T2__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tanggung Jawab Perdata dalam Pemasangan Jaringan Kabel Fiber Optik di Kota Salatiga T2 BAB IV

BAB IV

PENUTUP
A.

KESIMPULAN
Jaringan Telekomunikasi adalah fasilitas yang menyangkut kepentingan

umum. Fiber optik yang merupakan bagian dari jaringan telekomunikasi
menjadi penting untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu
pihak operator seluler berlomba- lomba untuk memasang jaringan kabel fiber
optik terkhususnya di Kota Salatiga.
Ketika pihak operator seluler mengajukan permohonan pemasangan
jaringan kabel fiber optik dan disetujui oleh Pemerintah Kota Salatiga selaku
penyelenggara jalan kota , hal ini menunjukan Kedudukan negara selaku
penguasa atas bumi, air dan kekayaan alam yang ada. Pemerintah selaku
unsur dari negara

memiliki mandat

untuk


menyelenggarakan dan

mengusahakan ketertiban dan kemaslahatan masyarakat.
Persetujuan yang diberikan dalam bentuk izin mengakibatkan timbulnya
perikatan antara pihak operator seluler dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan

yang

berlaku

yang

berkaitan

dengan

jalan.


Ketidakpatuhan pihak operator seluler dalam melaksanakan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku yang berkaitan dengan jalan, khususnya
153

154

pemasangan jaringan kabel fiber optik wajib dipertanggungjawabkan demi
terwujudnya kepastian hukum.
Selain itu kerusakan trotoar, kanstin, jaringan drainase dan badan jalan
yang mengakibatkan terganggunya aktivitas masyarakat untuk menikmati
fasilitas umum, tidak hanya berasal dari kelalaian atau ketidakpatuhan pihak
operator seluler dalam melaksanakan ketentuan perundang-undangan yang
berkaitan dengan pemasangan jaringan kabel fiber optik, juga keterbatasan
aparatur sipil negara (ASN) yang mengawasi pelaksanaan pekerjaan tersebut.
Pemerintah Kota Salatiga sebagai penyelenggara jalan di Kota Salatiga dalam
hal ini Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, tidak dapat mengatasi
permasalahan akibat perizinan yang telah dikeluarkan. Kurangnya kuantitas
dan kualitas Aparatur Sipil Negara

yang berkaitan dengan pelaksanaan


pekerjaan tersebut. Di samping itu adanya keterbatasan waktu yang harus
dibagi dengan tugas lain. Juga dalam pelaksanaan kegiatan sering
dilaksanakan oleh pelaksana ketika malam hari, sehingga ketidaksesua ian
pelaksanaan tidak terpantau.
Pertanggungjawaban hukum adalah keniscayaan sebagai konsekuensi
logis dari tindakan operator seluler terhadap kerusakan pada trotoar, kanstin,
jaringan drainase dan badan jalan yang ditimbulkan oleh pemasangan
jaringan kabel fiber optik. Prinsip tanggung jawab berdasarkan unsur
kesalahan (liability based on fault) dan Prinsip tanggung jawab berdasarkan

155

Praduga Selalu Bertanggung Jawab (Presumption of Liability) terhadap
Pemasangan Jaringan Kabel Fiber Optik adalah bentuk tanggungjawab yang
dapat dikenakan untuk operator seluler.

B.

SARAN


Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis menyarankan beberapa hal, yaitu :
1) Perubahan Nomenklatur Struktur Organisasi Pemerintah di mana dinas
yang mengurusi rekomendasi perizinan utilitas jalan dari yang semula
berada pada Dinas Bina Marga PSDA pada Perwali Nomor 54 Tahun
2011 menjadi Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang pada perwali
Nomor Nomor 40 Tahun 2016, haruslah menambah kuantitas dan kualitas
personil yang sesuai dengan kompetensi dan bersifat fungsional, sehingga
tidak mengganggu beban tugas pokok fungsi yang lain.
2) Mengenai keterbatasan personil, perlu ditambah kuantitas dan kualitas
personil dan untuk penempatan yang tidak sesuai dengan kompetensi
keilmuan, seharusnya dihindari. Jika memang terpaksa tidak ada personil
yang sesuai, hendaknya diawali dengan diklat (pendidikan dan pelatihan)
keteknisan pada lingkup yang sesuai. Dengan dibekali awal mengenai
pengetahuan teknis, sehingga pekerjaan dapat dikoordinasikan dengan
baik dan dilaksanakan lebih efektif dan efisien dan dapat membentuk
kualitas personil yang profesional, jujur dan berintegritas tinggi.

156


3) Perlu untuk pengadaan personil fungsional sebagai penilik / pengamat
jalan, yang bertugas memantau dan mengawasi jalan kota.
4) Pemerintah Kota Salatiga tidak perlu lagi menganggarkan anggaran untuk
memperbaiki trotoar, kanstin, jaringan drainase dan badan jalan yang
rusak. Dengan bentuk pertanggung jawaban hukum atas dasar kesalahan
(Liability Based On Fault) maupun Berdasarkan Praduga Selalu
Bertanggung Jawab (Presumption of Liability), pihak operator selulerlah
yang wajib mengganti rugi seluruh biaya untuk memperbaiki trotoar,
kanstin, jaringan drainase dan badan jalan yang rusak, yang diakibatkan
kesalahan dari pihak operator seluler.
5) Setiap terbitnya surat perizinan, dengan diikuti Perjanjian Kontrak Kerja
Pemanfaatan Utilitas yang memuat secara lengkap tentang hak dan
kewajiban masing- masing pihak dengan dilampiri semua dokumen dari
sejak pengajuan permohonan perizinan, persyaratan administrasi,
persyaratan teknis dan perubahan-perubahannya sesuai hasil evaluasi dan
peninjauan lapangan terhadap lokasi dan metodologi pekerjaan serta
jaminan pelaksanaan, jaminan pemeliharaan dan polis asuransi kerugian
pihak ketiga. Sehingga jika terjadi wanprestasi oleh salah satu pihak
dapat lebih mudah dalam penyelesaian tanggung jawab perdata.