Morfofonemik Bahasa Melayu Deli Chapter III V

BAB III
METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dimana akan dibuat deskrifsi yang
sistematis dan akurat mengenai data yang diteliti. Penelitian deskriptif menurut
Sudaryanto (1992: 62 ) menyatakan metode deskriptif merupakan suatu metode
yang secara empiris hidup pada penuturnya sehingga yang dihasilkan atau yang
dicari berupa pemberian bahasa yang biasa sifatnya seperti fotret, paparan, seperti
apa adanya.
Penelitian deskriptif menurut Surakhmad (1978: 739) yaitu penelitian yang
mencoba menggambarkan dan menganalisis data mulai dari tahap pengumpulan
data, penyusunan data dan analisis interpretasi terhadap data.
Metode deskriptif yang dipilih karena penelitian yang dilakukan bertujuan untuk
menggambarkan dengan jelas tentang objek yang diteliti secara alamiah
(Djajasudarma, 1993: 8-9).
Dapat disimpulkan bahwa metode penelitian ialah cara kerja untuk mendapatkan
data dalam penelitian untuk mencari kebenaran yang objektif dalam pokok
permasalahan.

3.1 Metode Dasar
Senada dengan tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini, yakni berusaha

menggambarkan secara objektif dan tepat aspek morfofonemik bahasa Melayu
Deli, maka penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Metode dan teknik

20
Universitas Sumatera Utara

penelitian ini mencerminkan kenyataan berdasarkan fakta-fakta (fact findings)
yang ada di lapangan sebagaimana adanya (Nawawi dan Hadari 1967 dalam
Siahaan, 2009:51). Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah
pupuan lapangan meliputi pencatatan langsung dan perekaman. Pada teknik
pencatatan peneliti secara langsung mencatat berian yang dijawab oleh informan.

3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Hamparan Perak, Kecamatan Hamparan Perak,
Kabupaten Deli Serdang.

3.3 Instrumen Penelitian
Instrumen atau alat penelitian yang penulis gunakan adalah peralatan tulis untuk
mencatat informasi, perekam suara untuk wawancara, foto untuk dokumentasi
gambar, dan video untuk dokumentasi gambar yang bergerak beserta suara.


3.4 Sumber Data
Sumber data dalam penelitian

adalah subjek dari mana data itu diperoleh

(Arikunto,1996 :114 ). Artinya, jika penelitian menggunakan metode wawancara
dalam

pengumpulan

datanya,

maka

subjeknya

responden

dan


apabila

menggunakan metode observasi dalam pengumpulan datanya, maka subjeknya
berupa benda atau tempat.
Adapun langkah-langkah pengumpulan data penelitian ini adalah sebagai berikut :

21
Universitas Sumatera Utara

a. Metode kepustakaan (library research), yaitu dengan mencari data dan buku
yang berhubungan dengan judul proposal penelitian ini.
b. Metode observasi, yaitu penulis langsung ke lapangan melakukan pengamatan
terhadap kegiatan penelitian.
c. Metode

wawancara,

yaitu


mengumpulkan

data

dengan

mengajukan

pertanyaan kepada informan yang memahami masalah proposal penelitian.

3.5 Metode Analisis Data
Metode analisis data merupakan suatu langkah dalam penelitian karena tahap
dalam menyelesaikan masalah adalah dengan menganalisis data yang telah
dikumpulkan. Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah
metode deskriptif.Metode deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran
mengenai subjek penelitian berdasarkan informasi yang diperoleh berdasarkan
informasi dan fakta yang ada. Metode analisis data adalah metode atau cara-cara
sipeneliti dalam mengolah data yang mentah sehingga menjadi data yang cermat,
atau akurat dan ilmiah.
Pada dasarnya analisis dalam kegiatan untuk memanfaatkan data sehingga dapat

diperoleh suatu kebenaran dan ketidak benaran. Dalam analisis diperlukan
kreativitas sehingga diuji kemampuan peneliti dalam menalar sesuatu.
Menganalisis data merupakan suatu langkah yang sangat kritis dalam penelitian,
karena tahap dalam menyelesaikan masalah adalah menganalisis. Setelah data
terkumpul sesuai dengan pokok permasalahan akan dilakukan.

22
Universitas Sumatera Utara

Metode yang digunakan penulis dalam menganalisis data penelitian ini adalah
metode deskriptif.
1. Mengumpulkan data sebanyak-banyaknya yang sesuai dengan pokok
permasalahan
2. Membuat generelisasi terhadap data-data yang terkumpul sesuai dengan
bentuk dan jenisnya
3. Mencatat seluruh data yang sistematis sehingga semua data-data yang
terkumpul saling mendukung.
4. Menganalisis data sesuai rumusan masalah dan teori yang digunakan.
Setelah data-data yang diperlukan terkumpul semua, maka data-data yang
diperlukan dalam penulisan diambil dan data-data yang tidak diperlukan dibuang.

Tahapan metode analisis data berakhir dengan penemuan kaidah, betapapun
sederhananya atau sedikitnya kaidah itu, dan banyaknya kaidah yang ditemukan
bukanlah menjadi ukuran, karena kerumitan dan banyaknya kaidah tidak selalu
menjadi petunjuk baik kedalaman atau kehebatan telaah. Dengan demikian dapat
dikatakan pula ditemukannya kaidah itu merupakan wujud dari analisis data
(Sudaryanto, 1986 : 39 ).

23
Universitas Sumatera Utara

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1.Jenis Morfofonemik Bahasa Melayu Deli
Dalam Bahasa Melayu Deli ada beberapa jenis morfofonemik dengan proses
morfologi antara lain : pelesapan fonem, pemunculan fonem, peluluhan fonem,
perubahan fonem, dan pergeseran fonem.

4.1.1. Pelesapan fonem
Pelesapan fonem, yakni hilangnya fonem dalam suatu proses morfologi.

Misalnya, ber- pada kata dasar rase ‘berasa’ yang akan diuraikan di bawah,
termasuk kedalam bentuk yang telah mengalami pelesapan fonem. Pada bahasa
Melayu Deli terjadi pada prefis ber- dan konfiks per-an.

4.1.1.1. Prefiks ber- dan konfiks per-an.
Pada Bahasa Melayu Deli prefiks ber- dan konfiks per-an mengalami proses
pelesapan fonem /r/ terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai dengan fonem /r/.
Pelesapan fonem /r/ terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai dengan fonem /r/,
seperti contoh-contoh berikut.
a. /ber/ + rimbas ‘dampak’

berimbas ‘berdampak’.

b. /ber/ + ribE ‘pangku’

beribE ‘berpangku’

c. /ber/ + ranggi ‘gembira’

beranggi ‘bergembira’


d. /ber/ + resia ‘rahasia’

beresia ‘berahasia’

24
Universitas Sumatera Utara

e. /ber/ + rasE ‘rasa,

berasE ‘berasa’

f. /ber/ + rondok ‘sembunyi’

berondok ‘bersembunyi’

g. /ber/ + ronE ‘warna’

beronE ‘berwana’


h. /per/ + rumah ‘rumah’

perumahan ‘perumahan’

Dari contoh di atas terjadi pelesapan fonem /r/ terjadi apabila bentuk dasarnya
dimulai dengan fonem /r/ bergabung dengan prefiks ber- dan konfiks per-an. Data
pada bentuk dasar rimbas ‘dampak’ yang fonem dasarnya /r/ ketika bertemu
dengan prepiks ber- menjadi berimbas ‘berdampak’, fonem /r/ yang berada pada
prefiks ber- dilesapkan, yaitu hanya ada satu fonem /r/ saja, sebagai akibat dari
pertemuan dua morfem tersebut. Data pada bentuk dasar ribE ‘pangku’yang
fonem dasarnya /r/ ketika bertemu dengan prepiks ber- menjadi beribE
‘berpangku’ fonem /r/ yang berada pada prefiks ber- dilesapkan, yaitu hanya ada
satu fonem /r/ saja, sebagai akibat dari pertemuan dua morfem tersebut. Data pada
bentuk dasar ranggi ‘gembira’yang fonem dasarnya /r/ ketika bertemu dengan
prepiks ber- menjadi beranggi ‘bergembira’ fonem /r/ yang berada pada prefiks
ber- dilesapkan, yaitu hanya ada satu fonem /r/ saja, sebagai akibat dari pertemuan
dua morfem tersebut. Data pada bentuk

dasar


resia ‘rahasia’ yang fonem

dasarnya /r/ ketika bertemu dengan prepiks ber- menjadi beresia ‘berahasia’
fonem /r/ yang berada pada prefiks ber- dilesapkan, yaitu hanya ada satu fonem /r/
saja, sebagai akibat dari pertemuan dua morfem tersebut. Data pada bentuk dasar
rasE ‘rasa, yang fonem dasarnya /r/ ketika bertemu dengan prepiks ber- menjadi
berasE ‘berasa’ fonem /r/ yang berada pada prefiks ber- dilesapkan, yaitu hanya

25
Universitas Sumatera Utara

ada satu fonem /r/ saja, sebagai akibat dari pertemuan dua morfem tersebut. Data
pada bentuk dasar rondok ‘sembunyi’ , yang fonem dasarnya /r/ ketika bertemu
dengan prepiks ber- menjadi berondok ‘bersembunyi’ fonem /r/ yang berada pada
prefiks ber- dilesapkan, yaitu hanya ada satu fonem /r/ saja, sebagai akibat dari
pertemuan dua morfem tersebut. Data pada bentuk dasar ronE ‘warna’ yang
fonem dasarnya /r/ ketika bertemu dengan prepiks ber- menjadi beronE ‘berwana’
fonem /r/ yang berada pada prefiks ber- dilesapkan, yaitu hanya ada satu fonem /r/
saja, sebagai akibat dari pertemuan dua morfem tersebut. Data pada bentuk dasar
Rumah ‘rumah’ yang fonem awalnya /r/ ketika bertemu dengan konfiks per-an

menjadi peRumahan ‘perumahan’ fonem /r/ yang berada pada prefiks berdilesapkan, yaitu hanya ada satu fonem /r/ saja, sebagai akibat dari pertemuan dua
morfem tersebut.

4.1.2. Pemunculan fonem
Pemunculan fonem adalah munculnya fonem dan proses morfologi yang pada
mulanya tidak ada. Bentuk-bentuk seperti membujok ‘membujuk’ dan membEdal
‘memukul’ contoh lain telah diuraikan dibawah, termasuk kedalam bentuk yang
telah mengalami pemunculan fonem. Pada Bahasa Melayu Deli pemunculan
fonem terjadi pada prefiks me-, prefiks be-, konfiks te-, konfiks pe-an, konfiks kean dan konfiks be-an.

4.1.2.1. Prefiks me-

26
Universitas Sumatera Utara

Prefiks me- dalam Bahasa Melayu Deli mengalami pemunculan fonem /m/, /n/
dan /ng/ terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai dengan fonem /a/, /b/, /c/, /d/, /j/,
/g/, /h/dan /k/.
Pemunculan fonem /m/ terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai dengan konsonan
/b/, seperti contoh berikut.
a. /me/ + bujok ‘bujuk’

membujok ‘membujuk’

b. /me/ + bEdal ‘pukul’

membEdal ‘memukul’

c. /me/ + baRah ‘bengkak’

membaRah ‘membengkak’

d. /me/ + babas ‘cabik’

membabas ‘mencabik’

e. /me/ + bahana ‘gema’

membahana ‘bergema’

f. /me/ + bam ‘baring’

membam ‘membaringkan’

g. /me/ + bandut ‘ikat’

membandut ‘mengikat’

h. /me/ + baRot ‘balut’

membaRot ‘membalut’

i.

/me/ + bawE ‘bawa’

membawE ‘membawa’

j.

/me/ + bacE ‘baca’

membawE ‘membawa’

Pemunculan fonem /m/ terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai dengan konsonan
/b/ bergabung dengan prefiks me-. Data pada bentuk dasar bujok ‘bujuk ‘ yang
fonem awalnya /b/ ketika bertemu dengan prefiks me- menjadi membujok
‘membujuk’ sebagai akibat pertemuan dua morfem tersebut. Data pada bentuk
dasar bEdal ‘pukul’ fonem awalnya /b/ ketika bertemu dengan prefiks memenjadi membEdal ‘memukul’ sebagai akibat pertemuan dua morfem tersebut.
Data pada bentuk dasar baRah ‘bengkak’ pukul’ fonem awalnya /b/ ketika

27
Universitas Sumatera Utara

bertemu dengan prefiks me- menjadi membaRah ‘membengkak’ sebagai akibat
pertemuan dua morfem tersebut.Data pada bentuk dasar babas ‘cabik’ fonem
awalnya /b/ ketika bertemu dengan prefiks me- menjadi membabas ‘mencabik’
sebagai akibat pertemuan dua morfem tersebut. Data pada bentuk dasar bahana
‘gema’ fonem awalnya /b/ ketika bertemu dengan prefiks me- menjadi
membahana ‘bergema’ sebagai akibat pertemuan dua morfem tersebut. Data pada
bentuk dasar bam ‘baring’ fonem awalnya /b/ ketika bertemu dengan prefiks memenjadi

membam ‘membaringkan’ sebagai akibat pertemuan dua morfem

tersebut. Data pada bentuk dasar bandut ‘ikat’ fonem awalnya /b/ ketika bertemu
dengan prefiks me- menjadi membandut ‘mengikat’ sebagai akibat pertemuan dua
morfem tersebut. Data pada bentuk dasar baRot ‘balut’ fonem awalnya /b/ ketika
bertemu dengan prefiks me- menjadi membaRot ‘membalut’ sebagai akibat
pertemuan dua morfem tersebut. Data pada bentuk dasar bawE ‘bawa’ fonem
awalnya /b/ ketika bertemu dengan prefiks me- menjadi membawE ‘membawa’
sebagai akibat pertemuan dua morfem tersebut. Data pada bentuk dasar bacE
‘baca’ fonem awalnya /b/ ketika bertemu dengan prefiks me- menjadi membawE
‘membawa’ sebagai akibat pertemuan dua morfem tersebut.
Pemunculan fonem /n/ terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai dengan konsonan
/c/, /d/ dan /j/, seperti contoh di bawah.
a. /me/ + jemor ‘jemur’

menjemor ‘menjemur’

b. /me/ + dEngki ‘benci’

mendengki ‘membenci’

c. /me/ + carut ‘maki’

mencarut ‘memaki’

d. /me/ + cagil ‘ganggu’

mencagil ‘mengganggu’

28
Universitas Sumatera Utara

e. /me/ + canang ‘menyampaikan’

mencanang ‘memberitahukan’

f. /me/ + cEkik ‘cekek’

mencEkik ‘mencekek’

g. /me/ + jiplak ‘contoh’

menjiplak ‘menyontoh’

h. /me/ + ciRak ‘robek’

menciRak ‘merobek’

i.

/me/ + duRung ‘nangkap’

menduRung ‘menangkap ikan’

Pemunculan fonem /n/ terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai dengan konsonan
/c/, /d/ dan /j/ bergabung dengan prefiks me-. Data pada bentuk dasar jemoR
‘jemur’ yang fonem awalnya /j/ ketika bertemu dengan prefiks me- menjadi
menjemoR ‘menjemur’ sebagai akibat pertemuan dua morfem tersebut. Data pada
bentuk dasar dEngki ‘benci’ yang fonem awalnya /d/ ketika bertemu dengan
prefiks me- menjadi mendengki ‘membenci’ sebagai akibat pertemuan dua
morfem tersebut. Data pada bentuk dasar carut ‘maki’ yang fonem awalnya /c/
ketika bertemu dengan prefiks me- menjadi mencarut ‘memaki’ sebagai akibat
pertemuan dua morfem tersebut. Data pada bentuk dasar cagil ‘ganggu’ yang
fonem awalnya /c/ ketika bertemu dengan prefiks me- menjadi

mencagil

‘mengganggu’ sebagai akibat pertemuan dua morfem tersebut. Data pada bentuk
dasar canang ‘menyampaikan’ yang fonem awalnya /c/ ketika bertemu dengan
prefiks me- menjadi mencanang ‘memberitahukan’ sebagai akibat pertemuan dua
morfem tersebut.Data pada bentuk dasar cEkik ‘cekek’ yang fonem awalnya /c/
ketika bertemu dengan prefiks me- menjadi mencEkik ‘mencekek’ sebagai akibat
pertemuan dua morfem tersebut.Data pada bentuk dasar jiplak ‘contoh’ yang
fonem awalnya /j/ ketika bertemu dengan prefiks me- menjadi menjiplak

29
Universitas Sumatera Utara

‘menyontoh’ sebagai akibat pertemuan dua morfem tersebut. Data pada bentuk
dasar ciRak ‘robek’ yang fonem awalnya /c/ ketika bertemu dengan prefiks memenjadi menciRak ‘merobek’ sebagai akibat pertemuan dua morfem tersebut.
Data pada bentuk dasar duRung ‘nangkap’ yang fonem awalnya /d/ ketika
bertemu dengan prefiks me- menjadi menduRung ‘menangkap ikan’ sebagai
akibat pertemuan dua morfem tersebut.
Pemunculan fonem /ng/ terjadi apabila bentuk yang dilekatinya bermula dengan
fonem /g/, /h/, /k/ dan /a/ seperti contoh di bawah.
a. /me/ + gelai ‘sandar’

menggelai ‘bersandar’

b. /me/ + ayon ‘ayun’

mengayon ‘mengayun’

c. /me/ + asong ‘fitnah’

mengasong ‘memfitnah’

d. /me/ + hEla ‘tarik’

menghEla ‘menarik’

e. /me/ + kayok ‘dayung’

mengayok ‘mendayung’

f. /me/ + kelih ‘lihat’

mengelih ‘melihat’

g. /me/ + ajuk ‘ejek’

mengajuk ‘mengejek’

h. /me/ + kiRai ‘jemur’

mengiRai ‘menjemur’

i.

/me/ + aRum ‘aduk’

mengaRum ‘mengaduk’

j.

/me/ + asak ‘geser’

mengasak ‘menggeser’

k. /me/ + atak ‘atur’

mengatak ‘mengatur’

Pemunculan fonem /ng/ terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai dengan /g/, /h/,
/k/ dan /a/ bergabung dengan prefiks me-. Data pada bentuk dasar gelai ‘sandar’
yang fonem awalnya /g/ ketika bertemu dengan prefiks me- menjadi menggelai

30
Universitas Sumatera Utara

‘bersandar’ sebagai akibat pertemuan dua morfem tersebut. Data pada bentuk
dasar ayon ‘ayun’ yang fonem awalnya /a/ ketika bertemu dengan prefiks memenjadi mengayon ‘mengayun’ sebagai akibat pertemuan dua morfem tersebut.
Data pada bentuk dasar asong ‘fitnah’ yang fonem awalnya /a/ ketika bertemu
dengan prefiks me- menjadi mengasong ‘memfitnah’ sebagai akibat pertemuan
dua morfem tersebut. Data pada bentuk dasar hEla ‘tarik’ yang fonem awalnya /h/
ketika bertemu dengan prefiks me- menjadi menghEla ‘menarik’ sebagai akibat
pertemuan dua morfem tersebut. Data pada bentuk dasar kayok ‘dayung’ yang
fonem awalnya /k/ ketika bertemu dengan prefiks me- menjadi mengayok
‘mendayung’ sebagai akibat pertemuan dua morfem tersebut. Data pada bentuk
dasar kelih ‘lihat’ yang fonem awalnya /k/ ketika bertemu dengan prefiks memenjadi mengelih ‘melihat’ sebagai akibat pertemuan dua morfem tersebut. Data
pada bentuk dasar ajuk ‘ejek’ yang fonem awalnya /a/ ketika bertemu dengan
prefiks me- menjadi mengajuk ‘mengejek’ sebagai akibat pertemuan dua morfem
tersebut. Data pada bentuk dasar kiRai ‘jemur’ yang fonem awalnya /k/ ketika
bertemu dengan prefiks me- menjadi mengiRai ‘menjemur’ sebagai akibat
pertemuan dua morfem tersebut. Data pada bentuk dasar aRum ‘aduk’ yang
fonem awalnya /a/ ketika bertemu dengan prefiks me- menjadi mengaRum
‘mengaduk’ sebagai akibat pertemuan dua morfem tersebut. Data pada bentuk
dasar asak ‘geser’ yang fonem awalnya /a/ ketika bertemu dengan prefiks memenjadi mengasak ‘menggeser’ sebagai akibat pertemuan dua morfem tersebut.
Data pada bentuk dasar atak ‘atur’ yang fonem awalnya /a/ ketika bertemu dengan

31
Universitas Sumatera Utara

prefiks me- menjadi mengatak ‘mengatur’ sebagai akibat pertemuan dua morfem
tersebut.

4.1.2.2. Prefiks be-, te- dan konfiks be-an
Prefiks be-, be-an dan te dalam Bahasa Melayu Deli mengalami proses
pemunculan fonem /r/ terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai dengan fonem /t/,
/a/, /i/, /e/, /u/ dan /o/.
Pemunculan fonem /r/ terjadi apabila bentuk yang dilekatinya bermula dengan
fonem /t/, /a/, /i/, /e/, /u/ dan /o/ seperti contoh dibawah berikut.
a. /be/ + tuRai ‘pikir’

beRtuRai ‘berpikir’

b. /be/ + abuk ‘debu’

beRabuk ‘berdebu’

c. /be/ + alas ‘lapis’

beRalas ‘berlapis’

d. /be/ + asak ‘desak’

beRasak ‘berdesak’

e. /be/ + ayak ‘seRak’

beRayak ‘berserak’

f. /be/ + iduk ‘hemat’

beRiduk ‘berhemat’

g. /be/ + ikogh ‘ekor’

beRikogh ‘berekor’

h. /be/ + iRis ‘potong’

beriRis ‘berpotong’

i.

/be/ + embus ‘tiup’

berRembus ‘bertiup’

j.

/be/ + ughak ‘ubah’

beRughak ‘berubah’

k. /be/ + ulah ‘tingkah’

beRulah ‘bertingkah’

l.

beRombak ‘beralun’

/be/ + ombak ‘alun’

m. /be-an/ + tindih ‘himpit’

bebeRtindihan ‘berhimpitan’

n. /be-an/ + Entak ‘hentak’

beRentakan ‘berhentakan’

32
Universitas Sumatera Utara

o. /be-an/ + uRus ‘urus’

beRuRusan ‘berurusan’

p. /te/ + enjak ‘jongkok’

teRenjak ‘terjongkok, terduduk’

q. /te/ + empas ‘hempas’

teRempas ‘terhempas’

r. /te/ + ayak ‘serak’

teRayak ‘terserak’

s. /te/ + obah ‘ubah’

teRobah ‘terubah’

t. /te/ + iris ‘potong’

teRiris ‘terpotong’

Pemunculan fonem /r/ terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai dengan fonem/t/,
/a/, /i/, /e/, /u/ dan /o/ bergabung dengan prepiks be-, ted an konfiks be-an. Data
pada bentuk dasar tuRai ‘pikir’ yang fonem awalnya /t/ ketika bertemu dengan
prefiks be- menjadi beRtuRai ‘berpikir’ sebagai akibat pertemuan dua fonem
tersebut. Data pada bentuk dasar abuk ‘debu’ yang fonem awalnya /a/ ketika
bertemu dengan prefiks be- menjadi beRabuk ‘berdebu’ sebagai akibat pertemuan
dua fonem tersebut. Data pada bentuk dasar alas ‘lapis’ yang fonem awalnya /a/
ketika bertemu dengan prefiks be- menjadi beRalas ‘berlapis’ sebagai akibat
pertemuan dua fonem tersebut. Data pada bentuk dasar asak ‘desak’ yang fonem
awalnya /a/ ketika bertemu dengan prefiks be- menjadi beRasak

‘berdesak’

sebagai akibat pertemuan dua fonem tersebut. Data pada bentuk dasar ayak
‘serak’ yang fonem awalnya /a/ ketika bertemu dengan prefiks be- menjadi
beRayak ‘berserak’ sebagai akibat pertemuan dua fonem tersebut. Data pada
bentuk dasar iduk ‘hemat’ yang fonem awalnya /i/ ketika bertemu dengan prefiks
be- menjadi beRiduk ‘berhemat’ sebagai akibat pertemuan dua fonem tersebut.
Data pada bentuk dasar ikogh ‘ekor’ yang fonem awalnya /i/ ketika bertemu

33
Universitas Sumatera Utara

dengan prefiks be- menjadi beRikogh ‘berekor’ sebagai akibat pertemuan dua
fonem tersebut. Data pada bentuk dasar iRis ‘potong’ yang fonem awalnya /i/
ketika bertemu dengan prefiks be- menjadi beriRis ‘berpotong’ sebagai akibat
pertemuan dua fonem tersebut. Data pada bentuk dasar embus ‘tiup’ yang fonem
awalnya /e/ ketika bertemu dengan prefiks be- menjadi berRembus ‘bertiup’
sebagai akibat pertemuan dua fonem tersebut. Data pada bentuk dasar ughak
‘ubah’ yang fonem awalnya /u/ ketika bertemu dengan prefiks be- menjadi
beRughak ‘berubah’ sebagai akibat pertemuan dua fonem tersebut. Data pada
bentuk dasar ulah ‘tingkah’ yang fonem awalnya /u/ ketika bertemu dengan
prefiks be- menjadi beRulah ‘bertingkah’ sebagai akibat pertemuan dua fonem
tersebut. Data pada bentuk dasar ombak ‘alun’ yang fonem awalnya /o/ ketika
bertemu dengan prefiks be- menjadi beRombak ‘beralun’ sebagai akibat
pertemuan dua fonem tersebut. Data pada bentuk dasar tindih ‘himpit’ yang
fonem awalnya /t/ ketika bertemu dengan prefiks be-an menjadi beRtindihan
‘berhimpitan’ sebagai akibat pertemuan dua fonem tersebut. Data pada bentuk
dasar Entak ‘hentak’ yang fonem awalnya /e/ ketika bertemu dengan prefiks be-an
menjadi beRentakan ‘berhentakan’ sebagai akibat pertemuan dua fonem tersebut.
Data pada bentuk dasar uRus ‘urus’ yang fonem awalnya /u/ ketika bertemu
dengan prefiks be-an menjadi beRuRusan ‘berurusan’ sebagai akibat pertemuan
dua fonem tersebut. Data pada bentuk dasar enjak ‘jongkok’ yang fonem awalnya
/e/ ketika bertemu dengan prefiks te- menjadi teRenjak ‘terjongkok, terduduk’
sebagai akibat pertemuan dua fonem tersebut. Data pada bentuk dasar empas
‘hempas’ yang fonem awalnya /e/ ketika bertemu dengan prefiks te- menjadi

34
Universitas Sumatera Utara

teRempas ‘terhempas’ sebagai akibat pertemuan dua fonem tersebut. Data pada
bentuk dasar ayak ‘serak’ yang fonem awalnya /a/ ketika bertemu dengan prefiks
te- menjadi teRayak ‘terserak’ sebagai akibat pertemuan dua fonem tersebut. Data
pada bentuk dasar obah ‘ubah’ yang fonem awalnya /o/ ketika bertemu dengan
prefiks te- menjadi teRobah ‘terubah’ sebagai akibat pertemuan dua fonem
tersebut. Data pada bentuk dasar iris ‘potong’ yang fonem awalnya /i/ ketika
bertemu dengan prefiks te- menjadi teRiris ‘terpotong’ sebagai akibat pertemuan
dua fonem tersebut.

4.1.2.3. Konfiks pe-an, ke-an dan be-an
Pada konfiks pe-an, ke-an dan be-an dalam Bahasa Melayu Deli mengalami
proses pemunculan fonem /y/ dan /w/ terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai
dengan fonem /b/, /p/ dan /t/.
Pemunculan fonem /y/ terjadi apabila bentuk yang dilekatinya bermula dengan /b/
dan /p/, seperti cotoh berikut.
a. /pe-an/ + bantEi ‘hantam’

pembantEian ‘penghantaman’

pembatEiyan
b. /ke-an/ + pandEi ‘pandai’

kepandEian ‘kepandaian’

kepandEyan
Pemunculan fonem /y/ terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai dengan fonem /b/
dan /p/ bergabung dengan konfiks /pe-an dan /ke-an/. Data pada bentuk dasar
bantEi ‘hantam’ yang fonem awalnya /b/ ketika bertemu dengan konfiks /pe-an/
menjadi pembantEian ‘penghantaman’ pembantEian sebagai akibat pertemuan

35
Universitas Sumatera Utara

dua morfem tersebut. Data pada bentuk dasar pandEi ‘pandai’ yang fonem
awalnya /p/ ketika bertemu dengan konfiks /ke-an/ menjadi kepandEian
‘kepandaian’ kepandEyansebagai akibat pertemuan dua morfem tersebut.
Pemunculan fonem /w/ terjadi apabila bentuk yang dilekatinya bermulan dengan
/t/ seperti contoh berikut.
a. /be-an/ + tinjo ‘tinjau’

bertinjoan ‘bertinjau’

bertinjowan

Pemunculan fonem /w/ terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai dengan fonem /t/
bergabung dengan konfiks be-an. Data pada bentuk dasar tinjo ‘tinjau’ yang
fonem awalnya /t/ ketika bertemu dengan konfiks be-an menjadi bertinjoan
‘bertinjau’ bertinjowan sebagai akibat pertemuan dua morfem tersebut.

4.1.3. Peluluhan fonem
Peluluhan fonem yaitu luluhnya sebuah fonem serta disenyawakan dengan fonem
lain dalam suatu proses morfologi. Bentuk-bentuk seperti menyudu ‘menyendok’
yang telah diuraikan di bawah termasuk kedalam bentuk yang telah mengalami
peluluhan fonem. Pada Bahasa Melayu Deli peluluhan fonem terjadi pada prefikd
me-.

4.1.3.1. Prefiks mePada Bahasa Melayu Deli prefiks me- mengalami proses peluluhan fonem /ny/
dan /ng/ terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai dengan fonem /s/, /k/ dan /c/.

36
Universitas Sumatera Utara

Peluluhan fonem terjadi apabila prefiks me- diimbuhkan pada bentuk dasar yang
dimulai dengan konsonan /s/ dan /k/.Dalam hal ini konsonan /s/ dan /c/ dilulukan
dengan /ny/, konsonan /k/ diluluhkan dengan /ng/.
a. Me + sudu ‘sendok’

menyudu ‘menyendok’

b. Me + sabuk ‘pukul’

menyabuk ‘memukul’

c. Me + sElinap ‘sembunyi’

menyElinap ‘bersembunyi’

d. Me + susut ‘kecil’

menyusut ‘mengecil’

e. Me + kElih ‘lihat’

mengElih ‘melihat’

f. Me + kiRai ‘jemur’

mengiRai ‘menjemur’

g. Me + kayok ‘dayung’

mengayok ‘mendayung’

h. Me + sEndEr ‘sandar’

menyEndeR ‘bersandar’

i.

Me + saRot ‘gigit’

menyarot ‘menggigit’

j.

Me + simbah ‘sembur’

menyimbah ‘menyembur’

k. Me + sukat ‘takar’

menyukat ‘menakar’

l.

menyucuk ‘menikam’

Me + cucuk ‘tikam’

m. Me + sisip ‘selip’

menyisip ‘menyelip’

Data pada bentuk dasar sudu ‘sendok’ yang fonem awalnya /s/ ketika bertemu
dengan prefiks me- menjadi menyudu ‘menyendok’ maka fonem /s/ diluluhkan
dengan fonem /ny/ sebagai akibat pertemuan dua morfem tersebut. Data pada
bentuk dasar sabuk ‘pukul’ yang fonem awalnya /s/ ketika bertemu dengan prefiks
me- menjadi menyabuk ‘memukul’ maka fonem /s/ diluluhkan dengan fonem /ny/
sebagai akibat pertemuan dua morfem tersebut. Data pada bentuk dasar sElinap

37
Universitas Sumatera Utara

‘sembunyi’ yang fonem awalnya /s/ ketika bertemu dengan prefiks me- menjadi
menyElinap ‘bersembunyi’ maka fonem /s/ diluluhkan dengan fonem /ny/ sebagai
akibat pertemuan dua morfem tersebut. Data pada bentuk dasar susut ‘kecil’ yang
fonem awalnya /s/ ketika bertemu dengan prefiks me- menjadi menyusut
‘mengecil’ maka fonem /s/ diluluhkan dengan fonem /ny/ sebagai akibat
pertemuan dua morfem tersebut. Data pada bentuk dasar kElih ‘lihat’ yang fonem
awalnya /k/ ketika bertemu dengan prefiks me- menjadi mengElih ‘melihat’ maka
fonem /k/ diluluhkan dengan fonem /ng/ sebagai akibat pertemuan dua morfem
tersebut. Data pada bentuk dasar kiRai ‘jemur’ yang fonem awalnya /k/ ketika
bertemu dengan prefiks me- menjadi mengiRai ‘menjemur’ maka fonem /k/
diluluhkan dengan fonem /ng/ sebagai akibat pertemuan dua morfem tersebut.
Data pada bentuk dasar kayok ‘dayung’ yang fonem awalnya /k/ ketika bertemu
dengan prefiks me- menjadi mengayok ‘mendayung’ maka fonem /k/ diluluhkan
dengan fonem /ng/ sebagai akibat pertemuan dua morfem tersebut. Data pada
bentuk dasar sEndEr ‘sandar’ yang fonem awalnya /s/ ketika bertemu dengan
prefiks me- menjadi menyEndeR ‘bersandar’ maka fonem /s/ diluluhkan dengan
fonem /ny/ sebagai akibat pertemuan dua morfem tersebut.Data pada bentuk dasar
saRot ‘gigit’ yang fonem awalnya /s/ ketika bertemu dengan prefiks me- menjadi
menyarot ‘menggigit’ maka fonem /s/ diluluhkan dengan fonem /ny/ sebagai
akibat pertemuan dua morfem tersebut. Data pada bentuk dasar simbah ‘sembur’
yang fonem awalnya /s/ ketika bertemu dengan prefiks me- menjadi menyimbah
‘menyembur’ maka fonem /s/ diluluhkan dengan fonem /ny/ sebagai akibat
pertemuan dua morfem tersebut. pada bentuk dasar sukat ‘takar’ yang fonem

38
Universitas Sumatera Utara

awalnya /s/ ketika bertemu dengan prefiks me- menjadi menyukat ‘menakar’
maka fonem /s/ diluluhkan dengan fonem /ny/ sebagai akibat pertemuan dua
morfem tersebut. Data pada bentuk dasar cucuk ‘tikam’ yang fonem awalnya /c/
ketika bertemu dengan prefiks me- menjadi menyucuk ‘menikam’ maka fonem /c/
diluluhkan dengan fonem /ny/ sebagai akibat pertemuan dua morfem tersebut.
Data pada bentuk dasar + sisip ‘selip’ yang fonem awalnya /s/ ketika bertemu
dengan prefiks me- menjadi menyisip ‘menyelip’ maka fonem /s/ diluluhkan
dengan fonem /ny/ sebagai akibat pertemuan dua morfem tersebut.

4.1.4. Perubahan fonem
Perubahan fonem yaitu berubahnya sebuah fonem sebagai akibat terjadinya proses
morfologi.

Bentu-bentuk

seperti pembeRang

‘pemarah’

dan

membabas

‘mencabik’ yang telah diuraikan di bawah, termasuk kedalam bentuk yang telah
mengalami perubahan fonem. Pada Bahasa Melayu Deli perubahan fonem terjadi
pada prefiks peN- dan meN.
4.1.4.1. Prefiks peN-

pem- dan meN-

mem-

Pada Bahasa Melayu Deli prefiks peN- dan meN- mengalami proses perubahan
fonem menjadi pem- dan mem- terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai dengan
fonem /b/.
Perubahan fonem /N/ berubah menjadi fonem /m/ apabila bentuk dasarnya yang
mengikutinya berawal dengan fonem /b/.
a. peN- + beRang ‘marah’

pembeRang ‘pemarah’

39
Universitas Sumatera Utara

b. peN- + bongak ‘bohong’

pembongak ‘pembohong’

c. peN- + bukE ‘buka’

pembukE ‘pembuka’

d. peN- + bacE ‘baca’

pembacE ‘pembaca’

e. meN- + beRah ‘bengkak’

membaRah ‘membengkak’

f. meN- + babas ‘cabik’

membabas ‘mencabik’

Data pada bentuk dasar beRang ‘marah’ yang fonem awalnya /b/ ketika bertemu
dengan prefiks peN- menjadi pembeRang ‘pemarah’, sebagai akibat pertemuan
dua morfem tersebut. Data pada bentuk dasar bongak ‘bohong’ yang fonem
awalnya /b/ ketika bertemu dengan prefiks peN- menjadi pembongak
‘pembohong’ sebagai akibat pertemuan dua morfem tersebut.Data pada bentuk
dasar bukE ‘buka’ yang fonem awalnya /b/ ketika bertemu dengan prefiks peNmenjadi pembukE ‘pembuka’ sebagai akibat pertemuan dua morfem tersebut.Data
pada bentuk dasar bacE ‘baca’ yang fonem awalnya /b/ ketika bertemu dengan
prefiks peN- menjadi pembacE ‘pembaca’ sebagai akibat pertemuan dua morfem
tersebut.Data pada bentuk dasar beRah ‘bengkak’ yang fonem awalnya /b/ ketika
bertemu dengan prefiks meN- menjadi membaRah ‘membengkak’ sebagai akibat
pertemuan dua morfem tersebut.Data pada bentuk dasar babas ‘cabik’ yang fonem
awalnya /b/ ketika bertemu dengan prefiks meN- menjadi membabas ‘mencabik’
sebagai akibat pertemuan dua morfem tersebut.

4.1.4.2. Prefiks beN-

ber-

Pada Bahasa Melayu Deli prefiks beN- mengalami proses perubahan fonem
menjadi ber- terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai dengan fonem /a/ dan /u/.

40
Universitas Sumatera Utara

Perubahn fonem /N/ berubah menjadi fonem /r/ apabila bentuk dasar yang
mengikutinya berawal dengan fonem /a/ dan /u/ seperti contoh berikut.
a. beN- + asak ‘desak’

beRasak ‘berdesak’

b. beN- + ughak ‘ubah’

beRughak ‘berubah’

Data pada bentuk dasar asak ‘desak’ yang fonem awalnya /a/ ketika bertemu
dengan prefiks beN- menjadi beRasak ‘berdesak’, sebagai akibat pertemuan dua
morfem tersebut. Data pada bentuk dasarughak ‘ubah’ yang fonem awalnya /u/
ketika bertemu dengan prefiks beN- menjadibeRughak ‘berubah’ , sebagai akibat
pertemuan dua morfem tersebut.

4.1.4.3. Prefiks meN-

men-

Pada Bahasa Melayu Deli prefiks meN- mengalami proses perubahan fonem
menjadi men- terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai dengan fonem /c/ dan /d/.

Perubahan fonem /N/ berubah menjadi fonem /n/ apabila bentuk dasar yang
mengikutinya berawal dengan fonem /c/ dan /d/.
a. meN- + caRut ‘maki’

mencaRut ‘memaki’

b. meN- + duRung ‘nangkap’

menduRung ‘menangkap ikan’

Data pada bentuk dasar caRut ‘maki’ yang fonem awalnya /c/ ketika bertemu
dengan prefiks meN- menjadi mencaRut ‘memaki’, sebagai akibat pertemuan dua
morfemtersebut. Data pada bentuk dasar duRung ‘nangkap’ yang fonem awalnya

41
Universitas Sumatera Utara

/d/ ketika bertemu dengan prefiks meN- menjadi menduRung ‘menangkap ikan’,
sebagai akibat pertemuan dua morfem tersebut.

4.1.4.4. Prefiks meN-

meng-

Pada Bahasa Melayu Deli prefiks meN- mngalami proses perubahan fonem
menjadi meng- terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai dengan fonem /a/.
Perubahan fonem /N/ berubah menjadi fonem /n/ apabila bentuk dasar yang
mengikutinya berawal dengan fonem /a/.
a. meN +ajuk ‘ejek’

mengajuk ‘mengejek’

b. meN +asak ‘geser’

mengasak ‘menggeser’

Data pada bentuk dasar ajuk ‘ejek’ yang fonem awalnya /a/ ketika bertemu
dengan prefiks meN- menjadi mengajuk ‘mengejek’, sebagai akibat pertemuan
dua morfemtersebut. Data pada bentuk dasar asak ‘geser’, yang fonem awalnya /a/
ketika bertemu dengan prefiks meN- menjadi mengasak ‘menggeser’, sebagai
akibat pertemuan dua morfemtersebut.

4.1.5. Pergeseran fonem
Pergeseran fonem yaitu berubahnya posisi sebuah fonem dari satu suku kata
kedalam suku kata yang lainnya. Bentuk-bentuk seperti jejali ‘padati’ dan tujahi
‘joloki’ yang telah diuraikan di bawah, termasuk kedalam bentuk yang telah
mengalami pergeseran fonem. Pada Bahasa Melayu Deli perubahan fonem terjadi
pada sufiks –an dan –i.

42
Universitas Sumatera Utara

4.1.5.1.Sufiks –an dan –i
Pada Bahasa Melayu Deli sufiks –an dan –i pergeseran fonem terjadi apabila
bentuk yang mengikutinya berawal dengan fonem /u/, /h/, /j/, /t/, /p/, /c/, /m/, /r/
dan /s/ seperti cotoh berikut.
a. –an + utus ‘suruh’

utusan/ utus-an ‘suruhan’

b. –an + hambur ‘bertabur’
c. –an + jaEt ‘jahit’

hamburan/ hambura-an ‘bertaburan’
jaEtan/ jaEt-an ‘jahitan’

d. –an + lEbeR ‘berlebih’

lEbeR/ lEbeR-an ‘berlebihan’

e. –i + jejal ‘padat’

jejali/ jejal-i ‘padati’

f. –i + tujah ‘jolok’

tujahi/ tujah-i ‘joloki’

g. –i + paut ‘pegang’

pauti/ paut-i ‘pegangi’

h. –i + cacah ‘kacau’

cacahi/ cacah-i ‘dikacau’

i.

–i + malang ‘segan’

malangi/ malang-i ‘segani’

j.

–i + recak ‘naiki’

recaki/ recak-i ‘dinaiki’

k. –i + selungkar ‘bongkar’

selungkari/ selungkar-i ‘bongkari’

l.

tunggangi/ tunggang-i ‘ceboki’

–i + tunggang ‘cebok’

Dari contoh di atas terjadi pergeseran fonem sufiks –an pada bentuk dasar utus
‘suruh’ terjadi pergeseran menjadi utusan ‘suruhan’ dimana fonem /s/ yang
semula berada pada suku kata –san. Terjadi pergeseran fonem sufiks –an pada
bentuk dasar hambur ‘bertabur’ terjadi pergeseran menjadi hamburan ‘bertaburan’
di mana fonem /r/ yang semula berada pada suku kata bur menjadi berada pada
suku kata ran. Terjadi pergeseran fonem sufiks –an pada bentuk dasar jaEt ‘jahit’
terjadi pergeseran menjadi jaEtan ‘jahitan’ di mana fonem /t/ yang semula berada

43
Universitas Sumatera Utara

pada suku kata et menjadi berada pada suku kata tan. Terjadi pergeseran fonem
sufiks –an pada bentuk dasar lEbeR ‘berlebih’ terjadi pergeseran menjadi lEbeR
‘berlebihan’ di mana fonem /r/ yang semula berada pada suku kata ber menjadi
berada pada suku kata ran. Terjadi pergeseran fonem sufiks –i pada bentuk dasar
jejal ‘padat’ terjadi pergeseran menjadi jejali ‘padati’ di mana fonem /l/ yang
semula berada pada suku kata jal menjadi berada pada suku kata li. Terjadi
pergeseran fonem sufiks –i pada bentuk dasar tujah ‘jolok’ terjadi pergeseran
menjadi tujahi ‘joloki’ di mana fonem /h/ yang semula berada pada suku kata jah
menjadi berada pada suku kata hi. Terjadi pergeseran fonem sufiks –i pada bentuk
dasar paut ‘pegang’ terjadi pergeseran menjadi pauti ‘pegangi’ di mana fonem /t/
yang semula berada pada suku kata ut menjadi berada pada suku kata ti. Terjadi
pergeseran fonem sufiks –i pada bentuk dasar cacah ‘kacau’ terjadi pergeseran
menjadi cacahi ‘dikacau’ di mana fonem /h/ yang semula berada pada suku kata
cah menjadi berada pada suku kata hi. Terjadi pergeseran fonem sufiks –i pada
bentuk dasar malang ‘segan’ terjadi pergeseran menjadi malangi ‘segani’ di mana
fonem /ng/ yang semula berada pada suku kata lang menjadi berada pada suku
kata ngi. Terjadi pergeseran fonem sufiks –i pada bentuk dasar recak ‘naiki’
terjadi pergeseran menjadi recaki ‘dinaiki’ di mana fonem /k/ yang semula berada
pada suku kata cak menjadi berada pada suku kata ki. Terjadi pergeseran fonem
sufiks –i pada bentuk dasar selungkar ‘bongkar’ terjadi pergeseran menjadi
selungkari ‘bongkari’ di mana fonem /r/ yang semula berada pada suku kata kar
menjadi berada pada suku kata ri. Terjadi pergeseran fonem sufiks –i pada bentuk
dasar tunggang ‘cebok’ terjadi pergeseran menjadi tunggangi ‘ceboki’ di mana

44
Universitas Sumatera Utara

fonem /ng/ yang semula berada pada suku kata gang menjadi berada pada suku
kata ngi.

4.2. Proses Kaidah Morfofonemik Bahasa Melayu Deli

4.2.1. Kaidah morfofonemik mofem afiks meN4.2.1.1.meN- menjadi mem- apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan
fonem /b/. misalnya :
a. meN- + bacE ‘baca’

membacE ‘mambaca’

b. meN- + bawE ‘bawa’

membawE ‘membawa’

c. meN- + baRot ‘bengkak’

membaRot ‘membengkak’

d. meN- + bandut ‘ikat’

membandut ‘mangikat’

e. meN- + baRah ‘bengkak’

membaRah ‘mambengkak’

f. meN- + bahana ‘gema’

membahana ‘bergema’

g. meN- + bam ‘baring’

membam ‘membaringkan’

h. meN- + babas ‘cabik’

membabas ‘mamcabik’

4.2.1.2.meN- menjadi men- apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan
fonem /c/ dan /d/. misalnya :
a. meN- + cagil ‘ganggu’

mencagil ‘mengganggu’

b. meN- + duRung ‘nangkap’

menduRung ‘menangkap’

c. meN- + ciplak ‘contoh’

menciplak ‘mencontoh’

d. meN- + canang ‘menyampaikan’

mencanang

‘memnberitahukan’

45
Universitas Sumatera Utara

e. meN- + dEngki ‘benci’

mendEngki ‘membenci’

f. meN- + ciRak ‘robek’

menciRak ‘merobek’

g. meN- + caRut ‘maki’

mencaRut ‘memaki’

h. meN- + cEkik ‘cekek’

mencEkik ‘mencekek

4.2.1.3.meN- menjadi meny- apabila diikuti bentuk dasar

yang berawal

dengan fonem /c/ dan /s/.
a. meN- + saRot ‘gigit’

menyaRot ‘menggigit’

b. meN- + sisip ‘selip’

menyisip ‘menyelip’

c. meN- + sabuk ‘pukul’

menyabuk ‘memukul’

d. meN- + sudu ‘sendok’

menyudu ‘menyendok’

e. meN- + simbah ‘sembur’

menyimbah ‘menyembur’

f. meN- + sElinap ‘sembunyi’

menyelinap ‘bersembunyi’

g. meN- + sEndeR ‘sandar’

menyender ‘bersandar’

h. meN- + susut ‘kecil’

menyusut ‘mengecil’

i.

meN- + cucuk ‘tikam’

menyucuk ‘menikam’

j.

meN- + sukat ‘takar’

menyukat ‘menakar’

4.2.1.4.meN- menjadi meng- apabila diikuti bentuk dasar yang

berawal

dengan fonem /a/, /h/ dan /k/. misalnya :
a. meN- + atak ‘atur’

mengatak ‘mengatur’

b. meN- + asak ‘geser’

mengasak ‘menggeser’

c. meN- + kiRai ‘jemuR’

mengkiRai ‘menjemur’

d. meN- + ajuk ‘ejek’

mengajuk ‘mengejek’

e. meN- + kElih ‘lihat’

mengElih ‘melihat’

46
Universitas Sumatera Utara

f. meN- + aRum ‘aduk’

mengaRum ‘mengaduk’

g. meN- + hEla ‘tarik’

menghEla ‘menarik’

h. meN- + asong ‘fitnah’

mengasong ‘memfitnah’

i.

mengayok ‘mendayung’

meN- + kayok ‘dayung’

4.2.1.5.meN- menjadi me- apabila diikuti bentu dasar yang berawal dengan
fonem /l/, /m/, /n/, /p/ dan /t/. misalnya :
a. MeN- + lEding ‘kembang’

melEding ‘mengembang’

b. MeN- + lEkat ‘lengket’

melEkat ‘melengket’

c. MeN- + patok ‘catuk’

memematok ‘mencatuk’

d. MeN- + milip ‘redup’

memilip ‘meredup’

e. MeN- + tokoh ‘tipu



menokoh ‘menipu’

f. MeN- + lEmpit ‘lipat’

melEmpit ‘melipat’

g. MeN- + nayah ‘limpah’

menayah ‘melimpah’

h. MeN- + lEkap ‘tempel’

melEkap ‘menempel’

4.2.2. Kaidah morfofonemik morfem afiks beR4.2.2.1.beR- menjadi be- apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan
fonem /b/, /c/, /g/, /s/ dan /t/. misalnya :
a. beR- + cakap ‘bicara’

becakap ‘berbicara’

b. beR- + tonyoh ‘gesek’

betonyoh ‘bergesek’

c. beR- + tubE ‘racun’

betubE ‘beracun’

d. beR- + gocoh ‘seloroh’

begocoh ‘berseloroh’

e. beR- + sungut ‘repet’

besungut ‘merepet’

f. beR- + buni ‘sembunyi’

bebuni ‘bersembunyi’

47
Universitas Sumatera Utara

g. beR- + tamboh ‘tambah’

betamboh ‘bertambah’

4.2.2.2.be- menjadi beR- apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan
fonem /u/, /i/, /e/, /t/, /o/ dan /a/. misalnya :
a. be- + ughak ‘ubah’

beRughak ‘berubah’

b. be- + iduk ‘hemat’

beRiduk ‘berhemat’

c. be- + ayak ‘serak’

beRayak ‘berubah’

d. be- + asak ‘desak’

beRasak ‘berdesak’

e. be- + alas ‘lapis’

beRalas ‘berlapis’

f. be- + iRis ‘potong’

beRiRis ‘berpotong’

g. be- + ulah ‘tingkah’

beRulah ‘bertingkah’

h. be- + ombak ‘alun’

beRombak ‘beralun’

i.

be- + tuRai ‘pikir’

beRtuRai ‘berpikir’

j.

be- + ikogh ‘ekor’

beRikogh ‘berekor’

k. be- + embus ‘tiup’

beRembus ‘bertiup’

l.

beRabuk ‘berdebu’

be- + abuk ‘debu’

4.2.3. Kaidah morfofonemik morfem afiks peN4.2.3.1.peN- menjadi pem- apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan
fonem /b/ dan /p/. misalnya :
a. peN- + basuh ‘cuci’

pembasuh ‘pencuci’

b. peN- + pujE ‘puja’

pemujE ‘pemuja’

c. peN- + bacE ‘baca’

pembacE ‘pembaca’

d. peN- + bantEi ‘hantam’

pembantEian ‘penghantaman’

48
Universitas Sumatera Utara

e. peN- + bukE ‘buka’

pembukE ‘pembuka’

4.2.3.2. PeN- menjadi pen- apabila dikuti dengan bentuk dasar yang berawal
dengan fonem /d/ dan /j/. misalnya :
a. peN- + durhakE ‘durhaka’

pendurhakE ‘pendurhaka’

b. peN- + dEngki ‘benci’

pendEngki ‘pepembenci’

c. peN- + jaEt ‘jahit



penjaEt ‘penjahit’

d. peN- + jalE ‘jala



penjalE ‘penjala’

e. peN- + jolok ‘juluk



penjolok ‘penjuluk’

4.2.3.3.peN- menjadi peng- apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan
fonem /h/, /i/, /k/, /e/ dan /u/. misalnya.
a. peN- + ughak ‘ubah’

pengughak ‘pengubah’

b. peN- + Embus ‘tiup’

pengEmbus ‘peniup’

c. peN- + iRis ‘potong’

pengiRis ‘pemotong’

d. peN- + ikogh ‘ekor’

pengikogh ‘pengekor’

e. peN- + iduk ‘hemat’

pengiduk ‘penghemat’

f. peN- + kEpit ‘jepit’

pengEpit ‘penjepit’

g. peN- + humban ‘lempar’

penghumban ‘pelempar’

4.2.3.4.peN- menjadi peny- apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan
fonem /s/. misalnya :
a. peN- + sabuk ‘pukul’

penyabuk ‘pemukul’

b. peN- + susut ‘kecil’

penyusut ‘pegecil’

c. peN- + sEkat ‘batas’

penyEkat ‘pembatas’

49
Universitas Sumatera Utara

4.2.3.5.peN- menjadi per- apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan
fonem /a/, /u/, /i/ dan /r/. misalnya :
a. peN- + Rumah ‘rumah

peRumahan ‘perumahan’

b. peN- + ingat ‘ingat

peRingatan ‘peringatan’

c. peN- + alas ‘lapis

peRalas ‘pelapis’

d. peN- + ubah ‘ubah

peRubahan ‘perubahan’

e. peN- + aEr ‘air

peRaEran ‘perairan’

f. peN- + ajuk ‘duga

peRajuk ‘penduga’

4.2.3.6.peN- menjadi pe- apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan
fonem /m/, /j/, /k/ dan /l/. misalnya :
a. peN- + lEkap ‘tempel’

pelEkap ‘penempel’

b. peN- + lEkat ‘lengket’

pelEkat ‘pelengket’

c. peN- + laboh ‘jatuh

pelaboh ‘menjatuhkan’



d. peN- + keRjE ‘kerja’

pepekeRjE ‘pekerja’

e. peN- + jajE ‘menjual’

pejajE ‘penjual’

f. peN- + manjE ‘manja’

pemanjE ‘pemanja’

4.2.4. Kaidah morfofonemik morfem afiks di4.2.4.1.di- menjadi di- apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan
fonem /p/, /a/, /c/ dan /h/. misalnya :
a. di- + cucup ‘hisap’

dicucup ‘dihisap’

b. di- + catuk ‘patuk’

dicatuk ‘dipatuk’

c. di- + campit ‘buang’

dicampit ‘dibuang’

d. di- + calus ‘lepas’

dicalus ‘dilepas’

50
Universitas Sumatera Utara

e. di- + hinE ‘hina’

dihinE ‘dihina’

f. di- + cungkil ‘congkel’

dicungkil ‘dicongkel’

g. di- + ambEk ‘ambil’

diambEk ‘diambil’

h. di- + puput ‘tiup’

dipuput ‘ditiup’

i.

dipunggah ‘dibongkar’

di- + punggah ‘bongkar’

4.2.5. Kaidah morfofonemik morfem afiks te4.2.5.1.te- menjadi teR- apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan
fonem /e/, /a/, /o/ dan /i/. misalnya :
a. te- + iRis ‘potong’

teRiris ‘terpotong’

b. te- + obah ‘ubah’

teRobah ‘terubah’

c. te- + ayak ‘serak’

teRayak ‘terserak’

d. te- + empas ‘hempas’

teRempas ‘terhempas’

e. te- + enjak ‘jongkok’

teRempak ‘terjongkok/terduduk’

4.2.5.2.te- menjadi te- apabila diikuti bentuk

dasar yang berawal dengan

fonem /p/, /t/ dan /j/. misalnya :
a. te- + pEdaya ‘tipu’

tepEdaya ‘tertipu’

b. te- + juntai ‘gantung’

tepjuntai ‘tergantung’

c. te- + tunu ‘bakar’

tetunu ‘terbakar’

d. te- + pukah ‘cabut’

tepukah ‘tercabut’

4.2.6. Kaidah morfofonemik morfem afiks se4.2.6.1.se- menjadi se- apabila diikuti dengan bentuk dasar yang berawal
dengan fonem /p/, /l/, /k/, /t/, /m/, /b/, /r/ dan /n/. misalnya :
a. se- + nasEb ‘nasib’

senasEb ‘senasib’

51
Universitas Sumatera Utara

b. se- + pedEs ‘pedas’

sepedEs ‘sepedas’

c. se- + rasE ‘rasa’

serasE ‘serasa’

d. se- + kuRus ‘kurus’

sekuRus ‘sekurus’

e. se- + bEsak ‘besar’

sebEsak ‘sebesar’

f. se- + mendE ‘cantik’

semendE ‘secantik’

g. se- + teRang ‘terang’

seteRang ‘seterang’

h. se- + lebEh ‘lebih’

selebEh ‘selebih’

i.

se- + kayE ‘kaya’

sekayE ‘sekaya’

j.

se- + laman ‘halaman’

selaman ‘sehalaman’

k. se- + pinggang ‘pinggang’

sepinggang

‘sedalam pinggang’

52
Universitas Sumatera Utara

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.Kesimpulan
Kesimpulan penelitian merupakan pernyataan singkat tentang hasil analisis
deskripsi dan pembahasan tentang hasil penelitian yang telah dilakukan pada
uraian baba-bab sebelumnya. Kesimpulan berisi jawaban atas pertanyaan yang
diajukan pada bagian rumusan masalah.Kesimpulan berasal dari fakta-fakta atau
hubungan yang logis.
Setelah keseluruhan dari data yang dikumpullkan dan kemudian dianalisis dapat
dibuat kesimpulan sebagai berikut :

1. Bahasa Melayu Deli merupakan salah satu bahasa daerah yang ada di
Sumatera Utara. Selain menjadi alat komunikasi, bahasa Melayu Deli juga
berfungsi sebagai identitas atau jati diri bagi masyarakat penuturnya.
2. Jenis morfofonemik dalam Bahasa Melayu Deli terdapat prefiks berjumlah
lima buah, prefiks berjumlah empat buah, konfiks berjumlah tiga buah dan
sufiks berjumlah dua buah. Pelepasan fonem dalam pengimbuhan prefiks
ber- dan konfiks per-an yaitu hilangnya fonem r apabila bentuk dasarnya
dimulai dengan r. Pemunculan fonem dalam pengimbuhan prefiks meyaitu munculnya fonem m yang bentuk dasarnya dimulai fonem b.
Munculnya fonem n yang bentuk dasarnya dimulai fonem c, d, dan j.
Munculnya fonem ng yang bentuk dasarnya dimulai dengan fonem a, h, k
dan g. Pemunculan fonem dalam pengimbuhan prefiks be-, te- dan konfiks

53
Universitas Sumatera Utara

be-an yaitu munculnya fonem r yang bentuk dasarnya dimulai fonem t, a,
i, e, u dan o. Permunculan fonem dalam pengimbuhan konfiks pe-an dan
ke-an yaitu muncul fonem semi vocal y yang bentuk dasarnya dimulai
fonem b dan p. Pemunculan fonem dalam pengimbuhan konfiks be-an
yaitu muncul fonem semi vocal w yang bentuk dasarnya dimulai fonem t.
Peluluhan fonem dalam pengimbuhan prefiks me- apabila bentuk dasarnya
dimulai fonem s dan c ( s dan c diluluhkan dengan ny) dan k (k diluluhkan
dengan ng). Perubahan fonem dalam N- berubah menjadi m apabila
bentuk dasarnya dimulai fonem b. Perubahan fonem dalam N- berubah
menjadi r apabila bentuk dasarnya dimulai fonem a dan u. Perubahan
fonem dalam N-

berubah menjadi n apabila bentuk dasarnya dimulai

fonem c dan d. Perubahan fonem dalam N- berubah menjadi ng apabila
bentuk dasarnya dimulai fonem a. Pergeseran fonem dalam pengimbuhana
sufiks –an dan -i terjadi apabila bentuk dasarnya berawal dengan fonem u,
h, j, t, c, m, r, s dan p.
3. Kaidah morfofonemik dalam Bahasa Melayu Deli terdapat prefiks yang
berjumlah enam buah, yaitu meN-, beN-, peN-, di-, te- dan se-. Kaidah
morfofonemik

morfem afiks meN- menjadi mem- apabila bentuk

dasarnya berawal dengan fonem b. meN- menjadi men- apabila bentuk
dasarnya berawal dengan fonem c dan d. meN- menjadi meny- apabila
bentuk dasarnya berawal dengan fonem c dan s. meN- menjadi mengapabila bentuk dasarnya berawal dengan fonem a, h dan k. meN- menjadi
me- apabila bentuk dasarnya berawal dengan fonem l, m, n, p dan t.

54
Universitas Sumatera Utara

Kaidah morfofonemik morfem afiks beN- menjadi be- apabila bentuk
dasarnya berawal dengan fonem b, c, g, s dan t. beN- menjadi ber- apabila
bentuk dasarnya berawal dengan fonem a, i, u, e, o dan t. Kaidah
morfofonemik morfem afiks peN- menjadi pem- apabila bentuk dasarnya
berawal dengan fonem b dan p. peN- menjadi pen- apabila bentuk
dasarnya berawal dengan fonemd dan j. peN- menjadi peng- apabila
bentuk dasarnya berawal dengan fonem h, i, e, k dam u. peN- menjadi
peny- apabila bentuk dasarnya berawal dengan fonem s. peN- per- apabila
bentuk dasarnya berawal dengan fonem a, u, I dan r. peN- menjadi peapabila bentuk dasarnya berawal dengan fonem m, j, k dan i. Kaidah
morfofonemik di- menjadi di- apabila bentuk dasarnya berawal dengan
fonem p, a, c dan h. Kaidah morfofonemik morfem afiks te- menjadi terapabila bentuk dasarnya berawal dengan fonem e, a, o dan i. Kaidah
morfofonemik morfem afiks te- menjadi te- apabila bentuk dasarnya
berawal dengan fonem p,t, dan j. Kaidah morfofonemik morfem afiks semenjadi se- apabila bentuk dasarnya berawal dengan fonem p, l, k, t, m, b,
r dan n.

55
Universitas Sumatera Utara

5.2. Saran

Pada akhirnya setelah memperhatikan dan menganalisa mengenai morfofonemik
Bahasa Melayu Deli penulis dapat memberikan salam :

1. Melihat pentingnya fungsi bahasa di Indonesia agar dapat
diperha