PENERAPAN STRATEGI STORY TRIANGLE UNTUK

Penerapan Strategi Story Triangle

PENERAPAN STRATEGI STORY TRIANGLE UNTUK MENINGKATKAN
KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA
KELAS V SEKOLAH DASAR
Mochamad Yusuf
PGSD, STKIP Bina Insan Mandiri, mochamadyusuf@stkipbim.ac.id

Abstrak: Berdasarkan hasil observasi, tampak bahwa dalam proses pembelajaran menulis karangan narasi
masih berorientasi pada guru (teacher centered) yang menggunakan model pembelajaran konvensional
dengan dominasi metode ceramah. Hal ini mengakibatkan belum optimalnya keterampilan menulis karangan
narasi siswa. Terbukti sebanyak 76,92% dari 26 siswa tidak tuntas mencapai KKM 72. Tujuan yang ingin
dicapai adalah mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan strategi Story Triangle,
mendeskripsikan hasil belajar menulis karangan narasi siswa, serta mendeskripsikan kendala yang dihadapi
saat berlangsungnya pembelajaran dan cara mengatasinya. Rancangan penelitian yang digunakan adalah
PTK (Penelitian Tindakan Kelas). Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, tes dan catatan
lapangan. Teknik analisis data yang digunakan yaitu deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Subjek penelitian
adalah guru dan siswa kelas V SDN Dukuh Pakis I-486 Surabaya. Pelaksanaan pembelajaran siklus I
mencapai 100% dengan nilai ketercapaian adalah 78,79. Sedangkan pelaksanaan pembelajaran siklus II juga
mencapai 100% dengan nilai ketercapaiannya adalah 84,12. Hasil belajar menulis narasi siswa pada siklus I
mencapai ketuntasan klasikal 73,07%. Sedangkan, pada siklus II ketuntasan klasikal mencapai 88,46%.

Kendala yang dialami yaitu alokasi waktu yang kurang, media guru yang masih belum dapat menggali ide
siswa dengan optimal, instruksi yang disampaikan guru kurang jelas. Kendala-kendala tersebut dapat diatasi
dengan menambah jam pertemuan, memperbaiki media, dan menyampaikan instruksi dengan jelas. Selain
itu, dari hasil penelitian juga menunjukkan pemenuhan pada setiap indikator keberhasilan.
Kata Kunci: menulis, Story Triangle, hasil belajar.

Abstract : Based on the observation, indicated that in the learning process was still oriented by teacher
(teacher centered) that dominated by speech method. This case was effect to decrease the student’s writing
narration skill. It proved, as many 79.92% from 26 student who have not study completely standart score 72.
The goals that will reach are to describe the implementation of write narration learning by applying Story
Triangle; describe student writing naration learning result; and describe problems that appea red during the
learning takes place and its solutions.The research design that used in this research is CAR (Classroom
Activity Research). Data collection technique uses observation, student learning result test, and field note.
Technical data analysis used descriptive quantitative and qualitative. The subject of research was teacher and
students of fifth grade of Dukuh Pakis I-486 Elementary School of Surabaya. The implementation of learning
on first cycle reach 100% with achievement score is 78.79. While learning implementation on second cycle
also reach 100% with achievement score is 84.12. Student writing narration learning result on first cycle
obtain classical completeness reach 73.07%. On second cycle obtain classical completeness reach 88.46%.
Problems that experienced are the lack of time allocation, teacher media that still incapable to dig student
ideas optimally, instruction that applied by teacher still unclear. Those problems can be solved well. From

those results it can be conclude that by applying Story Triangle strategy can improve writing narration ability
of fifth grade student of Dukuh Pakis I – 486 Surabaya Primary School and able to give active, innovative,
creative, effective and pleasant learning nuance. In addition, the result also showed that fulfill the success
indicator.
Keywords: write, Story Triangle, learning result.

kejadian satu dengan yang lain, sehingga antarkalimat
masih banyak yang tidak gayut.
Siswa kesulitan dalam mengembangkan ide-ide
yang ada di pikiran mereka menjadi bentuk karangan
narasi. Meskipun guru sering menampilkan media gambar
berseri, namun kenyataannya siswa masih tetap saja belum
dapat mengembangkan ide-ide yang terdapat dalam
pikiran mereka menjadi sebuah karangan narasi yang baik.
Siswa hanya dapat mengembangkan gambar berseri
menjadi satu kalimat per gambar. Siswa juga kesulitan

PENDAHULUAN
Realitas di lapangan berdasarkan hasil
wawancara dan observasi yang dilakukan tanggal 20

September 2013 di SDN Dukuh Pakis I-486 Surabaya
menunjukkan bahwa pembelajaran menulis masih
memiliki banyak kekurangan. Hasil belajar menunjukkan
bahwa siswa belum dapat menulis secara runtut dan
mengalami kesulitan dalam mengembangkan ide. Narasi
yang dikarang oleh siswa cenderung campur aduk antara

1

yang terjadi dalam diri seseorang yang belajar hanya dapat
disaksikan dari adanya gejala-gejala perubahan perilaku
yang tampak. Berdasarkan beberapa teori di atas, dapat
disimpulkan bahwa belajar merupakan usaha untuk
memperoleh kepandaian atau ilmu. Tingkat keberhasilan
dalam belajar dapat diketahui dengan adanya perubahan
tingkah laku seseorang dari yang belum mengerti sampai
sudah mengerti. Perubahan yang ditunjukkan merupakan
hasil dari pengalaman individu yang menyangkut kognitif,
afektif, dan psikomotor.
Kemampuan dalam berbahasa merupakan alat

dalam berpikir. Kemampuan berpikir tidak datang dalam
bentuk jadi pada seorang anak. Kemampuan berpikir
bukanlah sesuatu yang sudah ada dan tersedia dan tinggal
menerimanya. Kemampuan berpikir dibentuk secara terus
menerus setiap hari sehingga mengalami reorganisasi
karena adanya pemahaman-pemahaman baru.
Perkembangan kognitif merupakan proses adaptasi
intelektual. Adaptasi ini merupakan proses yang
melibatkan skemata, asimilasi, akomodasi, dan
equilibration. Skemata merupakan struktur kognitif berupa
ide, konsep, gagasan. Asimilasi merupakan proses
perubahan apa yang dipahami sesuai dengan struktur
asimilasi. Akomodasi merupakan proses penyesuaian
struktur kognitif ke situasi baru. Equilibration adalah
pengaturan diri secara mekanis untuk mengatur
keseimbangan proses asimilasi dan akomodasi.
Strategi pembelajaran merupakan kegiatan yang
dipilih yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan
kepada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Strategi berupa urut-urutan kegiatan yang dipilih untuk

menyampaikan metode pembelajaran dalam lingkungan
tertentu. Strategi pembelajaran mencakup juga pengaturan
materi pembelajaran yang akan disampaikan kepada siswa
(Suprijono, 2010: 83). Strategi pembelajaran merupakan
taktik atau pola yang dilakukan oleh seorang pengajar
dalam proses belajar, sehingga siswa dapat lebih leluasa
dalam
berpikir
dan
dapat
mengembangkan
kemampuannya secara lebih mendalam dengan
menggunakan bahasa yang baik dan benar
Berkaitan dengan pembelajaran bahasa, banyak
sekali strategi yang ditawarkan kepada guru untuk
dijadikan alternatif pilihan dalam menentukan pola KBM.
Adapun strategi-strategi tersebut antara lain: Strategi
pembelajaran menyimak meliputi: (1) Strategi Pertanyaan
dan Jawaban; (2) Strategi Kegiatan Menyimak Secara
Langsung; (3) Strategi Aktivitas Menyimak dan Berpikir

Langsung. Dalam strategi pembelajaran berbicara,
pemakaian beberapa teknik lebih menguntungkan dari
pada hanya satu teknik saja. Srategi pembelajaran
berbicara yaitu sebagai berikut: (1) Strategi KWL ( KnowWant To Know-Learned); (2) Strategi Kegiatan Membaca
Langsung; (3) Strategi SQ3R (Survei, Question, Read,

untuk mengaitkan gambar satu dengan gambar yang lain
menjadi satu kesatuan cerita yang utuh. Terbukti bahwa
dari 26 siswa, sebanyak 76,92% (20 siswa) tidak tuntas
mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang telah
ditetapkan yaitu 72. Salah satu cara untuk
mengembangkan ide-ide yang terdapat di dalam pikiran
siswa menjadi sebuah karangan narasi yang baik adalah
dengan menerapkan strategi pembelajaran dalam
pelaksanaan pembelajaran.
Masalah lainnya adalah siswa kesulitan untuk
berpikir abstrak, sehingga siswa kesulitan untuk
mengembangkan ide-ide secara abstrak menjadi karangan
narasi yang runtut dan padu. Hal itu sesuai dengan
pendapat Piaget dalam (Danim, 2010:64), perkembangan

pada anak yang berumur antara 8-11 tahun termasuk
dalam tahap perkembangan konkret. Anak pada usia ini
tidak dapat berpikir dengan baik secara abstrak dan harus
menggunakan aturan yang jelas dan logis.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diasumsikan
bahwa masalah-masalah yang menyebabkan rendahnya
keterampilan menulis narasi siswa pada pembelajaran
Bahasa Indonesia kelas V adalah belum tepatnya guru
dalam memilih strategi pembelajaran menulis, yaitu caracara yang digunakan dalam proses pembelajaran menulis
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan.
Pemilihan strategi Story Triangle didasarkan
pendapat Rozakis dalam Jingga (2012:40), bahwa strategi
Story Triangle dapat membantu siswa untuk menunjukkan
sesuatu dengan tepat dalam menyoroti sebuah cerita
dengan
mendeskripsikan
bagian-bagian
penting
menggunakan beberapa kata. Dengan semakin optimalnya

keterampilan menulis maka siswa akan lebih mudah
menggali informasi dari berbagai sumber dan lebih mudah
mengembangkan keterampilan berbahasa yang lainnya.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan
penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan pelaksanaan
pembelajaran dengan menerapkan strategi Story Triangle
untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan
narasi siswa kelas V SDN Dukuh Pakis I-486 Surabaya;
(2) mendeskripsikan hasil belajar menulis karangan narasi
siswa dalam pelaksanaan pembelajaran dengan
menerapkan strategi Story Triangle di kelas V SDN
Dukuh Pakis I-486 Surabaya; (3) mendeskripsikan
kendala-kendala yang dialami dalam pelaksanaan
pembelajaran dengan menerapkan strategi Story Triangle
untuk meningkatkan keterampilan menulis narasi siswa
kelas V SDN Dukuh Pakis I-486 Surabaya dan cara
mengatasinya.
Adapun kajian teori penelitian ini adalah sebagai
berikut: Budiningsih (2012:51) berpendapat bahwa belajar
merupakan suatu aktivitas yang mengakibatkan adanya

perubahan persepsi dan pemahaman, yang tidak selalu
berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan diukur.
Asumsi teori ini adalah setiap orang telah memiliki
pengetahuan dan pengalaman yang telah tertata dalam
bentuk struktur kognitif yang dimilikinya. Sedangkan
menurut Sanjaya (2008:112-113), belajar merupakan
kegiatan mental yang tidak dapat dilihat. Proses perubahan
2

Penerapan Strategi Story Triangle

Tahap-tahap penulisan yang dikemukakan oleh
Rozakis dalam Jingga (2012: 40) adalah sebagai berikut:
(1) setiap siswa menggambar piramid seukuran halaman
buku; (2) tuliskan nama pelaku utama yang terdiri dari satu
kata di puncak pyramid; (3) lukiskan karakter pelaku
utama tersebut menggunakan dua kata dan tuliskan di
bawahnya; (4) lukiskan setting cerita dengan
menggunakan tiga kata dan tuliskan di bawahnya;
(5)

ceritakan peristiwa awal dari cerita yang disajikan dengan
menggunakan empat kata saja dan tuliskan di bawahnya;
(7) ceritakan peristiwa inti yang ada dengan menggunakan
lima kata dan tulis di bawahnya;
(8) ceritakan
peristiwa akhir dari cerita dengan menggunakan enam kata
dan tulis di dasar piramid.
Dalam Ginnis (2008:131), kelebihan menggunakan
strategi Story Triangle dibandingkan tanpa menggunakan
strategi antara lain yaitu: (1) melatih kemandirian siswa;
(2) mengembangkan ide/gagasan dengan mudah; (3)
mendorong pemahaman siswa;
(4) melatih berpikir
kritis
Ginnis
(2008:132),
kekurangan
dalam
menggunakan strategi Story Triangle antara lain:
(1)

siswa kurang aktif dalam kelas; (2) pembelajaran
didominasi oleh guru. Dengan adanya kekurangan dalam
penerapannya, solusi untuk meminimalisir terjadinya halhal yang tidak diinginkan adalah guru memberi
kesempatan lebih banyak kepada siswa untuk aktif
bertanya dalam pembelajaran.
Tarigan (2008:22), menulis adalah menurunkan
atau melukiskan lambang-lambang grafik yang
menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh
seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambanglambang grafik tersebut jika mereka memahami bahasa
dan gambaran grafik tersebut. Sedangkan menurut
Susanto (2013:248), menulis merupakan kegiatan yang
dapat dipandang sebagai suatu proses, suatu keterampilan,
proses berpikir, kegiatan informasi, dan kegiatan
berkomunikasi (Susanto, 2013:248). Berdasarkan
pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
menulis atau mengarang adalah mengekspresikan
pikiran perasaan meliputi maksud, keinginan, informasi
dalam bahasa tulisan yang tingkatannya paling tinggi.
Fungsi menulis adalah sebagai alat komunikasi
tidak langsung karena tidak langsung berhadapan dengan
pihak lain yang membaca tulisan kita tetapi melalui bahasa
tulisan. Menurut Tarigan (2008:22), fungsi utama dari
tulisan yaitu sebagai alat komunikasi yang tidak langsung.
Sedangkan menurut (Tarigan, 2008:23), menulis dapat
memudahkan dalam merasakan dan menikmati hubunganhubungan, memperdalam daya tanggap atau persepsi kita,
memecahkan masalah-masalah yang kita hadapi,
menyusun urutan bagi pengalaman. tidak jarang, kita
menemui apa yang sebenarnya kita pikirkan dan rasakan

Recite, Review); (4) Strategi Membaca-Tanya Jawab; (5)
Strategi Membaca dan Berpikir Secara Langsung; (6)
Strategi Penghubungan Pertanyaan-Jawaban;
(7)
Strategi Pengelompokan dan Pemetaan Isi Bacaan; (8)
Strategi PQ4R (Preview,Question, Read, Reflect, Recite,
Review). Strategi pembelajaran membaca meliputi: (1)
Strategi Kegiatan Membaca Langsung;
(2) Strategi
SQ3R (Survey, Questions, Read, Recite, Review); (3)
Strategi Membaca-Tanya Jawab; (4) Strategi Membaca
dan Berpikir Secara Langsung; (5) Strategi Penghubungan
Pertanyaan-Jawaban; (6) Strategi Pengelompokan dan
Pemetaan Isi Bacaan. Strategi pembelajaran menulis
meliputi: (1) Strategi Proses Menulis Terbimbing; (2)
Strategi Menulis Secara Langsung; (3) Strategi Quantum
Writing ; (4) Personal Strategies ; (5) Strategi Risk Tasking;
(6) Getting Organized; (7) Story Triangle.
Menurut Rozakis dalam Jingga (2012:40), strategi
Story Triangle dapat membantu siswa untuk menunjukkan
sesuatu dengan tepat dalam menyoroti sebuah cerita
dengan
mendeskripsikan
bagian-bagian
penting
menggunakan beberapa kata. Sebelum memulai menulis
narasi, hendaknya membuat kerangka cerita terlebih
dahulu. Hal itu dapat menghindari terjadinya penyajian
cerita campur aduk tidak karuan. Ginnis, (2008:130-131)
berpendapat bahwa hampir semua teks narasi terdiri dari
hirarki dan dengan menggunakan Story Triangle dapat
memberikan struktur catatan yang baik. Siswa dapat
mencari ide besar dalam teks headline kemudian mereka
menuliskannya di puncak piramid. Bentuk tersebut
mendorong siswa mengenali bahwa biasanya ada satu ide
besar, dua atau tiga poin utama dan banyak hal.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
Strategi Story Triangle adalah kegiatan pembelajaran
dengan
mendeskripsikan
bagian-bagian
penting
menggunakan beberapa kata dan menuliskannya di bagian
bawah piramid.
Ada beberapa tujuan penerapan strategi Story
Triangle sebagaimana yang dinyatakan pula oleh Ginnis
(2008: 130) yaitu: (1) melatih siswa untuk dapat berpikir
kritis dalam menggali ide-ide pokok karangan narasi; (2)
diharapkan dapat menumbuhkan kemandirian siswa; (3)
mempermudah siswa untuk mengembangkan ide-ide yang
ada melalui kerangka; (4) untuk menciptakan
pembelajaran yang menyenangkan.
Manfaat yang dapat diambil dari Strategi Story
Triangle menurut Ginnis (2008:131) adalah sebagai
berikut: (1) dapat mendorong pemahaman siswa;
(2)
melatih pemikiran yang aktif dan gigih; (3) kegiatan terasa
alami dan menyenangkan karena menyajikan sebuah
misteri untuk dipecahkan; (4) membantu memecahkan
kebiasan mengkopi atau menyingkat teks dan untuk
mengembangkan kebiasaan membuat catatan.

3

para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan;
(3) tulisan yang bertujuan untuk menghibur atau
menyenangkan atau yang mengandung tujuan estetik; (4)
tulisan yang mengekspresikan perasaan dan emosi yang
kuat berapi-berapi.
Susanto (2013:254-255) mengemukakan kegunaan
menulis, antara lain: (1) menulis membantu kita
menemukan kembali apa yang pernah kita ketahui.
(2)
menulis menghasilkan ide-ide baru; (3) menulis
membantu kita mengorganisaikan pikiran dan
menempatkan dalam suatu wacana yang berdiri sendiri;
(4) menulis membuat pikiran seseorang siap untuk dibaca
dan dievaluasi; (5) menulis membantu kita menyerap dan
menguasai informasi baru; (6) menulis membantu kita
memecahkan masalah dengan jalan memperjelas unsurunsurnya dan menempatkannya dalam suatu konteks
visual, sehingga dapat diuji.
Menurut Tompkins dalam Susanto (2013:256)
menguraikan proses menulis menjadi lima tahap yang
diidentifikasi melalui serangkaian penelitian tentang
proses menulis yang meliputi: (1) tahap pra-menulis.
Tahap pra-menulis merupakan tahap siap menulis, atau
disebut juga dengan tahap penemuan menulis; (2) tahap
penyusunan draf tulisan. Dalam proses menulis, siswa
menulis dan menyaring tulisan mereka melalui sejumlah
konsep; (3) tahap perbaikan (revisi). Dalam tahap
perbaikan, penulis menyaring ide-ide dalam tulisan
mereka. Siswa biasanya mengakhiri proses menulis begitu
mereka mengakhiri dan melengkapi draf kasar, mereka
percaya bahwa tulisan mereka telah lengkap; (4) Tahap
penyuntingan. Pada tahap keempat ini, siswa
menyempurnakan tulisan mereka dengan mengoreksi
ejaan dan kesalahan mekanikal yang lain; (5) tahap
pemublikasian. Pada tahap akhir ini, siswa sudah siap
memublikasikan tulisan mereka dan menyempurnakannya
dengan membaca pendapat dan komentar yang diberikan
teman atau siswa lain, orang tua, dan komunitas mereka
sebagai penulis.
Telah banyak ahli yang membuat klasifikasi
mengenai tulisan. Weayer dalam Tarigan (2008:27-28)
membuat klasifikasi tulisan menjadi empat yaitu
eksposisi, deskripsi, narasi, dan argumentasi. Eksposisi
merupakan suatu bentuk karangan yang menjelaskan atau
menguraikan suatu topik, sehingga pembaca dapat
memahami topik atau masalah tersebut (Nursalim,
2011:78). Deksripsi merupakan bentuk tulisan yang
melukiskan suatu hal dengan cara yang sehidup-hidupnya
sehingga pembaca mendapat kesan seperti melihat sendiri
hal tersebut (Nursalim, 2011:81). Narasi merupakan
uraian untuk menceritakan sesuatu atau peristiwa dan di
dalamnya diuraikan bagaimana peristiwa-peristiwa
tersebut berlangsung sedemikian rupa (Nursalim,
2011:80). Argumentasi merupakan bentuk tulisan yang

mengenai orang-orang, gagasan-gagasan, masalahmasalah, dan kejadian-kejadian hanya dalam proses
menulis yang aktual.
Menurut Hartig (dalam Tarigan, 2008:25-26)
tujuan menulis adalah sebagai berikut: (1) Assignment
Purpose (tujuan penugasan), tujuan penugasan ini
sebenarnya tidak mempunyai tujuan sama sekali. Penulis
menulis sesuatu karena ditugaskan, bukan atas kemauan
sendiri (misalnya para siswa yang diberi tugas merangkum
buku, sekretaris yang ditugaskan membuat laporan atau
notulen rapat); (2) Altruistic Purpose (tujuan alturistik),
penulis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca,
menghindarkan kedukaan para pembaca, ingin menolong
para pembaca memahami, menghargai perasaan, dan
penalarannya, ingin membuat hidup para pembaca lebih
mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu; (3)
Persuasive Purpose (tujuan persuasif), tulisan yang
bertujuan untuk meyakinkan para pembaca akan
kebenaran gagasan yang diutarakan.;
(4)
Informational Purpose (tujuan informasional, tujuan
penerangan), tulisan yang bertujuan untuk memberi
informasi atau keterangan atau penerangan kepada para
pembaca; (5) Self-Expressive Purpose (tujuan pernyataan
diri), tulisan yang bertujuan untuk memperkenalkan atau
menyatakan diri sang pengarang kepada para pembaca; (6)
Creative Purpose (tujuan kreatif), tujuan ini erat
berhubungan dengan tujuan pernyataan diri. Tetapi
“keinginan kreatif” di sini melebihi pernyataan diri dan
melibatkan dirinya dengan keinginan mencapai norma
artistik, atau seni yang ideal, seni idaman. Tulisan yang
bertujuan mencapai nilai-nilai artistik, nilai-nilai kesenian,
(7) Problem Solving Purpose (tujuan pemecahan
masalah), dalam tulisan seperti ini penulis ingin
memecahkan masalah yang dihadapi. Penulis ingin
menjelaskan, menjernihkan, menjelajahi serta meneliti
secara cermat pikiran-pikiran dan gagasan-gagasannya
sendiri agar dapat dimengerti dan diterima oleh para
pembaca
Menurut Tarigan (2008:23), menulis mempunyai
empat tujuan. Empat tujuan tersebut adalah untuk
memberitahukan atau mengajar; untuk meyakinkan atau
mendesak; untuk menghibur atau menyenangkan dan
untuk mengekspresikan perasaan dan emosi yang kuat atau
berapi-api. Sedangkan menurut Susanto (2013:253),
tujuan menulis adalah untuk memperoleh respons atau
jawaban yang diharapkan oleh penulis akan diperolehnya
dari pembaca. Susanto (2013:253) mengkategorikan
tujuan menulis kedalam empat macam, antara lain:
(1)
tulisan yang bertujuan untuk memberitahukan atau
mengajar, disebut wacana informatif (informative
discourse). Tulisan yang bertujuan memberi informasi
atau keterangan penerangan kepada para pembaca;
(2)
tulisan yang bertujuan untuk meyakinkan atau mendesak
4

Penerapan Strategi Story Triangle

adalah narasi yang berusaha menceritakan suatu
peristiwa yang khas yang hanya terjadi satu kali. Peristiwa
yang khas adalah peristiwa yang tidak dapat diulang
kembali, karena ia merupakan pengalaman atau kejadian
pada suatu waktu tertentu saja (Keraf, 2003:136-137).
Menurut Nurudin (2007:74), narasi ekspositoris
memberi informasi kepada pembaca agar pengetahuannya
bertambah luas. Artinya narasi ini menggugah pembaca
agar mengetahui apa yang dikisahkan. Narasi ekspositoris
mempersoalkan tahap-tahap kejadian dan rangkaianrangkaian perbuatan kepada pembaca. Contoh narasi
ekspositoris antara lain adalah biografi, otobiografi, kisah
perjalanan, dan lain-lain.
Narasi sugestif berkaitan dengan tindakan atau
perbuatan yang dirangkaikan dalam suatu kejadian.
Seluruh rangkaian peritiwanya berlangsung dalam suatu
kesatuan waktu. Tujuannya bukan untuk memperluas
pengetahuan pembaca tetapi usaha memberi makna atas
kejadian yang disampaikan. Narasi sugestif bertujuan
menimbulkan daya khayal atau mampu menyampaikan
makna kepada pembaca melalui daya khayalnya. Pembaca
diharapkan mampu menarik suatu makna baru di luar apa
yang diungkapkan secara eksplisit (suatu yang tersurat
mengenai objek atau subjek yang bergerak dan bertindak),
sementara itu makna baru adalah sesuatu yang tersirat
(Nurudin, 2007:75)
Narasi sugestif disusun dan disajikan sekian macam
sehingga mampu menimbulkan daya khayal pembaca.
Pembaca menarik suatu makna baru di luar apa yang
diungkapkan secara eksplisit. Sesuatu yang eksplisit
adalah suatu yang tersurat mengenai objek atau subjek
ysng bergerak dan bertindak, sedangkan makna yang baru
adalah sesuatu yang tersirat (Keraf, 2003:138).
Berdasarkan beberapa teori di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa narasi ekspositoris merupakan narasi
yang berusaha menggugah pembaca agar mengetahui apa
yang dikisahkan. Sedangkan narasi sugestif merupakan
narasi yang menimbulkan daya khayal atau mampu
menyampaikan makna kepada pembaca melalui daya
khayalnya.
Menurut Suparno (2010: 450) dalam menulis
karangan langkah-langkah yang perlu diperhatikan adalah
mentukan dulu tema dan amanat yang akan disampaikan:
Anda mau menulis tentang apa? Pesan apakah yang
hendak disampaikan kepada pembaca? Tetapkan sasaran
pembaca kita. Siapa yang akan membaca karangan kita
orang dewasa, remaja atau anak-anak? Rancang peristiwaperistiwa utama yang akan ditampilkan dalam bentuk
skema alur: kejadian-kejadian apa yang akan
dimunculkan? Apakah kejadian-kejadian yang disajikan
itu penting? Adakah kejadian penting yang belum
ditampilkan? Bagi peristiwa utama itu ke dalam bagian
awal, perkembangan dan akhir cerita: peristiwa-peristiwa

ingin mempengaruhi pembaca agar pembaca mengubah
sikap mereka menyesuaikan dengan sikap yang ditulis
oleh pengarang (Nursalim, 2011:82).
Narasi adalah jenis karangan yang menceritakan
suatu pokok persoalan (Rohmadi dan Nugraheni,
2011:81). Narasi dapat dibatasi sebagai suatu bentuk
wacana yang sasaran utamanya adalah tindak tanduk
yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa
yang terjadi dalam suatu waktu. Atau dapat juga
dirumuskan dengan cara lain, narasi adalah suatu bentuk
wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelasjelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah
terjadi. Narasi berusaha menjawab apa yang telah terjadi
(Keraf, 2003: 136).
Dalam kamus besar bahasa Indonesia (1990:609),
narasi adalah penceritaan suatu cerita atau kejadian.
Menurut Eriyanto (2013:2), narasi adalah representasi dari
peristiwa-peristiwa atau rangkaian dari peristiwaperistiwa. Narasi merupakan suatu bentuk wacana yang
berusaha mengisahkan suatu kejadian atau peristiwa
sehingga tampak seolah-olah pembaca melihat atau
mengalami sendiri peristiwa itu. Sebab itu, unsur yang
paling penting dalam sebuah narasi adalah unsur perbuatan
dan tindakan. Narasi juga mengisahkan suatu kehidupan
yang dinamis dalam suatu rangkaian waktu.
Rosyadi (2008:73), tujuan utama tulisan narasi
adalah untuk menceritakan suatu peristiwa atau
serangkaian
peristiwa sedemikian rupa sehingga
menimbulkan pengertian-pengertian yang merefleksikan
interpretasi penulis. Penulisan peristiwanya didasarkan
pada urutan waktu kejadian. Dalam penulisan narasi,
penulisannya tidak hanya menjelaskan atau melukiskan
tanpa makna, tetapi juga seorang penulis harus mampu
membangkitkan semangat pembaca ketika peristiwa
terjadi. Peristiwa itu diceritakan ke dalam bentuk tulisan.
Berdasarkan beberapa teori di atas, maka dapat
disimpulkan narasi merupakan suatu bentuk wacana yang
berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada
pembaca suatu rangkaian peristiwa yang telah terjadi.
Berdasarkan tujuannya, narasi dapat dibedakan
ke dalam dua jenis yaitu narasi ekspositoris dan narasi
sugestif (Keraf, 2003: 135). Narasi ekspositoris pertamatama bertujuan untuk menggugah pikiran para pembaca
untuk mengetahui apa yang dikisahkan. Sasaran
utamanya adalah rasio, yaitu berupa perluasan
pengetahuan para pembaca sesudah membaca kisah
tersebut.
Narasi ekspositoris dapat bersifat khas atau
khusus dan dapat pula bersifat generalisasi. Narasi
ekspositoris yang bersifat generalisasi adalah narasi
yang menyampaikan suatu proses yang umum, yang
dapat dilakukan siapa saja, dan dapat pula dilakukan
secara berulang-ulang. Narasi yang bersifat khusus

5

data tentang pelaksaanan pembelajaran dan ketercapaian.
Lembar tes hasil belajar siswa digunakan untuk
memperoleh data tentang keterampilan menulis narasi
siswa. Catatan lapangan dilakukan untuk mencatat
kendala-kendala yang terjadi pada waktu berlangsungnya
pembelajaran. Selanjutnya data yang diperoleh akan
diolah dan dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif.
Data pelaksanaan pembelajaran dianalisis secara
kuantitatif menggunakan rumus:

apa saja yang cocok untuk setiap bagian cerita? Apakah
peristiwa-peristiwa itu sudah tersusun secara logis dan
wajar? Rinci peristiwa utama ke dalam detail-detail
peristiwa sebagai pendukung cerita: kejadian-kejadian
penting dan menarik apa saja yang berkaitan dan
mendukung peristiwa utama? Susun tokoh dan
perwatakan, latar, dan sudut pandang.
Menurut Nurgiyantoro (2012:431), kriteria
penilaian tulisan narasi siswa meliputi: (1) kesesuaian isi
tulisan dengan topik; (2) ketepatan logika urutan narasi;
(3) ketepatan unsur-unsur narasi; (4) ketepatan
penggunaan kalimat; (5) penulisan huruf kapital; (6)
penggunaan tanda baca; (7) ketepatan kata. Sedangkan
menurut Iskandarwassid (2009:250), kriteria penilaian
tulisan narasi siswa meliputi: (1) kualitas dan ruang
lingkup isi; (2) organisasi dan penyajian data;
(3)
komposisi; (4) keruntutan peristiwa; (5) kohesi dan
koherensi; (6) gaya dan bentuk bahasa; (7) mekanik (tata
bahasa, ejaan, tanda baca); (8) kebersihan tulisan.
Berdasarkan beberapa teori di atas, maka ditetapkan untuk
memakai kriteria penilaian narasi menurut Nurgiyantoro.
Dengan pertimbangan bahwa kriteria penilaian narasi
menurut Nurgiyantoro sesuai untuk digunakan dalam
menilai karangan narasi siswa SD yang sederhana dan
tidak terlalu rumit untuk diterapkan dan dipahami oleh
siswa SD.




P = x 100%

.............................................(1)

Keterangan:
P = Persentase pelaksanaan Pembelajaran
f = Banyaknya aktivitas yang terlaksana.
N = Jumlah aktivitas keseluruhan
(Nurgiyantoro, 2012:238)
Selanjutnya data tersebut dinyatakan dalam kriteria hasil
observasi yang bersifat kualitatif sebagai berikut:
85% - 100% = Sangat Baik.
70% - 84% = Baik.
60% - 69% = Cukup.
50% - 59% = Kurang.
0 % - 49% = Gagal.
(Wahidmurni, dkk., 2010:34)
Data ketercapaian pelaksanaan pembelajaran
dianalisis secara kuantitatif menggunakan rumus:

METODE
Rancangan penelitian yang digunakan adalah
penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas
ini memiliki tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan
mutu (kualitas) pembelajaran di kelas melalui suatu
tindakan (treatment) tertentu dalam satu atau beberapa
siklus sesuai yang dibutuhkan. Adapun tahap-tahap
penelitian ini menurut Kemmis dan Taggart (dalam
Arikunto, 2006:93) adalah (1) perencanaan;
(2)
pelaksanaan dan pengamatan; (3) refleksi .
Subjek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas V
SDN Dukuh Pakis I-486 Surabaya yang berjumlah 26
siswa yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 14 siswa
perempuan. Lokasi penelitian ini adalah SDN Dukuh
Pakis I-486 Surabaya yang beralamat di Jalan Dukuh
Pakis No. 69 Kota Surabaya.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
dilakukan dengan: (1) observasi; (2) tes; (3) catatan
lapangan.
Teknik
tersebut
digunakan
untuk
mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran, hasil belajar
siswa
berupa
keterampilan
menulis
narasi,
mendeskripsikan kendala-kendala selama menerapkan
strategi Story Triangle.
Instrumen penilaian yang digunakan adalah:
(1)
lembar pelaksanaan pembelajaran; (2) lembar tes hasil
belajar siswa; (3) lembar catatan lapangan. Lembar
pelaksanaan pembelajaran digunakan untuk memperoleh

N=


∑�

x 100

..................................(2)

Keterangan:
N = Nilai Ketercapaian Pelaksanaan Pembelajaran.
x = Skor yang diperoleh.
∑x = Skor Maksimal.
(Nurgiyantoro, 2012:238)
Selanjutnya data tersebut dinyatakan dalam kriteria nilai
ketercapaian pembelajaran yang bersifat kualitatif sebagai
berikut:
80 – 100 = baik sekali
66 – 79 = baik
56 – 65 = cukup
40 – 55 = kurang
30 – 39 = gagal
(Arikunto, 2013:281)
Data hasil tes belajar berupa nilai akhir siswa
dianalisis secara kuantitatif menggunakan rumus:
x

N = ...............................................................(3)
x 100
∑x

6

Penerapan Strategi Story Triangle

Penelitian ini dikatakan berhasil apabila mampu
menjawab rumusan masalah yang sudah disusun
sebelumnya. Adapun indikator keberhasilan yang
direncanakan peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut: (1) pelaksanaan pelaksanaan pembelajaran
mencapai ≥80% dengan nilai ketercapaian ≥75 (Kusumah
dan Dwitagama, 2012:53); (2) apabila ≥75% dari
keseluruhan siswa yang ada di kelas tersebut telah tuntas
belajar (mencapai KKM = 72) (Basrowi dan Suwandi,
2008: 112); (3) semua kendala yang ditemui berhasil
diatasi dengan baik.

Keterangan:
N = Nilai akhir.
x = skor yang diperoleh.
∑x = Skor maksimal
(Nurgiyantoro, 2012:238)
Selanjutnya data tersebut dinyatakan dalam kriteria yang
bersifat kualitatif sebagai berikut:
80 – 100 = baik sekali
66 – 79 = baik
56 – 65 = cukup
40 – 55 = kurang
30 – 39 = gagal
(Arikunto, 2013:281)

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus yang
setiap siklusnya terdiri dari dua pertemuan. Disetiap siklus
selalu melaksanakan tahapan-tahapan berikut ini: (1)
perencanaan, di dalam perencanaan dilakukan kegiatan
diantaranya menganalisis kurikulum pada SK dan KD
yang akan digunakan, menyusun perangkat pembelajaran,
mengembangkan instrumen penelitian, menentukan
observer, menyamakan persepsi dengan observer, dan
menentukan jadwal pengambilan data;
(2) tahap
pelaksanaan dan pengamatan, pada tahap pelaksanaan
peneliti melaksanakan pembelajaran sesuai dengan
strategi Story Triangle yang telah disusun. Pada tahap
pengamatan, pengamat akan mengamati ketercapaian
pelaksanaan pembelajaran; (3) refleksi, refleksi dilakukan
pada setiap siklus, yang berguna untuk mengetahui
kekurangan dan kelebihan pada siklus tersebut dan akan
dilakukan perbaikan pada siklus berikutnya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan
pembelajaran menulis narasi dengan menerapkan strategi
Story Triangle berjalan dengan baik dan mengalami
peningkatan pada setiap siklusnya. Berikut adalah
rekapitulasi data keterlaksanaan pembelajaran pada siklus
I-II yang tersaji dalam diagram batang di bawah ini:

Data hasil tes belajar berupa ketuntasan klasikal
dianalisis secara kuantitatif menggunakan rumus:



P =..........................................................................(4)
x 100%
Keterangan
P = Persentase ketuntasan
n = Jumlah siswa yang tuntas belajar
N = Jumlah seluruh siswa
(Nurgiyantoro, 2012:238)
Selanjutnya data tersebut dinyatakan dalam kriteria yang
bersifat kualitatif sebagai berikut:
85% - 100% = Sangat Baik.
70% - 84% = Baik.
60% - 69% = Cukup.
50% - 59% = Kurang.
0 % - 49% = Gagal.
(Wahidmurni, dkk., 2010:34)
Analisis rata-rata ketuntasan diperoleh dari hasil tes
evaluasi siswa. Adapun rumus yang dipakai adalah
sebagai berikut:


P............................................................................(5)
= x 100%


Keterangan:
N = Nilai rata-rata ketuntasan
x = jumlah total keseluruhan nilai siswa yang tuntas belajar
∑x = jumlah siswa yang tuntas belajar
(Adaptasi Nurgiyantoro, 2012:238)

Diagram 1
Keterlaksanaan Pembelajaran Siklus I dan II Pertemuan 1
dan 2

Selanjutnya data tersebut dinyatakan dalam kriteria
yang bersifat kualitatif sebagai berikut:
80 – 100 = baik sekali
66 – 79 = baik
56 – 65 = cukup
40 – 55 = kurang
30 – 39 = gagal
(Arikunto, 2013:281)

100,00%
100,00%

100,00%
100,00%

100,00%
80,00%
60,00%
40,00%

20,00%
0,00%

7

Siklus I

Siklus II

Dapat diketahui bahwa perolehan hasil kegiatan
pembelajaran pada siklus I yang dilakukan oleh 2
pengamat pada pertemuan 1 keterlaksanaan pembelajaran
adalah 100% dan nilai ketercapaian yaitu 77,21. Pada
pertemuan 2 keterlaksanaan pembelajaran adalah 100%
dan nilai ketercapaian yaitu 80,36. Nilai total tingkat
ketercapaian yang diperoleh dari hasil pengamatan
aktivitas guru siklus I pertemuan pertama dan kedua
adalah 78,79.
Untuk hasil belajar menulis karangan narasi siswa,
kriteria penilaian menerapkan kriteria penilaian narasi
menurut Nurgiyantoro. Dengan pertimbangan bahwa
kriteria penilaian narasi menurut Nurgiyantoro sesuai
untuk digunakan dalam menilai karangan narasi siswa SD
yang sederhana dan tidak terlalu rumit untuk diterapkan
dan dipahami oleh siswa SD. Kriteria tersebut meliputi:
(1) kesesuaian isi tulisan dengan topik; (2) ketepatan
logika urutan narasi; (3) ketepatan unsur-unsur narasi;
(4) ketepatan penggunaan kalimat; (5) penulisan huruf
kapital; (6) penggunaan tanda baca; (7) ketepatan kata.
Berikut ini adalah diagram hasil belajar siswa
dengan menerapkan strategi Story Triangle untuk
meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi
siswa kelas V SDN Dukuh Pakis I-486 Surabaya.

Diagram 1 menunjukkan persentase keterlaksanaan
pembelajaran kemampuan menulis narasi dengan
menerapkan stretegi Story Triangle pada siklus I
pertemuan 1 mencapai persentase 100% dan pertemuan 2
mencapai persentase 100% dengan rata-rata persentase
keterlaksanaan pembelajaran siklus I yaitu 100%.
Sedangkan persentase keterlaksanaan pembelajaran pada
siklus II pertemuan 1 mencapai persentase 100% dan
pertemuan 2 mencapai persentase 100% dengan nilai ratarata 100%. Keterlaksanaan pembelajaran ini masuk dalam
kategori baik sekali dan telah melampaui kriteria yang
telah ditentukan yaitu ≥ 80%.
Nilai ketercapaian pelaksanaan pembelajaran pada
siklus I adalah 78,79. Perolehan nilai tersebut termasuk
dalam kategori baik (Arikunto, 2013:281) dan telah
mencapai indikator keberhasilan yaitu ≥ 75 (Kusumah
dan Dwitagama, 2012:53).
Pada siklus II guru memperbaiki tingkat
ketercapaian pelaksanaan pembelajaran yang telah dicapai
pada siklus I dengan meningkatkan kualitas pembelajaran
dan tingkat ketercapaian pelaksanaan pembelajaran.
Tingkat ketercapaian pelaksanaan pembelajaran pada
siklus II adalah 84,12. Perolehan nilai tersebut termasuk
dalam kategori baik sekali (Arikunto, 2013:281).
Ketercapaian pelaksanaan pembelajaran pada siklus II
mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus I
Dengan hasil tersebut, ketercapaian pelaksanaan
pembelajaran pada siklus II telah mencapai indikator
keberhasilan yang sudah ditentukan yaitu ≥ 75 (Kusumah
dan Dwitagama, 2012:53). Dalam melaksanakan langkahlangkah pembelajaran menulis karangan narasi dengan
menerapkan strategi Story Triangle guru telah mampu
mengelola waktu dengan baik, persiapan alat tulis oleh
guru maupun siswa telah lengkap sehingga pembelajaran
dapat berjalan dengan baik. Untuk siswa yang mengalami
kesulitan dalam menulis guru memberikan bimbingan bagi
anak tersebut sehingga dapat mengerjakan dengan tepat
waktu. Perbandingan hasil ketercapaian pelaksanaan
pembelajaran pada siklus I dan siklus II dapat dilihat pada
diagram sebagai berikut.

Diagram 3
Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar Siswa Siklus I dan II

100,00%

0,00%
Siklus I

84,12

82
78,79

78
76
Siklus I

Siklus II

Ketuntasan klasikal hasil belajar siswa secara
klasikal pada siklus I memperoleh persentase sebanyak
73,07% atau 19 siswa yang tuntas belajar, sedangkan 7
siswa tidak tuntas belajar. Dengan data yang telah
didapatkan menunjukkan bahwa pembelajaran pada siklus
I belum berhasil karena belum memenuhi standar
ketuntasan yang telah ditetapkan yaitu 75%. Oleh karena
itu dilanjutkan pada siklus II, dan didapatkan hasil pada
siklus II mencapai persentase sebanyak 88,46% atau 23
siswa yang telah tuntas belajar dan 3 siswa tidak tuntas.
Hal ini menunjukkan hasil siklus II sudah baik sekali dan
ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal pada siklus
II telah mencapai persentase yang ditetapkan pada
indikator keberhasilan.

84

80

88,46%

50,00%

Diagram 2
Ketercapaian Keterlaksanaan Pembelajaran dengan
Menerapkan Strategi Story Triangle untuk Meningkatkan
Keterampilan Menulis Narasi

86

73,07%

Siklus II

8

Penerapan Strategi Story Triangle

bersemangaat mengikti pembelajaran. persiapan alat tulis
oleh guru maupun siswa telah lengkap sehingga
pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Untuk siswa
yang mengalami kesulitan dalam menulis guru
memberikan bimbingan bagi anak tersebut sehingga dapat
mengerjakan dengan tepat waktu.
Dari hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan
bahwa strategi pembelajaran yang digunakan sangat
mempengaruhi hasil belajar siswa dan pelaksanaan
pembelajaran. Karena penelitian ini telah mencapai
indikator keberhasilan yang telah dientukan, maka
penelitian ini dinyatakan telah berhasil.
Kelebihan dan kekurangan yang dilakukan oleh
guru selama proses pembelajaran siklus I sampai siklus II
dapat dijadikan suatu bahan refleksi untuk lebih
meningkatkan pembelajaran agar ke depannya menjadi
lebih baik dan mendapatkan hasil yang optimal.
Dalam penerapan strategi Story Triangle, kegiatan
pembelajaran berjalan dengan optimal. Adanya perubahan
yang signifikan dengan tingkah laku siswa dari yang
belum mengerti sampai sudah mengerti, khususnya dalam
menulis karangan narasi. Sesuai dengan pendapat
Budiningsih (2012:51) bahwa belajar merupakan suatu
aktivitas yang mengakibatkan adanya perubahan persepsi
dan pemahaman, yang tidak selalu berbentuk tingkah laku
yang dapat diamati dan diukur. Setiap siswa telah memiliki
pengetahuan dan pengalaman yang telah tertata dalam
bentuk struktur kognitif yang dimilikinya.
Proses pembelajaran dengan menerapkan strategi
Story Triangle menunjukkan adanya ciri-ciri belajar yang
sesuai dengan pendapat Djamarah (2011:15) yang
menyatakan bahwa adanya perubahan dalam diri siswa
yang meliputi perubahan yang terjadi secara sadar,
perubahan dalam belajar bersifat fungsional, perubahan
dalam belajar bersifat pasif dan aktif, perubahan dalam
belajar bukan bersifat sementara, perubahan dalam belajar
bertujuan atau terarah, perubahan mencakup seluruh aspek
tingkah laku.
Dalam penerapan strategi Story Triangle, siswa
dapat
membangun
(mengkonstruksikan)
sendiri
pengetahuan yang dibutuhkan. Strategi Story Triangle
yang dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk
menemukan sendiri konsep-konsep yang benar dalam
menulis karangan narasi melalui langkah-langkah
penerapan strategi Story Triangle. Sejalan dengan teori
belajar konstruktivisme yang dikemukakan oleh Suprijono
(2010:40) bahwa pembelajaran berbasis konstruktivisme
merupakan proses menuangkan ide, pikiran, dan solusi.
Belajar bukan hanya mengkonstruksikan makna dan
mengembangkan pikiran, namun juga memperdalam
proses-proses pemaknaan tersebut melalui pengekspresian
ide-ide.
Story Triangle dapat melatih siswa untuk dapat
mengembangkan kemampuan dari unsur-unsur kongnisi
melalui penganalisisan pokok-pokok penting dalam
karangan narasi kemudian dituliskan dalam segitiga sesuai
dengan langkah-langkah penerapan strategi Story
Triangle. Sesuai dengan pendapat Piaget (dalam
Suprijono, 2010:22-23) bahwa perkembangan kognitif
merupakan proses adaptasi intelektual. Adaptasi ini

Pembahasan Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan
pembelajaran menulis narasi dengan menerapkan strategi
Story Triangle berjalan dengan baik dan mengalami
peningkatan pada setiap siklusnya. Keterlaksanaan
pembelajaran kemampuan menulis narasi dengan
menerapkan stretegi Story Triangle pada siklus I
pertemuan 1 mencapai persentase 100% dan pertemuan 2
mencapai
persentase
100%
dengan
rata-rata
keterlaksanaan pembelajaran siklus I yaitu 100%.
Sedangkan keterlaksanaan pembelajaran pada siklus II
pertemuan 1 mencapai persentase 100% dan pertemuan 2
mencapai persentase 100% dengan nilai rata-rata 100%.
Keterlaksanaan pembelajaran ini masuk dalam kategori
baik sekali dan telah melampaui kriteria yang telah
ditentukan yaitu ≥ 80%.
Nilai ketercapaian pelaksanaan pembelajaran pada
siklus Iadalah 78,79. Perolehan nilai tersebut termasuk
dalam kategori baik (Arikunto, 2013:281) dan telah
mencapai indikator keberhasilan yaitu ≥ 75 (Kusumah dan
Dwitagama, 2012:53).
Pada siklus II guru memperbaiki tingkat
ketercapaian pelaksanaan pembelajaran yang telah dicapai
pada siklus I dengan meningkatkan kualitas pembelajaran
dan tingkat ketercapaian pelaksanaan pembelajaran.
Tingkat ketercapaian pelaksanaan pembelajaran pada
siklus II adalah 84,12. Perolehan nilai tersebut termasuk
dalam kategori baik sekali (Arikunto, 2013:281).
Ketercapaian pelaksanaan pembelajaran pada siklus II
mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus I
Dengan hasil tersebut, ketercapaian pelaksanaan
pembelajaran pada siklus II telah mencapai indikator
keberhasilan yang sudah ditentukan yaitu ≥ 75 (Kusumah
dan Dwitagama, 2012:53). Dalam melaksanakan langkahlangkah pembelajaran menulis karangan narasi dengan
menerapkan strategi Story Triangle guru telah mampu
mengelola waktu dengan baik, persiapan alat tulis oleh
guru maupun siswa telah lengkap sehingga pembelajaran
dapat berjalan dengan baik. Untuk siswa yang mengalami
kesulitan dalam menulis guru memberikan bimbingan bagi
anak tersebut sehingga dapat mengerjakan dengan tepat
waktu.
Ketuntasan klasikal hasil belajar siswa secara
klasikal pada siklus I memperoleh persentase sebanyak
73,07% atau 19 siswa yang tuntas belajar, sedangkan 7
siswa tidak tuntas belajar. Dengan data yang telah
didapatkan menunjukkan bahwa pembelajaran pada siklus
I belum berhasil karena belum memenuhi standar
ketuntasan yang telah ditetapkan yaitu 75%. Oleh karena
itu dilanjutkan pada siklus II, dan didapatkan hasil pada
siklus II mencapai persentase sebanyak 88,46% atau 23
siswa yang telah tuntas belajar dan 3 siswa tidak tuntas.
Hal ini menunjukkan hasil siklus II sudah baik sekali dan
ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal pada siklus
II telah mencapai persentase yang ditetapkan pada
indikator keberhasilan. Kendala-kendala yang muncul
pada saat pelaksanaan pembelajaran dapat diatasi dengan
baik oleh peneliti. Guru telah mampu mengelola waktu
dengan baik, guru telah memberikan lebih banyak
motivasi kepada siswa sehinngga siswa lebih

9

kemampuan menulis siswa, agar dalam kegiatan
pembelajaran guru dapat membimbing siswa dengan tepat
sasaran.
Hendaknya strategi Story Triangle diterapkan
dalam kegiatan menulis karena strategi Story Triangle
memudahkan siswa dalam menulis karangan, terutama
karangan narasi. Hendaknya sekolah membekali guru
untuk menguasai dan menerapkan pembelajaran yang
inovatif dalam menulis, sehingga pembelajaran akan lebih
menarik, bermakna, siswa lebih termotivasi dan aktif
berpartisipasi. Pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru
(teacher center) melainkan berpusat pada siswa (student
center) sehingga hasil belajarpun meningkat.
Peneliti lain dapat menjadikan penelitian ini
sebagai bahan rujukan untuk dapat melakukan penelitian
tentang pembelajaran menulis karangan narasi dengan
menerapkan strategi pembelajaran yang berbeda sehingga
siswa dapat menemukan pengalaman baru dan
pengetahuan baru dalam pembelajaran menulis karangan
narasi.

merupakan proses yang melibatkan skemata, asimilasi,
akomodasi, dan equilibration.
Sesuai dengan pendapat Rozakis (dalam Jingga,
2012:40), strategi Story Triangle dapat membantu siswa
untuk menunjukkan sesuatu dengan tepat dalam menyoroti
sebuah cerita dengan mendeskripsikan bagian-bagian
penting menggunakan beberapa kata. Sebelum memulai
menulis narasi, hendaknya membuat kerangka cerita
terlebih dahulu. Hal itu dapat membantu penyajian cerita
dengan lebih baik dan tepat. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa penerapan strategi Story Triangle untuk
meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi
siswa kelas V SDN Dukuh Pakis I-486 Surabaya telah
berhasil.

PENUTUP
Simpulan
Pelaksanaan pembelajaran menulis narasi melalui
strategi Story Triangle pada siswa kelas V di SDN Dukuh
Pakis I-486 Surabaya berjalan dengan baik. Berdasarkan
data hasil pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan,
tampak bahwa terjadi peningkatan terhadap proses
pelaksanaan pembelajaran menulis karangan narasi.
Berdasarkan data hasil pengamatan terhadap pelaksanaan
pembelajaran diperoleh hasil, yaitu siklus I mencapai
100% dengan nilai ketercapaiannya adalah 78,79.
Sedangkan pelaksanaan pembelajaran siklus II juga telah
mencapai 100% dengan nilai ketercapaiannya adalah
84,12. Ketuntasan klasikalnya mencapai 73,07% pada
siklus I dan 88,46% pada siklus II.
Kendala yang dialami yaitu alokasi waktu yang
kurang, media guru yang masih belum dapat menggali ide
siswa dengan optimal, instruksi yang disampaikan guru
kurang jelas. Kendala-kendala tersebut dapat diatasi
dengan menambah jam pertemuan, memperbaiki media,
dan menyampaikan instruksi dengan jelas. Peneliti
bernegosiasi dengan guru kelas agar dapat menambah
alokasi waktu menjadi 6x35 menit pada siklus selanjutnya.
Dengan adanya tambahan waktu, siswa yang masih
kesulitan dalam mengarang dapat dibimbing secara lebih
optimal. Selain itu siswa menjadi tidak tergesa-gesa dalam
mengerjakan tugas yang diberikan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
penerapan strategi Story Triangle dapat meningkatkan
keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas V SDN
Dukuh Pakis I-486 Surabaya.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta:
Rineka Cipta
________. 2013. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi
2. Jakarta: Bumi Aksara
Basrowi

dan Suwandi.2008. Prosedur Penelitian
Tindakan Kelas. Bogor: Ghalia Indonesia

Budiningsih, Asri. 2012. Belajar & Pembelajaran.
Jakarta: Rineka Cipta
Eriyanto. 2013. Analisis Naratif. Jakarta: Kencana
Ginnis, Paul. 2008. Trik & Taktik Mengajar . Jakarta:
Indeks
Iskandarwassid, Dadang S. 2011. Strategi Pembelajaran
Bahasa . Bandung: Remaja Rosdakarya
Jingga. 2012. Yuk Menulis Yuk. Yogyakarta: Araska
Kusumah, Wijaya dan Dedi Dwitagama. 2012. Mengenal
Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Indeks
Nurgiyantoro, 2012, Penilaian Pembelajaran Bahasa.
Yogyakarta: BPFE

Saran
Dalam perencanaan pembelajaran sebaiknya guru
dalam Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan,
peneliti memberikan beberapa saran. Dalam perencanaan
pembelajaran sebaiknya guru dalam memilih strategi
pembelajaran disesuaikan dengan materi menulis dan
karakter siswa, sehingga tujuan pembelajaran dapat
tercapai. Sebaiknya guru menggunakan media
pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran menulis
agar dapat membantu siswa dalam memahami materi
pelajaran. Guru hendaknya memahami perbedaan

Nursalim. 2011. Pengantar Kemampuan Berbahasa
Indonesia. Pekanbaru: Zanafa Publishing
Rosyadi, Rahmat. 2008. Menjadi Penulis Profesional itu
Mudah. Bogor: Ghalia Indonesia
Sanjaya, Wina, 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi
Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana

10

Penerapan Strategi Story Triangle

Suprijono, Agus. 2010. Cooperative Learning Teori dan
Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Susanto, Ahmad. 2013. Teori belajar & Pembelajaran di
Sekolah Dasar . Jakarta: Kencana
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menulis sebagai Suatu
Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa
Wahidmurni, dkk. 2010. Evaluasi
Yogyakarta: Nuha Litera

Pembelajaran .

11