Jenis Jenis Pertumbuhan Tanaman LAPORAN

Jenis-Jenis Pertumbuhan Tanaman

LAPORAN PRAKTIKUM

Oleh :
Kelompok /Golongan H
Babul Zannah (141510601084)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Agroekologi adalah pengelompokkan suatu wilayah berdasarkan keadaan
fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan
dapat diharapkan akan berbeda tidak nyata. Komponen utama agroekologi
adalah iklim, fisiografi atau bentuk wilayah dan tanah.

Iklim merupakan gabungan berbagai kondisi cuaca sehari – hari atau
merupakan rerata cuaca. Meskipun perilaku iklim di bumi cukup rumit tetapi
ada kecenderungan karakteristik dan pola tertentu dari unsur iklim di berbagai
daerah yang letaknya saling berjauhan bila faktor utamanya sama.
Bentuk wilayah atau fisiografi (terrain) yang merupakan faktor utama
penentuan sistem produksi, di samping sifat – sifat tanah. Lereng lahan banyak
dipakai sebagai bahan pertimbangan mengingat bahaya erosi dan penurunan
mutu lahan merupakan ancaman nyata pada pertanian berlereng curam di
daerah tropika basah.
Pertanian di lereng yang curam juga membatasi penggunaan tenaga
mesin dan ternak dalam pengolahan tanah, sehingga untuk daerah seperti ini
lebih banyak dianjurkan tanaman tahunan yang lebih sedikit memerlukan
tenaga kerja.
Zona agroekologi berkaitan dengan pola tanam dan lahan yang cocok
untuk melaksanakan kegiatan pertanian. Karena usaha pertanian juga sangat
ditentukan oleh bentuk wilayah dan jenis tanah, maka pengenalan mengenai
hal ini perlu dilaksanakan. Karena usaha pertanian juga sangat ditentukan oleh
bentuk wilayah dan jenis tanah, maka pengenalan mengenai hal ini perlu
dilaksanakan. Sehubungan dengan hal tersebut, diketahui bahwa Indonesia
khususnya, memiliki berbagai bentuk dan jenis tanah serta perwilayahan yang

sangat luas, jika tidak ada kecocokan antara lingkungan ini dengan budidaya
yang akan dilakukan, maka hasilnya tidak optimal dan pertanian Indonesia
tidak akan segera maju, karena lahan dan keanekaragamannya tidak dikelola

dengan tepat, sehingga mengurangi efektifitas lahan dan benih (tanaman).
Selain itu, kaitanya juga dengan pemasaran produk yang tepat, secara
ekonomis, penghasilan produk akan lebih baik jika tepat sasaran baik wilayah
maupun konsumennya. Sehingga dibutuhkan informasi yang cukup untuk itu
dan akan dipelajari dalam kegiatan praktikum ini.

1.2. Tujuan
Secara umum tujuan karakterisasi, delineasi dan analisis zona
agroekologi adalah:
1.

Menyusun data dan informasi tentang keadaan biofisik dan sosial
ekonomi di suatu wiayah ke dalam suatu sistem pangkalan data dan
berbagai jenis peta sehingga tersedia informasi yang terpadu dan
memadai mengenai keadaan di suatu wilayah.


2.

Melakukan analisis tentang kesesuaian beberapa jenis tanaman /
komoditas pertanian penting serta kesesuaian teknologi di suatu wilayah.

3.

Mengidentifikasi berbagai komoditas pertanian unggulan spesifik lokasi,
serta mengidentifikasi kebutuhan teknologinya.

4.

Memberikan masukan dalam rangka perencanaan penelitian, pengkajian
dan pengembangan komoditas unggulan spesifik lokasi.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Agroecology emerged as an approach to better understand the ecology of
traditional farming systems and respond to the mounting problems resulting from
an increasingly globalized and industrialized agro-food system (Altieri,1987). In
its early stages, agroecology mainly focused on applying ecological concepts and

principles to the design of sustainable agricultural systems (Altieri,1987;
Gliessman,1990). Agroecology is providing the scientific, methodological, and
technological basis for a new “Agrarian Revolution” wordwide.
Evaluasi kemampuan lahan pada dasarnya merupakan evaluasi potensi
lahan bagi penggunaan berbagai sistem pertanian secara luas dan tidak
membicarakan peruntukan jenis tanaman tertentu ataupun tindakan – tindakan
pengelolaannya. Oleh karena itu sifatnya merupakan evaluasi yang lebih umum
dibandingkan dengan evaluasi kesesuaian lahan yang lebih khusus.
Sistem klasifikasi kemampuan lahan pertama kali dikembangkan di
Amerika sekitar 50 tahun yang lalu, dengan diterbitkannya tulisan dari
Hockensmith dan Steele (1943). Sistem ini sementara orang menyebutkan sebagai
sistem kategori (McRae dan Burnham, 1981) karena sistem tersebut
mengelompokkan lahan ke dalam sejumlah kecil kategori yang diurut menurut
faktor penghambat permanen serta sejumlah ciri – ciri tanah dan lingkungan
lainnya melalui proses peyaringan. Seperti telah dikemukakan, sistem klasifikasi
kemampuan lahan ini membagi lahan ke dalam sejumlah kategori – kategori
menurut faktor penghambat terhadap pertumbuhan tanaman.
Pembangunan pertanian sebagai salah satu dasar bagi pembangunan
nasional, tidak hanya cukup menjadi sektor yang berperan tangguh pada persoalan
pembangunan perekonomian, akan tetapi juga harus berperan dalam pembangunan

lingkungan dan sosial masyarakat. Dalam bidang pertanian terdapat hubungan
yang erat antara faktor klimatologis, bentuk kewilayahan, dan tanah.

Di muka bumi terdapat demikian banyak tanaman yang bermanfaat bagi
kehidupan manusia dan ternak, akan tetapi dari sekian banyak itu ternyata hanya
akan dapat tumbuh dengan baik atau sama sekali tidak tumbuh dikarenakan
perbedaan iklim, sehingga ada yang dapat tumbuh didaerah yang beriklim tropis.
Iklim yang panas dan lembab sangat mendorong timbulnya infeksi serta
kerusakan-kerusakan yang hebat, yang dapat memerosotkan nilai produk atau
samasekali rusak sehingga tak berharga (Klimatologi, 2000).
Tanah merupakan modal utama bagi para petani untuk dapat memproduksi
pangan, uang bukan hanya untuk menjamin keberlangsungan hidupnya sendiri
melainkan juga untuk menjamin orang-orang lainnya yang berada diluar
lingkungannya. Secara terpadu produksi para petani akan dapat menjamin
kehidupan suatu bangsa dan bahkan pula bangsa lainnya.
Tujuan yang hendak dicapai pada penetapan zona agroekologi (ZAE)
adalah untuk menetapkan komoditas potensial berskala ekonomi agar sistem usaha
tani dapat berkelanjutan. Oleh karena itu diperlukan karakterisasi potensi sumber
daya lahan zona agroekologi (ZAE) tingkat semi detail di tingkat kabupaten,
kecamatan, dan desa.

Peta ZAE merupakan peta tata ruang pembangunan pertanian untuk
perencanaan secara makro termasuk perencanaan pembangunan perkebunan.
Dalam pemetaan ini faktor kelerengan, tanah iklim, dan penggunaan lahan
sekarang (present land use) dijadikan sebagai dasar pembagian wilayah.
Dalam jurnal lain yang berjudul Penggunaan Metode Fuzzy dalam
Penentuan Lahan Kritis dengan Menggunakan Sistem Informasi Geografis di
Daerah Subdas Cipeles dinyatakan bahwa SIG adalah sistem yang dapat
digunakan untuk memasukkan, menyimpan, memeriksa, mengintegrasikan,
memanipulasi, menganalisis,dan menampilkan data yang berhubungan dengan
posisi-posisi permukaan bumi.
Lebih lanjut, agar suatu sistem pertanian dapat berkelanjutan, pelaksanaan
pembangunan pertanian seyogyanya berorientasi pada kelestarian sumberdaya
lahan. Hal ini salah satunya dapat dicapai melalui perencanaan dan pengelolaan
penggunaan lahan yang efektif dan sesuai berdasarkan kesesuaian dan
kemampuan lahan (FAO, 1983) and pemanfaatan lahan yang berkelanjutan hanya

dapat dicapai dengan memperhatikan aspek-aspek konservasi dan daya regenerasi
suatu kawasan (Rukmana and Zubair, 1999).

BAB 3. METODE PRAKTIKUM


3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum Agroekologi mengenai Analisis Peta Zona Agroekologi
dilaksanakan di ruang 8, Universitas Jember pada tanggal 20 September 2014
pada pukul 14.00 – 15.30.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1. Spidol tiga warna
2. Kertas folio bergaris 3 lembar
3. Bulpoin
4. Penggaris
3.2.2 Bahan
1.

Peta jenis tanah

2.

Peta iklim


3.

Peta topografi

3.3 Cara Kerja
1.

Memperoleh peta jenis tanah, peta iklim dan peta topografi dengan skala
1 : 180.000 beserta data dasarnya pada Laboratorium Agroklimat sebagai
rujukan.

2.

Memilah – milah dan mendeliniasi wilayah pada peta – peta tersebut
berdasarkan :
a.

Ketinggian yang mewakili rezim suhu yang terbagi atas rezim

isohyperthermic (ketinggian 0 – 700 m dpl), isothermic(ketinggian 700 –

1.500 m dpl) dan isomesic (ketinggian >1.500 m dpl).

b.

Iklim mewakili kebasahan yang terbagi atas Perudic (Iklim tipe A dan

B1 menurut klasifikasi Oldeman), Udic (iklim tipe B2, C2, dan D2), serta
Ustic (tipe iklim C3, D3 dan E).
c.

Jenis tanah yang dapat diklasifikasikan berdasarkan klasifikasi FAO,

misalnya jenis tanah andisol, alfisol, entisol da oxisol.
3.

Menumpang tempatkan (overlay) peta wilayah berdasarkan jenis tanah
dengan peta rejim suhu sehingga memperoleh peta agroekologi 1 : 180.000
dan memperoleh Peta Zona Agroekologi. Kemudian menentukan jenis
tanaman pada peta (meliputi tanaman pangan, hortikultura, perkebunan
dan kehutanan serta peternakan) yang paling cocok tumbuh atau hidup di

zona tersebut.

4.

Mencocokan peta administrasi dengan skala 1 : 180.000 untuk
mendeliminasi batas – batas pemerintahan daerah (juridiction boundary)
dengan tujuan memadukan informasi biofisik dengan informasi mengenai
sosial, ekonomi, budaya dan sebagainya.

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan
Tabel 1. Peta Potensi Tanaman Berdasarkan Jenis Tanah
No.
1.

Jenis Tanah
Andisol

2.


Entisol

Tanaman Potensi
Tanaman Pangan
:
Tanaman Sayur
:
Tanaman Buah
:
Tanaman Perkebunan :
Tanaman Pangan

:

Tanaman Sayur

:

Tanaman Buah
:
Tanaman Perkebunan :

Padi, Umbi, Kentang
Wortel
Jeruk
Kopi
Kentang, Gandum, Jagung, Ubi,
Singkong
Tomat, Kol, Cabai, Kubis, Kacang
Panjang
Alpukat, Melon, Belimbing, Anggur
Tembakau, Kopi

Tabel 2. Peta Potensi Tanaman Berdasarkan Rezim Suhu
No.
1.

2.

Rezim Suhu
Isothermic

Isomesic

Tanaman Potensi
Tanaman Pangan
:
Tanaman Sayur
:
Tanaman Buah
:
Tanaman Perkebunan :
Tanaman Pangan
:
Tanaman Sayur
:
Tanaman Buah
:
Tanaman Perkebunan :

Padi, Jagung, Ubi Jalar, Kacang Tanah
Buncis, Terong
Srikaya, Pisang, Nangka, Pepaya
Vanili, Lada, Kelapa
Jagung
Sawi Kecil
Apel, Strawberry, Blueberry
Teh

Tabel 3. Peta Potensi Tanaman Berdasarkn Rezim Kebasahan
No.
1.

Rezim Kebasahan
Udic

Tanaman Potensi
Tanaman Pangan

:

Tanaman Sayur

:

Padi, Jagung, Ubi Jalar, Kacang
Tanah

Bayam, Kangkung, Sawi,

Kacang Panjang
Strawberry, Salak, Rambutan,
Tanaman Buah

:

Tanaman Perkebunan :

Bengkoang , Apel, Jeruk,
Sawo.
Teh, Kopi, Coklat

Tabel 4. Peta Potensi Tanaman Berdasarkan Zona Agroekologi
No.
1.

Zona
Wilayah 1
(And.3.2)

Tanaman Potensi
Tanaman Pangan
Tanaman Sayur
Tanaman Buah

2.

Wilayah 2
(Ent.3.2)

:

Padi, Jagung, Umbi, Kentang,

:

Kacang Tanah
Wortel, Sawi Kecil, Bayam,

:

Kangkung
Jeruk,
Apel,

Strawberry,

Tanaman Perkebunan :
Tanaman Pangan
:

Blueberry, Bengkoang
Kopi, Teh, Coklat
Kentang, Padi, Jagung, Ubi

Tanaman Sayur

Jalar
Tomat, Kol, Buncis, Terong,

:

Bayam
Tanaman Buah

:

Tanaman Perkebunan :
Tanaman Pangan
3.

4.

Kopi, Teh, Coklat

:

Wilayah 3A
(And.3.2)

Wilayah 3B
(Ent.3.2)

Alpukat, Srikaya, Strawberry

Padi, Umbi, kentang, Jagung,
Ubi Jalar
Tanaman Sayur
:
Tanaman Buah
:
Tanaman Perkebunan :
Tanaman Pangan
:

Wortel, Sawi Kecil, Kangkung
Jeruk, Apel, Strawberry
Kopi, Teh, Coklat
Kentang, Gandum, Jagung,

Tanaman Sayur

:

Singkong
Tomat, Kol,

Tanaman Buah

:

Bayam, Kangkung
Strawberry, Apel, Blueberry,

Tanaman Perkebunan :

Sawi

Kecil,

Melon
Kopi, Teh, Cokelat, Tembakau

5.

6.

Wilayah 4
(And.3.2)

Wilayah 5

Tanaman Pangan

:

Padi, Umbi, kentang, Jagung,

:
:
:
:

Ubi Jalar
Wortel, Sawi Kecil, Kangkung
Jeruk, Apel, Strawberry
Kopi, Teh, Coklat
Kentang, Gandum, Jagung,

:

Singkong
Tomat, Kol,

:

Bayam, Kangkung
Strawberry, Apel, Blueberry,

Tanaman Perkebunan :
Tanaman Pangan
:

Melon
Kopi, Teh, Cokelat, Tembakau
Padi, Umbi, kentang, Jagung,

Tanaman Sayur
:
Tanaman Buah
:
Tanaman Perkebunan :
Tanaman Pangan
:
Tanaman Sayur
:

Ubi Jalar
Wortel, Sawi Kecil, Kangkung
Jeruk, Apel, Strawberry
Kopi, Teh, Coklat
Padi, Jagung, Ubi Jalar
Buncis, Terong,

Tanaman Buah
:
Tanaman Perkebunan :

Srikaya, Pisang
Vanila, Kopi, Kelapa, Teh

Tanaman Sayur
Tanaman Buah
Tanaman Perkebunan
Tanaman Pangan

(Ent.3.2)
Tanaman Sayur
Tanaman Buah

7.

8.

Wilayah 6
(And.3.2)

Wilayah 7
(And.2.2)

4.2 Pembahasan
Zona agroekologi

adalah

pengelompokan atau

Sawi

penyederhanaan

agroekosistem yang beragam dalam bentuk klasifikasi yang lebih aplikatif.
Zona agroekologi dapat dikatakan suatu wilayah yang memiliki kesamaan
karakteristik tanah, bentuk lahan dan iklim. Fungsi zona agroekologi yaitu
untuk mengelompokan suatu wilayah berdasarkan kemiripan jenis tanah, rezim
suhu dan rezim kebasahan. Selain itu, zona agroekologi berfungsi untuk
mengetahui dan menetapkan areal pertanian dan komoditas pertanian yang
berskala ekonomi dan tertata baik agar diperoleh sistem usaha tani yang
berkelanjutan.
Komponen – komponen penyusun zona agroekologi yaitu jenis tanah,
iklim dan rezim kebasahan. Beberapa jenis tanah, rezim suhu, dan rezim
kebasahan.
Alfisol adalah lapisan tanah yang mempunyai permukaan abu-abu
sampai coklat, kandungan basa sedang sampai bebas, dan mengandung horizon

Kecil,

ulivial yang menimbun lempeng silikat, dengan tanaman yang cocok tumbuh
antara lain mulai dari tanaman pangan,sayuran, buah dan perkebunan : padi,
jagung, kedeai, wortel, kentang, apel, teh, kopi, coklat.
Andisol adalah tanah ini disebut juga tubuh tanah pegunungan tinggi
atau tropical brown forest yang mempunyai ketebalan solum tanah, yang akan
tebal yaitu sampai 100 – 225 cm berwarna hitam kelabu sampai coklat tua,
dengan horizon tanah jelas nampak. Dari warna ini teksturnya adalah debu.
Lempung yang berdebu sampai lempung sedangkan strukturnya lemah dan
lapisan bawah masih gumpal dan konsistensinya gembur.
Oxisol adalah terdapatnya horizon permukaan tanah oxic yang dalam,
horizon yang umumnya tinggi. Kandungan butir – butir lempeng, dikuasai oleh
hidrotoxida dari besi dan alumunium.
Beberapa macam - macam rezim suhu yaitu isohyperthermic,
isothermic, dan isomesic. Isohypertermic adalah perataan suhu tahunan lebih
dari 22 ° C pada ketinggian 0 – 600 m. Isothermic adalah perataan suhu
tahunan 15 – 22 ° C pada ketinggian 600 – 1600 m. Isomesic adalah perataan
suhu tahunan 8 – 10 ° C pada ketingian 1800 – 3000 m.
Beberapa macam rezim kebasahan adalah perudic, udic, dan ustic.
Perudic adalah penampang acuan tanah yang basah selama setahun. Udic
adalah penampang acuan atau penampang kontrol tanah yang kering selama
tidak lebih dari 90 hari, komulatif dalam setahun. Ustic adalah penampang
acuan tanahnya kering selama lebih dari jumlah 90 hari dalam setahun, tetapi
kurang dari 90 hari, komulatif dalam setahun.
Pada peta Kecamatan Sempol terbagi menjadi 8 wilayah yaitu wilayah
I, wilayah II, wilayah III A, wilayah III B, wilayah IV, wilayah V, wilayah VI,
dan wilayah VII, berikut adalah kondisi masing masing zona agroekologi
disetiap wilayah:
a. Wilayah I :
Wilayah ini memiliki tanah jenis andisol, dengan ketinggian dengan rezim
isomesic ( ketinggian > 1.500m dpl) dan memiliki iklim dengan rezim udic.
b. Wilayah II
:
Wilayah ini memiliki tanah jenis entisol, dengan ketinggian dengan rezim
isothermic ( ketinggian 700-1.500m dpl) dan memiliki iklim dengan rezim
udic.

c. Wilayah III A :
Wilayah ini memiliki tanah jenis andisol, dengan ketinggian dengan rezim
isomesic ( ketinggian > 1.500m dpl) dan memiliki iklim dengan rezim udic.
d. Wilayah III B :
Wilayah ini memiliki tanah jenis entisol, dengan ketinggian dengan rezim
isomesic ( ketinggian > 1.500m dpl) dan memiliki iklim dengan rezim udic.
e. Wilayah IV :
Wilayah ini memiliki tanah jenis andisol, dengan ketinggian dengan rezim
isomesic ( ketinggian > 1.500m dpl) dan memiliki iklim dengan rezim udic.
f. Wilayah V
:
Wilayah ini memiliki tanah jenis entisol, dengan ketinggian dengan rezim
isomesic ( ketinggian > 1.500m dpl) dan memiliki iklim dengan rezim udic.
g. Wilayah VI :
Wilayah ini memiliki tanah jenis andisol, dengan ketinggian dengan rezim
isomesic ( ketinggian > 1.500m dpl) dan memiliki iklim dengan rezim udic.
h. Wilayah VII :
Wilayah ini memiliki tanah jenis andisol, dengan ketinggian dengan rezim
isothermic ( ketinggian 700-1500m dpl) dan memiliki iklim dengan rezim
udic.
Untuk wilayah dengan jenis tanah entisol dapat dilakukan pemupukan
dengan pupuk kompos dengan cara aerob maupun anaerob, karena tanah jenis
entisol kurang akan unsur N, selain itu untuk tanah jenis andisol dapat
menambahkan pupuk organik dan melakukan pengolahan tanah secara
minimum (minimum tillage). Sistem pengairan atau irigasi dikarenakan
kabupaten Bondowoso memiliki rezim udic dengan tipe B2, C2, dan D2
menurut oldeman dimana dalam setahun rata-rata menanam dua kali padi
varietas umur pendek dan dua kali palawija yang sangat bergantung pada
sistem irigasi.
Dari analisis kelompok atas informasi wilayah Kecamatan Sempol
tekonologi yang dapat digunakan dalam bidang pertanian seperti teknologi
SALT (Sloping Agriculture Land Technology). Metode Sloping Agriculture
Land Technology (SALT) merupakan salah satu teknik untuk menata lahan
miring yang diperuntukan bagi kegiatan pertanian.

Selama ini pemanfaatan lahan miring dalam bentuk kebun dan sawah
berundak diketahui memiliki resiko erosi dan tanah longsor yang tinggi.
Sehingga banyak petani enggan memanfaatkan lahan miring untuk tanaman
pangan, mereka hanya memanfaatkannya untuk tanaman keras. Beberapa cara
untuk pengelolaan lahan diantaranya terasering yaitu menanam tanaman
dengan sistem berteras-teras untuk mencegah erosi tanah. Contour Farming,
yaitu menanami lahan menurut garis kontur, sehingga perakaran dapat
menahan tanah. Pembuatan tanggul pasangan(guludan) untuk menahan hasil
erosi. Contour Plowing, yaitu membajak searah garis contur sehingga terjadi
alur-alur horizontal. Contour Strip Cropping, yaitu bercocok tanam dengan
cara membagi bidang tanah itu dengan bentuk sempit dan memanjang dengan
mengikuti garis kontur sehingga bentuknya berbelok-belok. Masing–masing
ditanami tanaman yang berbeda-beda jenisnya secara berselang- seling
(tumpang sari).
Hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan lahan di wilayah
Kecamatan Sempol tersebut seperti iklim,bentuk wilayah dan jenis tanah.
Iklim

dikelompokkan

berdasarkan

faktor-faktor

iklim

utama

yang

berhubungan erat dengan keragaman tanaman yaitu suhu dan kelengasan.
Iklim

dikelompokkan

berdasarkan

faktor-faktor

iklim

utama

yang

berhubungan erat dengan keragaman tanaman yaitu suhu dan kelengasan.
Usaha pertanian juga sangat ditentukan oleh bentuk wilayah dan jenis
tanah. Bentuk wilayah lebih mudah dinyatakan dengan besarnya lereng,
dimana wilayah dapat dikelompokkan menjadi wilayah datar, berombak,
bergelombang, berbukit atau bergunungdengan lereng yang semakin
meningkat. Sifat-sifat tanah yang sangat menentukan dalam usaha pertanian
adalah selang kemasaman, selang tekstur dan drainase.
Sistem pertanian berkelanjutan akan terwujud hanya apabila lahan
digunakan untuk sistem pertanian yang tepat dengan cara pengelolaan yang
sesuai. Apabila lahan tidak gunakan dengan tepat, produktivitas akan cepat
menurun dan ekosistem menjadi terancam kerusakan. Penggunaan lahan yang
tepat selain menjamin bahwa lahan dan alam ini memberikan manfaat untuk

pemakai pada masa kini, juga menjamin bahwa sumberdayaalam ini
bermanfaat untuk generasi penerus di masa-masa mendatang. Dengan
mempertimbangkan keadaan agroekologi, penggunaan lahan berupa sistem
produksi dan pilihan-pilihan tanaman yang tepat dapat ditentukan.

BAB 5. PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan pada tujuan, hasil pengamatan dan pembahasan maka dapat
disimpulkan:
a.

Unsur – unsur iklim, jenis tanah, dan

rezim kebasahan faktor zona

agroekologi sangat penting dan berpengaruh dalam penentuan kualitas dan
b.

kuantitas pada pertumbuhan dan perkembangan.
Kecamatan Sempol ini dekat dengan gunung – gunung berapi sehingga
memiliki tanah andisol dan entisol. Selain itu memiliki topografi

c.

berdasarkan peta adalah isothermic dengan tipe iklim udic.
Jenis komoditas tanaman yang direkomendasikan untuk Kecamatan
Sempol sesuai dengan jenis tanah, iklim dan topografi adalah tanaman
pangan seperti padi, tanaman sayuran yaitu kacang panjang, tanaman buah
– buahan seperti strawberry dan tanaman perkebunan seperti kopi.

5.2 SARAN
1. Petani daerah Kecamatan Sempol dapat menerapkan informasi mengenai
tanaman yang tepat untuk ditanam diwilayah tersebut agar mendapatkan
pendapatan yang maksimal.
2. Mahasiswa dapat terus menggali informasi dan menganalisa tentang
relevansi teori dengan kondisi cuaca saat ini.