Hubungan Pola Hidup dan Usia Ibu Saat Kehamilan Pertama dengan Terjadinya Menopause di Wilayah Kerja Puskesmas Polonia Medan

(1)

Hubungan Pola Hidup dan Usia Ibu Saat Kehamilan

Pertama dengan Terjadinya Menopause di Wilayah Kerja

Puskesmas Polonia Medan

SKRIPSI

Oleh :

Aggrey Swanny Fransiska Sitorus

091101026

Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara


(2)

Judul : Hubungan Pola Hidup dan Usia Ibu Saat Kehamilan Pertama dengan Terjadinya Menopause di Wilayah Kerja Puskesmas Polonia Medan

Nama : Aggrey Swanny Fransiska NIM : 091101026

Tahun : 2013

Abstrak

Menopause merupakan hal yang terjadi secara alami dalam fase kehidupan seorang wanita. Usia menopause tidaklah sama pada setiap ibu bergantung pada faktor yang mempengaruhi seseorang menopause diantaranya pola hidup (baik aspek pola makan, aktivitas fisik, dan perilaku merokok) dan usia ibu saat kehamilan pertama.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola hidup dan usia ibu saat kehamilan pertama dengan usia terjadinya menopause di wilayah kerja Puskesmas Polonia Medan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian deksriptif korelatif dan menggunakan pendekatan retrospektif. Pengambilan sampel menggunakan teknik accindental sampling dengan jumlah sebanyak sampel 71 orang. Analisa data yang digunakan adalah analisa univariat dan analisa bivariat dengan uji Spearman.

Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara pola makan dan usia menopause (p= 0,002). Hasil penelitian juga menunjukkan hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik/olahraga (p= 0,048) serta terdapat juga hubungan yang bermakna antara perilaku merokok dengan usia menopaause (p= 0,001). Semua hubungan antara variabel pola makan, aktivitas fisik, dan merokok memiliki arah korelasi yang searah dan kekuatan korelasi yang lemah dengan usia menopause ibu. Tetapi, tidak terdapat hubungan yang bermakna antara usia saat kehamilan pertama dengan usia menopause responden (p= 0,547).

Dengan demikian dapat disimpulkan dua hal yaitu pertama, semakin baik pola hidup (baik aspek pola makan, aktivitas fisik, dan perilaku merokok) seseorang, maka akan semakin lama pula lah dia memasuki usia menopause. Kedua, usia kehamilan pertama tidak berhubungan dengan usia menopause. Sehingga diharapkan kepada puskesmas untuk memberikan pendidikan kesehatan tentang pola hidup yang sehat sebagai upaya memperpanjang usia menopause ibu.


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas kasih dan penyertaan-Nya lah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Hubungan Pola Hidup dan Usia Ibu Saat Kehamilan Pertama dengan Terjadinya Menopause di Wilayah Kerja Puskesmas Polonia Medan” dapat diselesaikan dengan baik.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ibu Siti Saidah Nasution, S.Kp, M.Kep, sp.Mat selaku dosen pembimbing atas arahan dan masukannya, sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.

Dengan segala keterbatasan, penulis menyadari penelitian serta penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan. Oleh sebab itu, dengan segala kerendahan hati penulis berharap masukan yang berharga dari semua pihak untuk kebaikan di masa yang akan datang.

Semoga penelitian ini bermanfaat bagi kita terutama bagi pendidikan keperawatan, pelayanan kesehatan, dan penelitian keperawatan.

Medan, 24 Juli 2013


(4)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan penyertaan-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan proposal penelitian dengan judul “Hubungan Pola Hidup dan Usia Ibu Saat Kehamilan Pertama dengan Terjadinya Menopause di Wilayah Kerja Puskesmas Polonia Medan”.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan, dan dukungan dalam proses penyelesaian proposal penelitian ini, sebagai berikut :

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Erniyati, S.Kp., MNS sebagai Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

3. Terima kasih kepada pihak Puskesmas Polonia Medan yang telah memberikan izin dan membantu dalam proses pengambilan data pada saat survey awal dan penelitian.

4. Ibu Siti Saidah Nasution, S.Kp, M.Kep, sp.Mat selaku Dosen Pembimbing yang senantiasa memberikan waktu untuk membimbing, memberikan arahan, ilmu dan saran yang sangat berharga dalam skripsi ini.

5. Ibu Nur Afi Darti S.Kp. M.kep dan Ibu Farida Linda Sari, S.Kep, Ns, M.Kep yang telah memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini. 6. Seluruh Dosen Pengajar Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera

Utara yang telah banyak mendidik penulis selama proses perkuliahan dan staf non-akademik yang membantu memfasilitasi secara administratif. 7. PT Angkasa Pura II (Persero) yang telah memberikan bantuan dana

beasiswa kepada peneliti untuk proses kegiatan akademik dan penelitian. 8. Teristimewa kepada Ayahanda P.Sitorus dan Ibunda R. Barasa tercinta

yang selalu mendoakan, menyayangiku, dan memberikan dukungan baik moril maupun materil, serta senantiasa memberikan yang terbaik untukku. Terimakasih juga kuucapkan untuk adik-adikku Ray Dolfry Sitorus, Kristo


(5)

Rada Sitorus, dan Yesiska Claudia Sitorus yang telah memotivasiku dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Terima kasih buat sahabat-sahabatku Agnesia, Sarah, Iin, Lasmaria, Debby, Novtalin, Gabriella, Raibanta, Lois, Desi, Paola, Dian, Melva, Imelda Lestari, Erica, Riska, Junita, Maruli, Friska, Novia, Siska, dan Mariana yang memberikan semangat, doa, serta kebersamaan dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Teman-teman Fakultas Keperawatan stambuk 2009 yang telah memberikan dukungan dan doa.

11. Semua teman-teman di KMK St. Lukas USU yang telah memberikan motivasi dan dukungan serta doa selama proses penyusunan skripsi ini. 12. Kepada seluruh pihak yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu per

satu yang telah mendukung dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Tuhan selalu mencurahkan berkat dan kasih karunia-Nya kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis. Penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi penelitian ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

Medan, 24 Juli 2013


(6)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Lembar Pengesahan Skripsi ... ii

Kata Pengantar ...iii

Prakata ... iv

Daftar isi ... vi

Daftar Tabel ... ix

Daftar Skema ...xiii

Daftar Lampiran ... xiv

Bab 1 PENDAHULUAN ... 1

1. Latar belakang ... 1

2. Tujuan Penelitian ... 5

3. Pertanyaan Penelitian ... 6

4. Manfaat Penelitian ... 6

Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 7

1. Menopause ... 7

1.1.Definisi Menopause ... 7

1.2.Fisiologi Menopause ... 8


(7)

1.4.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya

Menopause ... 10

1.5.Gejala Menopause ... 10

2. Pola Hidup ... 12

2.1 Definisi Pola Hidup ... 12

2.2 Faktor-Faktor yang Tergolong dalam Pola Hidup... ... 13

2.2.1 Nutrisi/Pola Makan ... 13

2.2.2 Aktivitas Fisik/ Olahraga ... 17

2.2.3 Penggunaan Zat/Merokok ... 18

3. Kehamilan ... 20

3.1. Defenisi Kehamilan... 20

3.2. Proses Terjadinya Kehamilan ... 20

3.3. Faktor Resiko pada Kehamilan ... 21

Bab 3 KERANGKA PENELITIAN DAN HIPOTESIS ... 24

1. Kerangka Penelitian ... 24

2. Definisi Operasional ... 25

3. Hipotesis Penelitian ... 26

Bab 4 METODOLOGI PENELITIAN ... 27

1. Desain Penelitian ... 27


(8)

2.1.Populasi Penelitian ... 27

2.2.Sampel Penelitian ... 27

3. Tempat dan Waktu Penelitian ... 28

4. Pertimbangan Etik ... 29

5. Instrumen Penelitian... 30

5.1. Data Demografi ... 30

5.2. Pola Hidup Responden ... 30

6. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 31

7. Pengumpulan Data ... 32

8. Pengolahan Data... 34

9. Analisa Data ... 34

9.1.Analisa Univariat ... 35

9.2. Analisa Bivariat ... 35

Bab 5 Hasil dan Pembahasan ... 37

1. Hasil Penelitian ... 37

1.1.Data Demografi Responden ... 37

1.2. Analisa univariat ... 38

1.2.1 Pola Hidup ... 38

1.2.1.1 Pola makan...38

1.2.1.2 Aktivitas fisik/ olahraga ...39

1.2.1.3 Penggunaan zat/merokok...39


(9)

1.2.3 Usia menopause ... 41

1.3.Analisa Bivariat ... 41

1.3.1 Hubungan Pola Hidup dengan Usia Menopause ... 41

1.3.1.1 Hubungan Pola Makan dengan Usia Menopause...42

1.3.1.2 Hubungan Aktivitas fisik/ olahraga dengan Usia Menopause...43

1.3.1.3 Hubungan Penggunaan zat/merokok dengan Usia Menopause...44

1.3.2 Hubungan Usia saat Kehamilan Pertama dengan Usia Menopause ... 45

2. Pembahasan ... 48

2.1.Pola Hidup ... 48

2.1.1 Pola Makan... 48

2.1.2 Aktivitas fisik/ olahraga ... 50

2.1.3 Penggunaan zat/merokok ... 51

2.2.Usia Ibu saat Kehamilan Pertama ... 52

2.3.Usia Menopause ... 53

2.4. Hubungan Pola Hidup dengan Usia Menopause ... 54

2.4.1 Hubungan Pola Makan dengan Usia Menopause...54


(10)

2.4.2 Hubungan Aktivitas fisik/ olahraga dengan Usia

Menopause...55

2.4.3 Hubungan Penggunaan zat/merokok dengan Usia Menopause...56

2.5. Hubungan Usia saat Kehamilan Pertama dengan Usia Menopause ... 58

Bab 6 KESIMPULAN dan SARAN ... 60

1. Kesimpulan ... 60

2. Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Defenisi Operasional Variabel Penelitian ... ...25 Tabel 4.1 Interpreasi Hasil Uji Korelasi ...36 Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Karakteristik Demografi Responden (n=71) ...37 Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Pola Makan Responden

(n=71)...38 Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Aktivitas Fisik Responden

(n=71)...39 Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Merokok Responden

(n=71)...40 Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Usia Responden Saat Kehamilan

Pertama (n=71)...40 Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Usia Menopause Responden

(n=71)...41 Tabel 5.7 Hasil Analisa Bivariat antara Pola Makan dengan Usia Menopause

Responden (n=71)...42 Tabel 5.8 Hasil Tabulasi Silang antara Pola Makan dengan Usia Menopause

(n=71)...42 Tabel 5.9 Hasil Analisa Bivariat antara Aktivitas Fisik dengan Usia Menopause

Responden (n=71)...43 Tabel 5.10 Hasil Tabulasi Silang antara Aktivitas Fisik dengan Usia Menopause

(n=71)...44 Tabel 5.11 Hasil Analisa Bivariat antara Merokok dengan Usia Menopause

Responden (n=71)...44 Tabel 5.12 Hasil Tabulasi Silang antara Merokok dengan Usia Menopause

(n=71)...45 Tabel 5.13 Hasil Analisa Bivariat antara Usia Ibu saat kehamilan Pertama

dengan Usia Menopause Responden

(n=71)...45 Tabel 5.14 Hasil Tabulasi Silang antara Usia Ibu saat kehamilan Pertama dengan

Usia Menopause Responden (n=71)...46

Tabel 5.15 Hasil Tabulasi Silang antara Usia Ibu saat kehamilan Pertama dengan

Jumlah anak Responden

(n=71)...47 Tabel 5.16 Hasil Tabulasi Silang antara Usia Menopause dengan Jumlah Anak


(12)

DAFTAR SKEMA

Skema 3.1 Kerangka penelitian hubungan antara pola hidup dan usia ibu saat kehamilan pertama terhadap terjadinya menopause ... 24


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Persetujuan Responden Lampiran 2 Instrumen Penelitian

Lampiran 3 Taksasi dana

Lampiran 4 Daftar Riwayat Hidup Lampiran 5 Jadwal Penelitian Lampiran 6 Hasil Uji Reliabilitas


(14)

Judul : Hubungan Pola Hidup dan Usia Ibu Saat Kehamilan Pertama dengan Terjadinya Menopause di Wilayah Kerja Puskesmas Polonia Medan

Nama : Aggrey Swanny Fransiska NIM : 091101026

Tahun : 2013

Abstrak

Menopause merupakan hal yang terjadi secara alami dalam fase kehidupan seorang wanita. Usia menopause tidaklah sama pada setiap ibu bergantung pada faktor yang mempengaruhi seseorang menopause diantaranya pola hidup (baik aspek pola makan, aktivitas fisik, dan perilaku merokok) dan usia ibu saat kehamilan pertama.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola hidup dan usia ibu saat kehamilan pertama dengan usia terjadinya menopause di wilayah kerja Puskesmas Polonia Medan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian deksriptif korelatif dan menggunakan pendekatan retrospektif. Pengambilan sampel menggunakan teknik accindental sampling dengan jumlah sebanyak sampel 71 orang. Analisa data yang digunakan adalah analisa univariat dan analisa bivariat dengan uji Spearman.

Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara pola makan dan usia menopause (p= 0,002). Hasil penelitian juga menunjukkan hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik/olahraga (p= 0,048) serta terdapat juga hubungan yang bermakna antara perilaku merokok dengan usia menopaause (p= 0,001). Semua hubungan antara variabel pola makan, aktivitas fisik, dan merokok memiliki arah korelasi yang searah dan kekuatan korelasi yang lemah dengan usia menopause ibu. Tetapi, tidak terdapat hubungan yang bermakna antara usia saat kehamilan pertama dengan usia menopause responden (p= 0,547).

Dengan demikian dapat disimpulkan dua hal yaitu pertama, semakin baik pola hidup (baik aspek pola makan, aktivitas fisik, dan perilaku merokok) seseorang, maka akan semakin lama pula lah dia memasuki usia menopause. Kedua, usia kehamilan pertama tidak berhubungan dengan usia menopause. Sehingga diharapkan kepada puskesmas untuk memberikan pendidikan kesehatan tentang pola hidup yang sehat sebagai upaya memperpanjang usia menopause ibu.


(15)

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Menopause merupakan hal yang terjadi secara alami dalam fase kehidupan seorang wanita. Namun banyak wanita yang menganggap bahwa menopause merupakan suatu hal yang menakutkan. Hal ini mungkin berasal dari suatu pemikiran bahwa dirinya akan menjadi tua, tidak sehat, dan tidak cantik lagi. Selain itu, wanita dalam masa menopause mengalami perubahan besar dalam kehidupannya dan beradaptasi terhadap perubahan peran dalam keluarga maupun masyarakat, serta harus menghadapi perubahan tubuh dan harapannya dalam hidup (Kasdu,2002 dalam Safitri,2009)

Menopause menandakan bahwa masa menstruasi dan reproduksi seorang wanita telah berakhir. Hal ini terjadi karena indung telur mengalami penuaan. Penuaan ovarium ini menyebabkan produksi hormon estrogen menurun sehingga terjadi kenaikan hormon FSH dan LH. Peningkatan hormon FSH ini menyebabkan fase folikular dari siklus menstruasi memendek sampai menstruasi tidak terjadi lagi. Menopause menurut WHO berarti berhentinya siklus menstruasi untuk selamanya bagi wanita yang sebelumnya mengalami menstruasi setiap bulan, yang disebabkan oleh jumlah folikel yang mengalami atresia terus meningkat, sampai tidak tersedia lagi folikel, serta dalam 12 bulan terakhir mengalami amenorea, dan bukan disebabkan oleh keadaan patologis (Prawirohardjo,2008)

Perubahan pengeluaran hormon menyebabkan berbagai perubahan fisik maupun psikis bagi wanita. Perubahan ini menjadi tanda ataupun gejala wanita


(16)

memasuki masa menopausenya. Gejala menopause ini dapat berupa hot flushes, keringat malam yang banyak, menstruasi tidak teratur sampai tidak terjadi lagi, mudah tersinggung, mudah lelah, daya ingat menurun, serta nyeri saat senggama. (Prawirohardjo,2008).

Pada tahun 2030, jumlah perempuan di seluruh dunia yang memasuki masa menopause diperkirakan mencapai 1,2 miliar orang. Di Indonesia, pada tahun 2025 diperkirakan akan ada 60 juta perempuan menopause. Saat ini di Indonesia baru mencapai 14 juta perempuan menopause atau7,4 % dari total populasi yang ada. Angka harapan hidup perempuan melonjak dari 40 tahun pada tahun 1930 menjadi 67 tahun pada tahun 1998.. Sementara perkiraan umur rata-rata usia menopause di Indonesia adalah 48 tahun. Peningkatan usia harapan hidup menyebabkan jumlah perempuan yang mengalami menopause semakin banyak (Sari, 2010).

Menurut Badan Pusat Statistik pada tahun 2005, jumlah penduduk wanita di Sumatera Utara adalah 6.161.607 jiwa dengan jumlah penduduk wanita pada kelompok umur 40-54 tahun dan diperkirakan telah memasuki usia menopause sebanyak 916.446 jiwa. Sedangkan tahun 2006 ada sebanyak 6.318.990 jiwa dengan jumlah penduduk wanita yang berusia 40-54 tahun ada 1.041.614 jiwa. Jumlah penduduk wanita di kota Medan pada tahun 2006 ada sebanyak 1.039.681 jiwa dengan jumlah wanita yang berusia 40-54 tahun ada 138.813 jiwa (BPS, 2007 dalam Safitri, 2009 )

Dari data yang diperoleh di Puskesmas Polonia, wanita berusia 40 tahun keatas dan diperkirakan telah memasuki usia menopause di wilayah kerja


(17)

Puskesmas Polonia dan berkunjung ke Puskesmas Polonia pada tahun 2012 (sampai pada November 2012) sebanyak 415 orang.

Beberapa faktor yang terkait dengan menopause menurut Prawirohardjo (2008) di antaranya usia menarche, keturunan, kesehatan umum, dan pola hidup. Pola hidup merupakan sekumpulan perilaku manusia dalam kehidupan sehari-hari yang tercermin dari bagaimana individu menghabiskan waktunya, menggunakan uangnya, dan opininya terhadap diri sendiri maupun lingkungan sekitarnya. Pola hidup dapat mempengaruhi kesehatan individu. Kondisi kesehatan wanita berpengaruh terhadap terjadinya menopause. Oleh karena itu, pola hidup yang mempengaruhi terjadinya menopause, merupakan pola hidup yang dapat mempengaruhi keadaan kesehatan wanita.

Pola hidup tersebut adalah keadaan nutrisi (pola makan), aktivitas fisik (olahraga), dan penggunaan zat (merokok). Berdasarkan penelitian Antono (2010), jika keluarga tidak mampu memberikan makanan yang bergizi sehingga status nutrisi tercukupi maka akan mempercepat usia terjadinya menopause. Situngkir (2012) mengemukakan bahwa salah salah satu manfaat dari aktivitas fisik/olahraga teratur bagi kesehatan adalah menunda proses penuaan dengan mengurangi laju proses penuaan itu sendiri. Menopause merupakan bagian dari proses penuaan yang akan dilalui setiap wanita. Dengan kata lain, jika aktivitas fisik/olahraga dilakukan secara teratur maka akan memperlambat usia memasuki menopause.

Penggunaan zat seperti merokok juga berpengaruh terhadap terjadinya menopause. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mikkelsen dkk (2007),


(18)

bahwa merokok dapat meningkatkan terjadinya menopause dini ataupun mempercepat usia menopause.

Menurut Kasdu (2002) dalam Safitri (2009), faktor lainnya yang sering dikaitkan dengan menopause adalah pemakaian kontrasepsi, status keluarga (seperti status perkawinan, jumlah anak, dan usia melahirkan anak). Beberapa wanita menjalani kehamilan pertamanya pada usia yang dianggap aman oleh WHO untuk menjalani kehamilan dan persalinan yakni pada usia 20 sampai 30 tahun. Namun, ada juga wanita yang sudah menjalani kehamilan pertamanya di bawah usia 20 tahun ataupun diatas 30 tahun.

Proses kehamilan dan persalinan akan memperlambat sistem kerja organ reproduksi. Proses ini juga dapat memperlambat proses penuaan tubuh. Menopause merupakan bagian dari proses penuaan yang akan dilalui setiap wanita. Dengan kata lain, semakin tua seseorang mengalami proses kehamilan dan persalinan, semakin tua juga ia akan memasuki usia menopause (Kasdu,2002 dalam Safitri 2009).


(19)

2. Tujuan Penelitian 2.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pola hidup (pola makan, aktivitas fisik/olahraga, penggunaan zat/merokok) dan usia ibu saat kehamilan pertama terhadap terjadinya menopause di wilayah kerja Puskesmas Polonia.

2.2 Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara pola makan dengan terjadinya menopause di wilayah kerja Puskesmas Polonia.

2. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara aktivitas fisik/olahraga dengan terjadinya menopause di wilayah kerja Puskesmas Polonia.

3. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara penggunaan zat/merokok dengan terjadinya menopause di wilayah kerja Puskesmas Polonia.

4. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara usia ibu pada kehamilan pertama dengan terjadinya menopause di wilayah kerja Puskesmas Polonia.


(20)

3. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut :

- Apakah ada hubungan antara pola makan dengan terjadinya menopause di wilayah kerja Puskesmas Polonia ?

- Apakah ada hubungan antara aktivitas fisik/olahraga dengan terjadinya menopause di wilayah kerja Puskesmas Polonia ?

- Apakah ada hubungan antara penggunaan zat/merokok dengan terjadinya menopause di wilayah kerja Puskesmas Polonia ?

- Apakah ada hubungan antara usia ibu saat kehamilan pertama dengan terjadinya menopause di wilayah kerja Puskesmas Polonia ?

4 Manfaat Penelitian

4.1 Bagi Pendidikan Keperawatan

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan yang bermanfaat untuk perkenbangan ilmu keperawatan khususnya keperawatan maternitas.

4.2 Bagi Penelitian Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pola hidup, usia ibu pada kehamilan pertama, dan menopause.


(21)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Menopause

1.1 Defenisi Menopause

Menopause berasal dari bahasa Latin mensis yang berarti bulan dan bahasa Yunani pausis yang berarti berhenti, kata ini merujuk hanya pada periode menstruasi terakhir. Jika menarke langsung dapat ditentukan di saat wanita untuk pertama kalinnya mengeluarkan darah haid, menopause baru bisa ditentukan dengan pasti satu tahun setelah menstruasi berhenti (Bobak,2005).

Menopause adalah berhentinya fungsi reproduksi wanita ditandai dengan berhentinya menstruasi pada usia sekitar 50 tahun akibat dari tidak diproduksinya hormon estrogen oleh ovarium (Bohme, 2001; Manuaba, 2010). Menopause mengacu pada kondisi yang disebut “perubahan hidup” pada wanita, yakni saat menstruasi berhenti, seorang wanita dikatakan mengalami menopause jika dalam setahun tidak lagi mengalami periode menstruasi. Pada masa ini, aktivitas dari ovarium menurun sampai ovulasi berhenti (Kozier, 2011).

Sementara itu, WHO mendefenisikan menopause sebagai berhentinya menstruasi secara permanen akibat hilangnya aktivitas folikular ovarium. Setelah 12 bulan amenorea berturut-turut, periode menstruasi terakhir secara retrospektif ditetapkan sebagai saat menopause (Brashers, 2007).

Menurut Andrews (2010), menopause merupakan suatu fase dalam kehidupan wanita dimana kesuburan dan perdarahan menstruasi berhenti.


(22)

Menopause juga merupakan bagian dari masa klimakterium yakni masa peralihan antara masa reproduksi dan masa senium. Dengan kata lain, klimakterium menggambarkan periode terjadinya menopause, bukan dari sisi perdarahan berhenti. Masa klimakterium ini dibagi ke dalam tiga fase waktu yakni pramenopause, menopause, dan pascamenopause. Pramenopause adalah waktu sebelum periode menstruasi berhenti. Pascamenopause merupakan waktu setelah periode menstruasi berakhir atau lebih sering disebut masa senium.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa menopause merupakan masa dalam kehidupan wanita dimana dalam setahun menstruasi berhenti sebagai akibat dari tidak diproduksinya lagi hormon estrogen di ovarium sehinnga masa reproduksi wanita berakhir.

1.2 Fisiologi Menopause

Menopause terjadi ketika ovarium mengalami penuaan sehingga fungsi ovarium menurun. Sejak lahir wanita memiliki kurang lebih 750.000 buah folikel di ovarium.Semakin bertambah usia wanita jumlah folikel di kedua ovarium pun semakin berkurang. Pada usia menopause, jumlah folikel yang tersisa beberapa ribu saja. Folikel yang tersisa ini ternyata lebih resisten terhadap rangsangan gonadotropin oleh karena penurunan fungsi ovarium sehingga kemampuan ovarium untuk menjawab rangsangan gonadotropin pun menurun (Prawirohardjo,2008).

Keadaan tersebut mengakibatkan terganggunya interaksi antar hipotalamus–hipofisis. Pertama terjadi kegagalan fungsi korpus luteum.


(23)

Kemudian, turunnya produksi estrogen menyebabkan reaksi umpan balik di hipotalamus terhadap gonadotropin berkurang ( FSH dan LH ). Keadaan ini meningkatkan produksi FSH dan LH. Dari kedua hormon tersebut yang paling meningkat adalah FSH sehingga merupakan petunjuk hormonal dimulainya masa menopause. Dengan meningkatnya kadar FSH dan sedikitnya jumlah folikel yang tersisia di ovarium menyebabkan fase folikular siklus menstruasi wanita menjadi memendeksehingga terjadi gangguan siklus menstruasi menjelang menopause sampai akhirnya siklus menstruasi berhenti saat menopause (Prawirohardjo,2008).

1.3 Batasan Usia Terjadinya Menopause

Usia rata-rata terjadinya menopause alami adalah 51,4 tahun, dengan rentang umur dari 35 sampai 60 tahun (Bobak,2005). Menurut Bohme (2001), usia rata-rata wanita mengalami menopause adalah 51 tahun dan biasanya muncul pada usia antara 48 dan 55 tahun. Sementara itu Kozier (2011) mengemukakan bahwa menopause biasa terjadi antara usia 40 dan 55 tahun. Usia rata-rata menopause adalah 47 tahun.

Di Inggris, usia rata-rata saat periode menstruasi berhenti adalah 51 tahun. Walaupun demikian menopause umumnya terjadi pada usia 45-58 tahun. Usia terjadinya menopause dipengaruhi oleh kebiasaan merokok, yang dapat mempercepat terjadinya menopause 1-2 tahun (Andrews,2010).

Penelitian Agoestina (1982) di Bandung dalam Wignyosastro dkk (1994) menunjukkan bahwa 50% perempuan Indonesia telah mengalami menopause


(24)

pada usia 48 tahun. Sementara pada tahun 2000, perempuan Indonesia memasuki usia mmenopause pada usia sekitar 49 tahun (Pinem,2009).

Menurut Prawirohardjo (2008), usia terjadinya menopause dalam rentang 40-52 tahun. Jika wanita mengalami menopause sebelum usia 40 tahun, maka wanita mengalami menopause dini. Seorang wanita dikatakan mengalami menopause terlambat apabila wanita tersebut mengalami menopause pada usia diatas 52 tahun.

Menurut Boyke dalam Northrup (2006) di Indonesia sendiri, usia menopause bervariasi antara 45-50 tahun. Namun, proses perubahan kearah menopause itu sendiri sudah mulai sejak wanita berusia 40 tahun. Masa ini dikenal sebagai masa pra-menopause (Fonna,2012).

1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Menopause.

Menurut Prawirohardjo (2008) umur terjadinya menopause dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya usia menarke, keturunan, kesehatan umum, dan pola kehidupan. Semakin dini menarke terjadi, semakin lambat menopausenya terjadi.

Berdasarkan penelitian Safitri (2009) faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya menopause adalah usia menarke, jumlah anak, usia melahirkan anak terakhir, penggunaan kontrasepsi, dan perilaku merokok.

1.5 Gejala Menopause

Gejala menopause yang dihadapi setiap wanita berbeda-beda. Pada umumnya, gejala menopause yang paling nyata dialami wanita adalah rasa panas


(25)

dan kemerahan pada wajah serta leher (hot flush). Hampir semua wanita mengaitkan hot flush dengan “perubahan” dalam dirinya. Meskipun demikian, masih ada gejala lain yang dapat timbul selama menopause. Beberapa diantaranya dapat menimbulkan stress jika wanita tidak menyadari bahwa gejala tersebut disebabkan oleh menopause yang dialaminya (Andrews,2010).

Di Asia-Indonesia, gejala yang paling menonjol adalah kemunduran hasrat seksual sehingga menimbulkan keluhan bagi suami (Manuaba,2010). Gejala menopause dapat dibagi menjadi gejala fisik dan gejala psikis.

Gejala fisik yang pertama sekali terjadi adalah menstruasi menjadi tidak teratur sampai menstruasi tidak terjadi lagi, hot flushes diikuti keringat malam hari yang banyak dan vasokonstriksi yang menimbulkan perasaan dingin, sakit kepala, tekanan darah yang tidak teratur, perasaan jantung berdebar-debar, jari-jari atrofi, sakit kepala, desing dalam telinga, susah bernafas, gangguan usus (meteorismus), gangguan saluran kemih, osteoporosis, nyeri saat senggama (dispareunia), payudara mengecil, konsistensi payudara melunak, payudara mengantung, dan gangguan kardiovaskular (angina dan penyakit jantung koroner) (Prawirohardjo,2008).

Gejala psikis yang dapat terjadi pada wanita di masa menopause antara lain ingatan menurun, kelelahan, semangat berkurang, kurang tidur, kecemasan yang timbul sebagai akibat dari rasa khawatir terhadap kondisinya saat ini, mudah tersinggung dan mudah marah yang disebabkan oleh adanya perasaan yang begitu sensitif terhadap sikap dan perilaku orang lain yang dianggap negatif dan menyinggung dirinya. Stres juga merupakan gejala psikis menopause


(26)

yang disebabkan oleh keadaan emosi personalnya dan sikap orang-orang disekitarnya terhadap dirinya. Bila stres berkelanjuntan dapat menyebabkan depresi pada ibu menopause. Adapun bentuk depresi pada ibu menopause terlihat dari hilangnya rasa percaya diri atas organ reproduksi, sedih karena merasa daya tariknya menurun, merasa tertekan oleh karena seluruh aktivitas , dan perannya sudah diambil alih ( Pieter dan Lubis, 2011)

2 Pola hidup

2.1 Defenisi Pola Hidup

Menurut Kotler (dalam Proverawati, 2012) pola hidup merupakan cara seseorang menghabiskan waktunya (aktivitas), apa yang penting untuk dipertimbangkan (minat), dan apa yang dipikirkan tentang dirinya sendiri dan lingkungan disekitarnya (opini).

Selain itu, pola hidup menurut Suratno dan Rismiati (dalam Proverawati, 2012) adalah cara hidup seseorang dalam kehidupan sehari-hari yang tercemin dalam kegiatan yang dilakukan, minat, dan opininya terhadap suatu hal.

Pola hidup merupakan sekumpulan perilaku yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari dimana didalamnya terdapat nutrisi, istirahat, olahraga, rekreasi dan kerja. Perilaku individu ini dapat mempengaruhi keadaan kesehatannya sendiri (Ayers, Bruno dan Langford, 1999 dalam Muharni, 2009)

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pola hidup merupakan gambaran perilaku seseorang dalam menjalani hidupnya yang tercermin dari


(27)

aktivitas yang dilakukan, menggunakan uangnya, minatnya, dan opininya terhadap diri sendiri maupun lingkungan sekitarnya.

2.2 Faktor-Faktor yang Tergolong dalam Pola Hidup 2.2.1 Nutrisi/Pola Makan

Pola makan adalah susunan jenis dan jumlah pangan yang dipilih seseorang untuk dimakan dalam waktu tertentu sebagai reaksi terhadap pengaruh fisiologis, psikologis, budaya dan sosial. Pola makan seimbang didapat dari nutrisi dengan tujuh komponen yaitu protein, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral, air, dan serat. Pola makan seimbang yaitu 60% biji-bijian, 30% sayur dan buah-buahan untuk mendapatkan vitamin, mineral, air, dan serat, serta 10% daging untuk mendapatkan lemak. Ragam pangan yang dikomsumsi harus dapat memenuhi tiga fungsi makanan yaitu zat tenaga (karbohidrat), zat pembangun (protein), daan zat pengatur (vitamin dan mineral). Untuk mencapai gizi seimbang hendaknya susunan makanan sehari terdiri dari campuran ketiga kelompok bahan makanan tersebut. Dari tiap kelompok dipilih satu atau lebih jenis bahan makanan tersebut sesuai dengan ketersediaaan makanan yang ada di pasar, keadaan sosial ekonomi, nilai gizi, dan kebiasaan makanan ( Almatsier,2004 dalam Situngkir, 2012).

Menu seimbang adalah menu yang terdiri dari beraneka ragam makanan dalam jumlah dan proporsi yang sesuai, sehingga memenuhi kebutuhan gizi seseorang guna pemeliharaan, perbaikan sel-sel tubuh, proses kehidupan, pertumbuhan dan perkembangan. Kehadiran ataupun ketidakhadiran suatu zat


(28)

gizi esensial dapat mempengaruhi ketersediaan, absorpsi, metabolisme, atau kebutuhan zat gizi lain. Adanya saling keterkaitan antar zat-zat gizi ini menekankan keanekaragaman makanan dalam menu sehari-hari (Almatsier,2009).

Pada umumnya, penyusunan menu makanan di Indonesia terdiri atas golongan makanan sebagai berikut :

a. Golongan makanan pokok.

Golongan makanan pokok ini biasanya berfungsi untuk memberikan rasa kenyang. Golongan makanan ini juga merupakan berperan sebagai sumber energi/ zat tenaga ataupun sumber karbohidrat. Porsi makanan pokok yang dianjurkan sehari umtuk orang dewasa adalah sebanyak 300-500 gram beras atau sebanyak 3-5 piring nasi sehari. Sebagian dari beras juga dapat diganti dengan jenis makanan pokok lainnya seperti mie, ubi, jagung, ataupun sagu. b. Golongan makanan lauk.

Golongan makanan lauk memberikan rasa nikmat sehingga makanan pokok yang pada umumnya memiliki rasa yang netral menjadi lebih terasa enak. Golongan makanan ini juga berperan sebagai sumber zat pembangun yakni protein baik protein hewani maupaun nabati. Lauk hewani terdiri dari daging, ayam, ikan, kerang, telur, udang, dan lain-lain. Laut nabati terdiri dari kacang-kacangan dan hasil olahannya seperti kacang hijau, kacang kedelai, kacang merah, tahu, tempe, oncom, dan lain-lain. Porsi lauk hewani yang dianjurkan sehari untuk orang dewasa adalah sebanyak 100 gram atau 2 potong ikan/ daging/ayam sehari, sedangkan porsi lauk nabati sebanyak


(29)

100-150 gram atau 4-6 potong tempe sehari. Tempe dapat diganti dengan tahu ataupun kacang-kacangan kering,

c. Golongan sayuran dan buah-buahan

Sayuran memberikan rasa segar dan melancarkan proses makanan karena biasanya dihidangkan dalam bentuk berkuah. Contoh sayuran antara lain sayur daun-daunan ( bayam, kangkung, genjer dan lain-lain), umbi-umbian, kacang-kacangan, dan sebagainya. Sementara itu buah sering digunakan sebagai makanan pencuci mulut. Contoh buah antara lain apel, jeruk, pepaya, pisang, nenas, dan sebagainya. Golongan makanan sayur dan buah merupakan sumber zat pengatur ataupun sumber vitamin dan mineral. Porsi sayuran yang dianjurkan sehari untuk orang dewasa adalah 150-200 gram atai 1,5 – 2 mangkok/ hari. Porsi buah yang dianjurkan untuk orang dewasa adalah sebanyak 200-300 gram atau 2-3 potong sehari berupa pepaya atau buah lainnya. (Almatsier,2009).

Penyusunan menu makanan yang baik dan seimbang akan memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh sehingga angka kecukupan gizi terpenuhi dan terhindar dari status gizi yang buruk maupaun gizi lebih (kegemukan dan obesitas). Menurut Friedlander & Jones dalam Maretta (2011), usia menopause terjadi lebih awal pada wanita dengan bobot badan yang kurus dibandingkan dengan wanita dengan bobot badan yang gemuk. Hal ini disebabkan oleh ketersediaan kadar estrogen di jaringan adipose/lemak pada wanita gemuk sehingga kadar estrogen wanita gemuk lebih tinggi dari wanita yang tidak gemuk. Tingginya kadar estrogen ini akan membuat wanita gemuk mengalami menstruasi yang


(30)

lebih lama sehingga wanita gemuk akan memasuki masa menopause di usia yang lebih tua dari wanita yang tidak gemuk. Sementara itu penelitian Ceballos et all (2006) menunjukkan status gizi yang buruk atau rendah akan

menyebabkan amenorhea dan mempercepat usia menopause (Maretta, 2011) Berdasarkan penelitian Antono (2010) dalam Jurnal Penelitian Kesehatan Forikes, terdapat hubungan yang signifikan antara status keluarga dengan usia terjadinya menopause. Hal ini terjadi sebagai akibat dari kondisi keluarga berhubungan dengan kemampuan untuk menyediakan makanan baik dari kualitas maupun kuantitas. Jika keluarga mampu menyediakan makanan bergizi, maka nutrisi/asupan makanan akan tercukupi. Sebaliknya jika keluarga tidak mampu menyediakan makanan sesuai dengan nutrisi/asupan makanan sehingga angka kecukupan gizi tidak terpenuhi dan akhirnya mempercepat usia menopause.

Selain itu, konsumsi isoflavon ternyata mempengaruhi usia mulai menopause. Hal ini disebabkan oleh kandungan fitoestrogen dalam isoflavon merupakan senyawa yang mirip dengan hormon estrogen. Pemberian fitoestrogen dapat mengurangi keluhan sindrom menopause dan memperpanjang lama haid 1-2 hari dari sebelumnya ( Mulyati dkk, 2006).

Meskipun masih sedikit dilaporkan penelitian yang dilakukan pada manusia, namun fitoestrogen dapat memperlambat masa menopause dan mengurangi gejala-gejala menopause. Isoflavon atau fitoestrogen dapat berikatan dengan reseptor estrogen sebagai bagian dari aktivitas hormonal, menyebabkan serangkaian reaksi yang menguntungkan tubuh. Pada saat kadar


(31)

estrogen menurun, akan terdapat banyak kelebihan reseptor estrogen yang tidak terikat, walaupun afinitasnya rendah, isoflavon dapat berikatan dengan reseptor tersebut. Jika tubuh mendapatkan suplai isoflavon atau fitoestrogen, misalnya dengan mengkonsumsi produk-produk kedelai, maka akan terjadi pegaruh pengikatan isoflavon dengan reseptor estrogen yang menghasilkan efek menguntungkan, sehingga mengurangi simptom menopause ( Ren,2001)

Departemen Kesehatan menganjurkan agar wanita mengkonsumsi isoflavon 80mg per hari. Kadar tersebut dapat diperoleh dengan asupan 112 gram ( satu setengah potong sedang ) tahu atau 56 gram (dua potong sedang) tempe ( Mulyati dkk, 2006).

2.2.2 Aktivitas Fisik/Olahraga

Aktivitas fisik adalah pergerakan tubuh yang menyebabkan pengeluaran tenaga (pembakaran kalori), yang meliputi aktivitas sehari-hari dan berolahraga. Aktivitas fisik yang ideal adalah aktivitas yang dapat meningkatkan ketahanan jantung disamping juga meningkatkan ketahanan dan kekuatan otot (Bustan,2007 dalam Situngkir,2012).

Aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur selama 30 menit setiap hari minimal 3 kali dalam seminggu akan membantu memperpanjang umur harapan hidup dan menurunkan angka kesakitan dan kematian karena penyakit (Ramadhan, 2008 dalam Muharni, 2009).

Situngkir (2012) mengemukakan bahwa salah salah satu manfaat dari aktivitas fisik/olahraga teratur bagi kesehatan adalah menunda proses penuaan dengan mengurangi laju proses penuaan itu sendiri. Olahraga akan


(32)

merangsang seluruh sistem yang ada di dalam tubuh untuk berfungsi dengan lebih baik. Sifat olahraga yang cocok untuk tujuan tersebut adalah aerobik, baik dengan alat/media maupun tidak, yang dilakukan dengan intensitas sedang, frekuensi tiga kali per minggu. Masing-masing sesi latihan berlangsung sekitar 45 menit atau lebih. Olahraga berperan sebagai penjaga dan peningkat kebugaran jasmani secara umum. Olahraga juga berperan sebagai perangsang diproduksinya endofin (morfin tubuh). Endorfin ini akan memberi rasa segar, nyaman dan gembira. Dengan demikian juga akan mengurangi stress dan kekacauan yang ditimbulkan oleh perubahan-perubahan hormonal termasuk saat menjelang menopause. Menopause merupakan bagian dari proses penuaan yang akan dilalui setiap wanita. Dengan kata lain, jika aktivitas fisik/olahraga dilakukan secara teratur maka akan memperlambat usia memasuki menopause.

2.2.3 Penggunaan Zat/Merokok

Pengunaan zat baik legal maupun ilegal dapat mempengaruhi kesehatan. Salah satu perilaku yang tergolong dalam penggunaan zat adalah merokok. Merokok adalah perilaku menghisap rokok ataupun sesuatu yang dilakukan berupa membakar dan menghisap rokok serta dapat menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orang-orang disekitarnya. Apabila sesorang yang tidak menghisap rokok secara langsung melainkan menghirup asap rokok dari orang lain yang merokok baik secara sengaja maupun tidak sengaja dapat dikatakan ia juga merokok dan disebut sebagai perokok pasif (Nasution, 2007).


(33)

Merokok dapat meenyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, gangguan kehamilan dan janin (Situngkir,2012). Namun berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mikkelsen dkk (2007), merokok juga dapat mempercepat usia menopause. Perokok berat (>10 batang rokok tiap hari) dan perokok sedang (10 batang tiap hari) memiliki resiko lebih tinggi mengalami menopause dini daripada perokok pasif ataupun yang tidak merokok. Sejalan dengan Mikelsen, Overton dan Davies (1999) dalam Andrews (2010) menyatakan bahwa usia menopause dipengaruhi oleh kebiasaan merokok, yang dapat mempercepat terjadinya menopause hingga 1-2 tahun.

Hal tersebut terjadi karena nikotin yang terkandung dalam rokok diduga dapat menghambat produksi hormon estrogen yang berperan dalam siklus menstruasi wanita. Produksi hormon estrogen yang terhambat ini, akan menyebabkan siklus hormonal wanita tidak berjalan efektif. Sehingga, pada wanita perokok seringkali mengeluhkan siklus menstruasinya tidak teratur dan jarak persiklusnya sangat panjang. Kondisi ini memungkinkan terhentinya menstruasi secara permanen (menopause) akan lebih cepat (Sari,2009).

Selain itu ada pendapat lain yang menyatakan bahwa racun yang terdapat dalam rokok akan berdampak negatif terhadap fungsi ovarium, yakni kemungkinan akan meningkatkan atresia. Polycyclic aromatic hydrocarbons yang terdapat pada rokok sigaret (rokok putih) akan meracuni folikel dalam ovarium, mengakibatkan atrofi ovarium (Wati’ah, 2011)


(34)

3. Kehamilan

3.1 Defenisi kehamilan

Menurut Cunningham (2006), kehamilan adalah suatu keadaan dimana janin dikandung di dalam tubuh wanita, yang sebelumnya diawali dengan proses pembuahan dan kemudian akan diakhiri dengan proses persalinan. Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis, akan tetapi pentingnya diagnosis kehamilan tidak dapat diabaikan (Siregar, 2009).

Periode terjadinya masa gestasi atau kehamilan adalah sekitar tiga puluh delapan minggu sejak konsepsi/pembuahan ataupun empat puluh minggu dari akhir periode haid terakhir.Selama masa ini, janin terus tumbuh dan berkembang sampai ke tahap janin mampu meninggalkan sistem penunjang dari tubuh ibunya ( Sherwood, 2001)

3.2 Proses Terjadinya Kehamilan

Proses kehamilan diawali dari pembuahan ovum oleh sperma yang terjadi di ampula tuba fallopii. Zigot yang merupakan hasil dari pembuahan akan mengalami pembelahan sel mitosis untuk membentuk morula. Morula ini akan diangkut menuju uterus. Di uterus, morula terapung bebas di rongga uteri selama tiga sampai empat hari. Morula ini juga terus membelah diri secara aktif. Sementara itu endometrium dipersiapkan untuk proses implantasi. Pada saat endometrium siap untuk dimplantasikan (sekitar seminggu setelah ovulasi), morula telah turun ke uterus dan berdiferensiasi menjadi blastokista yang mampu melakukan implantasi. Implantasi merupakan hasil kerja dari sel-sel trofoblas yang terdapat di seluruh permukaan blastokista. Setelah blastokista


(35)

masuk ke daerah desidua (area endometrium yang mengalami modifikasi sebagai akibat dari rangsangan trofoblas) melalui aktivitas trofoblastik, terbentuk selapis endometrium yang menutupi permukaan lubang, sehingga blastokista benar-benar tertanam di lapisan dalam uterus. Lapisan trofoblas terus mencerna sel-sel desidua disekitarnya dan menyediakan energi bagi embrio sampai plasenta terbentuk (Sherwood, 2001)

3.3 Faktor Resiko pada Kehamilan

Menurut Manuaba (2009), faktor resiko yang perlu diperhatikan pada masa kehamilan adalah riwayat kehamilan (keguguran berulang, sering mengalami perdarahan saat hamil, terjadi infeksi saat hamil, adanya riwayat mola hidatidosa atau koriokarsinoma, dan kematian intrauterin), riwayat persalinan (persalinan prematur, persalinan dengan berat badan bayi lahir rendah, persalinan lahir mati, persalinan dengan induksi, persalinan dengan perdarahan pascapartum, dan persalinan dengan tindakan seperti ekstraksi forsep, operasi seksio sesarial, ekstraksi vakum, dan bayi letak sungsang ), riwayat opersi (operasi plastik pada vagina, operasi persalinan atau operasi pada rahim), dan usia ibu saat kehamilannya, ibu primipara muda umur kurang 20 tahun, dan primipara tua umur di atas 35 tahun.

Usia wanita saat kehamilan pertama sangat berpengaruh pada proses kehamilan pertama, kesehatan janin dan proses persalinan. WHO memberikan rekomendasi untuk usia yang dianggap paling aman menjalani kehamilan dan persalinan adalah 20 sampai 30 tahun. Pada rentang usia ini, kondisi rahim


(36)

wanita sudah matur untuk menerima kehamilan dan dapat memberi perlindungan maksimal untuk kehamilan(Siregar, 2009).

Kehamilan pertama yang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun dapat menyebabkan beberapa resiko diantaranya kecenderungan naiknya tekanan darah dan pertumbuhan janin terhambat. Selain itu keadaan rahim yang kurang matur dapat menyebabkan ketuban pecah dini (Siregar,2009).

Sementara itu kehamilan pertama yang terjadi pada usia di antara 30 sampai 35 tahun menurut Seno (2008) meningkatkan resiko perkembangan janin tidak normal, timbulnya penyakit kelamin bawaan , dan ketuban pecah dini juga tinggi. Hal ini terjadi karena kondisi dan fungsi organ reproduksi menurun sejalan dengan pertambahan usia ibu, akibatnya jaringan rahim menjadi kurang subur. Selain itu, jaringan rongga panggul dan otot-ototnya mulai melemah, sehingga rongga panggul tidak mudah lagi menghadapi komplikasi yang berat seperti perdarahan. Keadaan hormonal juga tidak seoptimal usia sebelumnya. Itulah sebabnya, resiko keguguran, ketuban pecah, kematian janin, dan komplikasi lainnya juga meningkat (Siregar,2009).

Proses kehamilan dan persalinan akan memperlambat sistem kerja organ reproduksi. Proses ini juga dapat memperlambat proses penuaan tubuh. Menopause merupakan bagian dari proses penuaan yang akan dilalui setiap wanita. Dengan kata lain, semakin tua seseorang mengalami proses kehamilan dan persalinan, semakin tua juga ia akan memasuki usia menopause (Kasdu,2002 dalam Safitri 2009)


(37)

Menurut Reis et al (1998) dan Martin et al (2006) dalam (Wati’ah,2011), wanita yang usia kehamilan dan melahirkan anak pertamanya lebih muda memiliki peluang untuk hamil (graviditas) dan melahirkan anak (paritas) lebih banyak lagi. Selain itu pada wanita yang hamil dan melahirkan akan terjadi penghentian siklus menstruasi dan keletihan folikel, sehingga mengakibatkan usia menopause lebih lambat. Wanita yang usia kehamilan dan melahirkan anak pertamanya lebih muda secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap penundaan usia menopause.


(38)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN DAN HIPOTESIS

1. Kerangka Penelitian

Kerangka penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antaara pola hidup dan usia ibu saat kehamilan pertama terhadap terjadinya menopause.

keterangan :

= yang diteliti = hubungan secara retrospektif

= berhubungan

Skema 3.1. Kerangka penelitian hubungan antaara pola hidup dan usia ibu saat kehamilan pertama terhadap terjadinya menopause

Pola Hidup :

1. Nutrisi / pola makan 2. Aktivitas fisik / olahraga 3. Penggunaan zat / merokok

Usia Terjadinya menopause Usia ibu saat kehamilan pertama


(39)

2. Defenisi Operasional

Tabel 3.1. Defenisi operasional variabel penelitian

Variabel DefinisiOperasional Alat Ukur Hasil Skala

Pola Hidup

a. Pola Makan Jumlah, frekuensi, serta jenis makanan yang dikonsumsi oleh wanita sehari-hari

Kuisioner 0 -1 = tidak baik 2 - 3 = kurang baik 4 – 5 = cukup baik 6 – 7 = baik

Ordinal

b. Aktivitas Fisik Kegiatan fisik wanita dalam menjalani kehidupan sehari-hari termasuk frekuensi berolahraga

Kuisioner 0 -1 = tidak baik 2 -3 = kurang baik 4 = baik

Ordinal

c.Penggunaan zat (merokok)

Kebiasaan wanita menghisap rokok meliputi banyaknya rokok yang dihisap dalam satu hari.

Kuisioner 0 -1 = perokok aktif

2 -3 = perokok pasif

4 = tidak merokok

Ordinal

Usia ibu saat kehamilan

Pertama

Usia ibu saat hamil untuk

pertama sekalinya, berdasarkan usia menjalani

kehamilan yang dianjurkan WHO

Kuisioner pada data demografi

<20 dan > 30 = beresiko tinggi 20-30 = tidak beresiko

Ordinal

Usia ibu saat menopause terjadi

Usia ibu saat siklus haid tidak terjadi lagi selama 12 bulan berturut-turut

Kuisioner pada data demografi

< 40 tahun = menopause cepat 40-52 tahun = menopause normal

> 52 tahun = menopause lama


(40)

3. Hipotesa Penelitian

Hipotesa adalah jawaban sementara dari suatu penelitian (Setiadi, 2007). Berdasarkan kerangka penelitian, hipotesa dalam penelitian ini adalah :

a. Ada hubungan antara pola makan wanita dengan terjadinya menopause.

b. Ada hubungan antara aktivitas fisik wanita dengan terjadinya menopause.

c. Ada hubungan antara merokok dengan terjadinya menopause.

d. Ada hubungan antara usia ibu saat kehamilan pertama dengan terjadinya menopause


(41)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN 1. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian korelasi (Correlation Study) dan menggunakan pendekatan retrospektif yaitu pengumpulan data untuk menganalisis ada-tidaknya hubungan antara pola hidup dan usia ibu saat kehamilan pertama dengan terjadinya menopause pada ibu di wilayah kerja Puskesmas Polonia dengan menilai riwayat pola hidup (pola makan, aktivitas fisik, dan penggunaan zat/merokok) dan usia kehamilan pertamanya sebelum ibu mengalami menopause.

2. Populasi dan Sampel Penelitian

2.1 Populasi Penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah ibu yang sudah mengalami menopause di wilayah kerja Puskesmas Polonia. Dari data yang diperoleh di Puskesmas pada tahun 2012 jumlah ibu yang mengunjungi Puskesmas yang berusia diatas 40 tahun dan diperkirakan sudah memasuki usia menopause sebanyak 415 orang.

2.2 Sampel Penelitian

Teknik sampling yang diambil oleh peneliti dalam penelitian ini adalah Accindental Sampling. Pengambilan secara accindental didasarkan pada suatu


(42)

Sampel pada penelitian ini adalah sebagian dari ibu yang sudah mengalami menopause di wilayah kerja Puskesmas Polonia yang memenuhi kriteria penelitian. Adapun kriteria sampel pada penelitian ini, antara lain : a. mengalami menopause secara alami

b. bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Polonia yakni di Kecamatan Polonia

c. mengerti bahasa Indonesia

d. bersifat komunikatif dan koperatif e. bersedia menjadi responden

Berdasarkan Arikunto (2006), untuk populasi lebih dari 100, besar sampel yang digunakan sebesar 10-25% dari jumlah populasi.

Besar sampel = 20 % X jumlah populasi = 20 % x 415

= 83 orang

Namun, karena keterbatasan waktu dan kendala yang dialami peneliti, maka jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 71 orang yang bersedia menjadi responden penelitian.

3. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Polonia yaitu Kecamatan Polonia dengan pertimbangan belum pernah dilakukan penelitian tentang hubungan antara pola hidup dan usia ibu saat kehamilan pertama dengan terjadinya menopause di wilayah kerja Puskesmas Polonia. Selain itu, di wilayah kerja puskesmas ini banyak ibu yang sudah mengalami


(43)

menopause dan lokasinya mudah dijangkau oleh peneliti. Penelitian ini dilakukan selama sebulan dari tanggal 7 Juni sampai 5 Juli 2013.

4. Pertimbangan Etik

Dalam melakukan penelitian, peneliti mengajukan surat permohonan kepada Dekan Fakultas Keperawatan untuk mendapatkan izin persetujuan penelitian. Selain itu peneliti mengajukan surat permohonan tersebut ke Puskesmas Polonia untuk pengambilan data awal dan pengambilan data selama proses penelitian.

Penelitian ini memiliki beberapa hal yang berkaitan dengan permasalahan etik, yaitu memberikan penjelasan kepada calon responden penelitian tentang tujuan penelitian dan prosedur pelaksanaan penelitian. Apabila calon responden bersedia, maka responden dipersilahkan untuk menandatangani informed consent. Tetapi jika calon responden tidak bersedia, maka calon

responden berhak untuk menolak dan mengundurkan diri selama proses pengumpulan data berlangsung. Penelitian ini tidak menimbulkan resiko bagi individu yang menjadi responden, baik resiko fisik maupun psikologis. Kerahasiaan catatan mengenai data responden (confidentially), dijaga dengan cara menuliskan inisial pada instrumen dan hanya menuliskan nomor kode yang digunakan untuk menjaga kerahasiaan semua informasi yang diberikan. Data-data yang diperoleh dari responden juga hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.


(44)

5. Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner yang dibuat peneliti dengan berpedoman kepada tinjauan pustaka. Kuesioner penelitian ini terdiri dari dua yaitu bagian pertama yang mengeksplorasi tentang data demografi dan bagian kedua yang mengeksplorasi tentang pola hidup yang ditinjau dari pola makan, aktivitas fisik, dan penggunaan zat (merokok).

5.1. Data Demografi

Pada bagian ini meliputi nomor responden, umur responden, pendidikan, pekerjaan, penghasilan keluarga per bulan, status perkawinan, usia saat siklus haid berhenti/menopause, jumlah anak, dan usia ibu saat kehamilan pertama 5.2. Pola hidup responden

Kuesioner terdiri dari 15 pernyataan yang akan mewakili untuk setiap faktor yaitu faktor nutrisi/pola makan, aktivitas fisik/olahraga, penggunaan zat/ merokok. Pernyataan nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 merupakan pernyataan untuk nutrisi/pola makan, pernyataan nomor 8, 9,10, dan 11 merupakan pernyataan untuk aktivitas fisik/ olahraga dan pernyataan nomor 12, 13, 14, dan 15 merupakan pernyataan untuk penggunaan zat/ merokok.

Kuisioner terdiri atas pernyataan positif yaitu pada nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan 10 dengan skor penilaian yaitu pada jawaban Ya nilai 1 dan pada jawaban Tidak nilai 0. Pertanyaan negatif yaitu pada nomor 11, 12, 13, 14, dan 15 dengan skor penilaian pada jawaban Ya nilai 0 dan pada jawaban Tidak nilai 1.


(45)

6. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

Instrumen penelitian dibuat oleh peneliti sehingga sudah dilakukan uji validitas dan reliabilitas untuk mengetahui seberapa besar derajat kemampuan alat ukur dalam mengukur secara konsisten sasaran yang akan diukur. Uji validitas kuesioner penelitian ini dilakukan dengan validitas isi. Validitas isi sebuah instrumen adalah validitas yang merujuk sejauh mana instrumen penelitian tersebut memuat rumusan-rumusan sesuai dengan isi yang dikehendaki menurut tujuan tertentu (Setiadi, 2007). Uji validitas pada penelitian ini dilakukan oleh dosen yang berkompeten dari Departemen Keperawatan Anak dan Keperawatan Maternitas Fakultas Keperawatan USU.

Untuk mengetahui kepercayaan/ reliabilitas instrumen maka dilakukan uji reliabilitas. Uji reliabilitas dilakukan untuk membuktikan bahwa instrumen penelitian cukup baik sehingga dapat mengungkap data yang bisa dipercaya (Arikunto,2006). Uji reliabilitas pada penelitian ini sudah dilakukan pada responden yang memenuhi kriteria sampel penelitian akan tetapi bukan merupakan bagian dari sampel penelitian.

Uji reliabilitas dilakukan pada 30 orang ibu menopause di wilayah kerja Puskesmas Polonia yang bukan merupakan sampel penelitian. Waktu dilakukannya uji reliabilitas berbeda dengan pengumpulan data penelitian. Uji reliabilitas pada penelitian ini menggunakan rumus K-R 20 sebagai berikut :

�= � k

k−1� �

Vt− ∑pq Vt �


(46)

Keterangan : r= reliabel k = jumlah soal Vt = varians total

p= banyaknya subjek yang skor nilainya 1 N

q= 1- p

N= jumlah responden

Hasil uji reliabel instrumen penelitian ini adalah 0,68 yang menunjukan nilai reliabilitas sedang (0,60 – 0,89) (Setiadi, 2007)

7. Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti selama proses penelitian sebagai berikut :

1. Tahap persiapan pengumpulan data

Tahap persiapan pengumpulan data dilakukan melalui prosedur administrasi dengan cara mendapatkan surat rekomendasi (izin) dari Dekan Fakultas Keperawatan USU dan mengajukan surat rekomendasi tersebut kepada Dinas Kesehatan Kota Medan untuk mendapatkan surat rekomendasi ke Puskesmas Polonia. Setelah mendapatkan surat tersebut, peneliti mengajukan surat rekomendasi tersebut ke Puskesmas Polonia untuk melakukan penelitian.


(47)

2. Tahap pengumpulan data

Setelah mendapatkan persetujuan dan izin dari kepala Puskesmas Polonia Medan, peneliti mulai menemui calon responden dan melakukan pengumpulan data dengan tahapan sebagai berikut:

a. Peneliti memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan penelitian serta meminta kesediaan responden untuk berpartisipasi dalam penelitian dengan menandatangani lembar persetujuan menjadi responden yang telah disediakan.

b. Selanjutnya peneliti memberikan kuisioner dan menjelaskan tata cara pengisian kuisioner sampai responden mengerti, kemudian responden dipersilahkan untuk menjawab kuisioner.

c. Selama proses pengisian kuisioner tersebut, peneliti mendampingi responden agar bila ada pertanyaan yang kurang jelas dapat langsung dijelaskan kepada responden tanpa bermaksud mengarahkan jawaban responden.

d. Setelah pengisian kuisioner selesai diisi, maka peneliti memeriksa kelengkapan jawaban responden. Apabila ada yang belum lengkap, maka peneliti meminta responden untuk melengkapinya saat itu juga.

e. Peneliti kemudian melakukan tahap terminasi (perpisahan) dengan responden.


(48)

f. Setelah data yang dibutuhkan terkumpul semuanya, peneliti melapor kembali ke Puskesmas Polonia untuk mendapatkan surat keterangan telah selesai melakukan penelitian.

8. Pengolahan Data

Setelah melakukan pengumpulan data, maka langkah selanjutnya yaitu melakukan pengolahan data. Pengolahan data dilakukan dengan mengikuti langkah-kangkah sebagai berikut :

a. Editing, peneliti memeriksa ketepatan dan kelengkapan data yang

telah diisi oleh responden secara manual.

b. Coding, pemberian kode dan skoring pada tiap jawaban untuk memudahkan proses entry data.

c. Entry data, setelah proses coding dilakukan pemasukan data ke komputer.

d. Cleaning, sebelum analisis data dilakukan pengecekan data untuk menghindari kesalahan dalam pemasukan data.

e. Saving, penyimpanan data yang sudah dimasukkan ke komputer untuk siap dianalisis.

9. Analisa Data

Analisa data diperoleh dengan melakukan beberapa uji statistik dengan bantuan program komputer. Metode analisa data dalam penelitian ini dilakukan beberapa tahap, yaitu :


(49)

9.1 Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan karateristik setiap variabel penelitian dan menghasilkan distribusi frekuensi serta persentase tiap variabel (Notoatmodjo,2002). Dalam penelitian ini, analisis univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran distribusi frekuensi responden yang meliputi usia ibu saat kehamilan pertama, usia terjadinya menopause, dan pola hidup responden yang terdiri dari nutrisi/pola makan, aktivitas fisik/olahraga, dan penggunaan zat/merokok.

9.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen terhadap variabel dependennya. Analisis bivariat yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji korelasi Spearman. Interpretasi hasil uji korelasi didasarkan kepada nilai p, kekuatan korelasi (r), serta arah korelasinya yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini.


(50)

Tabel 4.1 Interpretasi hasil uji korelasi

No Parameter Nilai Interpretasi

1 Kekuatan korelasi (r) 0,00 – 0,19 Sangat lemah 0,20 – 0,399 Lemah 0,40 – 0,599 Sedang 0,60 – 0,799 Kuat 0,80 – 1,000 Sangat kuat

2 Nilai p P< 0,05 Terdapat korelasi

yang bermakna antara dua variabel yang di uji

P > 0,05 Tidak terdapat

korelasi yang bermakna antara dua variabel yang di uji

3 Arah korelasi + (posiif) Searah, semakin besar nilai satu variabel semakin besar pula nilai variabel lainnya. - (negatif) Berlawanan arah,

semakin besar nilaisatu variabel, semakin kecil nilai variabel lainnya

Dalam penelitian ini, analisa bivariat dilakukan untuk mendapatkan : a. Hubungan antara pola makan dengan terjadinya menopause. b. Hubungan antara aktivitas fisik dengan terjadinya menopause. c. Hubungan antara merokok dengan terjadinya menopause.

d. Hubungan antara usia ibu saat kehamilan pertama dengan terjadinya menopause.


(51)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini diuraikan hasil penelitian serta pembahasan mengenai hubungan antara pola hidup ditinjau dari pola makan, aktivitas fisik, serta penggunaan zat (merokok) dan usia ibu saat kehamilan pertama dengan terjadinya menopause di wilayah kerja Puskesmas Polonia Medan. Penelitian ini telah dilaksanakan mulai dari tanggal 7 Juni 2013 sampai 5 Juli 2013 dengan jumlah responden 71 orang.

1. Hasil Penelitian

1.1 Data Demografi Responden

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Karakteristik Demografi Responden (n=71)

No Karakteristik Responden Frekuensi % 1. Pendidikan

Tidak sekolah SD SMP SMA Perguruan Tinggi 3 36 21 9 2 4,2 50,7 29,6 12,7 2,8 2. Pekerjaan

Ibu Rumah Tangga Wiraswasta/Pedagang PNS/Pegawai Swasta/Karyawan 31 31 9 43,7 43,7 12,7 3. Penghasilan Keluarga

< Rp 1.000.000,00

Rp 1.000.000,00 - Rp 2.000.000,00 Rp 2.000.000,00 - Rp 3.000.000,00 > Rp 3.000.000,00

9 49 6 7 12,7 69,0 8,5 9,9 4. Jumlah Anak

Tidak ada Satu

Dua Tiga

Lebih dari tiga

1 5 3 10 52 1,4 7,0 4,2 14,1 73,2 5. Status Perkawinan

Menikah Tidak Menikah 71 0 100 0

Responden penelitian ini adalah ibu yang mengalami menopause alami di wilayah kerja Puskesmas Polonia Medan. Berdasarkan status perkawinan, semua responden berstatus menikah (100%), dengan jumlah anak mayoritas lebih dari


(52)

tiga (73,2%). Pekerjaan responden terbanyak adalah wiraswasta/pedagang dan ibu rumah tangga (masing-masing 43,7%) dengan penghasilan keluarga per bulan mayoritas Rp 1.000.000,00 – Rp 2.000.000,00 (69%). Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan mayoritas SD (50,7 %).

1.2 Analisa Univariat

Analisa Univariat dimaksudkan untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi dan persentase dari variabel independen yaitu pola hidup ( dilihat dari aspek pola makan, aktivitas fisik/olahraga, dan pengunaan zat/merokok ) dan usia ibu saat kehamilan pertama maupun variabel dependen yaitu usia menopause.

1.2.1 Pola Hidup

Analisa univariat pola hidup ditinjau dari tiga aspek yakni pola makan, aktivitas fisik/olahraga, dan penggunaan zat/merokok sebagai berikut :

1.2.1.1 Pola Makan

Pola makan dibagi kedalam 4 kategori yaitu tidak baik, kurang baik, cukup baik, dan baik. Untuk melihat distribusi dan frekuensi masing-masing kategori pola makan, dapat dilihat pada tabel 5.2 dibawah ini :

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Pola Makan Responden (n=71)

No Pola Makan Frekuensi %

1 tidak baik 1 1.4

2 kurang

baik 8 11.3

3 cukup baik 31 43.7

4 baik 31 43.7


(53)

Pada tabel 5.2 dapat dilihat data yang terbanyak adalah responden dengan pola makan termasuk dalam kategori cukup baik dan baik dengan frekuensi masing-masing 31 orang (43,7 %) .

1.2.1.2 Aktivitas Fisik/Olahraga

Aktivitas fisik/olahraga dibagi kedalam 3 kategori yakni tidak baik, kurang baik, dan baik yang disribusi dan frekuensinya dapt dilihat pada tabel 5.3 dibawah ini :

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Aktivitas Fisik Responden (n=71)

No Aktivitas Fisik

Frekuensi %

1 tidak baik 13 18.3

2 kurang

baik 44 62.0

3 Baik 14 19.7

Total 71 100.0

Berdasarkan tabel 5.3 diatas, pada penelitian ini diperoleh data yang terbanyak adalah responden dengan aktivitas fisiknya termasuk dalam kategori kurang baik sebanyak 44 orang (62 %).

1.2.1.3 Pengunaan Zat/Merokok

Merokok dibagi kedalam 3 kategori yakni tidak baik, kurang baik, dan baik yang disribusi dan frekuensinya dapt dilihat pada tabel 5.4 dibawah ini :


(54)

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Merokok Responden (n=71)

No Merokok Frekuensi %

1 perokok

aktif 2 2.8

2 perokok

pasif 52 73.2

3 tidak

merokok 17 23.9

Total 71 100.0

Berdasarkan tabel 5.4 diatas, pada penelitian ini diperoleh data yang terbanyak adalah responden dengan kebiasaan merokoknya termasuk dalam kategori perokok pasif sebanyak 52 orang (73,2 %) .

1.2.2 Usia Ibu Saat Kehamilan Pertama

Distribusi frekuensi dan persentasi usia ibu saat kehamilan pertama dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Usia Responden Saat Kehamilan Pertama (n=71)

No Usia Saat Kehamilan Pertama Frekuensi % 1

2 3

< 20 tahun (beresiko)

20 – 30 tahun (tidak beresiko) > 30 tahun (tidak beresiko)

27 41 3

38,0 57,8 4,2

Total 71 100.0

Berdasarkan tabel 5.5 diatas, pada penelitian ini diperoleh data responden dengan usia saat kehamilan pertama berada dalam kategori tidak beresiko (20-30 tahun) sebanyak 41 orang (57,7%).


(55)

1.2.3 Usia Menopause

Usia menopause responden dibagi ke dalam tiga kategori yakni cepat, normal, dan lama. Distribusi frekuensi dan persentase usia menopause dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Usia Menopause Responden (n=71)

No Usia Menopause Frekuensi %

1 2 3

Menopuse Cepat ( < 40 tahun ) Menopause Normal ( 40 – 52 tahun )

Menopause Lama ( > 52 tahun )

0 57 14

0 80,3 19,7

Total 71 100.0

Berdasarkan tabel 5.6 diatas, pada penelitan ini diperoleh data usia menopause yang terbanyak adalah responden dengan usia menopause normal (45 – 50 tahun) yaitu berjumlah 39 orang (54,9%).

1.3 Analisa Bivariat

Analisa bivariat dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh variabel independen yaitu pola hidup (pola makan, aktivitas fisik, dan merokok) dan usia ibu saaat kehamilan pertama terhadap variabel dependen yaitu usia menopause. Analisa yang data yang digunakan adalah uji korelasi spearman.

1.3.1 Hubungan Pola hidup dengan Usia Menopause

Analisa hubungan pola hidup dengan usia menopause akan dilihat dari tiga aspek yakni dari aspek pola makan, aktivitas fisik/olahraga, dan penggunaan zat/merokok sebagai berikut :


(56)

1.3.1.1 Hubungan Pola Makan dengan Usia Menopause

Analisa hubungan pola makan dengan usia menopause pada penelitian ini menggunakan uji korelasi Spearman. Hasil uji korelasinya dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 5.7 Hasil Analisa Bivariat antara Pola Makan dengan Usia Menopause Responden (n=71)

Usia Menopause Pola Makan Kekuatan Korelasi (r) 0,365

p 0,002

n 71

Dari hasil penelitian pada tabel 5.7 diatas, diperoleh nilai significancy (p) < 0,05 yakni p= 0,002. Hal tersebut menunjukkan bahwa korelasi antara pola makan dan usia menopause adalah bermakna. Nilai korelasi Spearman (r) sebesar 0,365 yang menunjukkan arah korelasi yang positif dan kekuatan korelasinya yang lemah. Untuk melihat perbandingan jumlah antara kedua variabel, dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 5.8 Hasil Tabulasi Silang antara Pola Makan dengan Usia Menopause (n=71)

Usia Menopause

Total Menopause

Cepat

Menopause Normal

Menopause Lama

n % n % n % n % Pola Makan tidak baik 0 0 1 1,4 0 0 1 1,4

kurang baik 0 0 8 11,3 0 0 8 11,3 cukup baik 0 0 23 32,4 8 11,3 31 43,7 baik 0 0 25 35,2 6 8,4 31 43,7 Total 0 0 57 80,3 14 19,7 71 100


(57)

Dari hasil penelitian yang terdapat pada tabel 5.8 dapat dilihat perbandingan antara pola makan dengan usia menopausenya. Responden yang memasuki usia menopause tergolong dalam kategori menopause lama, semuanya memiliki pola makan dengan kategori cukup baik dan baik.

1.3.1.2 Hubungan Aktivitas Fisik/Olahraga dengan Usia Menopause

Analisa hubungan aktivitas fisik/olahraga dengan usia menopause pada penelitian ini menggunakan uji korelasi Spearman. Hasil uji korelasinya dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 5.9 Hasil Analisa Bivariat antara Aktivitas Fisik dengan Usia Menopause Responden (n=71)

Usia Menopause Aktivitas Fisik Kekuatan Korelasi (r) 0,235

p 0,048

n 71

Pada tabel 5.9 diatas, diperoleh nilai significancy (p) < 0,05 yakni p= 0,048 dan nilai korelasi Spearman (r) sebesar 0,235. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna diantara kedua variabel tersebut dan arah korelasi/hubungannya positif dengan kekuatan korelasi lemah.

Sementara itu untuk melihat perbandingan jumlah diantara kedua variabel, dapat dilihat pada tabel di bawah ini :


(58)

Tabel 5.10 Hasil Tabulasi Silang antara Aktivitas Fisik dengan Usia Menopause (n=71)

Usia Menopause

Total Menopause

Cepat

Menopause Normal

Menopause Lama

n % n % n % n % Aktivitas

Fisik

tidak baik 0 0 11 15,5 2 2,8 13 18,3 kurang baik 0 0 40 56,3 4 5,6 44 62,0 baik 0 0 6 8,5 8 11,3 14 19,7 Total 0 0 57 80,3 14 19,7 71 100

Dari hasil penelitian pada tabel 5.10, kita dapat melihat bahwa responden dengan kategori aktivitas fisik yang baik lebih banyak mengalami menopause lama.

1.3.1.3 Hubungan Merokok dengan Usia Menopause

Kebiasaan merokok responden dianalisa hubungannya dengan usia menopause yang hasilnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 5.11 Hasil Analisa Bivariat antara Merokok dengan Usia Menopause Responden (n=71)

Usia Menopause Merokok Kekuatan Korelasi (r) 0,374

p 0,001

n 71

Nilai Significancy (p) yang diperoleh dari hasil penelitian pada tabel diatas adalah 0,001 yang berarti menunjukkan adanya korelasi/hubungan yang bermakna diantara kedua variabel yakni antara merokok dan usia menopause responden. Nilai korelasi Spearman (r) sebesar 0,374 yang menandakan


(59)

kekuatan korelasi/hubungannya lemah. Dan untuk melihat perbandingan jumlah antara kedua variabel dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 5.12 Hasil Tabulasi Silang antara Merokok dengan Usia Menopause (n=71)

Usia Menopause

Total Menopause

Cepat

Menopause Normal

Menopause Lama

n % n % n % n % Merokok Perokok aktif 0 0 2 2,8 0 0 2 2,8

Perokok pasif 0 0 45 63,4 7 9.9 52 73,2 Tidak Merokok 0 0 10 14,1 7 9.9 17 23,9 Total 0 0 57 80,3 14 19,7 71 100

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.12 di atas, dapat dilihat bahwa tidak ada responden yang perokok aktif yang mengalami menopause lama.

1.3.2 Hubungan Usia Saat Kehamilan Pertama dengan Usia Menopause

Hasil analisa hubungan antara usia ibu saat kehamilan pertama dengan usia menopause dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 5.13 Hasil Analisa Bivariat antara Usia Ibu saat Kehamilan Pertama dengan Usia Menopause Responden (n=71)

Usia Menopause Usia Saat

Kehamilan Pertama

Kekuatan Korelasi (r) 0,073

p 0,547

n 71

Nilai Significancy (p) yang diperoleh dari hasil penelitian pada tabel 5.13 diatas adalah sebesar 0,547 yang berarti p > 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat korelasi/hubungan yang bermakna antara usia saat


(60)

kehamilan pertama dengan usia menopause. Dan untuk melihat perbandingan antara kedua variabel dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 5.14 Hasil Tabulasi Silang antara Usia Saat kehamilan Pertama dengan Usia Menopause (n=71)

Usia Menopause

Total Menopause

Cepat

Menopause Normal

Menopause Lama

n % n % n % n % Usia Saat

Kehamilan Pertama

<20 tahun

(beresiko) 0 0 24 33,8 3 4,2 27 38,0 20 – 30 tahun

(tidak beresiko) 0 0 32 45,1 9 12,7 41 57,8 > 30 tahun

(beresiko) 0 0 1 1,4 2 2,8 3 4,2 Total 0 0 57 80,3 14 19,7 71 100

Dari tabel 5.14 diatas dapat dilihat responden dengan usia kehamilan pertama diatas 30 tahun lebih banyak yang mengalami menopause. Untuk melihat perbandingan usia kehamilan pertama dengan jumlah anak responden, dapat dilihat pada tabel di bawah ini :


(61)

Tabel 5.15 Hasil Tabulasi Silang antara Usia Saat kehamilan Pertama dengan Jumlah anak (n=71) Jumlah Anak Total Tidak ada Satu orang Dua

Orang Tiga Orang

Lebih dari tiga orang

n % n % n % n % n % n % Usia Saat

Kehamilan Pertama

<20 tahun

(beresiko) 1 1,4 1 1,4 1 1,4 3 4,2 21 29,6 27 38,0 20 – 30 tahun

(tidak beresiko)

0 0 3 4,2 2 2,8 6 8,5 30 42,3 41 57,8 > 30 tahun

(beresiko) 0 0 1 1,4 0 0 1 1,4 1 1,4 3 4,2 Total 1 1,4 5 7,0 3 4,2 10 14,1 52 73,3 71 100

Dari tabel 5.15 diatas dapat dilihat dari 27 responden dengan usia kehamilan pertama kurang dari 20 tahun mayoritas (21 orang) memiliki anak lenih dari tiga orang. Untuk melihat perbandingan usia menopause dengan jumlah anak responden, dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 5.16 Hasil Tabulasi Silang antara Usia Menopause dengan Jumlah anak (n=71)

Jumlah Anak Total Tidak ada Satu orang Dua

Orang Tiga Orang

Lebih dari tiga orang

n % n % n % n % n % n % Usia

Menopaue

Menopause

Cepat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Menopause

Normal 1 1,4 4 5,6 3 4,2 7 9,9 42 59,2 57 57,8 Menopause

Lama 0 0 1 1,4 0 0 3 4,2 10 14,1 14 4,2 Total 1 1,4 5 7,0 3 4,2 10 14,1 52 73,3 71 100


(62)

Dari tabel 5.16 dapat dilihat mayoritas responden memiliki anak lebih dari tiga. Selain itu, dapat dilihat juga bahwa dari 14 responden yang mengalami menopause lama, 10 orang diantaranyan memiliki anak lebih dari 3 orang.

2. Pembahasan

2.1 Pola Hidup

Pola hidup ditinjau dari beberapa aspek yakni pola makan, aktivitas fisik, dan kebiasaan merokok.

2.1.1 Pola Makan

Pola makan merupakan susunan jenis dan jumlah makan yang dimakan setiap hari oleh seseorang serta frekuensi makan setiap harinya (Almatsier, 2009).

Pola makan responden penelitian ini, mayoritas berada pada kategori cukup baik dan baik ( masing-masing 43,7 %). Menurut asumsi peneliti, hal ini disebabkan oleh penghasilan keluarga per bulannya yang mayoritas berada di atas Rp 1.000.000,00 sehingga memungkinkan keluarga lebih leluasa dalam menyusun menu makan baik secara kuantitas maupun kualitas untuk pemenuhan nutrisi keluarga.

Asumsi ini diperkuat dengan hasil penelitian Pardede (2002) bahwa besar kecilnya penghasilan keluarga berpengaruh terhadap pola konsumsi keluarga. Semakin besar pendapatan, semakin besar pula persentase pembelanjaannya untuk bahan pangan termasuk buah-buahan, sayur-sayuran, dan jenis bahan pangan lainnya.


(63)

Akan tetapi tingginya pendapatan juga tidak menjamin seseorang memiliki pola makan yang baik, asumsi ini sejalan dengan teori Suhardjo (1989) yang dikutip oleh Suci (2011) bahwa pengeluaran uang lebih banyak tidak menjamin peningkatan pola makan, akan tetapi faktor pribadi dan kesukaanlah yang cenderung mempengaruhi sesorang dalam mengkonsumsi makananya.

Berdasarkan teori, pola makan juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan sesorang, dimana dengan pendidikan yang tinggi diharapkan pengetahuan ataupun informasi terkait dengan gizi menjadi lebih baik (Berg, 1986 dalam Suci, 2011). Akan tetapi hal tersebut bertolak-belakang dengan hasil penelitian ini, dimana mayoritas tingkat pendidikan responden adalah SD (50,7%) dan pola makan responden penelitian ini mayoritas cukup baik dan baik ( masing-masing 43,7%). Sehingga peneliti berasumsi bahwa meskipun tingkat pendidikan rendah, tapi tidak menutup kemungkinan responden mendapatkan informasi mengenai gizi dan pola makan yang baik dari media cetak/koran, radio, televisi, serta penyuluhan gizi dari kader puskesmas yang dapat menambah pengetahuan responden tentang gizi dan pola makan yang baik. Jadi, meskipun pendidikan responden relatif rendah, dengan adanya keterpaparan informasi seperti diatas akan meningkatkan pengetahuan gizi dan pola makan responden, sehingga akan berpengaruh terhadap praktek pola makannya. Asumsi ini diperkuat dengan hasil penelitian Wati & Rahardjo (2011) bahwa meskipun pendidikan ibu rendah namun dengan adanya keterpaparan informasi yang


(64)

baik mengakibatkan pengetahuan ibu bertambah baik sehingga memiliki informasi yang baik pula terkait dengan pemenuhan gizi. Hal ini akan mempengaruhi ibu tersebut dalam praktek pengelolaan menu makanan di rumahnya mulai dari persiapan makanan samnpai pada pendistribusiannya pada setiap anggota keluarganya.

2.1.2 Aktivitas Fisik (Olahraga)

Aktivitas fisik/olahraga merupakan pergerakan tubuh yang menyebabkan pengeluaran tenaga (pembakaran kalori) yang meliputi aktivitas sehari-hari dan berolahraga (Bustan, 2007 dalam Situngkir, 2012)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas fisik responden penelitian ini mayoritas berada pada kategori kurang baik sebanyak 44 orang (62 %). Peneliti berasumsi hal ini berkaitan dengan tingkat pendidikan responden yang mayoritas berada pada tingkat pendidikan SD atau dapat dikatakan mayoritas responden berada pada tingkat pendidikan yang rendah, sehingga pengetahuan dan wawasan responden terkait dengan pentingnya aktivitas fisik (olahraga) terbatas. Hal ini menyebabkan responden tidak melakukan aktivitas fisik/olahraga dengan baik.

Asumsi ini diperkuat dengan pendapat Takasiahaeng (2000) dalam Sari (2009) yang menyatakan semakin tinggi pendidikan wanita maka wanita tersebut cenderung mampu mengatur koping dan kebutuhan hidupnya ke arah yang lebih sehat terutama memperhatikan pola olahraga ataupun aktivitas fisiknya.


(65)

Asumsi kedua, karena mayoritas responden memiliki pekerjaan (wiraswasta, pedagang, PNS, dan karyawan ) yang membuat responden memiliki rutinitas kesibukan sehingga waktu yang dimiliki untuk berolahraga secara khusus sangatlah sedikit. Asumsi ini diperkuat dengan penyataan Dharmawati (2007) yang dikutip oleh Nadimin (2011) yakni pekerjaan yang dilakukan sehari-hari dapat mempengaruhi gaya hidup seseorang. Gaya hidup yang kurang menggunakan aktivitas fisik ini juga disebabkan oleh meningkatnya kesibukan seseorang dalam pekerjaannya, sehingga tidak lagi mempunyai waktu untuk berolahraga.

2.1.3 Penggunaan Zat (Merokok)

Merokok merupakan kebiasaan untuk menghisap rokok ataupun sesuatu yang dilakukan berupa membakar dan menghisap rokok serta dapat menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orang-orang disekitarnya. Apabila sesorang yang tidak menghisap rokok secara langsung melainkan menghirup asap rokok dari orang lain yang merokok baik secara sengaja maupun tidak sengaja dapat dikatakan ia juga merokok dan disebut sebagai perokok pasif (Nasution, 2007).

Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat dilihat bahwa mayoritas responden merupakan perokok baik perokok aktif maupun perokok pasif. Menurut asumsi peneliti hal ini berkaitan dengan faktor pendidikan responden yang rendah (mayoritas SD) sehingga tingkat pengetahuannya mengenai bahaya merokok juga rendah. Hal ini menyebabkan responden


(66)

kurang menghindari perilaku merokok. Ini terbukti dengan lebih banyak responden memiliki perilaku merokok sebagai perokok pasif yang artinya responden tidak menghisap rokok secara langsung melainkan menghirup asap rokok yang dihisap oleh orang-orang yang sering berada disekitar responden baik itu orang tua, suami, sanak keluarga, teman kerja ataupun anak responden.

Takasiahaeng (2000) dalam Sari (2009) juga menyatakan adanya hubungan yang signifikan antara kaitan tingkat pendidikan dan bahaya merokok. Semakin tinggi pendidikannya semakin tinggi pula pengetahuannya tentang bahaya merokok sehingga individu tersebut mampu menyusun koping dan kebutuhan hidupnya ke arah yang lebih sehat dengan menghindari perilaku merokok tersebut.

2.2 Usia Ibu saat Kehamilan Pertama

Menurut Restuastuti (2013), usia ibu saat kehamilan dapat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan/pendidikan. Ibu yang usia kehamilannya berada pada usia < 20 tahun dan >35 tahun disebabkan oleh tingkat pendidikan ibu yang rendah sehingga pengetahuan ibu terkait dengan kehamilan resiko tinggi masih rendah.

Pendapat tersebut bertolak-belakang dengan hasil penelitian ini. Berdasarkan hasil penelitian, usia responden saat kehamilan pertama berada pada rentang usia yang tidak beresiko tinggi yakni pada rentang 20 – 30 tahun (57,7%) dan mayoritas tingkat pendidikan responden adalah SD (50,7%). Peneliti


(67)

berasumsi bahwa ada faktor lain yang mempengaruhi usia ibu saat kehamilan pertama selain tingkat pendidikan seperti tingkat kesuburan ibu dan pasangannya (fertilitas ibu dan pasangannya).

2.3 Usia Menopause

Usia menopause responden pada penelitian ini kebanyakan berada pada rentang menopause normal (40 – 52 tahun) yaitu sebanyak 57 orang (80,3 %). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Setiasih (2003) yang mengatakan bahwa rata-rata usia menopause wanita Indonesia adalah 47,4 tahun.

Prawirohardjo (2008) menyatakan usia terjadinya menopause dalam rentang 40 – 52 tahun. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian Pradana (2010), yang mengemukakan mayoritas usia menopause berada pada rentang usia 40 – 52 tahun dengan rata-rata usia menopause 48,4 tahun.

Usia menopause tidaklah sama pada setiap wanita karena tergantung pada pola hidup, penyakit keturunan, kesehatan umum, usia menopause, kesehatan umum, usia menarkhe dan umlah anaknya. Akan tetapi, secara umum (50%) wanita Indonesia telah menopause pada usia 49 tahun (Pinem, 2009).

Banyaknya responden penelitian berada pada rentang usia menopause normal mungkin berhubungan juga dengan status pekerjaan responden yang mayoritas tidak bekerja atau ibu rumah tangga serta jumlah anak responden yang mayoritas lebih dari tiga anak. Dari hasil penelitian pada tabel 5.16 dari 14 responden yang memasuki usia menopause dalam kategori menopause lama, sebanyak 10 orang memiliki anak lebih dari tiga, 1 orang memiliki anak satu,


(68)

dan 3 orang lagi memiliki anak tiga. Sehingga peneliti berasumsi jumlah anak akan mempengaruhi usia menopause seseorang.

Asumsi ini diperkuat dengan pendapat Yatim (2001) dalam Safitri (2009), bahwa status pekerjaan dan jumlah anak memiliki kaitan dengan usia menopause. Wanita yang bekerja akan mengalami menopause lebih cepat dibandingkan dengan wanita tidak bekerja dimana hal ini berkaitan tingkat stress yang dialami oleh wanita pekerja yang akan mempengaruhi keseimbangan hormonal wanita tersebut. Selain itu, semakin banyak jumlah anak yang dimiliki oleh wanita, maka akan semakin lama pula wanita tersebut memasuki masa menopause (Safitri, 2009).

2.4 Hubungan Pola Hidup dengan Usia Menopause

Analisa hubungan pola hidup dengan usia menopause akan dilihat dari tiga aspek yakni dari aspek pola makan, aktivitas fisik/olahraga, dan penggunaan zat/merokok sebagai berikut :

2.4.1 Hubungan Pola Makan dengan Usia Menopause

Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara pola makan dan usia menopause responden. Dimana semakin baik pola makan responden maka usia menopausenya juga semakin lama. Hal ini dapat dilihat dari tabel 5.8, dimana responden yang mengalami menopause lama semuanya memiliki pola makan dalam kategori cukup baik dan baik.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Ceballos (2006) yang menunjukkan adanya kaitan antara status nutrisi dan usia menopause.


(69)

Semakin rendah status gizinya akan menyebabkan terjadinya amenorhea dan akan mempercepat usia menopause. Status gizi yang baik diperoleh dari pola makan yang baik pula.

Selain itu, menurut peneliti penghasilan keluarga responden yang dominan diatas Rp 1.000.000,00 / bulan dapat mendukung keluarga dalam penyediaan makanan untuk pemenuhan nutrisi keluarga baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Hal ini menyebabkan pola makan responden berada dalam kategori cukup baik dan baik, yang berarti nutrisi/asupan makanan tercukupi sehingga tidak mempercepat usia menopause responden. Asumsi ini diperkuat dengan pernyataan Antono (2010) dalam Jurnal Penelitian Kesehatan Forikes dimana status keluarga (pendapatan) berkaitan dengan kemampuan keluarga dalam menyediakan pemenuhan nutrisi anggota keluarga. Jika keluarga tidak mampu memenuhi nutrisi/asupan makanan sehingga angka kecukupan gizi tidak terpenuhi dan akhirnya akan mempercepat usia menopause.

2.4.2 Hubungan Aktivitas Fisik dengan Usia Menopause

Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik dengan usia menopause responden. Hubungan tersebut dapat dilihat dari tabel 5.10 yakni lebih banyak responden yang mengalami menopause lama berada pada kategori aktivitas fisik yang baik.

Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Situngkir (2012) yakni salah satu manfaat aktivitas fisik/olahraga yang teratur dilakukan adalah


(70)

menunda proses penuaan dengan menghambat laju proses penuaan itu sendiri. Sehingga menopause yang merupakan bagian dari proses penuaan wanita akan dapat ditunda. Hal ini berarti, semakin baik aktivitas fisik/ olahraga wanita maka akan semakin lama pula ia akan mengalami menopause.

Pendapat senada juga dikemukakan oleh Joo Park (2002) yang membuktikan bahwa usia menopause dipengaruhi oleh pola hidup salah satunya adalah aktivitas fisik/ olahraga. Aktivitas fisik/olahraga memberikan pengaruh pada peningkatan fungsi reproduksi wanita sehingga produksi hormon estrogen dapat tetap dipertahankan dan terjadilah penundaan usia menopause.

2.4.3 Hubungan Merokok dengan Usia Menopause

Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara merokok dan usia menopause. Dimana tidak ada perokok aktif yang memasuki usia menopause dalam kategori menopause lama. Sementara perbandingan jumlah responden yang memasuki menopause normal dan menopause lama pada perokok pasif 7 : 1, dan pada responden yang tidak merokok 2 : 1. Hal ini menunjukkan bahwa wanita perokok (baik perokok aktif dan perokok pasif) lebih cepat memasuki usia menopause dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok.

Hasil penelitian ini sejalan dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Martin et al (2006) dalam Wati’ah (2011) bahwa wanita yang merokok


(71)

memiliki peluang yang lebih besar untuk lebih cepat memasuki usia menopause dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok. Joo Park (2002) juga mendukung pernyataan tersebut dengan mengidentifikasi rata-rata usia menopause wanita perokok dibawah usia menopause wanita yang tidak merokok.

Pernyataan senada juga dikemukan oleh Sukma (2007) dalam Sari (2009) bahwa aktivitas merokok memberikan dampak ataupun pengaruh terhadap usia menopause terutama pada menopause dini. Sebanyak 59% wanita perokok aktif akan beresiko terhadap menopause dini.

. Pada tabel 5.12, kita dapat melihat tidak ada peokok aktif yang mengalami menopause lama. Akan tetapi dari 52 orang perokok pasif, mayoritas sebanyak 45 orang mengalami menopause normal dan hanya 7 orang saja yang mengalami menopause lama. Sementara dari 17 orang responden yang tidak merokok, 10 diantaranya mengalami menopause normal dan 7 orang yang mengalami menopause normal. Dari hasil tersebut, peneliti berasumsi bahwa perokok aktif memiliki peluang yang lebih besar untuk lebih cepat memasuki usia menopause bila dibandingkan dengan perokok pasif dan yang tidak merokok.

Asumsi ini diperkuat dengan hasil penelitian Mikkelsen (2007) yang menemukan bahwa perokok aktif memiliki resiko yang lebih tinggi memasuki usia menopause yang cepat daripada perokok pasif ataupun yang tidak merokok.


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)