Kelompok Manajemen bisnis kelas J

Kelompok Manajemen bisnis kelas J
Tahta Akbar Paramaartha (20140410409)
Trimulat Sudewo Toto (20140410425)
Rahmat Budi Satria (20140410440)
A. Etika Bisnis
1. Pengertian Menurut Para Ahli
Menurut Rosita Noer: “Etika adalah ajaran (normatif) dan pengetahuan (positif) tentang yang
baik dan yang buruk, menjadi tuntutan untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik.”
Menurut Yunani Kuno: (“ethikos”, berarti “timbul dari kebiasaan”), Etika adalah cabang
utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan
penilaian moral. Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik,
buruk, dan tanggung jawab.
Menurut Drs. O.P. Simorangkir: “Etika atau etik sebagai pandangan manusia dalam
berperilaku menurut ukuran dan nilai yang baik.”
Menurut Drs. Sidi Gajalba dalam sistematika filsafat: “Etika adalah teori tentang tingkah laku
perbuatan manusia dipandang dari segi baik dan buruk, sejauh yang dapat ditentukan oleh
akal.”
Menurut Drs. H. Burhanudin Salam: “Etika adalah cabang filsafat yang berbicara mengenai
nilai norma dan moral yang menentukan perilaku manusia dalam hidupnya.”
2. Macam – Macam Etika Bisnis
Ada dua macam etika yang harus kita pahami bersama dalam menentukan baik dan buruknya

perilaku manusia, yaitu:
ETIKA DESKRIPTIF, yaitu etika yang berusaha meneropong secara kritis dan rasional sikap
dan prilaku manusia dan apa yang dikerjar oleh manusia dalam hidup ini sebagai suatu yang
bernilai. Etika deskriptif memberikan fakta sebagai dasar untuk mengambil keputusan
tentang perilaku/sikap yang akan diambil.
ETIKA NORMATIF, yaitu etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan pola prilaku
ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai.
Etika normatif memberi penilaian sekaligus memberi norma sebagai dasar dan kerangka
tindakan yang akan diputuskan.
Secara umum Etika dapat dibagi menjadi:
Etika Umum : berbicara mengenai norma dan nilai moral, kondisi-kondisi dasar bagi manusia
untuk bertindak secara etis,bagaimana manusia mengambil keputusan etis, teori-teori etika,
lembaga-lembaga normatif dan semacamnya.
Etika Khusus : penerapan prinsip-prinsip atau norma-norma moral dasar dalam bidang
kehidupan yang khusus. Penerapan ini bisa berwujud: Bagaimana saya menilai perilaku saya
dan orang lain dalam bidang kegiatan dan kehidupan khusus yang dilatarbelakangi oleh
kondisi yang memungkinkan manusia bertindak etis: cara bagaimana manusia mengambil
suatu keputusan/tindakan, dan teori serta prinsip moral dasar yang ada akibatnya.

Etika Khusus dibagi lagi menjadi 3:

A. Etika Individual lebih menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap dirinya sendiri.
B. Etika Sosial berbicara mengenai kewajiban dan hak, sikap dan pola perilaku manusia
sebagai makhluk sosial dalam interaksinya dengan sesamanya.
Etika individual dan etika sosial tidak dapat dipisahkan. Karena kewajiban seseorang
terhadap dirinya berkaitan langsung dan dalam banyak hal mempengaruhi pula kewajibannya
dengan orang lain, dan demikian pula sebaliknya. Etika sosial menyangkut hungan manusia
dengan manusia lain.
Dengan demikian luasnya lingkup dari etika sosial, maka etika sosial ini terbagi atau terpecah
menjadi banyak bagian/bidang. Dan pembahasan bidang yang paling aktual saat ini adalah
mengenai:
a.Sikap terhadap sesama
b. Etika keluarga
c. Etika profesi
d. Etika politik
e. Etika lingkungan
f. Etika ideology
C. Etika Lingkungan Hidup, menjelaskan hubungan antara manusia dengan lingkungan
sekitarnya dan juga hubungan antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya yang
secara langsung maupun tidak langsung berdampak pada lingkungan hidup secara
keseluruhan.

3. Teori – Teori Etika Bisnis
Teori – teori etika bisnis dapat di bagi menjadi:
a. Etika teleologi
Etika teleologi yaitu etika yang mengukur baik buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan
yang hendak dicapai dengan tindakan itu, atau berdasarkan akibatnya yang ditimbulkan atas
tindakan yang dilakukan. Suatu tindakan dinilai baik, jika bertujuan mencapai sesuatu yang
baik,atau akibat yang ditimbulkannya baik dan bermanfaat. Misalnya : mencuri sebagai etika
teleology tidak dinilai baik atau buruk. berdasarkan tindakan itu sendiri, melainkan oleh
tujuan dan akibat dari tindakan itu. Jika tujuannya baik, maka tindakan itu dinilai baik.
Contoh seorang anak mencuri untuk membiayai berobat ibunya yang sedang sakit, tindakan
ini baik untuk moral kemanusian tetapi dari aspek hukum jelas tindakan ini melanggar
hukum. Sehingga etika teologi lebih bersifat situasional, karena tujuan dan akibatnya suatu
tindakan bisa sangat bergantung pada situasi khusus tertentu. Karena itu setiap norma dan
kewajiban moral tidak bisa berlaku begitu saja dalam situasi sebagaimana dimaksudkan.
Filosofinya:
· Egoism
Perilaku yang dapat diterima tergantung pada konsekuensinya. Inti pandangan egoisme
adalah bahwa tindakan dari setiap orang pada dasarnya bertujuan untuk mengejar pribadi dan
memajukan dirinya sendiri. Satu-satunya tujuan tindakan moral setiap orang adalah mengejar
kepentingan pribadi dan memajukan dirinya.Egoisme ini baru menjadi persoalan serius ketika

ia cenderung menjadihedonistis, yaitu ketika kebahagiaan dan kepentingan pribadi
diterjemahkan semata-mata sebagai kenikmatan fisik yg bersifat vulgar. Memaksimalkan
kepentingan kita terkait erat dengan akibat yang kita terima.
· Utilitarianism
Semakin tinggi kegunaannya maka semakin tinggi nilainya. Berasal dari bahasa latin utilis
yang berarti “bermanfaat”. Menurut teori ini suatu perbuatan adalah baik jika membawa
manfaat, tapi manfaat itu harus menyangkut bukan saja satu dua orang melainkan masyarakat

sebagai keseluruhan. Dalam rangka pemikiran utilitarianisme, kriteria untuk menentukan baik
buruknya suatu perbuatan adalah “the greatest happiness of the greatest number”,
kebahagiaan terbesar dari jumlah orang yang terbesar.
b. Teori Deontologi
Teori Deontologi yaitu : berasal dari bahasa Yunani , “Deon“ berarti tugas dan “logos” berarti
pengetahhuan. Sehingga Etika Deontologi menekankan kewajiban manusia untuk bertindak
secara baik. Suatu tindakan itu baik bukan dinilai dan dibenarkan berdasarkan akibatnya atau
tujuan baik dari tindakanyang dilakukan, melainkan berdasarkan tindakan itu sendiri sebagai
baik pada diri sendiri. Dengan kata lainnya, bahwa tindakan itu bernilai moral karena
tindakan itu dilaksanakan terlepas dari tujuan atau akibat dari tindkan itu. Contoh : jika
seseorang diberi tugas dan melaksanakanny sesuai dengan tugas maka itu dianggap benar,
sedang dikatakan salah jika tidak melaksanakan tugas.

4. Etika Bisnis Yang Baik
Menurut Richard De George, bila perusahaan ingin sukses/berhasil memerlukan 3 hal pokok
yaitu :
1. Produk yang baik
2. Managemen yang baik
3. Memiliki Etika
Tiga aspek pokok dari bisnis yaitu : dari sudut pandang ekonomi, hukum dan etika.
– Sudut pandang ekonomis.
Bisnis adalah kegiatan ekonomis. Yang terjadi disini adalah adanya interaksi antara
produsen/perusahaan dengan pekerja, produsen dengan konsumen, produsen dengan
produsen dalam sebuah organisasi. Kegiatan antar manusia ini adalah bertujuan untuk
mencari untung oleh karena itu menjadi kegiatan ekonomis. Pencarian keuntungan dalam
bisnis tidak bersifat sepihak, tetapi dilakukan melalui interaksi yang melibatkan berbagai
pihak.
Dari sudut pandang ekonomis, good business adalah bisnis yang bukan saja menguntungkan,
tetapi juga bisnis yang berkualitas etis.
– Sudut pandang etika (moral).
Dalam bisnis, berorientasi pada profit, adalah sangat wajar, akan tetapi jangan keuntungan
yang diperoleh tersebut justru merugikan pihak lain. Tidak semua yang bisa kita lakukan
boleh1 dilakukan juga. Kita harus menghormati kepentingan dan hak orang lain. Pantas

diperhatikan, bahwa dengan itu kita sendiri tidak dirugikan, karena menghormati kepentingan
dan hak orang lain itu juga perlu dilakukan demi kepentingan bisnis kita sendiri.
– Sudut pandang Hukum
Bisa dipastikan bahwa kegiatan bisnis juga terikat dengan “Hukum” Hukum Dagang atau
Hukum Bisnis, yang merupakan cabang penting dari ilmu hukum modern. Dan dalam praktek
hukum banyak masalah timbul dalam hubungan bisnis, pada taraf nasional maupun
international. Seperti etika, hukum juga merupakan sudut pandang normatif, karena
menetapkan apa yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan. Dari segi norma, hukum
lebih jelas dan pasti daripada etika, karena peraturan hukum dituliskan hitam atas putih dan
ada sanksi tertentu bila terjadi pelanggaran. Bahkan pada zaman kekaisaran Roma, ada
pepatah terkenal : “Quid leges sine moribus” yang artinya : “apa artinya undang-undang
kalau tidak disertai moralitas “.
5. Prinsip – Prinsip Etika Bisnis

Adapun prinsip-prinsip etika bisnis yaitu:
a. Prinsip otonomi
Otonomi adalah sikap dan kemampuan manusia untuk mengambil keputusan dan bertindak
berdasarkan kesadaran sendiri tentang apa yang dianggapnya baik untuk dilakukan.
b. Prinsip Kejujuran
Untuk Kejujuran dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian dan kontrak dan untuk kejujuran

dalam penawaran barang dan jasa dengan mutu dan harga sebanding
c. Prinsip Keadilan
Prinsip keadilan menuntut agar setiap orang diperlakukan secara sama sesuai dengan aturan
yang adil dan sesuai dengan kriteria yang rasional objektif dan dapat dipertanggung jawabkan
6. Contoh Kasus Etika Bisnis
Pada awal tahun 2001 patner KAP Andersen melakukan evaluasi terhadap kemungkinan
mempertahankan atau melepaskan Enron sebagai klien perusahaan, mengingat resiko yang
sangat tinggi berkaitan dengan praktek akuntansi dan bisnis enron. Dari hasil evaluasi di
putuskan untuk tetap mempertahankan Enron sebagai klien KAP Andersen.
Dan salah seorang eksekutif Enron di laporkan telah memepertanyakan praktek akunting
perusahaan yang dinilai tidak sehat dan mengungkapkan kekhawatiran berkaitan dengan hal
tersebut kepada CEO dan partner KAP Andersen pada pertengahan 2001. CEO Enron
menugaskan penasehat hukum perusahaan untuk melakukan investigasi atas kekhawatiran
tersebut tetapi tidak memperkenankan penasehat hukum untuk mempertanyakan
pertimbangan yang melatarbelakangi akuntansi yang dipersoalkan. Hasil investigasi oleh
penasehat hukum tersebut menyimpulkan bahwa tidak ada hal-hal yang serius yang perlu
diperhatikan. Pada tanggal 16 Oktober 2001, Enron menerbitkan laporan keuangan triwulan
ketiga. Dalam laporan itu disebutkan bahwa laba bersih Enron telah meningkat menjadi $393
juta, naik $100 juta dibandingkan periode sebelumnya. CEO Enron, Kenneth Lay,
menyebutkan bahwa Enron secara berkesinambungan memberikan prospek yang sangat baik.

Ia juga tidak menjelaskan secara rinci tentang pembebanan biaya akuntansi khusus (special
accounting charge/expense) sebesar $1 miliar yang sesungguhnya menyebabkan hasil aktual
pada periode tersebut menjadi rugi $644 juta. Para analis dan reporter kemudian mencari tahu
lebih jauh mengenai beban $1 miliar tersebut, dan ternyata berasal dari transaksi yang
dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang didirikan oleh CFO Enron. Pada tanggal 2
Desember 2001 Enron mendaftarkan kebangkrutan perusahaan ke pengadilan dan memecat
5000 pegawai. Pada saat itu terungkap bahwa terdapat hutang perusahaan yang tidak di
laporkan senilai lebih dari satu milyar dolar. Dengan pengungkapan ini nilai investasi dan
laba yang di tahan (retained earning) berkurang dalam jumlah yang sama. Enron dan KAP
Andersen dituduh telah melakukan kriminal dalam bentuk penghancuran dokumen yang
berkaitan dengan investigasi atas kebangkrutan Enron (penghambatan terhadap proses
peradilan). Dana pensiun Enron sebagian besar diinvestasikan dalam bentuk saham Enron.
Sementara itu harga saham Enron terus menurun sampai hampir tidak ada nilainya.
KAP Andersen diberhentikan sebagai auditor enron pada pertengahan juni 2002. sementara
KAP Andersen menyatakan bahwa penugasan Audit oleh Enron telah berakhir pada saat
Enron mengajukan proses kebangkrutan pada 2 Desember 2001. CEO Enron, Kenneth Lay
mengundurkan diri pada tanggal 2 Januari 2002 akan tetapi masih dipertahankan posisinya di
dewan direktur perusahaan. Pada tanggal 4 Pebruari Mr. Lay mengundurkan diri dari dewan
direktur perusahaan. Tanggal 28 Pebruari 2002 KAP Andersen menawarkan ganti rugi 750
Juta US dollar untuk menyelesaikan berbagai gugatan hukum yang diajukan kepada KAP

Andersen. Pemerintahan Amerika (The US General Services Administration) melarang Enron
dan KAP Andersen untuk melakukan kontrak pekerjaan dengan lembaga pemerintahan di

Amerika.
Tanggal 14 Maret 2002 departemen kehakiman Amerika memvonis KAP Andersen bersalah
atas tuduhan melakukan penghambatan dalam proses peradilan karena telah menghancurkan
dokumen-dokumen yang sedang di selidiki. KAP Andersen terus menerima konsekwensi
negatif dari kasus Enron berupa kehilangan klien, pembelotan afiliasi yang bergabung dengan
KAP yang lain dan pengungkapan yang meningakat mengenai keterlibatan pegawai KAP
Andersen
dalam
kasus
Enron.
Tanggal 22 Maret 2002 mantan ketua Federal Reserve, Paul Volkcer, yang direkrut untuk
melakukan revisi terhadap praktek audit dan meningkatkan kembali citra KAP Andersen
mengusulkan agar manajeman KAP Andersen yang ada diberhentikan dan membentuk suatu
komite yang diketuai oleh Paul sendiri untuk menyusun manajemen baru.
Tanggal 26 Maret 2002 CEO Andersen Joseph Berandino mengundurkan diri dari jabatannya.
Tanggal 8 April 2002 seorang partner KAP Andersen, David Duncan, yang bertindak sebagai
penanggungjawab audit Enron mengaku bersalah atas tuduhan melakukan hambatan proses

peradilan dan setuju untuk menjadi saksi kunci dipengadilan bagi kasus KAP Andersen dan
Enron. tanggal 9 April 2002 Jeffrey McMahon mengumumkan pengunduran diri sebagai
presiden dan Chief Opereting Officer Enron yang berlaku efektif 1 Juni 2002. Tanggal 15
Juni 2002 juri federal di Houston menyatakan KAP Andersen bersalah telah melakukan
hambatan terhadap proses peradilan.
B. Tanggung Jawab Sosial
(1) Mengelola Tanggung Jawab Sosial dari Perusahaan
Perkembangan yang pesat dalam teknologi informasi membawa konsekuensi logis bahwa
masyarakat semakin mudah untuk memperoleh informasi. Oleh karena itu, perusahan akan
berhadapan dengan tuntutan yang lebih besar dari sisi tanggung jawab sosial seiring dengan
semakin besarnya kesadaran masyarakat akan lingkungannya.
Ada Beberapa Strategi yang Dikemukakan oleh Kreitner dan dapat dilakukan oleh
perusahaan (1992) :
1. Strategi Reaktif (Reactive social responsibility strategy)
Kegiatan bisnis yang melakukan Strategi Reaktif dalam tanggung jawab sosial cenderung
menolak atau menghindarkan diri dari tanggung jawab sosial.
Contohnya ; perusahan tembakau, di masa lalu cenderung untuk menghindarkan diri dari isu
yang menghubungkan antara konsumsi rokok dengan peluang terjadinya penyakit kanker.
2. Strategi Defensif (Defensive social responsibility strategi)
Strategi defensif dalam tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh perusahaan terkait dengan

penggunaan pendekatan legal atau jalur hokum untuk menghindarkan diri atau menolak
tanggung jawab sosial.
Contohnya: perusahaan industri, yang menghindarkan diri dari tanggung jawab penanganan
limbah bisa saja berargumen melalui pengacara yang disewanya untuk mempertahankan diri
dari tuntutan hukum dengan berargumen bahwa tidak hanya perusahaannya saja yang
membuang limbah kesungai ketika di lokasi perusahaan tersebut beroperasi.

3. Strategi Akomodatif (Accommodative social responsibility strategy)
Beberapa perusahaan memberikan tanggung jawab sosial berupa pelayanan
kesehatan,kebersihan dan lain sebagainya, bukan dikarenakan perusahaan menyadari
perlunya tanggung jawab sosial, namun dikarenakan adanya tuntutan dari masyarakat dan
lingkungan sekitar akan hal tersebut.
Contohnya: perusahaan-perusahaan besar pada era orde baru dituntut untuk memberikan
pinjaman kredit lunak kepada para pengusaha kecil, bukan disebabkan karena ada kesadaran
perusahaan, akan tetapi sebagai langkah akomodatif yang diambil setelah pemerintah
menuntut para korporat untuk lebih memerhatikan para pengusaha kecil.
4. Strategi Proaktif (Proaktive social responsibility strategy)
Kegiatan bisnis yang melakukan strategi yang proaktif dalam tanggung jawab sosial
mamandang bahwa tanggung jawab sosial adalah bagian dari tanggung jawab untuk
mengambil inisiatif dalam tanggung jawab sosial; membentuk model industry yang
bertanggung jawab sosial.
Misalnya; dengan membuat kegiatan khusus penanganan limbah, keterlibatan dalam setiap
kegiatan sosial di lingkungan masyarakat, atau dengan memberikan pelatihan-pelatihan
terhadap masyarakat di lingkungan sekitar perusahaan.
(2) Manfaat Tanggung Jawab Sosial
Tanggung jawab sosial sebagai konsikuensi logis keberadaan perusahaan di sebuah
lingkungan masyarakat mendorong perusahaan untuk lebih proaktif dalam mengambil
inisiatif dalam hal tanggung jawab sosial. Pandangan ini tentunya bukan tanpa alasan, karena
pada dasarnya tanggung jawab sosial akan memberikan manfaat dalam jangka panjang bagi
semua pihak seperti: perusahaan, masyarakat, dan pemerintah.
1. Manfaat Bagi Perusahaan
Manfaat yang jelas bagi perusahaan jika perusahaan memberikan tanggung jawab sosial
adalah munculnya citra positif dari masyarakat akan kehadiran perusahaan di lingkungannya.
Kegiatan masyarakat dalam jangka panjang akan dianggap sebagai konstribusi positif bagi
masyarakat dan juga akan dianggap membantu dalam mewujudkan keadaan yang lebih baik
dimasa yang mendatang.
Akibatnya: perusahaan akan memperoleh tanggapan yang positif setiap kali menawarkan
sesuatu kepada masyarakat.
2. Manfaat Bagi Masyarakat
Manfaat bagi masyarakat dari tanggung jawab sosial adalah beberapa kepentingan
masyarakat akan diperhatikan oleh perusahaan, masyarakat juga akan mendapatkan
pandangan baru mengenai perusahaan.

Hubungan masyarakat dan dunia bisnis tak lagi dipahami sebagai hubungan antara pihak
yang mengeksploitasi dan pihak yang dieksploitasi, tetapi hubungan kemitraan dalam
membangun masyarakat lingkungan yang lebih baik.
3. Manfaat Bagi Pemerintah
Manfaat bagi masyarakat dari tanggung jawab sosial adalah pemerintah berfungsi sebagai
wasit yang menetapkan aturan main dalam hubungan masyarakat dengan dunia bisnis, dan
memberikan sanksi bagi pihak yang melanggarnya.
Pemerintah sebagai pihak yang mendapat legitimasi untuk mengubah tatanan masyarakat kea
rah yang lebih baik akan mendapatkan partner dalam mewujudkan tatanan masyarakat
tersebut.