada dasar jawab. Di sini fonem /b/ yang semula berada pada suku kata wab berpindah menjadi berada pada suku kata ban.

ja.wab + an  ja.wa.ban. 2.2.2 Kaidah Morfofonemik

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kaidah adalah aturan yang sudah pasti (2010). Kaidah morfofonemik ialah aturan-aturan tertentu mengenai proses morfofonemik itu. Kridalaksana (2008:102) mengatakan, kaidah morfofonemik adalah kaidah menguraikan variasi tiap-tiap anggota suatu morfem.

1. Kaidah morfofonemik afiks

meN-meN-  mem- apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan fonem /b, f, p/.

Misalnya :

meN- + bawa  membawa meN- + fitnah  memfitnah meN- + paksa  memaksa


(9)

13  

meN-  men- apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan fonem /c, d, j, t/.

Misalnya :

meN- + cari  mencari meN- + dasar  mendasar meN- + jaga  menjaga meN- + tulis  menulis

meN-  meny- apabila diikuti bentuk dasar yang berawal fonem /s/. Misalnya :

meN- + sapu  menyapu meN- + sambal  menyambal meN- + sayur  menyayur

meN-  meng- apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan fonem /a, e, g, h, i, k, o, u /.

Misalnya :

meN- + aku  mengaku meN- + ekor  mengekor meN- + gali  menggali meN- + halau  menghalau meN- + ikat  mengikat

meN- + khususkan  mengkhususkan meN- + karang  mengarang

meN- + operasi  mengoperasi


(10)

14  

meN- + uap  menguap

meN-  me- apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan fonem /l, m, n, r, w, y/.

Misalnya :

meN- + lupakan  melupakan meN- + maafkan  memaafkan meN- + naik  menaik

meN- + ramal  meramal meN- + warisi  mewarisi meN- + yakinkan  meyakinkan

meN-  menge- apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan fonem /c, l/.

Misalnya :

meN- + cat  mengecat meN- + las  mengelas

2. Kaidah morfofonemik afiks

peN-peN-  pem- apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan fonem /b, p/.

Misalnya :

peN- + bawa  pembawa peN- + pakai  pemakai


(11)

15  

peN-  pen- apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan fonem /c, d, t/.

Misalnya :

peN- + cari  pencari peN- + dorong  pendorong peN- + tulis  penulis

peN-  peny- apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan fonem /s/. Misalnya :

peN- + saring  penyaring

peN-  peng- apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan fonem /g, h, k/.

Misalnya :

peN- + gali  penggali peN- + halau  penghalau peN- + khianat  pengkhianat peN- + karang  pengarang

peN-  pe- apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan fonem /l, m, r, w/.

Misalnya :

peN- + lupa  pelupa peN- + malas  pemalas peN- + ramal  peramal peN- + waris  pewaris


(12)

16  

peN-  penge- apabila diikuti bentuk dasar yang berawal /b, c, l/. Misalnya :

peN- + bor  pengebor peN- + cat  pengecat peN- + las  pengelas

3. Kaidah morfofonemik afiks ber-

ber-  be- apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan fonem /k, r/. Misalnya :

ber- + kerja  bekerja ber- + runding  berunding ber- + rantai  berantai

ber-  bel- apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan fonem /a/. Misalnya :

ber- + ajar  belajar

ber-  ber- apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan fonem /k, s, t/.

Misalnya :

ber- + kata  berkata ber- + sejarah  bersejarah ber- + tugas  bertugas

4. Kaidah morfofonemik afiks per-

per-  pe- apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan fonem /r/.


(13)

17  

Misalnya :

per- + ringanan  peringanan

per-  pel- apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan fonem /a/. Misalnya :

per- + ajar  pelajar

per-  per- apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan fonem /t/. Misalnya :

per- + tiga  pertiga 2.2.3 Fungsi

Proses pembubuhan afiks meliputi fungsi dan arti. Fungsi ialah kemampuan morfem untuk membentuk kelas kata tertentu (Muslich, 2008 : 94). Dalam hal ini, yang dimaksud dengan morfem yang membentuk kelas kata itu adalah morfem imbuhan.

Contoh :

Bentuk dasar gergaji yang berkelas kata benda apabila mendapatkan morfem imbuhan meN- akan menjadi kelas kata kerja menggergaji. Dari contoh ini dapat diketahui bahwa prefiks meN- berfungsi untuk membentuk kata kerja.

2.2.4 Nosi

Arti atau nosi adalah arti yang ditimbulkan oleh proses afiksasi. Arti ini timbul sebagai akibat bergabungnya morfem satu dengan yang lain. Muslich (2008 : 66) mengatakan bahwa yang dimaksud dengan arti bukanlah arti suatu kata yang terdapat dalam kamus, arti leksikal, tetapi


(14)

18  

arti sebagai akibat bergabungnya morfem satu dengan yang lain, arti struktural atau arti gramatikal. (Yasin, 1987 : 40) menyatakan bahwa nosi ialah arti yang timbul sebagai akibat proses morfologi.

Contoh :

Prefiks meN- mempunyai arti melakukan tindakan seperti yang tersebut pada bentuk dasarnya. Misalnya, dalam kata membaca, menendang, mengantar.


(15)

MORFOFONEMIK BAHASA MELAYU DIALEK HAMPARAN

PERAK

SKRIPSI

DIKERJAKAN OLEH :

NAMA : ANWAR AHMAD J. HARAHAP

NIM : 100702004

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA MELAYU

DEPARTEMEN SASTRA DAERAH

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(16)

i

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Morfofonemik bahasa Melayu dialek Hamparan Perak”. Adapun yang menjadi permasalahan didalam skripsi ini adalah : (1) apa saja jenis morfofonemik afiksasi dalam bahasa Melayu dialek Hamparan Perak, (2) bagaimana proses kaidah morfofonemik bahasa Melayu dialek Hamparan Perak, (3) apa fungsi dan nosi morfofonemik bahasa Melayu dialek Hamparan Perak. Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) mendeskripsikan jenis morfofonemik afiksasi bahasa Melayu dialek Hamparan Perak, (2) mendeskripsikan proses kaidah morfofonemik bahasa Melayu dialek Hamparan Perak, (3) mendeskripsikan fungsi dan nosi morfofonemik bahasa Melayu dialek Hamparan Perak. Teori yang digunakan adalah teori morfologi Chaer (2008) dan Ramlan (2009). Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Dan hasil yang didapat adalah jenis morfofonemik afiksasi (1) pemunculan fonem ada enam afiks yang terdiri dari tiga prefiks dan tiga konfiks. Adapun tiga prefiks tersebut yaitu /me-/, /be-/ dan /te-/, tiga konfiks tersebut yaitu /be-an/, /pe-an/ dan /ke-an/. (2) pelesapan fonem ada dua afiks yang terdiri dari satu prefiks dan satu konfiks. Adapun satu prefiks tersebut yaitu /ber-/, satu konfiks tersebut yaitu /per-an/. (3) peluluhan fonem ada satu afiks yaitu prefiks. Satu prefiks tersebut yaitu /me-/. (4) perubahan fonem ada satu afiks yaitu /N-/. (5) pergeseran fonem ada dua afiks yaitu sufiks. Dua sufiks tersebut yaitu /-an/ dan /-i/. Kaidah morfofonemik ada enam afiks yaitu enam prefiks tersebut yang terdiri dari /meN-/, /beN-/, /peN-/, /di-/, /te-/ dan /se-/. Afiks-afiks bahasa Melayu dialek Hamparan Perak yaitu prefiks, infiks, sufiks dan konfiks memiliki masing-masing fungsi dan nosi/arti yang dapat menimbulkan beberapa makna setelah melekat pada kata dasar.


(17)

ii

ﻙﺮﺘﺴﺑﺍ

ڠﻳ ﻥﻮﻓﺩﺍ

."

ﻙﺍﺮﻓ ﻥﺍﺮﻔﻤﻫ ﻚﻟﺎﻳﺩ ﻮﻳﻼﻣ ﺲﻬﺑ ﻚﻴﻤﻴﻧﻮﻓﻮﻓﺭﻮﻣ

"

ﻝﻭﺩﻮﺟﺮﺑ ﻦﻳﺍ ﻲﺴﻔﻳﺮﻜﺳ

) :

ﻪﻟﺩﺍ ﻦﻳﺍ ﻲﺴﻔﻳﺮﻜﺳ ﻢﻟﺪﻳﺩ ﻦﻬﻠﺴﻣﺮﻓ ﻱﺪﺠﻨﻣ

۱

ﻲﺳﺎﺴﻜﻴﻓﺍ ﻚﻴﻤﻴﻧﻮﻓﻮﻓﺭﻮﻣ ﺲﻴﻨﺟ ﺎﺠﺳ ﻑﺍ

(

) ,

ﻙﺍﺮﻓ ﻥﺍﺮﻔﻤﻫ ﻚﻠﻳﺩ ﻮﻳﻼﻣ ﺲﻬﺑ ﻢﻟﺩ

۲

ﻮﻳﻼﻣ ﺲﻬﺑ ﻚﻴﻤﻴﻧﻮﻓﻮﻓﺭﻮﻣ ﻩﺪﻳﺎﻛ ﺲﺳﻭﺮﻓ ﻦﻤﻴﻐﺑ

(

) ,

ﻙﺍﺮﻓ ﻥﺍﺮﻔﻤﻫ ﻚﻠﻳﺩ

۳

ﻥﻭﻮﺟﻮﺗ

.

ﻙﺍﺮﻓ ﻥﺍﺮﻔﻤﻫ ﻚﻠﻳﺩ ﻮﻳﻼﻣ ﺲﻬﺑ ﻲﺳﻮﻧ ﻥﺍﺩ ﻲﺴڠﻮﻓ ﺎﻓﺍ

(

)

ﻙﻮﺘﻧﻭ ﻪﻟﺩﺍ ﻦﻳﺍ ﻦﻴﺘﻴﻠﻨﻓ

۱

ﻮﻳﻼﻣ ﺲﻬﺑ ﻲﺳﺎﺴﻜﻴﻓﺍ ﻚﻴﻤﻴﻧﻮﻓﻮﻓﺭﻮﻣ ﺲﻴﻨﺟ ﻥﺎﻜﻴﺴﻓﺮﻜﺳﺪﻨﻣ

(

) ,

ﻙﺍﺮﻓ ﻥﺍﺮﻔﻤﻫ ﻚﻠﻳﺩ

۲

ﻚﻠﻳﺩ ﻮﻳﻼﻣ ﺲﻬﺑ ﻚﻴﻤﻴﻧﻮﻓﻮﻓﺭﻮﻣ ﻩﺪﻳﺎﻛ ﺲﺳﻭﺮﻓ ﻥﺎﻜﻴﺴﻓﺮﻜﺳﺪﻨﻣ

(

) ,

ﻙﺍﺮﻓ ﻥﺍﺮﻔﻤﻫ

۳

.

ﻙﺍﺮﻓ ﻥﺍﺮﻔﻤﻫ ﻚﻠﻳﺩ ﻮﻳﻼﻣ ﺲﻬﺑ ﻲﺳﻮﻧ ﻥﺍﺩ ﻲﺴڠﻮﻓ ﻥﺎﻜﻴﺴﻓﺮﻜﺳﺪﻨﻣ

(

)

ﺮﻳﺍﺎݘ ﻱﺭﻮﺗ ﻪﻟﺩﺍ ﻦﻛﺎﻧﻮݢﺩ ڠﻳ ﻱﺭﻮﺗ

۲۰۰۸

)

ﻥﻼﻣﺭ ﻥﺍﺩ

(

۲۰۰۹

ﺩﻮﺘﻣ ﻦﻛﺎﻧﻮڬﺩ ڠﻳ ﺩﻮﺘﻣ

.(

)

ﻲﺳﺎﺴﻜﻴﻓﺍ ﻚﻴﻤﻴﻧﻮﻓﻮﻓﺭﻮﻣ ﺲﻴﻨﺟ ﻪﻟﺩﺍ ﺖﻓﺍﺩﺩ ڠﻳ ﻞﻴﺳﺎﻫ ﻥﺍﺩ

.

ﻒﻴﺘﻓﺮﻜﺳﺩ

۱

ﻢﻧﻮﻓ ﻦﻟﻮﭽﻧﻮﻤﻓ

(

ﺕﻮﺒﺳﺮﺗ ﺲﻜﻴﻓﺮﻓ ﺎڬﻴﺗ ﻥﻮﻓﺍﺩﺍ

.

ﺲﻴﻔﻧﻮﻛ ﺎڬﻴﺗ ﻥﺍﺩ ﺲﻜﻴﻓﺮﻓ ﺎڬﻴﺗ ﻱﺭﺍﺩ ﺮﻳﺩﺮﺗ ڠﻳ ﺲﻜﻴﻓﺍ ﻡﺎﻧﺍ ﺩﺍ

-an/

ﻥﺍﺩ

/an-be/, /an-pe/

ﻮﺘﻳﺍﺎﻳ ﺕﻮﺒﺳﺮﺗ ﺲﻜﻔﻧﻮﻛ ﺎڬﻴﺗ

,/te-/

ﻥﺍﺩ

/me/, /-be-/

ﻮﺘﻳﺍﺎﻳ

) ./ek

۲

.

ﺲﻜﻴﻔﻧﻮﻛ ﻮﺘﺳ ﻥﺍﺩ ﺲﻜﻴﻓﺍ ﻮﺘﺳ ﻱﺭﺩ ﻱﺮﻳﺩﺮﺗ ڠﻳ ﺲﻜﻴﻓﺍ ﺍﻭﺩ ﺩﺍ ﻢﻧﻮﻓ ﻥﺎﻓﺎﺴﻠﻓ

(

) ./an-per/

ﻮﺘﻳﺍﺎﻳ ﺕﻮﺒﺳﺮﺗ ﺲﻜﻴﻔﻧﻮﻛ ﻮﺘﺳ

,/ber-/

ﻮﺘﻳﺍﺎﻳ ﺕﻮﺒﺳﺮﺗ ﺲﻜﻴﻓﺮﻓ ﻮﺘﺳ ﻥﻮﻓﺍﺩﺍ

۳

(

) ./me-/

ﻮﺘﻳﺍﺎﻳ ﺲﻜﻴﻓﺮﻓ ﻮﺗﺎﺳ

.

ﺲﻜﻴﻓﺮﻓ ﻮﺘﻳﺍﺎﻳ ﺲﻜﻴﻓﺍ ﻮﺗﺎﺳ ﺩﺍ ﻢﻧﻮﻓ ﻥﺎﻫﻮﻟﻮﻠﻓ

٤

ﻥﺎﻬﺑﻭﺮﻓ

(

) ./N-/

ﻮﺘﻳﺍﺎﻳ ﺲﻜﻴﻓﺍ ﻮﺗﺎﺳ ﺩﺍ ﻢﻧﻮﻓ

٥

ﺍﻭﺩ

.

ﺲﻜﻴﻓﻮﺳ ﻮﺘﻳﺍﺎﻳ ﺲﻜﻴﻓﺍ ﺍﻭﺩ ﺩﺍ ﻢﻧﻮﻓ ﻥﺍﺮﺴڬﺮﻓ

(

ﺲﻜﻴﻓﺮﻓ ﻡﺎﻧﺍ ﻮﺘﻳﺍﺎﻳ ﺲﻜﻴﻓﺍ ﻡﺎﻧﺍ ﺩﺍ ﻚﻴﻤﻴﻧﻮﻓﻮﻓﺭﻮﻣ ﻩﺪﻳﺍﺎﻛ

./-i/

ﻥﺍﺩ

/-an/

ﻮﺘﻳﺍﺎﻳ ﺲﻜﻴﻓﻮﺳ


(18)

iii

ﺲﻜﻴﻔﻧﻮﻛ ﻥﺍﺩ

,

ﺲﻜﻴﻓﻮﺳ

,

ﺲﻜﻴﻔﻨﻳﺍ

,

ﺲﻜﻴﻓﺮﻓ ﻮﺘﻳﺍﺎﻳ ﻙﺍﺮﻓ ﻥﺍﺮﻔﻤﻫ ﻚﻠﻳﺩ ﻮﻳﻼﻣ ﺲﻬﺑ ﺲﻜﻴﻓﺍ

ﺕﺎﻜﻠﻣ ﻪﻠﺘﺳ ﺎﻨﻜﻣ ﻑﺍﺮﺒﺑ ﻦﻜﻟﻮﺒﻤﻴﻨﻣ ﺖﻓﺍﺩ ڠﻳ ﻲﺗﺭﺍ

/

ﻲﺳﻮﻧ ﻥﺍﺩ ﻲﺴڠﻮﻓ ڠﻴﺳﺎﻣ

-

ڠﻴﺳﺎﻣ ﻲﻜﻠﻴﻤﻣ


(19)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya yang telah memberikan kesehatan dan kekuatan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Judul skripsi ini adalah “Morfofonemik Bahasa Melayu Dialek Hamparan Perak”. Skripsi ini terdiri atas 5 bab, yaitu : bab I pendahuluan, terdiri atas latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Bab II membahas kajian pustaka, yang terdiri atas kepustakaan yang relevan dan teori yang digunakan terdiri dari jenis morfofonemik, kaedah morfofonemik, fungsi dan nosi. Bab III membahas metodologi penelitian, yang terdiri atas lokasi penelitian, sumber data, metode pengumpulan data dan metode analisis data. Bab IV membahas pembahasan, terdiri dari jenis morfofonemik, kaidah morfofonemik, fungsi dan nosi. Bab V membahas kesimpulan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, hal ini mengingat waktu dan kemampuan penulis yang sangat terbatas. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari berbagai pihak demi menyempurnakan proposal ini. Amin Yaa Rabbal ‘Alamiin

Medan, Januari 2015 Penulis

Anwar Ahmad J. Hrp NIM : 100702004


(20)

v

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillah penulis sampaikan ke hadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Bijaksana dan menguasai jagat raya yang menciptakan manusia sebagai makhluk yang paling sempurna di permukaan bumi ini, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Shalawat berangkaikan salam kepada Nabi Muhammad SAW, kekasih Allah yang telah meninggikan derajat manusia dengan mengangkatnya dari lembah kejahiliahan kepada alam ilmu pengetahuan sehingga hidup menjadi indah dan berwarna.

Kemudian, ucapan terima kasih penulis tujukan kepada orang-orang yang telah banyak membantu penulis, memberi pengarahan, dukungan, dan semangat, bimbingan, bantuan maupun saran, sehingga setiap kesulitan yang dihadapi dapat diatasi.

Pada kesempatan ini dengan keikhlasan dan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Syahron Lubis , M. A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Sumatera Utara, Pembantu Dekan I, Pembantu Dekan II, Pembantu Dekan III, serta seluruh staf dan pegawai di jajaran Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Warisman Sinaga, M. Hum, selaku ketua Departemen Sastra Daerah

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Herlina Ginting, M. Hum, selaku sekretaris Departemen Sastra Daerah

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dr. Rozanna Mulyani, M. A, selaku Dosen Pembimbing I, yang telah memberikan

pemikiran serta perhatian yang senantiasa bermurah hati membimbing penulis selama perkuliahan.


(21)

vi

5. Bapak Drs. Ramlan Damanik, M. Hum, selaku Dosen Pembimbing II, yang telah

banyak memberikan bimbingan dan arahan dan juga meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran demi selesainya skripsi ini.

6. Seluruh Dosen di Departemen Sastra Daerah Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Sumatera Utara, yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama menyelesaikan studi , dan Kak Fifi yang selalu setia di kantor departemen.

7. Yang teristimewa dalam diri penulis ayahanda H.Erman Junaidi Harahap dan ibunda

Rahimi, yang telah memberikan segalanya kepada penulis, kasih sayang, perhatian, bimbingan, serta tidak pernah mengeluh dalam membiayai pendidikan penulis sampai selesainya penulisan skripsi ini. Skripsi ini penulis persembahkan sebagai tanda cinta penulis kepada ayahanda ibunda sebagai tanda keberhasilan mendidik dan mengajari penulis. Abang dan adik-adikku yang juga telah banyak membantu penulis dan memberikan perhatian serta dukungan.

8. Teman-teman seperjuangan 2010 (Hanafi, Elfi, Fanny, Panji, Cherly dan Yati) dan

lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, penulis pasti akan selalu merindukan kalian semua. Terima kasih untuk semua kenangan suka dan duka yang telah kita ukir bersama.

9. Kepala desa beserta penduduk desa Hamparan Perak, yang telah memberi kesempatan

kepada untuk penulis mengkaji Morfofonemik Bahasa Melayu Dialek Hamparan Perak sebagai bahan penyelesaian studi S-1 di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.


(22)

vii

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini belum sempurna, oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik para pembaca. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Semoga segenap perhatian, dukungan, dan bantuan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Aamiin..!

Medan, 2014

Penulis,


(23)

viii

DAFTAR ISI

ABSTRAK...i KATA PENGANTAR... iv UCAPAN TERIMA KASIH...v DAFTAR ISI...viii BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah... 1 1.2 Rumusan Masalah... 3 1.3 Tujuan Penelitian... 4 1.4 Manfaat Penelitian... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kepustakaan yang Relevan... 6 2.2 Teori yang Digunakan...8 2.2.1 Jenis Morfofonemik...8 2.2.2 Kaidah Morfofonemik...10 2.2.3 Fungsi dan Nosi...14 BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian... 17 3.2 Sumber Data...17 3.3 Metode Pengumpulan Data... 17 3.4 Metode Analisis Data... 19


(24)

ix

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Jenis Morfofonemik Bahasa Melayu Dialek Hamparan Perak...21 4.1.1 Pemunculan Fonem...21 4.1.2 Pelesapan Fonem...31 4.1.3 Peluluhan Fonem...33 4.1.4 Perubahan Fonem...36 4.1.5 Pergeseran Fonem...39 4.2 Kaidah Morfofonemik Bahasa Melayu Dialek Hamparan Perak...42 4.2.1 Kaidah Morfofonemik Morfem Afiks meN-...42 4.2.2 Kaidah Morfofonemik Morfem Afiks beN-...45 4.2.3 Kaidah Morfofonemik Morfem Afiks peN-...46 4.2.4 Kaidah Morfofonemik Morfem Afiks di-...48 4.2.5 Kaidah Morfofonemik Morfem Afiks te-...49 4.2.6 Kaidah Morfofonemik Morfem Afiks se-...50 4.3 Fungsi dan Nosi...51 4.3.1 Fungsi dan Nosi Prefiks meN-...51 4.3.2 Fungsi dan Nosi Prefiks di-...55 4.3.3 Fungsi dan Nosi Prefiks ter-...55 4.3.4 Fungsi dan Nosi Prefiks be-...57 4.3.5 Fungsi dan Nosi Prefiks se-...58 4.3.6 Fungsi dan Nosi Infiks -em-...59 4.3.7 Fungsi dan Nosi Infiks -el-...59 4.3.8 Fungsi dan Nosi Infiks -er-...60


(25)

x

4.3.9 Fungsi dan Nosi Sufiks -an...60 4.3.10 Fungsi dan Nosi Sufiks -i...61 4.3.11 Fungsi dan Nosi Sufiks -kan...62 4.3.12 Fungsi dan Nosi Konfiks be-an...63 4.3.13 Fungsi dan Nosi Konfiks pe-an...64 4.3.14 Fungsi dan Nosi Konfiks ke-an...65 BAB V KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan...67 DAFTAR PUSTAKA... .70

LAMPIRAN

1. Data Informan.

2. Surat Izin Penelitian Dari Fakultas. 3. Surat Keterangan Dari Kepala Desa.


(26)

 

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Morfofonemik bahasa Melayu dialek Hamparan Perak”. Adapun yang menjadi permasalahan di dalam skripsi ini adalah : (1) apa saja jenis morfofonemik afiksasi bahasa Melayu dialek Hamparan Perak, (2) bagaimana proses kaidah morfofonemik bahasa Melayu dialek Hamparan Perak, (3) apa fungsi dan nosi morfofonemik bahasa Melayu dialek Hamparan Perak. Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) mendeskripsikan jenis morfofonemik afiksasi bahasa Melayu dialek Hamparan Perak, (2) mendeskripsikan proses kaidah morfofonemik bahasa Melayu dialek Hamparan Perak, (3) mendeskripsikan fungsi dan nosi morfofonemik bahasa Melayu dialek Hamparan Perak. Teori yang digunakan adalah teori morfologi Chaer (2008) dan Ramlan (2009). Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Morfofonemik afiksasi dalam bahasa Melayu dialek Hamparan Perak terdiri atas tiga afiks yaitu prefiks terdiri dari meN-, ber-, N, dan ter-, sufiks terdiri dari -an dan -i, dan konfiks terdiri dari peN-an, ke-an, dan per-an. Dan hasil yang didapat adalah jenis morfofonemik afiksasi (1) pemunculan fonem ada tiga afiks yang terdiri dari satu prefiks dan dua konfiks. Adapun satu prefiks tersebut yaitu /meN-/, dua konfiks tersebut yaitu /peN-an/ dan /ke-an/. (2) pelesapan fonem ada dua afiks yang terdiri dari satu prefiks dan satu konfiks. Adapun satu prefiks tersebut yaitu /ber-/, satu konfiks tersebut yaitu /per-an/. (3) peluluhan fonem ada satu afiks yaitu prefiks. Satu prefiks tersebut yaitu /meN-/. (4) perubahan fonem ada satu afiks yaitu /N-/. (5) pergeseran fonem ada dua afiks yaitu sufiks. Dua sufiks tersebut yaitu an/ dan /-i/. Kaidah morfofonemik ada empat afiks yaitu empat prefiks tersebut yang terdiri dari /meN-/, /ber-/, /peN-/, dan /ter-/, Afiks-afiks bahasa Melayu dialek Hamparan Perak yaitu prefiks, sufiks dan konfiks memiliki masing-masing fungsi dan nosi/arti yang dapat menimbulkan beberapa makna setelah melekat pada kata dasar.


(27)

ii 

 

كرتسبا

."

كارف

ارف ھ

كلايد

ويام

سھب

كي ينوفوفروم

"

ودوجرب

نيا

يسفير س

ف

يدج م

ڠي

وفدا

) :

هلدا

نيا

يسفير س

ملديد

نھلسمر

سي ج

اجس

فا

(

) ,

كارف

ارف ھ

كليد

ويام

سھب

ملد

يساس يفا

كي ينوفوفروم

ن يغب

(

) ,

كارف

ارف ھ

كليد

ويام

سھب

كي ينوفوفروم

دياك

سسورف

يسڠوف

افا

(

)

كوتنو

هلدا

نيا

نيتيل ف

ووجوت

.

كارف

ارف ھ

كليد

ويام

سھب

يسون

اد

(

سد م

,

كارف

ارف ھ

كليد

ويام

سھب

يساس يفا

كي ينوفوفروم

سي ج

ا يسفر

)

ارف ھ

كليد

ويام

سھب

كي ينوفوفروم

دياك

سسورف

ا يسفر سد م

(

) ,

كارف

.

كارف

ارف ھ

كليد

ويام

سھب

يسون

اد

يسڠوف

ا يسفر سد م

(

د

ڠي

يروت

نو

)

رياا

يروت

هلدا

نكا

)

امر

اد

(

ي

دوتم

.(

ڠ

.

فيتفر سد

دوتم

نكانوڬد

ارف ھ

ويام

سھب

ملاد

يساس يفا

كي ينوفوفروم

وتياي

يساس يفا

ڬيت

ستا

يريدرت

كارف

/

يراد

يريدرت

س يفرف

-meN/, /

-ber/, /

-N

/

اد

,/

-ter

/

يراد

يريدرت

س يفوس

, /

an

-/

اد

/

i

-سيفنوك

, /

/

يراد

يريدرت

an

-peN/, /an

-per/, /an

-ke

/

.

ادد

ڠي

ليساھ

اد

هلدا

تف

فا

كي ينوفوفروم

سي ج

)

يساس ي

ريدرت

ڠي

س يفا

ڬيت

دا

منوف

نلوچنو ف

(

اود

اد

س يفرف

وتس

يراد

وفادا

.

سيفنوك

وتس

/

وتيااي

توبسرت

س يفرف

-Nme

/

,

وتيااي

توبسرت

س فنوك

اود

/

an

-N

pe

/

اد

/

an

-ke

) ./

افاسلف

(

وتس

اد

س يفا

وتس

يرد

يريدرت

ڠي

س يفا

اود

دا

منوف

وتس

وفادا

.

س يفنوك


(28)

iii 

 

/

وتيااي

توبسرت

س يفرف

-ber

/

وتيااي

توبسرت

س يفنوك

وتس

,/

an

-per

) ./

(

/

وتيااي

س يفرف

وتاس

.

س يفرف

وتيااي

س يفا

وتاس

دا

منوف

اھولولف

-N

me

./

)

/

وتيااي

س يفا

وتاس

دا

منوف

اھبورف

(

-N

) ./

س يفا

اود

دا

منوف

ارسڬرف

(

يفوس

اود

.

س يفوس

وتيااي

/

وتيااي

س

an

-/

اد

/

i

./

فوفروم

ديااك

دا

كي ينو

تافما

وتيااي

س يفا

تافما

ڠي

توبسرت

س يفرف

ت

/

يراد

يريدر

-meN/ ,/

-ber/ ,/

-peN

/

اد

,/

-rte

/

س يفا

.

كليد

ويام

سھب

س يفا

وتيااي

كارف

ارف

س يفرف

ڠيسام

ي لي م

س يفنوك

اد

,

س يفوس

,

-يترا

/

يسون

اد

يسڠوف

ڠيسام

د

ڠي

.

رساد

اتاك

اداف

تا لم

هلتس

ا م

فاربب

ن لوب ي م

تفا


(29)

1  

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bahasa adalah alat untuk berinteraksi atau alat untuk berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau perasaan, baik melalui lisan dan tulisan. Tujuan dari proses berkomunikasi itu ialah untuk menyampaikan semua yang kita rasakan, pikirkan, dan menyampaikan maksud hati atau kemauan kepada lawan bicara atau orang lain.

Bahasa merupakan salah satu bagian dari kebudayaan. Melalui bahasa, manusia dapat menyesuaikan diri dengan adat istiadat, tingkah laku, tata krama masyarakat, dan sekaligus mudah membaurkan dirinya dengan semua golongan masyarakat. Sebagaimana bahasa daerah menjadi bahasa yang selalu dipakai dan menjadi bahasa keseharian bagi masyarakat sebagai perwujudan komunikasi sehari-hari di suatu tempat tertentu. Tanpa bahasa masyarakat tidak mungkin dapat berkembang. Maka dari itu, bahasa perlu dilestarikan.

Sesuai dengan penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 Bab XV pasal 36 ayat 2 disebutkan bahwa di samping bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi negara, maka bahasa daerah di dalam hubungannya dengan kedudukan bahasa Indonesia adalah salah satu unsur kebudayaan nasional yang dilindungi oleh negara.

Fungsi bahasa daerah adalah sebagai pendukung bahasa nasional menjadi bahasa pengantar di sekolah pada daerah tertentu guna penunjang pengajaran


(30)

2  

bahasa Indonesia di samping sebagai sarana pengembangan dan pendukung kebudayaan daerah. Sebagai ketegasannya fungsi bahasa daerah adalah lambang kebanggaan daerah, lambang identitas daerah dan alat perhubungan antar keluarga dan masyarakat daerah (Alwi;Sugono,2003:43).

Bahasa Indonesia dalam perwujudannya menunjukkan keanekaragaman, tampak dari keragaman etnis bangsa Indonesia yang terdiri beratus-ratus suku bangsa yang masing-masing memiliki adat istiadat dari budayanya sendiri (Feli,1985:26). Salah satu sub-budaya daerah adalah bahasa daerah yang merupakan investasi kesukuan dan kebangsaan yang tidak terhitung nilainya. Kekayaan bahasa daerah sekaligus merupakan kekayaan budaya nasional, sebab bahasa daerah merupakan sumber memperkaya bahasa nasional (Melisa, 2009:11-12). Keanekaragaman bahasa yang kita miliki menyebabkan bahasa Indonesia menjadi bahasa yang kaya dengan kosa kata. Adanya berbagai macam bahasa di Negara Kesatuan Republik Indonesia ini tidak memicu terjadinya perpecahan, hal ini dikarenakan adanya bahasa persatuan yakni bahasa Indonesia yang menjadi kebudayaan bangsa yang dapat dibanggakan.

Tiap-tiap suku memiliki bahasa daerah masing-masing sekaligus sebagai lambang identitas daerah (Halim, 1984:14). Sebagai upaya pembinaan dan pengembangan bahasa daerah yang tumbuh berdampingan dengan bahasa Indonesia, perlu diadakan pengkajian khusus tentang perkembangan kata-kata yang berasal dari bahasa daerah dan bahasa asing. Data dapat diperoleh dari setiap bahasa daerah maupun bahasa asing yang ada disetiap daerah di Indonesia. Hal ini


(31)

3  

berguna dan dapat dimanfaatkan dalam memperkaya perbendaharaan kata-kata satu bahasa daerah yang ada di Indonesia.

Menurut Halim (1984:22), bahwa perlunya bahasa daerah dalam rangka pengembangan bahasa nasional, yakni: 1). Bahasa daerah tetap dibina dan dipelihara oleh masyarakat pemakainya, yang merupakan bagian kebudayaan bangsa Indonesia yang dijamin oleh Undang-Undang Dasar 1945. 2). Bahasa daerah sebagai kekayaan budaya dapat dimanfaatkan untuk pengembangan bahasa nasional serta untuk pembinaan dan pengembangan bahasa-bahasa itu sendiri. 3). Bahasa daerah berbeda dalam struktur kebahasaannya, tetapi juga berbeda jumlah penutur aslinya. 4). Bahasa-bahasa daerah pada kesempatan tertentu dipakai sebagai alat penghubung baik lisan maupun tulisan sedangkan daerah tertentu ada yang hanya dipakai secara lisan.

Bahasa Indonesia yang dipakai selama ini berasal dari bahasa Melayu yang sudah mengalami perkembangan pesat, terutama sesudah diresmikan menjadi bahasa nasional dan bahasa persatuan. Bahasa Melayu menjadi bahasa perantara selama berabad-abad di seluruh kawasan nusantara. Di dalam perkembangannya, bahasa Melayu memperoleh kedudukan sebagai bahasa pengantar, dan bahasa politik oleh kerajaan-kerajaan di nusantara. Bahasa Melayu dialek Hamparan Perak adalah salah satu bahasa daerah Melayu yang ada di wilayah Melayu Deli Serdang. Kajian ini mengambil judul tentang morfofonemik. Dalam bahasa Melayu dialek Hamparan Perak morfofonemik terdiri atas morfofonemik afiksasi, morfofonemik reduplikasi, dan morfofonemik komposisi, akan tetapi dalam penelitian ini penulis hanya membatasi pada morfofonemik afiksasi.


(32)

4  

Morfofonemik afiksasi dalam bahasa Melayu Hamparan Perak terdiri atas morfofonemik prefiks, sufiks, konfiks. Morfofonemik prefiks terdiri atas meN-, ber-, N, dan ter-, morfofonemik sufiks terdiri atas sufiks -an dan -i, dan konfiks terdiri atas peN-an, per-an, dan ke-an. Penulis memilih judul “Morfofonemik Bahasa Melayu Dialek Hamparan Perak”, karena penulis merasa penelitian tentang judul ini masih kurang sekali dan penulis merasa Bahasa Melayu dialek Hamparan Perak ini perlu diperkenalkan dan digali untuk menjaga kelestariannya. 1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apa saja jenis morfofonemik afiksasi dalam Bahasa Melayu dialek Hamparan Perak?

2. Bagaimana proses kaidah morfofonemik afiksasi Bahasa Melayu dialek Hamparan Perak?

3. Apa fungsi dan nosi morfofonemik afiksasi Bahasa Melayu dialek Hamparan Perak?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian yang dijelaskan oleh penulis antara lain:

1. Mendeskripsikan jenis morfofonemik afiksasi Bahasa Melayu dialek Hamparan Perak


(33)

5  

2. Mendeskripsikan proses kaidah morfofonemik Bahasa Melayu dialek Hamparan Perak

3. Mendeskripsikan fungsi dan nosi morfofonemik Bahasa Melayu dialek Hamparan Perak

1.4 Manfaat Penelitian

Seperti yang telah dipaparkan pada bagian tujuan penelitian, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam upaya melestarikan dan pengembangan pengetahuan bagi masyarakat pada umumnya. Lebih khusus manfaat penelitian ini adalah:

1. Penelitian ini dapat bermanfaat untuk menambah kajian tentang bahasa, terutama dalam bidang morfologi khususnya bidang morfofonemik.

2. Menambah bahan bacaan dan kepustakaan di Departemen Sastra Daerah, khususnya Program Studi Bahasa dan Sastra Melayu, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

3. Penelitian ini diharapkan dapat membantu menyempurnakan dalam Bahasa Melayu dialek Hamparan Perak serta sebagai informasi kepada para peneliti yang akan mengkaji tentang proses morfofonemik bahasa lain.

4. Menambah wawasan pengetahuan dan informasi tentang Bahasa Melayu dialek Hamparan Perak.


(34)

6  

5. Untuk melengkapi salah satu syarat ujian dalam menempuh sarjana sastra di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.


(35)

19  

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metode adalah cara-cara yang digunakan dalam melakukan pengumpulan data sampai dengan penyiaran tertulis hasil analisis data itu (Surdayanto, 1988:6-7). Metode adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki, cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Penelitian adalah suatu kegiatan untuk mencari, mencatat, merumuskan dan menganalisis sampai menyusun laporan. Metode penelitian adalah cara mencari kebenaran dan asas-asas gejala alam, masyarakat, atau kemanusiaan berdasar disiplin ilmu yang bersangkutan (Moeliono, 2007:740-741). Metode yang akan diterapkan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Sebagaimana yang diterapkan dalam kerangka teori linguistik struktural. Surakhmad (1980:139) berpendapat bahwa metode deskriptif tertuju pada pemecahan masalah yang ada pada saat sekarang. Surdayanto (1992:62) berpendapat bahwa istilah deskriptif itu menyarankan penelitian yang dilakukan semata-mata hanya berdasarkan faktor-faktor yang ada atau fenomena yang memang secara empiris hidup pada penuturnya. Penelitian dilaksanakan dengan cara mengumpulkan bahan-bahan di lapangan tanpa interfensi. Setelah itu baru dilakukan tabulasi dan kajian kebahasaan berdasarkan bahan atau data yang terkumpul dengan cara sesubjektif mungkin.


(36)

20  

Metode deskriptif lebih menandai terhadap adanya (dan tidak adanya) pengguna bahasa dari pada menandai cara penanganan bahasa tahap demi tahap, langkah demi langkah (Surdayanto, 1992:62).

3.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang berjudul Morfofonemik Bahasa Melayu dialek Hamparan Perak ini adalah desa Hamparan Perak, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang.

3.2 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data itu diperoleh (Arikunto, 1996:114). Artinya, jika peneliti menggunakan metode wawancara dalam pengumpulan datanya, maka subjeknya responden dan apabila menggunakan metode observasi dalam pengumpulan datanya, maka subjeknya berupa benda atau tempat.

Sumber data dalam penelitian ini adalah informan yang menggunakan bahasa Melayu Hamparan. Pengambilan data berfokus pada kata-kata bahasa Melayu dialek Hamparan Perak yang mengalami proses morfofonemik.

3.3 Instrumen

Instrumen adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh si peneliti dalam pengumpulan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya akan lebih baik, dalam arti yang lebih lengkap dan sistematis sehingga data lebih mudah diolah.


(37)

21  

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah alat perekam suara, alat tulis, dan daftar pertanyaan.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dilakukan agar dapat memiliki acuan sumber-sumber data yang cukup. Adapun metode pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Metode kepustakaan, yaitu penulis melakukan penelitian dengan mencari data dari buku-buku yang berhubungan dengan penulisan sebagai bahan acuan dari berbagai referensi.

Teknik ini digunakan untuk mendapatkan dasar-dasar teori yang yang akan dipakai dan untuk mengkaji hasil penelitian atau informasi yang mendukung penelitian.

2. Metode observasi, yaitu penulis turun langsung ke lokasi penelitian untuk melakukan pengamatan terhadap tempat, dan peran pemakai bahasa serta perilaku selama pelaksanaan pengguna bahasa berlangsung.

3. Metode wawancara, data penelitian ini adalah data lisan dan tulisan. Data tulisan diperoleh dengan menggunakan metode simak (Sudaryanto,1993:13) yaitu dengan menyimak penggunaan bahasa. Metode ini dikembangkan teknik sadap, yaitu meninjau dan mempelajari secara langsung kata-kata yang diperoleh dari studi pustaka. Selanjutnya digunakan teknik catat dengan mencatat data-data tulis yang diperoleh dari bahan pustaka yang digunakan.


(38)

22  

Data lisan diperoleh dari informan yang menggunakan bahasa Melayu dialek Hamparan Perak di desa Hamparan Perak. Pengumpulan data lisan dilakukan dengan metode cakap, yaitu percakapan antara peneliti dengan penutur sebagai narasumber. Teknik dasar yang digunakan adalah teknik pancing, yaitu peneliti berusaha memancing seseorang atau beberapa orang untuk berbicara. Selanjutnya, digunakan teknik cakap semuka, yaitu percakapan langsung dengan tatap muka antara peneliti dengan informan.

Teknik ini dilanjutkan dengan teknik rekam dan teknik catat, yaitu dengan merekam, mendokumentasikan penggunaan kosakata dan mencatat data lisan berupa kosakata-kosakata yang diperoleh dari informan. Penulis melakukan wawancara kepada para penutur yang dianggap memenuhi syarat sebagai informan untuk dapat mengumpulkan data yang dibutuhkan dengan menggunakan teknik rekam. Selama wawancara berlangsung, semua respon yang muncul dicatat. Selama itu juga perekaman dilakukan untuk kepentingan pengecekan kembali.

4. Metode kuesioner atau daftar pertanyaan, yang berisikan kosa kata dasar yang akan ditanyakan kepada informan.

Tahapan strategi metode pengumpulan data itu berakhir dengan transkripsi dan tataan data yang sistematis dan ditandai oleh transkripsi serta tertatanya data secara sistematis (Sudaryanto, 1986 : 36).


(39)

23  

3.5 Metode Analisis Data

Metode analisis data merupakan suatu langkah dalam penelitian, karena tahap dalam menyelesaikan masalah adalah dengan menganalisis data yang telah dikumpulkan. Tahap analisis data merupakan upaya sang peneliti menangani langsung masalah yang terkandung pada data. Penanganan itu tampak pada tindakan mengamati yang segera diikuti membedah atau menguraikan masalah yang bersangkutan dengan cara-cara tertentu (Surdayanto,1993:6). Pada tahap menganalisis data, teks yang telah ditulis disusun kembali dalam bentuk bagian kalimat, kemudian ditarik komponen - komponennya yang berupa morfofonemik. Jika komponen - komponennya yang berupa morfofonemik telah ditemukan, kata itu lalu dianalisis, kemudian diamati keteraturannya. Dari konstruksi kata tersebut dirumuskan pola-pola kaidahnya. Penulis akan menganalisis data morfofonemik untuk dapat menganalisis tipe, bentuk, ciri, fungsi, dan makna morfofonemik bahasa tersebut.

Setelah data-data yang diperlukan terkumpul semua, maka data-data yang diperlukan dalam penulisan diambil dan data-data yang tidak diperlukan dibuang. Tahapan metode analisis data berakhir dengan penemuan kaidah, betapapun sederhananya atau sedikitnya kaidah itu, dan banyaknya kaidah yang ditemukan bukanlah menjadi ukuran , karena kerumitan dan banyaknya kaidah tidak selalu menjadi petunjuk baik kedalaman atau kehebatan telaah. Dengan demikian dapat dikatakan pula ditemukannya kaidah itu merupakan wujud dari analisis data (Sudaryanto, 1986 : 39).


(40)

24  

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1Jenis Morfofonemik Afiksasi Bahasa Melayu Dialek Hamparan Perak

Dalam bahasa Melayu dialek Hamparan Perak dijumpai jenis morfofonemik afiksasi, yang terdiri dari pemunculan fonem, pelesapan fonem, peluluhan fonem, perubahan fonem dan pergeseran fonem. Jenis morfofonemik afiksasi ini terjadi pada prefiks meN, ber, dan N, sufiks -an, dan -i, konfiks peN--an, dan ke-an. Di bawah ini akan diuraikan satu demi satu.

4.1.1 Pemunculan fonem 4.1.1.1Bentuk Prefiks /meN-/

Bentuk prefiks meN- bila melekat pada kata dasar yang fonem awalnya konsonan /b/ dan /p/ maka prefiks meN- mengalami pemunculan fonem /m/, seperti contoh berikut.

/meN/ + /bujok/ ‘bujuk’  /membujok/ ‘membujuk’ /meN/ + /bedal/ ‘pukul’  /membedal/ ‘memukul’

/meN/ + /barah/ ‘bengkak’  /membarah/ ‘membengkak’ /meN/ + /babas/ ‘cabik’  /membabas/ ‘mencabik’ /meN/ + /bahana/ ‘gema’  /membahana/ ‘bergema’


(41)

25  

/meN/ + /bam/ ‘baring’  /membam/ ‘membaringkan’ /meN/ + /bandut/ ‘ikat’  /membandut/ ‘mengikat’ /meN/ + /barot/ ‘balut’  /membarot/ ‘membalut’ /meN/ + /bawe/ ‘bawa’  /membawe/ ‘membawa’ /meN/ + /bace/ ‘baca’  /membace/ ‘membaca’

Pemunculan fonem /m/ terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai dengan konsonan /b/ bergabung dengan prefiks meN. Data pada bentuk dasar bujok ‘bujuk’ yang fonem awalnya /b/ ketika bertemu dengan prefiks meN menjadi membujok ‘membujuk’. Data pada bentuk dasar bedal ‘pukul’ yang fonem awalnya /b/ ketika bertemu dengan prefiks meN menjadi membedal ‘memukul’. Data pada bentuk dasar baRah ‘bengkak’ yang fonem awalnya /b/ ketika bertemu dengan prefiks meN menjadi membaRah ‘membengkak’. Data pada bentuk dasar babas ‘cabik’ yang fonem awalnya /b/ ketika bertemu dengan prefiks meN menjadi membabas ‘mencabik’. Data pada bentuk dasar bahana ‘gema’ yang fonem awalnya /b/ ketika bertemu dengan prefiks meN menjadi membahana ‘bergema’. Data pada bentuk dasar bam ‘baring’ yang fonem awalnya /b/ ketika bertemu dengan prefiks meN menjadi membam ‘membaringkan’. Data pada bentuk dasar bandut ‘ikat’ yang fonem awalnya /b/ ketika bertemu dengan prefiks meN menjadi membandut ‘mengikat’. Data pada bentuk dasar baRot ‘balut’ yang fonem awalnya /b/ ketika bertemu dengan prefiks meN menjadi membaRot ‘membalut’. Data pada bentuk dasar bawe


(42)

26  

‘bawa’ yang fonem awalnya /b/ ketika bertemu dengan prefiks meN menjadi membawe ‘membawa’. Data pada bentuk dasar bac ‘baca’ yang fonem awalnya /b/ ketika bertemu dengan prefiks meN menjadi membace ‘membaca’.

/meN/ + /pikol/ ‘pikul’  /memikol/ ‘memikul’

/meN/ + /punggah/ ‘bongkar’  /memunggah/ ‘membongkar’ /meN/ + /pukol/ ‘pukul’  /memukol/ ‘memukul’

/meN/ + /panjat/ ‘panjat’  /memanjat/ ‘memanjat’

Data pada bentuk dasar pikol ‘pikul’ yang fonem awalnya /p/ menjadi luluh ketika bertemu dengan prefiks meN menjadi memikol ‘memikul’. Data pada bentuk dasar punggah ‘bongkar’ yang fonem awalnya /p/ menjadi luluh ketika bertemu dengan prefiks meN menjadi memunggah ‘membongkar’. Data pada bentuk dasar pukol ‘pukul’ yang fonem awalnya /p/ menjadi luluh ketika bertemu dengan prefiks meN menjadi memukol ‘memukul’. Data pada bentuk dasar panjat ‘panjat’ yang fonem awalnya /p/ menjadi luluh ketika bertemu dengan prefiks meN menjadi memanjat ‘memanjat’.

Pada contoh meN + kata dasar yang diawali dengan fonem /p/, maka meN berubah menjadi mem-, sedangkan fonem /p/ menjadi luluh.


(43)

27  

Bentuk prefiks meN bila dilekatkan pada kata dasar yang fonem awalnya konsonan /c/, /d/, /j/, /t/, maka prefiks meN mengalami pemunculan fonem /n/, seperti contoh-contoh berikut.

/meN/ + /carut/ ‘maki’  /mencarut/ ‘memaki’ /meN/ + /cagil/ ‘ganggu’  /mencagil/ ‘menganggu’

/meN/ + /canang/ ‘menyampaikan’  /mencanang/ ‘memberitahukan’ /meN/ + /cekik/ ‘cekek’  /mencekik/ ‘mencekek’

/meN/ + /ciplak/ ‘contoh’  /menjiplak/ ‘menyontoh’ /meN/ + /cirak/ ‘robek’  /mencirak/ ‘mengoyak’ /meN/ + /dengki/ ‘benci’  /mendengki/ ‘membenci’

/meN/ + /durung/ ‘nangkap’  /mendurung/ ‘menangkap ikan’ /meN/ + /jemor/ ‘jemur’  /menjemor/ ‘menjemur’

Pemunculan fonem /n/ terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai dengan konsonan /c/, /d/, /j/, /t/ bergabung dengan prefiks meN. Data pada bentuk dasar caRut ‘maki’ yang fonem awalnya /c/ ketika bertemu dengan prefiks meN menjadi mencaRut ‘memaki’. Data pada bentuk dasar cagil ‘ganggu’ yang fonem awalnya /c/ ketika bertemu dengan prefiks meN menjadi mencagil ‘menganggu’. Data pada bentuk dasar canang ‘menyampaikan’ yang fonem awalnya /c/ ketika bertemu dengan prefiks meN menjadi


(44)

28  

mencanang ‘memberitahukan’. Data pada bentuk dasar cekik ‘cekek’ yang fonem awalnya /c/ ketika bertemu dengan prefiks meN menjadi mencekik ‘mencekek’. Data pada bentuk dasar ciplak ‘contoh’ yang fonem awalnya /c/ ketika bertemu dengan prefiks meN menjadi menjiplak ‘menyontoh’. Data pada bentuk dasar ciRak ‘robek’ yang fonem awalnya /c/ ketika bertemu dengan prefiks meN menjadi menciRak ‘mengoyak’. Data pada bentuk dasar dengki ‘benci’ yang fonem awalnya /d/ ketika bertemu dengan prefiks meN menjadi mendengki ‘membenci’. Data pada bentuk dasar duRung ‘nangkap’ yang fonem awalnya /d/ ketika bertemu dengan prefiks meN menjadi menduRung ‘menangkap ikan’. Data pada bentuk dasar jemoR ‘jemur’ yang fonem awalnya /j/ ketika bertemu dengan prefiks meN menjadi menjemoR ‘menjemur’.

/meN/ + /tudoh/ ‘tuduh’  /menudoh/ ‘menuduh’ /meN/ + /tulak/ ‘tolak’  /menulak/ ‘menolak’

/meN/ + /tunjang/ ‘terjang’  /menunjang/ ‘menerjang’ /meN/ + /tundok/ ‘tunduk’  /menundok/ ‘menunduk’

Data pada bentuk dasar tudoh ‘tuduh’ yang fonem awalnya /t/ menjadi luluh ketika bertemu dengan prefiks meN menjadi menudoh ‘menuduh’. Data pada bentuk dasar tulak ‘tolak’ yang fonem awalnya /t/ menjadi luluh ketika bertemu dengan prefiks meN menjadi menulak ‘menolak’. Data pada bentuk dasar tunjang ‘terjang’ yang fonem awalnya /t/ menjadi luluh ketika bertemu dengan prefiks meN menjadi menunjang ‘menerjang’. Data


(45)

29  

pada bentuk dasar tundok ‘tunduk’ yang fonem awalnya /t/ menjadi luluh ketika bertemu dengan prefiks meN menjadi menundok ‘menunduk’.

Pada contoh meN + kata dasar yang diawali dengan fonem /t/, maka meN berubah menjadi men, sedangkan fonem /t/ menjadi luluh.

Bentuk prefiks meN bila dilekatkan pada kata dasar yang fonem awalnya vokal /a/ dan konsonan /g/, /h/, /k/, maka prefiks meN mengalami pemunculan fonem /ng/, seperti contoh-contoh berikut.

/meN/ + /ayon/ ‘ayun’  /mengayon/ ‘mengayun’ /meN/ + /asong/ ‘fitnah’  /mengasong/ ‘memfitnah’ /meN/ + /ajuk/ ‘ejek’  /mengajuk/ ‘mengejek’ /meN/ + /arum/ ‘aduk’  /mengarum/ ‘mengaduk’ /meN/ + /asak/ ‘geser’  /mengasak/ ‘menggeser’ /meN/ + /atak/ ‘atur’  /mengotak/ ‘mengatur’ /meN/ + /gelai/ ‘sandar’  /menggelai/ ‘bersandar’ /meN/ + /hela/ ‘tarik’  /menghela/ ‘menarik’

/meN/ + /kayok/ ‘dayung’  /mengayok/ ‘mendayung’ /meN/ + /kelih/ ‘lihat’  /mengelih/ ‘melihat’

/meN/ + /kirai/ ‘jemur’  /mengirai/ ‘menjemur’


(46)

30  

Pemunculan fonem /ng/ terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai dengan vokal /a/ dan konsonan /g/, /h/, /k/ bergabung dengan prefiks meN. Data pada bentuk dasar ayon ‘ayun’ yang fonem awalnya /a/ ketika bertemu dengan prefiks meN menjadi mengayon ‘mengayun’. Data pada bentuk dasar asong ‘fitnah’ yang fonem awalnya /a/ ketika bertemu dengan prefiks meN menjadi mengasong ‘memfitnah’. Data pada bentuk dasar ajuk ‘ejek’ yang fonem awalnya /a/ ketika bertemu dengan prefiks meN menjadi mengajuk ‘mengejek’. Data pada bentuk dasar aRum ‘aduk’ yang fonem awalnya /a/ ketika bertemu dengan prefiks meN menjadi mengaRum ‘mengaduk’. Data pada bentuk dasar asak ‘geser’ yang fonem awalnya /a/ ketika bertemu dengan prefiks meN menjadi mengasak ‘menggeser’. Data pada bentuk dasar atak ‘atur’ yang fonem awalnya /a/ ketika bertemu dengan prefiks meN menjadi mengotak ‘mengatur’. Data pada bentuk dasar gelai ‘sandar’ yang fonem awalnya /g/ ketika bertemu dengan prefiks meN menjadi menggelai ‘bersandar’. Data pada bentuk dasar hEla ‘tarik’ yang fonem awalnya /h/ ketika bertemu dengan prefiks meN menjadi menghEla ‘menarik’. Data pada bentuk dasar kayok ‘dayung’ yang fonem awalnya /k/ ketika bertemu dengan prefiks meN menjadi mengayok ‘mendayung’. Data pada bentuk dasar kelih ‘lihat’ yang fonem awalnya /k/ ketika bertemu dengan prefiks meN menjadi mengelih ‘melihat’. Data pada bentuk dasar kiRai ‘jemur’ yang fonem awalnya /k/ ketika bertemu dengan prefiks meN menjadi mengiRai ‘menjemur’.


(47)

31  

4.1.1.2Konfiks /peN-an/ dan /ke-an/

Bentuk konfiks peN-an dan ke-an bila dilekatkan pada kata dasar yang fonem awalnya /b/, /p/, /t/, maka konfiks peN-an dan ke-an mengalami pemunculan fonem /y/ dan /w/, seperti contoh-contoh berikut.

/peN-an/ + /bantei/ ‘hantam’  /pembanteian/ ‘penghantaman’ 

pembanteiyan

Pemunculan fonem /y/ terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai dengan fonem /b/ dan /p/ bergabung dengan konfiks /pe-an/ dan /ke-an/. Data pada bentuk dasar bantEi ‘hantam’ yang fonem awalnya /b/ ketika bertemu dengan konfiks /peN-an/ menjadi pembantEian ‘penghantaman’ pembantEiyan.

/ke-an/ + /pandei/ ‘pandai’  /kepandeian/ ‘kepandaian’  kepandaiyan

Data pada bentuk dasar pandEi ‘pandai’ yang fonem awalnya /p/ ketika bertemu dengan konfiks /ke-an/ menjadi kepandEian ‘kepandaian’ kepandEiyan.

4.1.2 Pelesapan fonem

4.1.2.1Bentuk Prefiks /ber-/ dan konfiks /per-an/

Bentuk prefiks ber dan konfiks per-an bila melekat pada kata dasar fonem awalnya konsonan /r/ maka prefiks ber- dan konfiks per-an mengalami pelesapan fonem /r/, seperti contoh-contoh berikut.


(48)

32  

/ber/ + /rase/ ‘rasa’  /berase/ ‘berasa’ /ber/ + /resia/ ‘rahasia’  /beresia/ ‘berahasia’ /ber/ + /ranggi/ ‘gembira’  /beranggi/ ‘bergembira’ /ber/ + /ribe/ ‘pangku’  /beribe/ ‘berpangku’ /ber/ + /rimbas/ ‘dampak’ /berimbas/ ‘berdampak’ /ber/ + /rondok/ ‘sembunyi’  /berondok/ ‘bersembunyi’ /ber/ + /rone/ ‘warna’  /berone/ ‘berwarna’

Dari contoh di atas terjadi pelesapan fonem /r/ terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai dengan fonem /r/ bergabung dengan prefiks /ber-/ dan konfiks /per-an/. Data pada bentuk dasar RasE ‘rasa’ yang fonem awalnya /r/ ketika bertemu dengan prefiks /ber/ menjadi beRasE ‘berasa’, fonem /r/ yang berada diprefiks /ber-/ menjadi hilang, yaitu hanya ada satu fonem /r/ saja. Data pada bentuk dasar Resia ‘rahasia’ yang fonem awalnya /r/ ketika bertemu dengan prefiks /ber/ menjadi beResia ‘berahasia’, fonem /r/ yang berada diprefiks /ber-/ menjadi hilang, yaitu hanya ada satu fonem /r/ saja. Data pada bentuk dasar Ranggi ‘gembira’ yang fonem awalnya /r/ ketika bertemu dengan prefiks /ber/ menjadi beRanggi ‘bergembira’, fonem /r/ yang berada diprefiks /ber-/ menjadi hilang, yaitu hanya ada satu fonem /r/ saja. Data pada bentuk dasar RibE ‘pangku’ yang fonem awalnya /r/ ketika bertemu dengan prefiks /ber/ menjadi beRibE ‘berpangku’, fonem /r/ yang berada diprefiks /ber-/ menjadi hilang, yaitu hanya ada satu fonem /r/ saja.


(49)

33  

Data pada bentuk dasar Rimbas ‘dampak’ yang fonem awalnya /r/ ketika bertemu dengan prefiks /ber/ menjadi beRimbas ‘berdampak’, fonem /r/ yang berada diprefiks /ber-/ menjadi hilang, yaitu hanya ada satu fonem /r/ saja. Data pada bentuk dasar Rondok ‘sembunyi’ yang fonem awalnya /r/ ketika bertemu dengan prefiks /ber/ menjadi beRondok ‘bersembunyi’, fonem /r/ yang berada diprefiks /ber-/ menjadi hilang, yaitu hanya ada satu fonem /r/ saja. Data pada bentuk dasar RonE ‘warna’ yang fonem awalnya /r/ ketika bertemu dengan prefiks /ber/ menjadi beRonE ‘berwarna’, fonem /r/ yang berada diprefiks /ber-/ menjadi hilang, yaitu hanya ada satu fonem /r/ saja.

/per-an/ + /rumah/ ‘rumah’  /perumahan/ ‘perumahan’

Data pada bentuk dasar Rumah ‘rumah’ yang fonem awalnya /r/ ketika bertemu dengan konfiks /per-an/ menjadi peRumahan ‘perumahan’, fonem /r/ yang berada diprefiks /ber-/ menjadi hilang, yaitu hanya ada satu fonem /r/ saja.

4.1.3 Peluluhan fonem 4.1.3.1Bentuk Prefiks /meN-/

Bentuk prefiks meN bila melekat pada kata dasar fonem awalnya konsonan /c/, /k/, /s/, maka prefiks meN mengalami peluluhan fonem /ny/ dan /ng/. Dalam hal ini konsonan /s/ dan /c/ diluluhkan dengan /ny/, konsonan /k/ diluluhkan dengan /ng/.

/meN/ + /cucuk/ ‘tikam’  /menyucuk/ ‘menikam’


(50)

34  

/meN/ + /kelih/ ‘lihat’  /mengelih/ ‘melihat’ /meN/ + /kirai/ ‘jemur’  /mengirai/ ‘menjemur’ /meN/ + /kayok/ ‘dayung’  /mengayok/ ‘mendayung’ /meN/ + /sudu/ ‘sendok’  /menyudu/ ‘menyendok’ /meN/ + /sabuk/ ‘pukul’  /menyabuk/ ‘memukul’

/meN/ + /selinap/ ‘sembunyi’  /menyelinap/ ‘bersembunyi’ /meN/ + /susut/ ‘kecil’  /menyusut/ ‘mengecil’

/meN/ + /sender/ ‘sandar’  /menyender/ ‘bersandar’ /meN/ + /sarot/ ‘gigit’  /menyarot/ ‘menggigit’

/meN/ + /simbah/ ‘sembur’  /menyimbah/ ‘menyembur’ /meN/ + /sukat/ ‘takar’  /menyukat/ ‘menakar’

/meN/ + /sisip/ ‘selip’  /menyisip/ ‘menyelip’

Data pada bentuk dasar cucuk ‘tikam’ yang fonem awalnya /c/ ketika bertemu dengan prefiks meN menjadi menyucuk ‘menikam’ maka fonem /c/ diluluhkan dengan fonem /ny/. Data pada bentuk dasar kElih ‘lihat’ yang fonem awalnya /k/ ketika bertemu dengan prefiks meN menjadi mengElih ‘melihat’ maka fonem /k/ diluluhkan dengan fonem /ng/. Data pada bentuk dasar kiRai ‘jemur’ yang fonem awalnya /k/ ketika bertemu


(51)

35  

dengan prefiks meN menjadi mengiRai ‘menjemur’ maka fonem /k/ diluluhkan dengan fonem /ng/. Data pada bentuk dasar kayok ‘dayung’ yang fonem awalnya /k/ ketika bertemu dengan prefiks meN menjadi mengayok ‘mendayung’ maka fonem /k/ diluluhkan dengan fonem /ng/. Data pada bentuk dasar sudu ‘sendok’ yang fonem awalnya /s/ ketika bertemu dengan prefiks meN menjadi menyudu ‘menyendok’ maka fonem /s/ diluluhkan dengan fonem /ny/. Data pada bentuk dasar sabuk ‘pukul’ yang fonem awalnya /s/ ketika bertemu dengan prefiks meN menjadi menyabuk ‘memukul’ maka fonem /s/ diluluhkan dengan fonem /ny/. Data pada bentuk dasar sElinap ‘sembunyi’ yang fonem awalnya /s/ ketika bertemu dengan prefiks meN menjadi menyElinap ‘bersembunyi’ maka fonem /s/ diluluhkan dengan fonem /ny/. Data pada bentuk dasar susut ‘kecil’ yang fonem awalnya /s/ ketika bertemu dengan prefiks meN menjadi menyusut ‘mengecil’ maka fonem /s/ diluluhkan dengan fonem /ny/. Data pada bentuk dasar sEndeR ‘sandar’ yang fonem awalnya /s/ ketika bertemu dengan prefiks meN menjadi menyEndeR ‘bersandar’ maka fonem /s/ diluluhkan dengan fonem /ny/. Data pada bentuk dasar saRot ‘gigit’ yang fonem awalnya /s/ ketika bertemu dengan prefiks /meN menjadi menyaRot ‘menggigit’ maka fonem /s/ diluluhkan dengan fonem /ny/. Data pada bentuk dasar simbah ‘sembur’ yang fonem awalnya /s/ ketika bertemu dengan prefiks meN menjadi menyimbah ‘menyembur’ maka fonem /s/ diluluhkan dengan fonem /ny/. Data pada bentuk dasar sukat ‘takar’ yang fonem awalnya /s/ ketika bertemu dengan prefiks meN menjadi menyukat ‘menakar’ maka fonem /s/ diluluhkan dengan fonem


(52)

36  

/ny/. Data pada bentuk dasar sisip ‘selip’ yang fonem awalnya /s/ ketika bertemu dengan prefiks meN menjadi menyisip ‘menyelip’ maka fonem /s/ diluluhkan dengan fonem /ny/.

4.1.4 Perubahan fonem

4.1.4.1Bentuk Prefiks /peN-/  /pem-/ dan /meN-/  /mem/

Bentuk prefiks peN dan meN bila melekat pada kata dasar yang fonem awalnya konsonan /b/, maka fonem N mengalami proses perubahan fonem /m/, seperti contoh berikut.

/peN/ + /berang/ ‘marah’ /pemberang/ ‘pemarah’ /peN/ + /bongak/ ‘bohong’ /pembongak/ ‘pembohong’ /peN/ + /buke/ ‘buka’  /pembuke/ ‘pembuka’

/peN/ + /bace/ ‘baca’  /pembace/ ‘pembaca’

Data pada bentuk dasar beRang ‘marah’ yang fonem awalnya /b/ ketika bertemu dengan prefiks /peN- / menjadi pembeRang ‘pemarah’. Data pada bentuk dasar bongak ‘bohong’ yang fonem awalnya /b/ ketika bertemu dengan prefiks /peN- / menjadi pembongak ‘pembohong’. Data pada bentuk dasar buke ‘buka’ yang fonem awalnya /b/ ketika bertemu dengan prefiks /peN- / menjadi pembuke ‘pembuka’. Data pada bentuk dasar bace ‘baca’ yang fonem awalnya /b/ ketika bertemu dengan prefiks /peN- / menjadi pembace ‘pembace’.


(53)

37  

/meN/ + /barah/ ‘bengkak’  /membarah/ ‘membengkak’ /meN/ + /babas/ ‘cabik’  /membabas/ ‘mencabik’

Data pada bentuk dasar baRah ‘bengkak’ yang fonem awalnya /b/ ketika bertemu dengan prefiks /meN- / menjadi membaRah ‘membengkak’. Data pada bentuk dasar babas ‘cabik’ yang fonem awalnya /b/ ketika bertemu dengan prefiks /meN- / menjadi membabas ‘mencabik’.

4.1.4.2Bentuk Prefiks /meN-/  /men-/

Bentuk prefiks meN bila melekat pada kata dasar yang fonem awalnya konsonan /c/ dan /d/, maka fonem N mengalami perubahan fonem /n/, seperti contoh berikut.

/meN/ + /carut/ ‘maki’  /mencarut/ ‘memaki’

/meN/ + /durung/ ‘nangkap’  /mendurung/ ‘menangkap ikan’

Data pada bentuk dasar caRut ‘maki’ yang fonem awalnya /c/ ketika bertemu dengan prefiks /meN- / menjadi mencaRut ‘memaki’. Data pada bentuk dasar duRung ‘nangkap’ yang fonem awalnya /d/ ketika bertemu dengan prefiks /meN- / menjadi menduRung ‘menangkap’.

4.1.4.3Bentuk Prefiks /meN-/  /meng-/


(54)

38  

Bentuk prefiks meN bila melekat pada kata dasar yang fonem awalnya vokal /a/, maka fonem N mengalami perubahan fonem /ng/, seperti contoh berikut.

/meN/ + /ajuk/ ‘ejek’  /mengajuk/ ‘mengejek’ /meN/ + /asak/ ‘geser’  /mengasak/ ‘menggeser’

Data pada bentuk dasar ajuk ‘ejek’ yang fonem awalnya /a/ ketika bertemu dengan prefiks /meN- / menjadi mengajuk ‘mengejek’. Data pada bentuk dasar asak ‘geser’ yang fonem awalnya /a/ ketika bertemu dengan prefiks /meN- / menjadi mengasak ‘menggeser’.

4.1.5 Pergeseran fonem 4.1.5.1Bentuk Sufiks -an dan -i

Pada Bahasa Melayu dialek Hamparan Perak sufiks /-an/ dan /-i/ mengalami pergeseran fonem terjadi apabila bentuk yang mengikutinya berawal dengan fonem konsonan /c/, /h/, /j/, /l/, /m/, /p/, /r/, /s/, /t/, dan vokal /u/, seperti contoh-contoh berikut.

/-i/ + /cacah/ ‘kacau’  /cacahi/ caca-hi / ‘dikacau’

/-an/ + /hambur/ ‘bertabur’  /hamburan/ hambu-ran / ‘bertaburan’ /-an/ + /jaet/ ‘jahit’  /jaetan/ jae-tan / ‘jahitan’

/-i/ + /jejal/ ‘padat’  /jejali/ jeja-li / ‘padati’


(55)

39  

/-an/ + /leber/ ‘berlebih’  /leber/ lebe-ran / ‘berlebihan’ /-i/ + /malang/ ‘segan’  /malangi/ mala-ngi / ‘segani’ /-i/ + /paut/ ‘pegang’  /pauti/ pau-ti / ‘pegangi’ /-i/ + /recak/ ‘naiki’  /recaki/ reca-ki / ‘dinaiki’

/-i/ + /selungkar/ ‘bongkar’ /selungkari/ selung-kari / ‘bongkari’ /-i/ + /tujah/ ‘jolok’  /tujahi/ tuja-hi / ‘joloki’

/-i/ + /tunggang/ ‘cebok’  /tunggangi/ tungga-ngi / ‘ceboki’ /-an/ + /utus/ ‘suruh’  /utusan/ utu-san / ‘suruhan’

Dari contoh di atas terjadi pergeseran fonem sufiks -i pada bentuk dasar cacah ‘kacau’ terjadi pergeseran menjadi cacahi ‘dikacau’ di mana fonem /h/ yang semula berada pada suku kata cah menjadi berada pada suku kata hi. Terjadi pergeseran fonem sufiks -an pada bentuk dasar hambur ‘bertabur’ terjadi pergeseran menjadi hamburan ‘bertaburan’ di mana fonem /r/ yang semula berada pada suku kata bur menjadi berada pada suku kata ran. Terjadi pergeseran fonem sufiks -an pada bentuk dasar jaEt ‘jahit’ terjadi pergeseran menjadi jaEtan ‘jahitan’ di mana fonem /t/ yang semula berada pada suku kata et menjadi berada pada suku kata tan. Terjadi pergeseran fonem sufiks -i pada bentuk dasar jejal ‘padat’ terjadi pergeseran menjadi jejali ‘padati’ di mana fonem /l/ yang semula berada pada suku kata jal menjadi berada pada suku kata li. Terjadi pergeseran


(56)

40  

fonem sufiks -an pada bentuk dasar lEbeR ‘berlebih’ terjadi pergeseran menjadi lEbeRan ‘berlebihan’ di mana fonem /r/ yang semula berada pada suku kata ber menjadi berada pada suku kata ran. Terjadi pergeseran fonem sufiks -i pada bentuk dasar malang ‘segan’ terjadi pergeseran menjadi malangi ‘segani’ di mana fonem /ng/ yang semula berada pada suku kata lang menjadi berada pada suku kata ngi. Terjadi pergeseran fonem sufiks -i pada bentuk dasar paut ‘pegang’ terjadi pergeseran menjadi pauti ‘pegangi’ di mana fonem /t/ yang semula berada pada suku kata ut menjadi berada pada suku kata ti. Terjadi pergeseran fonem sufiks -i pada bentuk dasar recak ‘na-ik-i’ terjad-i pergeseran menjad-i recak-i ‘dinaiki’ di mana fonem /k/ yang semula berada pada suku kata cak menjadi berada pada suku kata ki. Terjadi pergeseran fonem sufiks -i pada bentuk dasar selungkar ‘bongkar’ terjadi pergeseran menjadi selungkari ‘bongkari’ di mana fonem /r/ yang semula berada pada suku kata kar menjadi berada pada suku kata ri. Terjadi pergeseran fonem sufiks -i pada bentuk dasar tujah ‘jolok’ terjadi pergeseran menjadi tujahi ‘joloki’ di mana fonem /h/ yang semula berada pada suku kata jah menjadi berada pada suku kata hi. Terjadi pergeseran fonem sufiks -i pada bentuk dasar tunggang ‘cebok’ terjadi pergeseran menjadi tunggangi ‘ceboki’ di mana fonem /ng/ yang semula berada pada suku kata gang menjadi berada pada suku kata ngi. Terjadi pergeseran fonem sufiks -an pada bentuk dasar utus ‘suruh’ terjadi pergeseran menjadi utusan ‘suruhan’ di mana fonem /s/ yang semula berada pada suku kata tus menjadi berada pada suku kata san.


(57)

41  

4.2Kaidah Morfofonemik Bahasa Melayu Dialek Hamparan Perak

4.2.1 Kaidah morfofonemik afiks

meN-meN-  mem- apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan fonem /b/.

meN- + babas ‘cabik’  membabas ‘mencabik’ meN- + bam ‘baring’  membam ‘membaringkan’ meN- + bahana ‘ikat’  membahana ‘bergema’ meN- + barah ‘bengkak  membarah ‘membengkak’ meN- + bandut ‘ikat’  membandut ‘mengikat’ meN- + barot ‘balut’  membarot ‘membalut’ meN- + bawe ‘bawa’  membawe ‘membawa’ meN- + bace ‘baca’  membace ‘membaca’

meN-  men- apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan fonem /c, d/.

meN- + cirak ‘robek’  mencirak ‘mengoyak’ meN- + ciplak ‘contoh’  menjiplak ‘menyontoh’ meN- + cagil ‘ganggu’  mencagil ‘mengganggu’


(58)

42  

meN- + canang ‘menyampaikan’  mencanang ‘memberitahukan’ meN- + carut ‘maki’  mencarut ‘memaki’

meN- + cekik ‘cekek’  mencekik ‘mencekek’ meN- + dengki ‘benci’  mendengki ‘membenci’

meN- + durung ‘nangkap’  mendurung ‘menangkap ikan’

meN-  meny- apabila diikuti bentuk dasar yang berawal fonem /c, s/.

meN- + cucuk ‘tikam’  menyucuk ‘menikam’ meN- + sarot ‘gigit’  menyarot ‘menggigit’ meN- + sukat ‘takar’  menyukat ‘menakar’ meN- + susut ‘kecil’  menyusut ‘mengecil’ meN- + sender ‘sandar’  menyender ‘bersandar’

meN- + selinap ‘sembunyi’  menyelinap ‘bersembunyi’ meN- + simbah ‘sembur’  menyimbah ‘menyembur’ meN- + sudu ‘sendok’  menyudu ‘menyendok’ meN- + sabuk ‘pukul’  menyabuk ‘memukul’ meN- + sisip ‘selip’  menyisip ‘menyelip’


(59)

43  

meN-  meng- apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan fonem /a, h, k/.

meN- + asong ‘fitnah’  mengasong ‘memfitnah’ meN- + arum ‘aduk’  mengarum ‘mengaduk’ meN- + ajuk ‘ejek’  mengajuk ‘mengejek’ meN- + asak ‘geser’  mengasak ‘menggeser’ meN- + atak ‘atur’  mengotak ‘mengatur’ meN- + hela ‘tarik’  menghela ‘menarik’ meN- + kayok ‘dayung  mengayok ‘mendayung’ meN- + kelih ‘lihat’  mengelih ‘melihat’ meN- + kirai ‘jemur’  mengirai ‘menjemur’

meN-  me- apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan fonem /l, m, n, p, t/.

meN- + lekap ‘tempel’  melekap ‘menempel’ meN- + lempit ‘lipat’  melempit ‘melipat’ meN- + lekat ‘lengket’  melekat ‘melengket’

meN- + leding ‘kembang’  meleding ‘mengembang’


(60)

44  

meN- + milip ‘redup’  memilip ‘meredup’ meN- + nayah ‘limpah’  menayah ‘melimpah’ meN- + patok ‘catuk’  mematok ‘mencatuk’ meN- + tokoh ‘tipu’  menokoh ‘menipu’ 4.2.2 Kaidah morfofonemik afiks ber-

ber-  be- apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan fonem /b, c, g, s, t/.

ber- + buni ‘sembunyi’  bebuni ‘bersembunyi’ ber- + cakap ‘bicara’  becakap ‘berbicara’ ber- + gocoh ‘seloroh’  begocoh ‘berseloroh’ ber- + gocoh ‘seloroh’  begocoh ‘berseloroh’ ber- + sungut ‘repet’  besungut ‘merepet’ ber- + tamboh ‘tambah’  betamboh ‘bertambah’ ber- + tube ‘racun’  betube ‘beracun’

ber- + tonyoh ‘gesek’  betonyoh ‘bergesek’

ber-  ber- apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan fonem /a, e, i, o, t, u/.


(61)

45  

ber- + abuk ‘debu’  berabuk ‘berdebu’ ber- + alas ‘lapis’  beralas ‘berlapis’ ber- + asak ‘desak’  berasak ‘berdesak’ ber- + ayak ‘serak’  berayak ‘berserak’ ber- + embus ‘tiup’  berembus ‘bertiup’ ber- + ikogh ‘ekor’  berikogh ‘berekor’ ber- + iris ‘potong’  beriris ‘berpotong’ ber- + iduk ‘hemat’  beriduk ‘berhemat’ ber- + ombak ‘alun’  berombak ‘beralun’ ber- + turai ‘pikir’  berturai ‘berpikir’ ber- + ulah ‘tingkah’  berulah ‘bertingkah’ ber- + ughak ‘ubah’  berughak ‘berubah’ 4.2.3 Kaidah morfofonemik afiks peN-

peN-  pem- apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan fonem /b, p/.

peN- + buke ‘buka’  pembuke ‘pembuka’

peN- + bantei ‘hantam’  pembanteian ‘penghantaman’


(62)

46  

peN- + bace ‘baca’  pembace ‘pembaca’ peN- + basuh ‘cuci’  pembasuh ‘pencuci’ peN- + puje ‘puja’  pemuje ‘pemuja’

peN-  pen- apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan fonem /d, j/.

peN- + dengki ‘benci’  pendengki ‘pembenci’

peN- + durhake ‘durhaka’  pendurhake ‘pendurhaka’ peN- + jaet ‘jahit’  penjaet ‘penjahit’

peN- + jale ‘jala’  penjale ‘penjala’ peN- + juluk ‘jolok’  penjuluk ‘penjolok’

peN-  peng- apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan fonem /e, h, i, k, u/.

peN- + embus ‘tiup’  pengembus ‘peniup’

peN- + humban ‘lempar’  penghumban ‘pelempar’ peN- + iduk ‘hemat’  pengiduk ‘penghemat’ peN- + ikogh ‘ekor’  pengikogh ‘pengekor’ peN- + iris ‘potong’  pengiris ‘pemotong’


(63)

47  

peN- + kepit ‘jepit’  pengkepitan ‘penjepitan’ peN- + ughak ‘ubah’  pengughak ‘pengubah’

peN-  peny- apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan fonem /s/.

peN- + sekat ‘batas’  penyekat ‘pembatas’ peN- + susut ‘kecil’  penyusut ‘pengecil’ peN- + sabuk ‘pukul’  penyabuk ‘pemukul’

peN-  per- apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan fonem /a, i, r, u/.

peN- + ajuk ‘duga’  perajuk ‘penduga’ peN- + aer ‘air’  peraeran ‘perairan’ peN- + alas ‘lapis’  peralas ‘pelapis’ peN- + ingat ‘ingat’  peringatan ‘peringatan’ peN- + rumah ‘rumah’  perumahan ‘perumahan’ peN- + ubah ‘ubah’  perubahan ‘perubahan’

peN-  pe- apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan fonem /j, k, l, m/.

peN- + jaje ‘menjual’  penjaje ‘penjual’


(64)

48  

peN- + kerje ‘kerja’  pekerje ‘pekerja’

peN- + laboh ‘jatuh’  pelabohan ‘menjatuhkan’ peN- + lekat ‘lengket’  pelekat ‘pelengket’ peN- + lekap ‘tempel’  pelekap ‘penempel’ peN- + manje ‘manja’  pemanje ‘pemanja’ 4.2.4 Kaidah morfofonemik afiks ter-

ter-  ter- apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan fonem /a, e, i, o/.

ter- + ayak ‘serak’  terayak ‘terserak’

ter- + enjak ‘conggkok’  terenjak ‘tejongkok/teduduk’ ter- + empas ‘hempas’  terempas ‘terhempas’

ter- + iris ‘potong’  teriris ‘terpotong’ ter- + obah ‘ubah’  terobah ‘terubah’

ter-  te- apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan fonem /j, p, t/.

ter- + pukah ‘cabut’  tepukah ‘tercabut’ ter- + tunu ‘bakar’  tetunu ‘terbakar’ ter- + juntai ‘gantung’  tejuntai ‘tergantung’


(65)

49  

ter- + pedaya ‘tipu’  /tepedaya ‘tertipu’ 4.3Fungsi

4.3.1 Fungsi prefiks meN-

Fungsi : Prefiks meN-  me- berfungsi membentuk kata kerja aktif

meN- + lekat ‘lengket’ (KS)  melekat ‘melengket’ (KK aktif) meN- + lempit ‘lipat’ (KK)  melempit ‘melipat’ (KK aktif)

meN- + leding ‘kembang’ (KK)  meleding ‘mengembang’ (KK aktif) meN- + tokoh ‘tipu’ (KB)  menokoh ‘menipu’ (KK aktif)

meN- + milip ‘redup’ (KS)  memilip ‘meredup’ (KK aktif) meN- + nayah ‘limpah’ (KK)  menayah ‘melimpah’ (KK aktif) Fungsi : Prefiks meN-  mem- berfungsi membentuk kata kerja aktif

meN- + babas ‘cabik’ (KS)  membabas ‘mencabik’ (KK aktif) meN- + bahana ‘gema’ (KB)  membahana ‘bergema’ (KK aktif) meN- + bandut ‘ikat’ (KB)  membandut ‘mengikat’ (KK aktif) meN- + barah ‘bengkak’ (KS)  membarah ‘membengkak’ (KK aktif) Fungsi : Prefiks meN-  men- berfungsi membentuk kata kerja aktif


(66)

50  

meN- + dengki ‘benci’ (KS)  mendengki ‘membenci’ (KK aktif) meN- + carut ‘maki’ (KK)  mencarut ‘memaki’ (KK aktif) meN- + ciplak ‘contoh’ (KB)  menjiplak ‘menyontoh’ (KK aktif) Fungsi : Prefiks meN-  meny- berfungsi membentuk kata kerja aktif

meN- + susut ‘kecil’ (KS)  menyusut ‘mengecil’ (KK aktif) meN- + sudu ‘sendok’ (KB)  menyudu ‘menyendok’ (KK aktif) meN- + cucuk ‘tikam’ (KB)  menyucuk ‘menikam’ (KK aktif) Fungsi : Prefiks meN-  meng- berfungsi membentuk kata kerja aktif

meN- + hela ‘tarik’ (KK)  menghela ‘menarik’ (KK aktif)

meN- + kayok ‘dayung’ (KB)  mengayok ‘mendayung’ (KK aktif) meN- + arum ‘aduk’ (KK)  mengarum ‘mengaduk’ (KK aktif) meN- + asak ‘geser’ (KK)  mengasak ‘menggeser’ (KK aktif) meN- + atak ‘atur’ (KK)  mengotak ‘mengatur’ (KK aktif) 4.3.2 Fungsi prefiks ter-

Fungsi ter- berfungsi untuk membentuk kata kerja pasif.

ter- + enjak ‘jonggkok’ (KK)  terenjak ‘tejongkok/teduduk’ (KK pasif)


(1)

entah [entah] : anak piut, generasi ke lima

gagok [gagok] : gugup, salah tingkah

galah [galah] : kayu, tongkat panjang

gelabah [gelabah] : risau, cemas

gelai [gelai] : membelai

gelak [gelak] : tertawa

gening [geniŋ] : putar, pusing

getek [getek] : genit

gocoh [gocoh] : berseloroh, bergurau

hambur [hambuR] : bertabur

handal [handal] : terampil, kebolehan

hasong [hasoŋ] : fitnah

hela [hela] : tarik

ikogh [ikogh] : ekor

injak [injak] : pijak

ipagh [ipagh] : saudara kandung dari suami istri

iris [iRis] : potong


(2)

iyan [iyan] : itu

jelebau [jelebau] : istilah untuk orang yang memuakkan

jelak [jelak] : muak, bosan, jenuh

jolok [jolok] : ambil dengan kayu atau galah

jolong [joloŋ] : menjelang

judu [judu] : imbang, lawan

kaghau [kaghau] : tarik

kajagh [kajagh] : benang atau tali

kampit [kampit] : bungkus

kancip [kancip] : jepit, alat penjepit

kayuh/kayok [kayuh] : dayung

kebas [kebas] : kesemutan

kecak [kecak] : ikat

kecek [kecek] : bujuk

kekeh [kekeh] : tertawa

kelagh [kelagh] : sayat


(3)

laboh [laboh] : jatuh

lantam [lantam] : sombong, sok

lantak [lantak] : hantam

legak [legak] : mendidih

lekang [lekaŋ] : lepas

lekap [lekap] : tempel

lekat [lekat] : lengket

lempang [lempaŋ] : lurus

lempit [lempit] : lipat

lepok [lepok] : pukul

ligat [ligat] : cepat

limau [limau] : ceruk

lusoh [lusoh] : kusut

mampos [mampos] : mati

mancut [mancut] : muncrat

membasoh [membasoh] : mencuci

mencong [mencoŋ] : tidak lurus


(4)

menegor [menegoR] : menyapa

mengirai [meŋiRai] : menjemur

mengekor [meŋekoR] : mengikuti

menyukat [menyukat] : menimbang

menyusut [menyusut] : mengecil

menyisip [menyisip] : menyelip

merebat [meRebat] : pengikat

milip [milip] : redup

molek [molek] : cantik, ayu

muncong [muncoŋ] : mulut

nekat [nekat] : berani

ngael [ŋael] : mancing

ngeletagh [ŋeletagh] : gemetar

nipis [nipis] : tipis

nian [nian] : sangat

nokoh [nokoh] : menipu

nyarik [nyarik] : mencari


(5)

ocok [ocok] : unjuk

oleng [oleŋ] : goyang, miring

olok [olok] : ejek

olong [oloŋ] : sulung, anak paling tua

pacak [pacak] : tegak

paut [paut] : dipegangi

pukah [pukah] : tercabut

punggah [puŋgah] : bongkar

puput [puput] : tiup

rabut [Rabut] : cabut

raeb [Raeb] : hilang, habis

rimbas [Rimbas] : bias, dampak

rondok [Rondok] : sembunyi

sarot [saRot] : menggigit

selinap [selinap] : bersembunyi

semampai [semampai] : tertinggi

simbah [simbah] : menyembur


(6)

sukat [sukat] : takar, ukur

tohok [tohok] : menyucuk, menikam

tokoh [tokoh] : tipu

tujah [tujah] : jolok

tungkap [tuŋkap] : terbalik

tunu [tunu] : bakar

ubah [ubah] : rubah

unjuk [unjuk] : menunjuk

usap [usap] : belai

usik [usik] : ganggu