T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Dinas Pendidikan Kabupaten Kendal dalam Melaksanakan Program Bantuan Siswa Miskin T1 BAB II

BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS

A. KAJIAN TEORI

1. OTONOMI DAERAH

  Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah :

  “Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan Pemerintahan dan kepentingan masyarakat

  setempat dalam system Negara Kesatuan Republik Indonesia” 1 Menurut HAW. Widjaja Otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom

  untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan

  perundang-undangan. 2

  Dan Pasal 1 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah adalah :

  “ Daerah Otonom, selanjutnya disebut daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan Pemerintah dan kepentingan masayrakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masayarakat dalam system Negara

  Kesatuan Republik Indonesia “ 3 .

  a. Urusan Pemerintahan

  1 Pasal 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah 2 HAW,Widjaja.Otonomi Daerah dan Daerah Otonom.Jakarta.PT.Raja Grafindo Persada.2002.hal.76 3 Pasal 1 angka (12) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah

  Urusan Pemerintahan adalah kekuasaan pemerintah yang menjadi kewenangan Presiden yang pelaksanaannya dilakukan oleh kementrian negara dan penyelenggara Pemerintah Daerah untuk melindungi, melayani, memberdayakan, dan menyejahterakan masyarakat. Pembagian urusan pemerintah :

  - Urusan Pemerintah absolut yaitu Urusan Pemerintah yang sepenuhnya

  menjadi kewenangan Pemerintah Pusat. - Urusan Pemerintah konkuren yaitu Urusan Pemerintah yang dibagi

  anatara Pemerintah Pusat dan Daerah provinsi dan Daerah kabupaten atau kota . Urusan pemerintah konkuren yang diserahkan ke Daerah menjadi dasar pelaksanan Otonomi Daerah.

  - Urusan Pemerintah umum yaitu Urusan Pemerintah yang menjadi

  kewenangan Presiden kepada pemerintah.

  Urusan Pemerintah konkuren yang menjadi kewenangan daerah terdiri dari:  Urusan Pemerintah Wajib Berkaitan dengan pelayanan dasar :

  - Pendidikan, Kesehatan, Pekerjaan umum dan penataan ruang,

  Perumahan rakyat dan kawasan permukiman, Ketentraman, ketertiban umum, dan perlindungan masyarakat dan sosial.

   Yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar :

  - Tenaga Kerja, Pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak,

  Pangan, Pertanahan, Lingkungan hidup, Administrasi kependudukan dan pencatatan sipil, Pemberdayaan masyarakat dan Desa, dsb.

   Urusan Pemerintah pilihan meliputi :

  - Kelautan dan perikanan, Pariwisata, Pertanian, Kehutanan, Energy

  dan sumber daya mineral, Perdagangan, Industry dan Transmigrasi.

  b. Asas –Asas Pemerintah Di Daerah

  Sesuai dengan Tugas pokok dan fungsi Dinas Pendidikan daerah Kabupaten Kendal bahwa Dinas Pendidikan mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintah daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan di bidang pendidikan, mengenai asas otonomi daerah itu sendiri telah diatur dalam Pasal 5 ayat(4) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah adalah :

  Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus pemerintahan dalam system Negara Kesatuan Republik Indonesia.

  Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang pemerintah oleh pemerintah kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah danatau kepada instansi vertical di wilayah tertentu.

  Tugas pembantuan adalah penugasan dari pemerintah kepada daerah danatau desa dari pemerintah provinsi kepada kabupatenkota danatau desa serta dari pemerintah kabupatenkota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu.

  Logemann dalam Hanif Nurcholis membagi Desentralisasi menjadi dua macam :

  Dekontrasi atau Desentralisasi jabatan (ambtelifke decentralisatie) yaitu pelimpahan kekuasaan dari alat perlengkapan Negara tingkatan lebih atas kepada bawahannya guna melancarkan pekerjaan didalam melaksanakan tugas pemerintah.

  Desentralisasi ketatanegaraan (staatkundige decentralisatie) yang sering juga disebut dengan desentralisasi politik, yaitu pelimpahan kekuasaan perundangan dan pemerintahan kepada daerah-daerah otonom di dalam lingkunganya. Di dalam desentralisasi politik semacam ini, rakyat dengan menggunakan dan memanfaatkan saluran-saluran tertentu (perwakilan) ikut serta dalam pemerintahan, dengan batas wilayah masing-masing.

  c. Pengertian Pemerintah Daerah

  Dalam bidang ilmiah dibedakan antara pengertian pemerintah sebagai organ (alat) Negara yang menjalankan tugas (fungsi) dan pengertian pemerintah sebagi fungsi pemerintah. Pemerintah sebagai organ dibedakan atas pemerintah dalam arti luas dan pemerintah dalam arti sempit :

  Pemerintah dalam arti sempit dimaksudkan khusus kekuasaan eksekutif , contoh :

  Menurut UUD 1945, UUD 1950 dan Konstitusi RIS , Pemerintah inilah Presiden yang dibantu oleh Wakil Presiden dan Menteri-Menteri Pemerintahan dalam arti luas ialah semua organ Negara yang termasuk DPR mempelajari mengenai Pemerintahan Daerah untuk mengetahui, memahami, dan mendalami berbagai hal, berbagai konsep yang berkaitan dengan Peraturan Pemerintah Daerah dan Praktinya yang berlaku di Indonesia, Istilah pemerintah diartikan dengan perbuatan (cara, hal urusan dan sebagainya) dalam memerintah.

  Menurut Soemantri, Istilah kata Pemerintah berasal dari kata “perintah” yang berarti menyuruh melakukan sesuatu sehingga dapat dikatakan bahwa pemerintah adalah kekuasaan yang memerintah suatu Negara (daerah Negara) atau badan tertinggi.

  Pemerintah Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh

  pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia

  Tahun 1945”. 4

  d. Perangkat Daerah

  Apabila ditelaah pasal demi pasal yang mengatur tentang Perangkat

  Daerah dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah , serta ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah dapat ditarik kesimpulan bahwa penyelenggaraan fungsi- fungsi pemerintah daerah hamper seluruhnya dilaksanakan oleh Perangkat Daerah. Secara garis besar, organ-organ Perangkat Daerah di daerah Kabupaten dan Daerah Kota meliputi : Sekertariat Daerah, Inspektorat, Dinas, Badan, dan Kecamatan. Pemberian namanomenklatur Dinas dan Badan disesuaikan dengan perumpunan dan klasifokasi yang telah ditentukan.

  Pembentukan organisasi Perangkat Daerah ditetapkan dengan peraturan daerah dengan berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah.

  4 Pasal 1 ayat(2) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Pemerintah Daerah

  Peraturan daerah tersebut mengatur mengenai susunan, kedudukan, tugas pokok organisasi Perangkat Daerah , rincian tugas, fungsi dan tata kerja diatur dengan peraturan Bupati.

  Dasar utama penyususnan perangkat daerah dalam bentuk suatu organisasi adalah adanya urusan pemerintahan yang perlu ditangani. Namun tidak berarti bahwa setiap penangann urusan pemerintahan harus dibentuk kedalam organisasi.

  Oleh karena itu kebutuhan akan organisasi perngkat daerah bagi masing-masing daerah tidak senantiasa sama atau seragam.

  e. Dinas Kabupaten Kota

  Dinas KabupatenKota merupakan unsur pelaksana pemerintah kabupatenkota dipimpin oleh seorang kepala yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada BupatiWalikota melalui Sekertaris daerah. Dinas KabupatenKota mempunyai tugas melaksanakan kewenangan otonomi daerah Kabupaten Kota dalam rangka pelaksanaan tugas desentralisasi.

  Pokok Pokok Materi UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Komitmen bangsa Indonesia terhadap pendidikan dengan sangat jelas tercermin pada konstitusi negara, UUD’45, Khususnya Pasal 31 yang menegaskan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan (Ayat 1) dan setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar, dan pemerintah wajib membiayainya (Ayat 2). Skema pembiayaan pendidikan oleh pemerintah tersebut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan Dan Penyelenggaraan Pendidikan. Kemiskinan merupakan masalah yang sampai saat ini belum terselesaikan, banyak masyarakat di Indonesia hidup didalam kemiskinan. Banyak Pokok Pokok Materi UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Komitmen bangsa Indonesia terhadap pendidikan dengan sangat jelas tercermin pada konstitusi negara, UUD’45, Khususnya Pasal 31 yang menegaskan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan (Ayat 1) dan setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar, dan pemerintah wajib membiayainya (Ayat 2). Skema pembiayaan pendidikan oleh pemerintah tersebut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan Dan Penyelenggaraan Pendidikan. Kemiskinan merupakan masalah yang sampai saat ini belum terselesaikan, banyak masyarakat di Indonesia hidup didalam kemiskinan. Banyak

  a. Bantuan Siswa Miskin (BSM)

  Sebagai upaya mengatasai permasalahan tersebut, pemerintah mengeluarkan program baru untuk menangani masalah pendidikan bagi siswa yang kurang mampu yang disebut Bantuan Siswa Miskin (BSM). Hal ini didasarkan pada Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan bahwa setiap peserta didik berhak mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka yang orang tuanya tidak mampu.

  Sebagai implementasi dari UU tersebut pemerintah telah menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan dimana dalam Pasal 2 ayat

  1 berbunyi bahwa pendanaan pendidikan mejadi tanggung jawab bersama antara pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat dan tertuang didalam Permendikbud No.12 Tahun 2015 tentang Program Indonesia Pintar (PIP). Berdasarkan peraturan tersebut dalam rangka pemerataan pendidikan khususnya memberikan kesempatan kepada anak yang berasal dari keluarga kurang mampu agar dapat tetap bersekolah, pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta Kementerian Agama RI memberikan Bantuan Siswa Miskin (BSM).

  Bantuan Siswa Miskin (BSM) adalah Program Nasional yang bertujuan untuk menghilangkan halangan siswa miskin berpartisipasi untuk bersekolah dengan membantu siswa miskin memperoleh akses pelayanan pendidikan yang layak mencegah putus sekolah menarik siswa miskin untuk kembali bersekolah, membantu siswa memenuhi kebutuhan dalam kegiatan pembelajaran, mendukung Program Pendidikan Sembilan Tahun (bahkan Bantuan Siswa Miskin (BSM) adalah Program Nasional yang bertujuan untuk menghilangkan halangan siswa miskin berpartisipasi untuk bersekolah dengan membantu siswa miskin memperoleh akses pelayanan pendidikan yang layak mencegah putus sekolah menarik siswa miskin untuk kembali bersekolah, membantu siswa memenuhi kebutuhan dalam kegiatan pembelajaran, mendukung Program Pendidikan Sembilan Tahun (bahkan

  Menurut Juknis Tahun 2016 BSM merupakan satu dari empat kompensasi yang akan diberikan Pemerintah kepada masyarakat. Program ini merupakan program nasional yang bertujuan untuk menghilangkan halangan bagi siswa miskin berpartisipasi untuk bersekolah dengan membantu siswa miskin memperoleh akses pelayanan pendidikan yang layak, mencegah putus sekolah, menarik siswa miskin untuk kembali bersekolah, membantu siswa memenuhi kebutuhan dalam kegiatan pembelajaran, mendukung program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun (bahkan hingga tingkat menengah atas), serta membantu kelancaran program sekolah. Berdasarkan buku Petunjuk Teknis (Juknis) BSM taun 2016 Sesuai dengan petunjuk teknis yang telah dikeluarkan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan bahwa tujuan diberikannya Bantuan Siswa Miskin memberikan peluang kepada anak usia 6 sampai 21 utuk mendapatkan layanan pendidikan sampai tamat di satuan pendidikan sekolah dasar, menengah atau yang sederajat dari keluarga kurang mampu untuk sampai ke jenjang menengah Universal dan Mencegah siswa miskin putus sekolah akibat kesulitan ekonomi sehingga program Bantuan Siswa Miskin memiliki landasan hukum yang menjadi pedoman, Program ini bersifat bantuan langsung kepada siswa dan bukan beasiswa, karena berdasarkan kondisi ekonomi siswa dan bukan berdasarkan prestasi (beasiswa) mempertimbangkan

  diberikan dengan

  mempertimbangkan prestasi siswa .

  Dana BSM diberikan kepada siswa mulai dari tingkat dasar hingga Perguruan Tinggi dengan besaran sebagai berikut:

  1. BSM SD MI sebesar Rp 225.000 per semester atau Rp 450.000 per tahun.

  2. BSM SMPMTs sebesar Rp 375.000 per semester atau Rp 750.000 per tahun

  3. BSM SMASMKMA sebesar Rp 500.000 per semester atau Rp 1.000.000 per tahun

  Sumber dana ini diambilkan dari dana APBN .alokasi ini tertuang dalam DIPA lingkup kementerian pendidikan dan kebudayaan dan DIPA lingkup kementerian agama dan Penerima dana BSM yang dikelola oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan adalah siswa miskin dan rentan pada Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) atau Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) negeri dan swasta yang telah memenuhi kriteria sesuai pedomanpetunjuk teknis yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

  Dana BSM dapat dimanfaatkan untuk:

  1. Pembelian perlengkapan siswa (misalnya buku pelajaran, alat tulis, sepatu dan tas)

  2. Biaya transportasi siswa ke sekolahmadrasah

  3. Uang saku siswa untuk sekolah .

  Penerima dana BSM yang dikelola oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan adalah siswa miskin dan rentan pada Sekolah Dasar (SD) negeri dan swasta yang telah memenuhi kriteria sesuai pedomanpetunjuk teknis yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementrian Agama .

  Berdasarkan hasil evaluasi terkait pelaksanaan Program BSM pada periode sebelum 2012, Sekretariat TNP2K ( Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan) kemudian mengusulkan rekomendasi kebijakan untuk memperbaiki pelaksanaan program BSM kepada Kemendikbud dan Kemenag sebagai pelaksana Program BSM. Rekomendasi perbaikan program dilakukan dalam beberapa tahap dengan tujuan untuk:

  Memastikan keberlanjutan pendidikan siswa penerima program BSM dari keluargarumah tangga miskin antar kelas dan jenjang pendidikan terutama bagi siswapeserta didik yang berada pada periode transisi dan program BSM dapat menjangkau lebih banyak Memastikan keberlanjutan pendidikan siswa penerima program BSM dari keluargarumah tangga miskin antar kelas dan jenjang pendidikan terutama bagi siswapeserta didik yang berada pada periode transisi dan program BSM dapat menjangkau lebih banyak

  Tahapan pelaksanaan rekomendasi kebijakan ini dilakukan sesuai dengan karakteristik pelaksanaan Program BSM. Pelaksanaan Program BSM memiliki karakteristik program yang cukup kompleks dan unik dari segi pelaksanaan secara kebijakan, teknis maupun administratif. Salah satu contoh adalah program ini dilaksanakan oleh beberapa Direktorat Pelaksana teknis di dua Kementerian yang berbeda (Kemdikbud dan Kemenag), yaitu Direktorat Pembinaan SD, Direktorat Pembinaan SMP, Direktorat Pembinaan SMA,

  Direktorat Pendidikan SMK, dan Direktorat Pendidikan Madrasah. 5

  Oleh karena itu, rekomendasi kebijakan yang diusulkan oleh Sekretariat TNP2K untuk perbaikan dan peningkatan pelaksanaan Program BSM, direncanakan secara bertahap melalui proses advokasi, lokakarya teknis serta kegiatan koordinasi (baik formal maupun informal) yang intensif sejak awal tahun 2012 dengan Kemdikbud dan Kemenag. Advokasi dan koordinasi yang terus dilakukan oleh Sekretariat TNP2K penting untuk memastikan agar kedua Kementerian tersebut memiliki komitmen dan pemahaman yang sama terutama mengenai pentingnya perbaikan ketepatan sasaran program, ketepatan jumlah dan ketepatan waktu penyaluran, agar di dalam rekomendasi kebijakan perbaikan program, kedua Kementerian dapat berkontribusi dan turut serta secara aktif dalam memantau dan mengevalusi efektifitas perbaikan program dengan baik.

  Reformasi yang pertama kali dilakukan oleh TNP2K adalah melakukan perbaikan penetapan sasaran BSM. Perbaikan ini dilakukan dengan dua mekanisme. Mekanisme

  5 Suharto, Edi. Kemiskinan dan Perlindungan Sosial di Indonesia: Menggagas Model Jaminan Sosial Universal Bidang Kesehatan. 2009.hal 108. Bandung: Alfabeta.

  yang pertama adalah pemanfaatan informasi yang tercantum dalam Basis Data Terpadu (BDT) sebagai sumber data calon siswa penerima BSM. Mekanisme yang kedua terkait dengan proses alur usulan siswa calon penerima BSM dengan berpedoman kepada petunjuk teknis Bantuan Siswa Miskin yang pengelolaan sudah diatur dari tingkat sekolahmadrasah hingga ke tingkat pusat setiap tingkat pengelola BSM memiliki peran dan tugas masing-masing.

  Pengelolaan dana BSM pada tingkat sekolah adalah Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, Guru yang ditunjuk dan Komite Sekolah dengan memiliki tugas untuk mensosialisasikan kepada guru, komite dan orang tua siswa dan bersama komite sekolah memverivikasi dan mengidentifikasi calon penerima bantuan yang akan diusulkan ke kabupatenkota sesuai persyaratan dan prioritas siswa tidak lupa melengkapi data. Sasaran dari penerima program BSM dan meningkatkan cakupan penerima BSM yang berasal dari keluargarumah tangga miskin, dengan memanfaatkan informasi dari BDT dan melalui pengiriman Kartu Calon Penerima BSM (selanjutnya disebut sebagai Kartu BSM)

  di tahun 2012 dan di tahun 2013 – melalui pengiriman Kartu Perlindungan SosialKPS. 6

  Pemerataan pendidikan ini belum dilakukan secara merata terutama di kalangan masyarakat miskin. Pendidikan di Indonesia yang relatif mahal dan mayoritas penduduk Indonesia yang hidup dalam kemiskinan membuat pendidikan itu tidak merata dikalangan masyarakat miskin. Pemerintah telah melakukan upaya-upaya untuk menanggulangi ketidakmerataan pendidikan ini dengan cara Wajib Belajar Sembilan Tahun, pemberian beasiswa-beasiswa bagi masyarakat yang kurang mampu atau miskin, kemudian muncul bantuan yang khusus untuk kalangan masyarakat miskin yang sering disebut Bantuan Siswa Miskin (BSM). Walaupun sudah diadakan sekolah gratis melalui Bantuan Siswa

  6 Petunjuk Teknis Bantuan Siswa Miskin 2013

  Miskin (BSM). Namun bantuan yang diberikan belum merata. Masih banyak masyarakat miskin yang tidak mendapatkan apa yang seharusnya mereka dapatkan, padahal seluruh rakyat berhak mendapatkan pendidikan yang layak, Sasaran penerima Program BSM masih lemah dimana ditemukan banyak penerima BSM yang bukan berasal dari keluarga rumah tangga miskin dan banyak siswa dari keluargarumah tangga miskin tidak menerima manfaat BSM serta masih manualnya cara yang digunakan dalam merankingan penerima BSM tersebut.

  Oleh karena itu, agar proses perankingan penerima BSM menjadi lebih objektif dan praktis, sebaiknya dilakukan Secara komputerisasi, yaitu dengan mengembangkan suatu aplikasi yang mengimplementasikan metode-metode yang dapat mempermudah proses dalam pengambilan keputusan serta dapat membantu dalam meningkatkan ketepatan sasaran dari penerima program BSM tersebut. Sehingga pemerintah mengembangkan kebijakan demokrasi untuk pendidikan bagi siswa yang kurang mampu Peran negara dalam bidang pendidikan di negara demokrasi seharusnya bersifat akomodatif terhadap kepentingan warga negaranya di bidang pendidikan. Namun peran negara dalam bidang pendidikan bisa saja dilaksanakan dalam rangka melegitimasi dan mempertahankan status-quo. Upaya ini biasanya dilakukan merasuk dalam sistem pendidikan dalam hidden curriculum. Atau menurut Michael W. Aplle politik kebudayaan suatu negara disalurkan melalui lembaga – lembaga pendidikan 7 .

  Masalah mahalnya pendidikan antara lain disebabkan kurang adanya komitmen dari pemerintah maupun partai politik untuk memprioritaskan bidang pendidikan. Ini terlihat dari anggaran pendidikan yang sangat minim. Negara sebagai penanggung jawab utama pendidikan nasional seharusnya menyediakan fasilitas pendidikan yang realistik

  7 Tilaar, H.A.R. . Kekuasaan Pendidikan : Suatu Tinjauan dari Perspektif Studi Kultural. (2003).hal145.Magelang : Indonesiatera.

  dan memadai. Secara normatif dalam sejarah pernah ada kebijakan negara yang mengamanatkan anggaran pendidikan 25 dari APBN (Tap MPRS No. XXVIIMPRS1966). Begitu pula di era reformasi UUD 1945 mengamanatkan anggaran pendidikan 20 dari APBN. Dalam kenyataan empirik dana pendidikan dewasa ini diperkirakan hanya sekitar 4 dari APBN. Ironisnya DPR dan partai politik tidak ada yang protes.

  Maka dari itu hak untuk memperoleh pendidikan sebagai hak bangsa, juga dianut dalam konstitusi kita (Undang-Undang Dasar NRI 1945); dalam pembukaannya eksplisit ditegaskan ”membentuk suatu pemerintahan yang mencerdaskan kehidupan bangsa…” Bahkan keterlibatan negara menanggung perwujudan hak demikian masih ditegaskan lagi dalam Pasal 31 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI 1945) yang terdiri atas 6 (enam) ayat:

  1. Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan;

  2. Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayaianya;

  3. Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan Undang-Undang;

  4. Negara memperioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari anggaran pendapatan belanja negara serta dari pendapatan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional;

  5. Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan tekhnologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan ummat manusia.

  Selain itu, masih pula hak tersebut terderivasi dalam Pasal 12 Undang-Undang Nomor

  39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia yang menegaskan “setiap orang berhak atas perlindungan bagi pengembangan pribadinya, untuk memperoleh pendidikan, dan meningkatkan kualitas hidupnya agar menjadi manusia yang beriman, bertakwa, bertanggung jawab, berakhlak mulia, bahagia, dan sejahtera sesuai dengan hak asasi

  manusia.” 8

  Hanya saja dalam kondisi faktualnya, ternyata hak untuk memperoleh pendidikan tersebut tereliminasi secara perlahan. Mulai dari penjabaran lebih lanjut dari UUD NRI 1945 ke dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Undang-Undang Sisdiknas) dan segala peraturan pelaksanaannya hingga pada tataran realisasi kebijakannya, tidak lagi selayaknya menempatkan negara dalam domain penting untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Negara melalui pranatanya untuk mengurusi pendidikan formal sebagaian urusan pendanaan dan pemenuhan hak bagi yang tidak mampu terabaikan.

  Institusi pendidikan dianjurkan dalam status badan hukum, kendati dimaksudkan untuk meningkatkan penyemerataan tanpa nirlaba, tapi pada kenyataannya institusi pendidikan “dibajak” untuk kepentingan bisnis. Sengaja dibentuk dalam format mandiri, sekolah bertaraf internasional, sekolah jarak jauh, hingga membuka keran investor untuk menanamkan modal ke dalam insitusi pendidikan merupakan konkretisasi negara telah melepaskan diri dari perwujudan hak bagi warga negara untuk memperoleh pendidikan.

  Dalam tataran implementatif yang mengacu pada hasil kebijakan pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan, pada hakikatnya juga tidak sesuai dengan pengharapan. Sebuah anomali pendidikan yang diharapkan untuk mencerdaskan dan mampu berdaya

  8 Undang- Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia 8 Undang- Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia

  Pemerintah Indonesia sampai sekarang belum memiliki political will untuk

  memprioritaskan pendidikan untuk perbaikan ekonomi dan sumber daya manusia. Sesungguhnya telah banyak bukti seperti dinyakatan Lauritz-Holm Nielson (Lead Specialist for Higher Education, Science and Technology the World Bank) pada acara International Conference Higher Education Reform 2001 di Jakarta bahwa pendidikan tinggi merupakan kunci terpenting dalam pembangunan ekonomi secara global. Akumulasi penguasaan pengetahuan dapat menjadi keunggulan kompetitif suatu negara.

  Selanjutnya Nielson menyatakan di negara – negara maju,. 9

  Begitu pula dibutuhkan sebuah partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan

  pendidikan guna untuk membantu penuntasan wajib belajar 12 tahun mulai cenderung memiliki orientasi bisnis yang kuat. Tidak mudah bagi mereka yang berada pada level menengah ke bawah bisa menikmati pendidikan di sekolah swasta. Partisipasi masyarakat dalam menuntaskan wajib belajarpun masih memprihatinkan. Misalnya bisa dilihat indikatornya masih banyaknya usia wajib belajar belum memperoleh pendidikan. Oleh karena itu biaya pendidikan dirasakan oleh masyarakat semakin relatif mahal.

  9 Azra, Azyumardi, 1999, Pendidikan Nasional versus Kemiskinan dalam Esei-esei Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu

  Meskipun pengeluaran penduduk untuk pendidikan di Indonesia (tahun 2001 – 2002) masih rendah yakni 1,3 dari total PDB sebesar 662,9 miliar dollar AS. Pada sisi lain banyak fasilitas pendidikan yang jauh dari layak. Sementara itu rakyat tidak banyak bisa berbuat banyak untuk mempengaruhi perumusan kebijakan pendidikan.

  Muchtar Bukhori salah seorang pakar pendidikan Indonesia menilai” Kebijakan

  pendidikan kita tak pernah jelas. Pendidikan kita hanya melanjutkan pendidikan yang elite dengan kurikulum yang elitis yang hanya bisa ditangkap oleh 30 anak didik”, sedangkan 70 lainnya tidak bisa mengikuti. (Kompas, 4 September 2004). Padahal kondisi daerah di Indonesia dilihat dari sisi SDM-nya sangat kompleks. Maka tidak mengherankan apabila banyak terjadi kejanggalan, misalnya daerah yang SDA-nya

  tinggi tetapi SDM-nya rendah. 10

  Kesenjangan di atas, apabila tidak segera dilakukan pembuatan kebijakan

  pendidikan yang jelas orientasinya dapat memicu disintegrasi. Orientasi kebijakan pendidikan yang diperkirakan dapat memperkuat integrasi nasional adalah meningkatkan mutu SDM dan pemerataannya di daerah. Dengan demikian kebijakan pemerintah pusat lebih pada pengendalian mutu, sedangkan daerah diberikan keluasan untuk secara kreatif mengembangkan berbagai kebijakan teknis yang dianggap tepat dengan berpedoman pada mutu standar nasional. Untuk mewujudkan pendidikan yang murah bagi kalangan miskin, ada beberapa langkah kongkrit dan strategis yang bisa diambil seperti ;

  1. Janganlah kemiskinan dijadikan penyebab terhambatnya anak bangsa untuk memperoleh pendidikan. Pendidikan yang bermutu harus bisa diakses dan dinikmati oleh segenap komponen anak bangsa secara adil dan merata. Dan, negara harus

  10 T. Sulistyono, Drs. M.Pd.,MM. 2003. Wawasan Pendidikan. Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional.

  menanggung sepenuhnya segala biaya pendidikan mereka. Mereka harus dibebaskan dari beban biaya pendidikan.

  2. Pengalokasian anggaran pendidikan dari APBN dan APBD. Pemerintah dan pemerintah daerah harus fokus pada bagaimana anggaran 20 bisa direalisasikan dengan nyata dan konsisten. UUD 1945 Pasal 31 ayat (4) mengamanatkan bahwa negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20 dari APBN dan APBD untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional. Bahkan, UU No. 202003 tentang Sisdiknas Pasal 49 ayat (1) menegaskan bahwa dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan minimal 20 dari APBN pada sektor pendidikan dan minimal 20 dari APBD.

2. HAK ANAK ATAS PENDIDIKAN

  Hak asasi manusia adalah hak dasar yang melekat pada diri manusia yang sifatnya kodrati dan universal sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa dan berfungsi untuk menjaga kelangsungan hidup, kemerdekaan, perkembangan manusia dan masyarakat, yang tidak boleh diabaikan, dirampas atau diganggu gugat siapapun. Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 telah menjelaskan secara terperinci tentang HAM yang diantaranya adalah hak untuk hidup, hak untuk berkeluarga, hak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi dan hak untuk memperoleh pendidikan.

  Menurut Pasal 31 (Ayat 1) Undang- Undang Dasar sudah dijelaskan bahwa

  “Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran”

  Salah satu bentuk perwujudan dari pemberdayaan secara konstitusional yaitu dengan terbentuknya Undang-Undang Republik Indonesia No.39 tahun 1999 tentang

  Hak Asasi Manusia yang mencantumkan hak anak dalam memperoleh pendidikan yaitu pasal 60 ayat (1) dan (2) yang menyatakan (1) "setiap anak berhak untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya sesuai dengan minat, bakat dan tingkat kecerdasannya; Sedangkan ayat (2) menyatakan "setiap anak berhak mencari, menerima, memberikan informasi sesuai dengan tingkat intelektualitas dan usianya demi pengembangan dirinya sepanjang sesuai dengna nilai-nilai kesusilaan dan kepatutan.

  Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang- Undang Nomor 35 Tahun 2014 menjelaskan setiap anak berhak mendapatkan pendidikan

  “ Hak anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh Orang Tua, Keluarga, Masyarakat, Negara, Pemerintah, dan Pemerintah

  Daerah”. 11

  Menurut Pasal 9 ayat (1) Undang- Undang Nomor 35 Tahun 2014 menjelaskan mengenai hak anak atas pendidikan.

  “ Setiap Anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakat “

  Hak anak atas pendidikan juga diatur didalam Konvensi Hak Anak Dalam menelaah peraturan perundang-undangan yang terkait dengan kesehatan pendidikan, Konvensi Hak Anak (Keputusan Presiden No. 36 Tahun 1990) kembali digunakan sebagai alat ukurnya. Hal ini dikarenakan konvensi ini diakui sebagai

  11 Pasal 1 ayat(1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak 12 Pasal 9 ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak 11 Pasal 1 ayat(1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak 12 Pasal 9 ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak

  Hak-hak anak dalam KHA dapat dikelompokkan menjadi empat bagian :

  a. Membuat pendidikan dasar suatu kewajiban dan tersedia secara cuma-cuma .

  b. Mendorong pengembangan bentuk-bentuk pendidikan menengah yang berbeda, termasuk pendidikan umum dan kejuruan, menyediakan pendidikan tersebut untuk setiap anak, dan mengambil langkah-langkah yang tepat seperti penerapan pendidikan cuma-cuma dan menawarkan bantuan keuangan bila diperlukan.Membuat pendidikan tinggi terjangkau untuk semua anak berdasarkan kemampuan, dengan semua cara

  yang layak untuk mengurangi angka putus sekolah. 13

3. PERATURAN DAERAH NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DIKABUPATEN KENDAL

  Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Kendal Nomor 10 Tahun 2012 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan pendidikan di Kabupaten Kendal Pasal 15 huruf (d) bahwa setiap anak akan mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka yang

  orangtuanya tidak mampu membiayai pendidikannya. 14

  Tujuan adanya bantuan atau mendapatkan biaya pendidikan dalam Mengurangi hambatan siswa miskin dalam mengkases layanan pendidikan, mencegah angka putus sekolah menarik siswa miskin untuk bersekolah kembali, membantu siswa miskin memenuhi kebutuhan personal dalam kegiatan pembelajaran, mendukung penuntasan wajib belajar pendidikan dasar 12 tahun, pendidikan dasar

  13 .Pasal 28 Konvensi Hak Anak (Keputusan Presiden No. 36 Tahun 1990) 14 Pasal 15 huruf(d) Peraturan Daerah Kabupaten Kendal Nomor 10 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan dan

  Penyelenggaraan Pendidikan di Kabupaten Kendal Penyelenggaraan Pendidikan di Kabupaten Kendal

  Setiap anak wajib mendapatkan haknya untuk mendapatkan pelayanan dalam pendidikan untuk menuntaskan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Kendal. Tidak lupa diperlukan partisipasi atau kesadaran setiap warga negara untuk menuntaskan program wajib belajar sebagaimana dimaksud di dalam Pasal 32 ayat(1). memberikan layanan pendidikan bagi seluruh peserta didik pada tingkat pendidikan dasar (SDMI dan SMPMts serta satuan pendidikan yang sederajat) dan menyediakan, sesuai dengan Pasal 13 ayat(2) dijelaskan satuan pendidikan wajib mengalokasikan paling sedikit 20 dalam proses penerimaan peserta didik baru bagi keluarga miskin tidak mampu, disamping itu Pemerintah daerah juga memilik hak untuk melakukan monitoring kepada setiap satuan pendidikan.

  Pemerintah daerah tidak hanya miliki hak namun juga memilik kewajiban yang harus dilaksanakan yang sudah diatur dalam Pasal 21 huruf (a) Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2012 dalam melaksanakan tugas keprofesionalan tenaga kependidikan berkewajiban : “Merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan melaporkan pelaksanaan setiap tugas pokok dan fungsinya”. Dan juga diatur di dalam Pasal 32 “ Pemerintah Daerah wajib menuntaskan program wajib belajar Pendidikan dasar 12 (dua belas) tahun dan setiap warga masyarakat juga wajib berpartisipasi dalam menuntaskan program wajib belajar sebagaimana pada ayat (1). Sehingga Pemerintah Daerah wajib memperhatikan hak dan kewajiban Guru dan tenaga Kependidikan dalam menentukan dan melaksanakan serta mengevaluasi kebijakan Pemerintah daerah tidak hanya miliki hak namun juga memilik kewajiban yang harus dilaksanakan yang sudah diatur dalam Pasal 21 huruf (a) Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2012 dalam melaksanakan tugas keprofesionalan tenaga kependidikan berkewajiban : “Merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan melaporkan pelaksanaan setiap tugas pokok dan fungsinya”. Dan juga diatur di dalam Pasal 32 “ Pemerintah Daerah wajib menuntaskan program wajib belajar Pendidikan dasar 12 (dua belas) tahun dan setiap warga masyarakat juga wajib berpartisipasi dalam menuntaskan program wajib belajar sebagaimana pada ayat (1). Sehingga Pemerintah Daerah wajib memperhatikan hak dan kewajiban Guru dan tenaga Kependidikan dalam menentukan dan melaksanakan serta mengevaluasi kebijakan

  Sudah dipertegas juga dengan Pasal 31 ayat (2) Undang-Undang Dasar

  “ Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya”. diatur pula di dalam Pasal 33 ayat (1) Peraturan Daerah Kabupaten Kendal Nomor 10 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan dan penyelenggaraan Pendidikan di Kabupaten Kendal yang menjelaskan

  “ Pemerintah Daerah menjamin tersedianya dana, sarana dan prasarana Pendidikan, Pendidik danTenaga Kependidikan untuk mensukseskan wajib belajar 12 tahun ” 15

  Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan dimana dalam Pasal 2 ayat 1 berbunyi “ bahwa pendanaan pendidikan mejadi tanggung jawab bersama antara pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat ” dan tertuang didalam Permendikbud No.12 Tahun 2015 tentang Program Indonesia

  Pintar (PIP). 16

  “Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensidirinya melalui proses pembelajaran dan atau cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat dan Pemerintah.”

  Sesuai amanat dan alinea ke empat pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 yaitu :

  1. Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia

  15 Pasal 33 ayat(1) Peraturan Daerah Kabupaten Kendal Nomor 10 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Dan Penyelenggaraan Pendidikan di Kabupaten Kendal

  16 Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan dimana dalam Pasal (2 )ayat (1)

  2. Memajukan kesejahteraan umum

  3. Mencerdaskan kehidupan bangsa

  4. Ikut melaksanakan ketertiban dunia perdamaian abadi dan keadilan sosial.

  Hak untuk memperoleh pendidikan adalah hak dasar setiap warga negara. Lebih-lebih di negeri yang angka buta hurufnya menakjubkan, terutama negeri yang masih dipenuhi wabah. Pendidikan adalah tangga untuk mobilitas kelas, bersama dengan pendidikan seseorang merubah nasibnya. Pendidikan juga sebaiknya melatih kemampuan solidaritas dan kepekaan.

  Karena dampak sosial yang besar itulah, pendidikan memiliki peran penting. Tingginya angka putus sekolah membuat pendidikan jauh dari akses mereka. Sebaiknya pemerintah turun langsung menangani pendidikan di indonesia dengan cara memberlakukan dana BSM secara adil dan merata diseluruh indonesia supaya masyarakat mendapatkan hak pendidikan yang harus mereka dapatkan. Selain itu, pendidikan karakter , pendidikan nilai, pendidikan moral, pendidikan akhlaq dan pendidikan budi pekerti harus dtanamkan sejak dini supaya pendidikan di indonesia semakin maju dan hak mendapatkan pendidikan harus didapatkan oleh semua masyarakat indonesia.

  Pada hakikatnya pendidikan adalah hak dasar bagi setiap warga negara Indonesia untuk dapat menikmatinya. Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh manusia agar dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran. Keberadaan pendidikan yang sangat penting tersebut telah diakui dan sekaligus memiliki legalitas yang sangat kuat sebagaimana tertuang dalam Undang- Undang Dasar 1945 Pasal 31 ayat (1) yang menyebutkan bahwa:” Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan”. Hak memperoleh pendidikan ini diperjelas dengan Pasal 31 ayat (2) yang bunyinya: ”Setiap warga negara wajib mengikuti Pada hakikatnya pendidikan adalah hak dasar bagi setiap warga negara Indonesia untuk dapat menikmatinya. Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh manusia agar dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran. Keberadaan pendidikan yang sangat penting tersebut telah diakui dan sekaligus memiliki legalitas yang sangat kuat sebagaimana tertuang dalam Undang- Undang Dasar 1945 Pasal 31 ayat (1) yang menyebutkan bahwa:” Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan”. Hak memperoleh pendidikan ini diperjelas dengan Pasal 31 ayat (2) yang bunyinya: ”Setiap warga negara wajib mengikuti

  dituangkan pernyataan yang berbunyi:” Pemerintah mengusahakan dan

  menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang”.

  Dari uraian tadi dapat disimpulkan bahwa setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan yang layak terutama pendidikan dasar. Selain membahas tentang pendidikan sebagai suatu hak, pasal 31 juga mempertegas bahwa pendidikan (terutama pendidikan dasar) merupakan kewajiban bagi setiap warga negara dan

  pemerintah wajib membiayainya. 17

5.TEORI HUKUM MENURUT GUSTAV RADBURCH

  Gustav Radbruch adalah seorang filosof hukum dan seorang legal scholar dari Jerman yang terkemuka yang mengajarkan konsep tiga ide unsur dasar hukum. Ketiga konsep dasar tersebut dikemukakannya pada era Perang Dunia II. Tujuan hukum yang dikemukakannya tersebut oleh berbagai pakar diidentikkan juga sebagai tujuan hukum Adapun tiga tujuan hukum tersebut adalah kepastian, keadilan, dan kemanfaatan.

  Faktanya apakah ketiga unsur tujuan hukum tersebut tidak menimbulkan masalah . Karena tidak jarang antara kepastian hukum terjadi benturan dengan keadilan, benturan antara kepastian hukum dengan kemanfaatan, dan antara keadilan dengan kepastian hukum. Dapat diambil contoh dalam sebuah perkara hukum, kalau

  17 Pasal 31 Undang-Undang Dasar 1945 17 Pasal 31 Undang-Undang Dasar 1945

  Jika ingin menegakkan keadilan maka tentu kemanfaatan dan kepastian hukum harus dikorbankan. Meskipun memang antara penggugat dan tergugat memiliki nilai atau rasa adil yang berbeda-beda. Keadilan bisa saja lebih diutamakan dan mengorbankan kemanfaatan bagi masyarakat luas. Maka atas teorinya Gustav Radbruch mengajarkan adanya skala prioritas yang harus dijalankan, dimana perioritas pertama selalu keadilan, kemudian kemanfaatan, dan terakhir barulah kepastian hukum. Hukum menjalankan fungsinya sebagai sarana konservasi kepentingan manusia dalam masyarakat. Tujuan hukum mempunyai sasaran yang hendak dicapai yang membagi hak dan kewajiban antara setiap individu didalam masyarakat. Hukum juga memberikan wewenang dan mengatur cara memecahkan masalah hukum serta memelihara kepastian hukum.

  Tujuan hukum perlu diketahui objek kajiannya yang jelas. Untuk itu perlu dipahami dasar dan latar belakang dari objek pembahasan tersebut. Hal ini sangat penting demi memudahkan dalam pemahamannya. Kajian dari tujuan hukum ini berorientasi agar uraian pengertian dan batasan topik masalah mudah untuk dipahami .

  Berbicara mengenai tujuan hukum pada umumnya menurut Gustav Radbruch memakai asas prioritas. Asas prioritas tersebut dijadikan sebagai sebagai tiga nilai dasar tujuan hukum yaitu : keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum. Setiap hukum yang diterapkan memiliki tujuan spesifik. Misalnya, hukum pidana memiliki tujuan spesifik dibandingkan dengan hukum perdata, hukum formal mempunyai tujuan spesifik jika dibandingkan dengan hukum materil. Tujuan hukum adalah sekaligus keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum maka faktanya hal tersebut Berbicara mengenai tujuan hukum pada umumnya menurut Gustav Radbruch memakai asas prioritas. Asas prioritas tersebut dijadikan sebagai sebagai tiga nilai dasar tujuan hukum yaitu : keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum. Setiap hukum yang diterapkan memiliki tujuan spesifik. Misalnya, hukum pidana memiliki tujuan spesifik dibandingkan dengan hukum perdata, hukum formal mempunyai tujuan spesifik jika dibandingkan dengan hukum materil. Tujuan hukum adalah sekaligus keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum maka faktanya hal tersebut

  Paradigma berpikir hakim juga lebih condong pada mendasarkan diri pada filsafat positivisme hukum. Melihat dari sudut pandang ini tujuan utama hukum menjadi bukan keadilan melainkan kepastian. Hanya hal yang bersifat pasti saja yang dapat dijadikan ukuran kebenaran. Ukuran adil cenderung disesuaikan dengan rasa keadilan pribadi masing-masing. Masyarakat pada umumnya masih beranggapan putusan hakim yang ada masih kaku dengan dengan bunyi aturan dalam undang- undang.

  Keadilan adalah hak asasi yang harus dinikmati oleh setiap manusia yang mampu mengaktualisasikan segala potensi manusia. Tentu dalam hal ini akan memberikan nilai dan arti yang berbeda keadilan yang berbeda untuk terdakwa dan pihak lain yang jadi korban ketika hakim membuat putusan. Maka dalam hal ini bisa saja keadilan akan berdampak pada kemanfaatan bagi masyarakat luas. Tetapi ketika kemanfaatan masyarakat luas yang harus dipuaskan, maka nilai keadilan bagi orang tertentu mau tidak mau akan dikorbankannya. Maka keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum akan sangat sulit untuk ditegakkan secara bersama.

  Hukum memiliki fungsi tidak hanya menegakkan keadilan tetapi juga menegakkan kepastian dan kemanfaatan. Berkaitan dengan hal tersebut asas prioritas yang telah ditelurkan Gustav Radbruch menjadi titik terang dalam masalah ini. Prioritas keadilan dari segala aspek lain adalah hal penting. Kemanfaatan dan kepastian hukum menduduki strata dibawah keadilan. Faktanya sampai saat ini diterapkannya asas prioritas ini membuat proses penegakan dan pemberlakuan hukum positif di Indonesia masih dapat berjalan.

  Faktanya dilapangan ketiga tujuan hukum yang ditelurkan Gustav Radbruch tetap saja ada pertetangan. Dalam teori filsafat hukum juga selalu mengagungkan keadilan, mulai teori hukum alam sejak Socrates hingga Francois Geny, selalu mempertahankan keadilan sebagai mahkota hukum. Banyak teori mengenai keadilan dan masyarakat yang adil, semua menegaskan bahwa keadilan harus diagungkan. Keadilan harus dinomorsatukan, dan keadilan harus di atas segala-galanya untuk selalu diperjuangkan oleh setiap manusia. Itulah keadilan yang seharusnya selalu diperjuangkan.

  Maka demi tercapainya tujuan hukum yang menuntut kedamaian, ketentraman, kesejahteraan dan ketertiban dalam masyarakat. Asas prioritas dalam tujuan hukum yang ditelurkan Gustav Radbruch dapat dijadikan pedoman. Apalagi dengan kondisi masyarakat Indonesia yang berasal dari berbagai latar belakang. Asas prioritas yang mengedepankan keadilan daripada manfaat dan kepastian hukum menjawab persoalan kemajemukan di Indonesia. Tetapi menjadi catatan penerapan asas prioritas dapat dilakukan selama tidak mengganggu ketenteraman dan

  kedamaian manusia selaku subjek hukum dalam masyarakat. 18

  18 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum, Penerbit: Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Yogyakarta hal 161. , 2010.

  Menurut teori hukum gustav radburch bahwa keadilan mengenai hak anak untuk mendapatkan pendidikan yang layak , manfaat dengan adanya bantuan ini diharapkan dapat terpenuhinya hak anak dalam pendidikan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, dan mendapatkan kepastian bahwa setiap anak mendapatkan haknya untuk mendapatkan layanan pendidikan guna untuk menuntaskan program wajib belajar yang sudah disesuaikan oleh pemerintah guna untuk mengembangkan minatnya .

A. HASIL PENELITIAN

1. Gambaran Umum Tentang Kabupaten Kendal

  Pemerintah Daerah Merupakan Koordinator semua instansi sektoral dan kepala daerah yang bertanggung jawab sepenuhnya terhadap pembinaan dan

  pengembangan wilayahnya yang 19 mencakup segala bidang kehidupan, dan bidang pembangunan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kabupaten

  Kendal melaksanakan pembangunan yang memiliki arah dan tujuan tertentu yang harus dicapai melalui pembangunan disemua bidang, salah satunya adalah bidang pendidikan. Hal ini berarti pembangunan pendidikan kabupaten Kendal merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari rencana pembangunan Kabupaten Kendal.

  Kabupaten Kendal adalah salah satu wilayah Kabupaten di Jawa Tengah dengan luas wilayah keseluruan sekitar 1.002.23 km2 atau 100.223 hektar. Letak Kabupaten Kendal berbatasan langsung dengan Kota Semarang berjarak kurang lebih 31 km. Selain itu, posisinya yang berada dijalur pantura memberikan keuntungan dalam perkembangan pembangunan daerah di Kabupaten Kendal. Dilihat dari jumlah penduduk Kabupaten Kendal sampai dengan pertengahan tahun 2015 mencapai

  1.903.429 jiwa yang terdiri dari laki-laki 961.172 jiwa (50.18) dan perempuan 942.257 jiwa (49.82) .

Dokumen yang terkait

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63

Diskriminasi Perempuan Muslim dalam Implementasi Civil Right Act 1964 di Amerika Serikat

3 55 15