Gambaran Diri Ibu pada Masa Menopause di Wilayah Kerja Puskesmas Polonia Medan

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Menopause
2.1.1.Defenisi Menopause
Menopause berasal dari bahasa latin yaitu “mensis” yang berarti bulan dan bahasa
Yunani “pausis” yang artinya berhenti. Jadi, menopause hanya menggambarkan periode
menstruasi terakhir. Usia rata-rata terjadinya menopause alami ialah 51,4 tahun, dengan
rentang umur 35 sampai 60 tahun (Bobak, 2005).
Menurut Pieter (2011) klimakterium menopause adalah periode kritis dalam sistem
hormonal (hormon estrogen tidak dibentuk lagi) ditandai dengan berhentinya haid yang
mempengaruhi masalah psikosomatis. Umumnya terjadi pada umur 45-55 tahun.
Menopause merupakan akhir periode menstruasi, tetapi seorang wanita tidak
diperhitungkan post menopause sampai wanita tersebut telah satu tahun mengalami
amenorrhea. Menopause membuat berakhirnya fase reproduksi pada kehidupan wanita
(Shimp & Smith, 2000 dalam Marga, 2008).
Menurut Dr. Boyke di Indonesia sendiri, usia menopause bervariasi antara 45-50 tahun.
Namun, proses perubahan kearah menopause itu sendiri sudah mulai sejak wanita berusia 40
tahun. Masa ini dikenal sebagai masa pra-menopause (Northup, 2006 dalam Safitri, 2009).
Menopause didefenisikan secara klinis sebagai waktu di mana seorang wanita tidak
mengalami menstruasi selama satu tahun, yang diawali dengan tidak teraturnya periode

menstruasi dan diikuti dengan berhentinya periode menstruasi. Menopause merupakan fase

Universitas Sumatera Utara

dalam kehidupan seorang wanita yang ditandai dengan berhentinya masa subur (Northrup,
2006).
Pengertian Menopause secara kesimpulan adalah masa di mana seorang wanita tidak
mengalami menstruasi selama satu tahun yang berhubungan dengan kegagalan fungsi
ovarium, selama fungsi reproduktif menurun dan berakhir. Umumnya dapat diambil rataratanya seorang wanita akan mengalami menopause pada usia 40-60 tahun.
2.1.2.Fisiologis Menopause
Sejak lahir bayi wanita sudah mempunyai 770.000-an sel telur yang belum berkembang.
Pada fase prapubertas, yaitu usia 8-12 tahun, mulai timbul aktivitas ringan dan fungsi
endokrin reproduksi. Selanjutnya, sekitar 12-13 tahun, umumnya seorang wanita akan
mendapatkan menarche (haid pertama kalinya). Masa ini disebut sebagai pubertas dimana
organ reproduksi wanita mulai berfungsi optimal secara bertahap (Kasdu, 2004). Sekresi
estrogen yang dihasilkan oleh ovarium aktif akan menginduksi pertumbuhan dan pematangan
saluran reproduksi wanita serta perkembangan karakteristik seks sekunder wanita.
Perubahan pubertas pada wanita yaitu pertumbuhan rambut ketiak dan pubis,
penimbunan lemak di lokasi strategis (misalnya payudara, bokong dan paha) dan munculnya
libido (Sherwood, 2001). Dalam masa pubertas genitalia eksterna dan genitalia interna lambat

laun tumbuh untuk mencapai bentuk dan sifat seperti pada masa dewasa (Winkjosastro,
2008). Hal ini berlangsung sampai usia sekitar 45 tahunan dimana wanita akan mengalami
kehamilan dan melahirkan. Fase terakhir kehidupan wanita atau setelah masa reproduksi
berakhir disebut klimakterium, yaitu masa peralihan yang dilalui seorang wanita dari periode

Universitas Sumatera Utara

reproduktif ke periode non-produktif (Kasdu, 2004). Masa pramenopause, menopause dan
pascamenopause dikenal sebagai masa klimakterium (Winkjosastro, 2008).
Pada klimakterium terdapat penurunan produksi estrogen dan kenaikan hormon
gonadotropin. Kadar hormon akhir ini tetap tinggi sampai kira-kira 15 tahun setelah
menopause, kemudian menurun. Tingginya kadar hormon gonadotropin disebabkan oleh
berkurangnya produksi estrogen, sehingga narrative feedback terhadap produksi gonadotropin
berkurang. Wanita dalam masa klimakterium mengalami perubahan-perubahan tertentu yang
dapat menimbulkan gangguan-gangguan ringan atau kadang-kadang berat. Gambaran klinis
dari defisiensi estrogen dapat berupa gangguan neurovegetatif, gangguan psikis, gangguan
somatik dan gangguan siklus haid (Winkjosastro, 2008).
2.1.3. Gejala Menopause
1. Gejala Fisik menopause
Adapun gejala-gejala fisik yang terjadi pada masa menopause yaitu terdapatnya

gangguan neurovegetatif dan gangguan organik infark miokard. Gangguan neurovegetatif
(vasomotorik-hipersimpatikotoni) yang mencakup gejolak panas (hot flushes), keringat malam
hari yang banyak, merasa kedinginan, sakit kepala, desing dalam telinga, tekanan darah yang
fluktuatif, berdebar-debar, susah bernafas, jari-jari atrofi, gangguan usus (meteorismus).
Sedangkan gangguan organik infark miokard (gangguan sirkulasi), atero-sklerosis
(hiperkolesterolemia), osteoporosis, nyeri tulang, gangguan kemih (disuria), nyeri senggama
(dispareunia), kulit yang menipis, gangguan kardiovaskular (Pieter, 2011).
Pada masa pascamenopause ovarium sebagai penghasil utama estradiol (estrogen) sudah
tidak berfungsi lagi, sehingga terjadi penurunan kadar estradiol. Akibat dari perubahan kadar

Universitas Sumatera Utara

hormon ini akan mengganggu pusat lapar dan kenyang di otak yang menyebabkan nafsu
makan meningkat sehingga terjadi kenaikan berat badan ataupun obesitas. Selain itu, juga
terjadi penurunan kadar serotonin (salah satu bentuk neurotransmitter) sebagai akibat jumlah
estrogen yang minim. Serotonin berperan dalam mempengaruhi suasana hati seseorang,
sehingga bila jumlahnya menurun akan mudah depresi dan sulit tidur (Sugiyarti et al, 2011).
Insomnia (sulit tidur) lazim terjadi pada waktu menopause, tetapi hal ini mungkin ada
kaitannya dengan rasa tegang akibat berkeringat dimalam hari, wajah memerah dan
perubahan yang lain (Nugroho, 1995 dalam Safitri, 2009).

2. Gejala Psikologis Menopause
Wanita banyak yang mengeluh dengan masalah psikologis saat menopause, tetapi sulit
untuk menentukan apakah masalah ini timbul akibat defisiensi estrogen atau merupakan
faktor sekunder akibat gejala lain seperti flush dan keringat malam (Andrews, 2010). Episode
keringat malam yang berkepanjangan dapat mengakibatkan gangguan pola tidur yang
akhirnya menyebabkan gangguan konsentrasi, ingatan kurang baik, perubahan alam perasaan
bahkan gejala fisik seperti sakit kepala dan kelemahan. Gangguan psikologis minor sering
muncul sebelum menstruasi terakhir dan tampak memiliki korelasi dengan kadar estrogen
yang berfluktuasi. Gejala ini meliputi kehilangan rasa percaya diri, perubahan alam perasaan
(depresi), keletihan, perasaan tidak berharga, sering lupa dan kesulitan membuat keputusan
(Ballinger, 1975;Montgomery dan Studd, 1991 dalam Andrews, 2010).
2.2. Konsep Diri
Konsep diri mencakup semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui
individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain.

Universitas Sumatera Utara

Stuart and Sundeen (1991) mengemukakan ada 5 komponen konsep diri yaitu peran diri,
identitas diri, harga diri, ideal diri dan gambaran diri.
2.2.1. Peran diri

Peran diri mencakup harapan atau standar perilaku yang telah diterima

keluarga,

komunitas, dan kultur. Perilaku didasarkan pada pola yang ditetapkan melalui sosialisasi.
Seorang dewasa lebih memperhatikan perilaku aktual yang sesuai dengan peran ketimbang
mempelajari nilai dasar yang terdapat dalam peran dan diharapkan untuk membedakan antara
harapan peran ideal dengan kemungkinan realistik.
2.2.2. Identitas diri
Identitas diri mencakup rasa internal tentang individualitas, keutuhan, dan konsistensi
dari seseorang sepanjang waktu dan dalam berbagai situasi. Pencapaian identitas diperlukan
untuk hubungan yang intim karena identitas seseorang diekspresikan dalam berhubungan
dengan orang lain.
2.2.3. Harga diri
Harga diri berkaitan dengan evaluasi individual terhadap keefektifan di sekolah atau
tempat bekerja, di dalam keluarga, dan lingkungan sosial. Keefektifan diri berkaitan erat
dengan ide harga diri (misalnya. penilaian diri tentang kompetensi seseorang dalam
melakukan berbagai tugas).
2.2.4.Ideal diri


Universitas Sumatera Utara

Ideal diri terdiri atas aspirasi, tujuan, nilai, dan standar perilaku yang dianggap ideal dan
diupayakan untuk dicapai. Ideal diri berawal dalam tahun prasekolah dan berkembang
sepanjang hidup karena dipengaruhi oleh norma masyarakat dan harapan serta tuntutan orang
tua dan orang terdekat.
2.2.5.Gambaran diri
Gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar.
Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran dan bentuk, fungsi, penampilan dan
potensi tubuh saat ini dan masa lalu (Stuart dan Sundeen, 1991 dalam Keliat, 1994).
Potter & Perry (2005) mendefenisikan gambaran diri sebagai persepsi seseorang
mencakup perasaan dan sikap tentang tubuh baik secara internal maupun eksternal yang
dipengaruhi oleh pandangan pribadi tentang karakteristik dan kemampuan fisik oleh persepsi
dari pandangan orang lain.
Gambaran diri adalah fenomena yang kompleks yang muncul dan berubah selama
proses pertumbuhan dan perkembangan yang terdiri atas sifat fisiologis (persepsi tentang
karakteristik fisik seseorang), psikologi (nilai dan sikap terhadap tubuh, kemampuan dan ideal
diri), dan sifat sosial tentang citra diri seseorang atau diri sendiri dalam kaitannya dengan
orang lain (Wong, 2009).
Gambaran diri berhubungan erat dengan kepribadian. Cara individu memandang diri

mempunyai dampak yang penting pada aspek psikologisnya. Pandangan yang realistik
terhadap diri, menerima dan menyukai bagian tubuh akan memberi rasa aman sehingga
terhindar dari rasa cemas dan meningkatkan harga diri. Individu yang stabil, realistis dan
konsisten terhadap gambaran dirinya akan memperlihatkan kemampuan mantap terhadap

Universitas Sumatera Utara

realisasi yang akan memacu sukses di dalam kehidupan. Persepsi dan pengalaman individu
dapat merupakan gambaran diri secara dinamis (Keliat,1994).
Penurunan produksi hormon pada wanita yang biasanya disebut menopause seringkali
mempengaruhi konsep diri seksual, gambaran diri dan identitas seksual individu.

2.2.5.1.Komponen Gambaran Diri
Gambaran diri mempengaruhi aspek kesejahteraan sosial, spiritual, fisik dan psikologis
(Brooker, 2009). Adapun komponen gambaran diri yaitu realita, presentasi/penampilan dan
ideal. Realita berkaitan dengan kenyataannya tinggi atau pendek, gemuk atau kurus, gelap
atau terang. Realita bukan merupakan keadaan yang konstan tetapi bergantung pada usia dan
perubahan fisik. Presentasi atau penampilan berkaitan dengan pakaian atau mode dimana
terdapatnya kontrol fungsi, pergerakan dan sikap tubuh dan bagaimana orang lain
mempersepsikan seseorang. Ideal berkaitan dengan bagaimana tubuh harus terlihat dan

bersikap yang ditentukan secara budaya dalam mencakup bentuk, ukuran, proporsi, bau, dan
wangi dan merupakan norma perorangan untuk ruang personal (Price, 1990 dalam Brooker,
2009).
Gambaran diri tidak hanya bergantung pada respon individu terhadap tubuhnya sendiri,
tetapi juga penampilan, sikap dan respon orang lain. Gambaran diri menjadi pusat
kepercayaan diri individu, motivasi, dan sensasi pencapaian individu. Gambaran diri
merupakan produk kepribadian individu, yang dibentuk oleh sosialisasi, dan menggambarkan

Universitas Sumatera Utara

penilaian harga diri. Jika ketiga komponen gambaran diri dalam keadaan seimbang memenuhi
harapan personal dan sosial sehingga memungkinkan keberhasilan presentasi diri maka
terdapat hubungan gambaran diri yang positif. Akan tetapi, jika perubahan salah satu atau
lebih komponen maka gambaran diri yang negatif dapat terjadi (Brooker, 2009).

2.2.5.2.Stressor dan Gangguan gambaran diri
Individu yang stabil, realistis dan konsisten terhadap gambaran dirinya akan
memperlihatkan kemampuan yang mantap terhadap realisasi yang akan memacu sukses dalam
kehidupan. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi gambaran diri seseorang yang dapat
mengganggu integrasi gambaran diri. Stresor-stresor tersebut dapat berupa operasi, kegagalan

fungsi tubuh, waham yang berkaitan dengan bentuk dan fungsi tubuh (misalnya pada klien
gangguan jiwa, klien mempersiapkan penampilan dan pergerakan tubuh yang sangat berbeda
dengan kenyataan), perubahan tubuh yang berkaitan dengan tumbuh kembang di mana
seseorang akan merasakan perubahan pada dirinya seiring dengan bertambahnya usia, umpan
balik interpersonal yang negatif yang ditandai dengan adanya tanggapan yang tidak baik
(berupa celaan, makian,) sehingga dapat membuat orang menarik diri, standar sosial budaya
yang berkaitan dengan sosio budaya yang berbeda dengan keterbatasan serta keterbelakangan
dari budaya tersebut yang dapat membuat timbulnya perasaan minder.
Beberapa gangguan diri tersebut dapat menunjukkan respon yang adaptif dan
maladaptif. Tanda dan gejala seperti syok psikologis, menarik diri,

penerimaan dan

pengakuan secara bertahap merupakan respon yang adaptif. Sedangkan respon yang

Universitas Sumatera Utara

maladaptif jika tampak gejala dan tanda-tanda secara menetap sehingga terjadi gangguan
gambaran diri seperti menolak untuk melihat dan menyentuh bagian yang berubah, tidak
dapat menerima perubahan struktur dan fungsi tubuh, mengurangi kontak sosial sehingga

terjadi menarik diri, perasaan atau pandangan negatif terhadap tubuh, preokupasi dengan
bagian tubuh atau fungsi tubuh yang hilang, mengungkapkan keputusasaan, mengungkapkan
ketakutan ditolak, depersonalisasi, dan menolak penjelasan tentang gambaran tubuh (Salbiah,
2003).
Penelitian yang dilakukan oleh Marga tahun 2008 bahwa ada hubungan yang bermakna
antara gambaran diri dengan tingkat kecemasan pada ibu Menopause yang berarti bahwa
semakin menerima gambaran diri maka tingkat kecemasan berkurang. Hasil penelitian yang
didapatkannya terdapat 18 responden (56,3%) memiliki tingkat kecemasan ringan diikuti
dengan tidak ada kecemasan sekitar 9 responden (28,1%) dan kecemasan sedang ada 5
responden (25,6%). Setiap perempuan yang memasuki masa menopause sering kali merasa
cemas. kecemasan pada wanita menopause umumnya bersifat relatif, artinya ada orang yang
cemas dan dapat tenang kembali setelah mendapat semangat/dukungan dari orang-orang di
sekitarnya. Namun ada juga yang terus-menerus cemas, meskipun orang-orang disekitarnya
telah memberikan dukungan. Akan tetapi banyak juga wanita menopause yang tidak
mengalami perubahan yang berarti dalam kehidupannya. Kecemasan itu berupa ketakutan
akan hilangnya kemampuan untuk bereproduksi, menurunnya penampilan sebagai seorang
wanita akibat ketakutan pada kulitnya dan yang paling tidak menguntungkan bila sudah
merasa tua (Anwar, 2007;Kuntjoro, 2007 dalam Marga, 2008).

Universitas Sumatera Utara


2.3

Gambaran diri pada ibu menopause
Menurut Smelzter (2002) menopause digambarkan sebagai penghentian fisiologis haid

berhubungan dengan kegagalan fungsi ovarium, selama fungsi reproduktif menurun dan
berakhir. Menopause berhubungan dengan atropi beberapa jaringan payudara dan organ-organ
genital, kehilangan densitas tulang, serta perubahan vascular. selain itu, termasuk juga rasa
panas atau keringat malam yang dapat mengganggu pola tidur, adanya rasa tidak nyaman dan
malu, penambahan berat badan dan lain-lain. Kehilangan kapasitas reproduktif dapat berarti
kekecewaan pada beberapa wanita dan kelegaan bagi wanita lainnya. Bagi wanita dengan
keluarga yang sedang berkembang dan menganut nilai-nilai tradisional, menopause dapat
mengakibatkan konfusi peran untuk merasakan kebebasan seksual dan personal. Situasi
individual mempengaruhi respons dari setiap wanita dan harus dipertimbangkan.
2.4

Peran Perawat terkait Gambaran Diri
Gambaran diri merupakan salah satu bagian dari konsep diri. Konsep diri dan persepsi

tentang kesehatan sangat berkaitan erat satu sama lain. Klien yang mempunyai keyakinan
tentang kesehatan yang baik akan dapat meningkatkan konsep diri (Potter & Perry, 2005).
Konsep diri yang positif penting untuk kesehatan mental dan fisik individu. Individu yang
memiliki konsep diri yang lebih positif lebih mampu mengembangkan dan mempertahankan
hubungan interpersonal dan lebih tahan terhadap penyakit psikologis dan fisik. Individu yang
memiliki konsep diri yang kuat seharusnya lebih mampu menerima atau beradaptasi dengan
perubahan yang mungkin terjadi sepanjang hidupnya. Selain mengidentifikasi konsep diri
individu yang negatif, perawat juga bertanggung jawab mengidentifikasi kemungkinan
penyebab konsep diri negatif guna membantu individu tersebut mengembangkan pandangan

Universitas Sumatera Utara

positif tentang dirinya. Individu yang memiliki konsep diri yang buruk dapat mengungkapkan
perasaan tidak berharga, tidak menyukai diri sendiri, atau bahkan membenci diri sendiri, yang
dapat diproyeksikan kepada orang lain. Individu tersebut juga dapat merasa sedih atau putus
asa dan dapat menyatakan tidak memiliki energi bahkan untuk melakukan tugas yang paling
sederhana sekalipun.
Tujuan dari dilakukannya tindakan keperawatan bagi klien dengan perubahan gambaran
diri adalah yaitu meningkatkan keterbukaan dan hubungan saling percaya, peran serta klien
sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, mengidentifikasi perubahan gambaran diri,
menerima perasaan dan pikirannya, menetapkan masalah yang dihadapi, mengidentifikasi
kemampuan koping dan sumber pendukung lain dan melakukan tindakan yang dapat
mengembalikan integritas diri (Keliat, 1998).
Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan yaitu pertama sekali membina hubungan
perawat-klien yang terapeutik dengan saling percaya untuk program pendidikan, dukungan,
konseling dan rujukan; kedua memberikan pendidikan kesehatan yang disiapkan untuk fase
awal klien dalam menghadapi perubahan citra tubuh yang sangat perlu dilakukan untuk
mendukung eksplorasi klien yang dapat menguatkan konsep diri klien, mengurangi ansietas
dan menunjukkan bahwa klien mempunyai kontrol; ketiga dorong klien untuk merawat diri
dan berperan serta dalam proses keperawatan yang akan mempercepat proses penerimaan
terhadap perubahan tubuh yang dialami; keempat tingkatkan peran serta kelompok sesama
klien. Anggota kelompok klien dengan masalah yang sama dapat memberi dukungan bahwa
apa yang dirasakan klien adalah normal dan ada jalan keluarnya; kelima tingkatkan dukungan
keluarga klien terutama pasangan klien Bila perubahan dalam gambaran diri berat, perawat

Universitas Sumatera Utara

harus mencari bantuan dari professional lain seperti perawat kesehatan mental atau merujuk
klien pada perawatan spesialis (Potter & Perry, 2005; Keliat, 1998).

Universitas Sumatera Utara