Upaya Meningkatkan Kinerja Supply Chain Bahan Baku Pakan Udang Menjadi Green Supply Chain Dengan Metode ANP Pada PT. Central Proteina Prima, Tbk. Chapter III VII

V-67

BAB III
LANDASAN TEORI

3.1.

Supply Chain Management
Supply Chain

adalah jaringan perusahaan-perusahaan yang secara

bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke
tangan pemakai akhir. Perusahaan–perusahaan tersebut biasanya termasuk
supplier, pabrik, distributor, toko dan ritel, serta perusahaan-perusahaan
pendukung seperti perusahaan jasa logistik.
Pada suatu supply chain biasanya ada 3 aliran yang harus dikelola.
Pertama adalah aliran barang yang mengalir dari hulu (upstream) ke hilir
(downstream). Kedua adalah aliran uang dan sejenisnya yang mengalir dari hilir
ke hulu. Yang ketiga adalah aliran informasi yang bisa terjadi dari hilir ke hulu
ataupun sebaliknya.

Istilah Supply Chain Management pertama kali dikemukakan oleh Oliver
dan Weber pada tahun 1982 yakni: Supply Chain Management adalah sistematik,
koordinasi strategi dari fungsi bisnis tradisional dengan perusahaan kecil dan
lintas bisnis dengan rantai pasok dengan maksud untuk memperbaiki kinerja
jangka panjang dari perusahaan itu sendiri dan perusahaan rantai pemasok sebagai
keseluruhan[16].

Universitas Sumatera Utara

V-68

3.1.1. Green Supply Chain Management
Kesadaran akan lingkungan meningkat dari hari ke hari. Rantai pasok telah
menjadi pembahasan penting yang mengaitkan isu-isu lingkungan didalamnya
untuk peningkatan yang berkelanjutan. Hal ini telah menyebabkan minat pada
Green Supply Chain Management.Konsep rantai pasokan meliputi aliran bahan
dari sumber ke titik penggunaan.Organisasi berinvestasi dalam mengelola rantai
pasokan secara efektif. Fokusnya sekarang pada produktivitas yaitu bagaimana
kita dapat memaksimalkan output dengan sumber input yang diberikan. Rantai
pasokanjuga disebut sebagai rantai nilai (peningkatan perusahaan). Ini adalah

jaringan yang dapat secara bebas terhubung dari perusahaan yang bekerjasama
untuk menyediakan barang atau jasa ke pasar.
Penekanan pada Total Quality Management, peningkatan berkelanjutan,
proses bisnis reengineering, ISO 14000 dan lean manufacturing telah
menyebabkan pergeseran paradigma dalam produktivitas. Rantai pasok adalah inti
dari semua ini. Green Supply Chain Management telah menjadi inti dari
pembangunan berkelanjutan. Konsep ramah lingkungan juga menjadi konsep yang
relevan hari ini.
Green

Supply

Chain

Management

meliputi

green


design,

greenmanufacturing, green logistic dan green marketing juga. Distribusi yang
merupakan sayap penting dari rantai pasokan memainkan peran penting dalam
keberhasilan upaya pemasaran. Jika produk ramah lingkungan telah diproduksi
dengan cara yang bertanggung jawab terhadap lingkungan, maka perlu mekanisme
distribusi yang efisien untuk produk untuk menjangkau pelanggan.

Universitas Sumatera Utara

V-69

Mengurangi limbah dan polusi lingkungan, menggunakan lebih sedikit
energi dan sumber daya materi tidak hanya baik bagi lingkungan, tetapi yang
terbaik untuk rantai pasokan karena mereka memotong biaya operasional. Kinerja
perusahaan akan diukur dengan produktivitas sumber daya. Minimalisasi limbah
merupakan komponen integral dari rantai pasokan ramah lingkungan. Limbah
adalah setiap kegiatan yang tidak menambahnilai bisnis. Ketika sebuah perusahaan
mengelola limbah secara efisien, itu berarti bahwa produktivitas sumber daya yang
tinggi dan bisnis yang mampu mengelola efisiensi biaya yang sangat baik. Hal ini

menyebabkan efisiensi operasional dan peningkatan margin keuntungan. Sebagai
eksposur keuntungan perusahaan dan pengalaman dalam mengelola sumber daya
secara efisien, bisnis menjadi lebih berkelanjutan dan selama periode waktu
perusahaan mampu untuk mencapai keunggulan kompetitif di pasar. Sebuah
strategi rantai pasokan hijau telah menjadi penting untuk sebuah bisnis di masa
depan.
Dalam beberapa dekade terakhir, perusahaan bertanggung jawab untuk
dampak lingkungan dan sosial dari produk dan layanan mereka dan rantai pasokan
yang terkait. Kegiatan yang terlibat dalam dampak manajemen rantai pasokan
termasuk kemasan produk biodegradable, pembuangan produk yang bertanggung
jawab, pengendalian manufaktur dan transportasi emisi dan praktek sumber
berkelanjutan.
Dengan demikian, keberlanjutan telah menjadi tema sentral dalam
manajemen rantai pasokan.

Universitas Sumatera Utara

V-70

Mari kita ambil contoh untuk sumber yang berkelanjutan. Jika sebuah

perusahaan dipasok oleh Pemasok A yang diinput tidak ramah lingkungan, maka
perusahaan menjadi bertanggung jawab atas kerusakan lingkungan. Jika aktivisme
lingkungan terhadap Pemasok A hasil di menit akhir dari produksi bahan baku
tersebut, hal ini dapat mempengaruhi proses manufaktur perusahaan. Jika bahan
baku pengganti tidak tersedia dengan cepat, perusahaan mungkin tidak dapat
memasok barang ke pasar dan akhirnya perusahaan akan kalah dengan persaingan.
Rantai pasokan dapat memiliki konsekuensi lingkungan dan sosial yang
merugikan dalam hal polusi lingkungan, risiko kesehatan dan keselamatan
manusia dan biaya limbah. Manajemen rantai pasok berkelanjutan berkaitan
dengan mengubah praktek untuk mengurangi konsekuensi negatif. Desain produk,
manufaktur produk, kemasan, transportasi, logistik, sumber, produk pembuangan
end of life semua aspek dari rantai pasokan dapat dipengaruhi oleh sustainable.
Dengan demikian praktek manajemen harus sedemikian rupa dalam lingkungan
dan tanggung jawab sosial.
Sustainable didefinisikan sebagai memenuhi kebutuhan sekarang tanpa
mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan
mereka sendiri. Manajemen rantai pasokan harus memenuhi permintaan konsumen
secara

berkelanjutan.


Untuk

menentukan

keberlanjutan,

manajer

harus

menganalisis input dan output pada setiap tahap dari rantai pasokan.

Universitas Sumatera Utara

V-71

Menerapkan rantai pasokan ramah lingkungan mengarah ke:
1.


Peningkatan kepatuhan hukum

2.

Peningkatan kepatuhan terhadap peraturan pemerintah

3.

Peningkatan pendapatan

4.

Kepuasan kewajiban moral dan sosial

5.

Peningkatan ekuitas merk

6.


Hubungan yang lebih baik dengan pemasok

7.

Hubungan yang lebih baik dengan pelanggan

8.

hubungan karyawan yang lebih baik

9.

keberlanjutan jangka panjang dari perusahaan

10. Pengembangan komunitas.
Ketika sebuah perusahaan meningkatkan kinerja keberlanjutannya, ia
berasal manfaat berlimpah. Pay-off keuangan termasuk mengurangi biaya operasi,
peningkatan pendapatan, biaya administrasi yang lebih rendah, biaya modal yang
lebih rendah dan premi pasar saham. Pelanggan terkait hadiah termasuk
peningkatan kepuasan pelanggan, inovasi produk, peningkatan pangsa pasar,

meningkatkan reputasi dan peluang pasar baru. Operasionalpay-off termasuk
inovasi proses, peningkatan produktivitas, mengurangi waktu siklus, hasil sumber
daya ditingkatkan dan minimisasi limbah. hadiah organisasi termasuk kepuasan
karyawan, hubungan stakeholder ditingkatkan, mengurangi intervensi peraturan,
mengurangi risiko dan meningkatkan pembelajaran organisasi. Kelestarian

Universitas Sumatera Utara

V-72

lingkungan (perlindungan lingkungan) dan keberlanjutan sosial (menjaga
kesejahteraan masyarakat) saling berhubungan [17].

3.3.

ANP (Analytical Network Process)
Analytical Network Process (ANP) adalah Analytic Network Process

adalah metode penilaian multi kriteria untuk strukturiasasi keputusan dan analisis
yang memiliki kemampuan untuk mengukurkonsistensi dari peniaian dan

fleksibilitas pada pilihan dalam level subkriteria [18].
Saaty (1999) mendefinisikan ANP sebagai metode pengukuran relatif yang
digunakan untuk menurunkan rasio prioritas komposit dari skala rasio individu
yang mencerminkan pengukuran relatif dari pengaruh elemen-elemen yang saling
berinteraksi berkenaan dengan kriteria control [19].
ANP menggunakan jaringan tanpa harus menetapkan level sepertipada
hierarki

yang

yangmerupakan

digunakan
titik

dalam

Analytic

Hierarchy


ANP.

Konsep

utama

awal

Process

dalam

ANP

(AHP),
adalah

influence(pengaruh), sementara konsep utama dalam AHP adalah preference
(pilihan).AHP dengan asumsi-asumsi dependensinya tentang kluster dan
elemenmerupakan kasus khusus ANP. ANP merupakan pendekatan baru
dalamproses pengambilan keputusan yang memberikan kerangka kerja umum
dalammemperlakukan

keputusan-keputusan

tanpa membuat

asumsi-asumsi

tentangindependensi elemen-elemen pada level yang lebih tinggi dari elemenelemenpada level yang lebih rendah dan tentang independensi elemen-elemen
dalamsuatu level (Saaty, 1999).

Universitas Sumatera Utara

V-73

Perbedaan antara hierarki dan jaringan (network) digambarkan pada
Gambar 3.1. dimana hirearki memiliki tujuan (goal) atau titik sumber (source
node)serta kriteria dan sub kriteria atau titik tumpahan (sink node).
Bentuknyaberupa struktur linear dari atas ke bawah tanpa adanya timbal balik
(feedback)dari level terendah ke level diatasnya. Selain itu, loop hanya terjadi
pada padalevel terendah. Jaringan (network) menyebar dalam segala arah
danmemungkinkan

terjadinya

pengaruh

(influence)

dari

suatu

klusterterhadapcuster lainnya maupun kluster itu sendiri dan timbal balik
(feedback) yangmembentuk siklus (Saaty, 2004).
ANP merupakan gabungan dari dua bagian. Bagian pertama terdiridari
hierarki kontrol atau jaringan dari kriteria dan subkriteria yangmengontrol
interaksi. Pada kontrol ini tidak membutuhkan struktur hierarkiseperti pada
metode AHP. Bagian kedua adalah jaringan pengaruh-pengaruhdiantara elemen
dan kluster (Saaty, 1999).

Sumber : Saaty, 2004

Gambar 3.1. Perbedaan Hierarki dan Jaringan (Network)
Metode ANP memiliki keuntungsan besar, diantaranya: (a) Dengan ANP,
kriteria prioritas dapat ditentukan berdasarkan angka perbandingan berpasangan

Universitas Sumatera Utara

V-74

oleh pembuat keputusan; (b) Dengan ANP, pembuat keputusan dapat
mempertimbangkan antara faktor tangible dan intangible; (c) ANP dapat
mentransformasinilai kualitatif kedalam nilai angka untuk analisis perbandingan;
(d) ANP adalah metode yang sederhana bagi pembuat keputusan agar dapat
mengerti dengan mudah dan mengaplikasikannya tanpa pengetahuan khusus
(Mahmet Kabak dan metin dagdeviren, 2014).
Boyokyazici dan Sucu (2003) menjelaskan bahwa model networktidak
dapat digambarkan dengan struktur hirearki dan bukan merupakan bentuklinear
dari level atas ke bawah. Istilah level dalam AHP digantikan denganistilah
klusterdalam ANP. Model ANP memiliki lingkaran hubungan antaraelemen satu
dengan yang lain serta dalam klusteritu sendiri yang disebutdengan system with
feedback.
Hubungan

ketergantungan

antar

elemen

pada

pendekatan

ANPdigambarkan dengan tanda anak panah bolak-balik pada masingmasingkluster. Klusteratau komponen dalam ANP adalah kumpulan elemenelemen yang diturunkan dari sinergi interaksi yang tidak ditemukan dalam
elementunggal (Saaty, 2004).
Perbandingan

tingkat

kepentingan

dalam

setiap

elemen

maupunklusterdirepresentasikan dalam sebuah matriks dengan memberikan
skalarasio

dengan

perbandingan

berpasangan

(pairwise

comparison).

Perbandinganberpasangan menggunakan rasio dominasi pasangan dengan
menggunakan pengukuran aktual. Dalam hal penggunaan judgements, dalam AHP
seseorangbertanya: “Mana yang lebih disukai atau lebih penting?”, sementara

Universitas Sumatera Utara

V-75

dalamANP seseorang bertanya: “Mana yang mempunyai pengaruh lebih
besar?”.Pertanyaan terakhir jelas memerlukan observasi dan pengetahuan untuk
menghasilkan jawaban-jawaban yang valid, yang membuat pertanyaan kedualebih
obyektif dari pada pertanyaan pertama (Yamanita, 2005).
Saaty (2004) merekomendasikan sebuah skala 1-9 untukmembandingkan
antara dua komponen. Skala 1 menunjukkan tingkatkepentingan yang sama antara
dua komponen dan skala maksimal 9 untukmenunjukkan dominasi antara
komponen pada baris dan komponen padakolom.Masing-masing skala rasio
menunjukkan perbandingan kepentinganantara elemen di dalam sebuah komponen
dengan elemen di luar komponen(outer dependence) atau di dalam elemen
terhadap elemen itu sendiri yangberada di komponen dalam (inner dependence).
Tidak setiap elemenmemberikan pengaruh terhadap elemen dari komponen lain.
Elemen yangtidak memberikan pengaruh pada elemen lain akan memberikan nilai
nol.
Matriks hasil perbandingan direpresentasikan kedalam bentuk vertikal dan
horisontal dan berbentuk matriks yang bersifat stokastik yang disebut
sebagaisupermatriks. Supermatriks diharapkan dapat menangkap pengaruh
darielemen-elemen

pada

elemen-elemen

lain

dalam

jaringan

(Saaty,

2004).Matriks merupakan suatu kumpulan angka-angka (sering disebutelemenelemen) yang disusun menurut baris dan kolom sehingga berbentukempat persegi
panjang, dimana panjang dan lebarnya ditunjukkan olehbanyaknya kolom-kolom
dan baris-baris. Supermatriksadalah dua dimensional matriks dari elemen terhadap
elemen

(matriks

darimatriks-matriks).

Supermatriks

dibangun

dengan

Universitas Sumatera Utara

V-76

menempatkan klusterdansemua elemen masing-masing klusterdalam urutan secara
vertikal di sebelahkiri dan secara horizontal di sebelah atas. Vektor prioritas dari
perbandinganberpasangan nampak dalam suatu kolom yang sesuai dari suatu
supermatriks(Saaty, 1999).
Supermatriks terdiri dari 3 tahap yaitu :
1.

Tahap supermatriks tanpa bobot(unweighted supermatrix)
Merupakan supermatriks yang didirikan dari bobot yang diperoleh dari
matriks perbandingan berpasangan.

3.

Tahap supermatriks terbobot (weighted supermatrix)
Merupakan supermatriks yang diperoleh dengan mengalikan semua elemen di
dalam komponen dari unweighted supermatrix dengan bobot klusteryang
sesuai sehingga setiap kolom pada weighted supermatrix memiliki jumlah 1.
Jika kolom pada unweighted supermatrix sudah memiliki jumlah 1, maka
tidak perlu membobot komponen tersebut pada weighted supermatrix.

3.

Tahap supermatriks batas (limit supermatrix)
Merupakan supermatriks yang diperoleh dengan menaikkan bobot dari
weighted supermatrix. Menaikkan bobot tersebut dengan cara mengalikan
supermatriks itu dengan dirinya sendiri sampai beberapa kali. Ketika bobot
pada setiap kolom memiliki nilai yang sama, maka limit matrix telah stabil
dan proses perkalian matriks dihentikan.
Hasil akhir perhitungan memberikan bobot prioritas dan sintesis. Prioritas

merupakan bobot dari semua elemen dan komponen. Didalam prioritas terdapat
bobot limiting dan bobot normalized by kluster. Bobot limiting merupakan bobot

Universitas Sumatera Utara

V-77

yang

didapat

dari

limitsupermatrix

sedangkan

bobot

normalizedby

klustermerupakan pembagian antara bobot limiting elemen dengan jumlah bobot
limiting elemen-elemen pada satu komponen. Sintesis merupakan bobot dari
alternatif. Didalam sintesis terdapat bobot berupa ideals, raw dan normals. Bobot
normals merupakan hasil bobot alternatif seperti terdapat pada bobot normalized
byklusterprioritas. Bobot raw merupakan hasil bobot alternatif seperti terdapat
pada bobot limiting prioritas atau limit matrix. Bobot ideals merupakan bobot
yang diperoleh dari pembagian antara bobot normals pada setiap alternatif dengan
bobot normals terbesar diantara alternatif-alternatif tersebut.
Dalam penelitian ini, salah satu metode MCDM yakni Analytic Network
Process (ANP)akandiimplementasikan untuk dipakai dalam penentuan kriteriakriteria pemasaran guna mendapatkan kriteria pemasaran yang tepat untuk
dikembangkan oleh pihak perusahaan. Dimulai dengan melakukan identifikasi dan
mengkaji visi, misi, dan kriteria-kriteria pembangun strategi pemasaran serta
alternatif-alternatif yang digunakan oleh pihak perusahaan yang nantinya akan
dirumuskan menjadi tujuan strategis (strategic objectives) yang digunakan acuan
manajemen menyusun program dan rencana kerjanya. Setelah semua tujuan
strategis

teridentifikasi,

dilakukan

penyebaran

kuesioner

perbandingan

berpasangan (pairwase comparison) pada expert judgements dalam strukur
organisasi prusahaan yang berkaitan dengan perspektif untuk mengetahui
preferensi mereka terhadap rancangan tujuan strategis yang telah terbentuk.
Adapun kuesioner yang diberikan dalam bentuk kuesioner perbandingan
berpasangan. Skala yang digunakan adalah skala terbatas yang dimulai dari sama

Universitas Sumatera Utara

V-78

pentingnya (equally prefered) hingga mutlak pentingnya (extremelly prefered).
Pemilihan skala 1 hingga 9 didasarkan pada penelitian psikologi yaitu berdasarkan
kemampuan otak manusia menyuarakan urutan preferensinya (Harker & Vargas,
1987). Penilaian yang diberikan diharapkan berdasarkan dari penilaian pakar.
Skala untuk penilaian dapat dilihat pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3. Dasar Perbandingan Kriteria
Intensitas
Kepentingan

Definisi

Penjelasan
Dua elemen menyumbangnya sama
besar pada sifat itu

1

Kedua elemen sama penting

3

Elemen yang satu sedikit lebih Pengalaman dan pertimbangan sedikit
penting ketimbang lainnya
menyokong satu elemen atas lainnya

5

Elemen yang satu essensial Pengalaman dan pertimbangan dengan
atau sangat penting ketimbang kuat menyokong satu elemen atas
elemen lainnya
elemen lainnya

7

Satu elemen jelas lebih penting Satu elemen dengan kuat disokong, dan
dari elemen lain
dominannya telah terlihat dalam praktek

9

Bukti yang menyokong elemen yang
Satu elemen mutlak lebih
satu yang lain memiliki tingkat
penting ketimbang elemen
penegasan tertinggi yang mungkin
lainnya
menguatkan

2,4,6,8

Kebalikan

Nilai-nilai
antara
pertimbangan berdekatan

dua Kompromi diperlukan
pertimbangan

antara

Jika untuk aktivitas i mendapat
satu angka bila dibandingkan
dengan aktivitas j, maka j
mempunyai kebalikannya bila
dibandingkan dengan i

Adapunlangkah-langkah dalam pengerjaan metode ANP yakni:
1.

Bangun model permasalahan secara terstruktur

Universitas Sumatera Utara

dua

V-79

Dalam langkah ini hal yang perlu ditekankan adalah pendefinisian masalah
yang akan menjadi objek penelitian harus jelas. Kriteria, subkriteria, maupun
alternatif dipilih berdasarkan brainstorming atau metode pengumpulan ide
lainnya. Selanjutnya membuat kluster-kluster dari kriteria, subkriteria dan
alternatif tersebut sehingga membentuk jaringan (Network).
2.

Perhitungan matriks berpasangan dan prioritas
Adapun langkah langkah dalam perhitungan matriks berpasangan dan
prioritas adalah sebagai berikut:
a. Jumlahkan harga dari semua elemen dalam 1 kolom
b. Bagikan nilai dari setiap elemen dengan harga tersebut
c. Jumlahkan nilai setiap elemen dalam setiap baris dan dibagikan dengan
jumlah elemennya. Hal ini disebut dengan prioritas relatif tiap elemen.

3.

Membangun supermatriks
Adapun langkah-langkah dalam membangun supermatriks adalah sebagai
berikut:
1. Mendapatkan unweight supermatrix dari prioritas setiap elemen
2. Mendapatkan weighted supermatrix.
3. Mendapatkan limiting supermatrix.

4. Menghitung total bobot setiap alternatif dan didapatkanlah peringkat dari
masing-masing alternatif yang dibandingkan [20].

Universitas Sumatera Utara

V-80

3.4.

Kuesioner
Menurut Rosnani Ginting (2010), kuesioner merupakan sejumlah

pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden
dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. Kuesioner
dirancang dengan tujuan untuk memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan
penelitian. Syarat utama pengisian kuesioner adalah pertanyaan yang jelas dan
mengarah ke tujuan. Empat komponen inti dari sebuah kuesioner, yaitu:
1. Kuesioner memiliki subjek, yaitu individu atau lembaga yang melaksanakan penelitian.
2. Kuesioner memiliki ajakan, yaitu permohonan dari peneliti untuk turut serta mengisi secara
aktif dan objektif pertayaan maupun pernyataan yang tersedia.
3. Kuesioner memiliki petunjuk pengiisian kuesioner, dimana petunjuk yang tersedia harus
mudah dimengerti.
4. Kuesioner memiliki pertanyaan maupun pernyataan beserta tempat pengisian jawaban, baik
secara tertutup, semi tertutup, maupun terbuka.

Menurut Sukaria Sinulingga (2013), perancangan kuesioner yang baik
perlu dipahami prinsip-prinsip yang terkait dengan cara penulisan pertanyaan
(wording of quetions), cara pengukuran yaitu mengkatagorikan, membuat skala
dan mengkodekan (catagorized, scaled and coded) jawaban dari responden dan
kerapian (general appearance) kuesioner tersebut [21].

3.5.

Metode Sampling
Menurut Sukaria Sinulingga (2013),Sampling adalah metode pengumpulan

data yang sangat populer karena manfaatnya yang demikian besar dalam
penghematan sumber daya waktu dan biaya dalam kegiatan pengumpulan data.

Universitas Sumatera Utara

V-81

Sampling ialah proses penarikan sampel melalui mekanisme tertentu
melalui mana karakteristik populasi dapat diketahui atau didekati. Secara garis
besar metode penarikan sampel dapat diklasifikasi atas dua bagian yaitu:
1. Probability Sampling
2. Nonprobability Sampling

3.5.1. Probability Sampling
Probability sampling, setiap elemen dari populasi diberi kesempatan yang
sama untuk ditarik menjadi anggota dari sampel.
1. Simple Random Sampling
Simple random sampling yang sering juga disebut unrestricted probability
sampling, setiap elemen dari populasi mempunyai kesempatan atau peluang
yang sama untuk terpilih menjadi anggota sampel.
2. Systematic Sampling
Systematic sampling adalah suatu metode pengambilan sampel dari populasi
dengan cara menarik elemen setiap kelipatan ke n dari populasi tersebut mulai
dari urutan yang dipilih secara random diantara nomor 1 hingga n.
3. Stratified Random Sampling
Stratified random sampling menentukanstrata elemen dalam populasi menjadi
perhatian sehingga populasi dibagi sesuai dengan strata yang ada.
4. Cluster Sampling
Cluster sampling digunakan dengan multi stage, misalnya penelitian tentang
pola hidup pada nasabah bank di suatu propinsi dilakukan.

Universitas Sumatera Utara

V-82

5. Area Sampling
Area sampling digunakan dengan pengambilan sampel berdasarkan perbedaan
lokasi geografis dari populasi.

3.5.2. Nonprobability Sampling
Non-probability sampling adalah teknik sampling dimana setiap elemen
populasi yang akan ditarik menjadi anggota sampel tidak berdasarkan pada
probabilitas yang melekat pada setiap elemen tetapi berdasarkan karakteristik
khusus masing-masing elemen. Model dari metode sampling yang nonprobabilistik ini adalah convinience sampling dan purposive sampling.
1.

Convinience Sampling
Convinience sampling adalah suatu metode sampling dimana para
respondennya adalah orang-orang yang secara sukarela menawarkan diri
(conviniencely avaiable) dengan alasan masing-masing.

2.

Purposive Sampling
Purposive

sampling

adalah

metode

sampling

non-probability

yang

menggunakan orang-orang tertentu (specific target-group) sebagai sumber
data/informasi. Orang-orang tertentu yang dimaksud disini adalah individu
atau kelompok yang karena pengetahuan, pengalaman, jabatan dan lain-lain
yang dimilikinya menjadikan individu atau kelompok tersebut perlu dijadikan
sumber informasi. Individu atau kelompok khusus ini langsung dicatat
namanya sebagai reponden tanpa melalui proses seleksi secara random.

Universitas Sumatera Utara

V-83

Purposive sampling dapat dibedakan dalam dua bentuk yaitu judgement
sampling dan quota sampling. Judgement sampling adalah tipe pertama dari
purposive

sampling,

responden

terlebih

dahulu

dipilih

berdasarkan

pertimbangan tertentu misalnya karena kemampuannya atau kelebihannya
diantara orang-orang lain dalam memberikan data dan informasi yang bersifat
khusus yang dibutuhkan peneliti. Quota Sampling adalah tipe kedua
purposive sampling dimana kelompok-kelompok tertentu dijadikan reponden
(sumber data/informasi) untuk memenuhi kuota yang telah ditetapkan [22].

Universitas Sumatera Utara

V-84

BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

4.1.

Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di PT. Central Proteina Prima yang merupakan salah

satu perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan pakan udang yang berlokasi
di Jalan Medan – Tanjung Morawa Km. 8,5 Kecamatan Medan Amplas.
Penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2016 – Maret 2017.

4.2.

Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deksriptif dimana

penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematik tentang faktafakta dan sifat-sifat suatu objek atau populasi tertentu. Tujuan dari penelitian
deskriptif adalah untuk mendapatkan profil atau aspek-aspek yang relevan dari
fenomena yang menarik dari suatu organisasi atau kelompok tertentu. Penelitian
deskriptif ini dilakukan dengan menggunakan instrumen kuesioner dan
wawancara langsung terhadap pakar. Pada penelitian deskriptif ini juga berbentuk
survey research yaitu penyelidikan yang dilakukan untuk memperoleh fakta-fakta
dari gejala yang ada dan mencari keterangan secara faktual untuk mendapatkan
kebenaran dengan menggunakan instrumen kuesioner [23].

Universitas Sumatera Utara

V-85

4.3.

Objek Penelitian
Objek penelitian adalah rantai pasok bahan baku pakan udang yang

menjadi rekanan pabrik selama periode januari 2015 hingga Desember 2015 untuk
melihat kinerja green supply chain bahan baku yang terjadi.

4.4.

Variabel Penelitian
Variabel-variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah:

1.

Variabel Independen
Variabel

independen

(bebas)

merupakan

variabel

yang

nilainya

mempengaruhi variabel dependen baik secara positif maupun negatif
(Sinulingga,2014). Variabel yang termasuk dalam jenis ini, yaitu hasil dari
kuisioner kriteria, subkriteria, dan perbandingan berpasangan

antar

subkriteria. Variabel independen penelitian ini dibangun dari delapan

variabel yang diambil berdasarkan refrensi melalui literatur dan jurnaljurnal penelitian tentang green supply chain, yang kemudian akan
diusulkan kepada ketiga orang pakar melalui wawancara dan kuisioner
pendahulu. Tabel 4.1 dibawah ini merupakan variabel dari rangkuman
kriteria yang diperoleh dari beberapa jurnal sebagai berikut.

Universitas Sumatera Utara

V-86

Tabel 4.1. Variabel Kriteria Green Supply Chain yang Diperoleh dari Jurnal
Penelitian
Nama Peneliti Jurnal

Chiau Ching Chen

Reza Rostamzadeh

Green design

Green procurement

Green manufacturing

Green manufacturing

Green supply chain

Green distribution

Kriteria Green Supply

management strategy

Chain

alternatives
Green purchasing

Reverse logistic

Green marketing and
service
Sumber: Jurnal-jurnal penelitian

Dapat dilihat dari tabel diatas maka disimpulkan terdapat delapan variabel
yang diusulkan kepada pakar, yaitu:
a. Green design merupakan perancangan produk yang mendorong kesadaran
lingkungan melalui bahan-bahan baku produk yang dihasilkan memiliki
komposisi yang terbuat dari bahan yang ramah lingkungan. Ruang lingkup
perancangan

yang

ramah

lingkungan

(green

design)

mencakup

pengelolaan resiko terhadap dampak lingkungan, keamanan produk,
kesehatan dan keamanan yang berkaitan dengan pekerjaan, pencegahaan
polusi, konservasi sumber daya, dan pengelolaan limbah.
b. Green manufacturing yaitu proses manufaktur yang direncanakan dan
dieksekusi dengan mengurangi resiko dan dampak negatif pada
lingkungan. Proses manufaktur yang ramah lingkungan dapat dibagi atas
pengurangan sumber daya (reducing), daur ulang (recycling), pemulihan

Universitas Sumatera Utara

V-87

produk dan material (product and material recovery), penggunaan kembali
(reuse), pengelolaan persediaan (inventory management), dan perencanaan
dan pengendalian produksi (production planning and schedulling).
Singkatnya, green manufacturing harus menguasai empat faktor kunci
dalam proses produksi: (i) jumlah energi dan pemanfaatan sumber daya;
(ii) green energy; (iii) jumlah limbah berbahaya; dan (iv) jumlah limbah
berbahaya yang digunakan kembali.
c. Reverse logistic merupakan proses dari perencanaan, pelaksanaan, dan
pengendalian yang efisien, aliran efektif biaya bahan baku, diproses,
persediaan barang jadi dan informasi terkait dari titik konsumsi untuk titik
asal untuk tujuan merebut kembali nilai atau pembuangan. Kegiatan
reverse logistic yaitu semua kegiatan yang perusahaan lakukan untuk
mengumpulkan, penggunaan kembali, rusak, tidak diinginkan, atau produk
usang, serta pengemasan dan pengiriman bahan dari pengguna akhir atau
reseller dapat dianggap sebagai kegiatan reverse logistic. Salah satu
produk telah dikembalikan ke perusahaan, maka perusahaan memiliki
beberapa pilihan untuk menindak-lanjutinya.
d. Green supply chain management strategy merupakan strategi yang paling
sederhana adalah proaktif dan reaktif setelah mengamati cara yang industri
yang berbeda melalui konsep green pada kegiatan rantai pasok dan
bagaimana mengembangkan rantai pasokan dalam hubungan pengaruh
akumulasi sumber daya dan hasil kinerja yang bervariasi.

Universitas Sumatera Utara

V-88

e. Green marketing and service, merupakan pemasaran yang mengunakan isu
tentang lingkungan sebagai strategi untuk memasarkan produk. Green
marketing meliputi beberapa hal seperti proses produksi, proses penetuan
harga, proses promosi, dan proses distribusi. Sebuah pendekatan yang
sukses untuk pemasaran dan layanan green mengharuskan organisasi untuk:
(i)

memanfaatkan

teknologi

informasi

dan

komunikasi

alat,

(ii)

mengungkapkan informasi lingkungan produk dan jasa, dan (iii)
menerapkan tanggung jawab produsen. Green marketing ada 4, green
product, green pricing, green place dan green promotion..
f. Green purchasing, Pembelian green berarti lebih fokus pada praktik sadar
lingkungan, termasuk mengurangi sumber daya, menghilangkan limbah,
daur ulang dan penggunaan kembali, pemurnian, dan mengganti bahan
tanpa mempengaruhi sifat material. Sebuah perusahaan menerapkan
pembelian green dapat menetapkan standar lingkungan dalam kebijakan
pembelian untuk pemasok yang melibatkan pemilihan supplier, evaluasi,
dan pengembangan hubungan.
g. Green Procurement, adalah pembelian bahan atau jasa yang memiliki
sedikit dampak terhadap lingkungan atas keseluruhan siklus hidup. Green
procurement juga melibatkan integrasi isu-isu lingkungan ke dalam
keputusan pembelian berdasarkan harga, kinerja dan kualitas. Seiring
keputusan

ini,

dampak

lingkungan

harus

dipertimbangkan

untuk

mengurangi limbah dan polusi.

Universitas Sumatera Utara

V-89

h. Green Distribution, terdiri dari kemasan ramah lingkungan dan logistik
ramah lingkungan. Karakteristik kemasan seperti ukuran, bentuk, dan bahan
berdampak pada distribusi karena mereka mempengaruhi karakteristik
transportasi produk. Kemasan dengan pola pembebanan yang diatur
kembali, dapat mengurangi penggunaan bahan, meningkatkan pemanfaatan
ruang di gudang dan di trailer, dan mengurangi jumlah penanganan yang
diperlukan.
Setelah dilakukan proses wawancara melalui kuesioner maka variabel
penelitian yang telah disetujui oleh pakar yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:
1) Green procurement
2) Green manufacturing,
3) Green distribution
4) Reverse logistic
Setelah selesai menentukan variabel dari kriteria kinerja green supply chain,
kemudian yang dilakukan adalah menentukan subkriteria dari variabel kriteria
kinerja green supply chain. Tabel 4.2. dibawah ini merupakan rangkuman
subkriteria variabel dari kriteria green supply chain yang terpilih yang diperoleh
dari beberapa jurnal yang kemudian akan diusulkan kepada ketiga orang pakar
melalui wawancara dan kuisioner selanjutnya yaitu sebagai berikut.

Universitas Sumatera Utara

V-90

Tabel 4.2. Subkriteria dari Variabel Kriteria Green Supply Chain yang
Diperoleh dari Jurnal Penelitian

I. Subkriteria Green Procurement

1. Pemilihan supplier yang standar ISO
2. Efisiensi penggunaan bahan baku
3. Penggunaan produk konten daur ulang
4. Kemampuan sumber daya manusia dalam

Nama Peneliti Jurnal

Maryam Masoumik,dkk.
Solomon Olansunkanmi Odeyale
Maryam Masoumik,dkk.
Solomon Olansunkanmi Odeyale

mengelola pengadaan bahan baku ramah
lingkungan

II. Subkriteria Green Manufacturing

Nama Peneliti Jurnal

5. Pengontrolan penggunaan zat kimia

Chengedzai Mafini

6. Teknologi efisiensi penggunaan energi

Solomon Olansunkanmi Odeyale

7. Efisiensi penggunaan bahan baku

Reza Rostamzadeh

8. Green competencies (Pemahaman dan
kemampuan sumber daya manusia dalam
green produksi)

Chengedzai Mafini

9. Pemanfaatan limbah dan pengurangan
polusi

Solomon Olansunkanmi Odeyale

Universitas Sumatera Utara

V-91

Tabel 4.2. Subkriteria dari Variabel Kriteria Green Supply Chain yang
Diperoleh dari Jurnal Penelitian (Lanjutan)
III. Subkriteria Green Distribution

Nama Peneliti Jurnal

10. Pemakaian kemasan ramah lingkungan

Maryam Masoumik,dkk

11. Alat transportasi yang ramah lingkungan
(dapat menjaga kualitas bahan baku
dalam keadaan tetap segar)

Maryam Masoumik,dkk

12. Pemanfaatan storage

Chengedzai Mafini

13. Penggunaan energi pada proses distribusi

Reza Rostamzadeh

14. Pemanfaatan produk rusak

Reza Rostamzadeh

15. Pemilihan rute lokasi terhadap waktu
pengiriman

Reza Rostamzadeh

IV. Subkriteria Reverse Logistic

Nama Peneliti Jurnal

16. Proses pengelolaan tingkat redistribusi
produk

Solomon Olansunkanmi Odeyale

17. Green competencies (Kompetensi
perusahaan dalam mengamati kebijakan
produk terhadap lingkungan pada
pemakaian sumber daya yang ada)

Solomon Olansunkanmi Odeyale

18. Pemanfaatan produk yang dikembalikan

Reza Rostamzadeh

Sumber: Jurnal-jurnal penelitian

2.

Variabel Dependen
Variabel dependen merupakan variabel yang nilainya dipengaruhi atau
ditentukan oleh variabel lain (Sinulingga,2104). Variabel dependen pada
penelitian ini adalah peningkatan kinerja supply chain menjadi green supply
chain.

Universitas Sumatera Utara

V-92

4.5.

Kerangka Konseptual
Penelitian dapat dilaksanakan apabila tersedia sebuah perancangan

kerangka konseptual yang baik sehingga langkah-langkah penelitian lebih
sistematis. Kerangka konseptual inilah yang merupakan landasan awal dalam
melaksanakan penelitian. Kerangka konseptual penelitian ini yaitu menguraikan
terlebih dahulu hal-hal yang terkait dalam pemilihan rantai pasok bahan baku
pakan udang dalam konsep green. Kerangka konseptual penelitian ini dapat dilihat
pada Gambar 4. 1.

Green
Procurement

Green
Manucfacturing
Menguraikan
Masalah
Kinerja supply chain
bersifat
konvensional

Penentuan Kriteria
green supplychain

Green
Distribution

Penentuan
Subkriteria

Struktur
Jaringan
(Network)

Perhitungan
Bobot
Global

Reverse
logistic

Verifikasi kepada
pihak perusahaan

Peningkatan kinerja
supply chain menjadi
Green Supply Chain

Gambar 4.1. Kerangka Konseptual Penelitian

4.6.

Blok Diagram Prosedur Penelitian
Penelitian dilakukan dalam beberapa tahap, yang diawali dengan

melakukan identifikasi masalah hingga menghasilkan kesimpulan. Tahapantahapan tersebut meliputi:
1. Identifikasi masalah

Universitas Sumatera Utara

V-93

Identifikasi masalah merupakan langkah pertama yang dilakukan saat
penelitian berlangsung sehingga dapat mengangkat permasalahan secara jelas
dan terarah.
2. Studi literatur
Kajian literatur merupakan bagian dari studi yang bertujuan untuk
mengumpulkan dan menganalisa data sekunder dari instansi terkait, hasil
penelitian, jurnal, dan literatur lain.
3. Perumusan masalah
Perumusan masalah menjabarkan kembali inti dari permasalahan yang
teridentifikasi kemudian menuangkannya ke dalam satu lingkup permasalahan
yang spesifik.
4. Perumusan tujuan penelitian
Penentuan tujuan penelitian sebagai acuan untuk mengarahkan dan
menentukan hasil akhir penelitian.
5. Pengumpulan data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data kualitatif dan
data kuantitatif, baik yang berupa data primer maupun data sekunder.
Tahapan proses penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.2

Universitas Sumatera Utara

V-94

Mulai

Studi Literatur
1. Teori Buku
2. Referensi Jurnal Penelitian

Studi Lapangan
Melakukan pengamatan awal pada
perusahaan

Identifikasi Masalah

Peningkatan permintaan ekspor udang membutuhkan peningkatan kinerja supply
chain bahan baku pakan udang untuk memenuhi persyaratan ekspor

Perumusan Masalah
Persyaratan ekspor untuk mutu pakan udang dapat ditingkatkan dengan meningkatkan kinerja
supply chain yang ada menjadi supply chain yang ramah lingkungan (green supply chain)

Data Sekunder
- Struktur Jaringan
- Spesifikasi bahan baku
Instrumen : Kuisioner ANP
Responden
Teknik Sampling : Judgement Sampling

Data Primer
Hasil wawancara Kriteria Green supply
chain dan Subkriteria Green supply
chain serta alternatif

Pengolahan Data
Identifikasi kriteria kinerja Green supply chain bahan baku perusahaan
1. Pelaku rantai pasok bahan baku
2. Variabel-variabel independen untuk penerapan green supply chain
Pengolahan dengan Analytical Network Process
1. Perhitungan rata-rata bobot kriteria
2. Perhitungan bobot parsial dan konsistensi matriks
3. Penyusunan supermatriks ANP

Analisis dan Pemecahan Masalah
1. Penetapan struktur jaringan keterhubungan setiap kriteria green supply chain
dengan sub-sub kriteria dan dengan kriteria green supply chain lainnya
2. Analisis tingkat kepentingan dengan menggunakan kuesioner perbandingan
berpasangan kepada pakar
3. Analisis hasil kriteria dan sub kriteria berdasarkan metode analytical network
process

Kesimpulan dan Saran
SELESAI

Gambar 4.2. Tahapan Proses Penelitian

Universitas Sumatera Utara

V-95

4.7.

Pengumpulan Data

4.7.1. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi atas dua sebagai
berikut.
1. Data Primer.
Data primer merupakan data yang diperoleh dengan cara menggali secara
langsung dari sumbernya oleh peneliti yang bersangkutan. Data primer
digunakan dalam penelitian awal adalah data mengenai kriteria, subkriteria dan
hubungan network. Sedangkan data lanjutan untuk penelitian lanjutan adalah
derajat hubungan kriteria (matriks pairwaise) dan nilai interval untuk penilaian
green supply chain.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dengan mengambil dari
dokumen perusahaan. Data sekunder pada penelitian ini terdiri dari data
historis bahan baku, dan data historis kapasitas olah pabrik dan gambaran
umum perusahaan.

4.7.2. Metode Pengumpulan Data
Kegiatan pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Teknik observasi, yaitu dengan melakukan pengamatan secara langsung ke
PT. Central Proteina Prima untuk mengetahui proses aliran bahan baku supply
chain yang dilakukan oleh perusahaan dan mengumpulkan data-data yang
dibutuhkan terkait dengan penelitian.

Universitas Sumatera Utara

V-96

2. Teknik wawancara, yaitu dengan melakukan wawancara pada responden yaitu
pihak-pihak yang memahami tentang bahan baku dan supply chain bahan baku
tersebut yang terkait dengan kebutuhan penelitian. Responden pada penelitian
ini dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Responden Penelitian
No.

Responden

Jumlah

1

General Manager Production Perusahaan

1

2

Purchasing Manager Perusahaan

1

3

Manager Kepala UKM

1

Total

3

Teknik sampling yang digunakan adalah total sampling yang merupakan
teknik pengambilan sampel dimana semua anggota populasi dijadikan sampel.
3. Teknik kepustakaan (studi literatur), yaitu dengan mengumpulkan dan
mempelajari teori-teori dari buku dan mencari informasi dari jurnal yang
berkaitan dengan pemecahan masalah tentang metode ANP sesuai dengan
permasalahan pada perusahaan.
4. Memberikan kuesioner dan mengambil data-data historis dari responden.

4.9.

Pengolahan Data
Pengolahan dilakukan dengan menghitung bobot setiap variabel untuk

setiap green supply chain dengan menggunakan hasil keterkaitan jaringan dari

Universitas Sumatera Utara

V-97

metode ANP. Block diagram pengolahan data dengan metode ANP dapat dilihat
pada Gambar 4.3.
Input data :
- Data kriteria Green supply
chain
- Data subkriteria Green
supply chain
- Struktur jaringan
(network)
- Data kuisioner
perbandingan berpasangan

Menghitung Perbandingan
Berpasangan Antar Kluster

Menghitung Perbandingan
Antar Subkriteria

Menghitung Rata-rata
Geometrik Antar Kriteria
dan Subkriteria

Menghitung perbandingan
Matriks Normalisasi antar
kriteria dan subkriteria

Menghitungg perbandingan
antar alternatif dan
subkriteria

Membuat supermatriks
ANP

Perhitungan bobot global
subkriteria

Gambar 4.3. Blok Diagram Pengolahan Data dengan ANP

Universitas Sumatera Utara

V-98

4.10.

Analisis Pemecahan Masalah
Analisis pemecahan masalah dilakukan terhadap hasil dari pengolahan

data tentang green supply chain dan kriteria-kriteria yang digunakan dengan
melakukan verifikasi kepada pihak perusahaan. Dengan melakukan hal ini, maka
perusahaan dapat mengetahui kriteria green supply chain yang dibutuhkan
perusahaan dan memilih alternatif

yang sesuai bagi perusahaan dan dapat

mengambil tindakan lebih lanjut untuk memenuhi peningkatan kriteria kinerja
green supply chain.

4.11.

Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan berisikan hal-hal penting dari penelitian. Selain dari

kesimpulan, diberikan juga saran yang membangun bagi perusahaan mengenai
analisis green supply chain sehingga dapat memberikan manfaat bagi perusahaan
serta pemberian saran untuk perusahaan dan penelitian selanjutnya.

Universitas Sumatera Utara

V-99

BAB V
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1.

Pengumpulan Data
Pada pengumpulan data terdapat dua jenis data yang akan digunakan

sebagai pengukuran kinerja green supply chain, yaitu data primer dan
sekunder.Data primer adalah data yang diperoleh dengan cara mencari/menggali
secara langsung dari sumbernya oleh peneliti bersangkutan 1. Data primer yang
digunakan adalah wawancara dan kuesioner.Kuesioner dibagikan dalam 3 tahapan
yaitu kuesioner tertutup (kuesioner penentuan kriteria), kuesioner semi terbuka
(kuesioner penentuan subkriteria), dan kuesioner tertutup yaitu kuesioner bobot
pengaruh kriteria dan subkriteria).
Tahapan pengumpulan data pada penelitian ini diawali dengan penentuan
kriteria untuk evaluasi green supply chain.Pemilihan kriteria dilakukan dengan
wawancara dan berdiskusi dengan pakar dengan menggunakan referensi dari studi
literatur. Penentuan kriteria dilakukan dengan membandingkan kriteria hasil
wawancara dengan menyarankan 8 kriteria green supply chain yang diperoleh dari
studi literatur yang dapat dilihat pada Tabel 5.1. berikut ini.

1

Sukaria Sinulingga, Metode Penelitian. Edisi 3. (Medan: USU Press, 2013). h. 171

Universitas Sumatera Utara

V-100

Tabel 5.1. Delapan Kriteria Pemilihan Green Supply Chain
Nama Peneliti Jurnal

Kriteria Green Supply
Chain

Chiau Ching Chen

Reza Rostamzadeh

Green design

Green procurement

Green manufacturing
Green supply chain
management strategy
alternatives

Green manufacturing

Green purchasing
Green marketing and
service

Reverse logistic

Green distribution

Sumber: Jurnal penelitian

Penentuan kriteria green supply chain yang sesuai dengan perusahaan
merupakan tahap pertama yang dilakukan dalam proses peningkatan kinerja
supply chain menjadi green supply chain. Proses pengumpulan data dilakukan
dengan menggunakan instrumen kuisioner tertutup yang disebarkan kepada 3
responden.Penentuan kriteria yang terpilih dilakukan dengan ketentuan minimal
terdapat 2 (dua) responden meneyetujui kriteria tersebut. Jika terdapat satu orang
atau tidak satu pun responden yang menyetujui kriteria tersebut, maka kriteria
tersebut akan diabaikan. Rekapitulasi jawaban responden mengenai kriteria
penilaian kinerja green supply chain dapat dilihat pada Tabel 5.2. di bawah ini.

Universitas Sumatera Utara

V-101

Tabel 5.2. Rekapitulasi Jawaban Penilaian Kinerja Green Supply Chain
No

Kriteria

Jawaban Responden
R1

R2

R3

Total

1

Green design

X



X

1

2

Green manufacturing







3

3

Green supply chain

X

X

X

0

management strategy
alternatives
4

Green purchasing

X

X

X

0

5

Green marketing and

X

X

X

0

service
6

Green procurement







3

7

Green distribution







3

8

Reverse logistic







3

Sumber: Hasil Pengumpulan Data

Berdasarkan hasil rekapitulasi yang ditunjukkan pada Tabel 5.2.di atas
diperoleh 4 (empat) kriteria penilaian kinerja yang terpilih yakni green
manufacturing, green procurement, green distribution dan reverse logistic.

Universitas Sumatera Utara

V-102

5.2.

Pengumpulan Data Subkriteria Green Supply Chain
Tahap kedua merupakan tahap Penentuan Subkriteria. Tahap ini

dilakukan dengan menggunakan instrumen kuisioner semi terbuka kepada
responden yang sama. Responden juga dapat menambahkan subkriteria lain yang
dianggap penting. Penentuan subkriteria lainnya juga ditentukan jika terdapat
minimal 2 (dua) orang responden yang menyetujui subkriteria tersebut.
Rekapitulasi jawaban responden dapat dilihat pada tabel 5.3.
Tabel 5.3. Rekapitulasi Subkriteria Terpilih
I.Subkriteria Green Procurement

Jawaban Responden

Total

R-1

R-2

R-3

19. Pemilihan supplier yang standar ISO







3

20. Efisiensi penggunaan bahan baku







3

21. Penggunaan produk konten daur ulang







3

22. Kemampuan sumber daya manusia dalam







3

mengelola pengadaan bahan baku ramah
lingkungan
II.Subkriteria Green Manufacturing

Jawaban Responden
Total

R-1

R-2

R-3

23. Pengontrolan penggunaan zat kimia







3

24. Teknologi efisiensi penggunaan energi







3

25. Efisiensi penggunaan bahan baku

X





2

26. Green competencies (Pemahaman dan
kemampuan sumber daya manusia dalam
green produksi)







3

27. Pemanfaatan limbah dan pengurangan
polusi







3

Universitas Sumatera Utara

V-103

Tabel 5.3. Rekapitulasi Subkriteria Terpilih (Lanjutan)
III. Subkriteria Green Distribution

Jawaban Responden

Total

R-1

R-2

R-3

28. Pemakaian kemasan ramah lingkungan







3

29. Alat transportasi yang ramah lingkungan
(dapat menjaga kualitas bahan baku
dalam keadaan tetap segar)







3

30. Pemanfaatan storage







3

31. Penggunaan energi pada proses distribusi







3

32. Pemanfaatan produk rusak



X



2

33. Pemilihan rute lokasi terhadap waktu
pengiriman







3

34. Proses pengelolaan tingkat redistribusi
produk







3

35. Green competencies(Kompetensi
perusahaan dalam mengamati kebijakan
produk terhadap lingkungan pada
pemakaian sumber daya yang ada)







3

36. Pemanfaatan produk yang dikembalikan







3

IV. Subkriteria Reverse Logistic

Sumber: Pengumpulan Data

Hasil rekapitulasi pada tabel 5.3. di atas menunjukkan bahwa terdapat 2
(dua) subkriteria yang akan ditiadakan yaitu efisiensi penggunaan bahan baku
pada cluster kriteria green manufacturing dan pemanfaatan produk rusak pada
cluster kriteria green distribution. Sehingga total keseluruhan dari kriteria dan
subkriteria yang terpilih yaitu 4 (empat) kriteria dan 16 subkriteria,
rekapitulasinya dapat dilihat pada tabel 5.4. di bawah ini.

Universitas Sumatera Utara

V-104

Tabel 5.4. Kriteria dan Subkriteria Terpilih Penilaian Kinerja Green Supply
Chain
NO

Kriteria

Subkriteria

1

Green

1. Pemilihan supplier yang standar ISO

Procurement (P)

2. Efisiensi penggunaan bahan baku
3. Pengunaan produk konten daur ulang
4. Kemampuan sumber daya manusia dalam mengelola
pengadaan bahan baku ramah lingkungan.

2

Green

1. Pengontrolan penggunaan zat kimia

Manufacturing (M)

2. Teknologi efisiensi penggunaan energi
3. Green competencies (Pemahaman dan kemampuan
sumber daya manusia dalam green produksi)
4. Pemanfaatan limbah dan pengurangan polusi

3.

Green Distribution 1. Pemakaian kemasan ramah lingkungan
2. Alat transportasi yang ramah lingkungan (dapat
menjaga kualitas bahan baku dalam keadaan tetap
segar)

(D)

3. Pemanfaatan storage
4. Penggunaan energi pada proses distribusi
5. Pemilihan rute lokasi terhadap waktu pengiriman
4.

Reverse

Logistic 1. Proses pengelolaan tingkat redistribusi produk

(RL)

2. Green competencies(Kompetensi perusahaan dalam
mengamati kebijakan produk terhadap lingkungan
pada pemakaian sumber daya yang ada)
3. Pemanfaatan produk yang dikembalikan

Sumber: Hasil Pengumpulan Data

Universitas Sumatera Utara

V-105

5.3.

Pembuatan Struktur Jaringan (Network)
Pembuatan struktur jaringan (network) merupakan tahapan yang sangat

penting di dalam proses Analytic Network Process. Pada tahap ini setiap kriteria
dan subkriteria akan ditentukan apakah mempengaruhi satu dengan yang lain.
Penentuan hubungan pengaruh antar subkriteria ini dilakukan dengan cara
wawancara dengan responden.Instrumen yang digunakan yakni berupa kuisioner
tertutup.Terdapat dua jenis hubungan pada struktur jaringan yang terbentuk, yakni
inner dependence

dan outer dependence. Hubungan inner dependence

menunjukkan setiap subkriteria yang ada pada masing-masing kluster kriteria
saling mempengaruhi. Semua kluster memiliki hubungan inner dependence dan
semua subkriteria memiliki hubungan outer dependence.Ketiga responden
tersebut harus menentukan apakah subkriteria pada bagian kiri memiliki pengaruh
terhadap subkriteria bagian atas yang dibandingkan. Tabel 5.5.berikut ini
menunjukkan keterangan subkriteria yang dibandingkan.

Universitas Sumatera Utara

V-106

Tabel 5.5. Keterangan Subkriteria yang Dibandingkan
Kriteria

Notasi Subkriteria

Green Procurement

P

Notasi

Pemilihan supplier yang standar ISO

P-1

Efisiensi penggunaan bahan baku

P-2

Penggunaan produk konten daur ulang

P-3

Kemampuan sumber daya manusia dalam
mengelola pengadaan bahan baku ramah

Green Manufacturing

Green Distribution

M

D

lingkungan

P-4

Pengontrolan penggunaan zat kimia

M-1

Teknologi efisiensi penggunaan energi

M-2

Green competencies (Pemahaman dan
kemampuan sumber daya manusia dalam
green produksi)

M-3

Pemanfaatan limbah dan pengurangan polusi

M-4

Pemakaian kemasan ramah lingkungan

D-1

Alat transportasi yang ramah lingkungan
(dapat menjaga kualitas bahan baku dalam
keadaan tetap segar)

D-2

Pemanfaatan storage

D-3

Penggunaan energi pada proses distribusi

D-4

Pemilihan rute lokasi terhadap waktu
pengiriman

D-5

Proses pengelompokan tingkat redistribusi

RL-1

produk
Green competencies(Kompetensi perusahaan
Reverse Logistic

RL

dalam mengamati kebijakan produk terhadap

RL-2

lingkungan pada pemakaian sumber daya
yang ada)
Pemaanfaatan produk yang dikembalikan

RL-3

Sumber: Hasil Pengumpulan Data

Universitas Sumatera Utara

V-107

Tabel 5.6.berikut ini menunjukkan hubungan antara subkriteria, dimana
setiap angka menunjukkan jumlah responden yang menyatakan kr