Sistem Perpajakan di Indonesia dan KUP 1
Ringkasan Mata Kuliah Perpajakan– Kelompok I
SISTEM PERPAJAKAN DI INDONESIA
Definisi Pajak
•
Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H.:
iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat
dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi), yang
langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar
pengeluaran umum
•
Menurut Prof. Dr. Adriani.:
Iuran kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang
wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan yang tidak mendapat
prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk dan gunanya untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran umum yang berhubungan dengan
tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan
•
Menurut Dr. Soeparman Soemahamidjaja :
iuran wajib berupa uang atau barang, yang menutup biaya produksi
barang2 dan jasa2 kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum.
•
Menurut Mr.DR.N.J. Feldmann :
prestasi yang dapat dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada
penguasa (menurut norm-norma yang ditetapkannya secara umum), tanpa
adanya kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup
pengeluaran-pengeluaran umum.
•
Menurut Pasal 1 UU No.8 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan stdtd UU No.16 Tahun 2009
kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Fungsi Pajak
•
Menurut Fritz Neumark :
Fiscal/budgetory
function,
manfaat dan eksistensi pajak guna menutup pengeluaran pemerintah yg
tidak dibiayai dr pos-pos ttt (laba perusahaan, cetak uang baru, obligasi)
Fungsi
ekonomi,
untuk menggalakkan tujuan-tujuan umum pemerintah (mencegah
pengganguran, kestabilan moneter, pertumbuhan ekonomi)
Fungsi
social,
sebagai alat pemerataan pendapatan (memperkecil beda pendapatan)
•
Menurut Earl R. Rolph :
Revenue
(pendapatan),
pajak dipungut sesuai dg kebutuhan dana & kebijakan pemerintah
Resource
reallocation
PPAk XVI Universitas Hasanuddin - Perpajakan
Halaman 1
Ringkasan Mata Kuliah Perpajakan– Kelompok I
•
(pemindahan sumber pendapatan), pajak dipungut guna merubah
perilaku prodosen dan konsumen.
Income
redistribution
(pembagian
pendapatan),
pajak dipungut secara progresif, maka yang miskin akan terbantu oleh si
kaya secara tak langsung dalam pembayaran pajak.
Secara Umum:
Fungsi Budgeter
sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran
- pengeluaran pemerintah. Misal: dimasukkannya pajak dalam APBN
sebagai penerimaan dalam negeri
Fungsi Reguler (mengatur)
sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan dibidang
sosial dan ekonomi. Misal: pajak yang tinggi dikenakan kepada minuman
keras, dengan tujuan untuk mengurangi konsumsi minuman keras
AZAS PERPAJAKAN
Ajaran Azas Pemungutan Pajak Adam Smith (1723-1790) dalam bukunya An
Inquiri into The Nature and Causes of the Wealth of Nations, sbb :
Asas
Equality,
bahwa tekanan pajak diantara subjek pajak masing-masing dilakukan
seimbang dengan kemampuannya, yaitu seimbang dengan penghasilan yang
dinikmatinya masing-masing. Tidak dibolehkan suatu negara mengadakan
diskriminasi di antara sesama wajib pajak.
Asas
certainty,
Pajak yang dibayar mempunyai kepastian hukum dan tidak mengenal
kompromi. Kepastian hukum yang dipentingkan adalah yang mengenai
subjek, objek, besarnya pajak dan ketentuan mengenai jangka waktu
pembayaran pajaknya.
Conveinent of payment,
Pajak hendaknya dipungut pada saat yang paling baik bagi wajib pajak, yaitu
saat sedekat-dekatnya
dengan saat diterimanya penghasilan yang
bersangkutan.
Asas Efisiensi,
Bahwa pemungutan pajak hendaknya dilakukan sehemat-hematnya, jangan
sekali-kali biaya pemungutan lebih besar dari pemasukan pajaknya.
Azas pemungutan pajak lainnya
Asas Tempat Tinggal / Domisili
– Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan WP yang
bertempat tinggal di wilayahnya, baik penghasilan dari dalam negeri
maupun dari luar negeri.
PPAk XVI Universitas Hasanuddin - Perpajakan
Halaman 2
Ringkasan Mata Kuliah Perpajakan– Kelompok I
Asas Sumber
– Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber
dari wilayahnya tanpa memperhatikan dimana WP tersebut
berdomisili.
Asas Kebangsaan
– Pemungutan pajak yang dihubungkan dengan kebangsaan sessorang
di suatu Negara. Indonesia menganut asas kebangsaan secara
negative melalui Pajak bangsa Asing, yakni pengenaan pajak bagi
bangsa asing yang bertempat tinggal di Indonesia.
Stelsel Pajak
Stelsel Nyata (Riel stelsel)
Pengenaan pajak didasarkan pada objek (penghasilan) sesungguhnya,
pengenaannya baru dapat dilakukan setelah berakhir tahun pajak.
Stelsel Anggapan (Fictieve stelsel )
Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh
undang-undang. Misal: penghasilan suatu tahun pajak dianggap sama
dengan tahun sebelumnya. Dengan demikian maka pada awal tahun
pajak sudah dapat ditetapkan besarnya pajak terutang pada tahun
berjalan.
Stelsel Campuran
Pengenaan pajak yang didasarkan pada campuran stelsel (gabungan
stelsel riel dan stelsel fiktif)
Sistem Pemungutan Pajak
Self Assessment System
adalah suatu sistem pemungutan pajak dimana wajib pajak menetapkan
sendiri jumlah pajak terutang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Self assessment System memberikan kepercayaan kepada wajib pajak untuk :
- Menghitung sendiri pajak yang terutang;
- Memperhitungkan sendiri pajak yang kurang atau lebih dibayar;
- Membayar sendiri; dan
- Melaporkan sendiri pajak yang terutang
Official Assessent System
adalah suatu system pemungutan pajak, dimana aparatur pajak
menetapkan sendiri jumlah pajak yang terutang.
Dalam sisitem ini inisiatif dan kegiatan dalam menghitung dan
menetapkan pajak sepenuhnya berada di tangan aparatur pajak.
Withholding System
Adalah suatu system pemungutan pajak, dimana penghitungan,
pemotongan dan pembayaran serta pelaporan dipercayakan kepada pihak
ke tiga oleh pemerintah.
PPAk XVI Universitas Hasanuddin - Perpajakan
Halaman 3
Ringkasan Mata Kuliah Perpajakan– Kelompok I
Yang dimaksud pihak ketiga, misalnya Badan, Ditjen Bea Cukai, Ditjen
Anggaran, dan Bendaharawan.
Jenis-jenis Pajak
a) Menurut lembaga Pemungutnya :
- Pajak Pusat / Pajak Negara
adalah pajak yang dipungut oleh Pemerintah Pusat, Kementerian
Keuangan dan pelaksananya adalah Kantor Pelayanan Pajak.
Contoh : PPN & PPnBM, PPh, dll
- Pajak Daerah
adalah pajak yang dipungut oleh daerah Propinsi dan atau Kabupaten
dan Kota
Contoh : Pajak Kendaraan, Pajak Restoran, Pajak Hotel, dll
b) Menurut Sifatnya :
- Pajak Subjektif
adalah : pajak-pajak yang pemungutannya berpangkal pada diri orangnya
(subjeknya), keadaan diri wajib pajak dapat mempengaruhi besar kecilnya
jumlah pajak yang harus dibayar.
Contoh : Pajak Penghasilan
-
Pajak objektif
adalah pajak yang pemungutannya berpangkal pada objeknya dan pajak
ini dipungut karena keadaan, perbuatan dan kejadian yang dilakukan atau
terjadi dalam wilayah Negara dengan tidak mengindahkan kediaman atau
subjeknya,
Contoh: cukai rokok, tanpa memandang subjeknya kaya atau miskin,
bujangan atau sudah berkeluarga, dll.
c) Menurut golongan
Pajak langsung
adalah pajak-pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak yang
bersangkutan tanpa dapat dilimpahkan kepada pihak lain.
Contoh : Pajak Penghasilan
Pajak Tidak Langsung
adalah suatu pajak yang pada akhirnya dapat dilimpahkan (digeserkan)
kepada pihak lain.
Contoh : Pajak Pertambahan Nilai yang menanggung adalah pihak
konsumen (pihak ketiga) terakhir.
Hukum Pajak
Hukum Pajak Formal :
Peraturan-peraturan mengenai cara-cara
material menjadi suatu kenyataan.
PPAk XVI Universitas Hasanuddin - Perpajakan
untuk
menjelmakan
hukum
Halaman 4
Ringkasan Mata Kuliah Perpajakan– Kelompok I
Memuat cara-cara penyelenggaraan penetapan suatu utang pajak, kontrol
oleh pemerintah terhadap penyelenggaraannya, kewajiban Wajib Pajak
(sebelum dan setelah menerima ketetapan pajak), kewajiban pihak ketiga
dan prosedur pemungutannya
Untuk melindungi fiskus dan WP, memberi jaminan hukum pajak material
akan dapat diselenggarapan setepat-tepatnya.
Contoh : UU KUP, UU PPSP, UU PP
Hukum Pajak Material :
mengatur norma-norma yang menerangkan keadaan-keadaan, perbuatanperbuatan, dan peristiwa-peristiwa hukum yang harus dikenakan pajak;
siapa-siapa yang harus dikenakan pajak, apa objek pajaknya dan berapa
besar pajaknya.
Hukum yang mengatur segala sesuatu tentang timbul, besar dan hapusnya
utang pajak serta mengatur hubungan antara pemerintah dengan Wajib
Pajak
Contoh : UU PPh, UU PPN&PPn BM, UU Bea Materai
Teori Pajak
1. Teori Asuransi, negara menganggap dirinya sebagai perusahaan asuransi dan
Wajib Pajak sebagai tertanggung yg wajib membayar premi (pajak).
2. Teori Kepentingan, negara berhak memungut pajak, karena penduduk negara
punya kepentingan pada negara. Makin besar kepentingan penduduk pada
negara, makin besar perlindungan yang diberikan padanya, dan makin besar
pula pajak yang dibayarkan.
3. Teori Bakti, penduduk adalah bagian dari suatu negara, terikat pada
keberadaan negara, karenanya harus berbakti pada negara dengan
membayar pajak. Teori ini menganjurkan untuk tidak bertanya apa dasar
negara pungut pajak.
4. Teori daya beli, pembenaran pemungutan pajak terletak pada efek/akibat
pemungutan pajak. Pemungutan pajak membawa efek positip hampir di
semua negara, yaitu tersedianya dana yang cukup guna membiayai
pengeluaran umum negara.
5. Teori Pembangunan, dana yang terkumpul dari pajak guna pembangunan yg
membuat rakyat menjadi adil, makmur, sejahtera.
6. Teori Kontrak, pajak semata-mata suatu jumlah tertentu yang diberikan
penduduk kepada pemerintah sebagai penggganti jasa atas perlindungan
pada penduduk.
7. Teori organisasi, penduduk secara bersama-sama mempunyai kewajiban
secara alamiah untuk menunjang negara dengan membayar pajak.
8. Teori daya pikul, dalam pemungutan pajak pemerintah harus memperhatikan
PPAk XVI Universitas Hasanuddin - Perpajakan
Halaman 5
Ringkasan Mata Kuliah Perpajakan– Kelompok I
daya pikul/ kemampuan WP. Maka dalam PPh dikenal PTKP, dlm PBB ada
NJOPTKP.
KETENTUAN
PERPAJAKAN
UMUM
DAN
TATACARA
Self Assessment System
adalah suatu sistem pemungutan pajak dimana wajib pajak menetapkan
sendiri jumlah pajak terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.
Self assessment System memberikan kepercayaan kepada wajib pajak untuk :
- Menghitung sendiri pajak yang terutang;
- Memperhitungkan sendiri pajak yang kurang atau lebih dibayar;
- Membayar sendiri; dan
- Melaporkan sendiri pajak yang terutang
Wajib Pajak yang sudah memenuhi kewajiban pajak Subyektif dan Obyektif wajib
mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP.
Subyek Pajak Dalam Negeri
a.
orang pribadi yang :
- bertempat tinggal di Indonesia,
- berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, atau
- dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk
bertempat
tinggal di Indonesia;
b.
badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia;
c.
warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang
berhak.
Subyek Pajak Luar Negeri
orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di
Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan,
badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang
:
- menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui BUT di Indonesia
atau
- dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia tanpa
melalui BUT di Indonesia.
Obyek
Pajak
PPAk XVI Universitas Hasanuddin - Perpajakan
Halaman 6
Ringkasan Mata Kuliah Perpajakan– Kelompok I
Adalah Penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima
atau diperoleh wajib pajak, baik berasal dari Indonesia atau dari luar Indonesia,
yang dapat dipakai untuk komsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak
yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun.
Yang Wajib Mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak dan Memiliki NPWP
a. WP Orang Pribadi
- Menjalankan usaha / pekerjaan bebas
Paling lambat mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak dan memiliki NPWP,
satu bulan setelah saat usaha dijalankan.
- Tidak menjalankan usaha / pekerjaan bebas tetapi berpenghasilan dalam
satu bulan di atas PTKP. Paling lambat mendaftarkan diri sebagai Wajib
Pajak dan memiliki NPWP, akhir bulan berikutnya setelah penghasilannya
melebihi PTKP.
- Wanita kawin pisah harta
Mendaftarkan diri sesuai persyaratan diatas.
b. WP
Badan
Paling lambat mendaftarkan diri satu bulan setelah saat usaha dijalankan.
c. WP Pemungut atau Pemotong Pajak
Paling lambat mendaftarkan diri sebelum saat terutang PPh.
Yang wajib dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) :
a. WP Orang Pribadi
b. WP Badan
yang memenuhi ketentuan sebagai Pengusaha yang dikenakan PPN sesuai UU
PPN wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP.
Saat mendaftarkan diri untuk dikukuhkan sebagai PKP :
a. Sebelum melakukan penyerahan Barang Kena Pajak/Jasa Kena Pajak, untuk
- WP Orang Pribadi
- WP Badan
b. Paling lambat pada akhir masa pajak berikutnya setelah omzet melebihi 600
juta, untuk Pengusaha Kecil
Penerbitan NPWP dan PKP secara Jabatan
Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dapat menerbitkan NPWP dan atau PKP secara
jabatan dalam hal :
- WP telah menenuhi persyaratan objektif dan subjektif namun tidak mau
mendaftar
- Pengusaha yang dikenai PPN namun tidak melaporkan usahanya
Dalam hal diterbitkan NPWP dan atau dikukuhkan PKP secara jabatan, Kewajiban
perpajakan bagi WP tersebut dimulai sejak saat WP memenuhi persyaratan
subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
PPAk XVI Universitas Hasanuddin - Perpajakan
Halaman 7
Ringkasan Mata Kuliah Perpajakan– Kelompok I
perpajakan, paling lama 5 tahun sebelum diterbitkannya NPWP dan/atau
dikukuhkannya sebagai PKP.
Pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT)
Surat Pemberitahuan (SPT) adalah Surat yang oleh WP digunakan untuk
melaporkan Penghitungan dan atau Pembayaran Pajak, Objek Pajak dan atau
bukan Objek Pajak, dan atau Harta dan Kewajiban yang terdiri dari :
-
SPT Masa
SPT Tahunan
: untuk suatu masa pajak
: untuk suatu tahun pajak atau bagian tahun pajak
Fungsi Surat Pemberitahuan (SPT)
a. Bagi PPh (Umum)
Melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah pajak
terutang dan melaporkan :
- pembayaran pajak tahun berjalan
- Pemotongan pajak oleh pihak lain
- penghasilan yang merupakan Obyek Pajak – bukan obyek pajak
- Harta dan kewajiban
b. Bagi PKP
Melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah PPN &
PPnBM yang terutang dan melaporkan:
- Pengkreditan PM-PK
- Pembayaran sendiri maupun melalui pihak lain dalam satu masa pajak
c. Bagi Pemotong / Pemungut
Melaporkan dan mempertanggungjawabkan
dipungut dan disetorkannya
pajak
yang
dipotong
atau
Cara Penyampaian SPT:
a. Secara langsung melalui loket Tempat Pelayanan Terpadu (TPT) di KPP
Tanda terima SPT merupakan Bukti Penerimaan SPT
b. Melalui Kantor Pos atau jasa pengiriman ekspedisi secara tercatat.
Bukti pengiriman surat merupakan Bukti Penerimaan SPT
c. Secara elektronik melalui aplikasi e-filling
Bukti penerimaan elektronik merupakan Bukti Penerimaan SPT
SPT dianggap tidak disampaikan dalam hal:
tidak ditandatangani;
tidak sepenuhnya dilampiri keterangan dan/atau dokumen;
SPT LB disampaikan setelah 3 tahun dan telah ditegur secara tertulis;
disampaikan setelah Dirjen Pajak melakukan pemeriksaan atau
menerbitkan surat ketetapan pajak.
Batas waktu penyampaian SPT dan sanksi nya:
PPAk XVI Universitas Hasanuddin - Perpajakan
Halaman 8
Ringkasan Mata Kuliah Perpajakan– Kelompok I
N
o
1
2
3
Jenis SPT
SPT Masa Lainnya
SPT Masa PPh Pasal
SPT Masa PPh Pasal
/pemungut lainnya
SPT Masa PPh Pasal
SPT Masa PPh Pasal
ayat 2
SPT Masa PPh Pasal
SPT Masa PPh Pasal
SPT Masa PPN
Paling Lambat
21/26
22
Max 20 hari
setelah
akhir masa pajak
Sanksi terlambat
lapor
Rp 100.000,-
23/26
4
15
25
4
SPT Masa PPh Pasal 22 dan
PPN/PPnBM oleh Bea Cukai
SPT Masa PPN/PPnBM & PPh Psl
22
oleh Bendaharawan
5
SPT Tahunan Orang Pribadi
6
SPT Tahunan PPh Badan
Max akhir masa
pajak berikutnya
Max 7 hari setelah
Penyetoran
Max tgl 14 setelah
akhir masa pajak
Rp
500.000,-
Rp
100.000,-
Rp
100.000,-
Max 3 bulan
setelah akhir thn
pajak
Max 4 bulan
setelah akhir thn
pajak
Rp
100.000,-
Rp 1.000.000,-
Sanksi keterlambatan tidak dikenakan atas :
WP OP yang telah meninggal dunia
WP OP yang sudah tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas
WP OP WNA yang tidak lagi tinggal di Indonesia
BUT yang tidak melakukan kegiatan usaha di Indonesia
Bendahara yang tidak melakukan pembayaran lagi
WP Badan yang tidak melakukan kegiatan usaha lagi tapi belum
dibubarkan.
WP yang terkena bencana (diatur dgn Permenkeu)
WP lain (diatur dengan Permenku), meliputi :
- kerusuhan massal;
- kebakaran;
- ledakan bom atau aksi terorisme;
- perang antar suku; atau
- kegagalan sistem komputer administrasi penerimaan negara/perpajakan
Mekanisme pembayaran pajak :
1. Membayar sendiri pajak terutang
: PPh Pasal 25, dan 29
2. Pemotongan/pemungutan pihak lain
: PPh Pasal 21, 22, 23, 26, 4(2), dan
15
3. Pemungutan pihak penjual
: PPN
4. Pembayaran pajak lainnya
: PBB, Bea Materai
PPAk XVI Universitas Hasanuddin - Perpajakan
Halaman 9
Ringkasan Mata Kuliah Perpajakan– Kelompok I
Pembukuan dan Pencatatan
Pembukuan adalah : suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur
untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang
meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya,
serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau
jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan
berupa neraca, dan laporan laba rugi untuk periode Tahun
Pajak tersebut.
Yang wajib melakukan pembukuan adalah :
- WP OP yang melakukan usaha / pekerjaan bebas
- WP Badan
kecuali WP OP yang diperbolehkan menghitung penghasilan neto dengan
menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto
Ketentuan mengenai Pembukuan :
Pembukuan atau pencatatan tersebut harus diselenggarakan dengan:
- memperhatikan iktikad baik dan mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha
yang sebenarnya
- menggunakan huruf latin, angka Arab, satuan mata uang rupiah, dan disusun
dalam bahasa Indonesia atau dalam bahasa asing yang diizinkan oleh Menkeu
- harus diselenggarakan di Indonesia
- diselenggarakan dengan prinsip taat asas dan dengan stelsel akrual dan
stelsel kas
- Perubahan terhadap metode pembukuan dan/atau tahun buku harus
mendapat persetujuan dari Dirjen Pajak
Ketentuan mengenai Pencatatan :
Pencatatan terdiri atas data :
- yang dikumpulkan secara teratur tentang peredaran atau
penerimaan bruto dan/atau penghasilan bruto
- sebagai dasar untuk menghitung jumlah pajak yang terutang,
- termasuk penghasilanyang bukan objek pajak dan/atau yang dikenai pajak
yang bersifat final.
Pembetulan SPT
1. Pembetulan SPT Pasal 8 ayat 1 UU KUP
Syarat :
- belum dilakukan pemeriksaan
- jika menyatakan rugi atau lebih bayar, pembetulan disampaikan paling
lama 2 tahun sebelum daluwarsa penetapan
jika menjadi kurang bayar terutang sanksi 2% / bulan sejak jt penyampaian
SPT (SPT Tahunan); atau sejak jt pembayaran (SPT Masa) s.d. tanggal
pembayaran
2. Pengungkapan Ketidakbenaran Pengisian SPT Pasal 8 ayat 4 UU KUP
PPAk XVI Universitas Hasanuddin - Perpajakan
Halaman 10
Ringkasan Mata Kuliah Perpajakan– Kelompok I
Syarat :
- sedang diperiksa dan belum diterbitkan SKP
- dengan kesadaran sendiri
- mengungkapkan ketidakbenaran pengisian SPT
- mengakibatkan :
a. pajak menjadi lebih besar/kecil; atau
b. rugi menjadi lebih besar/kecil; atau
c. jumlah harta menjadi lebih besar/kecil; atau
d. jumlah modal menjadi lebih besar/kecil.
- melunasi sendiri pokok pajak + sanksi 50%
Pemeriksaan tetap dilanjutkan.
3. Pengungkapan Ketidakbenaran Pengisian SPT Pasal 8 ayat 3 UU KUP
Syarat :
- sedang dilakukan pemeriksaan Bukti Permulaan dan SPDP belum
diserahkan kepada Penuntut Umum
- dengan kesadaran sendiri
- mengungkapkan ketidakbenaran perbuatan, mengenai :
a. tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan; atau
b. menyampaikan Surat Pemberitahuan yang isinya tidak benar atau
tidak lengkap, atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar,
- dengan pernyataan terulis, ditandatangani oleh Wajib Pajak dan
dilampiri dengan:
a. penghitungan
kekurangan
pembayaran
jumlah
pajak yang
sebenarnya terutang dalam format Surat Pemberitahuan;
b. Surat
Setoran
Pajak
sebagai
bukti
pelunasan kekurangan
pembayaran pajak; dan
c. Surat Setoran Pajak sebagai bukti pembayaran sanksi administrasi
berupa denda sebesar 150% (seratus lima puluh persen) melunasi
sendiri pokok pajak + sanksi 50%
Jika benar tidak dilanjutkan ke tindakan Penyidikan.
4. Pembetulan SPT Pasal 8 ayat 6 UU KUP
dalam hal Wajib Pajak menerima
- Surat Ketetapan Pajak,
- Surat Keputusan Keberatan,
- Surat Keputusan Pembetulan,
- Putusan Banding, atau
- Putusan Peninjauan Kembali
yang menyatakan rugi fiskal yang berbeda dengan rugi fiskal yang telah
dikompensasikan dalam SPT Tahunan Tahun Pajak sebelumnya atau beberapa
Tahun Pajak sebelumnya, dalam jangka waktu 3 bulan dengan syarat Dirjen
Pajak belum melakukan tindakan pemeriksaan.
--------- 00rmk-minggu-pertama- kelompoksatu 00-------PPAk XVI Universitas Hasanuddin - Perpajakan
Halaman 11
SISTEM PERPAJAKAN DI INDONESIA
Definisi Pajak
•
Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H.:
iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat
dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi), yang
langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar
pengeluaran umum
•
Menurut Prof. Dr. Adriani.:
Iuran kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang
wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan yang tidak mendapat
prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk dan gunanya untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran umum yang berhubungan dengan
tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan
•
Menurut Dr. Soeparman Soemahamidjaja :
iuran wajib berupa uang atau barang, yang menutup biaya produksi
barang2 dan jasa2 kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum.
•
Menurut Mr.DR.N.J. Feldmann :
prestasi yang dapat dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada
penguasa (menurut norm-norma yang ditetapkannya secara umum), tanpa
adanya kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup
pengeluaran-pengeluaran umum.
•
Menurut Pasal 1 UU No.8 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan stdtd UU No.16 Tahun 2009
kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Fungsi Pajak
•
Menurut Fritz Neumark :
Fiscal/budgetory
function,
manfaat dan eksistensi pajak guna menutup pengeluaran pemerintah yg
tidak dibiayai dr pos-pos ttt (laba perusahaan, cetak uang baru, obligasi)
Fungsi
ekonomi,
untuk menggalakkan tujuan-tujuan umum pemerintah (mencegah
pengganguran, kestabilan moneter, pertumbuhan ekonomi)
Fungsi
social,
sebagai alat pemerataan pendapatan (memperkecil beda pendapatan)
•
Menurut Earl R. Rolph :
Revenue
(pendapatan),
pajak dipungut sesuai dg kebutuhan dana & kebijakan pemerintah
Resource
reallocation
PPAk XVI Universitas Hasanuddin - Perpajakan
Halaman 1
Ringkasan Mata Kuliah Perpajakan– Kelompok I
•
(pemindahan sumber pendapatan), pajak dipungut guna merubah
perilaku prodosen dan konsumen.
Income
redistribution
(pembagian
pendapatan),
pajak dipungut secara progresif, maka yang miskin akan terbantu oleh si
kaya secara tak langsung dalam pembayaran pajak.
Secara Umum:
Fungsi Budgeter
sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran
- pengeluaran pemerintah. Misal: dimasukkannya pajak dalam APBN
sebagai penerimaan dalam negeri
Fungsi Reguler (mengatur)
sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan dibidang
sosial dan ekonomi. Misal: pajak yang tinggi dikenakan kepada minuman
keras, dengan tujuan untuk mengurangi konsumsi minuman keras
AZAS PERPAJAKAN
Ajaran Azas Pemungutan Pajak Adam Smith (1723-1790) dalam bukunya An
Inquiri into The Nature and Causes of the Wealth of Nations, sbb :
Asas
Equality,
bahwa tekanan pajak diantara subjek pajak masing-masing dilakukan
seimbang dengan kemampuannya, yaitu seimbang dengan penghasilan yang
dinikmatinya masing-masing. Tidak dibolehkan suatu negara mengadakan
diskriminasi di antara sesama wajib pajak.
Asas
certainty,
Pajak yang dibayar mempunyai kepastian hukum dan tidak mengenal
kompromi. Kepastian hukum yang dipentingkan adalah yang mengenai
subjek, objek, besarnya pajak dan ketentuan mengenai jangka waktu
pembayaran pajaknya.
Conveinent of payment,
Pajak hendaknya dipungut pada saat yang paling baik bagi wajib pajak, yaitu
saat sedekat-dekatnya
dengan saat diterimanya penghasilan yang
bersangkutan.
Asas Efisiensi,
Bahwa pemungutan pajak hendaknya dilakukan sehemat-hematnya, jangan
sekali-kali biaya pemungutan lebih besar dari pemasukan pajaknya.
Azas pemungutan pajak lainnya
Asas Tempat Tinggal / Domisili
– Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan WP yang
bertempat tinggal di wilayahnya, baik penghasilan dari dalam negeri
maupun dari luar negeri.
PPAk XVI Universitas Hasanuddin - Perpajakan
Halaman 2
Ringkasan Mata Kuliah Perpajakan– Kelompok I
Asas Sumber
– Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber
dari wilayahnya tanpa memperhatikan dimana WP tersebut
berdomisili.
Asas Kebangsaan
– Pemungutan pajak yang dihubungkan dengan kebangsaan sessorang
di suatu Negara. Indonesia menganut asas kebangsaan secara
negative melalui Pajak bangsa Asing, yakni pengenaan pajak bagi
bangsa asing yang bertempat tinggal di Indonesia.
Stelsel Pajak
Stelsel Nyata (Riel stelsel)
Pengenaan pajak didasarkan pada objek (penghasilan) sesungguhnya,
pengenaannya baru dapat dilakukan setelah berakhir tahun pajak.
Stelsel Anggapan (Fictieve stelsel )
Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh
undang-undang. Misal: penghasilan suatu tahun pajak dianggap sama
dengan tahun sebelumnya. Dengan demikian maka pada awal tahun
pajak sudah dapat ditetapkan besarnya pajak terutang pada tahun
berjalan.
Stelsel Campuran
Pengenaan pajak yang didasarkan pada campuran stelsel (gabungan
stelsel riel dan stelsel fiktif)
Sistem Pemungutan Pajak
Self Assessment System
adalah suatu sistem pemungutan pajak dimana wajib pajak menetapkan
sendiri jumlah pajak terutang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Self assessment System memberikan kepercayaan kepada wajib pajak untuk :
- Menghitung sendiri pajak yang terutang;
- Memperhitungkan sendiri pajak yang kurang atau lebih dibayar;
- Membayar sendiri; dan
- Melaporkan sendiri pajak yang terutang
Official Assessent System
adalah suatu system pemungutan pajak, dimana aparatur pajak
menetapkan sendiri jumlah pajak yang terutang.
Dalam sisitem ini inisiatif dan kegiatan dalam menghitung dan
menetapkan pajak sepenuhnya berada di tangan aparatur pajak.
Withholding System
Adalah suatu system pemungutan pajak, dimana penghitungan,
pemotongan dan pembayaran serta pelaporan dipercayakan kepada pihak
ke tiga oleh pemerintah.
PPAk XVI Universitas Hasanuddin - Perpajakan
Halaman 3
Ringkasan Mata Kuliah Perpajakan– Kelompok I
Yang dimaksud pihak ketiga, misalnya Badan, Ditjen Bea Cukai, Ditjen
Anggaran, dan Bendaharawan.
Jenis-jenis Pajak
a) Menurut lembaga Pemungutnya :
- Pajak Pusat / Pajak Negara
adalah pajak yang dipungut oleh Pemerintah Pusat, Kementerian
Keuangan dan pelaksananya adalah Kantor Pelayanan Pajak.
Contoh : PPN & PPnBM, PPh, dll
- Pajak Daerah
adalah pajak yang dipungut oleh daerah Propinsi dan atau Kabupaten
dan Kota
Contoh : Pajak Kendaraan, Pajak Restoran, Pajak Hotel, dll
b) Menurut Sifatnya :
- Pajak Subjektif
adalah : pajak-pajak yang pemungutannya berpangkal pada diri orangnya
(subjeknya), keadaan diri wajib pajak dapat mempengaruhi besar kecilnya
jumlah pajak yang harus dibayar.
Contoh : Pajak Penghasilan
-
Pajak objektif
adalah pajak yang pemungutannya berpangkal pada objeknya dan pajak
ini dipungut karena keadaan, perbuatan dan kejadian yang dilakukan atau
terjadi dalam wilayah Negara dengan tidak mengindahkan kediaman atau
subjeknya,
Contoh: cukai rokok, tanpa memandang subjeknya kaya atau miskin,
bujangan atau sudah berkeluarga, dll.
c) Menurut golongan
Pajak langsung
adalah pajak-pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak yang
bersangkutan tanpa dapat dilimpahkan kepada pihak lain.
Contoh : Pajak Penghasilan
Pajak Tidak Langsung
adalah suatu pajak yang pada akhirnya dapat dilimpahkan (digeserkan)
kepada pihak lain.
Contoh : Pajak Pertambahan Nilai yang menanggung adalah pihak
konsumen (pihak ketiga) terakhir.
Hukum Pajak
Hukum Pajak Formal :
Peraturan-peraturan mengenai cara-cara
material menjadi suatu kenyataan.
PPAk XVI Universitas Hasanuddin - Perpajakan
untuk
menjelmakan
hukum
Halaman 4
Ringkasan Mata Kuliah Perpajakan– Kelompok I
Memuat cara-cara penyelenggaraan penetapan suatu utang pajak, kontrol
oleh pemerintah terhadap penyelenggaraannya, kewajiban Wajib Pajak
(sebelum dan setelah menerima ketetapan pajak), kewajiban pihak ketiga
dan prosedur pemungutannya
Untuk melindungi fiskus dan WP, memberi jaminan hukum pajak material
akan dapat diselenggarapan setepat-tepatnya.
Contoh : UU KUP, UU PPSP, UU PP
Hukum Pajak Material :
mengatur norma-norma yang menerangkan keadaan-keadaan, perbuatanperbuatan, dan peristiwa-peristiwa hukum yang harus dikenakan pajak;
siapa-siapa yang harus dikenakan pajak, apa objek pajaknya dan berapa
besar pajaknya.
Hukum yang mengatur segala sesuatu tentang timbul, besar dan hapusnya
utang pajak serta mengatur hubungan antara pemerintah dengan Wajib
Pajak
Contoh : UU PPh, UU PPN&PPn BM, UU Bea Materai
Teori Pajak
1. Teori Asuransi, negara menganggap dirinya sebagai perusahaan asuransi dan
Wajib Pajak sebagai tertanggung yg wajib membayar premi (pajak).
2. Teori Kepentingan, negara berhak memungut pajak, karena penduduk negara
punya kepentingan pada negara. Makin besar kepentingan penduduk pada
negara, makin besar perlindungan yang diberikan padanya, dan makin besar
pula pajak yang dibayarkan.
3. Teori Bakti, penduduk adalah bagian dari suatu negara, terikat pada
keberadaan negara, karenanya harus berbakti pada negara dengan
membayar pajak. Teori ini menganjurkan untuk tidak bertanya apa dasar
negara pungut pajak.
4. Teori daya beli, pembenaran pemungutan pajak terletak pada efek/akibat
pemungutan pajak. Pemungutan pajak membawa efek positip hampir di
semua negara, yaitu tersedianya dana yang cukup guna membiayai
pengeluaran umum negara.
5. Teori Pembangunan, dana yang terkumpul dari pajak guna pembangunan yg
membuat rakyat menjadi adil, makmur, sejahtera.
6. Teori Kontrak, pajak semata-mata suatu jumlah tertentu yang diberikan
penduduk kepada pemerintah sebagai penggganti jasa atas perlindungan
pada penduduk.
7. Teori organisasi, penduduk secara bersama-sama mempunyai kewajiban
secara alamiah untuk menunjang negara dengan membayar pajak.
8. Teori daya pikul, dalam pemungutan pajak pemerintah harus memperhatikan
PPAk XVI Universitas Hasanuddin - Perpajakan
Halaman 5
Ringkasan Mata Kuliah Perpajakan– Kelompok I
daya pikul/ kemampuan WP. Maka dalam PPh dikenal PTKP, dlm PBB ada
NJOPTKP.
KETENTUAN
PERPAJAKAN
UMUM
DAN
TATACARA
Self Assessment System
adalah suatu sistem pemungutan pajak dimana wajib pajak menetapkan
sendiri jumlah pajak terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.
Self assessment System memberikan kepercayaan kepada wajib pajak untuk :
- Menghitung sendiri pajak yang terutang;
- Memperhitungkan sendiri pajak yang kurang atau lebih dibayar;
- Membayar sendiri; dan
- Melaporkan sendiri pajak yang terutang
Wajib Pajak yang sudah memenuhi kewajiban pajak Subyektif dan Obyektif wajib
mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP.
Subyek Pajak Dalam Negeri
a.
orang pribadi yang :
- bertempat tinggal di Indonesia,
- berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, atau
- dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk
bertempat
tinggal di Indonesia;
b.
badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia;
c.
warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang
berhak.
Subyek Pajak Luar Negeri
orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di
Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan,
badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang
:
- menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui BUT di Indonesia
atau
- dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia tanpa
melalui BUT di Indonesia.
Obyek
Pajak
PPAk XVI Universitas Hasanuddin - Perpajakan
Halaman 6
Ringkasan Mata Kuliah Perpajakan– Kelompok I
Adalah Penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima
atau diperoleh wajib pajak, baik berasal dari Indonesia atau dari luar Indonesia,
yang dapat dipakai untuk komsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak
yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun.
Yang Wajib Mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak dan Memiliki NPWP
a. WP Orang Pribadi
- Menjalankan usaha / pekerjaan bebas
Paling lambat mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak dan memiliki NPWP,
satu bulan setelah saat usaha dijalankan.
- Tidak menjalankan usaha / pekerjaan bebas tetapi berpenghasilan dalam
satu bulan di atas PTKP. Paling lambat mendaftarkan diri sebagai Wajib
Pajak dan memiliki NPWP, akhir bulan berikutnya setelah penghasilannya
melebihi PTKP.
- Wanita kawin pisah harta
Mendaftarkan diri sesuai persyaratan diatas.
b. WP
Badan
Paling lambat mendaftarkan diri satu bulan setelah saat usaha dijalankan.
c. WP Pemungut atau Pemotong Pajak
Paling lambat mendaftarkan diri sebelum saat terutang PPh.
Yang wajib dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) :
a. WP Orang Pribadi
b. WP Badan
yang memenuhi ketentuan sebagai Pengusaha yang dikenakan PPN sesuai UU
PPN wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP.
Saat mendaftarkan diri untuk dikukuhkan sebagai PKP :
a. Sebelum melakukan penyerahan Barang Kena Pajak/Jasa Kena Pajak, untuk
- WP Orang Pribadi
- WP Badan
b. Paling lambat pada akhir masa pajak berikutnya setelah omzet melebihi 600
juta, untuk Pengusaha Kecil
Penerbitan NPWP dan PKP secara Jabatan
Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dapat menerbitkan NPWP dan atau PKP secara
jabatan dalam hal :
- WP telah menenuhi persyaratan objektif dan subjektif namun tidak mau
mendaftar
- Pengusaha yang dikenai PPN namun tidak melaporkan usahanya
Dalam hal diterbitkan NPWP dan atau dikukuhkan PKP secara jabatan, Kewajiban
perpajakan bagi WP tersebut dimulai sejak saat WP memenuhi persyaratan
subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
PPAk XVI Universitas Hasanuddin - Perpajakan
Halaman 7
Ringkasan Mata Kuliah Perpajakan– Kelompok I
perpajakan, paling lama 5 tahun sebelum diterbitkannya NPWP dan/atau
dikukuhkannya sebagai PKP.
Pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT)
Surat Pemberitahuan (SPT) adalah Surat yang oleh WP digunakan untuk
melaporkan Penghitungan dan atau Pembayaran Pajak, Objek Pajak dan atau
bukan Objek Pajak, dan atau Harta dan Kewajiban yang terdiri dari :
-
SPT Masa
SPT Tahunan
: untuk suatu masa pajak
: untuk suatu tahun pajak atau bagian tahun pajak
Fungsi Surat Pemberitahuan (SPT)
a. Bagi PPh (Umum)
Melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah pajak
terutang dan melaporkan :
- pembayaran pajak tahun berjalan
- Pemotongan pajak oleh pihak lain
- penghasilan yang merupakan Obyek Pajak – bukan obyek pajak
- Harta dan kewajiban
b. Bagi PKP
Melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah PPN &
PPnBM yang terutang dan melaporkan:
- Pengkreditan PM-PK
- Pembayaran sendiri maupun melalui pihak lain dalam satu masa pajak
c. Bagi Pemotong / Pemungut
Melaporkan dan mempertanggungjawabkan
dipungut dan disetorkannya
pajak
yang
dipotong
atau
Cara Penyampaian SPT:
a. Secara langsung melalui loket Tempat Pelayanan Terpadu (TPT) di KPP
Tanda terima SPT merupakan Bukti Penerimaan SPT
b. Melalui Kantor Pos atau jasa pengiriman ekspedisi secara tercatat.
Bukti pengiriman surat merupakan Bukti Penerimaan SPT
c. Secara elektronik melalui aplikasi e-filling
Bukti penerimaan elektronik merupakan Bukti Penerimaan SPT
SPT dianggap tidak disampaikan dalam hal:
tidak ditandatangani;
tidak sepenuhnya dilampiri keterangan dan/atau dokumen;
SPT LB disampaikan setelah 3 tahun dan telah ditegur secara tertulis;
disampaikan setelah Dirjen Pajak melakukan pemeriksaan atau
menerbitkan surat ketetapan pajak.
Batas waktu penyampaian SPT dan sanksi nya:
PPAk XVI Universitas Hasanuddin - Perpajakan
Halaman 8
Ringkasan Mata Kuliah Perpajakan– Kelompok I
N
o
1
2
3
Jenis SPT
SPT Masa Lainnya
SPT Masa PPh Pasal
SPT Masa PPh Pasal
/pemungut lainnya
SPT Masa PPh Pasal
SPT Masa PPh Pasal
ayat 2
SPT Masa PPh Pasal
SPT Masa PPh Pasal
SPT Masa PPN
Paling Lambat
21/26
22
Max 20 hari
setelah
akhir masa pajak
Sanksi terlambat
lapor
Rp 100.000,-
23/26
4
15
25
4
SPT Masa PPh Pasal 22 dan
PPN/PPnBM oleh Bea Cukai
SPT Masa PPN/PPnBM & PPh Psl
22
oleh Bendaharawan
5
SPT Tahunan Orang Pribadi
6
SPT Tahunan PPh Badan
Max akhir masa
pajak berikutnya
Max 7 hari setelah
Penyetoran
Max tgl 14 setelah
akhir masa pajak
Rp
500.000,-
Rp
100.000,-
Rp
100.000,-
Max 3 bulan
setelah akhir thn
pajak
Max 4 bulan
setelah akhir thn
pajak
Rp
100.000,-
Rp 1.000.000,-
Sanksi keterlambatan tidak dikenakan atas :
WP OP yang telah meninggal dunia
WP OP yang sudah tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas
WP OP WNA yang tidak lagi tinggal di Indonesia
BUT yang tidak melakukan kegiatan usaha di Indonesia
Bendahara yang tidak melakukan pembayaran lagi
WP Badan yang tidak melakukan kegiatan usaha lagi tapi belum
dibubarkan.
WP yang terkena bencana (diatur dgn Permenkeu)
WP lain (diatur dengan Permenku), meliputi :
- kerusuhan massal;
- kebakaran;
- ledakan bom atau aksi terorisme;
- perang antar suku; atau
- kegagalan sistem komputer administrasi penerimaan negara/perpajakan
Mekanisme pembayaran pajak :
1. Membayar sendiri pajak terutang
: PPh Pasal 25, dan 29
2. Pemotongan/pemungutan pihak lain
: PPh Pasal 21, 22, 23, 26, 4(2), dan
15
3. Pemungutan pihak penjual
: PPN
4. Pembayaran pajak lainnya
: PBB, Bea Materai
PPAk XVI Universitas Hasanuddin - Perpajakan
Halaman 9
Ringkasan Mata Kuliah Perpajakan– Kelompok I
Pembukuan dan Pencatatan
Pembukuan adalah : suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur
untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang
meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya,
serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau
jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan
berupa neraca, dan laporan laba rugi untuk periode Tahun
Pajak tersebut.
Yang wajib melakukan pembukuan adalah :
- WP OP yang melakukan usaha / pekerjaan bebas
- WP Badan
kecuali WP OP yang diperbolehkan menghitung penghasilan neto dengan
menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto
Ketentuan mengenai Pembukuan :
Pembukuan atau pencatatan tersebut harus diselenggarakan dengan:
- memperhatikan iktikad baik dan mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha
yang sebenarnya
- menggunakan huruf latin, angka Arab, satuan mata uang rupiah, dan disusun
dalam bahasa Indonesia atau dalam bahasa asing yang diizinkan oleh Menkeu
- harus diselenggarakan di Indonesia
- diselenggarakan dengan prinsip taat asas dan dengan stelsel akrual dan
stelsel kas
- Perubahan terhadap metode pembukuan dan/atau tahun buku harus
mendapat persetujuan dari Dirjen Pajak
Ketentuan mengenai Pencatatan :
Pencatatan terdiri atas data :
- yang dikumpulkan secara teratur tentang peredaran atau
penerimaan bruto dan/atau penghasilan bruto
- sebagai dasar untuk menghitung jumlah pajak yang terutang,
- termasuk penghasilanyang bukan objek pajak dan/atau yang dikenai pajak
yang bersifat final.
Pembetulan SPT
1. Pembetulan SPT Pasal 8 ayat 1 UU KUP
Syarat :
- belum dilakukan pemeriksaan
- jika menyatakan rugi atau lebih bayar, pembetulan disampaikan paling
lama 2 tahun sebelum daluwarsa penetapan
jika menjadi kurang bayar terutang sanksi 2% / bulan sejak jt penyampaian
SPT (SPT Tahunan); atau sejak jt pembayaran (SPT Masa) s.d. tanggal
pembayaran
2. Pengungkapan Ketidakbenaran Pengisian SPT Pasal 8 ayat 4 UU KUP
PPAk XVI Universitas Hasanuddin - Perpajakan
Halaman 10
Ringkasan Mata Kuliah Perpajakan– Kelompok I
Syarat :
- sedang diperiksa dan belum diterbitkan SKP
- dengan kesadaran sendiri
- mengungkapkan ketidakbenaran pengisian SPT
- mengakibatkan :
a. pajak menjadi lebih besar/kecil; atau
b. rugi menjadi lebih besar/kecil; atau
c. jumlah harta menjadi lebih besar/kecil; atau
d. jumlah modal menjadi lebih besar/kecil.
- melunasi sendiri pokok pajak + sanksi 50%
Pemeriksaan tetap dilanjutkan.
3. Pengungkapan Ketidakbenaran Pengisian SPT Pasal 8 ayat 3 UU KUP
Syarat :
- sedang dilakukan pemeriksaan Bukti Permulaan dan SPDP belum
diserahkan kepada Penuntut Umum
- dengan kesadaran sendiri
- mengungkapkan ketidakbenaran perbuatan, mengenai :
a. tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan; atau
b. menyampaikan Surat Pemberitahuan yang isinya tidak benar atau
tidak lengkap, atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar,
- dengan pernyataan terulis, ditandatangani oleh Wajib Pajak dan
dilampiri dengan:
a. penghitungan
kekurangan
pembayaran
jumlah
pajak yang
sebenarnya terutang dalam format Surat Pemberitahuan;
b. Surat
Setoran
Pajak
sebagai
bukti
pelunasan kekurangan
pembayaran pajak; dan
c. Surat Setoran Pajak sebagai bukti pembayaran sanksi administrasi
berupa denda sebesar 150% (seratus lima puluh persen) melunasi
sendiri pokok pajak + sanksi 50%
Jika benar tidak dilanjutkan ke tindakan Penyidikan.
4. Pembetulan SPT Pasal 8 ayat 6 UU KUP
dalam hal Wajib Pajak menerima
- Surat Ketetapan Pajak,
- Surat Keputusan Keberatan,
- Surat Keputusan Pembetulan,
- Putusan Banding, atau
- Putusan Peninjauan Kembali
yang menyatakan rugi fiskal yang berbeda dengan rugi fiskal yang telah
dikompensasikan dalam SPT Tahunan Tahun Pajak sebelumnya atau beberapa
Tahun Pajak sebelumnya, dalam jangka waktu 3 bulan dengan syarat Dirjen
Pajak belum melakukan tindakan pemeriksaan.
--------- 00rmk-minggu-pertama- kelompoksatu 00-------PPAk XVI Universitas Hasanuddin - Perpajakan
Halaman 11