Analisis Yuridis Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 28 PUU-XI 2013 Tentang Uji Materi Atas Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 Tentang Perkoperasian Chapter III V

64

BAB III
STATUS PENGURUS KOPERASI YANG BUKAN BERASAL DARI
ANGGOTA KOPERASI PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI
NOMOR 28/PUU-XI/2013 TENTANG UJI MATERI ATAS UNDANGUNDANG NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN
A. Struktur Pengurus Koperasi
Perangkat koperasi terdiri dari Rapat Anggota, Pengurus, dan Pengawas.
Rapat Anggota mempunyai kewenangan tertinggi jika ditinjau dari sistem manajemen
koperasi karena pemilik koperasi adalah anggota-anggota koperasi. Tujuan koperasi
Indonesia adalah mensejahterakan anggota pada khususnya dan masyarakat pada
umumnya.63 Ditinjau dari tujuan koperasi, peran koperasi Indonesia sangat vital,
karena di satu sisi mensejahterakan anggota dan disisi lain sebagai alat untuk
melaksanakan

kebijakan

pemerintah

dalam


bidang

pembangunan

ekonomi

masyarakat. Peran ganda yang dimiliki oleh koperasi menghendaki pengurus dapat
menjalankan tugasnya dengan baik.
Dalam sistem manajemen koperasi, anggota sebagai pemilik koperasi tidak
mungkin dapat melaksanakan pengelolaan koperasi secara sendiri, sehingga rencana
membentuk pengurus adalah hal tepat untuk memperoleh hasil efektif yang
diperuntukkan kepada anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.
Pengurus adalah wakil anggota yang akan mengelola usaha koperasi. Pengurus dapat
dimaknai sebagai wakil anggota yang akan menjalankan kegiatan koperasi dengan
mengemban tugas dan wewenang yang telah ditetapkan dalam Rapat Anggota.
63

Ima Suwandi, Koperasi Organisasi Ekonomi Yang Berwatak Sosial, Loc. Cit, hal.178

64


Universitas Sumatera Utara

65

Pengurus diberikan mandat oleh anggota dalam waktu tertentu untuk
mengelola koperasi dan dapat dipilih kembali untuk periode berikutnya dan/atau
dapat diberhentikan sebelum masa jabatan berakhir oleh anggota melalui Rapat
Anggota jika dianggap tidak mampu mengelola koperasi dengan baik dan tidak
bertanggung jawab.
Struktur pengurus koperasi semakin tahun semakin berkembang sejalan
dengan perkembangan zaman. Sebelum di legitimasinya Undang-Undang Nomor 25
Tahun 1992 Tentang Perkoperasian, koperasi masih bersifat tradisional dimana
pengurus koperasi terdiri dari ketua, wakili ketua, sekretaris, bendahara dan pekerja
honorer yang bertugas mengelola urusan koperasi sesuai dengan kebijakan yang
ditetapkan dalam Rapat Anggota Koperasi.
Adapun tugas tiap pengurus adalah sebagai berikut:64
1.

Ketua

Tugas ketua adalah memimpin rapat, baik rapat pengurus maupun rapat
lainnya. Selain itu ketua juga menjalankan tugas-tugas sebagai berikut:
1.1 menandatangani semua perjanjian dan surat-surat lainnya bersama-sama
dengan sekretaris;
1.2 bersama sekretaris menandatangani buku daftar anggota sebagai tanda
sahnya seorang sebagai anggota;
1.3 melaksanakan semua tugas pimpinan organisasi seperti yang ditetapkan
bersama baik dalam rapat anggota maupun rapat pengurus.
64

Ibid, hal.181-183

Universitas Sumatera Utara

66

2.

Wakil Ketua
Tugas utama wakil ketua adalah mewakili ketua pada waktu ketua tidak dapat

menjalankan tugasnya. Pada waktu bertindak sebagai ketua karena ketua tidak
dapat menjalankan tugasnya, wakil ketua memperoleh wewenang dan tanggung
jawab penuh sebagai ketua. Di samping rapat anggota dapat pula memberikan
tugas khusus kepada wakil ketua.

3.

Sekretaris
Tugas utama sekretaris adalah mencatat semua pembicaraan dan keputusan
pertemuan rapat, baik rapat anggota maupun rapat pengurus. Selain itu, sekretaris
melakukan korespondensi yang sangat penting yang menyangkut koperasi.
Adapun tugas sekretaris secara terperinci dapat dikemukakan sebagai berikut:
3.1 sekretaris harus menyiapkan setiap pernyataan keadaan koperasi kepada
siapa pun tepat pada waktunya dan sesuai dengan kegunaannya;
3.2 menyimpan seluruh arsip koperasi dan hanya menunjukkannya pada saat
diperlukan;
3.3 menyimpan stempel perusahaan dan hanya dengan persetujuannya saja
stempel tersebut dapat digunakan;
3.4 menyimpan seluruh dokumen dan alamat seluruh anggota koperasi agar
dapat dengan mudah menghubunginya setiap saat diperlukan, baik langsung

maupun melalui pos. Perubahan alamat anggota harus diketahui oleh
sekretaris;

Universitas Sumatera Utara

67

3.5 menyimpan secara teratur dan berkesinambungan seluruh keputusan rapat,
perubahan-perubahan keputusan, kebijaksanaan, undang-undang, anggaran
dasar dan anggaran rumah tangga koperasi;
3.6 melakukan pekerjaan administrasi koperasi.
4.

Bendahara
Tugas bendahara adalah berkaitan dengan masalah keuangan. Oleh sebab itu
semua masalah keuangan perusahaan harus diketahui oleh bendahara. Tugas
bendahara secara terperinci dapat dikemukakan sebagai berikut:
4.1 bertanggung jawab atas seluruh keuangan koperasi;
4.2 sesuai dengan peraturan yang berlaku, semua tanda terima, pinjaman dan
bukti-bukti lainnya seperti penyimpanan dan bukti pembayaran harus

diketahui oleh bendahara;
4.3 semua tugas dan tanggung jawab bendahara harus sesuai dengan yang
dibebankan oleh pengurus dan dengan peraturan-peraturan yang berlaku.

B. Tugas, Wewenang dan Tanggungjawab Pengurus
Keberhasilan koperasi sebagian besar ditentukan oleh kredibilitas pengurus
dalam menggerakkan anggota dan kegiatan perkoperasian untuk mencapai tujuan
yang diputuskan oleh anggota dalam rapat anggota. Ada beberapa kriteria tertentu
bagi anggota untuk dapat diangakt menjadi pengurus.65 Ditinjau dari segi sifat, maka
yang harus dimiliki pengurus adalah :

65

Harsono, Faktor-faktor yang menentukan keberhasilan koperasi, Cetakan I, (Jakarta: Badan
Litbang, 1985), hal.93

Universitas Sumatera Utara

68


1.

Jujur;

2.

Berani menanggung resiko;

3.

Percaya bahwa koperasi merupakan hari depan perekonomian Indonesia.
Ditinjau dari segi pengetahuan, maka pengetahuan yang harus dimiliki oleh

pengurus adalah :
a.

Ideologi koperasi;

b.


Manajemen koperasi;

c.

Peraturan perundang-undangan berkaitan dengan koperasi;

d.

Administrasi;

e.

Hubungan dengan subjek hukum lainnya
Pengetahuan di atas diperlukan untuk pelaksanaan fungsi ekonomi maupun

fungsi sosial.
Ditinjau dari segi keterampilan, maka keterampilan yang harus dimiliki oleh
pengurus adalah :
1.


Teknik pengambilan keputusan;

2.

Teknik penyelenggaraan rapat;

3.

Teknik pembuatan laporan dan interpretasi data;

4.

Kemampuan meramalkan;

5.

Kemampuan memelihara dan meluaskan hubungan keluar koperasi;

6.


Keterampilan pemasaran.
Pengetahuan, keterampilan, dan sikap pengurus seperti diatas memerlukan

kualifikasi minimal yang harus dipenuhi oleh calon maupun penggurus. Pengetahuan

Universitas Sumatera Utara

69

dan keterampilan memerlukan kualifikasi pendidikan dan pengalaman, sedangkan
sikap memerlukan kualifikasi moral dan latar belakang sosial dan latar belakang
keluarga.
Tugas pengurus koperasi dari tahun ke tahun semakin kompleks dikarenakan
koperasi harus bersaing dengan badan usaha lainnya baik badan usaha berbadan
hukum maupun tidak berbadan hukum dalam menerima kepercayaan yang diberikan
dan menjadikan masyarakat menjadi anggota koperasi. Pemerintah melihat hal ini
sebagai sebuah masalah yang ditakutkan dapat melumpuhkan bahkan membuat
banyak koperasi tidak mampu bertahan, sehingga pemerintah membuat undangundang koperasi yang baru sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 12 Tahun
1967 Tentang Pokok-Pokok Koperasi. Harapan pemerintah terwujud dengan di
legitimasinya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian. Tugas,

wewenang dan tanggung jawab pengurus diatur dari pasal 30 sampai dengan pasal 37.
Pengurus dalam menjalankan tugas, wewenang dan tanggung jawabnya
diberikan kesempatan oleh hukum untuk mengangkat pengelola yang dijadikan
partner untuk menjalankan dan melaksanakan hasil rapat angggota koperasi.
Pengelola yang dimaksud merupakan manajer yang memiliki keahlian khusus dan
mempunyai kecakapan serta kemampuan di bidang usaha perkoperasian untuk
memimpin usaha koperasi dengan cara mengkoordinir seluruh karyawan yang
melaksanakan usaha tersebut.

Universitas Sumatera Utara

70

Pasal 32-33 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian
menyinggung hubungan antara pengurus dengan pengelola koperasi. Adapun bunyi
pasal-pasal tersebut adalah sebagai berikut: 66
Pasal 32
(1) Pengurus koperasi dapat mengangkat pengelola yang diberi wewenang dan kuasa
untuk mengelola usaha.
(2) Dalam hal pengurus koperasi bermaksud untuk mengangkat pengelola, maka
rencana pengangkatan tersebut diajukan kepada Rapat Anggota untuk mendapat
persetujuan.
(3) Pengelola bertanggung jawab kepada pengurus.
(4) Pengelolaan usaha oleh pengelola tidak mengurangi tanggung jawab pengurus
sebagaimana ditentukan dalam Pasal 31.
Pasal 33
Hubungan antara pengelola usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 dengan
Pengurus Koperasi merupakan hubungan kerja atas dasar perikatan.
Manajer diangkat dan diberhentikan oleh pengurus sehingga manajer
bertanggung jawab kepada pengurus. Meskipun tidak ada secara langsung dinyatakan
mengenai gaji dan tunjangan manajer di Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992
Tentang Perkoperasian, tetapi sebagai orang yang diberikan tanggung jawab besar
untuk membantu pengurus menjalankan hasil rapat anggota, sudah selayaknyalah
pengurus memperoleh gaji dan tunjangan. Besarnya gaji dan tunjangan yang
diperoleh manajer ditentutakan oleh anggota pada saat rapat anggota dilaksanakan.
Penting di ingat oleh pengurus dan manajer dalam mengembangkan koperasi
beserta bidang usaha, keduanya harus mengetahui dan menyadari batasan wewenang
dan tanggung jawab masing-masing. Pengurus dalam beberapa hal yang menyangkut
bidang usaha koperasi memerlukan penanganannya tetapi alangkah lebih baiknya
66

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1992 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3502

Universitas Sumatera Utara

71

bidang usaha tersebut ditangani oleh manajer demi kelancaran, ketetepatan dan hasil
yang dicapai. Dalam menerima delegasi wewenang tersebut, manajer perlu
memperhatikan kegiatan-kegiatan yang dijalankan olehnya dengan tidak melampaui
wewenang pengurus. Manajer dalam menjalankan kegiatan usaha koperasi diberikan
kesempatan untuk mengadakan hubungan dengan siapa saja termasuk pihak ketiga
asalkan tidak melebihi wewenang yang dilegasikan pengurus kepadanya. Sebagai
contoh, dalam hal permohonan kredit ke bank, maka yang berhak menandatangani
akta-akta yang berkaitan dengan pencairan kredit tersebut adalah pengurus,
sedangkan uang yang merupakan pinjaman yang diperoleh dari bank dapat digunakan
oleh manajer dalam memenuhi kebutuhan anggota dan masyarakat.
Adapun syarat untuk dapat diangkat sebagai manajer pengelola koperasi
adalah:
a.

Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;

b.

Mempunyai jiwa dan sifat yang jujur;

c.

Sehat jasmani dan rohani;

d.

Mempunyai keterampilan kerja dan berpengalaman dalam bidang usaha
koperasi;

e.

Mengetahui seluk beluk pembukuan;

f.

Mampu dan mau bekerja sama dengan orang lain.
Adapun tugas dan tanggung jawab manajer adalah sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

72

1.

Di

bidang

kekaryawanan,

manajer

hendaknya

mengajukan

usul-usul

pengangkatan karyawan tertentu dan juga mengangkat karyawan beserta stafnya
atas dasar batas-batas yang ditetapkan oleh pengurus;
2.

Manajer hendaknya aktif melakukan bimbingan dan pembinaan terhadap para
karyawannya, melakukan pengawasan langsung terhadap karyawan;

3.

Di bidang perencanaan, manajer mengkoordinir penyusunan rencana kerja;

4.

Di bidang pelaksanaan tugas, manajer mengkoordinir dan memimpin para
karyawannya dengan penuh tanggung jawab di dalam melaksanakan tugas di
bidang usaha masing-masing;67

5.

Membantu dan memberikan usulan-usulan kepada pengurus dalam menyusun
perencanaan, baik jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang;

6.

Merumuskan pola pelaksanaan kebijaksanaan pengurus secara efektif dan
efesien;

7.

Membantu pengurus dalam menganalisa perkembangan kondisi ekonomi pada
umumnya, kegiatan usaha khususnya termasuk perkembangan peraturan yang
dikeluarkan oleh pemerintah;

8.

Membantu pengurus dalam penyelenggaraan Rapat Anggota Tahunan atau Rapat
Pengurus menyangkut laporan-laporan kegiatan yang sudah, sedang dan akan
dilaksanakan sesuai dengan keputudan Rapat Anggota;

9.

Membantu pengurus dalam menyusun uraian tugas bawahannya;

67

G. Kartasapoera, dkk, Praktek Pengelolaan Koperasi Buku Acuan Untuk Siswa SMK,
(Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005), hal. 72

Universitas Sumatera Utara

73

10. Berhak mengetahui berbagai masalah yang berkaitan dengan penerimaan gaji,
sakit, libur dan berbagai fasilitas lainnya dari koperasi untuk bawahan.68
Adapun kewajiban manajer antara lain:69
a. Melaksanakan kebijakan operasional yang telah ditetapkan oleh pengurus;
b. Memimpin dan mengkoordinir pelaksanaan kegiatan-kegiatan di unit-unit
usaha;
c. Membimbing dan mengarahkan tugas-tugas karyawan yang dibawahnya
seefisien mungkin menuju karyawan yang berkualitas;
d. Mengusulkan kepada pengurus tentang pengangkatan dan atau pemberhentian
karyawan dalam lingkungan tugasnya;
e. Menyusun program kerja untuk disampaikan kepada pengurus sebelum
dimulainya rencana anggaran yang baru, dan selanjutnya evaluasi sekaligus
perencanaan bagi pengurus untuk disampaikan dalam Rapat Anggota;
f. Membuat laporan pertanggungjawaban kerja secara tertulis setiap akhir bulan
dan tahun;
g. Melaksanakan dokumen-dokumen usaha atau organisasi operasi
Adapun fungsi utama manajer adalah sebagai berikut:70
1.

Melaksanakan tugas sehari-hari di bidang usaha;

68

Edilius, Sudarsono, Koperasi Dalam Teori Dan Praktek, Cetakan I, Loc.Cit, hal.110-111
Struktur Organisasi Koperasi, Deputi Bidang Pengembagan Sumber Daya Manusia
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Republik Indonesia Tahun 2010
70
Ibid
69

Universitas Sumatera Utara

74

2.

Bertanggungjawab atas administrasi kegiatan usaha dan organisasi
koperasi;

3.

Mengembangkan dan mengelola usaha untuk mencapai tujuan secara
efektif dan efesien.

Pertanggungjawaban pengurus ada 2 (dua) sesuai dengan tujuan kegiatan
perkoperasian di Indonesia, yakni kepada anggota dan kepada masyarakat.
Tujuan ganda koperasi menyebabkan koperasi memiliki kewajiban khusus di bidang
perkoperasian. Adapun kewajiban khusus pengurus yang bersumber dari hukum,
yakni:71
1.

Pengurus wajib memberikan keterangan-keterangan yang diminta oleh pejabat
koperasi yang sedang menjalankan tugasnya;

2.

Pengurus wajib memberikan segala pembukuan dan perbendaharaan serta hal-hal
lain yang diminta oleh pejabat koperasi setempat yang sedang bertugas;

3.

Pengurus wajib menyelenggarakan Rapat Anggota Tahunan Koperasi sesuai
dengan peraturan yang berlaku;

4.

Pengurus wajib mengadakan Buku Daftar Pengurus.
Akibat dari kewajiban yuridis tersebut, tanggung jawab pengurus bermuka

dua, yakni ditujukan kepada anggota dan kepada pemerintah. Adapun tanggung
jawab pengurus secara garis besar adalah sebagai berikut:72
1.

Pengurus koperasi bertanggung jawab untuk menetapkan:

71
72

Ibid, hal.186-187
Ibid, hal.187

Universitas Sumatera Utara

75

a. Apa yang menjadi keinginan koperasi sesuai dengan yang dicetuskan dalam
Rapat Anggota;
b. Apa yang menjadi tujuan koperasi;
c. Apa yang menajdi sasaran antara koperasi;
d. Rumusan rencana sasaran yang ingin dicapai dalam jangka panjang, jangka
pendek dan hasil yang diinginkan.
2.

Menetapkan kebijakan-kebijakan koperasi yang merupakan dasar untuk
perencanaan jangka pendek.

3.

Bertanggung jawab untuk mencukupi kebutuhan akan bahan-bahan, modal,
permintaan-permintaaan secara hukum agar dapat dipenuhi.

4.

Bertanggung jawab dalam memilih manajer yang dapat membantu menjalankan
kegiatan usaha yang lebih berhasil.

5.

Bertanggung jawab untuk memberikan laporan kepada anggota dalam setiap
diadakannya

rapat

anggota

sekaligus

mempertangungjawabkan

segala

tindakannya selama menjadi pengurus.
6.

Bertanggung jawab atas tindakan pemeriksaan yang dilakukannya untuk
kemajuan koperasi.
Tanggung jawab tidak dapat dilepaskan dari wewenang, tugas, dan kewajiban.

Tanggung jawab tidak dapat dilimpahkan sedangkan Wewenang dapat dilimpahkan.
Tanggung jawab selalu melekat pada tugas dan kegiatan yang dilakukan. Pengurus
koperasi bertanggung jawab kepada Rapat Anggota, itu sebabnya pada setiap Rapat
Anggota

yang

dilaksanakan,

pengurus

diharuskan

menyampaikan

Universitas Sumatera Utara

76

pertangungjawabannya sesuai dengan tugas dan kegiatan yang diamanatkan
kepadanya berdasarkan wewenangnya.
Tugas, wewenang dan tanggung jawab pengurus yang diatur dalam UndangUndang Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian, yakni:73
Pasal 30
1.

Pengurus bertugas:
a. mengelola koperasi dan usahanya;
b. mengajukan rancangan rencana kerja serta rancagan rencana anggaran
pendapatandan belanja koperasi;
c. menyelenggarakan rapat anggota;
d. mengajukan laporan keuangan dan pertanggungjawaban pelaksanaan
tugas;
e. menyelenggarakan pembukuan keuangan dan inventaris secara tertib;
f. memelihara daftar buku anggota dan pengurus.
2. Pengurus berwenang:
a. mewakili koperasi di dalam dan diluar pengadilan;
b. memutuskan penerimaan dan penolakan anggota baru serta pemberhentian
anggota sesuai dengan ketentuan dalam anggaran dasar;
c. melakukan tindakan dan upaya bagi kepentingan dan kemanfaatan
koperasi sesuai dengan tanggung jawabnya dan keputusan rapat anggota.
Pasal 31
Pengurus bertanggung jawab mengenai segala kegiatan pengelolaan koperasi
dan usahanya kepada Rapat Anggota atau Rapat Anggota Luar Biasa.
Pasal 34
1. Pengurus, baik bersama-sama, maupun sendiri-sendiri, menanggung kerugian
yang diderita koperasi, karena tindakan yang dilakukan dengan
kesengajaan atau kelalaiannya.
2. Di samping penggantian kerugian tersebut, apabila tindakan itu dilakukan
dengan kesengajaan, tidak menutup kemungkinan bagi penuntut umum untuk
melakukan penuntutan.

73

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1992 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3502

Universitas Sumatera Utara

77

Pasal 35
Setelah tahun buku koperasi ditutup, paling lambat 1 (satu) bulan sebelum
diselenggarakan rapat anggota tahunan, pengurus menyusun laporan tahunan yang
memuat sekurang-kurangnya:
a. perhitungan tahunan yang terdiri dari neraca akhir tahun buku yang baru
lampau danperhitungan hasil usaha dai tahun yang bersangkutan serta
penjelasan atas dokumen tersebut;
b. keadaan dan usaha koperasi serta hasil usaha yang dapat dicapai.
Pasal 36
1. Laporan tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ditandatangani oleh
semua anggota pengurus.
2. Apabila salah seorang anggota pengurus tidak menandatangani
laporan tahunan tersebut, anggota yang bersangkutan menjelaskan alasannya
secara tertulis.
Pasal 37
Persetujuan terhadap laporan tahunan, termasuk pengesahan perhitungan
tahunan, merupakan penerimaan pertanggungjawaban pengurus oleh Rapat Anggota.
Tugas dan wewenang pengurus yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2012 Tentang Perkoperasian diatur dari pasal 58 sampai dengan pasal 62.
Adapun bunyi pasal-pasal tersebut yakni:74
Pasal 58
1. Pengurus bertugas:
a. mengelola koperasi berdasarkan anggaran dasar;
b. mendorong dan memajukan usaha anggota;
c. menyusun rancangan rencana kerja serta rencana anggaran pendapatan
dan belanja koperasi untuk diajukan kepada rapat anggota;
d. menyusun laporan keuangan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas
untuk diajukan kepada rapat anggota;
e. menyusun rencana pendidikan, pelatihan, dan komunikasi koperasi untuk
diajukan kepada rapat anggota;
f. menyelengarakan pembukuan keuangan dan inventaris secara tertib;
g. menyelenggarakan pembinaan karyawan secara efektif dan efesien;

74

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 Tentang Perkoperasian, Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 212, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5355

Universitas Sumatera Utara

78

2.

h. memelihara buku daftara anggota, buku daftar pengawas, buku daftar
pengurus, buku daftar pemegang sertifikat modal koperasi, dan risalah
rapat anggota;
i. melakukan upaya lain bagi kepentingan, kemanfaatan dan kemajuan
koperasi sesuai dengan tanggung jawabnya dan keputusan rapat anggota.
Pengurus berwenang mewakili koperasi di dalam maupun di luar pengadilan

Pasal 59
1. Setiap pengurus berwenang mewakili koperasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 58 ayat (2), kecuali ditentukan lain dalam Anggaran Dasar.
2. Pembatasan wewenang pengurus sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan dalam Anggaran Dasar;
3. Pengurus tidak berwenang mewakili koperasi apabila:
a. Terjadi perkara di depan pengadilan antara koperasi dan pengurus yang
bersangkutan; atau
b. Pengurus yang bersangkutan mempunyai kepentingan yang bertentangan
dengan kepentingan koperasi.
4. Ketentuan mengenai siapa yang berhak mewakili koperasi dalam hal terjadi
kondisi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dalam Anggaran Dasar
Pasal 60
1. Setiap pengurus wajib menjalankan tugas dengan itikad baik dan
penuh tanggung jawab untuk kepentingan dan usaha koperasi.
2. Pengurus bertanggung jawab atas kepengurusan koperasi untuk kepentingan
dan pencapaian tujuan koperasi kepada rapat anggota.
3. Setiap pengurus bertanggung jawab penuh secara pribadi apabila yang
bersangkutan
bersalah
menjalankan
tugasnya
sesuai
dengan
ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
4. Pengurus yang karena kesalahannya menimbulkan kerugian pada koperasi
dapat digugat ke pengadilan oleh sejumlah Anggota yang mewakili paling
sedikit 1/5 (satu perlima) anggota atas nama koperasi.
5. Ketentuan mengenai tanggung jawab pengurus atas kesalahan
dan kelalaiannya yang diatur dalam Undang-Undang ini tidak mengurangi
ketentuan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
Pasal 61
Pengurus wajib terlebih dahulu mendapatkan persetujuan Rapat Anggota
dalam hal koperasi akan:
a. mengalihkan aset atau kekayaan koperasi;
b. menjadikan jaminan uang atas aset atau kekayaan koperasi;
c. menerbitkan obligasi atau surat utang lainnya;

Universitas Sumatera Utara

79

d.
e.

mendirikan atau menjadi anggota koperasi sekunder; dan /atau
memiliki dan mengelola perusahaan bukan koperasi.

Pasal 62
1. Pengurus dapat mengajukan permohonan ke pengadilan niaga agar koperasi
dinyatakan pailit hanya apabila diputuskan dalam rapat anggota.
2. Dalam hal kepaillitan terjadi karena kesalahn atau kelalaian pengurus yang
dinyatakan berdasarkan keputusan pengadilan yang mempunyai
kekuatan hukum tetap, pengurus yang melakukan kesalahan dan kelalaian
bertanggung jawab sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Tugas Pengurus yang diuraikan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun
1992 Tentang Perkoperasian yang dijadikan dasar hukum koperasi untuk sementara
hanya berkutat pada tenaga pengelola. Gambaran ini terlihat jelas dengan
diberikannya kuasa bagi pengurus mengangkat tenaga pengelola untuk mewujudkan
profesionalisme pengelolaan usaha koperasi. Tenaga pengelola yang diangkat oleh
pengurus adalah orang-orang yang memiliki keahlian dalam mengelola usaha
koperasi. Pengelola sebagai manajer diberi wewenang dan kuasa yang dimiliki oleh
pengurus untuk menjalankan usaha bersama-sama dengan pengurus. Pengelola
bertanggung jawab terhadap pengurus dikarenakan hubungan pengurus dengan
pengelola berdasar atas hubungan kerja, yang tunduk pada hukum perikatan.
Hubungan kerja antara pengelola dengan pengurus tersebut dilakukan secara
kontraktual, sesuai dengan kesepakatan mereka.
Pengaturan mengenai tugas, wewenang dan tanggung jawab pengurus yang
terdapat di Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 Tentang Perkoperasian pada
dasarnya memberikan kepercayaan penuh kepada pengurus untuk menjalankan roda
perkoperasian sebagaimana yang diputuskan dalam rapat anggota koperasi dan

Universitas Sumatera Utara

80

mengembangkan sumber daya manusia yang terdapat di dalam koperasi.
Pengembangan ini diharapkan nantinya

mampu menjadikan anggota koperasi

sebagai pengurus koperasi yang akan menjalankan, mengembangkan dan menerima
kepercayaan dari masyarakat untuk mewujudkan koperasi sebagai sokoguru
perekonomian.
C. Status Pengurus Koperasi Yang Bukan Berasal Dari Anggota Koperasi
Dalam pertumbuhan dan perkembangan koperasi di Indonesia, tidak sedikit
koperasi yang mampu bersaing, mensejahterakan anggota pada khususnya dan
masyarakat pada umunya, tetapi banyak juga koperasi yang harus bubar karena
ketidakmampuan pengurus dalam mengelola dan mengembangkan kegiatan usaha
dan kurang aktifnya peran anggota dalam melakukan hubungan yang intens dengan
pengurus koperasi.
Pengangkatan non anggota menjadi pengurus dan diberikannya gaji serta
tunjangan kepada pengurus merupakan salah satu alasan bagi para pemohon untuk
mengajukan uji materi Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 Tentang
Perkoperasian terhadap Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Adapun alasan-alasan
pemohon sebagai berikut:
a.

Bahwa asas kekeluargaan sebagai landasan usaha bersama yang diatur dalam
Pasal 33 ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 adalah menghendaki
hubungan antara anggota koperasi satu sama lain harus mencerminkan sebagai
orang-orang yang bersaudara, satu keluarga. Dengan dipilihnya non-anggota

Universitas Sumatera Utara

81

sebagai pengurus koperasi maka dasar kolektivitas dalam koperasi menjadi
hilang.
b.

Bahwa pembentuk Undang-Undang tidak memahami jiwa koperasi yang
mengedepankan asas kekeluargaan, saling tolong menolong, gotong royong,
senasib sepenanggungan, bersama-sama menolong dirinya dan berdiri di kaki
sendiri. Dengan diangkatnya pengurus yang bukan berasal dari anggota berakibat
tertutupnya kesempatan anggota yang dari awal ikut merintis koperasi untuk
duduk dan menjadi pengurus koperasi. Mohammad Hatta menyatakan bahwa
koperasi harus mempunyai pemimpin yang mempunyai cita-cita, yang
memandang ideal koperasi itu sebagai buah mata yang dipinang-pinangnya.
Hanya orang yang mempunyai perasaan sosial dapat menjadi pemimpin koperasi
yang sebenarnya. Bagi orang semacam itu, yang menjadi tujuan adalah koperasi
sebagai badan persekutuan untuk membela keperluan bersama, Ia mau hidup
semati dengan tujuan itu.
Keberatan para pemohon tidak disetujui oleh Mahkamah Konstitusi dan dalil

para pemohon tidak beralasan hukum karena gaji dan tunjangan yang diperoleh oleh
pengurus dan mekanisme pengangkatan pengurus koperasi yang bukan berasal dari
non-anggota merupakan kewenangan Rapat Anggota Tahunan. Pengembalian
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian menjadi UndangUndang Perkoperasian untuk sementara waktu tidak menyebutkan dalam satu pasal
pun mengenai diperbolehkannya pengurus koperasi mendapat gaji dan tunjangan.

Universitas Sumatera Utara

82

Sasaran utama koperasi dalam menjalankan kegiatan usahanya adalah
mensejahterakan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Anggota
koperasi dan masyarakat tidak akan mungkin sejahtera apabila pengurus tidak
berkompeten dan tidak mampu menjalankan kegiatan sebagaimana yang diputuskan
dalam rapat anggota tahunan. Undang-Undang ini hanya menyebutkan secara spesifik
siapa-siapa saja yang dapat diangkat menjadi pengurus koperasi. Pasal 29 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian menyebutkan:
“Pengurus dipilih dari dan oleh anggota koperasi dalam Rapat Anggota”.
Meskipun pasal ini menghendaki hal demikian, tetapi ada pengecualian
mengenai pengangkatan pengurus jikalau tidak adanya anggota yang berkompeten
untuk menjadi pengurus. Pengangkatan pengurus yang bukan berasal dari anggota
hanya bersifat temporer. Keterpaksaan mengangkat pengurus dari non-anggota masih
diizinkan asal jumlahnya tidak melebihi sepertiga dari keseluruhan jumlah pengurus.
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 Tentang Perkoperasian telah dibatalkan oleh
Mahkamah Konstitusi, tetapi alasan hakim Mahkamah Konstitusi dapat diterapkan
dan dijadikan dasar dalam pengangkatan dan diberikannya gaji serta tunjangan
kepada pengurus koperasi di Undang-Undang 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian.
Berdasarkan teori kepastian hukum, koperasi yang berdiri dan/atau yang telah
melakukan penyesuaian anggaran dasar terhadap Undang-Undang Nomor 17 Tahun
2012 Tentang Perkoperasian harus melakukan penyesuaian anggaran dasar kembali
terhadap Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian, dimana
salah satunya berkaitan dengan pengangkatan pengurus. Koperasi yang telah

Universitas Sumatera Utara

83

melakukan perubahan Anggaran Dasar terhadap Undang-Undang Nomor 25 Tahun
1992 Tentang Perkoperasian berhak memakai jasa pengurusnya asalkan jumlah
pengurus yang bukan berasal dari non-anggota tidak lebih sepertiga dari jumlah
keseluruhan pengurus koperasi.

Universitas Sumatera Utara

84

BAB IV
PENGATURAN PERKOPERASIAN DI INDONESIA

A. Koperasi Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 Tentang
Perkoperasian
Kegiatan perkoperasian telah mengalami berbagai macam problem hukum
dan problem ekonomi, baik di Indonesia maupun mancanegara. Meskipun problem
itu sedikit banyak berpengaruh pada koperasi tetapi tidak menyurutkan kegiatan
koperasi dalam mewujudkan tujuannya yakni mensejahterakan anggota pada
khususnya dan ikut dalam pembangunan eknomi negara dengan cara memberikan
kesejahteraan masyarakat pada umumnya.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian merupakan
landasan hukum perkoperasian setelah Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1967.
Undang-Undang ini menjadi lembaran sejarah yang membuktikan bahwa koperasi
tidak tergerus oleh krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997, dimana pada saat itu
perekonomian Indonesia terguncang, akibatnya banyak badan usaha seperti perseroan
terbatas, dan bank yang tidak mampu menjalankan aktivitasnya sehingga dinyatakan
pailit.
Apabila diperhatikan, peran koperasi yang diamanatkan dalam UndangUndang Nomor 25 Tahun 1992 sejalan dengan harapan di dalam Pasal 33 ayat (1)
Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Koperasi diberikan kedudukan sebagai sokoguru
dalam perekonomian nasional. Hal ini terjadi karena koperasi dianggap mampu dan

84

Universitas Sumatera Utara

85

siap mewujudkan demokrasi ekonomi dengan jiwa kebersamaan dan kekeluargaan
yang merupakan bagian terpenting dari terbentuknya badan usaha koperasi.
Koperasi Indonesia merupakan bagian lanjutan dari koperasi yang sudah
berjalan di seluruh dunia. Prinsip yang diatur di dalam Undang-Undang Nomor 25
Tahun 1992 merupakan bagian dari Prinsip Koperasi Rochdale.
Tabel perbandingan prinsi-prinsip koperasi Rochdale dan Koperasi
Indonesia.75
No

1

2
3

4

5

6

7

Prinsip-Prinsip
Rochdale

Koperasi Prinsip-Prinsip Koperasi Indonesia
Menurut Undang-Undang Nomor 25
Tahun 1992
Democratic control (dikelola Ayat 1
secara demokratis)
a. keanggotaan bersifat sukarela dan
terbuka
Open membership (keanggotaan b. Pengelolaan
dilakukan
secara
bersifat terbuka)
demokratis
sisa
hasil
usaha
A Fixed or limited interest on c. Pembagian
dilakukan
secara
adil
dan
capital (Pemberian balas jasa
sebanding dengan besarnya jasa
terbatas modal)
usaha masing-masing
The distribution of surplus in d. Pemberian balas jasa yang terbatas
terhadap modal
dividend to the members in
proportion to their purchases
(pembagian
keuntungan
dilakukan secara proporsional
sebanding usaha)
Trading strictly on a cash basis e. Kemandirian
(persaingan dalam melakukan
kegiatan usaha)
Ayat 2
Selling
only
pure
and a. Pendidikan Perkoperasian
unadulterated goods (menjual
barang yang dikonsumsi)
Providing for the education of b. Kerjasama antar anggota
the members in cooperative

75

Y. Harsono, dkk, Ideologi Koperasi Menatap Masa Depan, (Yogyakarta: Pustaka
Widyatama, 2006), hal.41

Universitas Sumatera Utara

86

principles (pendidikan prinsipprinsip koperasi)
Political and religiousneutrality
(politik dan keagamaan)
8

Tabel ini menggambarkan bahwa koperasi Indonesia mewarisi semangat atau
jiwa, pedoman dan landasan kegiatan koperasi Rochdale, baik warisan itu diperoleh
melalui pemikiran tokoh-tokoh koperasi yang belajar tentang koperasi di Eropa,
maupun warisan yang diterima atau diadopsi oleh gerakan koperasi Indonesia.
Undang-Undang

Nomor

25

Tahun

1992

Tentang

Perkoperasian

mempertahankan ciri khasnya yakni perkumpulan orang-orang yang memiliki
keadaan ekonomi lemah untuk bersatu dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Permasalahan yang terjadi di koperasi pada saat diberlakukannya Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian adalah pada diri pengurus yang
berimbas pada koperasi dam kurang percayanya anggota masyarakat kepada koperasi.
Penyehatan koperasi diawali dari penyehatan pengurus dengan cara:76
1.

Menaati secara sungguh-sungguh dengan mulus (tanpa penyimpanganpenyimpangan) segala ketentuan atau kebijakan-kebijakan yang harus dijalankan
sebagaimana telah diputuskan rapat anggota.

2.

Menaati secara sungguh-sungguh dengan mulus (tanpa penyimpanganpenyimpangan) pembagian tugas kepengurusan dan batas-batas tanggung-

76

G. Kartasapoera, dkk, Praktek Pengelolaan Koperasi Buku Acuan Untuk Siswa SMK,
Loc.Cit, hal.16

Universitas Sumatera Utara

87

jawabnya yang telah digariskan secara terorganisasi dan disepakati dalam rapat
pengurus.
3.

Apabila untuk menjalankan usaha koperasi telah diangkat seorang manajer
dengan para pembantunya, maka pengurus tidak perlu melakukan campur tangan
atau turut berperan dalam manajemennya, kecuali dalam hal pengawasannya dan
mengambil langkah-langkah yang perlu yang berkaitan dengan pengawasannya
itu.
Alasan masyarakat tidak bergabung menjadi anggota koperasi karena tidak

sehat dan kurang berkembangnya koperasi akibat ketidak-pekaan anggota koperasi
terhadap koperasi. Koperasi akan maju apabila kuantitasnya semakin banyak karena
pengelolaan kegiatan koperasi selain pada penggurus juga pada anggota.
B. Koperasi Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 Tentang
Perkoperasian
Permasalahan kini yang dihadapi oleh badan usaha di Indonesia termasuk
koperasi adalah arus globalisasi ekonomi yang semakin cepat yang menimbulkan
hubungan interdependensi dan integrasi dalam bidang finansial, produksi dan
perdagangan, yang membawa dampak pengelolaan ekonomi Indonesia. Dampak ini
lebih terasa lagi dengan semakin dikembangkannya prinsip liberalisasi perdagangan
(trade liberalization) yang telah diupayakan secara bersama-sama oleh negara-negara
di dunia dalam bentuk kerjasama ekonomi regional, seperti North American Free
Trade (NAFTA), Single European Market (SEM), European Free Trade Agreement
(EFTA), Australian-New Zealand Closer Economic Relation and Trade Agreement

Universitas Sumatera Utara

88

(ANCERTA), ASEAN Free Trade Area (AFTA), Asia Pacific Econimic Cooperation
(APEC) dan World Trade Organization (WTO).
Salah satu upaya yang dilakukan oleh Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil
Menengah sebagai bagian dari tanggung jawabnya adalah

mempersiapkan

Rancangan Undang-Undang Perkoperasian dengan tetap mempertahankan landasan,
asas, tujuan, hak suara anggota (one man one vote) dan kekuasaan tertinggi pada rapat
anggota, mengukuhkan nilai dan prinsip, status badan hukum, serta sanksi
administratif, menguatkan tugas dan wewenang pengurus, pengawas, usaha koperasi,
modal koperasi, dan jenis koperasi.
Sebelum Rancangan Undang-Undang disahkan oleh Dewan Perwakilan
Rakyat, terlebih dahulu Pemerintah dalam hal ini Menteri Koperasi dan Usaha Kecil
Menengah menegeluarkan Surat Edaran Nomor 90/M.KUKM/VIII/2012 tertanggal
16 Agustus 2012 tentang Revitalisasi Badan Usaha Koperasi dengan Pembentukan
Usaha PT/CV. Dalam Surat Edaran tersebut, Menteri Koperasi dan Usaha Kecil
Menengah menegaskan bahwa dalam rangka menyambut ASEAN Economic
Community (AEC) Tahun 2015, maka koperasi-koperasi yang sudah memiliki aset
sebanyak Rp. 5.000.000.000,- (lima milyar rupiah) diminta untuk membentuk badan
usaha Perseroan Terbatas (PT) atau Commanditaire Vennotschap (CV).77 Surat
Edaran itu memperlihatkan bahwa Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
ingin berinovasi terhadap koperasi dengan menyamakannya dengan Perseroan
Terbatas maupun Commanditaire Vennotschap (CV). Upaya Kementerian Koperasi
77

Surat Edaran Nomor 90/M.KUKM/VIII/2012 tertanggal 16 Agustus 2012

Universitas Sumatera Utara

89

dan Usaha Kecil Menengah disempurnakan dengan disahkannya Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2012 oleh Dewan Perwakilan Rakyat pada tanggal 30 Oktober
2012. Undang-Undang ini merupakan pengganti Undang-Undang Nomor 25 Tahun
1992 Tentang Perkoperasian.
Penggantian ini dimaksudkan karena Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992
tidak selaras dengan kebutuhan hukum dan perkembangan perkoperasian di
Indonesia. Hal inilah yang menjadi landasan utama Kementerian Koperasi dan Usaha
Kecil Menengah melahirkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 Tentang
Perkoperasian.
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 dianggap mampu menjawab
tantangan globalisasi yang akan dihadapi oleh pelaku usaha Indonesia. Upaya
penguatan koperasi dapat dilihat dengan semakin bertambahnya pasal-pasal yang
tertuang di dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 Tentang Perkoperasian.
Pasal-pasal yang ada di Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 Tentang
Perkoperasian masih diakomodasi dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012
Tentag Perkoperasian. Selain itu, ada beberapa pasal yang disempurnakan dan
ditambahkan oleh pemerintah untuk menyatakan bahwa koperasi dapat menjadi tiang
perekonomian Indonesia.
Adapun pasal-pasal yang masih diakomodasi dari Undang-Undang Nomor 25
Tahun 1992 Tentang Perkoperasian adalah berkenaan dengan landasan dan asas,
pendirian, pengesahan badan hukum, keanggotaan, penghapusan status badan hukum.
Adapun pasal-pasal yang merupakan penyempurnaan dari pasal-pasal yang terdapat

Universitas Sumatera Utara

90

dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian berkenaan
dengan

nilai dan prinsip, yang membuat akta pendirian, penolakan pengesahan

koperasi, perubahan anggaran dasar, keanggotaan koperasi sekunder, rapat anggota,
persyaratan untuk menjadi pengawas, tugas dan wewenang pengawas, tugas
pengurus, alasan pembubaran, pembubaran melalui rapat anggota. Adapun hal-hal
baru yang terdapat di dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 adalah
berkenaan dengan Pemakaian nama koperasi, Identitas pendiri, Anggota koperasi
yang berkurang setelah mendapat pengesahan badan hukum dari menteri koperasi dan
usaha kecil menengah, keanggotaan, Penyelenggaraan rapat anggota, Rapat Anggota
Luar

Biasa,

Tugas

Pengawas,

kewajiban

pengawas,

pemilihan

pengurus,

pemberhentian pengurus, Modal, selisih hasil usaha dan dana cadangan, jenis,
tingkatan, dan usaha, koperasi simpan pinjam, pengawasan dan pemeriksaan,
pengawasan koperasi simpan pinjam, penggabungan dan peleburan, penyelesaian,
pengaturan lebih lanjut, peran pemerintah, sanksi administratif, ketentuan peralihan,
ketentuan penutup.
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 Tentang Perkoperasian pada
pokoknya melakukan upaya untuk perbaikan internal dengan sasaran mampu bersaing
dengan badan usaha lainnya. Penguatan ini adalah bukti nyata bahwa pemerintah
dalam hal ini kementerian koperasi dan usaha kecil menengah ingin mengajak
koperasi berperan aktif dalam menyikapi pasar dan koperasi mampu mewujudkan
harapan bangsa sebagai sokoguru perekenomian dengan sasaran tidak hanya kepada
anggota tetapi juga menjangkau setiap lapisan masyarakat Indonesia.

Universitas Sumatera Utara

91

Pemerintah berharap Undang-Undang 17 Tahun 2012 dapat mengurangi
benang kusut koperasi dan masalah-masalah akut yang mendera koperasi. Harapan
pemerintah untuk menjadikan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 sebagai solusi
dalam permasalah koperasi bukanlah 100% (seratus persen) murni keberpihakan
pemerintah kepada koperasi, tetapi Undang-Undang ini merupakan langkah awal
pemerintah untuk mengembangkan koperasi yang sudah berkembang. Tindakan yang
dilakukan oleh pemerintah akibat ketidakpercayaan terhadap pelaku koperasi untuk
membawa koperasi ke jalan yang benar.

Koperasi yang secara struktur dan

persyaratan tidak layak untuk diajak maju dengan membawa bendera koperasi secara
otomatis berguguran. Koperasi yang kuat secara financial maupun ideologis akan
bertahan menjelma menjadi koperasi baru dengan rintisan neo ideologi. Koperasikoperasi inilah nantinya akan dibina dan dikembangkan secara secara serius oleh
pemerintah.78
Harus diakui bahwa banyak aturan yang ditambahkan di dalam UndangUndang ini, tetapi banyak juga hal-hal pokok perkoperasian yang dirubah di
dalamnya. Beberapa hal pokok yang dirubah, diantaranya filosofi koperasi yang
terdapat di dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 telah mereduksi makna
koperasi yang luhur, tercemar dan mengikuti arus kapitalis, sehingga tidak lagi
menjadi badan usaha yang dimiliki oleh sekelompok orang yang keadaan
ekonominya lemah, yang awal tujuan dibentuknya usaha ini adalah memperoleh
78

www.widyasari,press.com/index.php?option=com_content&view=article&id=88: perananundang-undang-no-17-tahun-2012-terhadap-perkoperasian-di-indonesia&catid=35:jurnal-mei2014<emid=2, Widya Sari Press, diakses pada tanggal 23 Juni 2015.

Universitas Sumatera Utara

92

kesejahteraan bersama dengan saling bekerja sama dan tolong menolong. Hal lain
adalah diberikannya kesempatan sebesar-besarnya kepada non-anggota menjadi
pengurus koperasi untuk membangun koperasi menjadi lebih profesional.
Profesionalnya suatu koperasi tidak ditentukan dari direkrut dan dijadikannya nonanggota menjadi pengurus. Profesional dapat diartikan mampu tidaknya anggota
menjadi pengurus koperasi yang akan membawa koperasi lebih baik lagi di kemudian
hari.
C. Keputusan Mahkamah Konstitusi
Harapan besar dari kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah untuk
menguatkan koperasi di bidang internal tidak direstui oleh Mahkamah Konstitusi.
Permasalahan berawal akibat tidak setujunya subjek hukum akan pengesahan
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 Tentang Perkoperasian. Adapun yang
melakukan judicial review adalah Gabungan Koperasi Pegawai Republik Indonesia
(GPRI) Provinsi Jawa Timur, Pusat Koperasi Unit Desa (Puskud) Jawa Timur, Pusat
Koperasi Wanita Jawa Timur (Puskowanjati), Pusat Koperasi An-Nisa Jawa Timur,
Pusat Koperasi Bueka Assakinah Jawa Timur, Gabungan Koperasi Susu Indonesia,
Agung Haryono, dan Mulyono, kesemuanya diwakili oleh Aan Eko Widiarto, Iwan
Permadi, Haru Permadi, Konsultan Hukum Universitas Brawijaya berdasarkan Surat
Kuasa Khusus tanggal 8 Februari 2013 ke Mahkamah Konstitusi. Alasan-alasan
diajukannya judicial review adalah berkaitan dengan filosofi koperasi, pengurus dan
pengawas mendapat gaji dan tunjangan, tugas dan wewenang pengawas yang
melebihi wewenang rapat anggota, pengangkatan pengurus dari non-anggota,

Universitas Sumatera Utara

93

menjalankan koperasi sebatas prinsip modal, larangan bagi koperasi untuk
membagikan surplus hasil usaha yang berasal dari transaksi dari non anggota koperasi
kepada anggota, membatasi usaha koperasi dengan cara mengharuskan koperasi
memilih salah satu usaha yang disajikan di dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun
2012 Tentang Perkoperasian.
Adapun pendapat Mahkamah Konstitusi mengenai alasan pemohon tersebut yakni:
1. Mahkamah Konstitusi berpendapat mengenai filosofi yang terkandung dalam
Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tidak mengandung
pengertian substantif sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 33 ayat (1)
Undang-Undang Dasar Tahun 1945, sehingga dalil para pemohon yang
menyatakan bahwa pengertian koperasi bersifat individualisme beralasan
menurut hukum.
2. Mahkamah Konstitusi berpendapat mengenai pengurus mendapat gaji dan
tunjangan serta pengawas mendapat imbalan tidak beralasan menurut hukum
dikarenakan pemberian gaji dan tunjangan kepada pengurus begitu juga imbalan
yang diberikan kepada pengawas merupakan hak dan kewenangan Rapat
Anggota Tahunan, yang merupakan kedaulatan anggota koperasi.
3. Mahkamah Konstitusi berpendapat bahwa mengenai tugas dan wewenang
pengawas yang diatur dalam Pasal 50 ayat (1) huruf a, ayat (2) huruf a dan huruf
e, serta Pasal 56 ayat (1) tidak sejalan dengan nilai yang mendasari kegiatan
perkoperasian yang terdapat di dalam Pasal 5 ayat (1) huruf d dan e dan Pasal 29
ayat (2) huruf c, sehingga Mahkamah menyatakan bahwa dalil para pemohon
beralasan menurut hukum.
4. Mahkamah Konstitusi berpendapat bahwa dalil pemohon mengenai
pengangkatan pengurus dari non-anggota beralasan menurut hukum, karena Pasal
55 ayat (1) bersebrangan dengan pasal 29 ayat (2) huruf a dan c, Pasal 5 ayat (1)
huruf a, huruf c, huruf d, dan huruf e, Pasal 5 ayat (2) huruf b dan huruf c.
5. Mahkamah Konstitusi berpendapat bahwa dalil pemohon mengenai modal
koperasi yang terdapat dari pasal 66 sampai dengan pasal 77 beralasan menurut
hukum, karena dengan diubahnya dari simpanan pokok dan simpanan wajib
menjadi setoran pokok dan setifikat modal koperasi menjadikan anggota koperasi
tidak bisa mengambil kembali setoran pokok dan tidak dapat ditariknya sertifikat
koperasi, kecuali dengan melakukan penjualan kepada sesama anggota atau calon
anggota atau ditalangi maksimal 20 % dari Surplus Sisa Hasil Usaha.
6. Mahkamah Konstitusi berpendapat bahwa dalil pemohon mengenai larangan
pembagian surplus hasil usaha yang berasal dari transaksi dengan non-anggota
beralasan menurut hukum, karena seharusnya setiap anggota berhak menikmati
surplus sisa hasil usaha dari transaksi manapun.

Universitas Sumatera Utara

94

7.

Mahkamah Konstitusi berpendapat bahwa dalil pemohon mengenai jenis
koperasi beralasan menurut hukum, karena dengan membatasi koperasi untuk
melaksanakan satu jenis koperasi, maka telah memasung kreativitas koperasi
untuk menentukan sendiri jenis kegiatan usaha.
Mahkamah memutuskan bahwa:
1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian bertentangan
dengan Undang-Undang Dasar Negera Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian tidak mempunyai
kekuatan hukum mengikat;
3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian berlaku untuk
sementara waktu sampai dengan terbentuknya Undang-Undang yang baru. 79
Berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi tersebut maka setiap koperasi
yang berdiri dan/atau yang telah melakukan penyesuaian anggaran dasar terhadap
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 Tentang Perkoperasian harus melakukan
penyesuian kembali ke Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 Tentang
Perkoperasian.
Putusan Mahkamah Konstitusi ini memberikan kesempatan kembali kepada
koperasi-koperasi Indonesia untuk berinovasi dan melakukan beberapa jenis usaha
dalam pengembangan dan pemberian manfaat kepada anggota khususnya dan
masyarakat umumnya.
D. Analisis Yuridis Undang-Undang Perkoperasian Indonesia
Langkah yang diambil pemerintah untuk menguatkan koperasi dengan
disahkannya Undang-Undang Perkoperasian Nomor 17 tahun 2012 adalah tepat.
Permasalahan yang terjadi adalah Undang-Undang tersebut kurang bersahabat dan
mereduksi makna koperasi yang luhur. Memperkuat koperasi bukan berarti

79

Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 28/PUU-XI/2013

Universitas Sumatera Utara

95

mengubah filosofis koperasi, bukan mengubah kewenangan pembina, bukan
mengharuskan satu koperasi melaksanakan satu jenis koperasi, bukan harus membeli
sertifikat modal koperasi oleh anggota, bukan tidak membagi sisa hasil usaha yang
diperoleh koperasi kepada anggota jika hal itu diperoleh bukan dari non anggota.
Arus globalisasi tidak perlu ditakuti dengan mengubah koperasi sebagai suatu
entitas yang diakui keberadaannya dan

memiliki karakter sendiri, tetapi arus

globalisasi harus diterima dengan mengubah mekanisme dan memperkuat koperasi
yang selama ini menjadi bagian dari perkembangan perekonomian Indonesia. Era
globalisasi memaksa dan mengharuskan koperasi lebih proaktif menyiasati pasar
yang terus berubah. Menyulap koperasi menjadi badan usaha bisnis adalah upaya
yang ahistoris, sebab pada awalnya keberhasilan koperasi bertumpu pada semangat
gotong royong.80 Koperasi sebagai suatu gerakan dunia telah membuktikan diri dalam
menghadapi ketidakadilan pasar. Koperasi sejak kelahirannya disadari sebagai upaya
menolong diri sendiri secara bersama-sama.
Pembatalan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 Tentang Perkoperasian
telah mengembalikan koperasi pada entitas awalnya sehingga koperasi tidak lagi
berorientasi pada modal seperti yang diamanatkan oleh Undang-Undang tersebut,
tetapi menyatakan diri sebagai badan usaha dengan pengelolaan demokratis dan
pengawasan bersama atas keanggotaan yang terbuka dan sukarela. Dalam
menghadapi globalisasi perlu penegasan nilai etik yang harus dijunjung tinggi berupa:
1.

Kejujuran;
80

Y. Harsono, dkk, Ideologi Koperasi Menatap Masa Depan, Op Cit, hal.14

Universitas Sumatera Utara

96

2.

Keterbukaan;

3.

Tanggung jawab sosial;

4.

Kepedulian kepada pihak lain.
Thoby Mutis menyatakan bahwa untuk memacu sinergi dan rasionalitas

diperlukan kerjasama antar koperasi. Hal ini bertujuan untuk penghematan biaya,
pemanfaatan modal, fleksibilitas dan pemekaran kesempatan kerja.81Lingkungan
yang terbuka dan disentralisasi memberi tantangan dan kesempatan baru bagi
koperasi dalam membangun kekuatan swadaya koperasi yang sehat dan kokoh
bersatu. Dalam rangka menyambut pergeseran tatanan ekonomi dunia yang terbuka
dan bersaing secara ketat, pemerintah berdasarkan kewajibannya dituntut untuk
memberikan

bimbingan,

pengawasan,

perlindungan

kepada

koperasi

serta

memampukannya untuk melaksanakan Pasal 33 Undang-Undang Dasar Tahun 1945
beserta

penjelasannya.

Pemerintah

mempunyai

peran

penting

sebagaimana

diamanatkan Pasal 33 ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun 1945, yang berbunyi
“perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan”.
Keinginan untuk meningkatkan taraf hidupnya, para anggota tidak bisa
berjalan sendiri, oleh karena itu mereka menyadari untuk saling bekerja sama satu
dengan lain dalam suatu wadah yang dikelola secara bersama-sama dan hasilnya
dibagi secara bersama-sama diantara mereka yang bernaung dalam wadah tersebut.
Ciri yang melekat pada koperasi saat itu memberikan pameo yang popular di
kalangan anggota koperasi yaitu dari anggota, untuk anggota, dan oleh anggota.
81

Thoby Mutis, Pengembangan Koperasi: Kumpulan Karangan, (Jakarta: Grasindo, 1992), hal.47

Universitas Sumatera Utara

97

Tugas Pemerintah saat ini adalah mempersiapkan Rancangan Undang-Undang

Dokumen yang terkait

ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 100/PUU-XI/2012 PERIHAL PEMBATALAN PASAL 96 UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN

1 12 23

IMPLIKASI HUKUM TERHADAP PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 028/PUU-XI/2013 TENTANG PEMBATALAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN TERHADAP AKTA PENDIRIAN KOPERASI

2 20 71

ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 14/PUU-XI/2013 TENTANG PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PREDIEN

0 8 55

STATUS BADAN HUKUM KOPERASI YANG DIDIRIKAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN SETELAH KELUARNYA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 28/PUU-XI/2013.

0 0 20

STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 7/PUU-XI/2013 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI (KAJ.

0 1 1

Analisis Yuridis Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 28 PUU-XI 2013 Tentang Uji Materi Atas Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 Tentang Perkoperasian

0 0 16

Analisis Yuridis Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 28 PUU-XI 2013 Tentang Uji Materi Atas Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 Tentang Perkoperasian

0 0 2

Analisis Yuridis Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 28 PUU-XI 2013 Tentang Uji Materi Atas Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 Tentang Perkoperasian

0 0 27

Analisis Yuridis Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 28 PUU-XI 2013 Tentang Uji Materi Atas Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 Tentang Perkoperasian

0 0 36

Analisis Yuridis Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 28 PUU-XI 2013 Tentang Uji Materi Atas Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 Tentang Perkoperasian

0 0 5