Karakteristik Penderita Retinopati Hipertensi yang Datang berobat ke Poliklinik Mata RSUP H. Adam Malik Periode Januari 2012 – Mei 2013

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.

Hipertensi

2.1.1 Definisi
Hipertensi adalah keadaan tekanan darah dengan sistolik ≥ 140 mmHg
atau diastolik ≥ 90 mmHg (Lee, et al., 2011). Hipertensi, kenaikan tekanan darah
diastolik atau sistolik, ditemukan dalam dua tipe: hipertensi esensial (primer),
yang paling sering terjadi, dan hipertensi sekunder, yang disebabkan oleh penyakit
renal atau penyebab lain yang dapat diidentifikasi. Hipertensi Malignan adalah
bentuk hipertensi yang berat, fulminan, dan sering dijumpai pada kedua tipe
hipertensi tersebut. Hipertensi merupakan penyebab utama stroke, penyakit
jantung, dan gagal ginjal (Kowalak, et al., 2011).
2.1.2 Epidemiologi
Data dari World Health Statistics 2012 menyatakan bahwa hipertensi
merupakan salah satu faktor risiko terjadinya peningkatan angka kesakitan dan
kematian di dunia. Prevelensi hipertensi yang tertinggi terjadi di beberapa negara
dengan angka pendapatan rendah di benua Afrika. Berdasarkan World Health Day
2013, prevalensi hipertensi tertinggi terjadi di Afrika (46% orang dewasa)

sementara prevalensi terendah di Amerika (35% orang dewasa). Secara
keseluruhan, negara-negara dengan angka pendapat tinggi memiliki prevalensi
hipertensi yang lebih rendah (35% orang dewasa) dibandingkan dengan negaraNegara dengan angka pendapatan yang lebih rendah (40% orang dewasa).
Menurut Bustan, 2007, banyaknya penderita hipertensi diperkirakan
sebesar 15 juta bangsa Indonesia tetapi hanya 4% yang hipertensi terkontrol.

Universitas Sumatera Utara

Sebagai gambaran umum masalah hipertensi ini adalah :
1. Tingkat prevalensi sebesar 6-15% pada orang dewasa. Sebagai suatu
proses degeneratif, hipertensi tentu hanya ditemukan pada golongan
dewasa. Ditemukan kecenderungan peningkatan prevalensi hipertensi
menurut peningkatan usia.
2. Sebesar 50% penderita tidak menyadari diri sebagai penderita hipertensi.
Karena itu mereka cenderung untuk menderita hipertensi yang lebih berat
karena penderita tidak berupaya mengubah dan menghindari faktor risiko.
3. Sebanyak 70% adalah hipertensi ringan, karena itu hipertensi banyak
diacuhkan atau terabaikan sampai saat ini menjadi ganas (hipertensi
maligna)
4. Sejumlah 90% merupakan hipertensi esensial, mereka dengan hipertensi

yang

tidak

diketahui

seluk-beluk

penyebabnya.

Artinya,

karena

penyebabnya tidak jelas, maka sulit untuk mencari bentuk intervensi dan
pengobatan yang sesuai.
2.1.3 Etiologi
Hipertensi adalah kondisi medis yang heterogen. Pada sebagian besar
pasien, hipertensi merupakan akibat dari etiologi dengan patofisiologi yang tidak
diketahui (hipertensi esensial atau primer). Walaupun bentuk hipertensi ini tidak

bisa disembuhkan, tetapi dapat dikontrol. Sejumlah kecil presentasi pasien
memiliki penyebab hipertensi yang spesifik (hipertensi sekunder). Terdapat
banyak penyebab sekunder yang potensial, baik karena kondisi medis atau
diinduksi secara endogen. Jika penyebab hipertensi sekunder dapat diidentifikasi,
hipertensi pada pasien dapat disembuhkan (Saseen dan Carter, 2005).
Lebih dari 90% individu dengan hipertensi memiliki hipertensi esensial
(Chobanian, et al., 2003 dalam Saseen dan Carter ,2005). Faktor risiko untuk
hipertensi primer meliputi riwayat keluarga, usia yang bertambah lanjut, dan sleep
apnea, ras (sering terjadi pada orang kulit hitam), obesitas, kebiasaan merokok,
asupan natrium dalam jumlah besar, konsumsi alkohol secara berlebihan, gaya
hidup banyak duduk, stres, renin berlebihan, defisiensi mineral, diabetes miletus.

Universitas Sumatera Utara

Penyebab hipertensi sekunder meliputi koarktasio aorta, stenosis arteri renalis dan
penyakit parenkim ginjal, tumor otak, kuadriplegia, dan cedera kepala,
feokromasitoma, sindrom cushing, hiperaldosteronisme dan disfungsi tiroid,
hipofisis atau paratoroid, pemakaian preparat kontrasepsi oral, kokain, epoetin
alfa, obat-obatan stimulasi saraf simpatik, inhibitor monoamin oksidase yang
digunakan bersama tiramin, terapi sulih estrogen dan obat-obatan antiinflamasi

nonsteroid, hipertensi yang ditimbulkan oleh kehamilan, dan konsumsi alkohol
yang berlebihan (Kowalak, et al., 2011).
2.1.4 Klasifikasi
Klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa didasarkan pada pengukuran
rata-rata dua atau lebih pengukuran, pembacaan tekanan darah pada dua atau lebih
kunjungan.
Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan darah dewasa
Klasifikasi
Tekanan darah sistolik

Tekanan darah diastolik

(mmHg)

(mmHg)

120

80


Prehipertensi

120-139

80-89

Hipertensi

140-159

90-99

≥ 160

≥ 100

Normal

derajat I
Hipertensi

derajat II
Dikutip dari: The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure

Universitas Sumatera Utara

Klasifikasi tekanan darah pada anak – anak didasarkan pada ≥ 3 kali
pengukuran. Tekanan darah anak dikatakan normal pada tekanan darah < 90
persentil.
Tabel 2.2 Klasifikasi hipertensi pada anak
Derajat
Prosentase
Usia 1-5 tahun
hipertensi

Usia 6-12 tahun

kenaikan di atas

tekanan darah


tekanan darah

batas normal

diastolik (mmHg)

diastolik (mmHg)

Ringan

5-15%

75-85

90-100

Sedang

15-30%


85-95

100-110

Berat

30-50%

95-112

110-120

Krisis

>50%

>112

>120


Dikutip dari: Majalah Kedokteran Indonesia, 2009
2.1.5 Patofisiologi
Tekanan darah arteri merupakan produk total resistensi perifer dan curah
jantung. Curah jantung meningkat karena keadaan yang meningkatkan frekuensi
jantung, volume sekuncup atau keduanya. Resistensi perifer meningkat karena
faktor-faktor yang meningkatkan viskositas darah atau yang menurunkan ukuran
lumen pembuluh darah, khususnya pembuluh arteriol (Kowalak, et al., 2011).
Beberapa teori membantu menjelaskan terjadinya hipertensi. Teori-teori
tersebut meliputi:
1. Perubahan pada bantalan dinding pembuluh darah arteriolar yang
menyebabkan peningkatan resistensi perifer
2. Peningkatan tonus pada sistem saraf simpatik yang abnormal dan berasal
dari dalam pusat sistem vasomotor; peningkatan tonus ini menyebabkan
peningkatan resistensi vaskular perifer
3. Penambahan volume darah yang terjadi karena disfungsi renal atau
hormonal
4. Peningkatan penebalan dinding arteriol akibat faktor genetik yang
menyebabkan peningkatan resistensi vaskular perifer


Universitas Sumatera Utara

5. Pelepasan renin yang abnormal sehingga terbentuk angiotension II yang
menimbulkan konstriksi arteriol dan meningkatkan volume darah
(Kowalak, et al., 2011).
Hipertensi yang berlangsung lama akan meningkatkan beban kerja jantung
karena terjadi peningkatan resistensi terhadap ejeksi ventrikel kiri. Untuk
meningkatkan kekuatan kontraksinya, ventrikel kiri mengalami hipertrofi
sehingga kebutuhan jantung akan oksigen dan beban kerja jantung meningkat.
Dilatasi dan kegagalan jantung dapat terjadi ketika keadaan hipertrofi tidak lagi
mampu mempertahankan curah jantung yang memadai. Karena hipertensi
memacu proses aterosklerosis arteri koronaria, maka jantung dapat mengalami
gangguan lebih lanjut akibat penurunan aliran darah ke dalam miokardium
sehingga timbul angina pectoris atau infark miokard. Hipertensi juga
menyebabkan kerusakan pembuluh darah yang semakin mempercepat proses
aterosklerosis serta kerusakan organ, seperti cedera retina, gagal ginjal, stroke,
dan aneurisma serta diseksi aorta (Kowalak, et al., 2011).
Patofisiologi hipertensi sekunder berhubungan dengan penyakit yang
mendasari, sebagai contoh:
1. Penyebab hipertensi sekunder yang paling sering adalah penyakit ginjal

kronis. Serangan pada ginjal akibat glomerulonefritis kronis atau stenosis
arteri renalis akan mengganggu ekskresi natrium, sistem reninangiotensin-aldosteron, atau perfusi renal sehingga tekanan darah
meningkat.
2. Pada sindrom Cushing, peningkatan kadar kortisol akan menaikkan
tekanan darah melalui peningkatan resistensi natrium renal, kadar
angiotensin II, dan respons vaskuler terhadap norepinefrin.
3. Pada

aldosteronisme

primer,

penambahan

volume

intravaskular,

perubahan konsentrasi natrium dalam dinding pembuluh darah, atau kadar
aldosteron yang terlampau tinggi menyebabkan vasokontriksi dan
peningkatan resistensi.
4. Feokromositoma merupakan tumor sel kromafin medula adrenal yang
menyekresi

epinefrin

dan

norepinefrin.

Epinefrin

meningkatkan

Universitas Sumatera Utara

kontraktilitas dan frekuensi jantung sementara norepinefrin meningkatkan
resistensi vaskular perifer (Kowalak, et al., 2011).
2.1.6 Faktor risiko
Faktor-faktor yang dapat dimasukkan sebagai faktor risiko hipertensi
adalah (Bustan, 2007) :
1. Umur

: tekanan darah meningkat sesuai umur, dimulai sejak usia

usia 40 tahun
2. Ras / suku

: orang kulit hitam lebih banyak menderita hipertensi

dibanding orang kulit putih, sementara itu ditemukan variasi antarsuku di
Indonesia; terendah di Lembah Baliem Jaya, Papua (0,6%), dan tertinggi
di Sukabumi (Suku Sunda), Jabar (28,6%)
3. Urban / rural

: tekanan darah penduduk kota lebih tinggi dibanding

penduduk desa
4. Geografis

: tekanan darah penduduk pantai lebih tinggi dibanding

penduduk pegunungan
5. Jenis kelamin : wanita memiliki risiko lebih besar dibanding laki - laki
6.

Obesitas

7.

Stres

8.

Kepribadian tipe A

9.

Diet

10.

Diabetes Mellitus

11.

Komposisi air

12.

Alkohol (minuman keras) : risiko meningkat bila minum > 3x/hari

13.

Rokok

14.

Kopi

15.

Pil KB : risiko meninggi dengan lamanya pakai, yakni meninggi 5 kali

: orang dengan diet tinggi garam

dibanding pakai 1 tahun.

Universitas Sumatera Utara

2.1.7 Penatalaksanaan
-

Nilai tambah dari terapi
Sejak lama penelitian telah dilakukan untuk menilai manfaat terapi dan

karenanya sebagian besar data yang ada berkaitan dengan penggunaan obat
antihipertensi lama, terutama β blocker dan diuretik. Meta-analisis dari studi
terapi menunjukkan 40% penurunan stroke dan 16% penurunan kasus jantung
(Gray, et al., 2005).
-

Modifikasi gaya hidup
Semua pasien dan individu dengan riwayat keluarga hipertensi perlu

dinasihati mengenai perubahan gaya hidup, seperti menurunkan kegemukan,
asupan garam (total