Demand Masyarakat Menjadi Peserta Mandiri Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) di Kota Medan Tahun 2016

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.

Demand atau Permintaan

2.1.1. Pengertian
Grossman (1972) dalam Trisnantoro (2009) penelitian yang sangat
berpengaruh dalam khasanah ekonomi kesehatan menggunakan teori modal
manusia (human capital) untuk menggambarkan demand untuk kesehatan dan
demand untuk pelayanan kesehatan. Dalam teori ini disebutkan bahwa seseorang
melakukan investasi untuk bekerja dan menghasilkan uang melalui pendidikan,
pelatihan, dan kesehatan. Grossman menguraikan bahwa demand untuk kesehatan
memiliki beberapa hal yang membedakan dengan pendekatan tradisional demand
dalam sektor lain:
1.

Yang diinginkan masyarakat atau konsumen adalah kesehatan, bukan

pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan merupakan derived demand sebagai
input untuk menghasilkan kesehatan.

2.

Masyarakat tidak membeli kesehatan dari pasar secara pasif. Masyarakat

menghasilkannya, menggunakan waktu untuk usaha-usaha peningkatan kesehatan,
di samping menggunakan pelayanan kesehatan.
3.

Kesehatan dapat dianggap sebagai bahan investasi karena tahan lama dan

tidak terdepresiasi dengan segera.
4.

Kesehatan dapat dianggap sebagai bahan konsumsi sekaligus sebagai

bahan investasi.

8
Universitas Sumatera Utara


Demand terhadap kesehatan dapat dilakukan melalui pengertian tentang
keinginan (wants), permintaan (demand), dan kebutuhan (needs). Pengertian ini
dibutuhkan mengingat demand dalam pelayanan kesehatan merupakan suatu hal
yang agak berbeda dibandingkan dengan demand untuk komoditi atau pelayanan
lain. Dalam membahas pengertian ini, model dari Cooper (Posnett, 1988)
merupakan kajian untuk dibahas. Secara skematis model tersebut digambarkan
dalam Gambar 2.1
Keinginan seseorang untuk menjadi
lebih sehat dalam hidup.
Keinginan ini didasarkan pada
penilaian diri terhadap status
kesehatannya.

Keinginan untuk lebih sehat
diwujudkan dalam perilaku mencari
pertolongan tenaga kedokteran

Keadaan kesehatan yang oleh
tenaga kedokteran dinyatakan harus
mendapatkan penanganan medis


Keinginan (Wants)

Permintaan (Demands)

Kebutuhan (Needs)

Gambar 2.1 Konsep keinginan (wants), permintaan (demand), dan kebutuhan(needs)

Berdasarkan model Grossman, keinginan seseorang bekerja menghasilkan
pendapatan membutuhkan modal, antara lain kesehatan. Dalam istilah sosial

Universitas Sumatera Utara

disebut dengan keinginan untuk sehat. Dengan konsep keinginan ini seseorang
dapat menilai dirinya sendiri.
Secara umum fungsi permintaan adalah persamaan yang menunjukkan
hubungan antara jumlah permintaan akan sesuatu barang dan semua faktor yang
mempengaruhinya.
2.1.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Demand

Menurut Trisnantoro (2009) faktor-faktor yang mempengaruhi demand
pelayanan kesehatan antara lain: kebutuhan berbasis pada aspek fisiologis;
penilaian pribadi akan status kesehatannya; variabel-variabel ekonomi seperti
tarif, ada tidaknya sistem asuransi, dan penghasilan; variabel-variabel demografis
dan organisasi. Di samping faktor-faktor tersebut terdapat faktor lain misalnya,
pengiklanan, pengaruh jumlah dokter dan fasilitas pelayanan kesehatan, dan
pengaruh inflasi. Faktor-faktor ini satu sama lain saling terkait secara kompleks.
1. Kebutuhan Berbasis Fisiologis
Kebutuhan berbasis pada aspek fisiologis menekankan pentingnya
keputusan petugas medis yang menentukan perlu tidaknya seseorang mendapat
pelayanan medis. Keputusan petugas medis ini akan mempengaruhi penilaian
seseorang akan status kesehatannya. Berdasarkan situasi ini maka demand
pelayanan kesehatan dapat ditingkatkan atau dikurangi. Faktor-faktor ini dapat
diwakilkan dalam pola epidemiologi yang seharusnya diukur berdasarkan
kebutuhan masyarakat. Akan tetapi, data epidemiologi yang ada sebagian besar
menggambarkan puncak gunung es yaitu demand, bukan kebutuhan (needs).

Universitas Sumatera Utara

2. Penilaian Pribadi akan Status Kesehatan

Secara sosio-antropologis, penilaian pribadi akan status kesehatan
dipengaruhi oleh kepercayaan, budaya dan norma-norma sosial di masyarakat.
Indonesia sebagai negara Timur sejak dahulu telah mempunyai pengobatan
alternatif dalam bentuk pelayanan dukun ataupun tabib. Pelayanan ini sudah
berumur ratusan tahun sehingga dapat dilihat bahwa demand terhadap pelayanan
pengobatan alternatif ada dalam masyarakat. Sebagai contoh, untuk berbagai
masalah kesehatan jiwa peranan dukun masih besar. Di samping itu, masalah
persepsi mengenai risiko sakit merupakan hal yang penting. Sebagian masyarakat
sangat

memperhatikan

status

kesehatannya,

sebagian

lain


tidak

memperhatikannya.
3. Variabel-Variabel Ekonomi Tarif
Hubungan tarif dengan demand terhadap pelayanan kesehatan adalah
negatif. Semakin tinggi tarif maka demand akan menjadi semakin rendah. Sangat
penting untuk dicatat bahwa hubungan negatif ini secara khusus terlihat pada
keadaan pasien yang mempunyai pilihan.
4. Penghasilan Masyarakat
Kenaikan penghasilan keluarga akan meningkatkan demand untuk
pelayanan kesehatan yang sebagian besar merupakan barang normal. Akan tetapi,
ada pula sebagian pelayanan kesehatan yang bersifat barang inferior, yaitu adanya
kenaikan penghasilan masyarakat justru menyebabkan penurunan konsumsi. Hal
ini terjadi pada rumah sakit pemerintah di berbagai kota dan kabupaten. Ada pula

Universitas Sumatera Utara

kecenderungan mereka yang berpenghasilan tinggi tidak menyukai pelayanan
kesehatan yang menghabiskan waktu banyak.
5. Asuransi Kesehatan dan Jaminan Kesehatan

Pada negara-negara maju, faktor asuransi kesehatan menjadi penting
dalam hal demand pelayanan kesehatan. Di samping itu, dikenal pula program
pemerintah dalam bentuk jaminan kesehatan untuk masyarakat miskin dan orang
tua. Program pemerintah ini sering disebut sebagai asuransi sosial. Adanya
asuransi kesehatan dan jaminan kesehatan dapat meningkatkan demand terhadap
pelayanan kesehatan. Dengan demikian, hubungan asuransi kesehatan dengan
demand terhadap pelayanan kesehatan bersifat positif. Asuransi kesehatan bersifat
mengurangi efek faktor tarif sebagai hambatan untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan pada saat sakit. Dengan demikian, semakin banyak penduduk yang
tercakup oleh asuransi kesehatan maka demand akan pelayanan kesehatan
(termasuk rumah sakit) menjadi semakin tinggi. Peningkatan demand ini
dipengaruhi pula oleh faktor moral hazard. Seseorang yang tercakup oleh asuransi
kesehatan akan terdorong menggunakan pelayanan kesehatan sebanyakbanyaknya.
6. Variabel-Variabel Demografis dan Umur
Faktor umur sangat mempengaruhi demand terhadap pelayanan preventif
dan kuratif. Semakin tua seseorang sendiri meningkat demand-nya terhadap
pelayanan kuratif. Sementara itu, demand terhadap pelayanan kesehatan preventif
menurun. Dengan kata lain, semakin mendekati saat kematian, seseorang merasa
bahwa keuntungan dari pelayanan kesehatan preventif akan lebih kecil


Universitas Sumatera Utara

dibandingkan dengan saat masih muda. Fenomena ini terlihat pada pola demografi
di negara-negara maju yang berubah menjadi masyarakat tua. Pengeluaran untuk
pelayanan kesehatan menjadi sangat tinggi.
7. Jenis Kelamin
Penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa demand terhadap
pelayanan kesehatan oleh wanita ternyata lebih tinggi dibanding dengan laki-laki.
Hasil ini sesuai dengan dua perkiraan. Pertama, wanita mempunyai insidensi
penyakit yang lebih tinggi dibanding dengan laki-laki. Kedua, karena angka kerja
wanita lebih rendah maka kesediaan meluangkan waktu untuk pelayanan
kesehatan lebih besar dibanding dengan laki-laki. Akan tetapi, pada kasus-kasus
yang bersifat darurat perbedaan antara wanita dan laki-laki tidaklah nyata.
8. Pendidikan
Seseorang dengan pendidikan tinggi cenderung mempunyai demand yang
lebih tinggi. Pendidikan yang lebih tinggi cenderung meningkatkan kesadaran
akan status kesehatan, dan konsekuensinya untuk menggunakan pelayanan
kesehatan.
Sedangkan menurut Mankiw (2003), ada banyak faktor atau variabel yang
dapat mempengaruhi permintaan suatu barang, sehingga akan menggeser kurva

permintaan antara lain adalah:
1.

Harga
Permintaan konsumen dapat dipengaruhi oleh harga, harga barang yang

akan dibeli, harga pengganti maupun harga barang pelengkap. Konsumen akan
membatasi pembelian jumlah barang yang diinginkan bila harga barang terlalu

Universitas Sumatera Utara

tinggi, bahkan ada kemungkinan konsumen memindahkan konsumsi dan
pembeliannya kepada barang pengganti yang lebih murah harganya. Harga barang
pelengkap juga akan mempengaruhi keputusan seorang konsumen untuk membeli
atau tidak barang utamanya, bila permintaan barang utama meningkat, maka
permintaan akan barang penggantinya akan menurun dan sebaliknya.
2.

Pendapatan Konsumen
Konsumen tidak akan dapat melakukan pembelian barang kebutuhan bila


pendapatan tidak ada atau tidak memadai. Dengan demikian, maka perubahan
pendapatan akan mendorong konsumen untuk mengubah permintaan akan barang
kebutuhannya. Berdasarkan sifat perubahan permintaan terhadap berbagai barang
apabila terjadi perubahan pendapatan, dapat dibedakan dalam beberapa golongan
antara lain:
a. Barang Esensial adalah barang yang sangat penting dalam kehidupan seharihari, sehingga kebutuhan atau permintaan akan brang initidak akan

berubah

walaupun terjadi perubahan pendapatan.
b. Barang Normal adalah barang yang permintaannya berhubungan lurus dengan
pendapatan konsumen. Bila pendapatan konsumen meningkat, maka permintaan
akan barang tersebut juga meningkat dan sebaliknya, bila pendapatan konsumen
menurun, maka permintaan barang tersebut juga menurun.
c. Barang Inferior adalah barang yang permintaannya berhubungan terbalik
dengan pendapatan konsumen. Bila pendapatan konsumen meningkat maka
permintaan akan barang tersebut akan menurun, dan sebaliknya, bila pendapatan
konsumen menurun, maka permintaan akan barang tersebut meningkat.


Universitas Sumatera Utara

3.

Jumlah Konsumen
Pertambahan konsumen misalnya penduduk, tidak dengan sendirinya

menyebabkan pertambahan jumlah permintaan suatu barang. Akan tetapi
pertambahan penduduk diikuti oleh perkembangan kesempatan kerja. Dengan
demikian, akan lebih banyak orang yang akan menerima pendapatan dan hal ini
juga akan menambah daya beli masyarakat. Pertambahan daya beli masyarakat
akan menambah permintaan.
4.

Selera Konsumen
Perubahan selera dapat termanifestasikan ke dalam perilaku pasar.

Perubahan selera konsumen bisa ditunjukkan oleh perubahan bentuk atau posisi
dari indifference map, tanpa ada perubahan harga barang maupun pendapatan,
permintaan aka sesuatu barang bisa berubah karena perubahan selera.
5.

Ramalan Mengenai Keadaan di Masa Yang Akan Datang
Perubahan-perubahan yang diramalkan mengenai keadaan pada masa yang

akan datang dapat mempengaruhi permintaan. Ramalan para konsumen bahwa
harga-harga akan naik pada masa yang akan datang akan mendorong konsumen
membeli lebih banyak untuk menghemat pengeluaran pada masa yang akan
datang.
2.2

Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan (BPJS)

2.2.1 Pengertian BPJS
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang selanjutnya disingkat BPJS
adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan
sosial.

Adapun

tujuan

dari

dibentuknya

BPJS

untuk

mewujudkan

Universitas Sumatera Utara

terselenggaranya pemberian jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang
layak bagi setiap Peserta dan/atau anggota keluarganya.
2.2.2.

Fungsi, Tugas, Wewenang, Hak dan Kewajiban BPJS

1. Fungsi BPJS
BPJS

Kesehatan

berfungsi menyelenggarakan

program

jaminan

kesehatan.
2. Tugas BPJS
a. Melakukan dan/atau menerima pendaftaran Peserta;
b. Memungut dan mengumpulkan Iuran dari Peserta dan Pemberi Kerja;
c. Menerima Bantuan Iuran dari Pemerintah;
d. Mengelola Dana Jaminan Sosial untuk kepentingan Peserta;
e. Mengumpulkan dan mengelola data Peserta program Jaminan Sosial;
f. Membayarkan Manfaat dan/atau membiayai pelayanan kesehatan sesuai
dengan ketentuan program Jaminan Sosial; dan
g. Memberikan informasi mengenai penyelenggaraan program Jaminan Sosial
kepada Peserta dan masyarakat.
3. Wewenang BPJS
a. Menagih pembayaran Iuran;
b. Menempatkan Dana Jaminan Sosial untuk investasi jangka pendek dan jangka

panjang dengan mempertimbangkan aspek likuiditas, solvabilitas, kehatihatian, keamanan dana, dan hasil yang memadai;

Universitas Sumatera Utara

c. Melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas kepatuhan Peserta dan Pemberi

Kerja dalam memenuhi kewajibannya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan jaminan sosial nasional;
d. Membuat kesepakatan dengan fasilitas kesehatan mengenai besar pembayaran

fasilitas kesehatan yang mengacu pada standar tarif yang ditetapkan oleh
Pemerintah;
e. Membuat atau menghentikan kontrak kerja dengan fasilitas kesehatan;
f.

Mengenakan sanksi administratif kepada Peserta atau Pemberi Kerja yang
tidak memenuhi kewajibannya;

g. Melaporkan Pemberi Kerja kepada instansi yang berwenang mengenai

ketidakpatuhannya dalam membayar Iuran atau dalam memenuhi kewajiban
lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
h. Melakukan kerja sama dengan pihak lain dalam rangka penyelenggaraan

program Jaminan Sosial.
4. Hak BPJS
a. memperoleh dana operasional untuk penyelenggaraan program yang
bersumber dari Dana Jaminan Sosial dan/atau sumber lainnya sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
b. memperoleh hasil monitoring dan evaluasi penyelenggaraan program Jaminan
Sosial dari DJSN setiap 6 (enam) bulan.
5. Kewajiban BPJS
a. Memberikan nomor identitas tunggal kepada Peserta;

Universitas Sumatera Utara

b. Mengembangkan aset Dana Jaminan Sosial dan aset BPJS untuk sebesarbesarnya kepentingan Peserta;
c. Memberikan informasi melalui media massa cetak dan elektronik mengenai
kinerja, kondisi keuangan, serta kekayaan dan hasil pengembangannya;
d. Memberikan Manfaat kepada seluruh Peserta sesuai dengan Undang-Undang
tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional;
e. Memberikan informasi kepada Peserta mengenai hak dan kewajiban untuk
mengikuti ketentuan yang berlaku;
f. Memberikan informasi kepada Peserta mengenai prosedur untuk mendapatkan
hak dan memenuhi kewajibannya;
g. Memberikan informasi kepada Peserta mengenai saldo jaminan hari tua dan
pengembangannya 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun;
h. Memberikan informasi kepada Peserta mengenai besar hak pensiun 1 (satu)
kali dalam 1 (satu) tahun;
i.

Membentuk cadangan teknis sesuai dengan standar praktik aktuaria yang
lazim dan berlaku umum;

j. Melakukan pembukuan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku dalam
penyelenggaraan Jaminan Sosial; dan
k. Melaporkan pelaksanaan setiap program, termasuk kondisi keuangan, secara
berkala 6 (enam) bulan sekali kepada Presiden dengan tembusan kepada
DJSN. (Peraturan BPJS No.1 Tahun 2014)

Universitas Sumatera Utara

2.2.3. Peserta BPJS Pekerja Bukan Penerima Upah atau Mandiri
Peserta adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling
singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran.
Pekerja Bukan Penerima Upah (peserta pembayar mandiri) dan anggota
keluarganya yaitu setiap orang yang bekerja atau berusaha atas risiko sendiri,
contohnya : Pekerja di luar hubungan kerja atau pekerja mandiri (pekerja
professional seperti pengacara, dokter praktek, notaris, konsultan, dan lain-lain),
dan

pekerja mandiri lainnya seperti petani, nelayan, pedagang, tukang ojek,

pekerja mandiri salon, pekerja mandiri bengkel, dan lain-lain.
Pekerja Bukan Penerima Upah tidak termasuk Pensiunan TNI, Pensiunan
Polri, Pensiunan PNS, Pensiunan Pejabat Negara, Veteran dan Perintis
Kemerdekaan. Pekerja Bukan Penerima Upah dan anggota keluarganya meliputi :
pekerja di luar hubungan kerja atau pekerja mandiri, dan pekerja yang tidak
termasuk di atas yang bukan penerima upah. Termasuk Warga Negara Asing yang
bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan.
Anggota keluarga meliputi istri/suami yang sah, anak kandung, anak tiri
dari perkawinan yang sah, dan anak angkat yang sah, sebanyak-banyaknya 5
(lima) orang.
Anak kandung, anak tiri dari perkawinan yang sah, dan anak angkat yang
sah dengan kriteria:
a. tidak atau belum pernah menikah atau tidak mempunyai penghasilan sendiri;
b. belum berusia 21 (dua puluh satu) tahun atau belum berusia 25 (dua puluh
lima) tahun yang masih melanjutkan pendidikan formal.

Universitas Sumatera Utara

Peserta bukan PBI Jaminan Kesehatan dapat mengikutsertakan anggota
keluarga yang lain. Anggota keluarga yang lain meliputi anak ke 4 (empat) dan
seterusnya, ayah, ibu, dan mertua.
2.2.4. Pelayanan Kesehatan yang Dijamin BPJS
1.

Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
Pelayanan kesehatan tingkat pertama, meliputi pelayanan kesehatan non

spesialistik yang mencakup:
a. Administrasi pelayanan;
b. Pelayanan promotif dan preventif;
c. Pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis;
d. Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif;
e. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai;
f. Transfusi darah sesuai dengan kebutuhan medis;
g. Pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pratama; dan
h. Rawat Inap Tingkat Pertama sesuai dengan indikasi medis.
2.

Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan, meliputi pelayanan kesehatan

rawat jalan dan rawat inap, yang mencakup:
a. Administrasi pelayanan;
b. Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi spesialistik oleh dokter spesialis
dan subspesialis;Layanan Bagi Peserta BPJS Kesehatan 31
c. Tindakan medis spesialistik, baik bedah maupun non bedah sesuai dengan
indikasi medis;
d. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai;

Universitas Sumatera Utara

e. Pelayanan penunjang diagnostik lanjutan sesuai dengan indikasi medis;
f. Rehabilitasi medis;
g. Pelayanan darah;
h. Pelayanan kedokteran forensik klinik;
i. Pelayanan jenazah pada pasien yang meninggal setelah dirawat inap di
fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, berupa
pemulasaran jenazah tidak termasuk peti mati dan mobil jenazah;
j. Perawatan inap non intensif; dan
k. Perawatan inap di ruang intensif.
3.

Persalinan. Persalinan yang ditanggung BPJS Kesehatan di Fasilitas

Kesehatan Tingkat Pertama maupun Tingkat Lanjutan adalah persalinan sampai
dengan anak ketiga, tanpa melihat anak hidup/ meninggal.
4.

Ambulan. Ambulan hanya diberikan untuk pasien rujukan dari Fasilitas

Kesehatan satu ke fasilitas kesehatan lainnya, dengan tujuan menyelamatkan
nyawa pasien.34 Panduan Layanan Bagi Peserta BPJS Kesehatan
2.2.5. Pelayanan Kesehatan yang Tidak Dijamin BPJS
1.

Pelayanan kesehatan yang dilakukan tanpa melalui prosedur sebagaimana

diatur dalam peraturan yang berlaku;
2.

Pelayanan kesehatan yang dilakukan di fasilitas kesehatan yang tidak

bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, kecuali dalam keadaan darurat;
3.

Pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program jaminan kecelakaan

kerja terhadap penyakit atau cedera akibat kecelakaan kerja atau hubungan kerja
sampai nilai yang ditanggung oleh program jaminan kecelakaan kerja;

Universitas Sumatera Utara

4.

Pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program jaminan kecelakaan

lalu lintas yang bersifat wajib sampai nilai yang ditanggung oleh program jaminan
kecelakaan lalu lintas;
5.

Pelayanan kesehatan yang dilakukan di luar negeri;

6.

Pelayanan kesehatan untuk tujuan estetik;

7.

Pelayanan untuk mengatasi infertilitas;

8.

Pelayanan meratakan gigi (ortodonsi);

9.

Gangguan kesehatan/penyakit akibat ketergantungan obat dan/ atau alkohol;

10. Gangguan kesehatan akibat sengaja menyakiti diri sendiri, atau akibat
melakukan hobi yang membahayakan diri sendiri;
11. Pengobatan komplementer, alternatif dan tradisional, termasuk akupuntur,
shin-she, chiropractic, yang belum dinyatakan efektif berdasarkan penilaian
teknologi kesehatan (health technology assessment);
12. Pengobatan dan tindakan medis yang dikategorikan sebagai percobaan
(eksperimen);
13. Alat kontrasepsi, kosmetik, makanan bayi, dan susu;
14. Perbekalan kesehatan rumah tangga;
15. Pelayanan kesehatan akibat bencana pada masa tanggap darurat, kejadian luar
biasa/wabah; dan
16. Biaya pelayanan lainnya yang tidak ada hubungan denganmanfaat jaminan
kesehatan yang diberikan.
17. Klaim perorangan.

Universitas Sumatera Utara

2.2.6 Universal Health Coverage (UHC)
Universal coverage menurut Mundiharno (2012) dapat diartikan sebagai
cakupan menyeluruh. Istilah universal coverage berasal dari WHO (World Health
Organisation), lebih tepatnya universal health coverage. Istilah tersebut
sebenarnya kelanjutan dari jargon sebelumnya yaitu health for all.
Mundiharno (2012) menyatakan dalam perspektif jaminan kesehatan,
istilah universal coverage memiliki beberapa dimensi. Pertama, dimensi cakupan
kepesertaan. Dari dimensi ini universal coverage dapat diartikan sebagai
“kepesertaan menyeluruh”, dalam arti semua penduduk dicakup menjadi peserta
jaminan kesehatan. Dengan menjadi peserta jaminan kesehatan diharapkan
mereka memiliki akses terhadap pelayanan kesehatan. Namun tidak semua
penduduk yang telah menjadi peserta jaminan kesehatan dapat serta merta
mengakses pelayanan kesehatan. Jika di daerah tempat penduduk tinggal tidak ada
fasilitas kesehatan, penduduk akan tetap sulit menjangkau pelayanan kesehatan.
Oleh karena itu dimensi kedua dari universal health coverage adalah akses yang
merata bagi semua penduduk dalam memperoleh pelayanan kesehatan.
Secara implicit pengertian ini mengandung implikasi perlu tersedianya
fasilitas dan tenaga kesehatan agar penduduk yang menjadi peserta jaminan
kesehatan benar-benar dapat memperoleh pelayanan kesehatan. Ketiga, universal
coverage juga berarti bahwa proporsi biaya yang dikeluarkan secara langsung
oleh masyarakat (out of pocket payment) makin kecil sehingga tidak mengganggu
keuangan peserta (financial catastrophic) yang menyebabkan peserta menjadi
miskin.

Universitas Sumatera Utara

WHO merumuskan tiga dimensi dalam pencapaian universal coverage
yang digambarkan melalui gambar kubus berikut:
Ketiga dimensi universal coverage menurut WHO adalah (1) seberapa besar
persentase penduduk yang dijamin; (2) seberapa lengkap pelayanan yang dijamin,
serta (3) seberapa besar proporsi biaya langsung yang masih ditanggung oleh

Sumber: WHO, The World Health Report (2010)
Gambar 2.2 Dimensi Universal Health Coverage
penduduk. Dimensi pertama adalah jumlah penduduk yang dijamin. Dimensi
kedua adalah layanan kesehatan yang dijamin, misalnya apakah hanya layanan di
rumah sakit atau termasuk juga layanan rawat jalan. Dimensi ketiga adalah
proporsi biaya kesehatan yang dijamin. Makin banyak dana yang tersedia, makin
banyak pula penduduk yang terlayani, makin komprehensif paket pelayanannya
serta makin kecil proporsi biaya yang harus ditanggung penduduk. Alokasi atau
pengumpulan dana yang terbatas berpengaruh terhadap komprehensif tidaknya
pelayanan yang dijamin serta proporsi biaya pengobatan/perawatan yang dijamin
(Mundiharno, 2012).

Universitas Sumatera Utara

Indonesia berupaya mencapai universal coverage dalam tiga dimensi
tersebut secara bertahap. Prioritas pertama dalam pencapaian universal coverage
adalah perluasan penduduk yang dijamin, yaitu agar semua penduduk terjamin
sehingga setiap penduduk yang sakit tidak menjadi miskin karena beban biaya
berobat yang tinggi. Langkah berikutnya adalah memperluas layanan kesehatan
yang dijamin agar setiap orang dapat memenuhi kebutuhan medis (yang berarti
pula makin komprehensif paket manfaatnya). Dan terakhir adalah peningkatan
biaya medis yang dijamin sehingga makin kecil proporsi biaya langsung yang
ditanggung penduduk. Sesuai dengan pengalaman masa lalu dan pengalaman
penyediaan jaminan kesehatan untuk pegawai negeri, Indonesia menghendaki
jaminan kesehatan untuk semua penduduk (dimensi I), menjamin semua penyakit
(dimensi II) dan porsi biaya yang menjadi tanggungan penduduk (peserta) sekecil
mungkin.
Cepat tidaknya pencapaian universal coverage melalui asuransi kesehatan
sosial (social health insurance) diperngaruhi oleh beberapa faktor. Carrin dan
James Sebagaimana dikutip oleh Mundiharno (2012) menyebut ada lima faktor
yang mempengaruhi cepat lambatnya suatu negara mencapai universal coverage.
Pertama, tingkat pendapatan penduduk. Makin tinggi tingkat pendapatan
penduduk makin tinggi kemampuan penduduk dan juga majikan dalam membayar
iuran (premi). Kedua, struktur ekonomi negara terutama berkaitan dengan
besarnya proporsi sektor formal dan informal.
Ketiga, distribusi penduduk negara. Distribusi penduduk yang tersebar
luas ke berbagai wilayah menyebabkan biaya administrasi penyelenggaraan yang

Universitas Sumatera Utara

lebih tinggi dibanding kalau penduduknya terpusat pada daerah-daerah tertentu.
Keempat, kemampuan negara dalam mengelola asuransi kesehatan sosial.
Penyelenggaraan jaminan kesehatan memerlukan sumberdaya terampil yang
memadai. Kelima faktor tersebut perlu diperhatikan oleh pemerintah dalam
membuat pedoman dan aturan (stewardship) dalam mencapai universal health
coverage melalui asuransi kesehatan sosial (SHI).
Upaya pemerintah Indonesia dalam mencapai universal health coverage
dilakukan dengan cara menerbitkan UU No 24 Tahun 2011 tentang BPJS.
Undang-undang tersebut merupakan badan hukum yang dibentuk untuk
menyelenggarakan program jaminan sosial yang merupakan badan hukum publik.
Dalam pasal 5 ayat 2 UU No 24 Tahun 2011 tentang BPJS menyebutkan bahwa
terdapat dua jaminan sosial yaitu BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.
PT Askes (persero) bertrasformasi menjadi BPJS Kesehatan. BPJS
kesehatan ini mulai menyelenggarakan jaminan kesehatan terhitung sejak awal
bulan Januari 2014. Sedangkan PT Jamsostek (persero) bertransformasi menjadi
BPJS Ketenagakerjaan paling lambat bulan Juli 2015 dengan menyelenggarakan
program jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiin dan jaminan
kematian. Secara ringkas trasformasi PT Askes dan PT Jamsostek menjadi BPJS
Kesehatan dan ketenagakerjaan dapat dilihat pada gambar berikut :

Universitas Sumatera Utara

PT Jamsostek

BPJS
Ketenagakerjaan

Program
1.Jaminan
Kecelakaan Kerja
2.Jaminan Hari Tua
3.Jaminan Pensiun
4.Jaminan Kematian

BPJS Kesehatan

Program Jaminan
Kesehatan

Bertransformasi

PT Akses
Sumber:

Diadaptasi dari Peraturan BPJS No 1 2014
Gambar 2.3 Trasformasi BPJS Kesehatan dan Ketenagakerjaan
2.3

Peserta Mandiri atau Pekerja Bukan Penerima Upah
Pekerja Bukan Penerima Upah adalah setiap orang yang bekerja atau

berusaha atas risiko sendiri.
2.3.1. Tata Cara Pendaftaran Peserta Mandiri
Untuk memudahkan masyarakat sebagai peserta BPJS, BPJS memberikan
pelayanan dalam melakukan pendaftaran. Dalam pendaftaran JKN dapat
dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu pendaftaran secara manual yang dapat
dilakukan secara langsung ke kantor BPJS terdekat atau dapat juga melalui
pendaftaran yang dilakukan secara online yaitu dengan mengakses melalui situs
http://bpjskesehatan.go.id/.
a) Pendaftaran secara Online
Untuk pendaftaran secara online terdapat beberapa hal yang perlu dipersiapkan.
Hal-hal yang harus dipersiapkan sebelum Pendaftaran Peserta BPJS
Kesehatan secara Online, yaitu:
1. Kartu Tanda Penduduk

Universitas Sumatera Utara

2. Kartu Keluarga
3. Kartu NPWP
4. Alamat E-mail dan nomor telpon yang bisa dihubungi
Calon Peserta mengisi isian secara lengkap (Nama, Tanggal lahir,Alamat,
Email dll). Setelah menyimpan Data, Sistem akan mengirimkan email
pemberitahuan nomor registrasi ke alamat email sesuai dengan yang diisikan oleh
calon peserta agar e- ID dapat digunakan/aktif, calon peserta agar melakukan
pembayaran di bank. Pembayaran Iuran harus dilakukan tidak melewati 24 jam
sejak pendaftaran. Setelah Calon Peserta melakukan pembayaran di bank, maka
peserta dapat mencetak e-ID dengan link yang terdapat pada email pemberitahuan.
b) Pendaftaran secara manual
Sedangkan untuk pendaftaran secara langsung di kantor BPJS yang perlu
dipersiapkan, yaitu:
1.

Calon peserta melakukan proses antrian dan pendaftaran ke BPJS Kesehatan
dengan mengisi formulir daftar isian peserta dan menunjukkan kartu identitas
(KTP, SIM, KK atau paspor);

2.

BPJS Kesehatan memberikan informasi tentang virtual account calon peserta.
Virtual account berlaku untuk masing-masing individu calon peserta.
Kemudian calon peserta melakukan pembayaran ke bank dengan virtual
account yang sudah diberikan BPJS Kesehatan;

3.

Peserta melakukan konfirmasi pembayaran iuran pertama ke BPJS
Kesehatan;

4.

BPJS Kesehatan memberikan kartu BPJS Kesehatan kepada peserta;

Universitas Sumatera Utara

Peserta
datang ke
kantor BPJS

Mengisi formulir
dan menyerahkan
persyaratan

Pembayaran iuran
oleh peserta di
bank: setor tunai,
transfer via ATM,
Autodebet

Verifikasi dan
perekaman data
oleh petugas BPJS
Kesehatan

Pencetakan virtual
account

Pencetakan dan
penyerahan
kartu peserta
BPJS
Kesehatan
Gambar 2.4 Prosedur Pendaftaran Peserta Mandiri dan Masyarakat Umum
2.3.2. Sistem Pendaftaran Peserta Mandiri
Pendaftaran Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta Bukan Pekerja
dilakukan sendiri oleh yang bersangkutan kepada BPJS Kesehatan. Pekerja Bukan
Penerima Upah dan Peserta Bukan Pekerja dilakukan di kantor BPJS Kesehatan
yang wilayah kerjanya meliputi daerah tempat calon peserta berdomisili atau
melalui pihak ketiga yang ditunjuk BPJS Kesehatan.
1.

Pendaftaran secara kolektif :
a. Mengisi dan menyerahkan Formulir Daftar Isian Peserta serta
melampirkan Pas foto berwarna terbaru ukuran 3 cm x 4 cm masingmasing 1 (satu) lembar.
b. Pendaftaran secara berkelompok kolektif disampaikan dalam bentuk
format data yang disepakati.

Universitas Sumatera Utara

2.

Pendaftaran secara perorangan
a. Pekerja diluar Hubungan Kerja atau Pekerja Mandiri;
Mengisi Formulir Daftar Isian Peserta (FDIP) serta melampirkan pas foto

terbaru masing-masing 1 (satu) lembar ukuran 3 cm x 4 cm (kecuali bagi anak
usia balita), serta menunjukkan/memperlihatkan dokumen sebagai berikut :
1) Asli/foto copy Kartu Keluarga dan KTP (diutamakan KTP elektronik);
2) Fotocopy surat nikah
3) Fotocopy akte kelahiran anak/surat keterangan lahir yang menjadi
tanggungan.
4) Bagi WNA menunjukan Kartu Ijin Tinggal Sementara/ Tetap
(KITAS/KITAP).
b. Kelompok Paguyuban/Koperasi/Asosiasi;
Mengisi Formulir Daftar Isian Peserta (FDIP) dengan melampirkan pas
foto terbaru masing-masing 1 (satu) lembar ukuran 3 cm x 4 cm (kecuali bagi
anak usia balita), serta menunjukkan/ memperlihatkan dokumen sebagai berikut :
1) Asli / fotocopy Kartu Keluarga dan KTP (diutamakan KTP elektronik);
2) Bagi WNA menunjukkan Kartu Ijin Tinggal Sementara/ Tetap
(KITAS/KITAP). (Peraturan BPJS No 1 tahun 2014)
2.3.3. Iuran
Iuran Jaminan Kesehatan bagi Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan
peserta bukan Pekerja dibayar oleh Peserta yang bersangkutan.

Universitas Sumatera Utara

Iuran bagi kerabat lain dari pekerja penerima upah (seperti saudara
kandung/ipar, asisten rumah tangga, dll); peserta pekerja bukan penerima upah
serta iuran peserta bukan pekerja adalah sebesar:
a. Sebesar Rp.25.500,- (dua puluh lima ribu lima ratus rupiah) per orang per bulan
dengan manfaat pelayanan di ruang perawatan Kelas III.
b. Sebesar Rp.42.500 (empat puluh dua ribu lima ratus rupiah) per orang per bulan
dengan manfaat pelayanan di ruang perawatan Kelas II.
c. Sebesar Rp.59.500,- (lima puluh sembilan ribu lima ratus rupiah) per orang per
bulan dengan manfaat pelayanan di ruang perawatan Kelas I.
Ketentuan tersebut diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:
1. Iuran Jaminan Kesehatan bagi Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan
Peserta bukan Pekerja:
a. Sebesar Rp.25.500,- (dua puluh lima ribu lima ratus rupiah) per orang per bulan
dengan manfaat pelayanan di ruang perawatan Kelas III.
b. sebesar Rp 51.000,00 (lima puluh satu ribu rupiah) per orang per bulan dengan
Manfaat pelayanan di ruang perawatan Kelas II.
c. sebesar Rp 80.000,00 (delapan puluh ribu rupiah) per orang per bulan dengan
Manfaat pelayanan di ruang perawatan Kelas I.
2. Ketentuan besaran Iuran Jaminan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) mulai berlaku pada tanggal 1 April 2016. (UU No. 19 Tahun 2016)
Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah membayar iuran Jaminan
Kesehatan bagi Pekerja dan dirinya dan menyetorkannya kepada BPJS Kesehatan
paling lambat tanggal 10 (sepuluh) setiap bulan. Penyetoran ke rekening Virtual

Universitas Sumatera Utara

Account yang diberikan oleh BPJS Kesehatan pada saat pendaftaran. Pembayaran
Iuran dapat dilakukan untuk masa waktu 1 (satu) bulan, 3 (tiga) bulan, 6 (enam)
bulan dan 1 (satu) tahun. Ketentuan lebih lanjut mengenai prosedur dan tata cara
pembayaran iuran bagi Pekerja Bukan Penerima Upah dan Bukan Pekerja diatur
dengan Peraturan Direksi BPJS Kesehatan. (Peraturan BPJS No 1 tahun 2014)
2.3.4. Verifikasi dan Identitas Peserta
Verifikasi dan identifikasi peserta dilakukan oleh BPJS Kesehatan setelah
menerima data yang diajukan oleh calon peserta. Dalam hal data belum lengkap
dan/atau tidak benar, BPJS Kesehatan dalam waktu paling lama 10 (sepuluh) hari
kerja harus memberitahukan kepada calon peserta untuk menyampaikan data
secara lengkap dan benar.
Calon peserta dalam jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) hari kerja
sejak diterimanya pemberitahuan harus menyampaikan kembali data secara
lengkap dan benar kepada BPJS Kesehatan. Apabila berdasarkan hasil verifikasi
data calon peserta sudah dinyatakan lengkap dan benar, BPJS Kesehatan
menerbitkan Kartu Identitas Peserta Jaminan Kesehatan.
Kartu Identitas Peserta Jaminan Kesehatan paling sedikit memuat:
a. nomor kepesertaan;
b. nama peserta;
c. tanggal lahir
d. nomor induk kependudukan;
e. nama fasilitas kesehatan tingkat pertama yang bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan dan dipilih oleh calon peserta.

Universitas Sumatera Utara

f. tanggal penerbitan kartu.
2.3.5. Hak dan Kewajiban Peserta
Hak dan kewajiban setiap peserta menjamin terselenggaranya Jaminan
Kesehatan oleh BPJS Kesehatan kepada peserta.
1. Hak peserta :
a. mendapatkan identitas peserta;
b. mendapatkan Nomor Virtual Account ;
c. memilih fasilitas kesehatan tingkat pertama yang bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan;
d. memperoleh manfaat Jaminan Kesehatan;
e. menyampaikan pengaduan kepada Fasilitas Kesehatan dan/atau BPJS
Kesehatan yang bekerja sama;
f. mendapatkan informasi pelayanan kesehatan; dan
g. mengikuti program asuransi kesehatan tambahan.
Virtual Account adalah nomor rekening virtual yang disediakan oleh BPJS
Kesehatan untuk entitas dan perorangan sebagai rekening tujuan dalam
pembayaran iuran Jaminan Kesehatan.
Manfaat Jaminan Kesehatan mencakup pelayanan promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif termasuk pelayanan obat, alat kesehatan dan bahan medis
habis pakai sesuai dengan kebutuhan medis yang diperlukan dan dilakukan oleh
penyelenggara pelayanan kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan.
2. Kewajiban peserta:
a. membayar iuran;

Universitas Sumatera Utara

b. melaporkan perubahan data kepesertaan;
c. melaporkan perubahan status kepesertaan; dan
d. melaporkan kerusakan dan/atau kehilangan kartu identitas Peserta Jaminan
Kesehatan. (Peraturan BPJS No.1 Tahun 2014)
2.3.6. Perubahan Data dan Status Kepesertaan
Perubahan data dan status kepesertaan terjadi pada setiap peserta wajib
dilaporkan kepada BPJS Kesehatan.
Perubahan data kepesertaan dapat meliputi:
a. fasilitas kesehatan tingkat pertama;
b. tempat tinggal;
c. tempat bekerja dan/atau identitas Pemberi Kerja baru;
d. golongan kepegawaian;
e. jenis kepesertaan;
f. susunan keluarga dan/atau jumlah peserta; dan
g. anggota keluarga tambahan.
Segala kerugian dan/atau biaya yang terjadi akibat keterlambatan dan/atau
kelalaian pelaporan perubahan data Peserta Jaminan Kesehatan menjadi beban
Peserta. Perubahan status kepesertaan dari Peserta PBI Jaminan Kesehatan
menjadi Bukan Peserta PBI Jaminan Kesehatan dilakukan pada saat Peserta
membayar iuran untuk pertama kali.
Perubahan status kepesertaan dari Peserta Bukan PBI Jaminan Kesehatan
menjadi Peserta PBI Jaminan Kesehatan dapat dilakukan bagi:

Universitas Sumatera Utara

a. Peserta Bukan PBI Jaminan Kesehatan yang mengalami cacat total tetap dan
tidak mampu;
b. Peserta Bukan PBI Jaminan Kesehatan yang mengalami PHK dan tidak
mendapatkan pekerjaan kembali dalam waktu 6 (enam) bulan dan dinyatakan
tidak mampu untuk menjadi peserta bukan PBI Jaminan Kesehatan.
Perubahan status kepesertaan dari Peserta Bukan PBI Jaminan Kesehatan
menjadi Peserta PBI Jaminan Kesehatan dilakukan dengan cara:
a. Peserta bukan PBI Jaminan Kesehatan yang mengalami cacat total melaporkan
kondisi kecacatannya kepada Pemerintah Daerah setempat dengan menyertakan
keterangan tingkat dan jenis kecacatannya dari dokter yang berwenang;
b. Peserta bukan PBI Jaminan Kesehatan yang mengalami Pemutusan Hubungan
Kerja dan tidak mendapatkan pekerjaan kembali dalam waktu 6 (enam) bulan
melaporkan kepada Pemerintah Daerah setempat dengan menyertakan surat
keterangan tidak mampu dari pejabat yang berwenang.
Pemerintah Daerah melakukan pendataan atas laporan perubahan status
kepesertaan dari Peserta Bukan PBI Jaminan Kesehatan menjadi Peserta PBI
Jaminan Kesehatan.
Pemerintah Daerah mengusulkan perubahan status kepesertaan dari
Peserta Bukan PBI Jaminan Kesehatan menjadi Peserta PBI Jaminan Kesehatan
kepada Menteri yang menyelengarakan urusan pemerintahan di bidang sosial.
Menteri yang menyelengarakan urusan pemerintahan di bidang sosial
melakukan verifikasi atas perubahan status kepesertaan dari Peserta Bukan PBI

Universitas Sumatera Utara

Jaminan Kesehatan menjadi Peserta PBI Jaminan Kesehatan yang diusulkan oleh
Pemerintah Daerah.(Peraturan BPJS no. 1 Tahun 2014)
2.4.

Kerangka Pikir

Pendapatan
Masyarakat
Kelengkapan
Persyaratan
Administrasi:
-Kartu
Keluarga
- KTP
- Buku
rekening

Rendahnya
Demand Peserta
Mandiri BPJS
Peserta Harus
Mendaftar Sendiri
- Harus mendaftar
seluruh anggota
keluarga yang
terdaftar di KK

Cakupan
Peserta
Mandiri
BPJS

Determinan
lain rendahnya
pendaftaran

Gambar 2.5 Kerangka Pikir
Berdasarkan

gambar

diatas

yaitu

hasil

pendapatan

masyarakat,

kelengkapan persyaratan administrasi (peserta harus membawa Kartu Keluarga,
mempunyai KTP elektronik, buku rekening), peserta harus mendaftar sendiri
(harus mendaftar seluruh keluarga yang terdaftar di kartu keluarga dan mendaftar

Universitas Sumatera Utara

sendiri tidak diwakilkan oleh orang yang tidak terdaftar dalam kartu keluarga)
serta determinan lain yang mempengaruhi rendahnya pendaftaran memengaruhi
rendahnya demand masyarakat menjadi peserta mandiri BPJS untuk mencakup
peserta BPJS yang lebih banyak lagi.

Universitas Sumatera Utara