Penggunaan Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.) Sebagai Pewarna Dalam Sediaan Maskara

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Tumbuhan Jambu Biji (Psidium guajava L.)
Jambu biji berasal dari Amerika tropik, tumbuh pada tanah yang gembur
maupun liat, pada tempat terbuka dan mengandung air cukup banyak. Pohon ini
banyak ditanam sebagai pohon buah-buahan. Namun, sering tumbuh liar dan
dapat ditemukan pada ketinggian 1-1200 m di atas permukaan laut. Jambu bji
berbunga sepanjang tahun. Sekarang tanaman ini sudah menyebar luas ke seluruh
dunia, terutama di daerah tropis. Diperkirakan terdapat sekitar 150 spesies
Psidium

yang menyebar ke daerah tropis dan berhawa sejuk (Hapsoh dan

Hasanah, 2011).
2.1.1. Nama daerah
Sumatera: glima breueh (Aceh), galiman (Batak Karo), masiambu (Nias),
biawas, jambu krutuk, jambu krikil, jambu biji, jambu klutuk (Melayu). Jawa:
jambu klutuk (Sunda), hambu bhender (Madura). Sotong (Bali), guawa (Flores),
goihawas (Sika). Sulawesi: gayawas (Manado), dambu (Gorontalo), jambu
paratugala (Makasar). Maluku: luhu hatu (Ambon), gayawa (Ternate, Halmahera)
jambu horsik (Tapanuli Selatan) (Hapsoh dan Hasanah, 2011).

2.1.2. Morfologi tumbuhan jambu biji
Tumbuhan jambu biji termasuk jenis perdu atau pohon kecil, tinggi 2-10
meter, percabangan banyak. Batangnya berkayu, keras, kulit batang licin,
mengelupas, berwarna cokelat kehijauan. Daun tunggal, bertangkai pendek, letak
berhadapan, daun muda berambut halus, permukaan atas daun tua licin. Helaian
daun berbentuk bulat telur agak jorong, ujung tumpul, pangkal membulat, tepi rata

4
Universitas Sumatera Utara

agak melekuk ke atas, pertulangan menyirip, panjang 6-14 cm, lebar 3-6 cm,
berwarna hijau. Buah tunggal, bertangkai, keluar dari ketiak daun, berkumpul 1-3
bunga, berwarna putih. Buahnya berbentuk bulat sampai bulat telur, berwarna
hijau sampai hijau kekuningan. Daging buah tebal, buah yang masak bertekstur
lunak, berwarna putih kekuningan atau merah jambu. Biji banyak mengumpul di
tengah, kecil-kecil, keras, berwarna kuning kecokelatan (Hapsoh dan Hasanah,
2011).
2.1.3. Kandungan kimia daun jambu biji
Daun mengandung tanin, minyak atsiri (eugenol), minyak lemak, dammar,
zat samak, triterpenoid, asam malat (Dalimartha, 2004).Tanin secara ilmiah

didefinisikan sebagaisenyawa polipenol yang mempunyai berat molekultinggi dan
mempunyai gugus hidroksil dan guguslainnya (seperti karboksil) sehingga
dapatmembentuk kompleks dengan protein (Danarto, dkk., 2011).
Menurut teori warna, struktur tanin dengan ikatan rangkap dua yang
terkonjugasi pada polifenol sebagai kromofor (pengemban warna) dan adanya
gugus (OH) sebagai auksokrom (pengikat warna) dapat menyebabkan warna
coklat (Wijaya, dkk., 2011). Tanin merupakan senyawa yang dapat larut dalamair,
gliserol, alkohol, dan hidroalkohol, tetapi tidaklarut dalam petroleum eter,
benzene dan eter(Sax dan Lewis, 1989).

5
Universitas Sumatera Utara

Struktur dan kelas tanin dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut:

Base Unit:

Gallic acid
Hydrolyzable tannins


Class:

Flavone

Phloroglucinol

Non-Hydrolyzable
or condensed tannins

Phlorotannins

Gambar 2.1. Struktur dan kelas tanin (Haslam, 1989).

2.1.4. Kegunaan tumbuhan jambu biji
Daun jambu biji berkhasiat astringen (pengelat), antidiare, antiradang,
penghenti perdarahan (homeostatis) dan peluruh haid. Buah berkhasiat
antioksidan karena kandungan beta karoten dan vitamin C yang tinggi sehingga
dapat meningkatkan daya tahan tubuh (Hapsoh dan Hasanah, 2011).
2.1.5. Zat warna daun jambu biji
Hasil ekstraksi dan karakterisasi zat warna alami dari daun jambu biji

(Psidium

guajava

mengandung

antosianin

L.)
seperti

menunjukkan

bahwa

cyanidin-3-sophoroside dan

daunnya
cyanidin-3-


glucoside serta mengandung flavan-3,4-diols yang tergolong senyawa tanin
berupa

pigmen

kuning

sampai

coklat.

Senyawa tersebut berperan penting pada pewarnaan daun jambu biji (Dewi,
dkk., 2013).

6
Universitas Sumatera Utara

Flavan-3,4-diol mempunyai struktur kimia sebagai barikut:

Gambar 2.2 Struktur kimia flavan-3,4-diol

2.2 Kosmetik
2.2.1 Definisi kosmetik
Kosmetik berasal dari kata kosmetikos yunani yang berarti keterampilan,
menghias, dan mengatur.Kosmetik adalah campuran bahan yang diaplikasikan
pada anggota tubuh bagian luar seperti epidermis kulit, kuku, rambut, bibir, gigi,
dan sebagainya dengan tujuan untuk menambah daya tarik, melindungi,
memperbaiki, sehingga penampilannya lebih cantik dari semula (Muliyawan dan
Suriana, 2013).
Adapun tujuan utama penggunaan kosmetik pada masyarakat modern
adalah untuk kebersihan pribadi, meningkatkan daya tarik melalui make-up,
meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan tenang, melindungi kulit dan rambut
dari kerusakan sinar UV, polusi dan faktor lingkungan yang lain, mencegah
penuaan (Mitsui, 1997).
2.2.2 Tujuan penggunaan kosmetik
Tujuan penggunaan kosmetik dapat dikelompokkan sebagai berikut:

7
Universitas Sumatera Utara

a. Melindungi kulit dari pengaruh-pengaruh luar yang merusak misalnya

sinar matahari, perubahan cuaca.
b. Mencegah lapisan terluar kulit dari kekeringan, terutama orang-orang yang
tinggal di daerah yang iklimnya dingin seperti daerah pegunungan yang
selalu lembab dan diselimuti awan.
c. Mencegah kulit cepat kering dan keriput, karena kosmetik menembus ke
bawah lapisan luar dan memasukkan bahan-bahan aktif ke lapisan-lapisan
yang terdapat lebih dalam.
d. Melekat di atas permukaan kulit untuk mengubah warna atau rona daerah
kulit tertentu.
e. Memperbaiki kondisi kulit misalnya kulit yang kering, normal, dan
berminyak.
f. Menjaga kulit tetap kencang.
g. Mengubah rupa/penampilan misalnya, bila telah dipakai kosmetik yang
diinginkan sehingga orang memandang kita ada perasaan berubah, bisa
berubah bertambah cantik/segar.
Kosmetik dekoratif
Tujuan awal penggunaan kosmetik adalah mempercantik diri yaitu usaha
untuk menambah daya tarik agar lebih disukai orang lain. Usaha tersebut dapat
dilakukan dengan cara merias setiap bagian tubuh yang terpapar oleh pandangan
sehingga terlihat lebih menarik dan sekaligus juga menutupi kekurangan (cacat)

yang ada (Wasiaatmadja, 1997).
Berdasarkan bagian tubuh yang dirias, kosmetika dekoratif dapat dibagi
menjadi (Wasiaatmadja, 1997):

8
Universitas Sumatera Utara

1. Kosmetika rias kulit (wajah)
2. Kosmetika rias bibir
3. Kosmetika rias rambut
4. Kosmetika rias mata
5. Kosmetika rias kuku
Peran zat warna dan zat pewangi sangat besar dalam kosmetika dekoratif.
Pemakaian kosmetika dekoratif lebih untuk alasan psikologis daripada kesehatan
kulit. Persyaratan untuk kosmetika dekoratif antara lain:
a. Warna yang menarik
b. Bau yang harum menyenangkan
c. Tidak lengket
d. Tidak menyebabkan kulit tampak berkilau
e. Tidak merusak atau menganggu kulit, rambut, bibir, kuku, dan lainnya.

Pembagian kosmetika dekoratif (Tranggono dan Latifah, 2007):
a. Kosmetika dekoratif yang hanya menimbulkan efek pada permukaan
dan pemakaiannya sebentar. Mislnya: bedak, pewarna bibir, pemerah
pipi, dan lain-lain.
b. Kosmetika dekoratif yang efeknya mendalam dan biasanya dalam
waktu yang lama baru luntur. Misalnya: kosmetika pemutih kulit, cat
rambut, pengering rambut, dan preparat penghilang rambut.
2.3 Ekstraksi
Ekstraksi merupakan kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat
larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Hasil
ekstraksi disebut dengan ekstrak, yaitu sediaan pekat yang diperoleh dengan

9
Universitas Sumatera Utara

mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan
pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan.
Simplisia yang digunakan dalam proses pembuatan ekstrak adalah bahan alamiah
yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain,
berupa bahan yang telah dikeringkan (Ditjen POM., 2000).

Perkolasi
Perkolasi adalah salah satu metode ekstraksi yang dilakukan dengan
mengalirkan cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Alat
yang digunakan untuk perkolasi disebut perkolator. Serbuk simplisia yang akan
diperkolasi tidak langsung dimasukkan ke dalam bejana perkolator, tetapi dibasahi
atau dimaserasi terlebih dahulu dengan cairan penyari. Setelah maserasi, massa
dimasukkan ke dalam perkolator. Pemindahan dilakukan sedikit demi sedikit
sambil tiap kali ditekan, kemudian cairan penyari dituangkan perlahan-lahan
hingga di atas permukaan massa masih terdapat selapis cairan penyari. Setelah
massa didiamkan selama 24 jam dalam perkolator, keran dibuka dan diatur
kecepatan menetes 1 ml tiap menit. Untuk menentukan akhir perkolasi dapat
dilakukan dengan cara organoleptis seperti rasa, bau, dan warna (Ditjen POM,
1986).
Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan
pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur
ruangan (kamar). Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke
dalam rongga sel yang mengandung zat aktif yang akan larut, karena adanya
perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dan di luar sel maka
larutan terpekat didesak ke luar (Ditjen POM., 2000).


10
Universitas Sumatera Utara

Menurut (Lestiani dan Lanny, 2008) tingkat kepolaran pelarut menentukan
jenis dan jumlah senyawa yang dapat diekstraksi dari bahan. Pelarut akan
mengekstrak senyawa-senyawa yang memiliki kepolaran yang sama atau mirip
dengan kepolaran pelarut yang digunakan.
Antosianin tidak stabil dalam larutan netral atau basa, oleh karena itu
antosianin harus diekstraksi dari tumbuhan dengan pelarut yang mengandung
asam asetat atau asam hidroklorida (misalnya metanol yang mengandung HCl
pekat 1%) dan larutannya harus disimpan di tempat yang gelap. Ada enam
antosianin yang umum salah satunya yaitu antosianidin. Antosianidin adalah
aglikon antosianin yang terbentuk bila antosianin dihidrolisis dengan asam.
Antosianin yang paling umum saat ini ialah sianidin yang berwarna merah
lembayung. Warna jingga disebabkan oleh pelargonidin yang gugus hidroksilnya
kurang satu dibandingkan sianidin, sedangkan warna lembayung dan biru
umumnya disebabkan oleh delfinidin yang gugus hidroksilnya lebih satu
dibandingkan sianidin (Harbone, 1987).
2.4 Maskara
Selain alis, bulu mata juga menjadi bagian yang penting. Bulu mata yang
lentik dan panjang akan membuat mata terlihat lebih indah dan berbinar. Bulu
mata yang dianggap cantik adalah bulu mata yang panjang, lebat, dan melengkung
dengan lentik. Berbagai cara bisa dilakukan untuk mempercantik bulu mata.
Sayangnya, tidak semua orang memiliki bulu mata yang indah seperti itu. Tetapi
pemilik bulu mata yang kurang panjang dan lentik tidak perlu merasa cemas. Ada
berbagai pilihan untuk mempercantik bulu mata, yaitu menggunakan maskara,
bulu mata palsu, atau memanfaatkan teknik keriting bulu mata. Namun dari

11
Universitas Sumatera Utara

ketiga pilihan tersebut, menggunakan maskara adalah teknik yang paling populer
untuk mendapatkan bulu mata yang indah, karena menggunakan maskara adalah
teknik yang paling sederhana dan praktis (Muliyawan dan Suriana, 2013).
Pada dasarnya, maskara adalah cat rambut yang diformulasikan khusus
untuk diaplikasikan pada bulu mata. Pemakaian maskara bertujuan untuk
membuat bulu mata tampak lebih tebal dan panjang hingga mata terlihat lebih
besar dan indah. Selain untuk mempercantik bulu mata, maskara juga bisa
digunakan untuk menebalkan alis mata. Sejarah mencatat, bahwa maskara
pertama dibuat pada tahun 1913 di Chicago, Amerika Serikat. Seseorang yang
bernama Thomas William membuat maskara untuk Maybel, adiknya. Maybel
sering merasa rendah diri karena bentuk matanya yang kecil. Thomas membuat
maskara ini dari campuran serbuk batu bara dan vaselin. Formula sederhana yang
digunakan saat itu membuat maskara sangat keras, hingga tidak nyaman untuk
digunakan. Maskara pertama ini diaplikasikan menggunakan kuas yang dibasahi
dengan air (Muliyawan dan Suriana, 2013).
Melihat maskara mampu membuat mata tampak lebih indah dalam
sekejap. Sejak saat itu, maskara menjadi bagian penting dalam seluruh
perlengkapan tata rias. Penggunaan maskara dalam tata rias punya peran yang
tidak bisa dipandang remeh. Meskipun penggunaannya belum sepopuler eye
shadow, namun maskara menjadi pilihan bagi kaum wanita dibandingkan bulu
mata palsu. Mengapa demikian? Hal ini sebenarnya hanya didasarkan pada
kepraktisan dan kenyamanan. Bulu mata palsu dan maskara sama –sama bertujuan
untuk menonjolkan bentuk bulu mata. Namun, pada praktiknya menggunakan
bulu mata palsu jauh lebih merepotkan, menghabiskan waktu, dan tidak nyaman.

12
Universitas Sumatera Utara

Bulu mata palsu harus ditempelkan dengan rapi menggunakan lem khusus. Bila
belum terbiasa, rasanya tidak mudah menempelkan bulu mata palsu. Selain itu,
lem bulu mata lebih sulit untuk dibersihkan. Penggunaan bulu mata palsu yang
sering juga bisa menyebabkan bulu mata asli lebih mudah rontok. Menggunakan
bulu mata yang terlalu tebal membuat mata terlihat berat dan kurang natural.
Sementara, menggunakan maskara lebih ringkas dan praktis. Cukup dilakukan
dengan cara menyisir bulu mata menggunakan kuas maskara lalu mengoleskannya
pada bulu mata (Muliyawan dan Suriana, 2013).
Mata sering dianggap sebagai bagian yang penting dari penampilan
seseorang. Dari mata turun ke hati, kata orang, karena mata adalah bagian yang
mampu menyampaikan pesan yang tersembunyi dalam hati sekalipun. Mengapa
problem-problem tersebut kerap muncul di sekitar mata? Banyak faktor seperti
sinar matahari, polusi, iklim dingin atau kering, kurang tidur, terlalu lama
membaca, menonton tv, bekerja di depan komputer, maupun iritasi atau alergi
akibat kosmetik, kesemuanya dapat berdampak kurang menguntungkan untuk
mata (Erlandari, 2013).
Lingkaran hitam di bawah mata, penyebabnya dapat genetik maupu
nongenetik. Yang genetik (keturunan), umumnya mulai timbul dengan
menurunnya elastisitas kulit dengan makin bertambahnya umur, atau karena
kondisi “atopi” (adanya deviasi sistem imunitas tubuh yang dibawa sejak lahir).
Sedangkan lingkaran hitam di bawah mata yang nongenetik, dapat timbul akibat
seseorang sedang tidak sehat, kurang tidur, polusi debu, asap rokok, dan stres
(Erlandari, 2013).

13
Universitas Sumatera Utara

Merawat dan membersihkan kulit di sekitar mata jadi kewajiban yang
harus dilakukan setelah menggunakan berbagai makeup mata seperti maskara,
karena menggunakan kosmetik pada bagian mata bisa membuat organ mata dan
area sekitarnya merasa lelah. Oleh karena itu, pastikan untuk selalu menghapus
maskara setiap malam sebelum tidur. Daerah mata sangat sensitif, maka
disarankan untuk menggunakan larutan penghapus make up khusus untuk mata
dan bibir (Muliyawan dan Suriana, 2013).
Membersihkan area di sekitar mata, sebaiknya dilakukan dengan gerakangerakan yang lembut. Menggosok-gosok mata dengan gerakan yang kasar, bisa
memicu munculnya keriput. Menggunakan larutan pembersih dengan formula
keras juga bisa membuat mata lebih mudah berkerut (Muliyawan dan Suriana,
2013).
Pembersih mata atau eye make up remover terutama dibutuhkan untuk
mereka yang biasa memakai make up mata atau tata rias wajah. Krim mata yang
sesuai, tabir surya yang sesuai, dan kaca mata pelindung UV (ultraviolet), sangat
bermanfaat untuk dipakai sehari-hari. Jika memang diperlukan, tak ada salahnya
sekali waktu menyempatkan diri untuk melakukan perawatan mata, dengan tujuan
mengurangi, mencegah, dan mengatasi masalah yang ada. Untuk perawatan
tersebut di atas, ada baiknya konsultasikan terlebih dahulu pada dokter spesialis
kulit (Erlandari, 2013).
2.4.1 Fungsi dan Manfaat Maskara (Muliyawan dan Suriana, 2013).
1. Fungsi
-

Mempertegas bentuk dan ukuran bulu mata asli semaksimal mungkin.

14
Universitas Sumatera Utara

-

Bulu mata tampak lebih tebal dan panjang, sehingga semakin
mempercantik dan mempertegas bentuk mata.

2. Manfaat
-

Menggunakan maskara untuk melentikkan bulu mata membuat mata
tampak lebih indah, besar, dan berbinar.

2.4.2 Jenis-Jenis Maskara
Berdasarkan bentuknya, maskara terdiri atas 4 jenis, yaitu (Muliyana dan
Suriana, 2013).
a. Cake mascara
Maskara berbentuk padat ini dikemas dalam kotak kecil mirip dengan
kemasan

eye

shadow.

Maskara

ini

digunakan

dengan

cara

mengoleskannya menggunakan brush berbentuk sikat kecil.
b. Cream mascara
Maskara jenis ini disebut juga maskara tahan air (waterproof).
Bahan dasar maskara ini terbuat dari cairan, bukan air.
c. Cream mascara (emulsified)
Maskara ini dibuat dalam basis emulsi minyak di dalam air.
d.

Liquid mascara
Selain dapat dibedakan dari bentuknya, maskara juga bisa dibagi menjadi

beberapa golongan sesuai fungsinya (Muliyawan dan Suriana, 2013).
a. Long lash mascara
Maskara jenis ini memberi efek bulu mata terlihat lebih panjang dan lentik.

15
Universitas Sumatera Utara

b. Volume mascara
Bila ingin bulu mata terlihat lebih tebal, gunakanlah maskara jenis ini.
Formulanya memberi kesan bulu mata menjadi lebih tebal.
c. Waterproof mascara
Ingin maskara yang awet dan tidak mudah luntur? Pilihlah waterproof
mascara. Maskara jenis ini tidak luntur walaupun terkena air.
d.Color mascara
Tidak semua maskara berwarna hitam, tersedia juga maskara dalam warna
lain untuk berbagai acara.
e. No color mascara
Agar bulu mata terlihat panjang dan alami, bisa menggunakan no color
mascara. Maskara jenis ini berbentuk gel bening. No color mascara juga bisa
digunakan setelah maskara hitam atau berwarna untuk memberi efek lapisan
coating.
f. Base mascara
Base mascara digunakan sebelum mengoleskan maskara hitam agar bulu
mata terlihat lebih panjang dan tebal.
g. Mascara fixer
Jenis maskara ini terbuat dari campuran base mascara dan no color
mascara. Fungsinya membuat maskara lebih tahan lama. Mascara fixer bisa
digunakan sebelum atau sesudah menggunakan maskara.
2.4.3 Cara Penggunaan Maskara
Salah satu kesulitan dalam penggunaan maskara terjadi saat maskara
menggumpal ketika dioleskan pada bulu mata. Akibatnya, bulu mata seperti

16
Universitas Sumatera Utara

menyatu akibat gumpalan maskara itu. Beberapa trik khusus agar maskara
menempel dengan rapi dan bulu mata terlihat cantik adalah (Muliyawan dan
Suriana, 2013):
1. Sebelum mengoleskan maskara, jepit bulu mata menggunakan alat khusus,
sehingga bulu mata terlihat lentik dan melengkung dengan indah.
2. Mulailah mengoleskan maskara pada bagian tengah secara zig-zag, agar
bulu mata terlihat banyak dan maskara tidak menggumpal.
3. Tegakkan kuas bulu mata dan oleskan pada bagian bulu mata di dekat
pangkal hidung dan ujung bulu mata.
4. Oleskan maskara pada bulu mata yang berada dibagian bawah.
5. Jagalah agar mata tidak berkedip sebelum maskara kering dengan
sempurna, karena sia-sia maskara yang masih basah akan menodai kulit
didaerah bawah mata.
Berikut ini adalah cara-cara yang harus diperhatikan dalam penggunaan maskara
(Muliyawan dan Suriana, 2013):
-

Maskara sebaiknya digunakan terakhir dalam rangkaian tata rias, Hal ini
dimaksudkan untuk menghindari hasil riasan yang tidak sempurna, seperti
terkena taburan bedak yang mudah menempel pada maskara.

-

Sebaiknya tidak memberi bedak terlalu tebal pada bagian bawah mata.

-

Gunakan maskara setelah menempelkan bulu mata palsu, agar bulu mata
asli dan palsu menyatu secara natural.

-

Maskara bening bisa digunakan bila menginginkan riasan wajah ringan
dan natural.

17
Universitas Sumatera Utara

-

Oleskan maskara dari pangkal bulu mata sampai keujung. Mengoleskan
maskara hanya pada ujung bulu mata, membuat bulu mata menjadi berat
dan lama-kelamaan menjadi turun.

-

Bila terlalu banyak maskara yang dioleskan pada bulu mata, maka bulu
mata akan terlihat menggumpal. Kurangi cairan maskara di kuas dengan
cara mengoleskannya pada kapas atau tisu sebelum digunakan.

-

Bersihkan gumapalan maskara yang terlanjur menempel pada bulu mata
dengan cara menyisir bulu mata dengan kuas atau sisir kecil .

-

Jangan panik kalau maskara menempel pada area sekitar mata. Ambillah
cotton bud, lalu basahi dengan toner. Hapus maskara secara berhati-hati
hingga tidak merusak keseluruhan tata rias.

-

Jangan memompa maskara dengan cara mengeluar-masukkan kuas
maskara, karena udara yang masuk kedalam tabung maskara akan
membuat maskara cepat mengeras.

-

Seperti kosmetika untuk mata lainnya, masa pakai maskara tergolong
singkat. Hanya berkisar antara 3 sampai 6 bulan.

-

Sebaiknya jangan gunakan maskara yang sudah mengeras atau usianya
lebih dari 6 bulan. Maskara yang sudah melewati masa berlakunya,
dikhawatirkan bisa membahayakan kesehatan mata.

2.5 Kulit
Kulit merupakan lapisan terluar dari tubuh manusia sehingga menjadi
bagian yang bersentuhan langsung dengan lingkungan, fungsi utama kulit adalah
sebagai pelindung (Muliyawan dan Suriana, 2013).

18
Universitas Sumatera Utara

Luas kulit orang dewasa sekitar 1,5 m2 dengan berat kira-kira 15% berat
badan.Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin
kesehatan. Kulit juga sangat kompleks, elastis dan sensitif, serta bervariasi pada
keadaan iklim, umur, ras, dan lokasi tubuh (Wasitaatmadja, 1997).
2.5.1 Sturuktur kulit
Kulit terbagi atas dua lapisan utama menurut (Tranggono dan Latifah, 2007):
1. Epidermis (kulit ari) sebagai lapisan yang paling luar
Para ahli histologi membagi epidermis dari bagian terluar hingga ke dalam
menjadi 5 lapisan yaitu:
a. Lapisan tanduk (stratum corneum) sebagai lapisan yang paling atas, Terdiri
atas beberapa lapisan sel yang pipih, mati, tidak memiliki inti, tidak mengalami
proses metabolisme, tidak berwarna, dan sangat sedikit mengandung air.
Lapisan ini sebagian besar terdiri atas keratin, jenis protein yang tidak larut air,
dan sangat resisten terhadap bahan-bahan kimia. Hal ini berkaitan dengan
fungsi kulit untuk memproteksi tubuh dari pengaruh luar. Secara alami, sel-sel
yang sudah mati dipermukaan kulit Akan melepaskan diri untuk beregenerasi.
Permukaan stratum corneum dilapisi oleh suatu pelindung lembab tipis yang
bersifat asam, disebut mantel asam kulit.
b. Lapisan jernih (stratum lucidum) disebut juga “lapisan barrier”
Terletak tepat dibawah stratum corneum, merupakan lapisan yang tipis,
jernih, mengandung eleidin, sangat tampak jelas pada telapak tangan dan
telapak kaki. Antara stratum lucidum dan stratum granulosum terdapat
lapisan keratin tipis yang disebut rein’s barrier yang tidak bisa ditembus
(immpermeabel).

19
Universitas Sumatera Utara

c. Lapisan berbutir-butir (stratum granulosum)
Tersusun oleh sel-sel keratinosit yang berbentuk polygonal, berbutir kasar,
berinti mengkerut. Stoughton menemukan bahwa di dalam butir keratohyalin
itu terdapat bahan logam, khususnya tembaga yang menjadi katalisator.
c. Lapisan malphigi (stratum spinosum) yang selnya seperti berduri
Memiliki sel yang berbentuk kubus dan seperti berduri. Intinya besar dan
oval. Setiap sel berisi filamen-filamen kecil yang terdiri atas serabut protein,
cairan limfe masih ditemukan mengitari sel-sel dalam lapisan malphigi ini.
d. Lapisan basal(stratum germinativum) yang hanya tersusun oleh satu lapis selsel basal
e. Adalah lapisan terbawah epidermis. Di dalam stratum germinativum juga
terdapat sel-sel melanosit, yaitu sel-sel yang tidak mengalami keratinasi dan
fungsinya hanya membentuk pigmen melanin dan memberikannya kepada
sel-sel keratinosit melalui denrit-denritnya.
2. Dermis (korium, kutis, kulit jangat)
Dermis adalah lapisan kulit yang berada dibawah epidermis. Lapisan ini
bertanggung jawab terhadap elastisitas dan kehalusan kulit. Selain itu, lapisan
dermis juga berperan menyuplai nutrisi bagi epidermis (Muliyawan dan Suriana,
2013).
Di dalam dermis terdapat adneksa-adneksa kulit seperti folikel rambut,
papila rambut, kelenjar keringat, saluran keringat, kelenjar sebasea, otot penegak
rambut. Ujung pembuluh darah dan ujung saraf, juga sebagian serabut lemak yang
terdapat pada lapisan lemak bawah kulit (Tranggono dan Latifah, 2007).

20
Universitas Sumatera Utara

2.5.2 Fungsi biologi kulit
a. Proteksi
Lapisan tanduk dan mantel lemak kulit menjaga kadar air tubuh dengan
cara mencegah masuknya air dari luar tubuh dan mencegah penguapan air, selain
itu juga berfungsi sebagai barrier terhadap racun dari luar. Mantel asam kulit
dapat mencegah pertumbuhan bakteri di kulit ( Tranggono dan Latifah, 2007).
b. Thermoregulasi
Kulit mengatur temperatur tubuh melalui mekanisme dilatasi dan
konstriksi pembuluh kapiler dan melalui perspirasi, yang keduanya dipengaruhi
saraf otonom. Pada saat temperatur badan menurun terjadi vasokontriksi,
sedangkan pada saat temperatur badan meningkat terjadi vasodilatasi untuk
meningkatkan pembuangan panas (Tranggono dan Latifah, 2007).
c. Persepsi sensoris
Kulit bertanggung jawab sebagai indera terhadap rangsangan dari luar
berupa tekanan, raba, suhu, dan nyeri melalui beberapa reseptor, rangsangan dari
luar diterima oleh reseptor dan diteruskan ke sistem saraf pusat dan selanjutnya
diinterpretasikan oleh korteks serebri (Tranggono dan Latifah, 2007)
d. Absorbsi
Beberapa bahan dapat diabsorbsi kulit melalui dua jalur yaitu melalui
epidermis dan melalui kelenjar sebasea. Material yang mudah larut dalam lemak
lebih mudah diabsorbsi dibanding air dan material yang larut dalam air
(Taranggono dan Latifah, 2007).

21
Universitas Sumatera Utara

2.5.3 Jenis kulit
Secara umum kulit terbagi menjadi 3 jenis, yaitu kulit kering, kulit normal,
dan kulit berminyak. Pembagian ini didasarkan pada kandungan air dan minyak
yang terdapat pada kulit (Muliyawan dan Suriana, 2013).
a. Kulit normal
Kulit normal adalah kulit yang memiliki kadar air tinggi dan kadar minyak
rendah sampai normal (Muliyawan dan Suriana, 2013).
Ciri-ciri fisik yang dimiliki oleh kulit normal adalah :
-

Tidak berminyak

-

Kulit tampak segar dan cerah

-

Bahan-bahan kosmetik mudah menempel di kulit

-

Kulit bertekstur halus

b. Kulit berminyak
Kulit berminyak yaitu kulit yang memiliki kandungan air dan minyak yang
tinggi (Muliyawan dan Suriana, 2013).
Secara Fisik, kulit jenis ini memiliki ciri-ciri berikut :
-

Pori-pori kulit besar terutama di hidung, pipi, dagu karena di sini
minyak sangat banyak menumpuk

-

Kulit bertekstur kasar dan berminyak

-

Mudah kotor dan sangat rentan berjerawat

c. Kulit Kering
Kulit kering adalah kulit yang memiliki kadar air kurang atau rendah
(Muliyawan dan Suriana, 2013).

22
Universitas Sumatera Utara

Ciri-ciri fisik yang tampak pada kulit kering yaitu:
-

Kulit kelihatan kusam

-

Pori-pori halus, kulit muka tipis

-

Sangat sensitif

-

Cepat menampakkan kerutan-kerutan, karena kelenjar minyak kurang
menghasilkan minyak

2.6 Uji Iritasi
Uji tempel adalah uji iritasi dan kepekaan kulit yang dilakukan dengan
cara mengoleskan sediaan uji pada kulit normal panel manusia dengan maksud
untuk mengetahui apakah sediaan tersebut dapat menimbulkan iritasi pada kulit
atau tidak (Ditjen POM., 1985).
Iritasi dan kepekaan kulit adalah reaksi kulit terhadap toksikan. Jika
toksikan diletakkan pada kulit akan menyebabkan kerusakan kulit. Iritasi kulit
adalah reaksi kulit yang terjadi karena pelekatan toksikan golongan alergen
(Ditjen POM., 1985).
Iritasi umumnya agan segera menimbulkan reaksi kulit sesaat setelah
pelekatan pada kulit, iritasi demikian disebut iritasi primer. Tetapi jika iritasi
tersebut timbul beberapa jam setelah pelekatannya pada kulit, iritasi ini disebut
iritasi sekunder (Ditjen POM., 1985).
Tanda-tanda yang ditimbulkan ke dua reaksi kulit tersebut lebih kurang
sama, yaitu akan tampak hiperemia, iretema, edema, atau vesikula kulit. Reaksi
kulit yang demikian biasanya bersifat lokal (Ditjen POM., 1985).
Panel uji tempel meliputi manusia sehat. Manusia sehat yang dijadikan
panel uji tempel sebaiknya wanita, usia antara 20-30 tahun, berbadan sehat

23
Universitas Sumatera Utara

jasmani dan rohani, tidak memiliki riwayat penyakit alergi atau reaksi alergi, dan
menyatakan kesediannya dijadikan sebagai panel uji tempel (Ditjen POM., 1985).
Lokasi uji lekatan adalah bagian kulit panel yang dijadikan daerah lokasi
untuk uji tempel. Biasanya yang paling tepat dijadikan daerah lokasi uji tempel
adalah bagian punggung, lengan tangan atas bagian dalam, lipatan siku, dan
bagian kulit di belakang telinga (Scott, dkk., 1976; Ditjen POM., 1985).
Teknik uji tempel dapat dilakukan dengan uji tempel terbuka, uji tempel
tertutup, dan uji tempel sinar. Prosedur uji tempel dibedakan menjdi uji tempel
preventif, uji tempel diagnostik, dan uji tempel ramal (Ditjen POM., 1985)
Uji tempel preventif adalah uji tempel yang dilakukan sebelum
penggunaan sediaan kosmetika untuk mengetahui apakah pengguna peka terhadap
sediaan atau tidak. Uji tempel preventif dilakukan dengan teknik uji tempel
terbuka atau tertutup, waktu pelekatannya ditetapkan 24 jam. Pengamatan reaksi
kulit positif atau negatif (Ditjen POM., 1985).
Uji tempel diagnostik adalah uji tempel yang dilakukan untuk maksud
pelacakan atau penyelidikan komponen sediaan kosmetika yang menjadi
penyebab terjadinya reaksi kulit pada penderita peka. Uji tempel diagnostik
dilakukan dengan teknik uji tempel terbuka, uji tempel tertutup, dan atau uji
tempel sinar. Lamanya pelekatan ditetapkan 24 jam, 48 jam, dan 72 jam (Ditjen
POM., 1985).
Uji tempel ramal adalah uji tempel yang dilakukan untuk maksud apakah
sediaan kosmetik dapat diedarkan dengan jaminan keamanan atau tidak (Ditjen
POM., 1985). Hasil uji tempel dipengaruhi oleh berbagai faktor:
-

Kadar dan jenis sediaan uji

24
Universitas Sumatera Utara

-

Ketaatan panel dalam melaksanakan instruksi penguji

-

Lamanya waktu pelekatan sediaan uji

-

Lokasi lekatan

25
Universitas Sumatera Utara