Perekonomian Indonesia Pertumbuhan Ekono id

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Dapat diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia periode 2009-2013
mencapai rata-rata 5,9% per tahun yang merupakan pertumbuhan ekonomi tertinggi
dan diikuti oleh menurunnya tingkat pengangguran terbuka dari 9,86 persen pada
tahun 2004, menjadi 5,92 persen pada bulan Maret di tahun 2013. Ini merupakan
suatu prestasi tertinggi yang diraih oleh Indonesia. Lalu apakah Indonesia sudah dapat
dikatakan makmur?
Kemakmuran suatu bangsa atau negara dapat diukur dengan tingkat
ekonominya. Tingkat perekonomi suatu negara tersebut dapat dilihat melalui sebuah
besaran yang biasa disebut pendapatan nasional.

Melalui pendapatan nasional

tersebut kita dapat menentukan prestasi ekonomi dan seberapa besar pertumbuhan
ekonomi suatu bangsa. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai nilai produksi
barang dan jasa (output) yang dihasilkan oleh suatu negara dalam waktu satu tahun.
Dalam GBHN dinyatakan bahwa tujuan pembangunan ekonomi adalah meningkatkan

kesejahteraan masyarakat. Dari segi ekonomi, kesejahteraan masyarakat dapat diukur
dengan tingkat pendapatan per kapita (income per kapita). Agar income per kapita
meningkat, maka pertumbuhan ekonomi harus lebih tinggi daripada pertumbuhan
jumlah penduduk. oleh sebab itu ada dua sisi yang harus diperhatikan yakni; sisi
output total (GNP) dan harus diperhatikan yakni; sisi output total (GNP) dan sisi
jumlah penduduk. Dari sisi output total dapat dilihat bahwa Indonesia saat ini
mengalami perubahan struktur ekonomi. Dilihat dari makro sektoral, terjadi
perubahan struktur ekonomi Indonesia dari sektor pertanian lambat laun beralih ke
sektor industri karena banyaknya lahan pertanian yang sekarang beralih menjadi lahan
industri. Hal ini menjadi sangat kontras dengan sisi jumlah penduduk yang
pertumbuhannya tidak sejalan dengan pertumbuhan industri Indonesia. Walaupun saat
ini sektor industri menjadi primadona dalam menyumbang pendapatan negara akan
tetapi sektor pertanianlah yang lebih menyerap banyak tenaga kerja.
Melalui penjelasan diatas maka dapat menarik dibuatnya makalah tentang
pertumbuhan ekonomi dan perubahan struktur perekonomian Indonesia.
1.2.

Rumusan Masalah

1


Berikut beberapa rumusan masalah yang menyangkut tentang pertumbuhan
ekonomi dan perubahan struktur perekonomian Indonesia, antara lain :
1. Bagaimana konsep tentang pendapatan nasional?
2. Bagaimana teori tentang pertumbuhan ekonomi?
3. Apa saja faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia?
4. Apa saja yang mempengaruhi struktur ekonomi Indonesia ?
1.3.

Tujuan
Tujuan dari mempelajari kependudukan dan ketenagakerjaan di Indonesia
adalah, antara lain:
1. Mengetahui bagaimana konsep tentang pendapatan nasional
2. Mengetahui bagaimana teori tentang pertumbuhan ekonomi
3. Mengetahui apa saja faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
Indonesia
4. Mengetahui apa saja yang mempengaruhi struktur ekonomi Indonesia

BAB II
PEMBAHASAN


2.1

Konsep Pendapatan Nasional
2

Pendapatan nasional dalam arti sempit adalah terjemahan langung dari
national income (NI), dalam arti luas pendapatan nasional dapat merujuk ke Produk
Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic Product (GDP) atau merujuk ke Produk
Nasional Bruto (PNB) atau Gross National Product (GNP); Produk Nasional Netto
(PNN) atau Net National Product (NNP).
Produk Domestik Bruto (PDB) nilai produksi barang dan jasa yang dihasilkan
di dalam negeri baik oleh warga negara sendiri maupun oleh orang asing (perusahaan
asing). PDB diukur dengan tiga macam pendekatan :
1. Pendekatan produksi
PDB pendekatan produksi mencakup jumlah nilai barang dan jasa
akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu negara
dalam jangka waktu setahun. Unit-unit produksi tersebut dapat dijabarkan
dalam 11 sektor yakni sektor pertanian; pertambangan dan penggalian; industri
pengolahan;


listrik,

gas,

dan

air

minum;

bangunan;

perdagangan;

pengangkutan dan komunikasi; bank dan lembaga keuangan lain; sewa rumah;
pemerintahan; dan yang terakhir jasa-jasa.
2. Pendekatan pendapatan
PDB menurut pendekatan pendapatan merupakan penjumlahan dari
nilai tambah bruto seluruh sektor atau lapangan usaha

3. Pendekatan pengeluaran
PDB menurut pendekatan pengeluaran adalah jumlah seluruh
permintaan akhir yang meliputi :
a) Pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang tidak
mencari keuntungan
b) Pembentukan modal tetap domestik bruto dan perubahan stok
c) Pengeluaran konsumsi pemerintah
d) Ekspor netto (ekspor dikurangi impor)
Sedangkan Produk Nasional Bruto (PNB) adalah nilai produksi barang dan
jasa yang dihasilkan oleh warga negara sendiri baik yang berada di dalam negeri
maupun yang berada di luar negeri. Dimana PNB = PDB + penghasilan warga
Indonesia yang diterima dari luar negeri atau net income from abroad.
Dari PNB dapat dihitung PNN dimana PNB – seluruh penyusutan atas
barang-barang modal tetap yang digunakan dalam proses produksi selama setahun.

3

Berikut pendapatan per kapita negara-negara di Asia beserta Indonesia :
Negara


Income per kapita (US Dollar)
2010
2011
2012
1. Indonesia
709,190,822,691
846,341,443,778
878,043,027,882
2. Cina
5,930,529,470,799
7,321,935,025,070
8,227,102,629,831
3. Korea Selatan
1,014,890,141,871
1,114,471,962,886
1,129,598,273,324
4. Malaysia
247,533,525,518
289,258,937,259
305,032,745,225

5. Filipina
199,589,447,424
224,095,219,329
250,182,019,476
6. Singapore
217,200,123,752
245,024,318,394
274,701,299,734
7. Thailand
318,907,930,076
345,672,232,116
365,965,815,820
8. Vietnam
115,931,749,905
135,539,487,317
155,820,001,920
Sumber : World Bank Database

2.2


Agregat Ekonomi
PDB, PNB, dan PNN secara umum disebut agregat ekonomi. Ada 2 sisi
agregat ekonomi yaitu sisi penawaran agregat dan sisi permintaan agregat.
Sisi permintaan agregat penggunaan PDB, terdiri dari :
a)
b)
c)
d)

pengeluaran konsumsi rumahtangga (C)
investasi domestik bruto dari sektor swasta dan pemerintah (Ib)
pengeluaran konsumsi pemerintah (G)
Ekspor neto / ekspor dikurangi impor (X - M).

Sedangkan sisi penawaran agregat mencakup 2 teori, yaitu teori neoklasik dan
modern. Dalam teori neoklasik

faktor-faktor produksi yang dianggap sangat

berpengaruh terhadap pertumbuhan output adalah jumlah tenaga kerja dan modal

(kapital). Kapital : finance atau barang modal. Penambahan jumlah tenaga kerja dan
modal, sedangkan faktor lain tetap, akan menambah output yang dihasilkan. Faktor
lain tersebut adalah tingkat produktivitas masing-masing faktor produksi. Dalam
model neoklasik, ilmu pengetahuan dan teknologi dianggap konstan sehingga
produktivitas tenaga kerja dan kapital tidak bisa ditingkatkan. Dengan kelemahan
model pertumbuhan neoklasik, maka muncul teori modern. Dalam teori modern,
kemajuan teknologi dan perkembangan ilmu pengetahuan serta pendidikan menjadi
faktor-faktor yang sangat penting dalam menentukan pertumbuhan ekonomi.
Menurut teori modern, faktor-faktor produksi yang dianggap berpengaruh penting

4

terhadap pertumbuhan ekonomi, tidak hanya tenaga kerja dan modal, tetapi juga
faktor-faktor lain, seperti :
a)
b)
c)
d)
e)
f)

g)
h)

perubahan teknologi (yang terkandung di dalam barang modal)
energi
entrepreneurship (kewirausahaan)
bahan baku
kondisi infrastruktur
hukum serta peraturan
stabilitas politik
kebijakan pemerintah (antara lain dicerminkan oleh besarnya pengeluaran

pemerintah), dan birokrasi
i) dasar tukar internasional (term of trade)

2.3

Teori Pertumbuhan Ekonomi
1.
Aliran Merkantilisme

Pertumbuhan ekonomi atau perkembangan ekonomi suatu negara
menurut kaum Merkantilis ditentukan oleh peningkatan perdagangan
internasional dan penambahan pemasaran hasil industri serta surplus neraca
perdagangan.
2. Aliran Klasik
Adam Smith mengemukakan teori pertumbuhan ekonomi dalam
sebuah buku yang berjudul An Inquiry Into the Nature and Causes of the
Wealth of Nations tahun 1776. Menurut Adam Smith, ada empat fackor yang
memengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu jumlah penduduk, jumlah stok
barang-barang modal, luas tanah dan kekayaan alam, dan tingkat teknologi
yang digunakan. Sedangkan David Ricardo mengemukakan teori pertumbuhan
ekonomi dalam sebuah buku yang berjudul The Principles of Political
Economy and Taxation. Menurut David Ricardo, pertumbuhan ekonomi suatu
Negara ditentukan oleh pertumbuhan penduduk, di mana bertambahnya
penduduk akan menambah tenaga kerja dan membutuhkan tanah atau alam.

3. Aliran Neo Klasik

5

Teori Schumpeter menekankan tentang pentingnya peranan pengusaha
dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi dan para pengusaha merupakan
golongan yang akan terus-menerus membuat pembaruan atau inovasi dalam
ekonomi. Hal ini bertujuan untuk peningkatan pertumbuhan perekonomian jika
para pengusaha terus-menerus mengadakan inovasi dan mampu pengadakan
kombinasi baru atas investasinya atau proses produksinya. Adapun jenis-jenis
inovasi, di antaranya dalam hal berikut penggunaan teknik produksi,
penemuan

bahan

dasar,

pembukaan

daerah

pemasaran,

penggunaan

manajemen, penggunaan teknik pemasaran.
Sedangkan menurut teori Sollow–Swan, terdapat empat anggapan
dasar dalam menjelaskan pertumbuhan ekonomi:
a) Tenaga kerja (penduduk) tumbuh dengan laju tertentu.
b) Fungsi produksi Q = f (K,L) berlaku bagi setiap periode (K : Kapital, L :
Labour).
c) Adanya kecenderungan menabung dari masyarakat.
d) Semua tabungan masyarakat diinvestasikan.

4. Aliran Historis
a) Friederich List (1789–18456)
Menurut Friederich List, perkembangan ekonomi ditinjau dari teknik
berproduksi sebagai sumber penghidupan.Tahapan pertumbuhan ekonominya
antara lain: masa berburu atau mengembara, masa beternak atau bertani, masa
bertani dan kerajinan, masa kerajinan industri dan perdagangan. Buku hasil
karyanya berjudul Das Nationale System der Politischen Oekonomie (1840).
b) Bruno Hildebrand (1812–1878)
Menurut Bruno Hildebrand, perkembangan ekonomi ditinjau dari cara
pertukaran

(tukar-menukar)

yang

digunakan

dalam

masyarakat.

Tahap

pertumbuhan ekonominya: masa pertukaran dengan natura (barter), masa
pertukaran dengan uang, dan masa pertukaran dengan kredit/giral. Pendapatnya
ditulis dalam sebuah buku yang berjudul Die National Ekonomie der gegenwart
und Zukunfit (1848).

6

c) Karl Bucher (1847–1930)
Menurut Karl Bucher, perkembangan ekonomi ditinjau dari jarak antara
produsen dengan konsumen. Tahap pertumbuhan ekonominya antara lain: rumah
tangga tertutup, rumah tangga kota, rumah tangga bangsa, dan rumah tangga
dunia.
d) Werner Sombart (1863–1941)
Menurut Werner Sombart, perkembangan ekonomi ditinjau dari susunan
organisasi dan idiologi masyarakat. Tahapan pertumbuhan ekonomi menurut
Werner Sombart adalah Zaman perekonomian tertutup, Zaman perekonomian
kerajinan dan pertukangan, Zaman perekonomian kapitalis (Kapitalis Purba,
Madya, Raya, dan Akhir). Karyanya ditulis dalam sebuah buku yang berjudul Der
Moderne Kapitalismus (1927).
e) Walt Whitman Rostow
Dalam bukunya yang berjudul The Stage of Economic Growth, W.W.
Rostow membagi pertumbuhan ekonomi menjadi lima tahap atas dasar kemajuan
tingkat teknologi. Kelima tahap itu adalah masyarakat tradisional, prasyarat lepas
landas, lepas landas, gerakan ke arah kedewasaan, dan tahap konsumsi tinggi.

2.4

Faktor Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Terdapat 2 macam faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yaitu faktor

ekonomi dan faktor non-ekonomi. Faktor ekonomi mencakup :
1. Sumberdaya Alam
Sebagian besar negara berkembang bertumpu kepada sumber daya alam
dalam melaksanakan proses pembangunannya. Namun demikian, sumber daya
alam saja tidak menjamin keberhasilan proses pembanguan ekonomi, apabila tidak
didukung oleh kemampaun sumber daya manusianya dalam mengelola sumber
daya alam yang tersedia. Sumber daya alam yang dimaksud dinataranya
kesuburan tanah, kekayaan mineral, tambang, kekayaan hasil hutan dan kekayaan
laut.
2. Akumulasi modal
7

Akumulasi modal terjadi apabila sebagian dari pendapatan ditabung dan
diinvestasikan dengan tujuan memperbesar output dan pendapatan di kemudian
hari demikian pula investasi dalam sumberdaya manusia dapat meningkatkan
kualitasnya dan dengan demikian akan menghasilkan efek yang sama terhadap
produksi, bahkan akan lebih besar lagi bertambahnya jumlah manusia pendidikan
formal dan informal akan dapat ditingkatkan lebih efektif lagi supaya dapat
menghasilkan tenaga terdidik yang dapat mempebesar produktivitas.
3. Organisasi
Organisasi produksi merupakan bagian penting dalam proses pertumbuhan
ekonomi. Organisasi ini berkaitan dengan penggunaan faktor produksi dalam
berbagai kegiatan perekonomian. Organisasi produksi ini dilaksanakan dan diatur
oleh tenaga manajerial dalam berbagai kegiatannya sehari-hari. Dan dalam
perkembangan dan pertumbuhan ekonomi, para wiraswasta (enterpreneur) tampil
sebagai tenaga organisator dalam menggerakkan berbagai sumber produksi dalam
proses produksi dengan memperkenalkan penemuan baru yang dikenal sebagai
inovasi.
4. Kemajuan Teknologi
Kemajuan teknologi bagi para ahli ekonomi merupakan sumber
pertumbuhan
meningkatkan

ekonomi

yang

lebih

penting

kemajuan

teknologi

dapat

nilai tambah yang tinggi . Kemajuan teknologi berarti

ditemukannya cara berproduksi atau perbaikan produksi.
5. Pembagian Kerja dan Skala Produksi
Pembagian kerja dan spesialisasi

dalam

proses

produksi

akan

menimbulkan peningkatan produktifitas. Kedua hal ini akan membawa perubahan
ke arah usaha produksi skala besar, yang selanjutnya akan dapat membantu
perkembangan dan kemajuan produksi serta pertumbuhan ekonomi dalam
masyarakat.
Sedangkan untuk faktor non-ekonomi mencakup :
1. Faktor Sosial
Struktur dan situasi politik serta admiistrasi pemerintahan yang lemah merupakan
faktor penghambat yang besar bagi pertumbuhan ekonomi negara-negara

8

berkembang. Politik yang tidak stabil serta pemerintahan yang lemah dan korup
sangat menghambat kemajuan ekonomi.
2. Faktor Manusia
Aspek sosial budaya dalam kehidupan masyarakat meliputi antara lain sikap,
tingkah laku, pandangan masyarakat, motivasi kerja, kelembagaan masyarakat dan
hal-hal lainnya yang berkaitan dengan itu. Sebagai ilustrasi, misalnya pendidikan
dan kebudayaan barat membawa pemikiran dan pandangan ke arah penalaran,
sikap dan skeptisme, dan semangat untuk menghasilkan penemuan baru, yang
kesemuanya dapat menunujang pertumbuhan ekonomi.
3. Faktor Politik dan Administratif
Susunan dan tertib hukum serta pelaksanaan hukum dan peraturan perundangundangan yang keliru sering kali menghambat kemajuan ekonomi, sehingga tidak
mendukung terlaksananya pertumbuhan ekonomi. Sehubungan dengan itu maka
hukum harus dilaksanakan secara tertib dan konsekuen, yang ditujukan untuk
menunjang pertumbuhan ekonomi.
2.5

Struktur Ekonomi Indonesia
Struktur ekonomi dapat diartikan sebagai komposisi peranan masingmasing sektor dalam perekonomian baik menurut lapangan usaha maupun
pembagian sektoral ke dalam sektor primer, sekunder dan tersier. Gambaran
kondisi struktur ekonomi Indonesia dapat dilihat melalui kontribusi setiap sektor
ekonomi terhadap pembentukan PDB. Struktur ekonomi dikatakan berubah
apabila kontribusi/pangsa PDB dari sektor ekonomi yang mulanya dominan
digantikan oleh sektor ekonomi lain.
Berdasarkan tinjauan makro-sektoral perekonomian suatu negara dapat
berstruktur agraris (agricultural), industri (industrial), niaga (commercial) hal ini
tergantung pada sector apa/mana yang dapat menjadi tulang punggung
perekonomian negara yang bersangkuatan.
Struktur ekonomi dapat dilihat dari 4 sudut tinjauan :
1. Tinjauan makro sektoral
Struktur ekonomi adalah komposisi dari masing-masing sektor
ekonomi. Sektor ekonomi di Indonesia dibagi menjadi 3 sektor yaitu :
1. Sektor primer :
9

a.Pertanian
b.Pertambangan
2. Sektor sekunder :
a.Industri pengolahan
b.Listrik, gas, dan air minum
c.Bangunan
3. Sektor tersier
a.Perdagangan, hotel, dan restoran
b.Transportasi dan komunikasi
c.Keuangan dan bank
d.Sewa tanah
e.Pemerintahan dan pertahanan
f.Jasa-jasa lainnya.
Berikut PDB Indonesia menurut kontribusi sektoral, pada tahun 2010-2012 :
PDB Indonesia menurut kontribusi sektoral
Tahun 2010-2012 (persen)

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

(1
Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan
Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas, dan Air Bersih
Konstruksi
Perdagangan, Hotel, dan Restoran
Pengangkutan dan Komunikasi
Keuangan, Real Estat, dan Jasa
Jasa-Jasa
Perusahaan

Produk Domestik Bruto
PDB Tanpa Migas
(PDB)
Sumber : Badan Pusat Statistik
Dibandingkan
peningkatan

peranan

dengan tahun

(2
15,2
11,1
24,8
6
0,7
0
10,2
6
13,6
5
6,5
9
7,2
7
10,2
4

(3
14,7
11,8
24,3
5
0,7
3
10,1
7
13,8
6
6,6
0
7,2
2
10,5
1

(4
14,4
11,7
23,9
8
0,7
4
10,4
9
13,9
5
6,6
0
7,2
6
10,7
6

4

6

8

100,00
92,17

100,
91,5
0

100,
92,2
0

8

7

2011, pada tahun

2012 terjadi

pada beberapa sektor, kecuali: Sektor Pertanian

turun dari 14,70 persen menjadi 14,44 persen, Sektor Pertambangan dan
Penggalian turun dari 11,85 persen menjadi 11,78 persen, dan Sektor
Industri Pengolahan turun dari 24,33 persen menjadi 23,94 persen.

10

Walaupun sektor industri memiliki kontribusi paling besar pada PDB,
nyatanya sektor pertanianlah yang mampu kontribusi besar bagi penyerapan
tenaga kerja. Implikasinya karena beberapa hal seperti, sektor industri yang
tak berkembang sehingga tak menyerap limpahan tenaga kerja. Terbukti 42,5
persen pangsa tenaga kerja pada 2011 masih bekerja di sektor pertanian, dan
sisanya 57,5 persen bekerja di sektor lain. Namun perlu diketahui bahwa tiap
tahunnya terjadi penurunan jumlah tenaga kerja pada sektor pertanian, hal ini
dikarenakan terjadi pengurangan minat bekerja pada saat sektor ini. Untuk
penurunan jumlah tenaga kerja pada sektor pertanian dapat dilihat pada grafik
berikut ini :
Penyerapan Tenaga Kerja Tahun 2009-2011

Menurut data diatas, persenase tenaga kerja pada sektor pertanian tiap
tahunnya cenderung menerun walaupun tidak secara signifikan.
2. Tinjauan spasial
Pergeseran sturktur ekopnomi secara makro-sektoral senada dengan
pergeserannya dengan keruanngan, ditinjau dari sudut pandang keruangan,
struktur perekonomian telah bergeser dari struktur pedesaan menjadi struktur
perkotaan. Hal ioni dapat kita lihat dan kita rasakan sejak Pelita I hingga era
reformasi sekarang ini. Kemajuan perekonomian di kota-kota jauh lebih besar
dibandingkan dengan di pedesaan., hal ini disebabkan pembangunan industriindustri pengolahan di daerah perkotaan dan juga makin berkembangnya
sarana dan prasarana transportasi dan komunikasi.
Dengan demikian jumlah penduduk yang tinggal di kawasan pedesaan
menjadi lebih sedikit, hal ini bukan semata-mata karena perpindahan
pendudik dari pedesaan ke kota untuk bekerja di pabrik-pabrik tetapi juga
karena mekar dan berkembangnya kota-kota khusunya di pulau Jawa
sehingga terjadi penumoukan penduduk disini. Disamping itu juga kehidupan
11

masyarakat sehari-hari semakin modern yang tercermin dari perilaku
konsumtif masyarakat dan juga penerapan teknologi modern untuk proses
produksi oleh perusahaan-perusahaan.
3. Tinjauan penyelenggaraann kenegaraan.
Struktur ekonomi dapat pula

melihatnya

dengan

tinjauan

penyelenggraan kenegaraan. Ditinjau dari sini maka struktur perekonomian
dapat dibedakan menjadi struktur etatis, egaliter, atau borjuis. Predikat ini
bergantung pada siapa atau kalangan mana yang menjadi pemeranm utama
dalam perekonomian yang berangkutan, yaitu bisa pemerintah/negara, bisa
rakyat kebanyakan atau kalangan pemodal dan usahawan.
Struktur ekonomi Indonesia sejak awal Orde Baru hingga pertengahan
dasawarsa 1980-an berstruktur etatis dimana pemerintah atau negara dengan
BUMN dan BUMD sebagai kepanjangan tangannya, merupakan pelaku
utama perekonomian Indonesia. Baru mulai pertengahan dasawarsa 1990-an
peran pemerintah dalam perekonomian berangsur-angsur dikurangi, yaitu
sesudah secara eksplisit dituangkan melalui GBHN 1988/1989 mengundang
kalangan swasta untuk berperan lebih besar dlam perekonomian nasional.
Struktur ekonomi ini arahnya untuk sementara adalah ke
perekonomian yang berstruktur borjuis, dan belum mengarah ke struktur
perekonomian yang egaliter, karena baru kalangan pemodal dan usahawan
kuatlah yang dapat dengan cepat menanggapi undangan dari pemerintah
tersebut. Maka akibatnya terjadi ekonomi konglomerasi dimana hanya
beberapa orang pemodal kuat yang mengendalikan sektor-sektor ekonomi di
Indonesia, yang dampaknya kita rasakan sekarang yaitu ambruknya
perekonomian Indonesia karena tidak terkendalinya investasi-investasi yang
dananya berupa pinjaman dari luar negeri.
Pada era revormasi ini struktur ekonomi Indonesia diarahkana pada
strruktur ekonomi egaliter dimana seluruh penggerak roda perekonomian
dilibatkan dalam membangun perekonomian Indonesia. Misalnya dengan
memperkuat peran usaha-usaha koperasi, pengusaha mikro, kecil; dan
menengah karena mereka dianggap pelaku-pelaku ekonomi yang tahan
menghadapai krisis ekonomi, dan dianggap sebagai pelaku-pelaku ekonomi
yang mampu menjadi penyangga perekonomian Indonesia.
4. Tinjauan birokrasi pengambilan keputusan.
Struktur ekonomi dapat pula dilihat berdasarkan tinjauan birokrasi
pengambila keputusan. Dilihat dari sudut tinjauan ini, struktur ekonomi dapat
12

dibedakan menjadi struktur ekonomi yang terpusat (sentralisasi) dan
desentralisasi.
Berdasarkan tinjauan birokrasi pengambilan keputusan, dapat
dikaikan bahwa struktur perekonomian Indonesia selama era pembangunan
jangka panjang tahap pertama adalah sentralistis. Dalam struktur ekonomi
yang sentralistis pembuatan keputusannya lebih banyak ditetapkan oleh
pemrintah pusat atau kalangan atas pemerintahan. Pemerintah daerah atau
kalangan pemerintahan dibawah, beserta masyarakkkat dan mereka yang
tidak memiliki akses ke pemrintahan pusat, cenderungnya mereka hanya
menjadi pelaksana saja, dan dalam pembuatan perencanaan hanya sekedar
sebagai pendengar.
Struktur birokrasi pengambilan keputusan yang sentralistis ini
terpelihara rapi selama pemerintahan orde baru, hal ini disebabkan oleh
budaya atau kultur masyarakat Indonesia yang paternalistik. Walaupun
Indonesia sudah merdeka stengah abad dan menuju era globalisasi namun
budaya ini masih sulit untuk ditngalkan, dan bahkan cenderung
dipertahankan.
Struktur perekonomian yang etatis dan sentralistis berkaitan erat.
Pemerintah Pusat menganggap bahwa Pemerintah Daerah belum cukup
mampu untuk diserahi tugas untuk melaksanakan pembangunan ekonomi.
Argumentasi yang sering dijadikan legitimasi adalah karena sebagai negara
sedang berkembang yang barau mulai melakukan proses pembangunan.
Sehingga dalam kondisi yang demikian diperlukan peran sekaligus dukungan
pemerintah sebagai agen pembangunan, sehingga menjadikannya etatis, dan
sekaligus dibutuhkan pemerintahan yang kuat. Namun demikian sejak awal
pembangunan jangka panjang tahap kedua (PJP II) struktur perekonomian
yang etatis dan sentralistis tersebut secara berangsur mulai berkurang
kadarnya.
Keinginan untuk melakukan desentralisasi dan demokratisasi
ekonomi makin besar. Perubahan rezim pemerintahan dari orde baru ke rezim
pemerintahan era reformasi telah membawa angin segar bagi pemerintahan di
daerah untuk melaksanakan pembangunan ekonomi. Hal ini seiring dengan
mulai diberlakukannya UU Nomor 22 tahun 1999 dan telah diubah menjadi
UU Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah maka terjadi

13

perubahan struktur perekonomian yang etatis menjadi egaliter, yang tadinya
sentralistis menjadi desentralistis.

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1.

Pendapatan nasional adalah ukuran nilai output berupa barang dan jasa yang
dihasilkan suatu Negara dalam periode tertentu atau jumlah seluruh
pendapatan yang diterima oleh masyarakat dalam suatu Negara dalam satu

tahun.
2. Konsep pendapatan nasional adalah sebagai berikut produk domestik bruto
(GDP), produk sasional bruto (GNP), pendapatan nasional netto (NNI).
3. Cara untuk menghitung pendapatan nasional dengan cara pendekatan
produksi, pendekatan pendapatan, dan pendekatan pengeluaran.
4. Pengeluaran Agregat dapat dikelompokkan atas empat komponen, yaitu
pengeluaran konsumsi rumah tangga, pengeluaran invesatasi oleh pengusaha
(bisnis), pengeluaran pemerintah, dan permintaan luar negeri.
5. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia dibagi menjadi 2
yaitu faktor ekonomi dan non-ekonomi. Faktor ekonomi mencakup
sumberdaya alam; akumulasi modal, organisasi, kemajuan teknologi,
pembagian kerja dan skala produksi. Sedangkan untuk faktor non-ekonomi
mencakup sosial, manusia, dan politik.
6. Struktur ekonomi dapat dilihat dari 4 tinjauan yaitu tinjauan makro sektoral,
tinjauan spasial, tinjauan penyelenggaraann kenegaraan, dan tinjauan birokrasi
pengambilan keputusan.
7. Indonesia telah mengalami perubahan struktur ekonomi dari dari sektor
pertanian ke sektor industri.
8. Dari tinjauan makro sektoral, sektor industri memiliki kontribusi terbesar
dalam PDB sedangkan untuk segi penyerapan tenaga kerja sektor pertanian lah
yang memiliki kontribusi terbesar.
14

3.2. Saran
1. Penurunan sumbangan sektor pertanian dalam pembentukan PDB dan masih
tingginya sumbangan sektor pertanian terhadap lapangan kerja, merupakan kondisi
yang memprihatinkan. Sudah saatnya pemerintah memberikan perhatian penuh pada
sektor pertanian agar sektor pertanian Indonesia memiliki daya saing dan kontribusi
besar bagi perekonomian Indonesia khususnya pada penyerapan tenaga kerja.
2. Kemampuan teknologi sangat tergantung pada kemampuan Sumber Daya Manusia
(SDM). Karena itu, jika Indonesia ingin tingkat pertumbuhan ekonominya lebih
tinggi, maka kemampuan SDM yang ada harus ditingkatkan melalui pendidikan,
peningkatan disiplin kerja dan penghargaan yang tinggi pada SDM yang berprestasi
dan berkualitas. Tanpa itu semua, akan sulit bagi Indonesia untuk bangkit sejajar
dengan negara lain yang telah maju.
3. Pemerintah perlu mengupayakan perluasan lapangan kerja di sektor pertanian melalui
program-program penciptaan lapangan kerja dengan didukung penyebaran informasi
dan perencanaan tenaga kerja.

15

Daftar Pustaka

Aswin, (2013). Pertumbuhan Ekonomi RI Capai Angka Tertinggi. BBC INDONESIA, Artikel
Th. I No. 1, Agustus 2013. http://www.bbc.co.uk/indonesia
Nurdianto, (2012). Struktur Ekonomi Indonesia. Eka Nurdiyanto Blogspot, Artikel Th. IX
No. 4, April 2012. http://ekanurdiyanto.blogspot.com
Ismawanto, (2013). Teori-Teori Pertumbuhan Ekonomi. SS BELAJAR, Artikel Th. V No. 1,
Januari 2013. http://ssbelajar.blogspot.com
Dumairy, (1996). Perekonomian Indonesia, Penerbit: Airlangga, Jakarta.

16

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Dinamika Perjuangan Pelajar Islam Indonesia di Era Orde Baru

6 75 103

Perspektif hukum Islam terhadap konsep kewarganegaraan Indonesia dalam UU No.12 tahun 2006

13 113 111

Pengaruh Kerjasama Pertanahan dan keamanan Amerika Serikat-Indonesia Melalui Indonesia-U.S. Security Dialogue (IUSSD) Terhadap Peningkatan Kapabilitas Tentara Nasional Indonesia (TNI)

2 68 157