Pemetaan Status Hara P dan K Pada Lahan Pertanian Di Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Berbicara tentang kesejahteraan sosial sudah pasti berkaitan dengan seluruh
aspek kehidupan masyarakat, baik dari segi ekonomi, sosial, politik, pendidikan,
kesehatan, dan aspek-aspek lainnya. Aspek-aspek ini saling berkaitan satu dengan
yang lain dan berperan penting dalam menentukan tingkat kesejahteraan masyarakat.
Selain itu, aspek-aspek ini sangat mempengaruhi keberhasilan pembangunan
kesejahteraan sosial yang berorientasi pada indikator keberfungsian sosial. Indikator
keberfungsian sosial ini mencakup kemampuan memenuhi kebutuhan dasar,
melaksanakan peran sosial dan menghadapi tekanan kehidupan. Sehingga, apa yang
diharapkan dari kehidupan bermasyarakat akan terwujud secara baik, adil dan
merata.
Salah satu aspek kehidupan masyarakat yang masih menjadi masalah pada
masa sekarang ini adalah kesehatan. Kesehatan erat kaitannya dengan kemiskinan
dan saling mempengaruhi satu sama lain. Kemiskinan sudah pasti mempengaruhi
derajat kesehatan masyarakat. Masyarakat dalam hal ini, khususnya masyarakat
miskin sangat rentan terhadap penyakit-penyakit yang menganggu kesehatannya. Hal
ini dapat disebabkan oleh, antara lain : kurangnya gizi dalam makanan yang
dikonsumsi, lingkungan pemukiman yang tidak sehat, perilaku kesehatan yang

buruk, pengetahuan tentang konsep sehat yang kurang, serta biaya pemeliharaan
kesehatan untuk diri sendiri dan keluarga yang kurang.
Kesehatan juga mempengaruhi kemiskinan. Kesehatan masyarakat sangat
penting untuk diperhatikan sebab konsep ‘sehat’ itu mahal harganya. Kesehatan

1
Universitas Sumatera Utara

masyarakat yang baik akan menekan tingkat kemiskinan masyarakat sebab orang
yang sehat akan berpikiran lebih maju, tingkat produktivitas kerja yang tinggi,
rendahnya kerentanan terhadap penyakit-penyakit yang berbahaya, sehingga
pengeluaran untuk berobat pun semakin berkurang. Masyarakat yang sehat juga
sudah pasti dikategorikan sebagai masyarakat yang sejahtera, karena dapat
melaksanakan fungsi sosialnya dengan baik. Sebaliknya, apabila masyarakat sakit,
tentu mereka tidak dapat melakukan aktivitas yang produktif, artinya tidak dapat
memenuhi kebutuhan pokok secara layak dan menjalankan fungsi sosialnya dengan
baik yang berujung pada tingkat kesejahteraan yang rendah.
Kesehatan sebagai suatu investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi
serta memiliki peran penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Sumber daya manusia yang berkualitas akan sangat mendukung pembangunan

kesejahteraan sosial masyarakat. Kesejahteraan sosial masyarakat yang tinggi tentu
akan berbanding lurus dengan semakin meningkatnya pembangunan ekonomi
masyarakat. Hal ini dikarenakan

salah

satu

indikator masyarakat dikatakan

sejahtera adalah dilihat dari sisi pertumbuhan ekonomi negaranya.
Salah satu indikator derajat kesehatan yaitu dilihat dari jumlah Angka
Kematian Ibu (AKI). Bedasarkan data terakhir yang diperoleh dari Survei Demografi
dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada September 2013, diperoleh fakta yang
mengejutkan mengenai AKI di Indonesia. SDKI memberikan hasil AKI mencapai
359/100.000 kelahiran hidup. Rata-rata ini jauh melonjak dibanding hasil SDKI
tahun 2007 yang mencatat angka 228/100.000 kelahiran hidup (www.beritasatu.com
/kesra/1474343-angka-kematian-ibu-dan - bayi - meningkat- tajam.html, di akses
pada tanggal 20 oktober 2015, Pukul 15:34 Wib).


2
Universitas Sumatera Utara

Menurut data yang diperoleh dari World Health Organization (WHO), AKI
di Indonesia mencapai 9.900 orang dari 4,5 juta keseluruhan kelahiran pada tahun
2012. Berdasarkan data yang dimiliki oleh WHO, Indonesia berada di peringkat
ketiga tertinggi untuk angka kematian ibu di negara ASEAN. Peringkat pertama
ditempati oleh Laos dengan 470 kematian ibu per 100.000 kelahiran. Sementara
angka kematian paling kecil dimiliki oleh Singapura dengan 3 kematian per 100.000
kelahiran (http://health.detik.com/read angka - kematian -ibu - tinggi – bkkbn –
serukan – 4 – jangan – dan – 3 - terlambat diakses pada tanggal 18 Oktober 2015
pukul 10:24 Wib).
Berdasarkan
merupakan

pernyataan

tersebut,

diketahui


bahwasanya

kesehatan

unsur yang penting untuk mencapai kesejahteraan masyarakat.

Kesehatan juga merupakan unsur yang harus dimiliki oleh setiap individu dalam
kehidupannya. Namun, masih banyak masyarakat dunia khususnya masyarakat
Indonesia yang belum mencapai derajat kesehatan yang memenuhi standar. Terutama
masyarakat Indonesia yang miskin, kurang mampu dan hidup di daerah terpencil
sangat jauh dari konsep sehat yang sesungguhnya.
Pemerintah dalam memberikan pelayanan kesehatan yang merata kepada
seluruh masyarakat Indonesia, selalu mengedepankan pelayanan kesehatan yang
terbaik. Asuransi ataupun jaminan kesehatan merupakan suatu bentuk perlindungan
sosial yang dilakukan pemerintah untuk menjamin seluruh rakyat dalam menghadapi
resiko yang disebabkan oleh gangguan kesehatan. Ada beberapa asuransi ataupun
jaminan sosial kesehatan yang telah dilaksanakan oleh pemerintah dalam rangka
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, antara lain : Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan Masyarakat Miskin (JPKMM) 2005 atau lebih dikenal dengan Program

Asuransi Kesehatan Masyarakat Miskin (ASKESKIN). Program ini diselenggarakan

3
Universitas Sumatera Utara

oleh PT. Asuransi Kesehatan (ASKES), namun program ini tidak berjalan dengan
baik. Karena Program Asuransi Kesehatan Masyarakat Miskin tidak berjalan dengan
baik, maka pemerintah membuat program baru yaitu program Jaminan Kesehatan
Masyarakat (JAMKESMAS) yang juga diselenggarakan oleh PT. ASKES.
JAMKESMAS merupakan bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan bagi fakir
miskin dan tidak mampu yang iurannya dibayar oleh pemerintah, diselenggarakan
sejak tahun 2008. Dalam pelaksanaannya, namun sekali lagi program JAMKESMAS
seringkali tidak tepat sasaran.
Pelayanan program JAMKESMAS yang belum tepat sasaran, memunculkan
program jaminan kesehatan lain yaitu Jaminan Kesehatan Daerah (JAMKESDA).
JAMKESDA merupakan bantuan pembayaran biaya pelayanan kesehatan yang
diberikan pemerintah daerah kepada masyarakat yang belum memiliki jaminan
kesehatan, baik itu JAMKESMAS, ASKES dan jaminan kesehatan lainnya. Akan
tetapi, lagi-lagi program jaminan kesehatan yang dibentuk masih belum menjangkau
seluruh lapisan masyarakat. Akses pelayanan kesehatan yang diberikan JAMKESDA

tidak menjangkau seluruh Indonesia mengingat peserta program JAMKESDA hanya
mendapatkan keuntungan di daerahnya sendiri. Sehingga, pelayanan kesehatan yang
dinikmati oleh masyarakat sangat terbatas.
Sistem jaminan kesehatan yang ada tidak menjangkau seluruh penduduk
Indonesia, sehingga muncul ide untuk menerapkan Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN). Jaminan Kesehatan Nasional adalah bentuk perlindungan sosial untuk
menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang
layak. Jaminan Kesehatan Nasional yang dikembangkan di Indonesia merupakan
bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang diselenggarakan dengan
menggunakan mekanisme asuransi kesehatan nasional yang bersifat wajib. Hal ini
4
Universitas Sumatera Utara

berdasarkan UU No. 40 tahun 2004 tentang SJSN yang disahkan oleh Presiden
Megawati pada tanggal 19 Oktober 2004.
Jaminan

Kesehatan

Nasional


(JKN)

diselenggarakan

oleh

Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan sejak tanggal 1 Januari 2014 sesuai
dengan UU No. 24 tahun 2011 tentang BPJS. BPJS Kesehatan sebelumnya bernama
ASKES dikelola oleh PT. ASKES Indonesia, merupakan Badan Usaha Milik Negara
yang ditugaskan khusus oleh pemerintah untuk menyelenggarakan jaminan
pemeliharaan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia. Sasaran dari program JKN ini
terutama untuk Pegawai Negeri Sipil, Penerima Pensiun PNS dan TNI/POLRI,
Veteran, Perintis Kemerdekaan beserta keluarganya dan Badan Usaha lainnya, atau
seluruh rakyat biasa. Menurut info BPJS Kesehatan, jumlah masyarakat Indonesia
yang menjadi peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) terus meningkat. Tanggal
16 Oktober 2015, jumlah peserta JKN sudah mencapai 153 juta lebih
(http://www.bpjs-kesehatan.go.id/bpjs diakses pada tanggal 21 Oktober 2015 pukul

20:34 WIB).
Sejak awal diselenggarakannya program Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial Kesehatan, Pemerintah mewajibkan semua penduduk menjadi peserta Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Kewajiban menjadi peserta pada
satu sisi memberi manfaat. Namun di sisi lain, program Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial Kesehatan memiliki banyak masalah yang hingga kini belum teratasi.
Menjadi peserta Badan Peserta Jaminan Sosial Kesehatan menguntungkan,
karena beberapa hal. Jika dibandingkan asuransi kesehatan swasta, BPJS Kesehatan
jelas lebih murah. Premi untuk kelas I hanya 59 ribu, kelas II 42 ribu, dan kelas III
25 ribu. Selain itu, Pelayanan Kesehatan Program BPJS Kesehatan juga lengkap
mencakup rawat inap, rawat jalan, kehamilan dan melahirkan; termasuk jika harus
5
Universitas Sumatera Utara

melahirkan secara caesar. Selain itu Penyakit bawaan yang biasanya tidak
ditanggung asuransi swasta, dijamin sepenuhnya oleh BPJS Kesehatan. BPJS
Kesehatan juga tidak menyaratkan batasan plafond; biaya maksimal yang ditanggung
penyedia asuransi.
Meski begitu, tidak berarti BPJS Kesehatan bebas masalah. Justru yang
banyak terdengar sejak program ini dijalankan masalah demi masalah terus muncul.

Beberapa di antaranya Proses yang panjang dan melelahkan. Dalam BPJS Kesehatan
berlaku sistem rujukan berjenjang. Untuk berobat menggunakan BPJS kita tidak bias
langsung datang ke rumah sakit, separah apa pun sakit yang derita. Peserta BPJS
Kesehatan harus terlebih dahulu datang ke fasilitas kesehatan tingkat pertama (faskes
I), yaitu puskesmas, klinik atau dokter keluarga, yang sudah ditunjuk oleh BPJS
Kesehatan. Untuk ke rumah sakit kita butuh rujukan dari faskes I. Selain itu rumah
sakitnya tidak boleh pilih-pilih sesuka hati. Tapi rumah sakit yang menjadi rekanan
BPJS Kesehatan. Selain itu keputusan rujukan itu sepenuhnya berada di tangan
Faskes I. Faskes I itu pun harus yang sudah ditunjuk BPJS Kesehatan untuk masingmasing peserta. Bagi orang yang sering bepergian ketentuan ini bermasalah. Kita
tidak pernah tau akan sakit kapan di kota mana. Untuk mendapat layanan BPJS
Kesehatan kita harus pulang ke Faskes I yang telah ditentukan.
Terbatasnya rumah sakit rekanan BPJS Kesehatan. Rumah sakit swasta yang
dikenal punya pelayanan bagus biasanya bukan rekanan BPJS Kesehatan. Peserta
BPJS Kesehatan karenanya hanya bisa berharap mendapat pelayanan bagus. Karena
itu juga, tidak heran banyak peserta BPJS Kesehatan banyak yang tetap berobat di
rumah sakit bukan rekanan. Dan itu berarti harus mengeluarkan biaya tambahan
selain iuran BPJS Kesehatan yang telah mereka keluarkan. Selain itu juga Biaya
Tambahan dan Penolakan Rumah Sakit. Peserta BPJS Kesehatan jangan pernah
6
Universitas Sumatera Utara


berharap semua biaya berobatnya ditanggung penuh. Sebab biaya berobat dan
perawatan peserta BPJS Kesehatan adalah sistem paket yang disepakati antara pihak
BPJS dan rumah sakit rekanan. Maksudnya apabila biaya penanganan dan perawatan
melebihi paket yang telah disepakati, maka sisa biaya ditanggung oleh peserta BPJS
Kesehatan itu sendiri.
Inilah yang sering terjadi di lapangan. Banyak peserta mengeluh kenapa
mereka masih dikenakan biaya padahal menggunakan BPJS Kesehatan. Mereka tidak
tahu tentang biaya paket itu dan banyak rumah sakit tidak terbuka mengenai besaran
biaya yang bisa ditanggung BPJS Kesehatan.
Selain itu masih banyak permasalahan tentang adanya pasien peserta BPJS
Kesehatan yang ditolak rumah sakit. Alasannya macam-macam, seperti tidak tersedia
kamar, penyakit yang diderita pasien tidak termasuk yang ditanggung BPJS
Kesehatan, dan lain-lain.
Keadaan tersebut tentu sangat memprihatinkan. Bayangkan jika itu terjadi
pada pasien yang benar-benar butuh pertolongan, sementara dia hanya punya kartu
BPJS Kesehatan. Masalahnya memang bukan hanya berasal dari rumah sakit tapi
juga pemerintah. Seperti banyaknya rumah sakit menolak memberi pelayanan karena
biaya yang harus mereka keluarkan lebih besar daripada yang didapat dari BPJS
Kesehatan. Selain itu, banyak rumah sakit juga mengeluh penggantian dari

pemerintah sangat lamban, sehingga mengganggu operasional rumah sakit.
(http://www.kompasiana.com/dikicu/buruknya-pelayanan-bpjs, diakses pada tanggal
30 Oktober 2015, pukul 21.55 wib).
Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) BPJS Kesehatan dilaksanakan
di seluruh provinsi Indonesia, salah satunya yaitu Provinsi Sumatera Utara. Jumlah
kepesertaan masyarakat Sumatera Utara pada Program Jaminan Kesehatan Nasional

7
Universitas Sumatera Utara

yang dikelola oleh BPJS Kesehatan saat ini menembus angka 7,71 Juta jiwa. Dari
jumlah

tersebut,

504.936

jiwa

diantaranya

adalah

peserta

mandiri.

(http://www.analisadaily.com/news, diakses pada tanggal 19 Oktober 2015 pukul
14:37 Wib).
Salah satu daerah di Sumatera Utara yang memiliki permasalahan kesehatan,
yaitu Kabupaten Batubara. Kabupaten Batubara merupakan hasil pemekaran dari
Kabupaten Asahan dan beribukota di Kecamatan Limapuluh yang merupakan salah
satu dari 16 kabupaten dan kota baru yang dimekarkan dalam kurun tahun 2006.
Hampir keseluruhan wilayah batubara terletak di daerah Pesisir. Keterbatasan dana,
keterbatasan sarana dan prasarana, kondisi sosial ekonomi, dan aspek kultural
masyarakat pesisir juga memberi kontribusi pada masalah-masalah kesehatan yang
dihadapi di wilayah pesisir tersebut.
Kabupaten Batubara termasuk kabupaten yang memiliki keterlambatan dalam
pembangunan serta perkembangan masyarakatnya di Sumatera Utara Beberapa
permasalahan kesehatan yang dihadapi Kabupaten Batubara adalah ISPA, Peyakit
Tekanan Darah Tinggi, Reumatik, Gastritis, diare, Penyakit Kulit Alergi dan
penyakit Saluran pencernaan. Permasalahan Angka Kematian Ibu (AKI) juga
merupakan permasalahan kesehatan yang ada di Kabupaten Batubara. Berdasarkan
data yang diperoleh pada tahun 2012, AKI di Kabupaten Batubara masih tinggi yaitu
16 Kematian ibu dari 7873 kelahiran hidup. Selain itu, anak-anak banyak yang
menderita gizi buruk dan gizi kurang (dinkes.batubarakab.go.id/angka-kematianmortalitas, di akses Pada tanggal 19 Oktober 2015 pada pukul 19:45 Wib).
Program BPJS Kesehatan dilaksanakan di seluruh kabupaten/kota di Seluruh
Indonesia, tidak terkecuali di daerah Pesisir termasuk Kabupaten Batubara. Program
ini memberikan jaminan pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang menjadi peserta
8
Universitas Sumatera Utara

BPJS Kesehatan. Pelayanan kesehatan dilaksanakan oleh Puskesmas / Rumah Sakit /
Klinik Umum.
Salah satu Rumah Sakit yang turut serta melaksanakan program Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) bagi peserta BPJS Kesehatan di Kabupaten Batubara
adalah Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Batubara Kabupaten Batubara.
RSUD Batubara adalah rumah sakit negeri kelas D. Rumah sakit ini bersifat
transisi dengan kemampuan hanya memberikan pelayanan kedokteran umum dan
gigi. RSUD ini juga menampung rujukan yang berasal dari puskesmas. Jumlah
tenaga dokter di RSUD ini tersedia sangat sedikit jika dibandingkan rata-rata Rumah
Sakit di Sumatera Utara. Dokter yang tersedia sebagian besar adalah dokter umum,
sedangkan dokter spesialis sangat sedikit.
Pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Nasional, RSUD Batubara ini
menjadi salah satu partner BPJS Kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan.
Pelayanan kesehatan yang diberikan yaitu pelayanan kesehatan jenjang kedua,
meliputi Rawat Jalan Tingkat Lanjutan (RJTL) dan Rawat Inap Tingkat Lanjutan
(RITL). Pelayanan kesehatan di RSUD diperlukan oleh kelompok masyarakat yang
memerlukan rawat inap, yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan
primer dari Puskesmas. Dalam pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN) ini masih diwarnai dengan banyaknya persoalan, antara lain kepesertaan yang
belum menyeluruh. Masih banyak masyarakat di Kabupaten Batubara yang belum
terdaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan. Hal ini disebabkan kurangnya sosialisasi
dari pihak BPJS mengenai kepesertaan wajib bagi seluruh masyarakat Kabupaten
batubara.
Pihak Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Batubara sebagai rumah sakit
milik pemerintah Kabupaten Batubara berusaha memberikan pelayanan kesehatan

9
Universitas Sumatera Utara

yang maksimal bagi seluruh masyarakat. Namun, dalam pelaksanaan pelayanan
kesehatan tersebut masih terdapat beberapa kekurangan disana sini, antara lain
kurangnya tenaga medis seperti dokter umum dan spesialis, bidan, perawat dan
tenaga medis lainnya, serta sarana dan prasarana kesehatan RSUD yang tidak
lengkap. Hal ini menyebabkan pelayanan kesehatan pihak RSUD belum memenuhi
standar pelayanan kesehatan yang layak bagi masyarakat. Selain itu, persediaan obatobatan yang kurang lengkap juga menjadi permasalahan yang serius dalam
pelaksanaan pelayanan kesehatan yang adil dan merata bagi seluruh masyarakat,
khususnya masyarakat Batubara.
Berdasarkan

info BPJS Kesehatan Batubara, jumlah penduduk Batubara

telah terdaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan Batubara sepanjang tahun 2014 yakni
berjumlah 12.380 jiwa. Bagi peserta BPJS Kesehatan, khususnya peserta BPJS
Kesehatan Mandiri, yaitu tergolong Peserta bukan Penerima Bantuan Iuran sebagai
pekerja bukan penerimah upah yang melakukan pekerjaan mandiri, pelayanan
kesehatan RSUD Batubara yang kurang baik akan merugikan mereka. Hal ini
disebabkan para peserta BPJS Kesehatan Mandiri membayar iuran wajib
peserta/orang/bulan. Iuran ini dibayar sesuai dengan kemampuan membayar dan
ruang kelas perawatan yang dipilih oleh peserta. Jadi, peserta akan merasa dirugikan
jika harus membayar iuran wajib peserta/orang/bulan sedangkan pihak RSUD tidak
maksimal dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi seluruh masyarakat,
khususnya peserta BPJS Kesehatan Mandiri.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis tertarik untuk meneliti
bagaimana Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Batubara sebagai salah satu partner
BPJS Kesehatan dalam pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Nasional yang
memberikan pelayanan kesehatan jenjang kedua bagi peserta BPJS Kesehatan,

10
Universitas Sumatera Utara

khususnya peserta BPJS Kesehatan Mandiri. Hasil dari penelitian ini akan
dituangkan dalam penelitian berjudul “Respon Peserta BPJS Kesehatan Mandiri
terhadap Pelayanan Kesehatan di RSUD Batubara Kabupaten Batubara”.
1.2 Perumusan Masalah
Masalah merupakan pokok dari suatu penelitian. Penelitian ini perlu
ditegaskan dan dirumuskan masalah yang diteliti. Berdasarkan latar belakang yang
telah diuraikan sebelumnya, maka penulis merumuskan permasalahan dalam
penelitian ini, yaitu : “Bagaimana Respon Peserta BPJS Kesehatan Mandiri terhadap
Pelayanan Kesehatan di RSUD Batubara Kabupaten Batubara ?”.
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
Respon Peserta BPJS Kesehatan Mandiri terhadap Pelayanan Kesehatan di RSUD
Batubara Kabupaten Batubara.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi dalam
rangka:
1. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang program Jaminan Kesehatan
Nasional yang dilaksanakan oleh BPJS Kesehatan dalam upaya peningkatan
derajat kesehatan masyarakat, khususnya masyarakat Kabupaten Batubara.
2. Memberikan kontribusi berupa kritik dan saran kepada pihak-pihak pelaksana
program Jaminan Kesehatan Nasional dengan mengetahui respon peserta
BPJS Kesehatan terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan oleh RSUD
Batubara Kabupaten batubara. Dengan demikian, program Jaminan
Kesehatan Nasional ini dapat dilaksanakan dengan lebih baik dari
sebelumnya.

11
Universitas Sumatera Utara

3. Bahan referensi bagi peneliti lain yang berhubungan dengan penelitian ini.
1.5 Sistematika Penulisan
Memudahkan memahami dan mengetahui isi yang terkandung dalam skripsi
ini, maka diperlukan sistematika. Sistematika Penulisan secara garis besarnya
dikelompokkan dalam enam bab, dengan urutan sebagai berikut:
BAB I

: PENDAHULUAN
Berisikan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penelitian.

BAB II

: TINJAUAN PUSTAKA
Berisikan uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah dan
objek yang diteliti, kerangka pemikiran, definisi konsep dan
definisioperasional

BAB III

: METODE PENELITIAN
Berisikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan
sampel penelitian, teknik pengumpulan data serta teknik analisis
data.

BAB IV

: DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Berisikan tentang sejarah singkat serta gambaran umum lokasi
penelitian dan data-data lain yang berhubungan dengan objek yang
akan diteliti.

BAB V

: ANALISIS DATA
Berisikan uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian beserta
dengan analisisnya.

12
Universitas Sumatera Utara

BAB VI

: PENUTUP
Berisikan tentang pokok-pokok kesimpulan dan saran-saran yang
perlu disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan
hasil penelitian.

13
Universitas Sumatera Utara