Rancangan Alat Pencacah Pelepah Sawit Dengan Metode Quality Function Deployment (QFD) untuk Meningkatkan Kualitas Produksi (Studi Kasus di Ukm Tani Sidorukun)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah
Pemanfaatan limbah pertanian sebagai pakan alternatif adalah salah satu
solusi untuk menanggulangi kekurangan pakan ternak. Pelepah sawit selama ini
hanya menjadi limbah yang dibiarkan membusuk di lapangan menjadi pilihan
untuk mengantisipasi berkurangnya ketersediaan pakan ternak. Kebun kelapa
sawit menghasilkan limbah berupa pelepah dan daun sawit yang memiliki potensi
prospektif sebagai penyedia pakan ternak sapi. Pemanenan kelapa sawit dilakukan
setiap 14 hari, yang setiap pohon menghasilkan sekitar 3 pelepah seberat 10 kg
perpelepah. Satu hektar lahan ditanami sekitar 148 pohon sehingga akan
dihasilkan 8.880 kg pelepah sawit setiap bulannya.
Pelepah sawit memerlukan sentuhan teknologi lebih lanjut atau diolah
sebelum dapat digunakan sebagai pakan ternak. Salah satu komponen penting
dalam proses ini adalah alat pencacah pelepah sawit. Alat ini berfungsi mencacah
pelepah sawit menjadi bagian yang lebih kecil sehingga dapat dikonsumsi oleh
ternak sebagai pakan.
UKM Tani Sidorukun di Desa Situnjak Kecamatan Aek Songsongan
Kabupaten Asahan telah menggunakan alat pencacah pelepah sawit. UKM ini
memanfaatkan limbah pelepah sawit sebagai pakan yang diolah menjadi pakan
ternak. Proses pengolahan pelepah sawit menjadi pakan ternak dilakukan dengan
mencacah seluruh bagian dari pelepah sawit menggunakan alat pencacah, namun
Universitas Sumatera Utara
kualitas cacahan masih kurang baik. Cacahan pelapah sawit yang dihasilkan
dengan alat yang digunakan saat ini masih terlalu kasar dengan ukuran cacahan
lebih besar dari 3 cm. Cacahan yang masih terlalu kasar tidak dapat langsung
diberikan sebagai pakan ternak karena dapat melukai lambung ternak dan
menyebabkan kematian.
Alat pencacah pelepah sawit yang di gunakan UKM Tani Sidorukun saat ini
dapat dilihat pada Gambar 1.1.
Gambar 1.1. Alat Pencacah Aktual dan Hasil Cacahan
Alat pencacah pelepah sawit yang ada saat ini sulit dioperasikan dan
desain tidak ergonomis karena penutup ruang pencacah dengan berat lebih 25 kg
harus dibuka dengan cara diangkat. Pemasangan penutup ruang pencacah
menggunakan 6 buah baut yang harus dibuka-pasang dengan kunci pas sehingga
Universitas Sumatera Utara
operator membutuhkan waktu lebih lama setiap akan mengoperasikan alat. Mesin
penggerak menggunakan sistem start manual, menghidupkan mesin dengan
penggerak engkol sering menimbulkan keluhan musculosceletal dan dapat
mencederai operator. Proses pencacahan pelepah sawit didorong secara manual
kedalam corong
pengumpan
alat
pencacah.
Posisi corong
pengumpan
mengharuskan operator bekerja dengan posisi membungkuk selama ± 6 jam tiap
harinya menyebabkan keluhan rasa sakit operator pencacah.. Hasil cacahan
pelepah masih kasar dengan ukuran 5 cm tidak dapat langsung diberikan kepada
ternak karena dapat melukai lambung ternak. Cacahan diberi perlakuan lanjutan
berupa fermentasi secara anaerob selama tiga minggu sebelum dapat diberikan
kepada ternak. Perlakuan lanjutan mengakibatkan pakan jenis ini terlihat seperti
sampah kering sehingga kurang sesuai untuk ternak. Peternak UKM Tani
Sidorukun lebih menerapkan pemberian pakan pelepah kelapa sawit hasil cacahan
langsung diberikan kepada ternak karena sapi menyukai pakan jenis ini dan
teknologinya mudah diterapkan oleh peternak.
Terkait dengan alat pencacah pelepah sawit tersebut, beberapa peneliti
telah melakukan rancangan ulang terhadap peralatan yang digunakan oleh home
industry atau UKM. Satu diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Artati
(2013) di Yogyakarta tentang perancangan ulang mesin perajang pada pekerja
home industry sriping di wilayah cilacap menggunakan metode Quality Function
Deployment (QFD). Hasil rancangan QFD menghasilkan alat perajang lebih yang
baik berupa kemudahan penggunaan, membersihkan, menghentikan, dan
mengatur ketebalan produk. Kekokohan konstruksi alat, kestabilan dalam
Universitas Sumatera Utara
produksi dan kesesuaian ukuran alat perajang dengan rata-rata antropometri
pekerja menghasilkan tingkat kenyamanan pekerja yang lebih baik .
Penelitian serupa juga dilakukan oleh Kristanto (2015) tentang
perancangan ulang alat perontok padi yang ergonomis untuk meningkatkan
produktivitas dan kualitas kebersihan padi. Alat perontok padi dioperasikan
dengan cara berdiri pada satu kaki sedangkan kaki yang lain mengayuh pedal
perontok. Pengoperasian alat perontok padi menimbulkan ketidaknyamanan
berupa pegal pada punggung, kaki, leher, pinggang, bahu, dan lain sebagainya.
Hasil penelitian menunjukkan penurunan waktu proses sebesar 65,69%,
penurunan konsumsi energi sebesar 67,43%, penurunan kotoran dalam padi
79,52%, dan peningkatan produktivitas sebesar 205,5%. Pendekatan ergonomi
menghasilkan rancangan alat perontok yang ergonomis terlihat dari menurunnya
keluhan operator.
Berdasarkan uraian di atas maka perlu dirancang alat pencacah pelepah
kelapa sawit yang mudah dioperasikan, ergonomis dan hasil cacahan yang lebih
baik. Rancangan desain alat pencacah pelepah sawit dimaksudkan untuk
mengurangi keluhan muscolusceletal operator dan hasil cacahan pelepah sawit
yang dihasilkan lebih halus dan seragam.
1.2.
Perumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah kualitas cacahan yang kasar
dan pengoperasian alat pencacah pelepah sawit yang sulit pada kegiatan
menghidupkan
mesin,
pemasangan
ruang
pencacah
menimbulkan
keluhan
musculosceletal .
Universitas Sumatera Utara
1.3.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1. Tujuan Penelitian
Tujuan umum dari penelitian ini adalah merancang ulang alat pencacah
dengan desain ergonomis untuk mendapat kualitas cacahan lebih halus.
Tujuan khusus penelitian adalah:
1. Mengidentifikasi keluhan rasa sakit pekerja dengan menggunakan Standard
Nordic Questionnaire (SNQ).
2. Menganalisa postur kerja operator dengan metode REBA (Rapid Entire Body
Assesment).
3. Mengukur dimensi tubuh (antropometri) sebagai dasar perancangan alat
pencacah pelepah sawit.
4. Mengidentifikasi karakteristik atau atribut-atribut alat pencacah pelepah sawit
yang akan dirancang.
5. Merancang alat pencacah pelepah sawit dengan menggunakan metode Quality
Function Deployment (QFD).
1.3.2. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian adalah :
a.
Bagi Mahasiswa
Penelitian ini bermanfaat bagi mahasiswa untuk memberikan penglaman
dalam menerapkan teori-teori teknik industri terutama dalam bidang
ergonomi dan perancangan sistem kerja, khususnya dalam penilaian beban
serta postur kerja dan perancangan fasilitas kerja berdasarkan dimensi dan
Universitas Sumatera Utara
prinsip antropometri yang telah didapat di perguruan tinggi ke dalam
lingkungan industri secara nyata dalam menyelesaiakan suatu permasalahanpermasalahan praktis.
b.
Bagi perusahaan
Menjadikan suatu pertimbangan sebagai masukan untuk merancang fasilitas
kerja yang ergonomis dalam usaha untuk mereduksi keluhan musculoskeletal
disorders.
c.
Bagi Departemen Teknik Industri
Mempererat kerjasama antara perusahaan dengan Departemen Teknik
Industri, Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara dan untuk menambah
literatur perpustakaan.
1.4.
Batasan dan Asumsi Masalah
Batasan masalah dari penelitian ini adalah:
1. Rancangan ulang dilakukan pada alat pencacah pelepah sawit tipe S1100N-1
yang digunakan saat ini.
2. Rancangan ulang yang dibuat hanya sebatas konsep rancangan alat pencacah.
3. Metode yang digunakan dalam penilaian postur kerja adalah metode REBA
(Rapid Entire Body Assesment) dan antropometri.
4. Konsep rancangan alat menggunakan metode QFD .
Asumsi yang digunakan pada penelitian ini adalah:
1. Penelitian dilakukan dengan gerakan normal dan tidak berada dalam keadaan
tekanan.
Universitas Sumatera Utara
2. Operator yang diukur berada dalam kondisi yang sehat, baik jasmani maupun
rohani.
3. Operator leluasa bekerja, artinya tempat kerja dan susunan fasilitas kerja tidak
menjadi penghambat.
4. Operator tidak mengalami pergantian selama bekerja.
5. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berada pada kondisi baik dan
sesuai standar.
6. Prosedur kerja tidak mengalami perubahan selama penelitan berlangsung.
1.5.
Sistematika Penulisan Laporan
Sistematika yang digunakan dalam penulisan laporan hasil penelitian ini
adalah sebagai berikut :
BAB I
PENDAHULUAN
Pendahuluan merupakan bab pendahuluan yang menguraikan latar
belakang permasalahan yang mendasari penelitian dilakukan. Pada
bab ini juga diuraikan rumusan masalah yang merupakan
permasalahan pokok yang akan dicari solusinya. Setelah itu disusun
tujuan penelitian yang mengurai tujuan penelitian secara umum dan
secara khusus. Kemudian ditetapkan batasan dan asumsi yang
digunakan dalam penelitian. Batasan dan asumsi ini digunakan
supaya cakupan penelitian tidak meluas, dengan demikian inti pokok
permasalahan penelitian dapat dicari. Pada bab ini juga dijelaskan
Universitas Sumatera Utara
manfaat dilakukannya penelitian serta sistematika penulisan tugas
sarjana.
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Gambaran umum perusahaan berisi mengenai sejarah perusahaan,
kegiatan operasional perusahaan, visi misi perusahaan, struktur
organisasi, deskripsi tugas dan tanggung UKM Tani Sidorukun.
BAB III
LANDASAN TEORI
Landasan Teori menguraikan mengenai tinjauan pustaka sebagai
landasan utama dalam melakukan analisa dan pembahasan penelitian
yang berisi teori-teori antropometri, metode REBA dan QFD.
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Bab pengumpulan dan pengolahan data berisi tentang pengumpulan
data, yaitu data keluhan muscoluskeletal dengan menggunakan SNQ,
data penilaian elemen gerakan kerja dengan menggunakan metode
REBA, dimensi antropometri, data korelasi antar variabel, data
atribut alat pencacah dari hasil kuesioner terbuka dan data derajat
kepentingan dari hasil kuesioner tertutup. Sedangkan pengolahan
data yang dilakukan adalah identifikasi keluhan muscoluskeletal
dengan menggunakan SNQ, penentuan level tindakan postur kerja
dengan metode REBA, dan perhitungan persentil data antropometri
untuk merancang perbaikan fasilitas kerja, perhitungan validitas dan
reabilitas dan penentuan karakteristik dengan quality function
deployment (QFD).
Universitas Sumatera Utara
BAB V
ANALISIS PEMECAHAN MASALAH
Pada bab ini diuraikan mengenai analisis SNQ, postur kerja,
biomekanika,
antropometi,
korelasi
dari
penelitian
sehingga
memperjelas hasil pengolahan data dan karakteristik perancangan
alat pencacacah pelepah dengan QFD. Selain itu juga diuraikan
evaluasi dari hasil penelitian yang dilakukan, yaitu berupa
perancangan alat untuk memperbaiki kualitas hasil cacahan dengan
desain ergonomis.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan dari masalah yang dibahas dalam
penelitian dan menjawab tujuan tentang peningkatan mutu hasil
cacahan. Sedangkan saran yang diberikan berisi tentang usulan
metode kerja baru serta rancangan alat pencacah pelepah pada
pekerja di UKM Tani Sidorukun.
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah
Pemanfaatan limbah pertanian sebagai pakan alternatif adalah salah satu
solusi untuk menanggulangi kekurangan pakan ternak. Pelepah sawit selama ini
hanya menjadi limbah yang dibiarkan membusuk di lapangan menjadi pilihan
untuk mengantisipasi berkurangnya ketersediaan pakan ternak. Kebun kelapa
sawit menghasilkan limbah berupa pelepah dan daun sawit yang memiliki potensi
prospektif sebagai penyedia pakan ternak sapi. Pemanenan kelapa sawit dilakukan
setiap 14 hari, yang setiap pohon menghasilkan sekitar 3 pelepah seberat 10 kg
perpelepah. Satu hektar lahan ditanami sekitar 148 pohon sehingga akan
dihasilkan 8.880 kg pelepah sawit setiap bulannya.
Pelepah sawit memerlukan sentuhan teknologi lebih lanjut atau diolah
sebelum dapat digunakan sebagai pakan ternak. Salah satu komponen penting
dalam proses ini adalah alat pencacah pelepah sawit. Alat ini berfungsi mencacah
pelepah sawit menjadi bagian yang lebih kecil sehingga dapat dikonsumsi oleh
ternak sebagai pakan.
UKM Tani Sidorukun di Desa Situnjak Kecamatan Aek Songsongan
Kabupaten Asahan telah menggunakan alat pencacah pelepah sawit. UKM ini
memanfaatkan limbah pelepah sawit sebagai pakan yang diolah menjadi pakan
ternak. Proses pengolahan pelepah sawit menjadi pakan ternak dilakukan dengan
mencacah seluruh bagian dari pelepah sawit menggunakan alat pencacah, namun
Universitas Sumatera Utara
kualitas cacahan masih kurang baik. Cacahan pelapah sawit yang dihasilkan
dengan alat yang digunakan saat ini masih terlalu kasar dengan ukuran cacahan
lebih besar dari 3 cm. Cacahan yang masih terlalu kasar tidak dapat langsung
diberikan sebagai pakan ternak karena dapat melukai lambung ternak dan
menyebabkan kematian.
Alat pencacah pelepah sawit yang di gunakan UKM Tani Sidorukun saat ini
dapat dilihat pada Gambar 1.1.
Gambar 1.1. Alat Pencacah Aktual dan Hasil Cacahan
Alat pencacah pelepah sawit yang ada saat ini sulit dioperasikan dan
desain tidak ergonomis karena penutup ruang pencacah dengan berat lebih 25 kg
harus dibuka dengan cara diangkat. Pemasangan penutup ruang pencacah
menggunakan 6 buah baut yang harus dibuka-pasang dengan kunci pas sehingga
Universitas Sumatera Utara
operator membutuhkan waktu lebih lama setiap akan mengoperasikan alat. Mesin
penggerak menggunakan sistem start manual, menghidupkan mesin dengan
penggerak engkol sering menimbulkan keluhan musculosceletal dan dapat
mencederai operator. Proses pencacahan pelepah sawit didorong secara manual
kedalam corong
pengumpan
alat
pencacah.
Posisi corong
pengumpan
mengharuskan operator bekerja dengan posisi membungkuk selama ± 6 jam tiap
harinya menyebabkan keluhan rasa sakit operator pencacah.. Hasil cacahan
pelepah masih kasar dengan ukuran 5 cm tidak dapat langsung diberikan kepada
ternak karena dapat melukai lambung ternak. Cacahan diberi perlakuan lanjutan
berupa fermentasi secara anaerob selama tiga minggu sebelum dapat diberikan
kepada ternak. Perlakuan lanjutan mengakibatkan pakan jenis ini terlihat seperti
sampah kering sehingga kurang sesuai untuk ternak. Peternak UKM Tani
Sidorukun lebih menerapkan pemberian pakan pelepah kelapa sawit hasil cacahan
langsung diberikan kepada ternak karena sapi menyukai pakan jenis ini dan
teknologinya mudah diterapkan oleh peternak.
Terkait dengan alat pencacah pelepah sawit tersebut, beberapa peneliti
telah melakukan rancangan ulang terhadap peralatan yang digunakan oleh home
industry atau UKM. Satu diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Artati
(2013) di Yogyakarta tentang perancangan ulang mesin perajang pada pekerja
home industry sriping di wilayah cilacap menggunakan metode Quality Function
Deployment (QFD). Hasil rancangan QFD menghasilkan alat perajang lebih yang
baik berupa kemudahan penggunaan, membersihkan, menghentikan, dan
mengatur ketebalan produk. Kekokohan konstruksi alat, kestabilan dalam
Universitas Sumatera Utara
produksi dan kesesuaian ukuran alat perajang dengan rata-rata antropometri
pekerja menghasilkan tingkat kenyamanan pekerja yang lebih baik .
Penelitian serupa juga dilakukan oleh Kristanto (2015) tentang
perancangan ulang alat perontok padi yang ergonomis untuk meningkatkan
produktivitas dan kualitas kebersihan padi. Alat perontok padi dioperasikan
dengan cara berdiri pada satu kaki sedangkan kaki yang lain mengayuh pedal
perontok. Pengoperasian alat perontok padi menimbulkan ketidaknyamanan
berupa pegal pada punggung, kaki, leher, pinggang, bahu, dan lain sebagainya.
Hasil penelitian menunjukkan penurunan waktu proses sebesar 65,69%,
penurunan konsumsi energi sebesar 67,43%, penurunan kotoran dalam padi
79,52%, dan peningkatan produktivitas sebesar 205,5%. Pendekatan ergonomi
menghasilkan rancangan alat perontok yang ergonomis terlihat dari menurunnya
keluhan operator.
Berdasarkan uraian di atas maka perlu dirancang alat pencacah pelepah
kelapa sawit yang mudah dioperasikan, ergonomis dan hasil cacahan yang lebih
baik. Rancangan desain alat pencacah pelepah sawit dimaksudkan untuk
mengurangi keluhan muscolusceletal operator dan hasil cacahan pelepah sawit
yang dihasilkan lebih halus dan seragam.
1.2.
Perumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah kualitas cacahan yang kasar
dan pengoperasian alat pencacah pelepah sawit yang sulit pada kegiatan
menghidupkan
mesin,
pemasangan
ruang
pencacah
menimbulkan
keluhan
musculosceletal .
Universitas Sumatera Utara
1.3.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1. Tujuan Penelitian
Tujuan umum dari penelitian ini adalah merancang ulang alat pencacah
dengan desain ergonomis untuk mendapat kualitas cacahan lebih halus.
Tujuan khusus penelitian adalah:
1. Mengidentifikasi keluhan rasa sakit pekerja dengan menggunakan Standard
Nordic Questionnaire (SNQ).
2. Menganalisa postur kerja operator dengan metode REBA (Rapid Entire Body
Assesment).
3. Mengukur dimensi tubuh (antropometri) sebagai dasar perancangan alat
pencacah pelepah sawit.
4. Mengidentifikasi karakteristik atau atribut-atribut alat pencacah pelepah sawit
yang akan dirancang.
5. Merancang alat pencacah pelepah sawit dengan menggunakan metode Quality
Function Deployment (QFD).
1.3.2. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian adalah :
a.
Bagi Mahasiswa
Penelitian ini bermanfaat bagi mahasiswa untuk memberikan penglaman
dalam menerapkan teori-teori teknik industri terutama dalam bidang
ergonomi dan perancangan sistem kerja, khususnya dalam penilaian beban
serta postur kerja dan perancangan fasilitas kerja berdasarkan dimensi dan
Universitas Sumatera Utara
prinsip antropometri yang telah didapat di perguruan tinggi ke dalam
lingkungan industri secara nyata dalam menyelesaiakan suatu permasalahanpermasalahan praktis.
b.
Bagi perusahaan
Menjadikan suatu pertimbangan sebagai masukan untuk merancang fasilitas
kerja yang ergonomis dalam usaha untuk mereduksi keluhan musculoskeletal
disorders.
c.
Bagi Departemen Teknik Industri
Mempererat kerjasama antara perusahaan dengan Departemen Teknik
Industri, Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara dan untuk menambah
literatur perpustakaan.
1.4.
Batasan dan Asumsi Masalah
Batasan masalah dari penelitian ini adalah:
1. Rancangan ulang dilakukan pada alat pencacah pelepah sawit tipe S1100N-1
yang digunakan saat ini.
2. Rancangan ulang yang dibuat hanya sebatas konsep rancangan alat pencacah.
3. Metode yang digunakan dalam penilaian postur kerja adalah metode REBA
(Rapid Entire Body Assesment) dan antropometri.
4. Konsep rancangan alat menggunakan metode QFD .
Asumsi yang digunakan pada penelitian ini adalah:
1. Penelitian dilakukan dengan gerakan normal dan tidak berada dalam keadaan
tekanan.
Universitas Sumatera Utara
2. Operator yang diukur berada dalam kondisi yang sehat, baik jasmani maupun
rohani.
3. Operator leluasa bekerja, artinya tempat kerja dan susunan fasilitas kerja tidak
menjadi penghambat.
4. Operator tidak mengalami pergantian selama bekerja.
5. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berada pada kondisi baik dan
sesuai standar.
6. Prosedur kerja tidak mengalami perubahan selama penelitan berlangsung.
1.5.
Sistematika Penulisan Laporan
Sistematika yang digunakan dalam penulisan laporan hasil penelitian ini
adalah sebagai berikut :
BAB I
PENDAHULUAN
Pendahuluan merupakan bab pendahuluan yang menguraikan latar
belakang permasalahan yang mendasari penelitian dilakukan. Pada
bab ini juga diuraikan rumusan masalah yang merupakan
permasalahan pokok yang akan dicari solusinya. Setelah itu disusun
tujuan penelitian yang mengurai tujuan penelitian secara umum dan
secara khusus. Kemudian ditetapkan batasan dan asumsi yang
digunakan dalam penelitian. Batasan dan asumsi ini digunakan
supaya cakupan penelitian tidak meluas, dengan demikian inti pokok
permasalahan penelitian dapat dicari. Pada bab ini juga dijelaskan
Universitas Sumatera Utara
manfaat dilakukannya penelitian serta sistematika penulisan tugas
sarjana.
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Gambaran umum perusahaan berisi mengenai sejarah perusahaan,
kegiatan operasional perusahaan, visi misi perusahaan, struktur
organisasi, deskripsi tugas dan tanggung UKM Tani Sidorukun.
BAB III
LANDASAN TEORI
Landasan Teori menguraikan mengenai tinjauan pustaka sebagai
landasan utama dalam melakukan analisa dan pembahasan penelitian
yang berisi teori-teori antropometri, metode REBA dan QFD.
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Bab pengumpulan dan pengolahan data berisi tentang pengumpulan
data, yaitu data keluhan muscoluskeletal dengan menggunakan SNQ,
data penilaian elemen gerakan kerja dengan menggunakan metode
REBA, dimensi antropometri, data korelasi antar variabel, data
atribut alat pencacah dari hasil kuesioner terbuka dan data derajat
kepentingan dari hasil kuesioner tertutup. Sedangkan pengolahan
data yang dilakukan adalah identifikasi keluhan muscoluskeletal
dengan menggunakan SNQ, penentuan level tindakan postur kerja
dengan metode REBA, dan perhitungan persentil data antropometri
untuk merancang perbaikan fasilitas kerja, perhitungan validitas dan
reabilitas dan penentuan karakteristik dengan quality function
deployment (QFD).
Universitas Sumatera Utara
BAB V
ANALISIS PEMECAHAN MASALAH
Pada bab ini diuraikan mengenai analisis SNQ, postur kerja,
biomekanika,
antropometi,
korelasi
dari
penelitian
sehingga
memperjelas hasil pengolahan data dan karakteristik perancangan
alat pencacacah pelepah dengan QFD. Selain itu juga diuraikan
evaluasi dari hasil penelitian yang dilakukan, yaitu berupa
perancangan alat untuk memperbaiki kualitas hasil cacahan dengan
desain ergonomis.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan dari masalah yang dibahas dalam
penelitian dan menjawab tujuan tentang peningkatan mutu hasil
cacahan. Sedangkan saran yang diberikan berisi tentang usulan
metode kerja baru serta rancangan alat pencacah pelepah pada
pekerja di UKM Tani Sidorukun.
Universitas Sumatera Utara