Analisis Penerapan Program Kesetan dan Kesehatan Kerja (K3) di Bagian Produksi dengan Metode 5S sebagai Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja di PT. Industri Karet Nusantara Chapter III VII

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1.

Kecelakaan
Menurut John Ridley:2008 kecelakaan bukan terjadi, tapi disebabkan

oleh kelemahan di sisi majikan, pekerja, atau keduanya. Akibat yang
ditimbulkannya dapat memunculkan trauma bagi keduanya; bagi pekerja, cedera
dapat berpengaruh terhadap pribadi, keluarga, dan kualitas hidupnya, sedangkan
bagi majikan, berupa kerugian produksi, waktu terbuang untuk penyelidikan, dan
yang terburuk biaya untuk proses hukum.
Tindakan pencegahan kecelakaan bertujuan untuk mengurangi peluang
terjadinya kecelakaan hingga mutlak minimum.

3.1.1.

Prinsip-prinsip Pencegahan Kecelakaan
Sasaran yang dicapai pada prinsip-prinsip tersebut yaitu:


1. Mencegah terjadinya kecelakaan.
2. Jika kecelakaan terjadi, mencegahnya agar tidak terulang kembali.
Prosedur yang dicapai pada prinsip-prinsip tersebut yaitu:
1. Mengidentifikasi bahaya.
2. Menghilangkan bahaya.
3. Mengurangi bahaya hingga seminim mungkin jika penghilangan bahaya tidak
dapat dilakukan.
4. Melakukan penilaian risiko residual.

Universitas Sumatera Utara

5. Mengendalikan risiko residual.
Identifikasi potensi bahaya yang dilakukan yaitu:
1. Sebelum kejadian
a. Penilaian risiko
Penilaian risiko adalah cara-cara yang digunakan majikan untuk dapat
mengelola dengan baik risiko yang dihadapi oleh pekerjanya dan
memastikan bahwa kesehatan dan keselamatan mereka tidak terkena risiko
pada saat bekerja.
b. Inspeksi keselamatan kerja

2. Setelah kejadian
a. Penyelidikan kecelakaan
3. Nyaris
a. Menerapkan prosedur pelaporan kecelakaan yang nyaris terjadi.

3.1.2.

Teori Domino Heinrich
Suatu kecelakaan bukanlah suatu peristiwa tunggal, kecelakaan ini

merupakan hasil dari serangkaian penyebab yang saling berkaitan. Domino
mengambarkan rangkaian penyebab tersebut (kejadian atau situasi) yang
mengawali kecelakaan yang menimbulkan cedera atau kerusakan. Jika satu
domino jatuh maka domino ini akan menimpa domino-domino lainnya hingga
domino yang terakhir pun jatuh, artinya kecelakaan. Jika salah satu dari domino
(sebab-sebab) itu dihilangkan, misalnya kita melakukan tindakan keselamatan
kerja yang benar, maka tidak akan ada kecelakaan.

Universitas Sumatera Utara


Beberapa contoh tipikal penyebabnya adalah:
1. Situasi kerja
a. Pengendalian manajemen yang kurang
b. Standar kerja yang minim
c. Tidak memenuhi standar
d. Perlengkapan yang gagal atau tempat kerja yang tidak mencukupi.
2. Kesalahan orang
a. Keterampilan dan pengetahuan yang minim
b. Masalah fisik atau mental
c. Motivasi yang minim atau salah penempatan
d. Perhatian yang kurang.
3. Tindakan tidak aman
a. Tidak mengikut i metode-metode kerja yang telah disetujui
b. Mengambil jalan pintas
c. Menyingkirkan atau tidak menggunakan perlengkapan keselamatan kerja.
4. Kecelakaan kerja
a. Kejadian yang tidak terduga
b. Akibat kontak dengan mesin atau listrik yang berbahaya
c. Terjatuh
d. Terhantam mesin atau material yang jatuh dan sebagainya.

5. Cedera/kerusakan
Terhadap pekerja yaitu:
a. Sakit dan penderitaan

Universitas Sumatera Utara

b. Kehilangan pendapatan
c. Kehilangan kualitas hidup
Terhadap majikan yaitu:
a. Kerusakan pabrik
b. Pembayaran kompensasi
c. Kerugian produksi
d. Kemungkinan proses pengadilan.

3.1.3.

Teknik-Teknik Praktis Pencegahan Kecelakaan
Teknik-teknik praktis pencegahan keelakaan terdiri dari:

1. Nyaris

a. Membudayakan pelaporan kecelakaan yang nyaris terjadi
b. Menyelidikinya untuk mencegah kecelakaan serius
c. Menumbuhkan budaya tidak saling menyalahkan.
2. Identifikasi bahaya
a. Dengan melakukan inspeksi
b. Melalui patroli dan inspeksi keselamatan kerja dan sebagainya
c. Laporan dari operator
d. Laporan dalam jurnal-jurnal teknis.
3. Penyingkiran bahaya
a. Dengan mengubah sarana-sarana teknis
b. Mengubah pabrik
c. Mengubah material

Universitas Sumatera Utara

d. Mengubah proses.
4. Pengurangan bahaya
a. Dengan sarana teknis, memodifikasi perlengkapan
b. Pemberian pelindung/kumbung
c. Pemberian alat pelindung diri (personal protective equipment- PPE).

5. Pengendalian risiko residual
a. Dengan sarana teknis-alarm, pemutusan aliran (trips) dan sebagainya
b. Sistem kerja yang aman
c. Pelatihan para pekerja.

3.1.4.

Teknik-Teknik Manajemen
Teknik-teknik manajemen terdiri dari:

1. Pengetahuan
a. Tentang teknik-teknik melindungi permesinan
b. Tentang metode kerja operator.
2. Pemeliharaan
a. Tindakan pencegahan di area berisiko tinggi
b. Membutuhkan keterampilan dalam pengoperasian
c. Pelatihan teknis
d. Sistem kerja yang aman/menggunakan izin kerja.
3. Pemeliharaan
a. Membuat operator terbiasa dengan pabrik dan perlengkapan

b. Merawat dengan baik

Universitas Sumatera Utara

c. Pemeliharaan pencegahan.

3.2.

Perlindungan Kesehatan
Terdapat

beberapa

teknik

baku

yang

dapat


digunakan

dalam

pemeliharaan kesehatan pekerja. Ini meliputi pengambilan tindakan pencegahan
penyakit, yang memberikan sarana-sarana untuk mencegah pekerja berkontak
dengan substansi-substansi berbahaya dan memastikan bahwa jika para pekerja
terluka, cederanya dirawat dengan benar.

3.2.1.

Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)
Pertolongan pertama pada kecelakaan didefenisikan sebagai:

1. Perawatan darurat hingga tenaga medis atau perawat tiba di tempat
2. Perawatan cedera kecil yang tidak memerlukan perawatan atau bahkan tidak
memerlukan perhatian medis.
Fasilitas-fasilitas pertolongan pertama yang harus disediakan tercantum
dalam Health and Safety (First Aid) Regulation 1981, dengn rincian lebih jelasnya

diberikan dala ApprovednCode of Practice and Guidance ‘First aid at work’,
publikasi HSE L 74. Saran-sarannya meliputi:
1. Cakupan fasilitas kesehatannya tergantung pada risiko yang dihadapi, misalnya
semakin tinggi risiko, semakin luaslah cakupan fasilitas tersebut.
2. Jumlah petugas P3K harus mencukupi, satu petugas untuk setiapmlima puluh
pekerja untuk pekerjaan berisiko rendah. Perbandingan antara jumlah pekerja
denga petugas P3K ini disesuaikan apabila risiko pekerjaannya meningkat.

Universitas Sumatera Utara

3. Harus terdapat ruang P3K jika:
a. Tapak tersebut berisiko tinggi
b. Tapak tersebut berada jauh dari rumah sakit, misalnya di daerah pedesaan
c. Akses ke rumah sakit atau dokter sulit dilakukan, misalnya di daerah dengan
lalu lintas yang sangat macet
d. Jumlah yang dipekerjakannya di tempat tersebut mensyaratkannya.
4. Kotak P3K harus:
a. Kuat agar dapat melindungi isinya
b. Dapat diisi lagi
c. Berisi kartu panduan pertolongan pertama pada kecelakaan

d. Digunakan hanya untuk barang-barang P3K, bukan barang lain.

3.2.2.

Alat Pelindung Diri
Persyaratan umum penyediaan alat pelindung diri (personal protection

equipment-PPE) tercantum dalam Personal Protection Equipment at Work
Regulations 1992. Akan tetapi, ada beberapa ketentuan khusus, yang lebih utama
selain ketentuan umum ini, yang dicantumkan dalam aturan-aturan tentang
bahaya-bahaya tertentu, yaitu:
1.

The Control of Lead at Work Regulations 2002

2.

The Ionizing Radiation Regulations 1999

3.


The Control of Asbestos at Work Regulations 2002

4.

The Noise at Work Regulations 1989

5.

The Construction (Head Protection) Regulations 1989.

Universitas Sumatera Utara

Dalam menyediakan perlindungan terhadap bahaya, prioritas pertama
seorang majikan adalah melindungi pekerjanya secara keseluruhan ketimbang
secara individu. Penggunaan PPE hanya dipandang perlu jika metode-metode
perlindungan yang lebih luas ternyata tidak praktis dan tidak terjangkau.
Dengan seluruh jenis PPE yang tersedia, pemasok akan menyarankan
jenis yang paling sesuai untuk kebutuhan pekerja dan dapat menawarkan beberapa
pilihan berdasarkan material, desain, warna dan sebagainya. Akan tetapi, ada
beberapa prinsip umum yang harus diikuti.
1. PPE yang efektif harus:
a. Sesuai dengan bahaya yang dihadapi
b. Terbuat dari material yang akan tahan terhadap bahaya tersebut
c. Cocok bagi orang yang akan menggunakannya
d. Tidak mengganggu kerja operator yang sedang bertugas
e. Memiliki konstruksi yang sangat kuat
f. Tidak mengganggu PPE lain yang sedang dipakai bersamaan
g. Tidak meningkatkan risiko terhadap pemakainya.
2. PPE harus:
a. Disediakan secara gratis
b. Diberikan satu per orang atau jika tidak, harus dibersihkan setelah
digunakan
c. Hanya digunakan sesuai peruntukannya
d. Dijaga dalam kondisi baik
e. Diperbaiki atau diganti jika mengalami kerusakan

Universitas Sumatera Utara

f. Disimpan di tempat yang sesuai ketika tidak digunakan.
3. Operator-operator yang menggunakan PPE harus memperoleh:
a. Informasi tentang bahaya yang dihadapi
b. Instruksi tentang tindakan pencegahan yang perlu diambil
c. Pelatihan tentang penggunaan peralatan dengan benar
d. Konsultasi dan diizinkan memilih PPE yang tergantung pada kecocokannya
e. Peltihan cara memelihara dan menyimpan PPE dengan rapi
f. Instruksi agar melaporkan setiap kecacatan atau kerusakan [25].
Contoh-contoh perlindungan yang disediakan oleh beberapa jenis PPE
dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Perlindungan yang Disediakan oleh Beberapa Jenis PPE
Bagian
Kepala

Bahaya
1. Benda-benda jatuh
2. Ruang yang sempit
3. Rambut terjepit

Telinga/pendengaran Suara bising

Mata

Tangan

Kaki

1. Debu, kersik
2. Partikel-partikel
beterbangan
3. Radiasi, laser, bunga
api las
1. Tepi-tepi dan ujung
yang tajam
2. Zat kimia korosif
3. Temperatur
tinggi/rendah
1. Terpeleset,
benda
tajam terjatuh di
lantai
2. Benda jatuh
3. Percikan logam cair

PPE
1. Helm keras (hard hats)
2. Helm empuk (bump hats)
3. Topi,
harnet,
atau
pemangkasan rambut
Tutup telinga (ear muff) dan
sumbat telinga (ear plug)
1. Kacamata
pelindung
(googles)
2. Pelindung wajah
3. Googles khusus
1. Sarung tangan pelindung
2. Sarung tangan tahan bahan
kimia
3. Sarung tangan insulasi
1. Sepatu pengaman
2. Selubung kaki (gaiter)
3. Sepatu pengaman

Universitas Sumatera Utara

Tabel 3.1. Perlindungan yang Disediakan oleh Beberapa Jenis PPE
(Lanjutan)
Bagian

Keseluruhan
tubuh

Bahaya
1. Atmosfer
yang
berbahaya
(uap
beracun/debu
radioaktif)
2. Terjatuh
3. Kendaraan bergerak
4. Gergaji rantai
5. Temperatur tinggi
6. Cuaca ekstrim

PPE
1. Pakaian bertekanan udara
(pressurized suits)
pelindung
2. Tali-temali
(harness)
3. Baju/rompi yang terlihat di
kegelapan (high-visibility)
4. Baju pelindung khusus
5. Baju tahan panas
6. Baju untuk segala cuaca

Sumber : John Ridley. 2008. Ikhtisar Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Edisi Ketiga. Jakarta.
Penerbit Erlangga.

3.3.

Sistem Keselamatan
Menurut Nedved: 1991 teknologi sistem keselamatan adalah sebuah

bagian resmi yang diakui dari rekayasa sistem modern. Kebanyakan metode yang
dikembangkan untuk membantu pencegahan kecelakaan di pemerintahan
Amerika, dispnsori atau dikontrol sistem-sistem seperti misil, pesawat terbang,
ruang angkasa da sistem bertenaga nuklir. Namun, sekarang ini, memahami dan
mengaplikasikan dari metode sistem keselamatan untuk pencegahan kecelakaan
industri adalah sebuah moral, profesional dan kebutuhan yang resmi.
Istilah sistem keselamatan dipilih pada awal tahun 1960 karena mereka
diikutsertakan di dalam studi keselamatan sistem kompleks. Tujuannya adalah
untuk melakukan studi ini berhasil, hal ini perlu untuk melakukan keduanya yaitu
analisis identifikasi bahaya dan analisis evaluasi pengontrolan bahaya melalui
langkah-langkah dan secara sistematis. Identifikasi bahaya secara sistematis dan

Universitas Sumatera Utara

ciri-ciri evaluasi pengontrolan bahaya secara sistematis dari teknologi sistem
keselamatan bahwa dapat dan harus diterapkan untuk mencegah kecelakaan
industri.

3.3.1.

Identifikasi Bahaya Secara Sistematis

3.3.1.1. Hubungan Bahaya dan Kecelakaan
Terminologi sistem keselamatan membuat perbedaan yang sangat jelas
antara istilah kecelakaan dan bahaya. Kecelakaan adalah sebuah kejadian dimana
merusak peralatan atau cedera ke personil yang terjadi atau telah terjadi. Bahaya
adalah kondisi nyata atau potensial atau tindakan yang dapat menyebabkan
kerusakan peralatan terhadap personil atau cedera, tetapi belum melakukannya
(Heinrich:1980) [26].

3.4.

Analisa Bahaya dan Risiko
Analisa terhadap bahaya terutama harus dilaksanakan oleh pengelola

pabrik, tetapi teknik tersebut dapat juga dipakai oleh pejabat berwenag dalam
mengevaluasi sistem keselamatan kerja.
Untuk menganalisa keselamatan instalasi berbahaya besar kemungkinankemungkinan bahaya-bahaya yang ada, suatu penilaian terhadap bahaya harus
dilakukan termasuk analisa bidang-bidang berikut ini:
1. Bahan-bahan kimia beracun, dapat meledak atau mudah menyala yang ada di
instalasi yang merupakan suatu bahaya besar;

Universitas Sumatera Utara

2. Kegagalan-kegagalan atau kesalahan-kesalahan yang bisa menyebabkan
kondisi-kondisi abnormal menjadi kecelakaan besar;
3. Dampak yang ditimbulkan kecelakaan besar terhadap para pekerja, orang yang
tinggal atau bekerja di luar instalasi atau bagi lingkungan;
4. Langkah-langkah pencegahan terhadap kecelakaan;
5. Mengurangi dampak atau akibat yang ditimbulkan oleh kecelakaan.
Analisa terhadap bahaya harus mengikuti metode-metode yang sudah
dirumuskan untuk menjamin kesempurnaan keandalannya.

3.4.1.

Analisa Bahaya Pendahuluan (Preliminary Hazard Analysis- PHA)
Sebagai langkah pertama dalam menganalisa bahaya harus dilaksanakan

suatu PHA. Suatu PHA harus mengidentifikasikan jenis kecelakaan yang
kemungkinan akan terjadi di instalasi, seperti misalnya kebocoran bahan kimia
beracun, kebakaran, peledakan, kebocoran bahan-bahan kimia mudah terbakar dan
untuk memeriksa sistem keselamatan kerja.
PHA tersebut harus didokumentasikan yang berisi masing-masing
kecelakaan yang diperkirakan terjadi, komponen yang ada hubungannya (bejana
penimbun, bejana reaksi dan sebagainya), peristiwa/kejadian yang dapat memulai
kecelakaan dan alat pengaman yang sesuai 9katup pengaman, pengukur tekanan,
pengukur suhu dan sebagainya).

3.4.2.

Studi Bahaya dan Operabilitasnya (Hazard and Operability StudiHAZOP)

Universitas Sumatera Utara

Suatu studi HAZOP atau penelitian serupa lainnya harus dilaksanakan
untuk menentukan penyimpangan-penyimpangan dalam operasi instalasi yang
normal dan kesalahan dalam mengoperasikan dapat menyebabkan terjadinya
peritiwa-peristiwa yang tak terkendali.
Studi HAZOP haus dilaksanakan pada pabrik-pabrik yang baru dalam
tahap desain dan pada pabrik-pabrik yang sudah ada sebelum dilakukan
perubahan-perubahan penting atau untuk alasan-alasan operasional lainnya atau
alasan hukum.
Studi HAZOP harus dilakukan atas dasar prinsip-prinsip yang diuraikan
dalam literatur yang relevan. Dalam melakukan pemeriksaan harus dipertanyakan
secara sistematik setiap bagian yang penting dari desain, tujuannya, dan
kemungkinan adanya penyimpangan dan kondisi-kondisi yang membahayakan.

3.4.3.

Analisa Dampak Kecelakaan (Accident Consequence Analysis)
Sebagai langkah terakhir dari analisa terhadap bahaya, harus dilakukan

suatu analisa dampak kecelakaan untuk menentukan dampak atau akibat dari
kecelakaan-kecelakaan besar terhadap instalasi, pekerja, tetangga dan lingkungan.
Suatu analisa dampak kecelakaan harus berisikan:
1. Uraian dari kecelakaan yang mungkin

dapat terjadi (pecahnya tangki,

pecahnya pipa,gagalnya katup pengaman, kebakaran);
2. Perkiraan dari jumlah bahan kimia yang dibebaskan (bahan kimia beracun,
mudah menyala, meledak);

Universitas Sumatera Utara

3. Bila perlu berisikan suatu perhitungan penguapan bahan kimia yang dilepaskan
(gas atau cairan yang menguap);
4. Penilaian terhadap pengaruh yang berbahaya (beracun, radiasi panas,
gelombang ledakan).
Teknik-teknik analisa dampak kecelakaan dapat memakaimodel-model
utnuk penyebaran bahan plousi diatmosfir, perambatan dari gelombang ledakan,
radiasi panas dan sebagainya tergantung pada jenis bahan-bahan kimia berbahaya
yang ada di instalasi berbahaya besar.
Hasil-hasil dari analisa harus digunakan untuk menentukan langkahlangkah pencegahan, seperti kepeluan sistem pemadam kebakaran, sistem alarm
dan sistem untuk mengurangi ledakan [27].

3.5.

Mengevaluasi Penerapan Manajemen Resiko
Menurut Ali Tauha, dkk: 2007 industri konstruksi Pakistan lebih padat

karya dengan cukupnya penggunaan mekanisasi dan penegakan peraturan
keselamatan menjadi cukup lemah. Beberapa orang berpendapat bahwa kerangka
kerja dan kesehatan kondisi yang ada dari kondisi industri Pakistan
terfragmentasikan dan tidak cukup ditegakkan. Demikian juga kondisi di industri
apapun, baik kesehatan dan keselamatan merupakan praktek bisnis yang baik dan
aman di bawah peraturan Factories Act 1934 mengharuskan majikan untuk
mematuhi semua aturan dasar untuk menjalankan bisnis dengan cara yang aman.
Sayangnya, peraturan dasar pabrik tidak berlaku untuk industri konstruksi oleh
hukum. Dalam rangka untuk menjaga terhadap bahaya kerja dan untuk

Universitas Sumatera Utara

memberikan kondisi aman untuk mereka yang bekerja di sektor vital ekonomi,
pemerintah akan memberlakukan undang-undang yang sesuai untuk memastikan
kesehatan dan keselamatan pekerja konstruksi dan memberikan manfaat yang
tersedia di sektor formal lainnya [28].

3.6.

Metrik Kinerja Organisasi
Menurut IWH: 2013 metrik kinerja organisasi dikembangkan di Institut

Pekerjaan dan Kesehatan di Kanada dirancang secara khusus untuk mengukur
indikator keselamatan dan kesehatan kerja (K3) terkemuka. Penelitian sampai
sekarang ini ke dalam properti psikometrik dari metrik kinerja organisasi di
Amerika Utara mengindikasikan bahwa skala ini adalah ukuran yang dapat
diandalkan dari indikator utama K3. Metrik kinerja organisasi adalah ukuran
umum yang dapat diterapkan di seluruh tema]pat kerja dan industri yang
bertujuan untuk menjadi standar pengukuran dan mendapatkan gambaran
perbandingan K3 secara luas. Metrik kinerja organisasi juga merupakan skala
ringkas yang cukup singkat digunakan untuk barometer awal keselamatan
organisasi dan inisial “bendera’ untuk masalah K3 yang spesifik kemudian
diperiksa secara lebih mendalam [29].

3.7.

Pengertian Kesehatan Kerja
Menurut Suma’mur: 1967 kesehatan kerja adalah spesialisasi kesehatan

atau spesialisasi di bidang kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar
tenaga kerja atau masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-

Universitas Sumatera Utara

tingginya, baik fisik atau mental dengan usaha-usaha preventif dan kuratif,
terhadap penyakit-penyakit atau gangguan-gangguan kesehatan yang di akibatkan
faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja.
Ada dua kategori penyakit yang diderita tenaga kerja yaitu:
1. Penyakit umum
Penyakit yang mungkin diderita oleh setiap orang baik yang bekerja, masih
sekolah atau menganggur. Pencegahan penyakit ini merupakan tanggung jawab
seluruh anggota masyarakat. Untuk mengurangi biaya mengatasi penyakit
umum, setiap calon karyawan diwajibkan mengikuti pemeriksaan atas dirinya
oleh dokter perusahaan.
2. Penyakit akibat kerja
Penyakit

ini

dapat

timbul

setelah

seseorang

melakukan

pekerjaan.

Pencegahannya dapat dimulai dengan pengendalian secermat mungkin
pengganggu kerja dan kesehatan atau dengan mentaati peraturan-peraturan
yang berlaku [30].

3.8.

Tujuan Kesehatan Kerja
Tujuan kesehatan kerja adalah sebagai berikut:

1. Pencegahan dan pemberantasan penyakit-penyakit dan kecelakaan akibat kerja.
2. Mempertinggi efisiensi dan daya produktifitas tenaga manusia.
3. Agar terhindar dari bahaya-bahaya yang ditimbulkan oleh produk-produk
industri.

Universitas Sumatera Utara

3.9.

Program Keselamatan Kerja
Menurut Fridayanti: 2016 keselamatan dan kesehatan kerja (K3)

merupakan upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas
dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat melindungi dan menghindarkan
pekerja dari kecelakaan kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi
dan produktivitas kerjanya. Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa
dan kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi dapat mengganggu proses
produksi secara menyeluruh dan merusak lingkungan, yang pada akhirnya
berdampak pada masyarakat luas. Jika perusahaan kurang memperhatikan
pentingnya penerapan keselamatan dan kesehatan pekerja, maka kemungkinan
terjadi resiko kecelakaan akan tinggi dan kerugian perusahaan akan meningkat
[31].

3.9.1.

Sifat Pentingnya Keselamatan Kerja
Menurut Suma’mur: 1967 sifat pentingnya keselamatan kerja terdiri dari:

1. Moral
Perusahaan dalam melaksanakan pencegahan atas dasar rasa kemanusiaan,
sehingga bila terjadi kecelakaan perusahaan mempunyai suatu beban moral,
juga perusahaan mengusahakan tindakan pencegahan guna tidak akan terjadi
suatu kecelakaan yang sama.
2. Hukum

Universitas Sumatera Utara

Setiap tenaga kerja berhak untuk mendapatkan perlindungan keselamatan
dalam melaksanakan pekerjaan untuk mendapatkan kesejahteraan hidup dan
meningkatkan produktivitas. Oleh karena itu pemerintah mengeluarkan UU no
1 Tahun 1970.
3. Ekonomi
Perusahaan mengadakan kesehatan dan keselamatan kerja. Apabila terjadi
kecelakaan maka perusahaan mengeluarkan biaya sebagai ganti rugi dan juga
terganggu produktivitasnya.

3.9.2.

Unsur Keselamatan Kerja
Menurut International Labour Organization unsure keselamatan kerja

meliputi:
1. Perencanaan
Bila akan mendirikan perusahaan haruslah di perhitungkan faktor-faktor yang
mempengaruhi keselamatan dan produksi juga tingkat perencanaan lokasi,
fasilitas untuk produksi dan untuk menyimpan material dan peralatan lantai,
penerangan, ventilasi, dan pencegahan kebakaran. Masalah keselamatan kerja
harus benar-benar diperhatikan pada waktu perencanaan dan bukan dipikirkan
kemudian sesudah perusahaan berdiri. Maka dari itu ahli keselamatan kerja
harus sudah ikut aktif dalam fase perencanaan. Adanya masukan-masukan dari
pengawasan kerja sangat membantu. Prinsip-prinsip yang biasanya dapat
diikuti oleh seseorang pimpinan perusahaan dalam perencanaan dan efisiensi

Universitas Sumatera Utara

produksi seperti menyediakan tempat yang luas bagi mesin dan peralatannya,
menciptakan keadaan aman untuk bekerja.

2. Ketata-Rumah-Tanggaan yang Baik dan Teratur
Ketata-rumah-tanggaan dan kerapihan mencegah kecelakaan baik resiko fisik
maupun efek psikologi, dalam kadaan rapih dan teratur, tenaga kerja akan lebih
berhati-hati.

Keteraturan dan Ketata-rumah-tanggaan yang

baik akan

terselenggara jika tenaga kerja berpatisipasi dan memenuhi seluruh ketentuan
yang berhubungan, seperti tidak diletakkannya barang-barang pada jalan lalu
lintas atau penggunaan tempat sampah untuk pembuangan kotoran, keteraturan
yang baik selain bermanfaat bagi kesempatan kerja juga bermanfaat bagi
kelancaran produksi.
3. Pakaian Kerja atau Alat Pelindung Diri
Pakaian kerja termasuk alas kaki sering kali tak memadai untuk melakukan
pekerjaan. Tenaga kerja kadang-kadang bekerja dan berpakaian tua yang sudah
tidak layak pakai. Keadaan ini merugikan dilihat dari keselamatan juga
menunjukan suatu mutu kehidupan yang rendah. Jika pakaian kerja mungkin
cepat rusak karena pekerjaan yang berat, keadaan udara lembab dan pekerjaan
penuh kotoran, pengusaha harus menyediakan jenis pakaian yang cocok,
pemakaian alas kaki juga harus diperhatikan karena pemakaian alas kaki yang
salah seperti berhak tinggi dan licin akan mengakibatkan terpeleset atau
terjadinya kecelakaan. Alas kaki dan pakaian harus dibuat senyaman mungkin
untuk tenaga kerja.

Universitas Sumatera Utara

Dalam hal penetapan pemilihan atau penggunaan pakaian kerja, perlu
diperhatikan faktor-faktor di bawah ini :
a. Harus diperhatikan bahaya-bahaya yang mungkin menimpa pekerja dan
pakaian kerja haruslah dipilih menurut kemampuan untuk mengurangi
bahaya sebesar mungkin.
b. Pakaian kerja harus pas betul tanpa bagian-bagian atau tali yang longgar dan
kantong. Jika ada haruslah sedikit mungkin jumlahnya dan sedikit mungkin
ukurannya.
c. Pakaian longgar atau sobek dan kunci berantai atau arloji berantai tidak
boleh dipakai di dekat bagian-bagian mesin yang bergerak.
d. Pakaian berlengan pendek lebih baik dari pakaian berlengan panjang yang
di gulung lengannya keatas.
e. Benda-benda tajam atau runcing, bahan-bahan eksplosif atau cairan-cairan
yang dapat terbakar tidak boleh dibawa dalam kantong pakaian.
f. Pekerja yang meghadapi debu-debu yang dapat terbakar, eksplosif atau
beracun tidak boleh memakai baju berkantong, memiliki lipatan-lipatan, dan
lain-lain yang mungkin menjadi tempat berkumpulnya debu.
4. Peralatan Perlindungan Diri Peralatan perlindungan diri sangat di butuhkan
agar kejadian kecelakaan kerja tidak terjadi. Beberapa kriteria dasar yang harus
dipenuhi oleh semua jenis peralatan perlindungan, mungkin hanya dua yang
penting, yaitu:
a. Apapun sifat bahayanya, peralatan atau pakaian harus memberikan cukup
perlindungan terhadap bahaya tersebut.

Universitas Sumatera Utara

b. Peralatan atau pakaian tersebut harus ringan dipakainya dan awet, dan
membuat rasa kurang nyaman sekecil mungkin, tetapi memungkinkan
mobilitas, penglihatan dan sebagainya maksimum. Peralatan perlindungan
ini dapat berupa:
1) Tutup muka / masker kain
2) Alas kaki pengaman
3) Sarung tangan
4) Topi pengaman
5) Pemasangan tanda-tanda
6) Penerangan
Faktor-faktor penerangan yang menjadi sebab kecelakaan meliputi:
a) Kesilauan langsung
b) Kesilauan sebagai pantulan dari lingkungan pekerjaan.
c) Bayang-bayang gelap.
d) Perubahan mendadak dari terang menjadi gelap.
7) Ventilasi dan Pengaturan Suhu
Ventilasi merupakan suatu cara meniadakan debu-debu yang eksplosif
seperti debu serbuk kayu di udara. Uap-uap diudara dapat diturunkan
kadarnya sampai batas aman oleh ventilasi umum atau dapat mencegah
terjadinya keadaan terlalu panas atau terlalu dingin sehingga pekerja
tidak terganggu keadaan itu.
8) Kebisingan

Universitas Sumatera Utara

Pengaruh utama dari kebisingan adalah kerusakan pada indra
pendengaran yang dapat menimbulkan ketulian sedangkan efek bising
pada daya kerja adalah timbulnya gangguan pada konsentrasi sehingga
dapat menyebabkan kecelakaan.

3.10.

Unsur-unsur yang Mendukung Program Keselamatan Kerja
Unsur-unsur yang mendukung program keselamatan kerja yaitu:

1. Dukungan Manajemen Puncak
Manajemen puncak haruslah memberikan dukungan secara aktif pada program
keselamatan dapat tetap hidup dan menjadi efektif. Ditandai antara lain dengan
kehadiran secara pribadi pada rapat-rapat yang

membahas

masalah

]keselamatan kerja, dan pemeriksaaan pribadi secara periodik, penekanan pada
laporan tetap tentang keselamatan, prestasi bidang keselamatan pada agenda
rapat dewan direksi perusahaan.
2. Pengangkatan seksi keselamatan
Seksi keselamatan kerja / Safety engineer memberikan perhatian kepada aspek
manusianya dan bukan hanya aspek tekniknya. Hubungan antara direktur
keselamatan kerja dengan karyawan-karyawan bersifat fungsional, yang artinya
direktur keselamatan kerja berhak memerintah dan memaksakan perintahnya
untuk menjalankan peraturan-peraturan dalam bidang keselamatan kerja.
3. Rekayasa suatu pabrik dan operasi yang aman
Syarat-syarat dan usaha keselamatan adalah rekayasa yang sehat dan
berorientasi ke masa depan. Semua itu meliputi tempat-tempat kerja bersih,

Universitas Sumatera Utara

penerangan baik, pemasangan ventilasi dengan tepat, semua peralatan yang
berbahaya

haruslah

dilakukan

sejauh

mungkin,

pekerjaan

dengan

menggunakan perlindungan diri digunakan sebagaimana mestinya dan semua
perlindungan yang direkayasa harus dilaksanakan dengan baik agar kecelakaan
kerja tidak terjadi dan proses operasi dapat berjalan secara aman
4. Pendidikan karyawan agar bertindak secara aman
Pendidikan karyawan merupakan aspek yang sangat penting dalam upaya
pencegahan kecelakaan maka biasanya perusahaan memberikan pendidikan
agar bertindak, berpikir dan bekerja secara aman. Dan segala bentuk latihan
seharusnya dilengkapi dengan berbagai peringatan yang menyangkut tentang
bahaya dari pelaksanaan suatu pekerjaan. Tindakan pimpinan merupakan
contoh, dan atasan langsung haruslah memberikan contoh tentang perlunya
keselamatan kerja, baik dalam kata maupun perbuatan.demikian juga untuk
pendidikan akan membantu untuk menanamkan pengertian agar bekerja
dengan hati-hati.
5. Analisis kecelakaan
Apabila terjadi kecelakaan, berarti tindakan pencegahan tidak berhasil.
Walaupun demikian menajemen mempunyai kesempatan untuk mempelajari
apa yang salah. Kecelakaan tersebut dapat dipelajari dari beberapa aspek yaitu
pekerjaan yang menimbulkan kecelakaan, alat-alat dan perlengkapan yang
dipergunakan dan akibatnya. Analisa hendaknya digunakan untuk maksudmaksud perbaikan di masa yang akan datang.

Universitas Sumatera Utara

6. Pelaksanaan peraturan
Peraturan-peraturan yang mengatur tentang keselamatan kerja yang ada, harus
dilaksanakan apabila ada perusahaan yang tidak menerapkan peraturan tersebut
akan dikenakan sanksi.

3.11.

Pengertian Kecelakaan Kerja dan Macam Kecelakaan Kerja
Menurut Salim: 2002 kecelakaan adalah peristiwa tidak diinginkan yang

mempunyai potensi untuk menimbulkan kerugian dalam derajar tertentu.
Kecelakaan tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi merupakan suatu rangkaian
peristiwa yang mempunyai sebab-sebab yang dapat dijelaskan secara ilmiah.
Kerugian yang terjadi bisa berupa luka-luka (cedera pada manusia), kerusakan
harta benda, ataupun kerusakan pada lingkungan sekitar.
Dengan memahami proses terjadinya kecelakaan, maka kita dapat
melakukan pencegahan yang sesuai. Menurut HW Hendrich, secara statistik kita
dapat melihhat sebab kecelkaan sebagai berikut:
1. 88% unsafe action atau substandard action (Tindakan berbahaya)
2. 10% unsafe condition atau substandard condition ( Kondisi berbahaya)
3. 2% act of God (sebab yang belum dapat ditentukan/nasib/faktor alam)
Persentasi ini hanyalah berdasarkan pengalaman dan data pada suatu
saat. Pada dasarnya angka ini bukanlah angka presisi, tetapi kita dapat

Universitas Sumatera Utara

mengasumsikan bahwa tindakan berbahaya (unsafe action) menempati sebab
tertinggi.
Unsafe Action (tindakan tidak aman) adalah tindakan yang menyimpang
dari prosedur atau cara yang wajar atau benar menurut persetujuan bersama,
sehingga tindakan tersebut merupakan mengandung bahaya. Misal: Berdiri di
bawah barang yang diangkut crane, ngebut di jalan ramai. Keadaan atau tindakan
berbahaya kalau dibiarkan akan dapat menimbulkan kecelakaan.
Unsafe Conditon (kondisi tidak aman) adalah kondisi apa saja, apakah
fisik, mekanis, kemiawi, atau biologis yang berbahaya. Misal: Sinar las yang tidak
terlindungi, roda gigi yang tidak tertutup pelindung, ban penggerak terbuka,
sumber radioaktof, bahan mudah terbakar yang berada di dekat sumber api, dll.
Komponen yang meliputi sebab dasar:
1. Personal Factor (faktor pribadi)
2. Job factor (faktor pekerjaan)
Hal-hal yang termasuk personal faktor:
1. Kemampuan fisik/ fisiologis yang terbatas
2. Ketidakmampuan mental/psikologis
3. Stress fisik atau fisiologis
4. Stress mental psikologis
5. kurangnya pengetahuan (lack of knowledge)
6. Kurangnya keterampilan (lack of skill)
7. Motivasi yang tidak tepat (Improper motivation)
Hal-hal termasuk ke dalam Job Factor yaitu:

Universitas Sumatera Utara

1. Tidak memadainya kepemimpinan dan supervise
2. Tidak memadainya rekayasa
3. Tidak memadainya proses pembelian
4. Tidak memadainya proses pemeliharaan dan perawatan
5. Tidak memadainya peralatan dan perkakas
6. Tidak memadainya standar kerja
7. Keausan (wear and tear)
8. Penyalahgunaan/salah pakai.

3.12.

Dampak Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada
Kinerja Karyawan
Menurut Womoh, dkk: 2013 pendekatan studi kasus digunakan dan

untuk memeriksa dampak kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja pada kinerja
pekerja di industri kayu Ghana. Instrumen pengumpulan data utama yang
digunakan adalah wawancara dan kuesioner serta alat-alat statistik seperti korelasi
Pearson yang diadopsi untuk menilai hubungan antara investasi dalam
keselamatan dan

kesehatan dengan

kinerja

karyawan.

Data-data

yang

dikumpulkan dengan instrumen ini kemudian dihitung r= 0,42 menunjukkan
pengukuran keselamatan dan kesehatan kerja oleh perusahaan berhubungan positif
dengan karyawan dan kinerja karyawan meskipun korelasi melemah. Ada juga
hubungan terbaik antara pengurangan jumlah kecelakaan dan bahaya melalui
promosi keselamatan dan kesehatan kerja dan kinerja karyawan. dari hal-tersebut,
disimpulkan bahwa perusahaan harus memberi perhatian untuk mengukur

Universitas Sumatera Utara

keselamatan dan kesehatan kerja selain fakta-fakta itu didukung oleh yurisdiksi
lainnya dan hukum itu wajib. Hal itu diklasifikasikan sebagai kebutuhan untuk
faktor-faktor motivasi yang berarti untuk memperbaiki kinerja karyawan.
Metodologi yang digunakan adalah sebuah perancangan survey. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan adalah simple random sampling. Metode
pemungutan suara dipilih sebanyak 100 pekerja dari perusahaan manufaktur yang
terpilih.
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data berupa kuesioner
yang berjudul Keselamatan dan Kesehatan pada Kinerja Pekerjaan dirancang oleh
peneliti. Skala likert adalah tipe skala yang dirancang sebagai alat ukur strategi
manajemen untuk keselamatan dan kesehatan dan kinerja kerja karyawan dalam
hal produktivitas, hubungan pelanggan/karyawan, manajemen dan omset.
Koefisien korelasi Pearson yang digunakan untuk meguji hipotesis pada tingkat
kepercayaan 95% [32].

3.13.

Pencegahan-pencegahan Kecelakaan Kerja
Menurut Salim: 2002 mencegah kecelakaan kerja, merupakan upaya

yang paling baik, bila dibandingkan dengan upaya lainnya. Kecelakaan akibat
kerja dapat dicegah dengan:
1.

Peraturan perundangan yaitu ketentuan-ketentuan yang diwajibkan mengenai
kondisi

kerja

umumnya,

perencanaan,

konstruksi,

perawatan

dan

pemeliharaan, pengawasan dan sebagainya.

Universitas Sumatera Utara

2.

Standarisasi yaitu penetapan standar yang memenuhi syarat keselamatan pada
berbagai jenis industri atau alat pelindung diri.

3.

Pengawasan yakni tentang di patuhinya ketentuan perundang-undangan.

4.

Riset medis tentang pengaruh fisiologis dan patologis lingkungan, dan
keadaan fisik lain mengakibatkan kecelakaan.

5.

Penelitian psikologis penyelidikan tentang pola kejiwaan yang menyebabkan
terjadinya kecelakaan.

6.

Penelitian secara statistik untuk menetapkan jenis, frekuensi, sebab
kecelakaan, mengenai siapa saja dan lain-lain.

7.

Pendidikan, khususnya di bidang keselamatan kerja.

8.

Penelitian bersifat teknik meliputi sifat dan ciri bahan berbahaya, pengujian
alat pelindung, penelitian tentang peledakan, desain peralatan dan sebagainya.

9.

Pelatihan, untuk meningkatkan keterampilan keselamatan dalam bekerja,
antara lain bagi pekerja baru.

10. Penggairahan, yakni penggunaan berbagai cara penyuluhan atau pendekatan
lain untuk menumbuhkan sikap selamat.
11. Asuransi, berupa insentif finansial, dalam bentuk pengurangan biaya premi,
jika keselamatan kerjanya baik.
12. Upaya lain di tingkat perusahaan, yang merupakan ukuran utama efektif atau
tidaknya penerapan keselamatan kerja. Upaya pencegahan perlu dilakukan
pula dalam mencegah terjadinya penyakit akibat kerja, antara lain berupa:
a. Identifikasi bahaya kesehatan di tempat kerja, yakni untuk mendeteksi
kemungkinan terjadinya gangguan kesehatan atau penyakit.

Universitas Sumatera Utara

b. Evaluasi bahaya kesehatan, melalui pemantulan lingkungan kerja dan
pengujian biomedis, antara lain melalui pengambilan contoh udara di
ruang kerja, pemeriksaan darah dan sebagainya.
c. Pengendalian bahaya kesehatan, baik pada sumber bahaya, media
perantara, maupun pada pekerjanya sendiri.
d. Pemeriksaan kesehatan awal, berkala maupun khusus, untuk mengetahui
kondisi kesehatan pekerja dan menilai pengaruh pekerjaan pada
kesehatannya.
e. Tindakan teknis, berupa perbaikan ventilasi, penerapan isolasi substitusi
dan sebagainya.
f. Penggunaan alat pelindung diri, misalnya masker, sarung tangan, tutup
telinga, kaca mata dan sebagainya.
g. Penerangan, pendidikan, tentang kesehatan dan keselamatan kerja.

3.14.

Pengukuran Hasil Usaha Keselamatan Kerja
Tujuan

pengukuran

hasil

usaha

keselamatan

kerja

adalah

membandingkan keadaan antara dua atau lebih masa kerja guna mengetahui
sejauhmana pencegahan kecelakaan dapat dilakukan. Standar pengukuran yang
telah di setujui oleh International Labour Organization adalah untuk mengetahui
tingkat kekerapan atau frekuensi rate dan tingkat keparahan/safety rate.

Universitas Sumatera Utara

3.15.

Tingkat Frekuensi / Kekerapan Kecelakaan Kerja
Menurut SNI: 2001 tingkat frekuensi menyatakan banyaknya kecelakaan

yang terjadi tiap sejuta jam kerja manusia, dengan rumus :

Dimana:
F = Tingkat frekuensi kekerapan kecelakaan
n = Jumlah kecelakaan yang terjadi
N = Jumlah jam kerja karyawan

3.15.1. Tingkat Severity atau Keparahan Kecelakaan Kerja
Untuk mengukur pengaruh kecelakaan, juga harus dihitung angka
beratnya kecelakaan untuk sejuta jam kerja dari jumlah jam kerja karyawan.

Dimana:
S = Tingkat seferity/keparahan kecelakaan
H = Jumlah total jam hilang karyawan
N = Jumlah jam kerja karyawan
Jumlah jam kerja yang hilang meliputi :
1. Jumlah hari yang diakibatkan cacat total sementara, di hitung berdasarkan
tanggal (termasuk hari libur selama pekerja tidak mampu bekerja).
2. Jumlah cacat total permanen dan kematian.

Universitas Sumatera Utara

3.15.2.

Nilai T Selamat
Untuk membandingkan hasil tingkat kecelakaan suatu unit kerja pada

masa lalu dan masa kini, sehingga dapat diketahui tingkat penurunan kecelakaan
pada unit tersebut, digunakan nilai T Selamat yang berdasarkan pada uji
pengawasan mutu secara statistik. Metode yang di gunakan adalah pengujian “ t ”
atau

Dimana:
Sts = Nilai T Selamat (tak berdimensi)
F1 = Tingkat Frekuensi kecelakaan kerja masa lalu
F2 = Tingkat Frekuensi kecelakaan kerja masa kini
N = Jumlah jam kerja karyawan

Nilai Sts antara +2 sampai dengan -2, dengan tingkat frekuensi
kecelakaan kerja tidak menunjukan perubahan yang berarti pada masa kini.
1. Nilai Sts diatas +2, artinya tingkat frekuensi kecelakaan kerja pada masa kini
mengalami penurunan terhadap prestasi masa lalu.
2. Nilai Sts dibawah -2, artinya terjadinya peningkatan prestasi tingkat frekuensi
kecelakaan kerja pada masa kini jika di bandingkan dengan masa lalu.
Cara menafsirkan :
a. Nilai positif berarti keadaan memburuk.
b. Nilai negatif berarti keadaan membaik.

Universitas Sumatera Utara

c. Nilai antara + 2,00 dan -2,00, tidak menunjukan keadaan berarti/bermakna.
d. Nilai kurang dari + 2,00 berarti ada perubahan yang memburuk secara
berarti/bermakna.
e. Nilai kurang dari – 2,00, menunjukan perbaikan secara berarti/bermakna [33].

3.16.

Housekeeping
Menurut Salim: 2001 program housekeeping merupakan suatu hal yang

sudah semestinya diterapkan dan melekat dalam kegiatan sehari-hari. Namun,
merupakan suatu fakta dalam rutinitas sehari-hari, banyak orang yang
mrngabaikan hal-hal yang berkaitan dengan tata rumah tangga (housekeeping) ini.
Prinsip 5S (Seiri, Seiton , Seiso, Seiketsu dan Shitsuke bisa digunakan
untuk dijadikan dasar dalam membangun tempat kerja yang aman dan nyaman.
Kunci keberhasilan penerapan housekeeping adalah komitmen dan kesungguhan
seluruh jajaran perusahaan untuk secara professional dalam sikap dan perilaku
menerapkan prinsip housekeeping (5S).
Partisipasi atau keterlibatan seluruh karyawan dibutuhkan untuk
melakukan perbaikan dalam implementasi program housekeeping. Karenanya,
karyawan perlu memahami betul prinsip dasar housekeeping tersebut, mulai dari
latar belakang, metode hingga contoh hasil penerapan program housekeeping di
tempat kerja.

Universitas Sumatera Utara

3.16.1. Konsep Seiri
Seiri yaitu memisahkan benda yang diperlukan dengan yang tidak
diperlukan,

kemudian

menyingkirkan

yang

tidak

diperlukan

(ringkas).

Sesungguhnya, terdapat banyak barang yang tidak diperlukan di dalam setiap
pabrik. Barang yang tidak diperlukan artinya barang tersebut tidak dibutuhkan
untuk kegiatan produksi saat ini.
- Prinsip

: Singkirkan barang-barang yang tidak diperlukan dari tempat
kerja

- Latar Belakang : Karyawan pada ummnya menerima kehadiran berbagai benda
di tempat kerjanya secara wajar dan alamiah.
- Metode

: a. Penyeragaman pengertian
b. Langsung meringkas tempat kerja
c. Pemeriksaan berkala
d. Pelembagaan kegiatan ringkas

- Contoh Hasil Penerapan : a. Mobilitas tinggi
b. Aliran kerja lancar
c. Keamanan dan kenyamanan
d. Produktivitas/efesiensi meningkat.

3.16.2. Konsep Seiton
Seiton yaitu menyusun dengan rapih dan mengenali benda untuk
mempermudah penggunaan. Kata Jepang ” seiton” secara harafiah berarti
menyusun benda dengan cara yang menarik (rapi). Dalam konteks 5 S, ini berarti

Universitas Sumatera Utara

mengatur barang-barang sehingga setiap orang dapat menemukannya dengan
cepat. Untuk mencapai langkah ini, pelat penunjuk digunakan untuk menetapkan
nama tiap barang dan tempat penyimpanannya.
- Prinsip

: Setiap barang yang berada di tempat kerja mempunyai tempat
yang pasti dan jelas, serta harus diletakkan pada tempatnya.

- Latar belakang : Kegiatan mencari adalah pemborosan karena tidak memberikan
nilai tambah pada hasil kerja
- Metode

: a. Pengelompokan barang
b. Penyiapan tempat
c. Tanda pengenal barang
d. Tanda batas
e. Denah/peta pelaksanaan barang

- Contoh Hasil Penerapan:

a. Kualitas kerja tinggi
b. Tidak ada barang hilang
c. Tidak ada penundaan pekerjaan

3.16.3. Konsep Seiso
Seiso yaitu selalu membersihkan, menjaga kerapihan dan kebersihan
(resik). Ini adalah proses pembersihan dasar dimana suatu daerah disapu dan
kemudian dipel dengan kain pel. Karena lantai, jendela, maupun dinding harus
dibersihkan, seiso di sini setara dengan aktifitas pembersihan berskala besar yang
dilakukan setiap akhir tahun di rumah tangga Jepang. Meskipun pembersihan
besar-besaran di seluruh perusahaan dilakukan beberapa kali dalam setahun, tiap

Universitas Sumatera Utara

tempat kerja perlu dibersihkan setiap hari. Aktivitas itu cenderung mengurangi
kerusakan mesin akibat tumpahan minyak, abu, dan sampah. Contohnya, kalau
ada pekerja yang mengeluh ada mesin yang rusak ini tidak berarti mesin itu perlu
penyetelan. Sebenarnya, yang diperlukan mungkin hanya program pembersihan di
tempat kerja.
- Prinsip

: Bersihkan segala sesuatu yang ada di tempat kerja.
Membersihkan berarti memeriksa dan menjaga

- Latar Belakang : Karyawan pada umumnya berpikir bahwa kebersihan adalah
tanggung jawab cleaning service.
- Metode

:

a. Penyediaan sarana kebersihan
b. Pembersihan tempat kerja
c. Peremajaan tempat kerja
d. Pelestarian resik

- Contoh hasil Penerapan:

a. Tidak ada gangguan proses
b. Mengurangi kesalahan kerja

3.16.4. Konsep Seiketsu
Seiketsu yaitu terus menerus mempertahankan 3 S tersebut diatas, yakni
Seiri, Seiton, dan Seiso. Seiketsu atau rawat, pada prinsipnya mengusahakan agar
tempat kerja yang sudah menjadi baik dapat selalu terpelihara. Di tempat kerja
yang rawat, kerawanan dan penyimpangan dapat segera dikenali, sehingga
berbagai masalah dapat dicegah sedini mungkin (Kristianto, 1995:47).
Memelihara tempat kerja tetap bersih tanpa sampah atau tetesan minyak adalah

Universitas Sumatera Utara

aktivitas seiketsu. Antara seiso dengan seiketsu sangat berkaitan erat. Seiketsu
atau pemeliharaan kerapihan secara terus menerus dalam pabrik, bergantung
kepada Seiso yang membakukan kegiatan pembersihan sehingga tindakan ini
spesifik dan mudah dikerjakan.
- Prinsip

: Semua orang memperoleh informasi yang dibutuhkan di
tempat kerja dengan tepat waktu.

- Latar Belakang : Kesalahan/penyimpangan di tempat kerja terjadi karena
karyawan pada umumnya tidak tahu atau lupa.
- Metode

: a. Penentuan butir kendali
b. Penetapan kondisi tidak wajar
c. Mekanisme terpantau
d. Pola tindak lanjut
e. Pemeriksaan

- Contoh Hasil penerapan: a. Resiko dan kerancuan kerja berkurang
b. Keselamatan kerja, kualitas produk dan efesiensi
meningkat.

3.16.5. Konsep Shitsuke
Shitsuke yaitu metode yang digunakan untuk memotivasi pekerja agar
terus menerus melakukan dan ikut serta dalam kegiatan perawatan dan aktivitas
perbaikan serta membuat pekerja terbiasa mentaati aturan (rajin). Hal ini dianggap
sebagai komponen yang paling sukar dari 5 S. Untuk aktivitas ini, pekerja Jepang
diharapkan melatih pengandalian diri sendiri, bukan dikendalikan manajemen.

Universitas Sumatera Utara

Shitsuke atau rajin berkaitan dengan kebiasaan karyawan yang harus dibina agar
dapat menjaga dan meningkatkan apa yang sudah baik. Seperti, budaya antri,
bersih, tepat waktu, tepat janji dan sebagainya harus dibina. Orang yang dapat
memberikan kritik membangun dengan baik akan dapat melaksanakannya juga.
Prinsip

: lakukan apa yang harus diakukan dan jangan melakukan apa
yang tidak boleh dilakukan.

- Latar belakang : Kebiasaan positif karyawan harus dibina agar dapat menjaga
dan meningkatkan apa yang sudah ada.
- Metode :

a. Penetapan target bersama
b. Pengembangan teladan atasan
c. Pembinaan hubungan karyawan
d. Kesempatan belajar dari karyawan.

- Contoh hasil penerapan :

a. Mendukung efesiensi dan produktivitas kerja
b. Timbul kebanggaan professional

3.17.

Analisis Penerapan Program K3/5R di PT X dengan Pendekatan
Standar OHSAS 18001 dan Statistik Tes U Mann-Whitney serta
Pengaruhnya pada Produsktivitas Karyawan
Menurut Waluyo: 2011 gerakan 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin)

di PT X sangat berkaitan dengan k3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) yang
sesuai dengan standar OHSAS 18001 (Occupational Health and Safety
Assessment Series). Guna untuk mengetahui sejauh mana pengaruhnya terhadap

Universitas Sumatera Utara

karyawan maka dilakukan analisis penerapan program K3/5R di PT X dengan
pendekatan standar OHSAS 18001 dan statistik tes U Mann-Whitney serta
pengaruhnya pada produktivitas karyawan.
Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara:
1. Wawancara langsung dengan para pejabat yang terkait dengan kegiatan 5R di
PT X.
2. Meneliti laporan realisasi dan rencana kegiatan di PT X dari tahun ke 1 sampai
tahun ke 12.
Pengukuran produktivitas (Ravianto,1986:38) dapat dihitung dengan
rumus :

Keterangan : Semakin sedikit kecelakaan dan karyawan yang tidak masuk baik
sakit maupun tanpa keterangan, maka semakin kecil pula hari kerja yang hilang
dan mengakibatkan semakin tingginya tingkat produktivitasnya.
Dari hasil analisis produktivitas kerja ternyata setelah penerapan 5R ada
pengaruhnya, terlihat dari tes U Mann-Whitney dengan H diterima. Dengan
demikian pengaruh penerapan 5R cukup besar. Pada saat dimulainya Gerakan 5R
terlihat bahwa produktivitas kerja karyawan naik cukup besar dari Rp. 5,93
juta/karyawan pada tahun ke 6 menjadi 10,98 pada tahun ke 7 atau naik 85,2%.
Demikian pula pada tahun ke 8 produktivitas kerja menjadi 20,59 atau naik 87,5%
dibandingkan dengan produktivitas kerja tahun ke 7 [34].

Universitas Sumatera Utara

3.18.

Penilaian Risiko
Bahaya adalah suatu sumber potensi kerugian atau situasi dengan potensi

yang menyebabkan kerugian (AZ/NZS 4360). Sedangkan menurut OHSAS 18001
hazard adalah sumber, situasi atau tindakan yang berpotensi menimbulkan
kerugian dalam hal luka-luka atau penyakit terhadap manusia.
Menurut AS/NZS 2004 dari Australia, risiko adalah peluang terjadinya
suatu peristiwa yang memiliki dampak terhadap pencapaian suatu kasus dan
konsekuensi yang dapat ditimbulkannya.
Berdasarkan standar Australia AS/NZS 4360:2004, manajemen risiko
adalah suatu proses yang terdiri dari langkah-langkah yang telah dirumuskan
dengan baik, mempunyai urutan (langkah-langkah) dan membantu dalam
pengambilan keputusan yang lebih baik dengan melihat risiko dan dampak yang
dapat ditimbulkan. Manajemen risiko merupakan metode yang sistematis yang
terdiri dari menerapkan konteks, mengidentifikasi, meneliti, mengevaluasi,
perlakuan, monitoring dan mengkomunikasikan risiko yang berhubungan dengan
aktivitas apapun, proses atau fungsi sehingga dapat memperkecil kerugian
perusahaan.
Proses manajemen risiko harus dilakukan secara komprehensif dan
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari manajemen proses. Adapun elemenelemen yang terdapat pada standar AS/NZS 4360:2004 adalah sebagai berikut:
1. Komunikasi dan konsultasi
2. Penetapan konteks
3. Identifikasi risiko

Universitas Sumatera Utara

4. Analisis risiko
5. Evaluasi risiko
6. Risk treatment/ pengendalian risiko
7. Monitor dan tinjauan
Analisis risiko dapat dilakukan untuk berbagai tingkatan tergantung dari
informasi risiko dan data yang tersedia. Analisis risiko bisa berbentuk kualitatif,
semikuantitatif, kuantitatif atau kombinasi dari ketiganya tergantung keadaan.
Urutan kompleksitas serta biaya analisis dari yang terkecil hingga terbesar adalah
kualitatif. Tipe-tipe analisis secara rinci adalah sebagai berikut:
1. Analisis kuantitatif
Menurut AS/NZS 4360:2004, analisis kualitatif digunakan untuk melihat
besarnya potensi konsekuensi yang dapat timbul dan peluang konsekuensi
tersebut dapat terjadi. Analisis kualitatif menggunakan bentuk kata atau skala
deskriptif untuk menjelaskan seberapa besar potensi risiko yang akan diukur.
Hasilnya dapat termasuk dalam kategori risiko rendah, risiko sedang dan risiko
tinggi.
2. Analisis semikuantitatif
Pada analisis semikuantitatif, skala kuantitatif yang telah disebutkan di atas
diberi nilai. Setiap nilai yang diberikan haruslah menggambarkan derajat
konsekuensi maupun probabilitas dari risiko yang ada seperti ditunjukkan pada
Tabel 3.2, 3.3 dan 3.4.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 3.2. Ukuran Analisis Tingkat Consequences
Tingkatan
Catastrophe
Disaster
Very Serious
Serious
Important
Noticeable

Deskripsi
Kematian banyak orang, aktivitas dihentikan,
kerusakan permanen pada lingkungan luas
Kematian pada satu hingga beberapa orang,
kerusakan permanen pada lingkungan local
Cacat permanen, kerusakan temporer lingkungan
lokal
Cacat non permanen
Dibutuhkan perawatan medis, terjadi emisi buangan
tetapi tidak menimbulkan kerusakan linkungan
Luka ringan, sakit ringan, kerugian sedikit,
terhentinya kegiatan sementara

Rating
100
50
25
15
5
1

Sumber: Risk Management Guidelines Companion to AS NZS 4360:2004

Tabel 3.3. Ukuran Analisis Tingkat Probability
Tingkatan
Almost
Certain
Likely
Unusual but
Possible
Remotely
Possible
Conceivable
Practically
Impossible

Deskripsi
Kejadian yang hampir pasti terjadi jika ada kontak
dengan bahaya
Kemungkinan terjadinya 50-50
Suatu kejadian yang tidak biasa namun masih
memiliki kemungkinan untuk terjadi
Suatu

Dokumen yang terkait

Analisis Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Bagian Produksi dengan 5S dalam Konsep Kaizen Sebagai Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja di PT.Apindowaja Ampuh Persada

10 126 140

IMPLEMENTASI INSPEKSI K3 DI BAGIAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PT PUPUK KUJANG SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA.

1 2 11

Kesehatan dan Kesetan Kerja (K3) Di Indonesia

0 0 3

Analisis Penerapan Program Kesetan dan Kesehatan Kerja (K3) di Bagian Produksi dengan Metode 5S sebagai Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja di PT. Industri Karet Nusantara

0 0 19

Analisis Penerapan Program Kesetan dan Kesehatan Kerja (K3) di Bagian Produksi dengan Metode 5S sebagai Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja di PT. Industri Karet Nusantara

0 0 1

Analisis Penerapan Program Kesetan dan Kesehatan Kerja (K3) di Bagian Produksi dengan Metode 5S sebagai Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja di PT. Industri Karet Nusantara

0 0 10

Analisis Penerapan Program Kesetan dan Kesehatan Kerja (K3) di Bagian Produksi dengan Metode 5S sebagai Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja di PT. Industri Karet Nusantara

0 0 26

Analisis Penerapan Program Kesetan dan Kesehatan Kerja (K3) di Bagian Produksi dengan Metode 5S sebagai Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja di PT. Industri Karet Nusantara

0 4 7

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN - Analisis Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Bagian Produksi dengan 5S dalam Konsep Kaizen Sebagai Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja di PT.Apindowaja Ampuh Persada

0 2 20

Analisis Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Bagian Produksi dengan 5S dalam Konsep Kaizen Sebagai Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja di PT.Apindowaja Ampuh Persada

0 0 20